Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana merupakan suatu program yang membantu
pasangan suami istri untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera dengan cara perencanaan kehamilan dan sebaliknya menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Setyaningrum, 2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2019 didapatkan cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif di
Indonesia yaitu sebanyak 24.196.151 peserta. Perserta KB aktif menurut jenis
kontrasepsi di Indonesia yaitu terdapat 301.436 (1,2%) menggunakan
kondom, KB suntik sebanyak 15.419.826 (63,7%), pil sebanyak 4.123.424
(17,0%), IUD/AKDR sebanyak 1.790.336 (7,4%), MOP sebanyak 118.060
(0,5%), MOW sebanyak 661.431 (2,7%), Implan sebanyak 1.781.638 (7,4%).
(Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia diatas, Pasangan
Usia Subur (PUS) di Provinsi Jawa tengah tahun 2019, terdapat sebanyak
5.952.837 PUS. Pemakaian alat kontrasepsi kondom sebanyak 1,3%, KB
suntik sebanyak 67,9%, pil sebanyak 10,2 %, IUD/AKDR sebanyak 7,2 %,
MOP sebanyak 0,6 %, MOW sebanyak 3,7 %, Implan sebanyak 8,5% (Profil
Kesehatan Indonesia, 2019).
Pengguna KB di Jawa Tengah tahun 2013 berjumlah 3.986.198
peserta dengan presentase pengguna IUD 8,7%, pengguna MOP 1,2%,
pengguna MOW 5,1%, pengguna implant 11,00%, pengguna suntik 52,34%,
pengguna Pil 17,95%, peserta Kondom 3,76%, (BKKBN,2013). Sampai saat
ini jumlah Akseptor di Jawa Tengah menurut BKKBN Jateng (2014) telah
mencapai 5.368.348 akseptor. Apabila dilihat per mix kontrasepsi, maka
presentasinya sebagai berikut : KB AKDR 8,80%, KB MOW 5,36%, KB
MOP 1,00%, KB Kondom 2,34%,KB Implan11,22%, KB Suntik 56,51%,
dan KB Pil 14,81%, (BKKBN, 2014). Dari data BKKBN 2013 dan 2014 di
Jawa Tengah terjadi peningkatan untuk penggunaan akseptor keluarga
berencana yaitu akseptor KB implan. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi
hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA
(Depo Medroksi Progresteron Asetat) dan kombinasi. Efek samping
penggunaan kontrasepsi hormonal terutama kontrasepsi suntik DMPA adalah
kenaikan berat badan, gangguan haid, kekeringan vagina, menurunnya libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat (Anwar, 2011).
Kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi Depo Medroxi
Progesteron Asetat (DMPA) per tahun 2,3 – 2,9 kg. Terjadinya kenaikan
berat badan tersebut disebabkan karena alat kontrasepsi mengandung hormon
progesteron. Hormon progesteron mempunyai efek samping yaitu
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya serta menurunkan
aktifitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan berat badan (Irianto, Gizi
Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced, 2014).
Beberapa studi penelitian didapatkan peningkatan berat badan akibat
penggunaan kontrasepsi DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh
dan adanya hubungan dengan regulasi nafsu makan. Salah satu studi
menemukan peningkatan nafsu makan yang dilaporkan sendiri oleh wanita
yang menggunakan kontrasepsi DMPA setelah 6 bulan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan kandungan pada DMPA yaitu hormon progesteron, yang
dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan nafsu makan ( Guyton dan Hall, 2007).
Perubahan berat badan ini bersifat sementara, tergantung reaksi tubuh
wanita terhadap 4 metabolisme progesterone. Akan tetapi perubahan berat
badan yang berlebih dapat menyebabkan resiko buruk terhadap kesehatan
individu seperti obesitas, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya, selain itu
juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan terhadap diri wanita sendiri
karena rasa tidak percaya diri (Pinem, 2014). Tidak sedikit akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan yang mengeluhkan efek samping tersebut, yang
dimana akseptor KB tidak mengetahui secara jelas apakah kenaikan berat
badannya dipengaruhi oleh KB yang digunakan ataupun tidak, akhirnya
banyak kejadian akseptor KB yang dropout atau berhenti ber KB.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif kepada Ny.R di
Puskesmas Jenawi Karanganyar
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan identifikasi data dasar
b. Mampu melakukan interpretasi data
c. Mampu melakukan identifikasi diagnosa masalah potensial
d. Mampu melakukan tindakan segera atau kolaborasi
e. Mampu melakukan perencanaan tindakan asuhan kebidanan
f. Mampu melakukan implementasi tindakan
g. Mampu melakukan evaluasi sesuai dengan kasus yang ada
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana
1. Definisi Keluarga Berencana (KB)
Kontrasepsi berencana merupakan suatu usaha untuk menjarangkan
atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi (BKKBN, 2012). Keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk mencegah kehamilan, penundaan
usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan (Kurniawati T, 2014).
KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak,
sert perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan
cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan
akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara
anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 2015).
2. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Irianto (2014), kontrasepsi adalah yang berasal dari kata
“kontra” artinya melawan dan “konsepsi”, artinya pembuahan. Jadi,
kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga
tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kehamilan. Menurut
Mulyani & rinawati (2013), kontrasepsi adalah pencegahan terbuahnya sel
telur oleh sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah di buahi ke dinding rahim.
3. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
Menurut Sulistyowati (2013), macam-macam kontrasepsi yaitu :
a. Kontrasepsi metode sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah terdiri dari metode kalender, pantang berkala, metode
suhu basal, metode lendir serviks
b) Metode simtomtermal adalah setelah darah haid berhenti,
hubungan seksual dapa dilakukan pada malam hari pada hari
kering dengan berselang sehari selama masa tak subur
c) Koitus Interuptus adalah alat kelamin pria (penis) dikeluarkan
sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina
dan kehamilan dapat dicegah
2) Dengan alat
a) Mekanisme (barier) terdiri dari kondom proa, barier intravagina
(kondom wanita)
b) Kimiawi yang berupa spermisida (aerosol (busa), tablet vagina,
supositoria, atau dissovable film dan krim)
b. Kontrasepsi Modern
1) Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi oral : Pil kombinasi (manofasik, bifasik, trifasik)
Injeksi atau suntikan : DMPA, Depo Noristerat
Sub kutis : Implan (alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK) : Norplant, implanon, jadena dan indoplant)
2) Intra Uterine Device (IUD) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) :
Copper-T, Lippes loop, ML Cu 250
c. Metode Kontrasepsi Mantab
1) Pada Wanita
Metode Operasi Wanita (MOW) : Tubektomi
2) Pada Pria
Metode Operasi Pria (MOP) : Vasektomi

B. Kontrasepsi Suntik KB 3 Bulan (Depo Medroxy Progesterone Acetate)


1. Definisi Kontrasepsi Suntikan KB 3 bulan
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo medroxy progesterone
Acetate (hormon progestin) 150mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini
diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya
diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah
melahirkan. Suntikan KB 3 Bulan ada yang dikemas dalam cairan 3ml
atau 1ml (Raidanti dan Wahidin, 2021).
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan DMPA
Menurut Prawihardjo (2011) mekanisme kontrasepsi suntik DMPA
yaitu:
a. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan releasing hormon dari hipotalamus.
b. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi
sperma melalui serviks uteri.
c. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi. Efek DMPA terlihat
dengan membuat endometrium menjadi kurang layak / baik untuk
implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi
perubahan – perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan
sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum
yang telah dibuahi.
d. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.
3. Kelebihan dan Kekurangan DMPA
a. Menurut BKKBN (2015), kelebihan DMPA adalah :
1) Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,
dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun.
2) Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI)
3) Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang
darah)
4) Memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk
pengobatan kanker bagian dalam rahim.
5) Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak
mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi
penggumpalan darah.
6) Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil,
tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam
tidak diperlukan pada pemakaian awal dan dapat dilaksanakan oleh
tenaga paramedis baik perawat maupun bidan.
7) Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis / paramedis,
peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat
setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan
berikutnya (Marmi, 2016).

b. Menurut BKKBN (2015), kelemahan dari suntikan DMPA adalah :


1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
d) Tidak haid sama sekali
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan)
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
5) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
6) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
7) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
8) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas)
9) Pada pengguna jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.
4. Efek samping DMPA
Menurut Putri (2019), efek samping dari penggunaan suntik DMPA
adalah:
a. Rusaknya pola pendarahan terutama pada bulan-bulan pertama dan
sudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas.
b. Terjadinya keputihan dalam menggunakan suntik DMPA karena
hormon progesteron mengubah flora dan pH vagina, sehingga jamur
mudah tumbuh dan menimbulkan keputihan.
c. Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan
karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone.
d. Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian Rasa pusing,
mual, sakit di bagian bawah perut juga sering dilaporkan pada awal
penggunaan
e. Kemungkinan kenaikan berat badan 1–2kg. Namun hal ini dapat diatasi
dengan diet dan olahraga yang tepat
f. Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan, namun bisa lebih
cepat). Namun, tidak semua wanita yang menggunakan metode ini
terhenti haidnya.
g. Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena tingkat
hormon yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga butuh waktu
untuk dapat kembali normal (biasanya sampai 4 bulan)
h. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk
mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk
menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga
mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga
seringkali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang
menyebabkan berat badan bertambah (Saroha, 2015).
5. Penanganan Komplikasi
a. Umur
Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam penentuan
untuk menggunakan alat kontrasepsi karena pada fase-fase tertentu dari
umur menentukan tingkat reproduksi seseorang. Umur yang terbaik
bagi seorang wanita adalah antara 20-30 tahun karena pada masa inilah
alat-alat reproduksi wanita sudah siap dan cukup matang untuk
mengandung dan melahirkan anak. Bila ditinjau pola dasar penggunaan
kontrasepsi yang rasional maka masa mencegah kehamilan (30 tahun)
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi dengan urutan kontap,
AKDR/IUD, implant, suntik, pil KB, dan kondom. Dengan demikian
umur akan menentukan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang
digunakan (Rizali,2015).
b. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi pribadi
seseorang dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan
rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan
mempengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuannya
akan orientasi hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya.
Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat
yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Tinggi
rendahnya tingkat sosial ekonomi yang dimiliki oleh responden,
membuat responden sangat susah untuk membiayai atau melanjutkan
pendidikannya, disatu sisi pemenuhan kebutuhan sehari-hari sangat
penting untuk dipenuhi (Rozali, 2015).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk
memperoleh suatu penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Lama kerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan
pertumbuhan dalam pekerjaan. Pertumbuhan dalam pekerjaan dapat
dialami oleh setiap orang hanya apabila dijalani proses belajar dan
berpengalaman, diharapkan orang yang bersangkutan memiliki
kecakapan (pengetahuan) kerja yang bertambah baik serta memiliki
keterampilan kerja akan menambah kualitas dan kuantitas (Wanti,
2013).
C. Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan pendekatan yang dilakukan bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan dalam menerapkan pemecahan masalah
secara sistematis mulai pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Varney menjelaskan bahwa proses
manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh
bidan pada awal tahun 1970. Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh
langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan dalam 7 langkah varney
adalah :
1. Langkah I Identifikasi Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan
semua data dasar awal yang lengkap dengan cara mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap
yaitu dengan anamnesa meliputi identitas ibu dan suami, keluhan, status
perkawinan, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,
riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit keluarga, kebutuhan dasar meliputi pola nutrisi, eliminasi (BAK
dan BAB), pola istirahat, pola aktivitas sehari-hari, pola seksual,
personal hygiene serta data psikososial. Kemudian setelah dilakukan
anamnesa tindakan selanjutnya yaitu dilakukan pemeriksaan fisik
meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital serta pemeriksaan head to toe.
Pada tahap ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah
selanjutnya. Sehingga harus dilakukan kelengkapan data yang sesuai
dengan kasus yang dihadapi. Pada tahap ini harus dilakukan pendekatan
yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif serta data penunjang
jika diperlukan. Hal ini bertujuan untuk menentukan proses interpretasi
pada tahap selanjutnya.
2. Langkah II Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data yang dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnostik yang
spesifik.
3. Langkah III Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain, yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-
benar terjadi dilakukan asuhan yang aman.
4. Langkah IV Tindakan Segera atau Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lainnya sesuai dengan kondisi klien.
5. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapu juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
6. Langkah VI Implementasi Tindakan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh harus dilaksanakan
secara efisien dan aman. Manajemen yang efisien akan meningkatkan
mutu asuhan klien.Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan
menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan
oleh bidan, klien, keluarga klien, dokter ataupun tenaga kesehatan
lainnya. Bidan harus melaksanakan implementasi yang efisien terhadap
waktu,biaya dan kualitas pelayanan.
7. Langkah VII Evaluasi
Pada tahap langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan kepada klien.Hasil evaluasi dapat menjadi data dasar
untuk menegakkan diagnosa dan rencana selanjutnya. Yang di evaluasi
adalah apakah diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif,masalah teratasi,
masalah telah berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah
terpenuhi.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R P1A0 UMUR 23 TAHUN


AKSEPTOR BARU KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS JATIPURO
KARANGANYAR

A. Langkah I Identifikasi Data Dasar


Tanggal : 22 November 2022 Pukul : 09.00 WIB
1. Data Subjektf
a. Identitas Ibu dan Suami
Identitas Ibu Identitas Suami
1) Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. T
2) Umur : 23 Tahun Umur : 26 Tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku : Jawa Suku : Jawa
5) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha
7) Alamat : Nanti, Jatisuko Alamat : Nanti,
Jatisuko
b. Alasan Kunjungan
Ny. R mengatakan ingin suntik kb suntik 3 bulan.
c. Status Perkawinan
1) Status Perkawinan : Kawin
2) Usia Pernikahan : Ibu umur 21 tahun dan suami umur 23
tahun
3) Lama Pernikahan : 2 tahun
d. Data Kebidanan
1) Riwayat menstruasi
a) Menarche : 14 tahun
b) Siklus Menstruasi : 28 hari
c) Keteraturan : Teratur
d) Lama Menstruasi : 3-5 hari
e) Sifat Darah : Cair kekentalan
f) Banyaknya : 2-3 x/ hari ganti pembalut
g) Bau : Khas darah menstruasi
h) Warna Darah : Merah kecoklatan
i) Flour Albus : Cairan putih kekuningan
j) Dismenorhea : Tidak mengalami dismenorhea
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ha Persalinan Nifas
mil
ke-

Tahun UK Jenis Penolong Komplikasi JK BBL Laktasi Komplikasi


lahir persalinan

1 2022 40 Normal Bidan Tidak ada L 3400 ASI Tidak ada


min spontan gr eksklusif
ggu

3) Riwayat kontrasepsi yang digunakan


Ny. R mengatakan tidak pernah menggunakan KB jenis apapun
e. Data Kesehatan
1) Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita
Ny. R mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang pernah/
sedang diderita
2) Riwayat penyakit ginekologi
Ny. R mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi
3) Riwayat penyakit keluarga
Ny. R mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti
hipertensi, diabetes melitus, asma, dan penyakit jantung.
f. Data Kebutuhan Dasar
1) Nutrisi
a) Makan
(1) Frekuensi : 3x/ hari
(2) Macam/ jenis : Nasi, sayur dan lauk
(3) Porsi : 1 porsi makan
b) Minum
(1) Frekuensi : 5-8 gelas/ hari
(2) Jenis : Air putih dan susu
2) Eliminasi
a) BAK
(1) Frekuensi : 3-5x/ hari
(2) Warna : Kuning jernih
b) BAB
(1) Frekuensi : 1x/ hari
(2) Warna : Kuning kecoklatan
3) Pola Tidur/ Istirahat
a) Tidur Siang : ½-1 jam
b) Tidur Malam : 6-7 jam
4) Aktivitas
a) Kegiatan Sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah tangga
5) Pola Seksualitas
a) Frekuensi : 1x/minggu
6) Personal Hygiene
a) Mandi : 2x/ hari
b) Ganti celana dalam : 2x/ hari
g. Data psikososial
1) Dukungan suami/ keluarga
Suami/ keluarga mendukung terkait suntik KB 3 bulan
2) Pengetahuan ibu tentang kb yang akan dilakukan
Ny. R mengetahui terkait efek samping yang dirasakan serta jadwal
kembali suntik kb 3 bulan.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Berat Badan : 54 Kg
4) Tinggi Badan : 153 Cm
5) LILA : 24,5 cm
6) TTV
a) Suhu Badan : 36,7 OC
b) TD : 110/70 mmHg
c) Nadi : 86x/ menit
d) Pernafasan : 20x/ menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak ada benjolan di kepala
b) Muka : Simetris, tidak pucat, tidak ada oedem, tidak
terdapat kloasma
c) Mata : Simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera putih
tidak ikterik
d) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret
e) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serum
f) Mulut : Bersih, tidak berbau, tidak terdapat karies gigi,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat
pembengkakan dan perdarahan gusi
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran vena jugularis
3) Mammae
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi atau dimpling, tidak
ada pembesaran pembuluh limfe, tidak ada nyeri tekan
4) Abdomen
Tidak ada massa, tidak ada jaringan parut atau bekas operasi, tidak
ada pertumbuhan rambut, terdapat stretch marck, tidak ada retraksi,
tidak ada nyeri tekan.
5) Genetalia/vulva, dan anus
Tidak ada kelainan anatomis genetalis, tidak ada pembengkakan,
tidak ada hemoroid dan tidak terdapat cairan keputihan
6) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada oedem
b) Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat
varises, reflek patella positif
c. Pemeriksaan Ginekologis
Tidak dilakukan pemeriksaan ginekologis
d. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
B. Langkah II Interpretasi Data
Diagnosa : Ny. R umur 23 tahun P1A0 dengan akseptor baru KB suntik 3
bulan.
1. Data subjektif
Ny. R mengatakan tidak ada keluhan.
2. Data objektif
Kesadaran umum baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, pada
pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.
C. Langkah III Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Tidak ada
D. Langkah IV Tindakan Segera atau Kolaborasi
Tidak ada
E. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Tanggal : 22 November 2022 Pukul : 09.05 WIB
Diagnosa aktual yaitu Ny. R umur 23 tahun P1A0 dengan KB suntik 3 bulan
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Berikan KIE tentang efek samping Kb suntik 3 bulan
3. Siapkan alat dan obat
4. Lakukan penyuntikan secara IM d
5. Beritahu ibu tanggal kembali
6. Dokumentasi tindakan

F. Langkah IV Implentasi Tindakan


Tanggal : 22 November 2022 Pukul : 09.10 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan baik dan sehat
2. Memeberikan KIE tentang efek samping KB suntik 3 bulan pada ibu yaitu
ganggungan haid (siklus yang memanjang atau memendek), berat badan
meningkat atau menurun, dan tidak menjamin perlindungan terhadap IMS
3. Menyiapkan alat dan obat yang akan digunakan yaitu spuit 3cc, kapas
alkohol, dan obat kb suntik 3 bulan (depo medroxyprogesteron acetat)
4. Melakukan penyuntikan secara IM pada Mulkulus Gluteus Maksimus
5. Memberitahu ibu tanggal kembali yaitu tanggal 14 Februari 2023
6. Mendokumentasikan tindakan
G. Langkah VII Evaluasi
Tanggal : 22 November 2022 Pukul : 09.15 WIB
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dirinya
2. Ibu telah mengerti mengenai efek samping KB suntik 3 bulan
3. Alat dan bahan telah disiapkan
4. Telah dilakukan penyuntikan secara IM pada Mulkulus Gluteus
Maksimus
5. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang pada tanggal yang telah
ditentukan
6. Semua tindakan telah didokumentasikan

BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai