PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana merupakan suatu program yang membantu
pasangan suami istri untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera dengan cara perencanaan kehamilan dan sebaliknya menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Setyaningrum, 2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2019 didapatkan cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif di
Indonesia yaitu sebanyak 24.196.151 peserta. Perserta KB aktif menurut jenis
kontrasepsi di Indonesia yaitu terdapat 301.436 (1,2%) menggunakan
kondom, KB suntik sebanyak 15.419.826 (63,7%), pil sebanyak 4.123.424
(17,0%), IUD/AKDR sebanyak 1.790.336 (7,4%), MOP sebanyak 118.060
(0,5%), MOW sebanyak 661.431 (2,7%), Implan sebanyak 1.781.638 (7,4%).
(Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia diatas, Pasangan
Usia Subur (PUS) di Provinsi Jawa tengah tahun 2019, terdapat sebanyak
5.952.837 PUS. Pemakaian alat kontrasepsi kondom sebanyak 1,3%, KB
suntik sebanyak 67,9%, pil sebanyak 10,2 %, IUD/AKDR sebanyak 7,2 %,
MOP sebanyak 0,6 %, MOW sebanyak 3,7 %, Implan sebanyak 8,5% (Profil
Kesehatan Indonesia, 2019).
Pengguna KB di Jawa Tengah tahun 2013 berjumlah 3.986.198
peserta dengan presentase pengguna IUD 8,7%, pengguna MOP 1,2%,
pengguna MOW 5,1%, pengguna implant 11,00%, pengguna suntik 52,34%,
pengguna Pil 17,95%, peserta Kondom 3,76%, (BKKBN,2013). Sampai saat
ini jumlah Akseptor di Jawa Tengah menurut BKKBN Jateng (2014) telah
mencapai 5.368.348 akseptor. Apabila dilihat per mix kontrasepsi, maka
presentasinya sebagai berikut : KB AKDR 8,80%, KB MOW 5,36%, KB
MOP 1,00%, KB Kondom 2,34%,KB Implan11,22%, KB Suntik 56,51%,
dan KB Pil 14,81%, (BKKBN, 2014). Dari data BKKBN 2013 dan 2014 di
Jawa Tengah terjadi peningkatan untuk penggunaan akseptor keluarga
berencana yaitu akseptor KB implan. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi
hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA
(Depo Medroksi Progresteron Asetat) dan kombinasi. Efek samping
penggunaan kontrasepsi hormonal terutama kontrasepsi suntik DMPA adalah
kenaikan berat badan, gangguan haid, kekeringan vagina, menurunnya libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat (Anwar, 2011).
Kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi Depo Medroxi
Progesteron Asetat (DMPA) per tahun 2,3 – 2,9 kg. Terjadinya kenaikan
berat badan tersebut disebabkan karena alat kontrasepsi mengandung hormon
progesteron. Hormon progesteron mempunyai efek samping yaitu
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya serta menurunkan
aktifitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan berat badan (Irianto, Gizi
Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced, 2014).
Beberapa studi penelitian didapatkan peningkatan berat badan akibat
penggunaan kontrasepsi DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh
dan adanya hubungan dengan regulasi nafsu makan. Salah satu studi
menemukan peningkatan nafsu makan yang dilaporkan sendiri oleh wanita
yang menggunakan kontrasepsi DMPA setelah 6 bulan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan kandungan pada DMPA yaitu hormon progesteron, yang
dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan nafsu makan ( Guyton dan Hall, 2007).
Perubahan berat badan ini bersifat sementara, tergantung reaksi tubuh
wanita terhadap 4 metabolisme progesterone. Akan tetapi perubahan berat
badan yang berlebih dapat menyebabkan resiko buruk terhadap kesehatan
individu seperti obesitas, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya, selain itu
juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan terhadap diri wanita sendiri
karena rasa tidak percaya diri (Pinem, 2014). Tidak sedikit akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan yang mengeluhkan efek samping tersebut, yang
dimana akseptor KB tidak mengetahui secara jelas apakah kenaikan berat
badannya dipengaruhi oleh KB yang digunakan ataupun tidak, akhirnya
banyak kejadian akseptor KB yang dropout atau berhenti ber KB.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif kepada Ny.R di
Puskesmas Jenawi Karanganyar
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan identifikasi data dasar
b. Mampu melakukan interpretasi data
c. Mampu melakukan identifikasi diagnosa masalah potensial
d. Mampu melakukan tindakan segera atau kolaborasi
e. Mampu melakukan perencanaan tindakan asuhan kebidanan
f. Mampu melakukan implementasi tindakan
g. Mampu melakukan evaluasi sesuai dengan kasus yang ada
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keluarga Berencana
1. Definisi Keluarga Berencana (KB)
Kontrasepsi berencana merupakan suatu usaha untuk menjarangkan
atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi (BKKBN, 2012). Keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk mencegah kehamilan, penundaan
usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan (Kurniawati T, 2014).
KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak,
sert perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan
cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan
akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara
anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 2015).
2. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Irianto (2014), kontrasepsi adalah yang berasal dari kata
“kontra” artinya melawan dan “konsepsi”, artinya pembuahan. Jadi,
kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga
tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kehamilan. Menurut
Mulyani & rinawati (2013), kontrasepsi adalah pencegahan terbuahnya sel
telur oleh sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah di buahi ke dinding rahim.
3. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
Menurut Sulistyowati (2013), macam-macam kontrasepsi yaitu :
a. Kontrasepsi metode sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah terdiri dari metode kalender, pantang berkala, metode
suhu basal, metode lendir serviks
b) Metode simtomtermal adalah setelah darah haid berhenti,
hubungan seksual dapa dilakukan pada malam hari pada hari
kering dengan berselang sehari selama masa tak subur
c) Koitus Interuptus adalah alat kelamin pria (penis) dikeluarkan
sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina
dan kehamilan dapat dicegah
2) Dengan alat
a) Mekanisme (barier) terdiri dari kondom proa, barier intravagina
(kondom wanita)
b) Kimiawi yang berupa spermisida (aerosol (busa), tablet vagina,
supositoria, atau dissovable film dan krim)
b. Kontrasepsi Modern
1) Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi oral : Pil kombinasi (manofasik, bifasik, trifasik)
Injeksi atau suntikan : DMPA, Depo Noristerat
Sub kutis : Implan (alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK) : Norplant, implanon, jadena dan indoplant)
2) Intra Uterine Device (IUD) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) :
Copper-T, Lippes loop, ML Cu 250
c. Metode Kontrasepsi Mantab
1) Pada Wanita
Metode Operasi Wanita (MOW) : Tubektomi
2) Pada Pria
Metode Operasi Pria (MOP) : Vasektomi
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA