Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS PADA NY D USIA 24

TAHUN P2A0 DI PUSKESMAS TAWANGSARI

Presentasi Kasus

Nama Kelompok

1. Hervina Wilhelmina Maharani (R0418014)


2. Hudzaifah Alief Fath Azizah (R0418015)
3. Indi Nareswari (R0418016)
4. Kurnia Nur Rahma Asih (R0418017)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


2021

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS PADA NY D USIA 24


TAHUN P2A0 DI PUSKESMAS TAWANGSARI

Lembar Pengesahan

Nama Kelompok

1. Hervina Wilhelmina Maharani (R0418014)


2. Hudzaifah Alief Fath Azizah (R0418015)
3. Indi Nareswari (R0418016)
4. Kurnia Nur Rahma Asih (R0418017)

Tanggal

Jumat, 8 Oktober 2021

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Clinical Instructure

Dr. Revi Gamma Hatta Novika, S.ST., M.Kes


NIP. NIP.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan kebidanan merupakan proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan kewenangan dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu kebidanan. Asuhan kebidanan komprehensif
adalah asuhan kebidanan yang dilakukan mulai Antenatal Care (ANC),
Intranatal Care (INC), Postnatal Care (PNC), dan Bayi Baru Lahir (BBL)
secara berkelanjutan dan komprehensif pada pasien. (Tafui, 2019)
Salah satu target pembangunan Sustainable Development Goals atau yang
dikenal dengan SDGs adalah mengurangi kematian ibu hingga di bawah 70
per 100.000 kelahiran hidup pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita
yang dapat dicegah, seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian
Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Balita 25 per 1.000 kelahiran hidup serta menurunkan angka
kematian anak. Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator penting
kesehatan seluruh masyarakat. Kesehatan ibu mencakup kesehatan wanita
usia subur mulai dari pra kehamilan, persalinan dan kelahiran, serta dalam
masa pasca partum. World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa setiap tahunnya 500.000 wanita meninggal akibat kehamilan atau
persalinan. Sebesar 99 persen dari kematian tersebut terjadi di negara
berkembang, Sebesar 86 persen dari persalinan terdapat di negara
berkembang sedangkan 50 persen dari persalinan terjadi di Asia. Setiap hari
di Tahun 2013 sekitar 800 perempuan di dunia meninggal karena komplikasi
kehamilan dan kelahiran anak. Hampir semua kematian ini terjadi karena
rendahnya pengaturan sumber daya dan sebagian besar dapat dicegah.
Penyebab utama kematian ibu yakni perdarahan,hipertensi, infeksi, dan
penyebab tidak langsung (Panduan SDGs, 2015).
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (2019), menunjukkan bahwa
AKI di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2019 terdapat 5 kematian ibu
dengan penyebab : eklamsi 1 kasus,perdarahan 1 kasus, Help syndrome 1
kasus, enselopati metabolik 1 kasus, emboli 1 kasus. Sehingga estimasi
Angka Kematian Ibu Maternal pada tahun 2019 adalah 39,84/100.000
Kelahiran Hidup. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar
31,87/100.000 kelahiran hidup. Peningkatan kasus kematian ibu ditahun
2019, disebabkan ada 2 kasus penyebab tak langsung karena kondisi penyakit
yang diderita ibu dan tetap ingin hamil dan melahirkan dengan jarak
kehamilan sebelumnya 10 tahun dan menginginkan punya anak lagi. Jumlah
kematian ada di 5 kecamatan (kecamatan Bulu 1 kasus, kecamatan Sukoharjo
1 kasus, kecamatan Grogol 1 kasus, kecamatan Baki 1 kasus, kecamatan
Gatak 1 kasus. Dari ke 5 kasus tersebut di atas, 3 diantaranya sebab kematian
dipengaruhi oleh komplikasi/penyakit lainnya yang diderita ibu seperti help
syndrome, enselopati metabolik dan emboli. (Profil Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo 2019)
Pemerintah berupaya melakukan pendekatan pelayanan kebidanan pada setiap
ibu hamil, karena itu bidan di Indonesia sangat diperlukan. World Health
Organization (WHO) merekomendasikan agar bidan dibekali pengetahuan
dan keterampilan penanganan komplikasi yang terjadi pada masa nifas.
Cakupan kunjungan nifas merupakan perawatan maternal pasca persalinan.
Kunjungan nifas sering disama artikan dengan kunjungan neonatus (KN)
karena waktunya yang bersamaan dan disingkat sama-sama dengan
kunjungan nifas. Cakupan kunjungan nifas seharusnya lebih besar atau
minimal sama dengan target pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
sebab bidan diharapkan lebih proaktif melakukan kunjungan nifas meskipun
terhadap ibu yang persalinannya ditolong oleh dukun. (Sari, 2019)
Adapun upaya yang dilakukan adalah Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas
pemantauan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko
kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir dasar di tingkat Puskesmas
(PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). (Widiantari, 2019)
Penulis bermaksud melakukan presentasi kasus pada Ny “D” dari umur
kehamilan 38 minggu 4 hari, nifas hingga hari ke 7 dengan memberikan
asuhan kebidanan sesuai standar. Berdasarkan hasil wawancara dan
dokumentasi buku KIA, nifas ibu tergolong fisiologis sehingga memenuhi
syarat untuk didokumentasikan asuhan kebidanan sebagai presentasi kasus.
Ny “D” beralamat di Pundungrejo 1/2 Tawangsari, Sukoharjo yang
merupakan wilayah kerja Puskesmas Tawangsari. Ibu “D” hamil kedua
dengan tafsiran persalinan (TP) tanggal 14 september 2021 berdasarkan
pemeriksaan hari pertama haid terahir (HPHT) dan telah melahirkan bayinya
pada tanggal 9 september 2021. Ibu “D” telah menyetujui untuk ikut
berpartisipasi dan sudah mendapatkan informed consent.
BAB II

KASUS

2.1 Asuhan Kebidanan (SOAP)

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS PADA NY D USIA 24


TAHUN P2A0 DI PUSKESMAS TAWANGSARI

No Register : GD/1075/19

Periksa tanggal, jam : 9-9-2021 jam 06.45 WIB

Dirawat diruang : Poned

BIODATA

IBU SUAMI
Nama : Ny. D Nama : Tn. I
Usia : 23 th Usia : 25 th
Suku/ : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Bangsa : Islam Agama : Islam
Agama : SMP Pendidikan : SMU
Pendidikan : Karyawati Pekerjaan : Karyawan
Pekerjaan : Pdrejo 1/2 Alamat : Pdrejo 1/2
Alamat :- No HP :-
No HP

A. DATA SUBYEKTIF
1. Kunjungan saat ini

√ KF I (6 jam – 3 hari PP)


KF II (Hari ke 4 – 28 hari PP)
KF III (Hari ke 29 – 42 hari PP)

2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1x. Kawin pertama usia 17 tahun. Dengan suami sekarang 6 tahun.
Status perkawinan : Sah
3. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 13 tahun, siklus 30 hari
Menstruasi teratur. Lama 5 hari. Sifat darah : encer. Bau normal tidak
menyengat. Tidak ada fluor albus. Banyaknya ± 45 cc
4. Riwayat Kehamilan
a. Riwayat ANC
ANC sejak usia kehamilan 8 minggu, ANC di dokter dan bidan
Frekuensi

Trimester I : 2 kali
Trimeter II : 2 kali
Trimester III : 7 kali
b. Keluhan yang dirasakan

Trimester I : Mual, Perih


Cara mengatasi : Makan sedikit-sedikit tapi sering
Trimeter II : Mual
Cara mengatasi : Makan sedikit-sedikit tapi sering
Trimester III : Kenceng-kenceng sebelum persalinan
Cara mengatasi : Menggunakan teknik relaksasi
5. Data Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi

Makan Minum
Frekuens : 3x sehari Frekuensi : 6-7x sehari
i
Macam : Nasi, sayur, lauk Macam : Air putih
Jumlah : 1 porsi Jumlah : 1 gelas tiap minum
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
b. Konsumsi obat/jamu

Frekuensi : Ibu mengatakan tidak mengonsumsi jamu selama


kehamilan atau obat-obatan lain selain vitamin
yang diresepka oleh bidan atau dokter
Macam/Jenis : Ibu mengatakan tidak mengonsumsi jamu selama
kehamilan atau obat-obatan lain selain vitamin
yang diresepka oleh bidan atau dokter
Alergi obat : Ibu mengatakan tidak ada alergi terhadap obat
apapun
c. Pola Eliminasi

BAB BAK
Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 3-5x sehari
Warna : coklat kekuningan Warna : kuning, jernih
Bau : tidak menyengat Bau : khas
Konsistensi : padat-lembek Konsistensi : cair
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
d. Pola Aktivitas

Kegiatan sehari-hari : Ibu mengatakan bekerja sebagai karyawti


dan libur di rumah ketika mendekati
persalinan
Istirahat/tidur : Ibu mengatakan tidur ±7-8 jam sehari
e. Personal Hygiene

Kebiasaan mandi : Ibu mengatakan mandi 2x


dalam sehari
Kebiasaan membersihkan kelamin : Ibu mengatakan bahwa ia
membersihkan alat kelamin
setiap mandi, setelah BAB,
dan setelah BAK.
Kebiasaan mengganti dalaman : Ibu mengatakan mengganti
pakaian dalam 2x sehari
atau jika merasa tidak
nyaman
Jenis pakaian dalam : Ibu mengatakan jenis
pakaian dalamnya dapat
menyerap keringat
6. Riwayat Obstetri

Persalinan Nifas
Tgl Usia Jenis Komplikas BB
Penolon J Komplikas
lahi Kehamila Persalina i Lahi Laktasi
g K i
r n n Ibu Bayi r
- - L
9-9- 39+2 mg Spontan Bidan - - P 3600 sekaran -
21 g

7. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan

Mulai Memakai Berhenti/ Ganti Cara


No Jenis KB Tg
Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
l

Rencana menjadi akseptor KB setelah persalinan : Ibu mengatakan ingin


menggunakan KB suntik 3 bulan.
8. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan pernah/sedang/tidak pernah menderita

Hepatitis Tidak pernah Asma Tidak pernah


HIV Tidak pernah Jantung Tidak pernah
TBC Tidak pernah Hipertensi Tidak pernah
Anemia Tidak pernah Diabetes Tidak pernah
Malaria Tidak pernah IMS Tidak pernah
Yang lain : Tidak ada
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga

Hepatitis Tidak pernah Asma Tidak pernah


HIV Tidak pernah Jantung Tidak pernah
TBC Tidak pernah Hipertensi Tidak pernah
Anemia Tidak pernah Diabetes Tidak pernah
Malaria Tidak pernah IMS Tidak pernah
Yang lain : Tidak ada
c. Riwayat Alergi

Makanan : Ibu mengatakan tidak ada alergi pada makanan apapun


Obat : Ibu mengatakan tidak ada alergi pada obat apapun
Zat Lain : Ibu mengatakan tidak ada alergi pada zat apapun
d. Kebiasaan-kebiasaan

Merokok : Ibu mengatakan tidak pernah


merokok
Minum jamu : Ibu mengatakan tidak pernah
minum jamu sebelum ataupun
saat hamil
Minum minuman beralkohol : Ibu mengatakan tidak pernah
minum minuman beralkohol
Makan makanan pantang : Ibu mengatakan tidak ada
pantangan makan
Perubahan pola makan : Ibu mengatakan nafsu makan
bertambah ketika kehamilan
trimester II dan III
9. Keadaan Psikososial dan Spiritual
a. Kelahiran anak :
√ Diinginkan Tidak diinginkan
b. Pengetahuan ibu tentang nifas :
Ibu mengatakan nifas adalah masa setelah persalian.
c. Pengetahuan ibu tentang keadaan yang dialami sekarang :
Ibu mengetahui bahwa dirinya sedang berada pada masa nifas
d. Penerimaan ibu terhadap kelahiran anak saat ini :
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya
e. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran anak :
Keluarga senang dan mendukung kelahiran anak

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
b. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg Pernapasan : 20x per menit


Nadi : 80 x per menit Suhu
: 36,7oC
c. Antropometri
TB : 154 cm
BB sbl hamil : 49 kg
BB sekarang : 63 kg
IMT : 26,5
LiLA : 25 cm
d. Kepala dan Leher

Oedema Wajah : Tidak ada oedema pada wajah


Mata : Tidak ada oedema, conjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada epulis, gigi
tidak karied
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok,
kelenjar limfe, ataupun tumor
e. Payudara
Bentuk : Bulat, simetris, tidak ada kelainan
Areola mamae : Hiperpugmentasi
Puting susu : Menonjol, tidak tenggelam
Colostrum : Sudah keluar pada kedua payudara
f. Abdomen
Bentuk : Pembesaran normal
Bekas luka : Tidak ada bekas luka
Striae Gravidarum : Terdapat striae livide
Palpasi :
Kontraksi : Keras, baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kandung kemih : Kosong
g. Ekstremitas
Oedema : Tidak ada oedema pada tangan dan kaki
Varices : Tidak ada varices
Kuku : Tidak pucat
Homan : Tidak dilakukan
h. Genetalia Luar

Varices : Tidak ada varises


Kondisi jahitan : Baik, tidak ada tanda-tanda infeksi
Bekas luka : Masih basah, tidak ada pembengkakan
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran
Pengeluaran : Lokea rubra
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
i. Anus
Hemorroid : Tidak ada Hemorroid
2. Pemeriksaan Penunjang
USG : Tidak dilakukan
Tes Laboratorium : Tidak dilakukan
C. ANALISIS DATA

Tanggal : 9-9-2021 Pukul : 16.45 WIB


1. Diagnosa Kebidanan
Ny. D P2A0 usia 25 tahun post partum fisiologis 6 jam

Data Dasar
DS :
1) Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada 10.40 WIB
2) Ibu mengatakan perutnya mulas
3) Ibu mengatakan jahitannya terasa nyeri
4) Ibu mengatakan ASI sudah keluar dan telah menyusui bayinya
DO :
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Nadi : 82x per menit
- Pernapasan : 22x per menit
- Suhu : 36,7oC
4) TB/BB sekarang : 154 cm/ 63 kg
5) LiLA : 25 cm
6) TFU : 2 jari di bawah pusat
7) Kontraksi : Baik, Keras
8) PPV : Lokea Rubra
9) Perinium : Robek derajat II, telah dijahit
10) Jahitan : Masih basar, tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Masalah
Tidak ada.
3. Kebutuhan
KIE mengenai rasa mules dan nyeri luka jahitan.
D. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 9-9-2021 Pukul : 16.50 WIB


1. Menyampaikan hasil kepada ibu bahwa keadaan umum ibu baik dan
tanda-tanda vital ibu berada pada batas normal.
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu bahwa rasa mules yang dirasakan merupakan kondisi
yang normal yaitu ketika uterus berkontraksi untuk kembali ke kondisi
semula dan menghentikan perdarahan.
Hasil : Ibu megetahui tentang rasa mules yang dirasakan.
3. Memberitahu ibu bahwa nyeri pada luka jahitan menandakan jaringan-
jaringan yang robek sedang membentuk jaringan baru. Rasa nyeri
tersebut normal selama tidak ada rasa sakit yang disertai rasa sakit
hebat, perdarahan pada area luka, tidak ada nanah yang keluar, atau
disertai demam tinggi.
Hasil : Ibu mengetahui bahwa nyeri pada luka jahitannya termasuk
normal
4. Memberitahu ibu untuk tidak memberikan apapun pada jahitan
periniumnya terutama dengan memberikan obat tradisional atau
menempelkan daun-daunan karena dapat menyebabkan infeksi.
Hasil : Ibu bersedia tidak memberi obat tradisional atau daun-daunan
pada periniumnya.
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga periniumnya tetap kering agar tidak
terjadi infeksi dan mempercepat kesembuhan luka yaitu dengan sering
mengganti pembalut dan mengeringkan area kemaluan dengan tisu
sekali pakai setelah BAB atau BAK.
Hasil : ibu bersedia menjaga periniumnya tetap kering
6. Memberitahu ibu untuk membersihkan area kewanitaannya dengan
benar yaitu dengan air bersih yang mengalir dan membasuh dari arah
depan ke belakang untuk menghindari kotoran dari anus masuk ke
dalam vagina atau lubang urin sehingga dapat menyebabkan infeksi.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia membersihkan area kewanitaannya
dengan benar.
7. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya secara on demand yaitu
dengan menyusui bayi ketika bayi ingin atau setiap dua jam sekali.
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya secara on demand
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk menambah
stamina tubuh yaitu dengan tidur minimal 7-8 jam per hari
Hasil : Ibu bersedia istirahat cukup.
9. Mendokumentasikan hasil tindakan.
Hasil : Tindakan telah didokumentasikan

Nama : Bangsal :
No RM : GD/1075/19
Ny. D PONED
Usia :
Tanggal : 15-9-2021 Kelas : -
25 th
Tanggal CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Paraf
15-9- S:
2021 1) Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya
pada 9-9-2021
2) Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan
kuat tanpa kesulitan
3) Ibu mengatakan luka jahitannya sudah
menutup
O:
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV
- TD : 120/80 mmHg
- N : 83x per menit
- S : 36oC
- R : 22 x per menit
4) TFU : pertengahan simfisis-pusat
5) PPV : lokea sanguinolenta
6) Jahitan : tidak ada tanda-tanda infeksi
A:
Ny. D P2A0 usia 25 tahun post partum 7 hari
normal
P:
1) Menyampaikan kepada ibu hasil
pemeriksaan bahwa KU dan VS ibu dalam
batas normal.
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2) Memastikan involusi uterus berjalan
dengan baik.
Hasil : Telah dilakukan pemeriksaan,
kontraksi baik
3) Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal hygiene yaitu dengan mandi dan
sikat gigi minimal 2x sehari, keramas tiap
2-3 hari sekali atau apabila merasa tidak
nyaman, mengganti pembalut tiap 4 jam
atau apabila dirasa tidak nyaman.
Hasil : Ibu bersedia menjaga personal
hygiene
4) Menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan perinium yaitu dengan
mengeringkan perinium dengan tisu sekali
pakai, tidak memberikan daun-daunan
tradisional karena dapat menyebabkan
infeksi, membasuh genetalia dari arah
depan ke belakang untuk mencegah
kotoran dari anus masuk ke vagina.
Hasil : Ibu bersedia menjaga kebersian
perinium.
5) Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang berserat seperti buah-buahan untuk
melancarkan pencernaan sehingga mudah
BAB
Hasil : Ibu telah mengonsumsi makan-
makanan berserat seperti buah pepaya
6) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi
makan-makanan bergizi seperti nasi, lauk-
pauk, buah, dan susu jika berkenan untuk
melancarkan ASI dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Hasil : Ibu bersedia makan-makanan
bergizi
7) Menganjurkan ibu untuk memenuhi cairan
tubuh dengan minum air minimal 8 gelas
per hari atau lebih.
Hasil : Ibu bersedia minum air 8 gelas per
hari.
8) Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui
bayinya minimal 2 jam sekali selama 10-
15 menit pada tiap payudara.
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya 2
jam sekali.
9) Mendokumentasikan hasil tindakan
Hasil : Tindakan telah didokumentasikan
BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Nifas
3.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan, mulai dari saat
selesai persalinan sampaipulihnya kembali alat-alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil. (Kustini, K. 2018).
Periode masa nifas adalah masa setelah placenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan semula hamil,
berlangsung selama kirakira 6 minggu menurut saleha (Pitri R ,
2012). Masa nifas adalah di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu atau masa
setelah melahirkan bayi yaitu masa pemulihan kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra hamil. (Susilo R, 2012).
3.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Masa nifas terjadi perubahan- perubahan baik fisiologis maupun
psikologis pada sistem tubuh wanita. Perubahan fisiologis pada
masa nifas diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi,
sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal,
sistem endokrin, perubahan tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskuler, dan perubahan sistem hematologi. Pada masa
postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi
seperti saat hamil. Dengan tingkat pengetahuan berdasarkan
umur, pekerjaan dan pendidikan pada ibu postpartum primipara
didapatkan sebagian ibu nifas memiliki pengetahauan yang
cukup, sehingga ibu nifas sudah mengerti tentang perubahan
fisiologis yang terjadi pada masa nifas maka rasa takut dan cemas
selama masa nifas dapat dihindari dan apabila terdapat suatu
kelainan pada ibu nifas, ibu akan mengerti dan segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan, sebaliknya jika ibu nifas
tidak mengerti tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada
masa nifas, maka seorang ibu akan merasa cemas dan takut
dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama masa nifas.
Salah satu hal yang dapat dilakukan agar ibu nifas memahami
perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas adalah dengan
pemeriksaan asuhan pada masa nifas. Asuhan pada masa nifas
sangat diperlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan
masa kritis untuk ibu dan bayinya. Paling sedikit 4 kali kunjungan
pada masa nifas sehingga dapat menilai status ibu dan bayinya,
untuk melaksanakan screening yang komprehensif mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
dan bayi, memberikan pendidikan tentang kesehatan, perawatan
kesehatan diri, nutrisi dan keluarga berencana, sehingga ibu nifas
dapat mencegah komplikasi yang terjadi pada masa nifas.( Ni
Wayan Kurnia Widya Wati, Putri Ratnasari, 2017).
3.1.3 Perubahan Psikologis Masa Nifas
Ibu menjalani adaptasi postpartum ibu akan mengalami fase-fase
seperti, fase taking-in, fase taking hold, dan fase letting-go.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh seorang wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada
beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan, baik dari
segi fisik maupun psikis. Perubahan mood (kondisi emosional)
selama periode postpartum wajar terjadi. Penurunan hormon
secara signifikan, seperti hormon progesteron dan estrogen,
dipecaya penyebab kemarahan emosional. Ibu dengan masalah
ekonomi atau keluarga biasanya lebih terlihat stress sebagai
respons ke ibunya. Perlu ditambahkan keguguran atau kegagalan
kehamilan berkontribusi kepada masalah emosi selama
postpartum, ketidak nyamanan fisik seperti rasa sakit perinium,
pembekakan payudara dan kelelahan semuanya berpengaruh
terhadap reaksi negatif (Vivian Nanny Lia, 2013).
Faktor-faktor yang berperan dalam penyesuaian ibu yaitu, dukungan dan
respon yang baik dari keluarga dan teman dekat, pengalaman
waktu melahirkan, harapan dan aspirasi, pengalaman merawat dan
membesarkan anak sebelumnya, dan pengaruh kebudayaan
(Anggraini, 2010 dalam Sari Eka Puspita,2014).
Ibu jika tidak mampu beradaptasi dalam Fase taking-in ini maka ibu akan
mengalami ganguan adaptasi psikologis dalam masa nifas seperti,
postpartum blues (Baby Blues), depresi postpartum, postpartum
psikosis atau postpartum kejiwaan (Ade Benih Nirwana, 2011).
Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu
yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.
Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase
taking-in. Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami
dan keluarga untuk memberikan dukungan moril dan
menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang
disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase taking-in
dengan baik (Dewi Vivian Nanny Lia, 2011). Perubahan
psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa
nifas ini ibu akan menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan
perhatian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat
penting dalam hal memberi pengarahan pada keluaraga tentang
kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan
pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang
patologis (YP Rahayu,2012).

3.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


Kebutuhan dasar meliputi kebutuhan nutrisi, aktivitas, istirahat,
perawatan payudara, perawatan vulva, dan eliminasi.Nutrisi
merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses
kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi
air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan
meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.Nutrisi yang di
konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori
bagus untuk proses matabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses
pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kkal. Ibu
menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +
700 kkal pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kkalbulan
selanjutnya.Kebutuhan nutrisi bukan hanya memperhatikan
jumlah yang dikonsumsi, melainkan juga memperhatikan zat gizi
yang harus di penuhi diantarnya karbohidrat, protein, lemak dan
vitamin.

3.2 Asuhan Masa Nifas


3.2.1 Pengertian
Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan. Di dalam standar kompetensi bidan dijelaskan bahwa
bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Asuhan
masa nifas difokuskan pada upaya pencegahan infeksi dan
menuntut bidan untuk memberikan asuhan kebidanan tingkat
tinggi. (Islami, Noveri Aisyaroh, 2011)
3.2.2 Tujuan
Menurut (Islami, Noveri Aisyaroh, 2011). Asuhan yang diberikan
kepada ibu bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan
bayi
2. Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada
ibu
3. Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu
4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta
memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga
5. Imunisasi ibu terhadap tetanus
6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang
baik antara ibu dan anak.
3.3 Standar Pelayanan Nifas
Bidan memegang peranan penting dalam upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam standar
pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu pada
masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua
dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,
penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi
baru lahir, pemberian asi, imunisasi dan keluaga berencana. (Islami,
Noveri Aisyaroh, 2011).
3.4 Heacting
3.4.1 Pengertian
Penjahitan perineum merupakan upaya untuk memperbaiki
fungsi organ reproduksi ibu yang mengalami ruptur pada saat
melahirkan. Cukup banyak faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka perineum di antaranya mobilisasi dini,
vulva hygiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor dan
juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu
kondisi luka kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda
infeksi (Mochtar, 2002)
Penjahitan robekan perineum merupakan salah satu program
asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu
karena jika ibu diperhatikan dan didukung selama proses
persalinan akan membuat asuhan yang diberikan dapat
diterima dengan baik dan meningkatkan rasa aman dan
nyaman. Selain penjahitan robekan perineum, pemberian
anastesi lokal sebelum melakukan penjahitan terhadap
robekan perineum juga merupakan salah satu isi dari program
asuhan sayang ibu yang bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit yang dialami ibu selama proses penjahitan luka jalan
lahir (APN, 2007).
3.4.2 Standard Operating Procedure (SOP) Hecting
Tujuan : Untuk menyatukan kembali jaringan tubuh
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak
perlu (memastikan hemostasis)
Prosedur :
Persiapan Pasien
1. Indentifikasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Inform consent

Persiapan alat

1. Alat Heacting Set :


- Needle holder
- Jarum otot dan jarum kulit
- Pinset anatomi dan chirurgis
- Klem arteri (2)
- Gunting benang
- Catgut cromic dan plain 2.0 / 3.0
2. Spuit 10 cc
3. Lidocain 1 %
4. Doek alas bokong
5. Sarung tangan
6. Kasa steril
7. Deepers steril
8. Air DTT
9. Larutan klorin 0,5 %
10. Bengkok
11. Tempat sampah medis dan non medis
12. Lampu sorot

Pelaksanaan

1. Bersihkan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5 %,


lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
klorin 0,5 %
2. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan:
a. Dalam wadah set partus masukkan : sepasang sarung
tangan, pemegang jarum, jarum jahi, cromic catgut
atau catgut no. 2/0 atau 3/0, pinset
b. Buka alat suntik 10 ml sekali pakai, masukkan
kedalam wadah set partus
c. Patahkan tabung lidocain Perkirakan volume
lidocain yang akan digunakan sesuaikan dengan
besar / dalamnya robekan. Bila tidak tersedia larutan
jadi lidocain 1 % dapat digunakan lidocain 2 % yang
diencerkan 1:1 dengan menggunakan aquades steril.
3. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur,
dengan posisi litotomi
4. Pasang kain bersih dibawah bokong ibu
5. Atur lampu sorot kearah vulva /perineum ibu
6. Pakai sarung tangan
7. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidocain 1 % tnp
epinefrin
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan
9. Gunakan kasa bersih untuk membersihkan ke arah luka
dari darh atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan
dalamnya robekan pada daerah perineum
10. Beritahu ibu akan di suntik dan mungkin timnul rasa
kurang nyaman
11. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan
perineum, masukkan jarum secara subcutan di sepanjang
tepi luka
12. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah terisap. Bila
ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan.
Ulangi lagi aspirasi. (cairan lidocain yang masuk ke
dalam pembuluh darah dapat menyebabkan denyut
jantung tidak teratur)
13. Suntikan cairan lidocain 1 % sambil menarik jarum
suntik pada tepi luka daerah perineum
14. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan
jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina,
lakukan aspirasi, suntikan cairan lidocain 1 % sambil
menarik jarum suntik. (bila robekan besar dan dalam,
anastesi daerah bagian dalam robekan alur suntikan
anastesi akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum,
dalam luka, tepi mukosa vagina)
15. Lakukan langkah nomor 11 s.d 14 untuk tepi robekan
kedua
16. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan unntuk
mendapatkan hasil optimal dari anestesi
17. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat
robekan
18. Jika perdarahan yang terlihat menutupi luka episotomy,
pasang tampon atau kassa ke dalam vagina. (sebaiknya
menggunakan tampon berekor benang)
19. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian
kunci pemegang jarum
20. Pasang benang jahit (cromic 2/0) pada mata jarum
21. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
22. Lakukan penjahitan pertama 1 cm diatas puncak luka
robekan di dalam vagina, ikat jahitan pertama dengan
simpul mati. Potong ujung benang yang bebas (ujung
benang tanpa jarum) hingga tersisa ± 1 cm
23. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
hingga tepat di belakang lingkaran hymen
24. Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang
lingkaran hymen hingga menembus luka robekan bagian
perineum. Bila robekan yang terjadi sangat dalam.
25. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum
sampai ke bagian bawah luka robekan.(bila
menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati
pada jahitan jelujur paling bawah)
26. Jahit jaringan subkutis kanan-kiri kearah atas hingga epat
dimuka lingkaran hymen
27. Tusukkan jarum dari depan lingkaran hymen ke mukosa
vagina di belakang hymen. Buat simpul mati di belakang
lingkaran hymen dan potong benang hingga tersisa ± 1
cm
28. Bila menggunakan tampon / kasa di dalam vagina,
keluarkan tampon / kasa. Masukkan jari telunjuk ke
dalam rectum dan rabalah dinding atas rectum. (bila
teraba jahitan, ganti sarung tangan dan lakukan
penjahitan ulang)
29. Nasihati ibu agar :
a. Membasuhi perineum dengan sabun dan air,
terutama setelah buang air besar (arah basuhan dari
bagian depan ke belakang)
b. Kembali untuk kunjungan tidak lanjut setelah 1
minggu untuk pemeriksaan jahitan dan rectum.
(segera rujuk jika terjadi fistula)
3.5 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
3.5.1 Pengertian
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan kesempatan bayi
yang dilahirkan dalam 24 bulan terakhir dapat menyusu
secara alami dengan meletakkannya di perut ibunya selama
satu jam setelah kelahiran. Kegiatan ini bertujuan
meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi,
mempertahankan suhu bayi tetap hangat, merangsang
kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko perdarahan
sesudah melahirkan dan memperbesar peluang ibu untuk
memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama
masa bayi (6 bulan-2 tahun) (Mulia Lestari, 2019).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang
memberikan rangsangan awal dimulai pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara dini, dan diharapkan berkelanjutan selama
enam bulan pertama. Kegagalan IMD dan pemberian ASI
Ekslusif pada periode tersebut, berpotensi menimbulkan
defisiensi zat gizi pada bayi, serta memungkinkan terjadi
status gizi kurang, yang berujung pada penurunan poin
kecerdasan intelektual bayi dan menjadi ancaman terhadap
sumber daya manusia pada masa mendatang.
3.5.2 Manfaat
Manfaat IMD bagi ibu antara lain membuat jalinan kasih
sayang ibu dan bayi, ibu merasa lebih tenang, membantu
kotraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan dan
mempercepat pengeluaran plasenta (Mulia Lestari, 2019).
IMD memberikan banyak manfaat untuk kesehatan ibu
maupun bayi baru lahir. Manfaat untuk ibu IMD terbukti
dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin dan
mempercepat involusi uteri 2 jam post partum dan
mempersingkat waktu pelepasan plasenta sehingga dapat
mencegah terjadinya perdarahan post partum yang menjadi
salah satu penyebab terbesar kematian ibu di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Manfaat untuk bayi menurut beberapa
penelitian menyusui segera dalam 1 jam pertama kelahiran
dapat mencegah kematian bayi dalam satu bulan pertama
hingga 22% sedangkan menyusui pada hari pertama lahir
(24 jam) dapat menekan angka kematian bayi hingga 16%,
6 mencegah kematian pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), serta mencegah kematian akibat diare dan
pneumonia yang menjadi salah satu penyebab utama
kematian bayi (Afrah Diba Faisal, Joserizal Serudji,
Hirowati Ali, 2019).
3.5.3 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Berikut merupakan tahapan-tahapan inisiasi menyusu dini
menurut Depkes RI (2008) :
1. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk
mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi. Jika ibu
menggunakan obat kimiawi terlalu banyak,
dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya
akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
2. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani
proses melahirkan, akan melakukan kegiatan
penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika
ibu harus menjalani operasi caesar.
3. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya
tanpa menghilangkan vernix (kulit putih). Vernix (kulit
putih) menyamankan kulit bayi.
4. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu,
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk
mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat
dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu
diselimuti.
5. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu,
dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibunya
(bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya,
bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting
susu ibunya.
6. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya,
Ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali
perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas
apa yang dilakukan oleh bayi. Bayi akan merangkak
mencari puting susu ibunya.
a. Dalam 30 menit pertama
Istirahat keadaan siaga, sekali-sekali melihat
ibunya, menyesuaikan dengan lingkungan.
b. Antara 30 – 40 menit: ;
Mengeluarkan suara, memasukkan tangan ke
mulut, gerakan menghisap
c. Mengeluarkan air liur.
d. Bergerak ke arah payudara (areola sebagai sasaran)
dengan kaki menekan perut ibu. Menjilat-jilat kulit
ibu. Sampai di ujung tulang dada: menghentak-
hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan
kiri, menyentuh puting susu dengan tangannya.
e. Menemukan, menjilat, mengulum puting,
membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.
7. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan
dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama
selesai.
8. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan
untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan
tetes mata.
9. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-
gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan
saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan
menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga
akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan
bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu
merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat
memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan Tindakan di Lahan Puskesmas Tawangsari Dengan Teori di


Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta

Perbandingan Teori dan


Tindaka
No Langkah-Langkah Praktik
n
Perbedaan Persamaan
1 Heacting 1. Bersihkan sarung tangan didalam Tidak - Memastikan
Perinium larutan klorin 0,5 %, lepaskan dilakukan derajat luka
dalam keadaan terbalik dan anastesi sobekan
rendam dalam klorin 0,5 % perineum
2. Siapkan peralatan untuk - Melakukan
melakukan penjahitan heacting
3. Posisikan bokong ibu pada sudut bagian
ujung tempat tidur, dengan posisi dalam
litotomi - Melakukan
4. Pasang kain bersih dibawah hecting
bokong ibu bagian luar
5. Atur lampu sorot kearah vulva dengan
/perineum ibu teknik
6. Pakai sarung tangan jelujur
7. Isi tabung suntik 10 ml dengan - Memastikan
larutan lidocain 1 % tanpa jahitan
epinefrin dengan
8. Gunakan kasa bersih untuk memasukkan
membersihkan ke arah luka dari 1 jari
darah atau bekuan darah, dan nilai kedalam
kembali luas dan dalamnya anus
robekan pada daerah perineum
9. Beritahu ibu akan di suntik dan
mungkin timnul rasa kurang
nyaman
10. Tusukkan jarum suntik pada ujung
luka / robekan perineum,
masukkan jarum secara subcutan
di sepanjang tepi luka
11. Aspirasi untuk memastikan tidak
ada darah terisap
12. Suntikan cairan lidocain 1 %
sambil menarik jarum suntik pada
tepi luka daerah perineum
13. Tanpa menarik jarum suntik
keluar dari luka, arahkan jarum
suntik sepanjang luka pada
mukosa vagina, lakukan aspirasi,
suntikan cairan lidocain 1 %
sambil menarik jarum suntik. (bila
robekan besar dan dalam, anastesi
daerah bagian dalam robekan alur
suntikan anastesi akan berbentuk
seperti kipas : tepi perineum,
dalam luka, tepi mukosa vagina)
14. Lakukan langkah no. 11 s.d 14
untuk tepi robekan kedua
15. Tunggu 1-2 menit sebelum
melakukan penjahitan unntuk
mendapatkan hasil optimal dari
anestesi
16. Lakukan inspeksi vagina dan
perineum untuk melihat robekan
17. Jika perdarahan yang terlihat
menutupi luka episotomy, pasang
tampon atau kassa ke dalam
vagina. (sebaiknya menggunakan
tampon berekor benang)
18. Tempatkan jarum jahit pada
pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum
19. Pasang benang jahit (cromic 2/0)
pada mata jarum
20. Lihat dengan jelas batas luka
episiotomy
21. Lakukan penjahitan pertama 1 cm
diatas puncak luka robekan di
dalam vagina, ikat jahitan pertama
dengan simpul mati. Potong ujung
benang yang bebas (ujung benang
tanpa jarum) hingga tersisa ± 1 cm
22. Jahit mukosa vagina dengan
menggunakan jahitan jelujur
hingga tepat di belakang lingkaran
hymen
23. Tusukkan jarum pada mukosa
vagina dari belakang lingkaran
hymen hingga menembus luka
robekan bagian perineum. Bila
robekan yang terjadi sangat dalam
24. Teruskan jahitan jelujur pada luka
robekan perineum sampai ke
bagian bawah luka robekan.(bila
menggunakan benang plain catgut,
buat simpul mati pada jahitan
jelujur paling bawah)
25. Jahit jaringan subkutis kanan-kiri
kearah atas hingga epat dimuka
lingkaran hymen
26. Tusukkan jarum dari depan
lingkaran hymen ke mukosa
vagina di belakang hymen.
27. Buat simpul mati di belakang
lingkaran hymen dan potong
benang hingga tersisa ± 1 cm
28. Bila menggunakan tampon / kasa
di dalam vagina, keluarkan
tampon / kasa. Masukkan jari
telunjuk ke dalam rectum dan
rabalah dinding atas rectum. (bila
teraba jahitan, ganti sarung tangan
dan lakukan penjahitan ulang)
29. Nasihati ibu agar :
a. Membasuhi perineum dengan
sabun dan cair, terutama
setelah buang air besar (arah
basuhan dari bagian depan ke
belakang)
b. Kembali untuk kunjungan
tidak lanjut setelah 1 minggu
untuk pemeriksaan jahitan
dan rectum. (segera rujuk jika
terjadi fistula)
2 Inisiasi 1. Dalam proses melahirkan, ibu IMD - Dilakukan
Menyusu disarankan untuk dilakukan IMD dengan
Dini mengurangi/tidak menggunakan selama 15 memposisika
obat kimiawi. Jika ibu menit n bayi
menggunakan obat kimiawi tengkurap
terlalu banyak, dikhawatirkan diatas perut
akan terbawa ASI ke bayi yang ibu
nantinya akan menyusu dalam - Mempertaha
proses inisiasi menyusu dini. nkan skin to
2. Para petugas kesehatan yang skin bayi
membantu Ibu menjalani proses dan ibu
melahirkan, akan melakukan
kegiatan penanganan kelahiran
seperti biasanya. Begitu pula jika
ibu harus menjalani operasi
caesar.
3. Setelah lahir, bayi secepatnya
dikeringkan seperlunya tanpa
menghilangkan vernix (kulit
putih). Vernix (kulit putih)
menyamankan kulit bayi.
4. Bayi kemudian ditengkurapkan di
dada atau perut ibu, dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu.
Untuk mencegah bayi
kedinginan, kepala bayi dapat
dipakaikan topi. Kemudian, jika
perlu, bayi dan ibu diselimuti.
5. Bayi yang ditengkurapkan di
dada atau perut ibu, dibiarkan
untuk mencari sendiri puting susu
ibunya (bayi tidak dipaksakan ke
puting susu). Pada dasarnya, bayi
memiliki naluri yang kuat untuk
mencari puting susu ibunya.
6. Saat bayi dibiarkan untuk
mencari puting susu ibunya, Ibu
perlu didukung dan dibantu untuk
mengenali perilaku bayi sebelum
menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat
mengamati dengan jelas apa yang
dilakukan oleh bayi. Bayi akan
merangkak mencari puting susu
ibunya.
a. Dalam 30 menit pertama
Istirahat keadaan siaga,
sekali-sekali melihat ibunya,
menyesuaikan dengan
lingkungan.
b. Antara 30 – 40 menit: ;
Mengeluarkan suara,
memasukkan tangan ke
mulut, gerakan menghisap
c. Mengeluarkan air liur.
d. Bergerak ke arah payudara
(areola sebagai sasaran)
dengan kaki menekan perut
ibu. Menjilat-jilat kulit ibu.
Sampai di ujung tulang dada:
menghentak-hentakan kepala
ke dada ibu, menoleh ke
kanan kiri, menyentuh puting
susu dengan tangannya.
e. Menemukan, menjilat,
mengulum puting, membuka
mulut lebar dan melekat
dengan baik.
7. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi
kulitnya bersentuhan dengan kulit
ibu sampai proses menyusu
pertama selesai.
8. Setelah selesai menyusu awal,
bayi baru dipisahkan untuk
ditimbang, diukur, dicap, diberi
vitamin K dan tetes mata.
9. Ibu dan bayi tetap bersama dan
dirawat-gabung. Rawat-gabung
memungkinkan ibu menyusui
bayinya kapan saja si bayi
menginginkannya, karena
kegiatan menyusu tidak boleh
dijadwal. Rawat-gabung juga
akan meningkatkan ikatan batin
antara ibu dengan bayinya, bayi
jadi jarang menangis karena
selalu merasa dekat dengan ibu,
dan selain itu dapat memudahkan
ibu untuk beristirahat dan
menyusui.
4.2 Keterampilan
1. Heacting
Di VK saat tindakan heacting perineum tidak dilakukan anastesi local
pada perinium
2. Inisiasi Menyusu Dini
Di VK tidak dilakukan IMD selama 60 menit sesuai teori yang didapat
sewaktu kuliah, melainkan hanya 15 menit saja
4.3 Sikap
1. Ketelitian bidan
Saat kunjungan nifas 6 hari, pasien mengeluhkan bahwa kasa jegul
penghenti pendarahan belum dilepas oleh bidan dan masih tertinggal
didalam vagina
Hasil : pasien berhasil mengeluarkan sendiri pada tanggal 14 September
2021 saat sedang BAB
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan, mulai dari saat selesai
persalinan sampaipulihnya kembali alat-alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil. (Kustini, K. 2018). Masa nifas adalah di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu atau masa setelah
melahirkan bayi yaitu masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. (Susilo R, 2012).

Asuhan pada masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena masa
nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayinya. Paling sedikit 4 kali
kunjungan pada masa nifas sehingga dapat menilai status ibu dan bayinya, untuk
melaksanakan screening yang komprehensif mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi, memberikan pendidikan
tentang kesehatan, perawatan kesehatan diri, nutrisi dan keluarga berencana,
sehingga ibu nifas dapat mencegah komplikasi yang terjadi pada masa nifas.( Ni
Wayan Kurnia Widya Wati, Putri Ratnasari, 2017).

Perbedaan yang ada saat praktik di Puskesmas Tawangsari pada kasus ini
yaitu heacting perineum, IMD, dan sikap bidan. Hal ini dapat terjadi karena setiap
instansi dan puskesmas mempunyai prosedur yang berbeda namun memiliki
tujuan yang sama dan tidak berpengaruh yang besar seperti merugikan pasien.
Prinsip yang digunakan saat praktik tidak berbeda hanya saja cara pengerjaannya
yang berbeda, namun hal ini menjadi ilmu baru bagi praktikan karena mengetahui
cara lain yang lebih efisien dalam melakukan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Kustini, K. (2018). Perbedaan Penurunan Tfu Pada Ibu Nifas Fisiologis Dan Ibu
Nifas Post SC di Ruang Melati RSUD Dr. Soegiri Kabupaten Lamongan. Jurnal
Midpro, 10(1), 50-60.

Widiantari, Ida Ayu Putu (2019) ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “KR”


UMUR 20 TAHUN PRIMIGRAVIDA DARI KEHAMILAN TRIMESTER
III SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS. Diploma thesis, Poltekkes
Denpasar.
Sari, D. P. (2019). Persepsi Ibu Nifas terhadap Pelayanan Kunjungan
Nifas. Biomedika, 12(1), 92-99.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten


Sukoharjo Tahun 2019. https://dkk.sukoharjokab.go.id/download/profil/Profil
%20Kesehatan%20Kabupaten%20Sukoharjo%202019.pdf

Andi Elis,et all. (2019). “Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan
Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Makassar”. Junal Ilmiah Media Bidan Volume 4 Nomor 2.

Ni Wayan Kurnia Widya Wati1, Putri Ratnasari. (2017). “Gambaran Tingkat


Pengetahuan Ibu Postpartum Primipara Tentang Perubahan Fisiologis Pada Masa
Nifas Di BPM Hj. Syarifah Noor Hasanah,S.ST Loktabat Utara Banjarbaru Tahun
2016”. Jurkessia, Vol. VII, No. 2.

Lina Mahayati. (2015). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam


Pemenuhan Nutrisi Pada Masa Nifas Di Bps Mien Hendro Sidoarjo”. AKPER
William Booth Surabaya.

Islami, Noveri Aisyaroh. (2011). “Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap


Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas”.

Septya Angelia Rovina, Kustanto Debby Ratno. (2018). “Perbedaan Lama


Penyembuhan Luka Perineum Post Hecting Dengan Anastesi dan Tanpa Anastesi
Pada Ibu Nifas Di BPM “Y” dan BPM “G” Lubuk Alung Tahun 2015”. Jurnal
Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Vol 9, No 1 Januari 2018.

SOP Penjahitan Robekan Perineum. Progam Studi D-III Kebidanan. Fakultas


Ilmu Kesehatan. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Afrah Diba Faisa, et all. (2019). “Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah”. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2019; 8(4).

Mulia Lestari. (2019). “Faktor Terkait Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Postpartum
di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon”. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan Asi Ekslusif 6 Bulan.
LAMPIRAN

LEMBAR DOKUMENTASI

LAMPIRAN JURNAL

FOTO KEGIATAN

LEMBAR KONSULTASI DENGAN PEMBIMBING LAPANGAN

LEMBAR KONSULTASI DENGAN PEMBIMBING INSTITUSI

Anda mungkin juga menyukai