Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara


teori yang ada dengan praktek dalam asuhan kebidanan. Dalam pembahasan ini,
penulis akan menganalisa antara asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. R umur
32 tahun P2A0 nifas hari ke – 34, pada nifas fisiologis dengan teori yang ada. Pada
bab ini penulis akan membahas mengenai pengkajian data subjektif, analisa dan
penatalaksanaan.
1. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama
alloanamnesa dimana menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait,
sedangkan auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan langsung pada pasien
yang bersangkutan (Gleadle, 2007). Anamnesa pada kasus Ny. R ibu nifas
dilakukan dengan metode auto anamnesa karena Ny. R secara fisik maupun
psikologis mampu melakukan komunikasi dengan baik. Saat melakukan asuhan
kebidanan nifas pada Ny. R dicantumkan tanggal, jam dan tempat sebagai bukti
atau consent bahwa penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan
tempat seperti yang dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
a. Data Subjektif
1) Identitas
Identitas pasien berisi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat. Gleadle (2007) menyebutkan nama pasien perlu dikaji untuk
menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan dengan pasien dan
membedakan jika ada kesamaan nama dengan pasien yang lain; umur
dikaji untuk mengetahui adanya resiko yang berhubungan dengan umur,
karena jika umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
termasuk dalam faktor resiko dalam masa nifas dalam hal ini Ny.W
berusia 32 tahun hal ini jelas usia tersebut adalah tidak termasuk resti.
2) Keluhan Utama
Menurut Gleadel (2007) anamnesis keluhan utama akan memberikan
informasi penting untuk menentukan diagnosis banding dan memberikan
gambaran mengenai keluhan yang menurut pasien paling penting.
Anamnesis keluhan harus dicatat dan disajikan sesuai dengan kata-kata
pasien sendiri dan tidak boleh disamarkan dengan kata-kata medis. Saat
melakukan pengkajian penulis mencatat apa yang dikatakan pasien tanpa
menambahi istilah medis yang menjurus ke sebuah diagnosis. Ny. R tidak
memiliki keluhan namun ibu mengungkapkan bahwa ingin menggunakan
kontrasepsi.
b. Data Objektif
Pemeriksaan Status Present dan Obstetrikus
Pemeriksaan status present juga dilakukan dengan lengkap mulai dari
head to toe. Dalam pemeriksaan pasien tidak mengalami anemia hal itu
dapat dilihat dari pemeriksaan pada muka dan mata tidak menunjukkan
tanda gejala anemia. Tanda-tanda infeksi juga tidak ditemukan pada pasien
dapat dilihat dari hasil pengeluaran pervaginam tidak berbau, suhu tubuh
pasien dalam keadaan normal 36,8oC, tidak ditemukan adanya kelainan atau
abnormalitas yang mengarah pada gangguan saat masa nifas. Sedangkan
pemeriksaan obstretrikus dilakukan untuk menemukan kelainan berkaitan
dengan masa nifas ini.
Dalam pemeriksaan status obstetrikus, tidak ditemukan adanya
masalah/kelainan.
2. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual,
diagnosis masalah potensial serta seperlunya mengidentifikasi kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney, 2007). Diagnosis pada Ny. R
adalah Ny. R usia 32 tahun P2A0 nifas hari ke - 34. Berdasarkan hasil pengkajian
di dapatkan beberapa kebutuhan ibu yaitu ibu ingin mengetahui bagaimana
menjaga agar produksi ASI tetap lancer dan ibu ingin mengetahui metode
kontrasepsi selain KB suntik. Analisa kebutuhan yang diberikan pada ibu yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang ibu nifas,
dukungan suami dalam merawat anak dan pendekatan terapeutik terhadap ibu
agar ibu mampu menyusui mampu menyusui bayinya dan pendidikan kesehatan
tentang KB pasca persalinan.
3. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 14 Januari 2019 pukul 09.30 WIB,
penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny. R yaitu:
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dalam keadaan normal.
Tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 88 x per menit, RR 20 x permenit, suhu
36,8o celcius.
Hasil : ibu merasa senang kondisinya baik dan sehat.
b. Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan yang beragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah-
buahan. Serta menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
dapat memperbanyak produksi ASI seperti daun katuk, daun kelor, daun
kacang panjang, daun papaya.
Kebutuhan nutrisi pada masa post partum dan menyusui meningkat
25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan
untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi
akan meningkan tiga kali dari kebutuhan biasa menjadi sekitar 3000 – 3800
kalori. Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu nifas dan
menyusui memerlukan makan makanan yang beranekaragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah –
buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.
Sedangkan kebutuhan cairan ibu menyusui sedikitnya minum 3-4 liter setiap
hari (anjurkan ibu minum setiap kali selesai menyusui). Kebutuhan air
minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama minimal adalah 14 gelas
(setara 3-4 liter) perhari, dan pada 6 bulan kedua adalah minimal 12 gelas
(setara 3 liter) (Wahyuni, 2018).
Agar proses pemulihan pada ibu nifas tidak terhambat maka
kebutuhan dasar berupa gizi harus tercukupi yaitu dengan cara makan
makanan yang mengandung cukup karbohidrat, protein, sayuran dan buah-
buahan dengan asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum dan
satu liter didapat dari cairan yang ada pada kuah sayur (Suherni,2009: 101)
Hasil : ibu mengatakan akan mengikuti anjuran bidan.
c. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI saja pada bayi selama 6
bulan.
Dari hasil penelitian Cynthia Puspariny, Triani Yuliastanti, Anggun
Suhastina (2014) dengan judul Korelasi pemberian ASI Eksklusif dengan
tingkat IQ pada anak Prasekolah di TK Aisyah Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Tahun 2014. Mendapat hasil bahwa anak prasekolah
yang mendapatkan ASI Eksklusif memiliki tinggkat IQ di atas rata-rata
sebesar 21(61,8%).
Hasil : ibu bersedia mengikuti anjuran
d. Menganjurkan pada ibu agar menggunakan kontrasepsi pasca persalinan
yaitu sejak bayi lahir sampai 42 hari setelah melahirkan, karena
dikhawatirkan terjadi kembalinya fertilitas sehingga beresiko terjadinya
kehamilan yang dekat yang nantinya akan beresiko terhadap ibu dan bayi.
Salah satu program pemerintah dalam program KB yaitu KB Pasca
Persalinan suatu pelayanan KB yang diberikan kepada pasien pasca
persalinan sampai kurun waktu 42 hari setelah persalinan (Jenderal et al.,
2014).
Penerapan kontrasepsi pascasalin ini sangat penting karena kembalinya
kesuburan seorang ibu setelah melahirkan tidak dapat diprediksi dan dapat
terjadi sebelum datangnya siklus haid, bahkan pada wanita menyusui.
Ovulasi pertama pada wanita tidak menyusui bisa terjadi pada 34 hari pasca
persalian, bahkan dapat terjadi lebih awal (Kusumaningrum, 2017)
Hasil: ibu bersedia menggunakan KB pasca persalinan
e. Memberitahu ibu macam-macam kontrasepsi beserta efek samping,
keuntungan dan kerugiannya dengan media/alat bantu leaflet.
Hasil : ibu akan berdiskusi dengan suami tentang metode KB yang akan
dipilih.

Anda mungkin juga menyukai