Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
hipertensi dalam kehamilan. Pasien perempuan Ny. F dengan jenis kelamin
perempuan dan berusia 32 tahun. Penderita merupakan salah satu warga dari Dsn.
Ngogri Ds. Kedung Sari Kemlagi, Mojokerto.
Hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling berbahaya di
dunia saat ini. Tekanan darah tinggi atau biasa dikenal dengan istilah hipertensi
berperan besar dalam perkembangan penyakit jantung yang merupakan penyebab
utama kematian di seluruh dunia.1
Hipertensi pada kehamilan adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
140mmHg atau lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya
normotensif, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik
15mmHg diatas nilai normal. Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang
sering kali muncul selama kehamilan dan dapat juga menimbulkan komplikasi 2- 3%
kehamilan.1
Faktor-faktor risiko untuk terjadinya hipertensi pada wanita hamil adalah
memiliki riwayat keluarga hipertensi mengidap hipertensi, usia reproduksi yang
terlalu muda atau tua, primigravida, kehamilan yang berulang kali, penyakit
diabetes, penyakit/ gangguan ginjal, hipertensi sejak sebelum kehamilan,
penambahan berat badan berlebih selama kehamilan (>1 kg/minggu).1
Di Indonesia hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu kasus dari
komplikasi kehamilan sebagai penyumbang angka kematian ibu (AKI). Dalam Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2015 diketahui bahwa hipertensi dalam kehamilan
dengan prevalensi 27,1% adalah persentasi tertinggi kedua penyebab kematian ibu
setelah perdarahan dengan prevalensi sebesar 30,3%.1

1
Pada tahun 2017, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 91,92 per 100.000
kelahiran hidup Sedangkan gambaran AKI per Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada
tahun 2017 tertinggi terdapat di Kabupaten Mojokerto yaitu sebesar 171,88 per
100.000 kelahiran hidup atau kematian ibu pada tahun 2017 di Kabupaten Mojokerto
sebanyak 29 orang. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016
yang mencapai 91 per 100.000. (Hasil Utama Riskesdas (2018) Provinsis Jawa
Timur).3
Dengan tingginya prevalensi hipertensi dalam kehamilan dan besarnya resiko
terjadinya AKI di Indonesia maka pemerintah melakukan pendekatan yang
komprehensif dengan program-program yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian ibu.1

B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. F, sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor lingkungan,
ekonomi, dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny, F sebagai penderita , anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor lingkungan,
ekonomi, dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi penyakit pasien.
b. Mengidentifikasi penanganan dan manajemen pasien.
c. Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor lingkungannya.

2
d. Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/faktor resiko) yang
dihadapi pasien.
e. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya serta
memberi saran kepada pasien, keluarga dan mengenai lingkungannya.

D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan dan Dokter Muda
a. Meningkatkan pemahaman mahasiswa dokter muda tentang penyakit serta
kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
b. Meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi antar mahasiswa
dengan pasien.
c. Mahasiswa melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan antar mahasiswa dengan pasien.
d. Mahasiswa memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien.

2. Bagi Pasien dan Keluarganya


Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya dan penanganannya agar tidak
menyebabkan komplikasi yang berat.

3. Bagi Institusi Kesehatan/Puskesmas


Manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai
sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap pasien penyakit
hipertensi dalam kehamilan sehingga bisa dicari solusi yang tepat dan efisien.

3
BAB II
HASIL PEMERIKSAAN FISIK

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan : Penjaga warung
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Ngogri Ds. Kedungsari, Kemlagi, Mojokerto
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 02 Juni 2020

B. Anamnesis
1. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke puskesmas kedungsari dengan keluhan badan lemas,
mual-mual, dan punggung terasa tidak nyaman sejak 1 minggu yang lalu.
Sebelum ke puskesmas pasien merasa curiga bahwa dirinya hamil karena
pasien sudah 1 bulan dirasakan telat datang bulan sehingga pasien
melakukan tespack dan didapatkan hasil possitif dan pasien datang ke
puskesmas untuk memeriksakan kandungan dan gejala-gejala yang
dialaminya. Pasien melakukan pemeriksaan pertama pada tanggal 02 april
2020 di puskesmas setelah memeriksakan ke dokter didapatkan tekanan
darah pasien 140/90 mmHg dan untuk pemeriksaan lain dalam batas
normal. Pasien mengatakan kalau memang punya riwayat hipertensi sudah
lama. Pasien saat ini hamil keempat dengan riwayat satu kali keguguran.
Pasien diedukasi mengenai penyakit dan komplikasinya, pola makan dan

4
aktifitas fisik sehari-harinya dan diberi suplemen novakal. Pasien
disarankan untuk periksa satu (1) bulan sekali ke puskesmas.

2. Riwayat penyakit dahulu


a. Riwayat Asma : Tidak ada riwayat asma.
b. Riwayat Alergi Obat : Tidak ada alergi obat dan makanan.
c. Riwayat Sakit Jantung : Tidak ada riwayat penyakit jantung.
d. Riwayat Kencing Manis : Tidak ada riwayat kencing manis.
e. Riwayat Hipertensi : ada (sejak 9 tahun yang lalu ).

3. Riwayat penyakit keluarga


a. Riwayat Hipertensi : Orang tua (ayah) juga menderita hipertensi.
b. Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada penyakit diabetes mellitus.
c. Riwayat Alergi : Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan.
d. Riwayat Asma : Tidak ada riwayat asma.
e. Riwayat Kejang : Tidak ada riwayat kejang.

4. Riwayat kebiasaan
Pasien setiap hari mengajar ngaji anak dan ibunya dan melakukan
pekerjaan rumah tangga. Pasien setiap paginya berolahraga dengan jalan-
jalan ringan tiap pagi. Selama kehamilan ini pasien rajin minum obat yang
didapat dari puskesmas.
Merokok : Pasien tidak merokok.
Kebersihan badan : Mandi 2x sehari.
Olah raga : Pasien setiap pagi berolahraga dengan jalan-jalan
ringan.

5
5. Riwayat sosial ekonomi
Pasien memiliki 2 anak, semua anaknya laki-laki dan pasien tinggal
bersama kedua anak, suami dan ibu kandungnya. Penghasilan berasal dari
suami yang bekerja di pabrik mebel di Surabaya. Untuk kebutuhan sehari-
hari dan kebutuhan lain yang didapat dari suami yang bekerja. Dalam
memenuhi kebutuhannya pasien memilih untuk memenuhi kebutuhan
primer dahulu dan bila terdapat lebihnya akan ditabung.

6. Riwayat gizi
Pasien untuk makan sehari-harinya biasanya secara teratur dan biasanya
makan sehari 3 kali dengan porsi 1 piring. Pasien lebih senang makan
sayur-sayur dan buah. Untuk lauknya pasien suka memakan tahu, tempe,
ayam dan pasien senang makan ikan teri dan ikan asin. Pasien minum air
putih sekitar Sembilan (9) sampai sepuluh (10) gelas setiap harinya dan
pasien kadang meminum kopi dan teh.

7. Riwayat Ginekologi
Pasien menarche : Usia 11 tahun.
Siklus menstruasi : 25 – 28 hari .
Lama haid : 5 - 7 hari.
Riwayat Dismenorea : Tidak ada.

8. Riwayat Perkawinan
Riwayat Menikah : 1 kali.
Lama Menikah : 15 tahun.

9. Riwayat KB : Memakai KB suntik 1 bulan.

6
10. Riwayat ANC : Pasien pertama kali periksa pada tanggal 02
april 2020 dan periksa sebulan sekali.

11. Riwayat Persalinan


HPHT : 29 Januari 2020.
Taksiran Persalinan : 05 Oktober 2020
Kehamilan pertama / Uk-36 mgg/ Laki-laki / Persalinan normal / BBL :
3,5 / Hidung / Usia 14 tahun
Kehamilan kedua / Uk-35 mgg/ Laki-laki / Persalinan normal / BBL : 3,1 /
Hidup / Usia 9 tahun.
Kehamilan ketiga/Abortus/-
Kehamilan keempat / Usia Kehamilan 16-17 minggu /

12. Anamnesis sistem


a. Kulit : Warna kulit sawo matang.
b. Kepala : Sakit kepala tidak ada, pusing tidak ada, rambut
kepala tidak rontok, luka pada kepala tidak ada, benjolan/borok di kepala
tidak ada.
c. Mata : Pandangan mata tidak berkunang-kunang, penglihatan
tidak kabur dan ketajaman baik.
d. Hidung : Tersumbat (-) dimetris tidak ada mimisan dan tidak di
ada kelainan pada indera penciuman.
e. Telinga : Pendengaran normal tidak ada gangguan pada system
pendengaran.
f. Mulut : Mulut kering, lidah terasa biasa, nafsu makan baik.
g. Tenggorokan : Nyeri telan tidak ada dan tidak ada pembesaran tonsil.
h. Pernafasan : Irama : teratur.
Jenis : Tidak ada dispone, kusmaul, ceyne stokes.
Suara nafas : Vesikuler tidak ada stridor, wheezing dan ronchi.

7
Sesak nafas : Tidak ditemukan.
i. Kardiovaskuler :
Irama jantung : Regular S1/S2 tunggal.
Nyeri dada : Tidak ada.
Bunyi jantung : Normal, tidak ada suara murmur, gallop (-).
CRT : Kurang dari 3 detik.
Akral : Hangat.
j. Gastrointestinal :
Nafsu makan : Baik.
Porsi makan : Porsi yang disediakan dihabiskan.
Minum : Jumlah : 1500 cc/hari.
jenis minuman : Air putih.
k. Mulut :
Mulut : Bersih tidak kotor dan tidak berbau.
Mukosa : Lembab tidak kering dan tidak ada stomatitis.
l. Genitourinaria :
Kebersihan : Bersih tidak kotor.
Urine :
Jumlah : 1000 (3-4 kali) cc/hari.
Warna : Kuning pekat.
Bau : Khas Urine.
Kateter : Tidak memakai alat bantu perkemihan.
Kandung kemih : Tidak ada pembesaran pada kandung kemih.
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan pada perkemihan.
Gangguan : Tidak ada anuria, oliguria, retensi, inkontinensia dan
nocturia.
m. Neuropsikiatri :
Neurologik : Tidak ada kejang.
Psikiatrik : Tidak ada cemas dan stress.

8
n. Muskuloskeletal dan integument :
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas tidak terbatas.
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit : Lembab tidak kering dan tidak ada eksoriasis.
Warna kulit : Normal tidak ada icterus, sianosis, kemerahan, pucat
dan tidak ada hiperpigmentasi.
Turgor : Baik.
Oedema : Tidak ada oedema.
o. Ekstremitas : Atas : Tidak ada kelainan dan pembengkakan.
Bawah : Terdapat luka bekas operasi di kaki
sebelah kiri.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi
kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi :
 Tanda Vital :
Nadi : 86x/menit, regular, sis cukup, simetris
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,60C
Tensi : 140/90 mmHg
 Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 79 kg
TB : cm
BB/(TB)2 = /()2 :
BMI < 18,5 : Kurang
BMI 18,5 – 23,9 : Normal
BMI 25 – 26,9 : Gemuk (gizi lebih)

9
BMI ≥27 : Obesitas
Lebih (Obesitas)

3. Kepala : Bentuk normocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah


dicabut, tidak ditemukan atrofi m. temporalis, makula, papula, nodula, kelainan
mimik wajah/bells palsy.
4. Mata :
Conjunctiva tidak ada anemis, tidak ditemukan sklera ikterik, pupil isokor
(3mm/3mm)Normal , reflek kornea kanan dan kiri baik, wama kelopak (coklat
kekitaman), tidak ada katarak dan tidak ditemukan
radang/conjunctivitis/uveitis.
5. Hidung :
Nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada, epistaksis tidak ada, deformitas
hidung tidak ada, hiperpigmentasi tidak ada, sadle nose tidak ada.
6. Mulut :
Bibir tidak pucat, bibir tampak kering, lidah bersih, papil lidah tidak mengalami
natrofi, tepi tidak lidah hiperemis dan tidak tremor.
7. Telinga :
Nyeri tekan pada mastoid tidak ditemukan, secret tidak ada, pendengaran
berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal.
8. Tenggorokan :
Tonsil tidak mengalami pembesaran, pharing hiperemis tidak ada.
9. Leher :
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada.
10. Thoraks :
Simetris, tidak ditemukan retraksi intercostal dan retraksi subcostal.
 Cor :
I : Ictus cordis tak tampak.

10
P: Ictus cordis tak kuat angkat.
P: Batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS.
Batas kanan atas : SIC II LPSD.
Batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS.
Batas kanan bawah : SIC IV LPSD.
Batas jantung kesan tidak melebar.
A: BJ I-II intensitas normal, regular, tidak ada bising.
 Pulmo : Statis (depan dan belakang).
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
Palpasi : Fremitus raba kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor/Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler normal.
Suara tambahan Rhonki tidak ada, whezing tidak didengar.
Dinamis (depan dan belakang).
11. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (+).
Auskultasi : Bising usus normal.
Palpasi : Soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tak teraba.
Perkusi : timpani seluruh lapang perut.
12. Status Obtetri
Inspeksi :
Kepala : Mesocephal.
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-).
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae
hiperpigmentasi (+).
Abdomen : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+).
Tinggi Fundus Uteri ½ diatas Pusat Simpisis
DJJ : 140x/mnt

11
Pemeriksaan Leopold : (-)
Genetalia Eksterna : (-)

D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap :
Hb : 12
Trombosist : 215.000
Urine :
Albumin : (-)
Protein : (-)
HbsAg : (-)
PITC : (-)

E. Resume Pasien
Dari resume anamnesis didapatkan :
Seorang perempuan berusia 32 tahun. Pasien datang ke puskesmas
kedungsari dengan keluhan badan lemas, mual-mual, dan punggung terasa tidak
nyaman 1 minggu yang lalu. Sebelum ke puskesmas pasien merasa curiga bahwa
dirinya hamil karena pasien sudah 1 bulan dirasakan telat datang bulan sehingga
pasien melakukan tespack dan didapatkan hasil positif dan pasien ke puskesmas
untuk memeriksakan kandungannya dan gejala-gejala yang dialaminya. Pasien
melakukan pemeriksaan pertama pada tanggal 02 april 2020 di puskesmas
setelah memeriksakan ke dokter didapatkan tekanan darah pasien 140/90 mmHg
dan untuk pemeriksaan lain dalam batas normal. Pasien mengatakan kalau
memang punya riwayat hipertensi sudah lama. Pasien saat ini hamil keempat
dengan riwayat satu kali keguguran. Pasien memiliki keluarga yang juga
menderita hipertensi yaitu ayah kandung pasien.
Dalam kesehariannya pasien berolahraga ringan dengan jalan-jaln
ringan sekitar lingkungan, dalam pola makan pasien sering makan sayur dan

12
untuk lauk bisa tahu, tempe, ayam dan pasien lebih suka ikan asin dan ikan teri
dan kadang-kadang minum kopi dan teh. Dalam pemeriksaan pasien dan
keluarga yang mengantar diedukasi mengenai penyakit dan komplikasinya, pola
makan dan aktifitas fisik sehari-harinya dan diberi suplemen novakal. Pasien
disarankan untuk periksa satu (1) bulan sekali ke puskesmas.
1. Diagnosis Biofisik : G4 P2 Ab1 dengan Hipertensi Kronis dalam
Kehamilan.
2. Diagnosa Psikologis : Afek emosi dalam batas normal.

F. Penatalaksaan
Prinsip penatalaksanaan pasien
1. Non Medika Mentosa :
a. Mengedukasi keluarga dan pasien, jika terdapat keluhan segera periksa
kembali ke puskesmas/Rumah Sakit agar segera mendapatkan penanganan.
b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan minum obat.
c. Edukasi kepada pasien tentang terapi nutrisi/diet, pentingnya melakukan
aktifitas fisik ada penyakit hipertensi dalam kehamilan.
d. Olahraga secara teratur yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.
e. Edukasi tentang penyulit/komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit
hipertensi dalam kehamilan.
2. Medika Mentosa :
Pendekatan secara terapi obat : diberi suplemen Novakal (Kalsium laktat)
diminum 1 kali sehari.

13
BAB III
PENGELOLAAN PASIEN
(PATIEN MANAGEMENT)

A. Patient Centered Management


Medika mentosa :
Pendekatan terapeutik : Pemberian Novakal diminum 1 kali sehari.
Non medikamentosa :
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga
a. Memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk
memperbaiki pola makan dan mengurangi konsumsi natrium, lemak dan
kurangi atau bahkan menghindari minuman kopi, teh, dan alkohol.
b. Memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien untuk keteraturan
meminum obat dan segera kontrol ke puskesmas terdekat bila obat habis
dan terdapat keluhan.
c. Memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya
melakukan aktifitas fisik.
d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga
mental pasien menjadi lebih kuat dan tidak mudah stress dalam
menghadapi penyakit dan masalah yang bisa terjadi.
2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit
hipertensi dalam kehamilan dan komplikasinya.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah penyakit
ini dengan pola hidup sehat seperti rutin minum obat, rajin berolahraga,
kurangi makan dan minum mengandung lemak, natrium, kafein, dan
alkohol.

14
c. Menjelaskan tentang pentingnya minum obat teratur, kontrol rutin dalam
kehamilan dan segera ke puskesmas/rumah sakit bila muncul gejala-
gejala.
B. Prevensi Bebas Penyakit untuk keluarga lainnya ( suami, anak-anaknya
dan ibu kandung)
Pada prinsipnya untuk pencegahan pada anggota keluarga lain
mengenai penyakit hipertensi dalam kehamilan tidak bisa dilakukan seperti
anggota keluarga yang lain adalah laki-laki semua dan orang tua pasien sudah
lansia.
Pada keluarga Ny. F menderita hipertensi kronis dan memiliki riwayat
hipertensi dalam keluarga sehingga untuk pencegahan yang bisa dilakukan
adalah dengan memberikan edukasi mengenai penyakit tersebut.
1. Secara umum untuk menghindari penyakit hipertensi adalah dengan
menhindari faktor resiko, dimana pada hipertensi ada 2 jenis faktor resiko
yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (umur, Jenis Kelamin,
Genetik, dan Etnis).
b. Faktor resiko yang bisa dimodifikasi (Merokok, Konsumsi Natrium,
Konsumsi Lemak, Konsumsi Alkohol dan Kafein, Obesitas, Stress dan
Olahraga)
Berdasarkan faktor diatas maka kita dapat mengedukasi keluarga
mengenai faktor yang dapat dimodifikasi dengan mulai mengubah,
membiasakan dan menjaga pola hidup sehat, bersih dan mengurangi konsumsi
bahkan menghindari faktor-faktor resiko yang dapat dimodifikasi ini sehingga
dapat mengurangi resiko keluarga pasien mengalami hipertensi.
2. Selain mengedukasi tentang penyakit hipertensi, juga melakukan edukasi
dan konseling kepada keluarga pasien mengenai komplikasi hipertensi dan
penyakit tidak menular lainnya.

15
3. Selain edukasi dan dapat memberikan anjuran dan memotivasi untuk rajin
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan secara teratur.
BAB IV
HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN LINGKUNGAN
A. Faktor Keluarga
1. Struktur Keluarga
Keluarga Ny. S termasuk keluarga Patriakal dimana yang dominan
dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah suami Ny. F.
2. Bentuk Keluarga
Bentuk Keluarga : Extended Family.
Alamat lengkap : Dsn. Ngogri Ds. Kedungsari, Kemlagi, Mojokerto.
Ny. F adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara dalam keluarganya. Ayah
kandung dari Ny. F sudah meninggal sejak pasien smp. Pasien sudah menikah
dan dikarunia 2 orang anak laki-laki. Dalam satu rumah pasien tinggal
bersama dengan suami, kedua anak dan ibu kandung pasien.
3. Pola Interaksi
Pola interkasi antara anggota keluarga dalam keadaan baik. Interaksi
ayah dengan anak, anak satu dengan anak yang lainya serta anak dengan ibu,
serta hubungan keluarga denga ibu pasien dalam keadaan baik dan sebaliknya
berjalan dengan baik dalam suatu harmoni hubungan keluarga yang baik pula.

Pasien
(Ny. F)

Anak 1 Suami
Pasien

Anak 2 Ibu
Kandung

16
Gambar 4.1 Diagram Pola Hubungan Interaksi Antara Ny. F demgam Anggota
Keluarganya
Ket : Hubungan Baik :
Hubungan Tidak Baik :
4. Tingkah Laku Pasien dan Anggota Keluarga
Menggunakan metode pertanyaan sirkuler yang berfungsi untuk
mengetahui siapa secara individual anggota keluarga yang mendukung atau
menentang pasien (Ny. F) apabila yang bersangkutan berbuat sesuatu yang
merugikan atau menguntungkan kebutuhan penyakitnya.
a. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya ?
Jawab : Keluarga pasien biasanya lansung mengantar pasien berobat ke
puskesmas dan rutin melakukan kontrol terhadap kesehatan pasien.
b. Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab: Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila
perlu ikut ke Puskesmas menemani dan menjaga pasien.
c. Jika butuh dirawat inap, izin siapa yang dibutuhkan?
Jawab: Dibutuhkan izin dari suami pasien sebagai kepala keluarga. Jika tidak
ada, ibu kandung pasien dapat menggantikan untuk memberikan izin.
d. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?
Jawab: Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien adalah suami.
e. Selanjutnya siapa?
Jawab: Selanjutnya adalah ibu kandung pasien.
f. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab: tidak ada.
g. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab : semua setuju dan mendukung pasien dalam kesehatan pasien.
(1) Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab : Tidak ada.
Kesimpulan:

17
Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal yang positif dan selalu
mendukung dan memotivasi Ny. F untuk selalu kontrol rutin dan minum
obat teratur. Hubungan antara Ny. F dan keluarganya baik dan dekat.

B. Penyakit Karena Faktor Genetik


Dari informasi Ny. F diperoleh keterangan bahwa terdapat anggota keluarga yang
menderita hipertensi (Ayah kandung).

Keterangang :
: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien yang menderita hipertensi (Ny. F)

: Keluarga yang menderita hipertensi (Ayah Kandung)

: Meninggal dunia

Gambar 4.2 Genogram Keluarga Ny. F

18
C. Fungsi Keluarga
1. Fisiologi Keluarga
Metode penilaian fisiologis keluarga adalah metode untuk mengetahui fungsi
keluarga secara kualitatif dalam menanggapi, menerima atau menilai
kehadiran penderita (Ny. F) sebagai anggota keluarga tentang :
a. Adaptation
Adaptation (adaptasi) yaitu kualitas penerimaan anggota keluarga dalam
menerima kenyataan bahwa yang bersangkutan (Ny. F) sedang mengalami
penyakit (Hipertensi Kronis Dalam Kehamilan). Kualitas tersebut
menyangkut : tingkat penerimaan keluhan dan tingkat dukungan/motivasi
anggota keluarga dalam kesembuhan/ mengatasi penyakitnya.

Tabel 4.1: APGAR tentang Adaptation (Pernyataan Anggota Keluarga thd


Keadaan dan Perilaku Ny. F.)
No. Pernyataan anggota keluarga thd keadaan dan perilaku Ya Ka- Tdk
Ny. F. dang2
1. Ikhlas menerima atas beban akibat Ny. F sakit. √
2 Memotivasi Ny F dalam hal mengurangi konsumsi ikan √
asin, ikan teri, teh dan kopi.
3 Memotivasi Ny. F dalam hal mengatur frekuensi makan. √
4 Memotivasi Ny. F dalam beraktivitas fisik. √
5 Mengingatkan Ny. F untuk rutin minum obat √
6 Memotivasi Ny. F bila waktunya kontrol ke yankes. √
7 Bersedia mengantar Ny. F untuk kontrol ke yankes
8 Menerima bila Ny. F mengeluh karena makanan dibatasi √
9 Tidak menerima keluhan bila Ny. F bosan minum obat. √
10 Tidak menerima keluhan saat Ny. F malas beraktivitas √
fisik
Skor total 20
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 skor = 1 dan tidak skor = 0.
Berilah nilai :
- Nilai 2 (menerima) bila nilai pernyataan keluarga > 15 (>75%)
- Nilai 1 (kurang menerima) bila nilai pernyataan keluarga 12 -15 (60-75%)
- Nilai 0 (tidak menerima) bila nilai pernyataan keluarga < 12 (<60%)
Skor total =20 diberi nilai 2 artinya anggota keluarga menerima keluhan Ny. F.
(Nilai Adaptation = 2).

19
b. Partnership
Partnership (kerjasama) yaitu kualitas kerjasama (harmonisasi) antara
anggota keluarga dalam mengatasi setiap masalah penyakit Ny. F.

Tabel 4.2: APGAR tentang Partnership (Pernyataan Kesepakatan


Bersama antar Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. F).

No. Pernyataan harmonisasi (kesepakatan bersama) antar Ya Ka- Tdk


anggota keluarga terhadap perilaku Ny. F. dang2
1. Keluarga sepakat atas beban akibat Ny. F sakitnya. √
2 Kesepakatan bia Ny. F tidak mampu mengurangi √
konsumsi ikan teri, ikan asin, teh dan kopi.
3 Kesepakatan bila Ny. F tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Kesepakatan bila Ny. F tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Kesepakatan bila Ny. F tidak rutin minum obat √
6 Kesepakatan bila Ny. F malas kontrol ke yankes. √
7 Kesepakatan bila Ny. F tdak kontrol ke yankes √
8 Kesepakatan bila Ny. F mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Kesepakatan bila Ny.F bosan minum obat. √
10 Kesepakatan bila Ny. F malas beraktivitas fisik √
Skor total 20
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis) (<60%)
Skor total = 20 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis menghadapi
perilaku Ny. F. (berilah nilai partnership = 2).

c. Growth
Growth (tingkat kedewasaan/kesabaran) menunjukkan tingkat kesabaran
anggota keluarga Ny.F dalam menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggu terutama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari guna
mengurus kehidupan keluarganya.
Tabel 4.3: APGAR tentang Growth (Pernyataan Kedewasaan/
kesabaran Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. F).

20
No. Pernyataan kedewasaan/kesabaran anggota keluarga Ya Ka- Tdk
terhadap perilaku Ny. F. dang2
1. Tidak terganggu atas beban akibat Ny. F sakit. √
2 Memahami saat Ny. F tidak mampu mengurangi √
menkonsumsi ikan teri, ikan asin, kopi dan teh.
3 Memahami saat Ny. F tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Memahami saat Ny. F tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Memahami saat Ny. F. tidak rutin minum obat √
6 Memahami saat Ny. F malas kontrol ke yankes. √
7 Memahami saat Ny. F tidak kontrol ke yankes √
8 Memahami saat Ny. F mengeluh karena makanan dibatasi √

9 Memahami saat Ny.F bosan minum obat. √


10 Memahami saat Ny. F menolak anjuran beraktivitas fisik √

Skor total 8 2 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (sabar) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang sabar) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sabar) (<60%)
Skor total = 10 diberi nilai = 1 artinya keluarga kurang sabar menghadapi perilaku
Ny. F. (berilah nilai partnership = 1).

d. Affection
Affection (hubungan kasih sayang) yaitu tingkat hubungan kasih sayang
dalam berinteraksi antara anggota keluarga dalam menghadapi perilaku Ny. F.

Tabel 4.4: APGAR tentang Affection (Pernyataan Kasih Sayang


Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. F).

No. Pernyataan kasih sayang anggota keluarga terhadap Ya Ka- Tdk


perilaku Ny. F. dang2
1. Sering menghibur atas keluhan akibat Ny. F sakitnya. √
2 Sering menasihati bila Ny. F tidak mampu mengurangi √
konsumsi ikan teri, ikan asin, kopi dan teh.
3 Sering menasihati bila Ny. F tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Sering mengingatkan dan mendorong bila Ny. F tidak rajin √
beraktivitas fisik.

21
5 Sering mengingatkan bila Ny. F tidak rutin minum obat √

6 Sering mengingatkan bila Ny. F malas kontrol ke yankes. √

7 Sering mengingatkan Ny. F bila sudah waktunya kontrol √


ke yankes
8 Sering menasihati bila Ny. F mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Sering mengingatkan bila Ny. F bosan minum obat. √
10 Sering memotivasi dan mendorong saat Ny. F malas √
beraktivitas fisik
Skor total 20 0 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (kasih sayang) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang kasih sayang) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sayang) (<60%)
Skor total = 20 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap kasih dan sayang
menghadapi perilaku Ny. F. (berilah nilai affection = 2).

e. Resolve
Resolve (kebersamaan) yaitu tingkat keterlibatan/kebersamaan anggota
keluarga Ny. F dalam mengambil bagian pada setiap kesempatan untuk
menghadapi setiap masalah keluarga.

Tabel 4.5: APGAR tentang Resolve (Pernyataan Anggota Keluarga


tentang Kebersamaan dalam Membantu Mengatasi Penyakit Ny. F).

No. Pernyataan anggota keluarga tentang kebersamaan Ya Ka- Tdk


dalam membantu mengatasi penyakit Ny. F. dang2
1. Saling membantu dalam mengatasi beban akibat Ny. F √
sakitnya.
2 Saling mengingatkan bila Ny. F tidak mengurangi √
konsumsi ikan teri, ikan asin, teh dan kopi.
3 Saling mengingatkan bila Ny. F tidak bisa mengatur √
frekuensi makan.
4 Saling mengingatkan dan mendorong bila Ny. F tidak √
rajin beraktivitas fisik.
5 Saling mengingatkan bila Ny. F tidak rutin minum √
obat
6 Saling mengingatkan bila Ny. F malas kontrol ke √

22
yankes.
7 Saling mengingatkan bila Ny. F sudah waktunya √
kontrol ke yankes
8 Saling menasihati bila Ny. F mengeluh karena √
makanan dibatasi
9 Saling mengingatkan bila Ny. F bosan minum obat. √
10 Saling mendorong bila Ny. F malas beraktivitas fisik √
Skor total 20 0 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor
= 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis) (<60%)
Skor total = 20 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis menghadapi
perilaku Ny. F. (berilah nilai partnership = 2)

Mengevaluasi nilai APGAR ( Fisiologi keluarga dalam menghadapi Ny. F


sebagai pasien sakit)
Untuk mengevaluasi fungsi keluarga dalam menghadapi Ny. F sebagai
pasien hipertensi kronis dalam kehamilan dapat digunakan Tabel 4.6 untuk
membantunya. Kriterian nilai APGAR mempunyai maksud sebagaimana
kriteria sebagai berikut:
Kriteria nilai APGAR:
Nilai < 5 : Ada permasalahan peranan keluarga dalam menghadapi
pasien Ny. F yang memerlukan intervensi (dipandang keluarga perlu bantuan
dari pihak luar dalam mengatasi masalah Ny. F).
Nilai 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan
intervensi
Nilai 8 – 10 : fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak memerlukan
intervensi

23
Tabel 4.6: Temuan dan Nilai Fungsi Keluarga Ny. F menurut Metode
APGAR.

Skor
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukungan dari keluarga Anggota keluarga
apabila ada salah seorang anggota menerima keluhan
keluarga mengalami masalah, terutama dan sakitnya Ny. F.
Adaptation √
untuk masalah kesehatan. Adakah saling
keterbukaan di dalam keluarga tersebut.

Komunikasi yang terjalin antara anggota Dalam menghadapi


keluarga. Apakah pada saat salah satu persoalan yang
anggota keluarga memiliki masalah, menyangkut Penyakit
terutama untuk masalah kesehatan, Ny. F komunikasi
Partnership didiskusikan bersama bagaimana antar anggota √
pemecahannya. keluarga tingkat
kebersamaannya
harmonis
Apakah keluarga tersebut dapat Anggota keluarga
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. kurang sabar terhadap
sikap Ny. F yang
tidak mau mengerti
Growth √
cara mencegah
penyakitnya agar
tidak mengalami
komplikasi.
Hubungan kasih sayang dan interaksi Merasa puas dengan
antar anggota keluarga. cara keluarga
mengekspresikan
Affection kasih sayangnya dan
merespon emosi yang

disebabkan penyakit
saya.
Kepuasan di dalam keluarga akan waktu Merasa puas dengan
dan kebersamaan yang diluangkan oleh cara keluarga saya
masing-masing anggota keluarga bagi membagi waktu
keluarganya. dengan
mementingkan
Resolve √
kebersamaan.

Kebersamaan
keluarga baik/
memuaskan Ny. F.
Total Skor 9

24
Hasil Analisis dan temuan:

Total dari nilai APGAR keluarga Ny. F adalah 9. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis keluarga Ny. F dalam keadaan baik dan tidak perlu
intervensi. Namun ada beberapa catatan yang terkait dengan perilaku Pasien
Ny. F sebagai berikut:

APGAR tentang Growth anggota keluarga kurang sabar terhadap sikap


Ny. F. yang tidak mau mengerti cara mencegah penyakitnya agar tidak
mengalami komplikasi yang secara rinci adalah:

 Keluarga Ny. F kurang sabar bila Ny. F memiliki pola makan yang tidak
baik.
 Keluarga Ny. F kurang sabar bila Ny. F malas melakukan aktivitas fisik
yang sangat kurang.
 Keluarga Ny. F kurang sabar bila Ny. F malas untuk kontrol ke
Puskesmas/Rumah Sakit.

2. Patologi lingkungan keluarga (Identifikasi patologi lingkungan dengan


metode SCREEM)
Metode SCREEM digunakan untuk mengidentifikasi adanya kendala
yang dihadapi keluarga pasien (Ny. F) yang menyangkut persoalan interaksi
Social, penerimaan Cultural, agama (Religious), tingkat Economi, tingkat
pendidikan (Education) serta tingkat pelayanan Medis (Medical) tentu saja
yang terkait dengan penyakit Ny. F.
a. Social (kendala sosial) yaitu kualitas keterlibatan Ny. F beserta keluarga pada
kegiatan-kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukkan dengan intensitas
partisipasi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
b. Cultural (budaya) yaitu kualitas kebanggaan Ny. F dan keluarga terhadap
budaya yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai tata krama, adat
dan budaya yang berlaku di masyarakat sekitar.

25
c. Religius (Agama) yaitu kualitas ibadah pada suatu agama dari Ny. F dan
keluarga yang ditunjukkan dengan intensitas peribadatan utama (wajib) yang
dilakukan baik dalam keluarga maupun bersama masyarakat (jemaah).
d. Economic (Ekonomi) yaitu penggolongan masyarakat menurut derajat
ekonomi (tingkat penghasilan keluarga) yang secra kualitatif dikelompokkan
menjadi ekonomi tingkat atas, menengah dan bawah.
e. Education (pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara kualitatif
menurut tingkat pendidikan terakhir yang umumnya diraih oleh kepala
keluarga, yang distratakan menjadi tingkat pendidikan tinggi, menengah dan
rendah.
f. Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang (Ny. F).
Tabel 4.7: Temuan dan Tekanan Patologi Sosial Keluarga Ny. F menurut
Faktor SCREEM di Dusun Ngogri, Desa Kedungsari, Kec. Kemlagi,
Mojokerto.

FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)


Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan _
Sosial saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan. Empati tetangga cukup baik apabila ada
tetangga yang sakit seperti berkunjung untuk menengok sewaktu di
Rumah Sakit.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat _
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
Cultural lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll.
Menggunakan bahasa Jawa dan menjaga tata krama dan kesopanan
Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 waktu di jalani dengan –
baik. Dan setiap sholat sebisa mungkin mereka sholat bersama. Di
Religius dalam rumah pasien juga memiliki tempat beribadah khusus yang
tidak tercampur dengan ruangan lain. Umumnya masyarakat di
sekitar beragama Islam. Tidak pernah terjadi konflik dengan
pemeluk agama lain.

26
FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah sehingga –
Ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masih diprioritaskan pada pemenuhan
kebutuhan primer.
Pendidikan anggota keluarga pasien adalah SMA dan anak-anak –
Edukasi Ny. F sekarang masih bersekolah.
Pasien menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan _
Medical kartu BPJS Kesehatan yang memadai. Dalam mencari pelayanan
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas hal ini
mudah dijangkau karena letaknya dekat. Adakah kesulitan biaya,
khususnya akomodsi dan transportassi...

Keterangan:
*) Tekanan Patologi Sosial
TPS : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. F dan keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Kedungsari.
TPS : + artinga Ny. F dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Kedungsari.
Hasil analisis SCREEM pada keluarga Ny. F :
Pasien dan keluarga tinggal di dusun ngogri, desa kedung sari, pasien
dan keluarga dalam indicator sosial, cultural, religius, ekonomi, edukasi dan
medis tidak mengalami masalah dan berjalan dengan baik.

D. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik/Sanitasi Rumah
Keluarga Ny. F tinggal di sebuah rumah yang berukuran 14 x 6 m
dimana di sebelah rumahnya terdapat tembok tetangganya. Rumah memiliki
pintu pagar, memiliki ruang teras. Lantai rumah seluruhnya terbuat dari
keramik. Atap rumah sudah dilengkapi genteng. Dinding rumah dibagian ruang
tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi terbuat dari tembok dan dicat terang.

27
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 dapur, 1 ruang gudang,
musola kecil dan 2 kamar mandi yang memiliki fasilitas jamban.
Pencahayaan secara umum dinilai sudah baik dan cukup, di dalam
kamar maupun di ruang lain dalam rumah. Ventilasi udara juga dirasakan cukup
dengan adanya jendela setiap kamar. Sumber air untuk kebutuhan sehari-
harinya keluarga ini menggunakan sumur yang terletak di bagian samping
rumah. Penyusunan perabotan rumah tangga terkesan teratur dan untuk
penyimpanan barang-barang di rumah pasien terdapat gudang menyimpan dan
keluarga rajin membersihkannya.
Keluarga Ny. F rajin membersihkan rumah tiap harinya dan untuk
membersihkan kamar mandi dan air dilakukan tiap 3 hari sekali. Fasilitas
penyimpanan sampah setempat terletak dekat dengan rumah sehingga sampah
dari keluarga lansung dibuang ke tempat pembuangan tersebut. Untuk Fasilitas
pembuangan air limbah keluarga sudah memenuhi sanitasi lingkungan karena air
limbah keluarga dialirkan ke septic tank di belakang rumah yang jaraknya sudah
jauh (> 10 m) dari sumur yang ada.
2. Lingkungan Sosial, Ekonomi Dan Budaya
a. Lingkungan Ekonomi
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga Ny. F termasuk golongan
ekonomi menengah ke bawah. Penghasilan keluarga berasal dari suami
pasien dan pasien lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan utama/primer
dan bila didapatkan lebihnya akan ditabung.
b. Lingkungan Sosial Budaya
Dalam lingkungan sosial budaya, kehidupan pasien dan keluarga
pasien memiliki hubungan baik dengan tetangga sekitar dan masyarakat.
Hubungan antara keluarga pasien dalam kondisi baik. Ny. F dan keluarga
juga ikut serta dalam budaya sekitar.
3. Faktor Perilaku Keluarga

28
Ny. F adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara dalam keluarganya. Dalam
kesehariannya pasien melakukan pekerjaan rumah, selain itu pasien rajin
berolahraga ringan tiap pagi dan Dalam menjaga pola makan pasien masih
kurang baik seperti pasien lebih suka menkonsumsi ikan teri dan ikan asin dan
kadang minum teh dan kopi. Ny. F memiliki 2 anak laki-laki, anak tertua
masuk SMK dan anak kedua masuk SD. Hubungan antara anggota keluarga
dalam kondisi baik. Anak-anak dan ibu pasien sering mengingatkan untuk
meminum obat secara teratur dan untuk selalu rajin periksa sambil mengantar
pasien, juga keluarga bersedia mengantar ke yankes dan menemani Ny. F bila
memang pasien dirawat inapkan.
E. Pelayanan Kesehatan
1. Aspek Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan keluarga Ny. F dengan puskesmas cukup
baik, tidak terdapat kendala tranportasi dan akomodasi dalam prosesnya.
Selama pemeriksaan pasien cukup menerima edukasi dan konsuling dari
pihak puskesmas.
2. Kepesertaan BPJS
Pasien ikut serta dalam BPJS kesehatan.

29
BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Masalah
Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan
keluarga yang terdapat dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan
sirkuler, identifikasi informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga (metode
APGAR), patologi lingkungan keluarga (metode SCREEM) maupun faktor-
faktor risiko tentang faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik, sosial dan
ekonomi) dan faktor pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai
temuan masalah yang terkait dengan Ny. F dan keluarga serta masyarakat sekitar.
1. Masalah Aktif (Individu Pasien)
a. Ny. F menderita penyakit hipertensi kronis dalam kehamilan.
b. Kurangnya kesadaran pasien mengenai diet rendah garam dan
mengurangi konsumsi kopi dan teh.
2. Faktor Perilaku
a. Pola makan Ny, F yang tidak sesuai dengan anjuran.
3. Faktor Lingkungan
Pada faktor lingkungan tidak ditemukan adanya masalah.
a. Pada Faktor Lingkungan Fisik dan Sanitasi Rumah :
Ny. F dan keluarga sering membersihkan rumahnya setiap hari.
Fasilitas pembuangan sampah terletak didekat rumah pasien sehingga
keluarga lansung membuang sampah ke tempat pembuangan tersebut.
Untuk barang-barang yang tidak dipakai di simpan dalam gudang dan
gudang tersebut dibersihkan tiap 3 hari sekali. Untuk kebersihan air di
kamar mandi keluarga Ny.F membersihkan tiap 3 hari sekali. Pembuangan
limbah rumah tangga dialirkan ke septic tank. Untuk pencahayaan dan
ventilasi dalam rumah dirasakan cukup karena terdapat jendela tempat
masuknya cahaya matahari dan keluar masuknya udara.

30
b. Pada Faktor Lingkungan Sosial dan Budaya :
Dalam lingkungan sosial budaya, kehidupan pasien dan
keluarga pasien memiliki hubungan baik dengan tetangga sekitar dan
masyarakat. Hubungan antara keluarga pasien dalam kondisi baik. Ny. F
dan keluarga juga ikut serta dalam budaya sekitar.
c. Pada Faktor Lingkungan Ekonomi :
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga Ny. F termasuk dalam
golongan ekonomi menengah ke bawah. Penghasilan keluarga berasal dari
suami pasien dan pasien lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan
utama/primer dan bila didapatkan lebihnya akan ditabung.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Dalam pelayanan kesehatan pasien merasa petugas puskesmas
memberikan edukasi dan konseling yang cukup kepada pasien. Akses
pelayanan kesehatan keluarga Ny. F dengan puskesmas cukup baik, tidak
terdapat kendala tranportasi dan akomodasi dalam prosesnya dan keluarga
siap mengantar pasien bahkan menemani pasien bila diperlukan rawat inap.
Untuk proses pembayaran kesehatan pasien menggunakan BPJS yang
dibayar dengan rutin sehingga tidak ada masalah dalam hal tersebut.
5. Identifikasi Faktor Genetik
Dalam keluarga pasien terdapat keluarga dekat pasien yaitu ayah
kandung yang menderita hipertensi.

B. Analisis
Yang dimaksud analisis di sini adalah bagaimana penjelasan mengenai
penyakit pasien (Hipertensi kronis dalam kehamilan yang diderita Ny. F) terjadi
dan kemungkinan berkembang mengarah terjadinya komplikasi. Untuk membantu
mempermudah analisis permasalahan yang dihadapi pasien Ny. F ini digunakan
alat bantu diagram H.L. Blum. Blum (1987) menyatakan bahwa derajat kesehatan
atau kejadian suatu penyakit di masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu

31
faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (Gambar
5.1). Apabila kasus Ny. F, beserta keluarga dan masyarakat di sekitar dipandang
sebagai kesatuan sosial maka dapat dinyatakan bahwa kejadian Hipertensi Kronis
Ny. F dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perlaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan dari keluarga Ny. F.

Faktor Genetik : Ditemukan keluarga dekat pasien


yaitu ayah kandung pasien yang menderita
hipertensi.

Faktor
Faktor Perilaku : Ny. Lingkungan :
F kurang menjaga Ny. F
Baik dalam
pola makannya dan (Hipertensi lingkungan fisik/
minum. Kronis sanitasi
dalam lingkungan
kehamilan) rumah, sosial dan
ekonomi tidak ada
keluhan.
Faktor Pelayanan Kesehatan : tidak ditemukan
masalah dalam hal akses dan akomodasi. Pasien juga
menggunakan BPJS. Keluarga pasien siap mengantar
bahkan menemani pasien bila diharuskan rawat inap
setelah pemeriksaan.

Gambar 5.1 Diagram Faktor Resiko Penyakit Hipertensi Kronis dalam


Kehamilan.

1. Faktor Lingkungan

a. Kondisi ekonomi Keluarga Ny. F termasuk kelompok menengah ke bawah.


Dengan faktor ekonomi yang seperti tersebut Ny. F mengerti untuk lebih

32
memprioritaskan kebutuhannya di bidang primer terlebih dahulu. Interaksi
dengan masyarakat lingkungan sekitar baik dan tidak mengurangi
keikutsertaan Ny. F dalam masyarakat.

b. Lingkungan Fisik dan Sanitasi, pasien dan keluarga membersihkan rumah


secara teratur setiap harinya. Membuang sampah ditempat pembuangan,
menggunakan air bersih untuk keperluan mandi, memasak dan lain-lain,
menjaga kebersihan air dalam rumah dengan teratur membersihkan selama 3
hari sekali. Pencahayaan dan ventilasi yang cukup baik untuk menjaga
kelembapan rumah.

c. Lingkungan Sosial dan Budaya, kehidupan pasien dan keluarga pasien


memiliki hubungan baik dengan tetangga sekitar dan masyarakat. Hubungan
antara keluarga pasien dalam kondisi baik. Ny. F dan keluarga juga ikut serta
dalam budaya sekitar.

d. Dukungan dari lingkungan internal/keluarga dan masyarakat didapatkan


cukup optimal. Pada lingkungan keluarga, keluarga selalu memberikan
dukungan kepada Ny. F, mengingatkan dan memotivasi Ny. F untuk selalu
mengikuti anjuran dokter seperti minum obat secara rutin, olahraga ringan
dan menjaga pola makan tapi dalam keadaan sekarang, pasien masih kurang
dalam menjaga pola makannya seperti ketika makan pasien lebih suka
makan lauk ikan teri dan ikan asin.

2. Faktor Perilaku
a. Faktor perlaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang cukup.
Pendidikan Ny. F dan keluarga rata-rata hanya hingga sekolah menengah
atas sehingga mereka mengerti bagaimana cara mengakses informasi
mengenai ilmu kesehatan.
b. Pengetahuan yang didapat Ny. F dan keluarga mengenai penyakit hipertensi
kronis dalam kehamilan dan komplikasinya didapat dari petugas puskesmas

33
dan mengakses informasi di internet tentang penyakit hipertensi.
Pengetahuan ini yang membimbing kearah gaya hidup sehat seperti sering
makan sayur dan buah, berolahraga ringan secara teratur dan menjaga pola
makan yang baik. Tapi dalam prosesnya Ny. F sudah menjalankan dengan
lumayan baik tapi dalam menjaga pola makan diet rendah garam,
menghindari konsumsi kopi dan teh masih susah dihilangkan.
c. Dengan tingkat sosial ekonomi menengah, menurut Ny. F penghasilan
keluarganya dirasakan cukup dalam memenuhi kebutuhan hidup primer
keluarga dan juga cukup untuk biaya pelayanan kesehatan BPJS dan bila
terdapat lebihnya Ny. F akan menabungnya.
d. Motivasi diri untuk sehat yang baik. Motivasi dari diri sendiri dan keluarga
dapat membantu meningkatkan kepentingan kesehatan Ny. F dan keluarga.
e. Pola hidup yang sehat seperti berolah raga secara rutin tiap paginya,
mengatur pola makan dengan baik mampu menurunkan resiko penyakitnya.
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Pentingnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga
pasien yang terbatas pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan/ Puskesmas
dirasakan cukup baik ketika pasien melakukan pemeriksaan.
b. Mengedukasi dan mengkonseling keluarga pasien untuk selalu monitoring
Ny. F dalam perihal minum obat secara teratur, menjaga pola makan yang
baik dan pentingnya beraktifitas fisik.
c. Media informasi/promosi kesehatan. Media informasi umumnya masih
bersifat umum. Media komunikasi secara spesifik khusus mengenai
penyakit kronis bisa diperoleh melalui program Prolanis. Selain mendapat
edukasi dan konseling mengenai hipertensi dalam kehamilan di puskesmas,
pasien juga mampu mengakses informasi di internet.
4. Faktor Genetik
a. Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dikontrol dalam
penyakit hipertensi sehingga kita lebih baik untuk memperbaiki faktor yang

34
bisa dikontrol seperti beraktifitas fisik, menjaga pola makan (diet rendah
garam dan lemak), menghindari minuman yang mengandung alkohol dan
kafein, dan memotivasi diri untuk tidak strees.

C. Pembahasan
1. Mengatur Pola Hidup
Pola hidup Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu model yang
menjadi kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari
seperti pola makan, pola mengalokasikan waktu dan pola melakukan kegiatan
fisik.
a. Aktifitas Fisik
Perkembangan hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah
satunya adalah aktifitas fisik. Orang yang dengan aktifitas fisik kurang
tapi dengan nafsu makan yang kurang terkontrol sehingga terjadi
konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan nafsu makan bertambah
yang akhirnya berat badannya naik dan dapat menyebabkan obesitas. Jika
berat badan seseorang bertambah, maka volume darah akan bertambah
pula, sehingga beban jantung untuk memompa darah juga bertambah.
Semakin besar bebannya, semakin berat kerja jantung dalam memompa
darah ke seluruh tubuh sehingga tekanan perifer dan curah jantung dapat
4
meningkat kemudian menimbulkan hipertensi.
Aktivitas fisik yang mampu membakar kalori 800-1000 kalori akan
meningkatkan high density lipoprotein (HDL) sebesar 4.4 mmHg.
Sebagian besar studi epidimiologi dan studi intervensi olahraga
memberikan dukunga tegas bahwa peningkatan aktivitas fisik, durasi yang
cukup, intensitas dan jenis sesuai mampu menurunkan tekanan darah
secara signifikan, baik dengan tersendiri maupun sebagai bagian dari
terapi pengobatan. Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot

35
jantung dan tahanan perifer yang dapat mencegah peningkatan tekanan
darah. Disamping itu, olahraga yang teratur dapat merangsang pelepasan
hormon endorfin yang menimbulkan efek euphoria dan relaksasi otot
sehingga tekanan darah tidak meningkat.4
b. Menjaga Pola Makan
 Diet Rendah Garam
Garam merupakan faktor penting dalam patogenisis hipertensi.
Hipertensi tidak ditemukan dalam bangsa dengan asupan garam
yang rendah. Apabila asupan garam antara 5-15 g/hari maka
prevalensi hipertensi meningkat 15-20%. Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi terjadi karena peningkatan volum plasma,
curah jantung dan tekanan darah. Konsumsi garam yang
dianjurkan 6 g/hari atau setara dengan 1100 mmol/2400 mg/hari.
Asupan natrium dapat meretensi cairan dalam tubuh sehingga
meningkatkan tekanan darah.2
 Diet Rendah Lemak
Mengkonsumsi makanan lemak tinggi dapat berpengaruh pada
tingginya simpanan kolesterol di dalam darah. Simpanan ini
nantinya akan menumpuk pada pembuluh darah menjadi plaque.
Plaque pada pembuluh darah ini akan menyebabkan penyumbatan
pada pembuluh darah. Penyumbatan ini menjadikan elastisitas
pembuluh darah berkurang sehingga volume dan tekanan darah
meningkat. Hal inilah yang memicu terjadinya hipertensi dan
dapat meningkatkan faktor resiko aterosklerosis.2
 Menghindari Minuman Mengandung Alkohol dan Kafein
Mengkonsumsi alkohol dan dan kafein secara berlebihan yang
terdapat di bahan seperti kopi, the, cola dan bahan lain. Bahan
yang mengandung alkohol mampu menyebabkan peningkatan
aktifitas saraf simpatis yang menyebabkan tubuh meransang

36
sekresi Corticotropin Releaseng Hormon (CRH) yang berujung
pada peningkatan tekanan darah. Sementara kafein dapat
menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya.4
c. Menghindari Stress
Hipertensi selalu dikaitkan dengan faktor stress pada manusia. Stress
diduga dapat menyebabkan peningkatan aktifitas syaraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermetiten. Selain itu stress
juga diduga dapat meransang anak ginjal untuk melepaskan hormone
adrenalin dan memacu kerja jantung untuk berdenyut lebih cepat dan kuat
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Jika stress berlansung dalam
waktu yang lama maka tubuh akan melakukan suatu penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul
biasanya hipertensi dan maag. Stress dapat meningkatkan tekanan darah
untuk sementara waktu dan bila stress hilang maka tekanan darah akan
normal kembali.5

2. Mengendalikan Penyakit
Medika mentosa :
Pendekatan terapeutik : Pemberian Novakal diminum 1 kali
sehari.
Non medikamentosa
Pada pasien dan keluarga :
 Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk memperbaiki
pola makan dan mengurangi konsumsi natrium, lemak dan kurangi atau
bahkan menghindari minuman kopi, teh, dan alkohol.
 Memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarga mengenai
pentingnya melakukan aktifitas fisik seperti rajin berolahraga.

37
 Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga
mental pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan masalah
yang bisa terjadi.
 Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit hipertensi dalam kehamilan dan komplikasinya.
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah penyakit
ini dengan pola hidup sehat seperti rutin minum obat, rajin berolahraga,
kurangi makan dan minum mengandung lemak, natrium, kafein, dan
alkohol.
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat
teratur, kontrol rutin dalam kehamilan dan segera ke puskesmas/rumah
sakit bila muncul gejala-gejala.

38
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Secara prinsip kesimpulan adalah menjawab tujuan khusus, agar


terjadi suatu laporan yang unity/utuh, coherence/adanya keterpautan, dan
emphasis/ penekanan pada kasus.

1. Hasil anamnesis penyakit pasien

Hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sampai


pada kerimpulan bahwa Ny. F (32) menderita Hipertensi Kronis dalam
Kehamilan.

2. Hasil identifikasi metode manajemen pasien

Penanganan pasien dilakukan secara Patient Centered Oriented.

3. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya:

a. Faktor keluarga: Keluarga Ny. F termasuk keluarga patriarkal, berbentuk


Extended Family, dengan interaksi antar anggota keluarga baik dan dalam
menghadapi permasalahan penyakit Ny. F setiap anggota keluarga
menunjukkan dukungan dan motivasi terhadap pasien agar tidak
berpengaruh buruk terhadap sakitnya.

b. Terdapat faktor keturunan dari penyakit hipertensi yang diderita oleh Ny. F.

c. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota keluarga


khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. F sebagai penderita Hipertensi
Kronis dalam Kehamilan baik tapi dalam faktor Growth menunjukan bahwa
anggota keluarga kurang sabar menghadapi pasien bila pasien tidak menjaga
pola makannya, tidak melakukan aktifitas dan malas untuk melakukan
pemeriksaan. Berdasarkan analisis patologi lingkungan metode SCREEM

39
menunjukkan bahwa keluarga Ny. F dan keluarga tinggal di dusun ngogri,
desa kedung sari, pasien dan keluarga dalam indicator sosial, cultural,
religius, ekonomi, edukasi dan medis tidak mengalami masalah dan berjalan
dengan baik.

d. Secara umum kondisi fisik tempat tinggal keluarga pasien memenuhi syarat
sanitasi sepenuhnya. Lingkungan sosial ekonomi keluarga Ny. F termasuk
lingkungan kelas menengah ke bawah.

4. Hasil analisis faktor risiko


Faktor risiko dari pasien (Ny. F) sebagai penderita Hipertensi Kronis dalam
Kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Pasien (Ny. F) menderita Hipertensi Kronis dalam Kehamilan.
b. Perilaku pasien: pola hidup yang cenderung tidak baik seperti pada Ny. F
memiliki pola makan dengan menu senang makan ikan asin dan ikan teri,
pasien juga kadang minum kopi dan teh, pola hidup tersebut dapat
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi.
c. Faktor lingkungan: secara fisik sanitasi tempat tinggal cukup baik,
lingkungan sosial budaya pasien cukup baik dengan dekatnya pasien
bersama dengan masyarakat sekitar, dan untuk lingkungan ekonomi pasien
meprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan primernya dan selebihnya akan
ditabung.
d. Pelayanan kesehatan dari puskesmas menurut Ny. F sudah cukup baik,
petugas kesehatan selalu mengedukasi dan memotivasi pasien dalam
menjaga penyakit pasien.
e. Faktor genetik : pada keluarga Ny. F terdapat keluarga dekat yaitu ayah
kandung Ny. F yang menderita Hipertensi.

40
B. Saran
Ada beberapa langkah dalam membantu memecahkan masalah keluarga Ny. F
diantaranya:
1. Mengatur pola hidup untuk mengurangi resiko Hipertensi dan komplikasi
Hipertensi baik dan komplikasi hipertensi dalam kehamilan. Yang menyangkut
pola hidup disini adalah menjaga pola makan dengan diet rendah garam, lemak,
mengurangi konsumsi teh dan kopi, melakukan aktivitas fisik dan rutin berolah
raga.
2. Mengendalikan penyakit hipertensi dan hipertensi kronis dalam kehamilan
adalah dengan menghindari faktor-faktor resikonya dengan cara mengedukasi
pasien dan keluarganya.
Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan,
monitoring dan motivasi agar pasien mampu mandiri dalam mengatasi masalah
penyakitnya serta mampu menghindari terjadinya komplikasi.
3. Edukasi masyarakat sekitar tempat tinggal pasien
Pentingnya mengurangi resiko terjadinya hipertensi kronis dan hipertensi kronis
dalam kehamilan sebelum menimpa pada diri mereka dengan mengubah
perilaku dan gaya hidup sehat dengan pola makan dan berkegiatan fisik atau
olah raga secara cukup yang menjadi kebutuhan hidup mereka.

41
Daftar Pustaka

1. Imaroh, Islahul Istiana. Nugraheni, Sri Achadi. Dharminto. 2017. Faktor


Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kedungmundu, Kota Semarang Tahun 2017. Semarang :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
2. Kartika, Lusi Ayu. Affifah, Efatul., dan Suryani, Isti. 2016. Asupan Lemak
Dan Aktifitas Fisik Serta Hubungannya Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Pasien Rawat Jalan. Jurnal Gizi Dan Dietik Indonesia Vol 4 No 3. Yogyakarta
: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya – Fakultas Kedokteran, 2019. Modul
Praktek Kunjungan Pasien Di Rumah (Home Visite).
4. Pramana, Lina Dwi Yoga. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Demak II. Hal 30. Semarang :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.
5. Riset Kesehatan Dasar. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018 Provinsi Jawa
Timur. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
6. Sugiyono A. 2007. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta : PT. Intisari Mediatama.

42

Anda mungkin juga menyukai