Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia.


Indonesia merupakan negara yang berada di urutan ke-4 dengan prevalensi
diabetes tertinggi di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Diduga
jumlah pengidap diabetes akan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
terutama untuk DM tipe 2. Data WHO memperkirakan jumlah penderita DM tipe
2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030
mendatang (Ristek Dikti,2016). Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk
DM telah mencapai 465 miliar USD per tahun. International Diabetes Federation
(IDF, 2012) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari
bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut WHO, 2016 angka kematian yang
di sebabkan oleh diabetes mellitus mencapai 6% dari seluruh faktor penyebab
kematian di segala usia di Indonesia.

Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi pada masyarakat terutama di kota-
kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi penyakit
degeneratif, juga sebagai penyebab kematian. Salah satu yang harus diwaspadai
adalah diabetes mellitus.

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi dikarenakan


pankreas gagal menghasilkan hormon insulin, atau bila tubuh tidak dapat
menggunakan insulin secara efektif (WHO ,2016). Diabetes mellitus adalah
penyakit kronis yang kompleks, sehingga membutuhkan perawatan medis yang
berkelanjutan demi mengurangi resiko multifaktorial yang ditimbulkan (ADA,
2017).

Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori utama berdasarkan sekresi


insulin endogen, yaitu diabetes mellitus tergantung insulin (insulin dependent
diabetes mellitus, IDDM) atau DM tipe I, dan diabetes mellitus tidak tergantung
insulin (non-insulin dependent diabetes mellitus, NIDDM) atau DM tipe II

Kepaniteraan Klinik IKM - Contoh Laporan Home Visit | H-1


(degeneratif). Hormon insulin merupakan hormon yang dapat menstabilkan kadar
gula dalam darah yang dihasilkan sel beta pankreas (Evacuasiany et al., 2015).

Diabetes mellitus menjadi sangat penting karena komplikasi yang


ditimbulkannya. Komplikasi menahun DM terutama didasari oleh kelainan
vaskuler yaitu pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh darah besar
(makroangiopati). Manifestasi mikroangiopati terutama pada retinopati diabetik
dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasinya pada ginjal menyebabkan nefropati
diabetik yang pada akhirnya dapat mengakibatkan gagal ginjal. Makroangiopati
dapat bermanifestasi di tungkai bawah sehingga mempermudah terjadinya
ganggren diabetik yang mungkin memerlukan amputasi. Makroangiopati dapat
bermanifestasi di pembuluh darah menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK)
(Widiowati, 2008). Pasien diabetes mellitus memiliki resiko terkena penyakit
kardiovaskuler. Selain itu, pasien diabetes mellitus memiliki resiko terkena
Diabetic kidney disease yang muncul pada penderita diabetes lebih dari 10 tahun,
Diabetic retinopathy, Cardiovascular disease, Diabetic nephropathy, dan Diabetic
neuropathy (ADA, 2017)
Menurut Sustainable Development Goals (SDGs) sasaran dalam menangani
penyakit tidak menular termasuk diabetes melitus pada tahun 2030 adalah
mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini (akibat penyakit tidak menular)
melalui pencegahan dan pengobatan serta meningkatkan kesejahteraan (Lampiran
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan).
Hasil kunjungan rumah terhadap keluarga Ny. E (46th) teridentifikasi
diabetes melitus dengan laporan selengkapnya adalah sebagai berikut.

Kepaniteraan Klinik IKM - Contoh Laporan Home Visit | H-2


B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. E, sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. E, sebagai penderita,
anggota keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat
sekitar.

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi penyakit pasien.
b. Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
c. Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor lingkungannya.
d. Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/faktor risiko) yang
dihadapi pasien (diilustrasikan dengan diagram Blum).
e. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya serta
memberi saran terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

D. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan dan dokter muda


a. Meningkatkan pemahaman Mahasiswa dokter muda tentang penyakit
serta kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya (Modul p. 2)
b. Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar mahasiswa
dengan pasien;

Kepaniteraan Klinik IKM - Contoh Laporan Home Visit | H-3


c. Mahasiswa dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien;
d. Mahasiswa memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien..

2. Bagi pasien dan keluarganya


Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakitnya dan penanganannya agar tidak menyebabkan
komplikasi yang berat/apabila penyakit menular, agar tidak menular
minimal kepada anggota keluarga.

3. Bagi institusi kesehatan/Puskesmas


Manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber
evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap pasien penyakit Diabetes
Melitus sehingga bisa dicari solusi yang tepat dan efisien.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-4


BAB II

HASIL PEMERIKSAAN KLINIK

A. Identitas Penderita
Nama : Ny. E
Umur : 46 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Dusun Kedungbulus, Desa Watesprojo Kab. Mojokerto
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 05 Mei 2020

B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Badan lemas
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke puskesmas Kedungsari dengan keluhan badan lemas dan
tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak kurang lebih 5 hari yang lalu.
Tiga tahun yang lalu, pasien mengaku banyak makan dan minum namun
tidak disertai dengan peningkatan berat badan yang sesuai dan tidak ada
penurunan berat badan. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5
kali. Buang air besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan
kesemutan pada kedua kakinya yang dirasakan hilang timbul. Pasien
mengaku jarang berolahraga dan hanya beraktivitas biasa dirumah. Sejak
kurang lebih 3 tahun yang lalu pasien berobat ke Puskesmas Kedungsari dan
dinyatakan kencing manis dengan gula darah tertinggi 300g/dl. Oleh karena
itu, sebulan sekali pasien kontrol untuk pemeriksaan gula darah.
3. Riwayat penyakit dahulu:
a. Riwayat Hipertensi : Tidak ada
b. Riwayat Asma : Tidak ada
c. Riwayat Alergi Obat : Ada tapi pasien lupa nama obatnya

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-5


d. Riwayat Sakit Jantung : Tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ibu kandung pasien
b. Riwayat Hipertensi : Tidak ada
c. Riwayat Diabetes Melitus : Ibu kandung pasien
5. Riwayat kebiasaan
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, menghabiskan waktu
dengan beraktifitas sebagai ibu rumah tangga. Kadang pasien tidak
meminum obat karena alasan lupa.
a. Merokok : Pasien tidak merokok
b. Kebersihan badan : Pasien mandi 2x sehari
c. Olah raga : Pasien jarang olahraga
6. Riwayat sosial ekonomi
Pasien memiliki dua anak, anak pertama pasien telah menikah dan bekerja
serta tinggal dirumah yang berbeda dengan pasien. Anak kedua pasien
masih bersekolah diluar kota, hanya sesekali pulang saat liburan dan pasien
tinggal di rumah bersama suaminya. Sebelum mengalami sakit, pasien tidak
pernah bekerja diluar hanya sesekali membantu suaminya. Suami pasien
bekerja sebagai petani, dan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, pasien
mengandalkan penghasilan dari bertani.
7. Riwayat gizi
Pasien untuk makan sehari-harinya biasanya tidak teratur biasanya 3-4 kali
dengan porsi 1 piring. Pasien jarang memakan sayur-sayuran. Kadang
pasien makan lauk pauk seperti telur dan tahu-tempe. Pasien jarang makan
daging dan lebih sering makan ikan laut. Pasien juga merasa mudah lapar.
Pasien jarang mengkonsumsi air putih, dan sebelum sakit pasien lebih sering
meminum air syrup dan teh manis.
8. Anamnesis sistem
a. Kulit : warna kulit sawo matang
b. Kepala : sakit kepala tidak ada, pusing tidak ada, rambut kepala
tidak rontok,luka pada kepala tidak ada, benjolan/borok di kepala tidak
ada

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-6


c. Mata : pandangan mata tidak berkunang-kunang, penglihatan
kabur sejak -/+ 10 tahun dan sudah menggunakan kacamata.
d. Hidung : Tidak tersumbat dimetris tidak ada mimisan dan tidak di
ada kelainan pada indera penciuman
e. Telinga : pendengaran normal tidak ada gangguan pada sistem
pendengaran
f. Mulut : mulut kering, lidah terasa pahit, nafsu makan baik
g. Tenggorokan : nyeri telan tidak ada dan tidak ada pembesaran tonsil
h. Pernafasan : Irama : teratur
Jenis : tidak ada dispone, kusmaul, ceyne stokes

Suara nafas : vesikuler tidak ada stridor, wheezing dan ronchi

Sesak nafas : tidak ditemukan

i. Kadiovaskuler :

Irama jantung : regular S1/S2 tunggal

Nyeri dada : tidak ada

Bunyi jantung : normal, tidak ada suara murmur, gallop

CRT : kurang dari 3 detik

Akral : Hangat
j. Gastrointestinal :
Nafsu makan : baik

Porsi makan : Porsi yang di sediakan dihabiskan

Minum : jumlah : 1500 cc/hari

jenis minuman : Air

Mulut :

Mulut : bersih tidak kotor dan tidak berbau

Mukosa : lembab tidak kering dan tidak ada stomatitis


k. Genitourinaria :
Kebersihan : bersih tidak kotor

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-7


Urine :

Jumlah : 1000 (3-4 kali) cc/hari

Warna : Kuning pekat

Bau : khas Urine

Alat bantu (kateter) : tidak memakai alat bantu perkemihan

Kandung kemih : tidak ada pembesaran pada kandung kemih

Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada perkemihan

Gangguan : tidak ada anuria, oliguria, retensi, inkontinensia


dan nocturia

l. Neuropsikiatri :
Neurologik : tidak ada kejang
Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress
m. Muskuloskeletal dan integument :
Kemampuan pergerakan sendi : bebas tidak terbatas

Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit : lembab tidak kering dan tidak ada eksoriasis

Warna kulit : normal tidak ada icterus, sianosis, kemerahan, pucat


dan tidak ada hiperpigmentasi

Turgor : baik

Oedema : tidak ada oedema

n. Ekstremitas : Atas : tidak ada kelainan dan pembengkakan


Bawah : baik

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-8


C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
Kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.
2. Tanda vital dan status gizi
 Tanda Vital
Nadi : 90 x/menit, regular, sis cukup, simetris
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,60C
Tensi : 120/80 mmHg
 Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 49 kg
TB : 163 cm
BB/(TB)2 = 49/(1.63)2 = 18,5
BMI < 18,5 = Kurang
BMI 18,5 – 23,9 = Normal
BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI ≥27 = Obesitas
Status Gizi Normal
3. Kulit
Warna :Sawo matang tidak ikterik dan sianosis
Kepala :Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,
tidak ditemukan atrofi m. temporalis, makula, papula, nodula, kelainan
mimik wajah/bells palsy
4. Mata
Conjunctiva tidak ada anemis, tidak ditemukan sklera ikterik, pupil isokor
(3mm/3mm)Normal , reflek kornea kanan dan kiri baik, wama kelopak
(coklat kekitaman), tidak ada katarak dan tidak ditemukan
radang/conjunctivitis/uveitis
5. Hidung
Nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada, epistaksls tidak ada,
deformitas hidung tidak ada, hiperpigmentasi tidak ada, sadle nose tidak ada

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-9


6. Mulut
Bibir tidak pucat, bibir tampak kering, lidah bersih, papil lidah tidak
mengalami natrofi, tepi tidak lidah hiperemis dan tidak tremor

7. Telinga
Nyeri tekan pada mastoid tidak ditemukan, secret tidak ada, pendengaran
berkurang, cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak mengalami pembesaran, pharing hiperemis tidak ada
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada
10. Thoraks
Simetris, tidak ditemukan retraksi intercostal dan retraksi subkostal
 Cor :
I : ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis tak kuat angkat
P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I-II intensitas normal, regular, tidak ada bising
 Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler normal
suara tambahan RBK tidak ada, whezing tidak tidak didengar
Dinamis (depan dan belakang)
11. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi tidak ada

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 10


A :Bising usus normal
P : soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tak teraba
P : tympani seluruh lapang perut

12. Sistem collumna vertebralis


I : deformitas tidak ada , skoliosis tidak ada, kiphosis tidak ada, lordosis
tidak ada
P : tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada NKCV
13. Ektremitas: palmar eritema Normal

akral dingin oedem

14. Sistem genetalia: tidak dilakukan

15. Pemeriksaan neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik

16. Pemeriksaan psikis


Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriat
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk :realistik
isi : tidak ada waham, halusinasi, ilusi
arus : koheren
Insight : baik

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 11


D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.

E. Resume
Dari hasil anamnesis didapatkan :
Seorang pasien wanita 46th dengan keluhan badan lemas dan tidak dapat
beraktivitas seperti biasa sejak kurang lebih 5 hari yang lalu. Buang air kecil
sering terutama pada malam hari ± 5 kali.. Terkadang pasien juga
merasakan kesemutan pada kedua kakinya yang dirasakan hilang timbul.
Pasien mengaku jarang berolahraga dan hanya beraktivitas biasa dirumah.
Sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu pasien berobat ke Puskesmas
Kedungsari dan dinyatakan kencing manis dengan gula darah tertinggi
300g/dl. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, compos mentis. Tanda vital T:120/80 mmhg, N: 90 x/menit, RR: 20
x/menit, S:36,6°C, BB: 49 kg, TB: 163 cm, status gizi normal.
1. Diagnosis Biofisik : Diabetes Melitus Tipe 2
2. Diagnosis Psikologis : Afek emosi dalam batas normal

F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penderita adalah:
1. Non medika mentosa
a. Jika terdapat keluhan, segera periksa kembali ke puskesmas/RS agar
segera mendapatkan penanganan.
b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan minum obat.
c. Edukasi kepada pasien tentang terapi nutrisi/diet pada diabetes.
d. Olahraga secara teratur yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.
e. Edukasi tentang penyulit/komplikasi diabetes melitus
2. Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
- Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 12


G. Follow Up
Tanggal 05 Juni 2020
S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis

T : 120/80 mmHg, Nadi 90x/m, RR 20x/m, Tax : 360C


GDA Terakhir 280mg/dl
A : Diabetes Melitus tipe 2
P :
Non Medikamentosa
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, diet dan olahraga.
Medikamentosa
Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.
Tanggal 07 Juni 2020
S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis
T : 120/80 mmHg, Nadi 90x/m, RR 20x/m, Tax : 360C
GDA Terakhir 280mg/dl
A : Diabetes Melitus tipe 2
P :
Non Medikamentosa
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, diet dan olahraga.
Medikamentosa
Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 13


BAB III

PENGELOLAAN PASIEN
(PATIENT MANAGEMENT)

A. Patient Centered Management

Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
Pemberian Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.

Non medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada
keluarga
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan
dan kurangi makanan dan minuman yang mengandung banyak gula
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan meminum obat
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga
2. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga mental
pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakitnya
3. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit
diabetes mellitus dan komplikasinya.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah
penyakit ini dengan pola hidup sehat seperti rutin minum obat, rajin
berolahraga, kurangi makan dan minum yang mengandung banyak gula
c. Harus minum obat dengan benar.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 14


B. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga Lainnya (Orangtua dan
Anggota Keluarga Lainnya )

Pada prinsipnya secara pencegahan diabetes melitus adalah mengenai


pola hidup sehat baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar
terhindar dari berbagai penyakit khususnya diabetes melitus.
1. Secara umum untuk menghindari penyakit diabetes melitius adalah dengan
membiasakan menerapkan pola hidup keluarga sehat dan bersih dengan
mengonsumsi makanan bergizi secara seimbang, menghindari makanan
kaya karbohidrat dan minuman manis secara berlebihan, dan beraktivitas
fisik minimal 30 menit per hari.
2. Bagi keluarga dengan riwayat memiliki faktor keturunan diabetes melitus,
pemahaman tentang penyakit diabetes melitus merupakan pengetahuan yang
wajib dimiliki sehingga edukasi tentang penyakit ini khususnya untuk
pencegahan dan monitoring perlu ditanamkan. Edukasi dan anjuran untuk
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan secara teratur merupakan
kewajiban petugas pelayanan kesehatan.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 15


BAB IV

HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga

1. Struktur keluarga
Keluarga Ny. E termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah suami Ny. E.

2. Bentuk keluarga
Bentuk Keluarga : Nuclear family
Alamat lengkap : Dusun Kedungbulus, Desa Watesprojo Kecamatan
Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur
Genogram Keluarga Ny. E (Lihat Gambar IV.2)
Ny. E (46) adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Kedua orang tuanya sudah
meninggal dunia. Hidup dengan suami yang dikaruniai dua orang anak, satu
anak laki-laki yang telah menikah dan satu perempuan. Dalam satu rumah
tinggal 3 orang anggota keluarga yaitu suami dan 1 orang anak perempuan.

3. Pola interaksi keluarga


Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan dengan baik (Lihat Gambar
IV.1). Interaksi antara ayah dengan anak, anak satu dengan anak lainnya
serta anak dengan ibu dan sebaliknya berjalan dengan baik dalam suatu
harmoni hubungan keluarga yang baik pula.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 16


Anak Anak

Istri (pasien)

Keterangan :

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik

Gambar IV.1: Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. E dan


Anggota Keluarganya yang Lain (Sumber: Informasi dari Ny. E, 2020).

4. Tingkah laku pasien dan anggota keluarga (metode pertanyaan


sirkuler);

Metode menggunakan pertanyaan sirkuler ini berfungsi untuk


mengetahui siapa secara individual anggota keluarga yang mendukung atau
menentang pasien (Ny. E) apabila yang bersangkutan berbuat sesuatu baik
yang merugikan atau menguntungkan kesembuhan penyakitnya.

(1) Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya ?
Jawab :
Keluarga pasien langsung mengantarkan pasien berobat ke tenaga
kesehatan terdekat (bidan desa) atau ke puskesmas.
(2) Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab:
Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila perlu
ikut ke Puskesmas menemani dan menjaga pasien.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 17


(3) Jika butuh dirawat inap, izin siapa yang dibutuhkan?
Jawab:
Dibutuhkan izin dari suami pasien sebagai kepala keluarga. Jika tidak
ada, anak laki-laki pasien dapat menggantikan untuk memberikan izin.
(4) Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?
Jawab:
Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien adalah suaminya.
(5) Selanjutnya siapa?
Jawab:
Selanjutnya adalah anak pasien.
(6) Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab: tidak ada.
(7) Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Suami dan anak pasien selalu tidak setuju dengan pasien apabila hal
tersebut dapat mengganggu kesehatan pasien.
(8) Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Tidak ada.

Kesimpulan:

Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal yang positif dan tidak setuju
apabila ada hal-hal negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya.
Hubungan antara Ny. E dan keluarganya baik dan dekat.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 18


B. Penyakit karena Faktor Genetik

Dari informasi Ny. E diperoleh keterangan bahwa ada anggota keluarga atau
famili terdekat (Ibu pasien) yang menderita Diabetes Melitus (Lihat Gambar
IV.2) .

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien (Penderita D.M.)

: Meninggal dunia

Gambar IV.2: Genogram Keluarga Ny. E (46) (Sumber: Keterangan Ny. E., 2020)

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 19


C. Fungsi Keluarga

1. Fisiologi keluarga (identifikasi dengan metode APGAR)


APGAR score (disesuaikan dengan Supriana, 2010)
Metode penilaian fisiologis keluarga adalah metode untuk mengetahui
fungsi keluarga secara kualitatif dalam menanggapi, menerima atau menilai
kehadiran penderita (Ny. E) sebagai anggota keluarga tentang:
(1) Adaptation (adaptasi) yaitu kualitas penerimaan anggota keluarga dalam
menerima kenyataan bahwa yang bersangkutan (Ny. E) sedang
mengalami penyakit (Diabetes Melitus). Kualitas tersebut menyangkut :
tingkat penerimaan keluhan dan tingkat dukungan/motivasi anggota
keluarga dalam kesembuhan/ mengatasi penyakitnya.

Contoh:
Tabel IV.1: APGAR tentang Adaptation (Pernyataan Anggota
Keluarga thd Keadaan dan Perilaku Ny. E.)

No. Pernyataan anggota keluarga thd keadaan dan perilaku Ya Ka- Tdk
Ny. E. dang2
1. Ikhlas menerima atas beban akibat Ny E sakit DM √
2 Memotivasi Ny E dalam hal mengurangi konsumsi √
karbohidrat.
3 Memotivasi Ny. E dalam hal mengatur frekuensi makan. √
4 Memotivasi Ny. E dalam beraktivitas fisik. √
5 Mengingatkan Ny. E. untuk rutin minum obat √
6 Memotivasi Ny. E bila waktunya kontrol ke yankes. √
7 Bersedia mengantar Ny. E untuk kontrol ke yankes √
8 Menerima bila Ny. E mengeluh karena makanan dibatasi √
9 Tidak menerima keluhan bila Ny.E bosan minum obat. √
10 Tidak menerima keluhan saat Ny. E malas beraktivitas √
fisik
Skor total 14 3
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 skor = 1 dan tidak skor = 0.
Berilah nilai :
- Nilai 2 (menerima) bila nilai pernyataan keluarga > 15 (>75%)
- Nilai 1 (kurang menerima) bila nilai pernyataan keluarga 12 -15 (60-75%)
- Nilai 0 (tidak menerima) bila nilai pernyataan keluarga < 12 (<60%)
Skor total =17 diberi nilai 2 artinya anggota keluarga menerima keluhan Ny. E.
(Nilai Adaptation = 2) (masukkan ke Tabel IV.6)

(2) Partnership (kerjasama) yaitu kualitas kerjasama (harmonisasi) antara


anggota keluarga dalam mengatasi setiap masalah penyakit Ny. E.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 20


Contoh:
Tabel IV.2: APGAR tentang Partnership (Pernyataan Kesepakatan
Bersama antar Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. E).

No. Pernyataan harmonisasi (kesepakatan bersama) antar Ya Ka- Tdk


anggota keluarga terhadap perilaku Ny. E. dang2
1. Keluarga sepakat atas beban akibat Ny E sakit DM √
2 Kesepakatan bila Ny E tidak mampu mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Kesepakatan bila Ny. E tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Kesepakatan bila Ny. E tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Kesepakatan bila Ny. E. tidak rutin minum obat √
6 Kesepakatan bila Ny. E malas kontrol ke yankes. √
7 Kesepakatan bila Ny. E tidak kontrol ke yankes √
8 Kesepakatan bila Ny. E mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Kesepakatan bila Ny.E bosan minum obat. √
10 Kesepakatan bila Ny. E malas beraktivitas fisik √
Skor total 4 6 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis) (<60%)
Skor total = 10 diberi nilai = 1 artinya keluarga kurang harmonis menghadapi
perilaku Ny. E. (berilah nilai partnership = 1 pada Tabel IV.6)

(3) Growth (tingkat kedewasaan/kesabaran) menunjukkan tingkat kesabaran


anggota keluarga Ny.E dalam menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggu terutama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari guna
mengurus kehidupan keluarganya.

Contoh:
Tabel IV.3: APGAR tentang Growth (Pernyataan Kedewasaan/
kesabaran Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. E).
No. Pernyataan kedewasaan/kesabaran anggota keluarga Ya Ka- Tdk
terhadap perilaku Ny. E. dang2
1. Tidak terganggu atas beban akibat Ny E sakit DM √
2 Memahami saat Ny E tidak mampu mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Memahami saat Ny. E tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Memahami saat Ny. E tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Memahami saat Ny. E. tidak rutin minum obat √
6 Memahami saat Ny. E malas kontrol ke yankes. √
7 Memahami saat Ny. E tidak kontrol ke yankes √
8 Memahami saat Ny. E mengeluh karena makanan dibatasi √
9 Memahami saat Ny. E bosan minum obat. √
10 Memahami saat Ny. E menolak anjuran beraktivitas fisik √
Skor total 4 6 0

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 21


Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (sabar) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang sabar) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sabar) (<60%)
Skor total = 10 diberi nilai = 1 artinya keluarga kurang sabar menghadapi
perilaku Ny. E. (berilah nilai partnership = 1 pada Tabel IV.6)

(4) Affection (hubungan kasih sayang) yaitu tingkat hubungan kasih sayang dalam
berinteraksi antara anggota keluarga dalam menghadapi perilaku Ny. E.

Contoh:
Tabel IV.4: APGAR tentang Affection (Pernyataan Kasih Sayang
Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. E).

No. Pernyataan kasih sayang anggota keluarga terhadap perilaku Ny. Ya Ka- Tdk
E. dang2
1. Sering menghibur atas keluhan akibat Ny E sakit DM √
2 Sering menasihati bila Ny E tidak mampu mengurangi konsumsi √
karbohidrat.
3 Sering menasihati bila Ny. E tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Sering mengingatkan dan mendorong bila Ny. E tidak rajin √
beraktivitas fisik.
5 Sering mengingatkan bila Ny. E. tidak rutin minum obat √
6 Sering mengingatkan bila Ny. E malas kontrol ke yankes. √
7 Sering mengingatkan Ny. E bila sudah waktunya kontrol ke √
yankes
8 Sering menasihati bila Ny. E mengeluh karena makanan dibatasi √
9 Sering mengingatkan bila Ny.E bosan minum obat. √
10 Sering memotivasi dan mendorong saat Ny. E malas beraktivitas √
fisik
Skor total 16 2 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (kasih sayang) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang kasih sayang) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sayang) (<60%)
Skor total = 18 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap kasih dan sayang
menghadapi perilaku Ny. E. (berilah nilai affection = 2 pada Tabel IV.6)

(5) Resolve (kebersamaan) yaitu tingkat keterlibatan/kebersamaan anggota


keluarga Ny.E dalam mengambil bagian pada setiap kesempatan untuk
menghadapi setiap masalah keluarga.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 22


Contoh:
Tabel IV.5: APGAR tentang Resolve (Pernyataan Anggota Keluarga
tentang Kebersamaan dalam Membantu Mengatasi Penyakit Ny. E).

No. Pernyataan anggota keluarga tentang kebersamaan dalam Ya Ka- Tdk


membantu mengatasi penyakit Ny. E. dang2
1. Saling membantu dalam mengatasi beban akibat Ny E √
sakit DM
2 Saling mengingatkan bila Ny E tidak mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Saling mengingatkan bila Ny. E tidak bisa mengatur √
frekuensi makan.
4 Saling mengingatkan dan mendorong bila Ny. E tidak rajin √
beraktivitas fisik.
5 Saling mengingatkan bila Ny. E. tidak rutin minum obat √
6 Saling mengingatkan bila Ny. E malas kontrol ke yankes. √
7 Saling mengingatkan bila Ny. E sudah waktunya kontrol √
ke yankes
8 Saling menasihati bila Ny. E mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Saling mengingatkan bila Ny.E bosan minum obat. √
10 Saling mendorong bila Ny. E malas beraktivitas fisik √
Skor total 14 3 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis) (<60%)
Skor total = 17 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis menghadapi
perilaku Ny. E. (berilah nilai partnership = 2 pada Tabel IV.6)

Mengevaluasi nilai APGAR (Fisiologi keluarga dalam menghadapi Ny.


E sebagai pasien diabetes melitus)

Untuk mengevaluasi fungsi keluarga dalam menghadapi Ny. E


sebagai pasien diabetes melitus dapat digunakan Tabel IV.6 untuk
membantunya. Kriterian nilai APGAR mempunya maksud sebagaimana
kriteria sebagai berikut:

Kriteria nilai APGAR:

Nilai < 5 : Ada permasalahan peranan keluarga dalam menghadapi


pasien Ny. E yang memerlukan intervensi (dipandang keluarga perlu
bantuan dari pihak luar dalam mengatasi masalah Ny. E).

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 23


Nilai 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan
intervensi

Nilai 8 – 10 : fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak


memerlukan intervensi

Tabel IV.6: Temuan dan Nilai Fungsi Keluarga Ny. E menurut Metode
APGAR.

Skor
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukungan dari
keluarga apabila ada salah
seorang anggota keluarga
mengalami masalah,
terutama untuk masalah Anggota keluarga
Adaptation √
kesehatan. Adakah saling menerima keluhan Ny. E.
keterbukaan di dalam
keluarga tersebut
(Notoatmodjo, 2003).

Komunikasi yang terjalin


antara anggota keluarga. Dalam menghadapi
Apakah pada saat salah satu persoalan yang menyangkut
anggota keluarga memiliki Penyakit Ny. E komunikasi
masalah, terutama untuk antar anggota keluarga
Partnership √
masalah kesehatan, tingkat kebersamaannya
didiskusikan bersama kurang harmonis
bagaimana pemecahannya
(Notoatmodjo, 2003).

Apakah keluarga tersebut Anggota keluarga kurang


dapat memenuhi sabar terhadap sikap Ny. E
kebutuhan-kebutuhannya yang tidak mau mengerti
Growth √
(Notoatmodjo,2003). cara mencegah penyakitnya
agar tidak mengalami
komplikasi.
Hubungan kasih sayang dan Saya puas dengan cara
interaksi antar anggota keluarga saya
keluarga (Notoatmodjo, mengekspresikan kasih
Affection
2003). sayangnya dan merespon
emosi yang disebabkan √
penyakit saya.
Kepuasan di dalam keluarga Saya puas dengan cara
akan waktu dan keluarga saya membagi
kebersamaan yang waktu dengan
diluangkan oleh masing- mementingkan
Resolve √
masing anggota keluarga kebersamaan.
bagi keluarganya
(Notoatmodjo, 2003). Kebersamaan keluarga
baik/ memuaskan Ny. E.
Total Skor 8

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 24


Hasil Analisis dan temuan:

Total dari nilai APGAR keluarga Ny. E adalah 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis keluarga Ny. E dalam keadaan baik dan tidak perlu
intervensi. Namun ada beberapa catatan yang terkait dengan perilaku Pasien
Ny. E sebagai berikut:

(1) APGAR yang menyangkut partnership, dalam menghadapi persoalan


yang menyangkut Penyakit Ny. E komunikasi antar anggota keluarga
tingkat kebersamaannya kurang harmonis.

(2) APGAR tentang growth anggota keluarga kurang sabar terhadap sikap
Ny. E. yang tidak mau mengerti cara mencegah penyakitnya agar tidak
mengalami komplikasi yang secara rinci adalah:
(a) Pola makan yang tidak baik
(b)Aktivitas fisik yang sangat kurang
(c) Tidak teratur minum obat (kadang lupa untuk meminum obat)
(d)Sering terlambat dalam pemeriksaan kesehatan (kontrol kesehatan).

2. Patologi lingkungan keluarga (Identifikasi patologi lingkungan dengan


metode SCREEM)

Metode SCREEM digunakan untuk mengidentifikasi adanya kendala yang


dihadapi keluarga pasien (Ny. E) yang menyangkut persoalan interaksi
Social, penerimaan Cultural, agama (Religious), tingkat Economi, tingkat
pendidikan (Education) serta tingkat pelayanan Medis (Medical) tentu saja
yang terkait dengan penyakit Ny. E.
(1) Social (kendala sosial) yaitu kualitas keterlibatan Ny. E beserta keluarga
pada kegiatan-kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukkan dengan
intensitas partisipasi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
(2) Cultural (budaya) yaitu kualitas kebanggaan Ny. E dan keluarga
terhadap budaya yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai tata
krama, adat dan budaya yang berlaku di masyarakat sekitar.
(3) Religius (Agama) yaitu kualitas ibadah pada suatu agama dari Ny. E dan
keluarga yang ditunjukkan dengan intensitas peribadatan utama (wajib)

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 25


yang dilakukan baik dalam keluarga maupun bersama masyarakat
(jemaah).
(4) Economic (Ekonomi) yaitu penggolongan masyarakat menurut derajat
ekonomi (tingkat penghasilan keluarga) yang secra kualitatif
dikelompokkan menjadi ekonomi tingkat atas, menengah dan bawah.
(5) Education (pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara kualitatif
menurut tingkat pendidikan terakhir yang umumnya diraih oleh kepala
keluarga, yang distratakan menjadi tingkat pendidikan tinggi, menengah dan
rendah.
(6) Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada seseorang (Ny. E).
Tabel IV.7: Temuan dan Tekanan Patologi Sosial Keluarga Ny. E
menurut Faktor SCREEM di Desa Watesprojo, Kab. Mojokerto .

FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)


Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan _
saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun
Sosial banyak keterbatasan. Empati tetangga cukup baik apabila ada
tetangga yang sakit seperti berkunjung untuk menengok sewaktu
di Rumah Sakit.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat _
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
Cultural lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll.
Menggunakan bahasa Jawa dan menjaga tata krama dan
kesopanan
Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 waktu di jalani dengan –
baik. Dan setiap sholat sebisa mungkin mereka sholat bersama. Di
Religius dalam rumah pasien juga memiliki tempat beribadah khusus yang
tidak tercampur dengan ruangan lain. Umumnya masyarakat di
sekitar beragama Islam. Tidak pernah terjadi konflik dengan
pemeluk agama lain.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah sehingga dalam –
Ekonomi pemenuhan kebutuhan cukup untuk memenuhi kebutuhan primer
dan beberapa kebutuhan sekunder.
Pendidikan anggota keluarga yang masih rendah karena +
Edukasi pendidikan tertinggi dalam keluarga adalah lulusan SMA
Pasien menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan _
Medical kartu BPJS Kesehatan yang memadai. Dalam mencari pelayanan
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas hal ini
mudah dijangkau karena letaknya dekat.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 26


Keterangan:
*) Tekanan Patologi Sosial
TPS : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. E dan keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Watesprojo.
TPS : + artinga Ny. E dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Watesprojo.

Hasil Analisis
Pasien dan keluarga yang tinggal di Desa Watesprojo Kecamatan Kemlagi
Kab. Mojokerto merasakan mendapat tekanan dalam menghadapi fungsi
patologi sosial terutama yang menyangkut masalah edukasi. Tingkat
pendidikan yang rendah dari Suami dan Ny. E sendiri menyebabkan rasa
rendah diri dalam pergaulan. Namun didukung oleh intensitas pergaulan
sosial yang menjadi budaya masyarakat setempat maupun dalam
menjalankan ibadah secara berjemaah keterbatasan-keterbatasan tersebut
tidak begitu dirasakan tertutama dalam mengatasi masalah penyakit yang di
derita Ny. E.

D. Faktor Lingkungan

1. Lingkungan fisik/sanitasi rumah


Desa Watesprojo merupakan daerah yang terletak di Kecamatan
Kemlagi Kabupaten Mojokerto.
Keluarga Ny. E tinggal di sebuah rumah sederhana berukuran 15 x 7
m dimana di depannya terdapat jalan raya. Rumah memiliki pintu pagar,
memiliki teras yang cukup luas. Lantai rumah seluruhnya dilapisi keramik,
atap rumah sudah dilengkapi plafon dan beratapkan genteng pada bagian
depan dan asbes pada bagian belakang rumah. Dinding rumah dibagian
ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi terbuat dari tembok dan
dicat terang, bagian luar rumah masih tampak batu bata. Rumah terdiri dari
ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 ruangan shalat, 1 gudang dan 1 kamar
mandi serta 1 kamar kecil yang tempatnya terpisah dan memililki fasilitas
jamban.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 27


Pencahayaan secara umum sudah baik di dalam kamar maupun di
ruang lain dalam rumah. Luas bidang ventilasi sudah cukup baik. Sumber
air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur yang
terletak di bagian belakang rumah. Penyusunan perabotan rumah tangga
terkesan cukup teratur sehingga tidak tampak banyak tumpukan perabotan
yang memungkinkan menjadi resting places nyamuk. Fasilitas penyimpanan
sampah setempat dimiliki dibagian belakang rumah, sampah yang
dihasilkan langsung dikumpulkan di tempat yang terletak beberapa meter dari
rumah (belakang rumah).

Keterangan :
G
A : Ruang tamu
F
B : Kamar tidur
D
E C : Tempat shalat
C
D : Dapur

E : Gudang
B
F : Kamar mandi

B
G : WC

Gambar IV.3: Denah Rumah Ny. E. (Sumber: Hasil kunjungan, 2020)

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 28


2. Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya
a. Ligkungan sosial
Dipandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk keluarga
ekonomi menengah. Pasien ini memiliki sumber penghasilannya yaitu
suami pasien bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Tingkat pendidikan yang rendah menjadi penyebab kurangnya akses
informasi yang diperoleh Ny. E sehingga tidak mampu memahami
tentang penyakit DM dan komplikasinya
b. Lingkungan ekonomi
Dari kondisi perumahan dan permukiman dan faslitas umum yang
tersedia lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar keluarga Ny. E
tergolong dalam kelas menengah sama halnya dengan keluarga pasien.

E. Faktor Perilaku Keluarga


Ny. E adalah seorang ibu dengan dua orang anak dimana sehari-hari pasien
hanya di rumah saja dan beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien
bekerja sebagai petani disawah. Aanak pertama pasien sudah menikah dan bekerja
di kawasan daerah watesprojo. Anak kedua pasien sedang menempuh pendidikan
diluar kota Hubungan pasien dalam keluarga cukup baik. Suami dan anaknya
selalu memberikan perhatian kepada pasien.. Ny. E jarang sekali melakukan olah
raga dan kadang tidak meminum obat, kontrol ke fasilitas kesehatan jika hanya
terdapat keluhan dan pola makan yang kadang-kadang tidak mengikuti diet DM.
Boleh disimpulkan bahwa pola hidup Ny. E tidak teratur, karena tidak memahami
tentang penyakit Diabetes Melitus dan apa komplikasi yang mungkin terjadi
apabila bisa mengatur pola makan, pola hidup dan teratur minum obat.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 29


F. Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan Keluarga Ny. E sesungguhnya cukup baik,
karena dekat dengan beberapa fasilitas kesehatan seperti bidan desa dan
Puskesmas.

1. Aspek pelayanan
Tentang aspek pelayanan kesehatan, Ny. E masih menemui beberapa
kendala diantaranya adalah:
a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
b. Kunjungan rumah belum optimal
c. Kurangnya komunikasi petugas kesehatan dan pasien
d. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan

2. Kepesertaan BPJS Kesehatan


Ny. E merupakan peserta pelayanan BPJS kesehatan, jadi setiap kali
kontrol Ny. E selalu menggunakan BPJS sehingga tidak perlu mengeluarkan
biaya dan dana pribadi.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 30


BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga


yang terdapat dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan sirkuler,
identifikasi informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga (metode APGAR),
patologi lingkungan keluarga (metode SCREEM) maupun faktor-faktor risiko
tentang faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi) dan faktor
pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai temuan masalah yang
terkait dengan Ny. E dan keluarga serta masyarakat sekitar yang kemudian
divisualisasikan dalam bentuk diagram Blum (Lihat Gambar IV.1).

A. Temuan Masalah

1. Masalah Aktif (individu pasien):

a. Ny, E. Menderita Diabetes Melitus.


b. Ny. E. Tidak memahami tentang penyakit Diabetes Melitus
c. Minum obat tidak teratur (kadang pasien lupa untuk meminum obat)
d. Pola hidup tidak teratur (tidak rutin berolahraga)
e. Pola hidup Ny. E berpotensi mempercepat terjadinya komplikasi
penyakitnya
2. Faktor perilaku
a. Ketidakteraturan dalam meminum obat
b. Pola makan yang tidak sesuai anjuran
c. Kurangnya berolahraga atau kegiatan fisik lainnya.
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
Untuk sanitasi dan keadaan lingkuan cukup baik (tidak bermasalah)
b. Lingkungan sosial/budaya
1) Tingkat pendidikan yang rendah
2) Pola hidup sehat belum membudaya ditengah masyarakat

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 31


4. Faktor pelayanan kesehatan
a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga
pasien
b. Kurang optimalnya kunjungan rumah
c. Kurang optimalnya komunikasi nakes dan pasien
d. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan
5. Faktor genetik
a. Ibu dari pasien juga merupakan pasien diabetes mellitus tipe 2
b. Saat ini ibu pasien sudah meninggal
Untuk menentukan hubungan dari berbagai temuan permasalahan
tersebut di atas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu menggunakan
Konsep Blum (Gambar IV.1) dan pendekatan melalui Konsep Fish bone.
Kedua pendekaatan ini sama saja yaitu memecahkan masalah dari penyakit
DM dari Ny. E. Masalah yang dihadapi oleh Ny. E adalah “Bagaimana
mengendalikan dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit DM dari
Ny. E?”

B. Analisis

Yang dimaksud analisis di sini adalah bagaimana penjelasan mengenai


penyakit pasien (Diabetes Melitus yang diderita Ny. E) terjadi dan
kemungkinan berkembang mengarah terjadi komplikasi. Untuk membantu
mempermudah analisis permasalahan yang dihadapi pasien Ny. E ini
digunakan alat bantu diagram H.L. Blum. Blum (1987) menyatakan bahwa
derajat kesehatan atau kejadian suatu penyakit di masyarakat dipengaruhi oleh
4 (empat) faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan (Gambar V.1). Apabila kasus Ny. E, beserta keluarga dan
masyarakat di skitar dipandang sebagai kesatuan sosial maka dapat dinyatakan
bahwa kejadian DM Ny. E dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan dari keluarga Ny. E.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 32


Faktor Genetik
Ibu pasien juga menderita Faktor Pelayanan kesehatan
Faktor Perilaku diabetes mellitus tipe 2  Kurangnya edukasi dan
konseling terhadap pasien
 Kurangnya pengetahuan
dan keluarga pasien
ibu tentang Diabetes
 Kunjungan rumah belum
Mellitus dan
optimal
komplikasinya
STATUS PASIEN  Kurangnya komunikasi
 Ketidakteraturan dalam
Ny. E (46) nakes dan pasien
meminum obat (Diabetes Melitus)  Kurangnya media
 Pola makan yang tidak
informasi/promosi
sesuai anjuran
kesehatan
 Kurangnya berolah-raga
secara rutin

Faktor Lingkungan
 Tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah
 Kurangnya pengetahuan
keluarga dan masyarakat
tentang penyakit Diabetes
Mellitus dan komplikasinya
 Dukungan dari keluarga dan
masyarakat yang masih belum
optimal untuk menjaga pola
hidup sehat

Gambar V.1: Diagram Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus dari Ny. E.
(Modifikasi Diagram Blum).

1. Faktor lingkungan

a. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Masyarakat dengan tingkat


pendidikan yang umumnya masih rendah membawa pengaruh yang tidak
menguntungkan pada pasien DM karena tingkat pendidikan umum yang
rendah dapat dikatakan analog dengan tingkat pengetahuan yang rendah
pula tentang suatu penyakit termasuk DM.
b. Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang penyakit
Diabetes Mellitus dan komplikasinya. Pemahaman keluarga yang kurang

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 33


menganai DM tidak akan memberi motivasi kepada pasien untuk berbuat
menghindar dari komplikasi.
c. Dukungan dari lingkungan internal/keluarga dan masyarakat yang masih
belum optimal untuk menjaga pola hidup sehat. Pola hidup dan perilaku
dalam keseharian dari masyarakat akan menjadi arus yang membawa
kebiasaan pasien dimana dia tinggal. Pola hidup masyarakat sekitar
pasien yang kurang sehat juga tidak mendukung terjadinya pasien
terhindar dari komplikasi DM.

2. Faktor perilaku
a. Faktor perlaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang
kurang. Pendidikan Ny. E dan keluarga rata-rata hanya hingga sekolah
menengah atas, hal ini menyebabkan kurangnya informasi terkait dengan
ilmu kesehatan yang didapatkan oleh pasien dan keluarga.
b. Pengetahuan yang rendah tentang penyakit DM dan komplikasinya
ditunjukan dengan perilaku pasien yang tidak teratur minum obat
(kadang lupa untuk meminum obat) dan gaya hidup yang tidak sehat
seperti tidak rajin berolah raga. Hal demikian akan membawa pasien
kepada risiko terjadinya komplikasi terhadap penyakitnya.
c. Motivasi diri untuk sehat yang kurang. Motivasi terhadap kepentingan
kesehatan apalagi apabila mengetahui risiko yang sangat membahayakan
jiwanya apabila terjadi komplikasi yang rendah.
d. Pola hidup yang tidak sehat seperti kurangnya berolah raga, tidak
mengatur pola makan dengan baik menyebabkan penyakitnya tidak
terkendali dengan baik sehingga lebih berisiko terjadinya komplikasi.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 34


3. Faktor pelayanan kesehatan

a. Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga


pasien yang hanya terbatas pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan/
Puskesmas, maka masalah perilaku pasien yang kurang bisa menahan diri
terhadap kebiasaan yang merugikan perkembangan penyakitnya menjadi
sulit terkendali dan memperbesar risiko terjadinya komplikasi.
b. Kunjungan rumah belum optimal menyebabkan kurangnya monitoring
dan evaluasi terhadap pasien Diabetes Melitus yang nantinya akan
memperbesar kemungkinan terjadinya komplikasi karena tidak diketahui
perkembangan penyakitnya..
c. Kurangnya komunikasi nakes dan pasien. Komunikasi tenaga kesehatan
dan pasien terbatas pada waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Apalagi ditunjang dengan kebiasaan pasien yang tidak rutin
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan sehingga akan memperburuk
perkembangan penyakitnya.
d. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan. Media informasi umumnya
masih bersifat umum. Media komunikasi secara spesifik khusus mengenai
penyakit kronis bisa diperoleh melalui program Prolanis yang sesungguhnya
sudah dilaksanakan di puskesmas Kedungsari. Namun program ini belum
banyak dikenal masyarakat.

4. Faktor Genetik

Riwayat keluarga diabetes mellitus seorang yang menderita diabetes


mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen
resesif tersebut yang menderita diabetes mellitus. Diabetes mellitus tipe 2
berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental penyakit ini sudah
lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis
dalam hal terjadinya Diabetes mellitus tipe 2 akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami riwayat
penyakit ini.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 35


C. Pembahasan

Petunjuk: Teknik pembahasan dapat dilakukan dengan cara membuat rumusan


rangkaian kegiatan pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif. Dengan
rangkaian kegiatan tersebut secara menyeluruh dapat memecahkan permasalahan yang
telah dirumuskan dalam diagram Blum. Sebagai contoh rumusan rangkaian kegiatan
pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif (dari faktor risiko Ny. E) misalnya
melalui kegiatan:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah Diabetes Melitus;
2. Mengendalikan penyakit Diabetes Melitus;
3. Edukasi keluarga Ny. E tentang penyakit diabeles melitus.
4. Edukasi masyarakat tentang penyakit Diabete Melitus.
Dengan membahas 4 kegiatan tersebut maka masalah yang terkait dengan penyakit Ny.
E, keluarga dan masyarakat sekitar dapat teratasi secara holistik dan komprehensif.

Dalam mengatasi masalah Ny. E (46) dengan status sebagai pasien


diabetes melitus yang tinggal di tengah-tengah masyarakat Desa Watesprojo
Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto dapat ditempuh dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Mengatur pola hidup untuk mencegah DM

Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu model yang menjadi


kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti
pola makan, pola mengalokasikan waktu dan pola melakukan kegiatan fisik.

a. Pola makan

Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi


makanan yang dimakan. Makanan cepat saji (umumnya kaya akan
karbohidrat dan lemak) berkontribusi terhadap peningkatan indeks massa
tubuh (IMT) sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. (Jayanti, 2017).
Kelompok obesitas mempunyai risiko 7,14 kali lebih besar untuk
menderita DM dibandingkan dengan kelompok indeks massa tubuh
(IMT) normal (Trisnawati dan Setyorogo, 2013).

Untuk mencegah terjadinya obesitas atau peningkatan kadar gula


darah mengubah pola makan dengan proporsi yang seimbang antara
karbohidrat protein dan lemak serta kaya akan serat, sayur dan mineral
merupakan salah satu cara dalam menata pola makan yang sehat.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 36


b. Aktivitas fisik/bekerja

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang disebabkan oleh


kontraksi otot untuk menghasilkan energi ekspenditur. Untuk menjaga
kesehatan tubuh dibutuhkan aktifitas fisik yang sedang atau bertenaga
serta dilakukan hingga kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam
seminggu. Penurunan berat badan atau pencegahan peninglcatan berat
badan dapat dilakukan dengan beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam
sehari (Jayanti, 2017). Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang
dapat meningkatkan prevalensi terjadinya obesitas karena orang-orang
yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan
orang dengan aktivitas tinggi (Humayrah, 2009).

Aktivitas fisik lebih dari 60 menit setiap hari seperti menyelesaikan


pekerjaan ibu rumah tangga (menyapu, mencuci, setrika, mengepel,
memasak, merawat anak) adalah aktivitas yang cukup memerlukan kalori
sehingga penimbunan lemak atau obesitas dapat dihindari.

c. Rutin berolah raga

Olah raga mengandung pengertian yang identik dengan aktivitas


fisik yaitu gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot untuk
menghasilkan energi ekspenditur. Rutinitas olah raga merupakan
kegiatan yang konsisten dilakukan dalam periode waktu tertentu
misalnya 60 menit sehari setian 2 hari seminggu. Diperlukannya rutinitas
dengan tujuan agar kebugaran tubuh tetap terjaga, IMT dapat
dikendalikan sehingga kecenderunagan untuk mendapatkan Diabetes
Melitus dapat dicegah.

2. Mengendalikan penyakit DM

Pasien diabetes melitus seperti Ny. E harus mampu mengendalikan


menyakitnya. Pengendalian penyakit diabetes melitius pada prinsipnya
adalah pengendalian kadar gula darah. Tujuan utamanya adalah
menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut dari penyakit ini. Hal ini
dapat dilakukan dengan:

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 37


a. Farmakologi

1) Obat antihiperglikemia oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi


menjadi 5 golongan: (Askandar, 2015)

a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)

b) Penghambat Alfa Glukosidase

c) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)

d) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporte)

2) Terapi insulin

Terapi insulin ditunjukkan terutama pada penderita DM tipe 1, dan


sebagian penderita DM tipe 2 (Askandar, 2015).

b. Rutin minum obat

Minum obat yang telah disediakan dokter adalah kewajiban yang


harus dipatuhi dalam mengendalikan kadar gula darah. Apalagi kalau
sudah harus terapi insulin. Ketidakteraturan bahkan keterlambatan saja
akan berakibat buruk bagi pasien.

c. Rutin pemeriksaan kadar gula darah

Pemeriksaan kadar darah harus dilaksanakan scara rutin untuk


menentukan pengobatan yang tepat sehingga komplikasi dapat dikontrol.

3. Edukasi pasien (Ny. E) dan keluarga tentang penyakit DM

Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan


keluarganya sebagai berikut menjadi pendorong tentang pentingnya
pemberian edukasi yaitu yang menyangkut (1) tingkat pendidikan yang
rendah, (2) Tingkat pemahaman tentang penyakit DM yang masih rendah,
(3) pola makan yang tidak mendukung pengendalian penyakitnya (DM), (4)
Rendahnya motivasi berobat ke Puskesmas, (5) tidak peduli pentingnya
kartu BPJS Kesehatan dan (6) ketidak patuhan minum obat.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 38


a. Mengubah tingkat pengetahuan/pemahaman

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan


seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik daripada orang dengan
pendidikan yang rendah. Hal ini berkaitan dengan kemudahan menerima
informasi sehingga dengan adanya pengetahuan tersebut dapat
meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam menjaga kesehatannya.
Sebaliknya pada seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan
tidak mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang
disampaikan sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas dan berdampak
pada misalnya pemilihan jenis makan yang tidak tepat dan pola makan
yang tidak terkontrol (Rohimah et al., 2016). Pemahaman tentang
penyakit DM perlu dijelaskan secara sederhana baik faktor risiko yang
mendorong terjadinya penyakit tersebut maupun pentingnya
pengendalian kadar gula darah dengan kontrol secara teratur dan minum
obat secara rutin. Penyakit DM yang tidak dapat disembuhkan dengan
pengobatan harus ditanamkan betul-betul, sehingga dapat dicegah
terjadinya komplikasi. Ketidakpatuhan untuk pemeriksaan rutin dan
minum obat secara teratur akan berdampak buruk terhadap
perkembangan penyakitnya.

b. Mengubah sikap

Sikap untuk menerima informasi yang benar seperti rendahnya


motivasi untuk berobat ke Puskesmas sangat dipengarui oleh kesadaran
pasien beserta anggota keluarga yang lain. Perubahan sikap yang positif
agar mampu mengubah perilaku dalam menjaga kesehatan agar
penyakitnya tidak berkembang memburuk atau terjadi komplikasi perlu
pendampingan yang terus menerus dari anggota keluarga. Peran keluarga
sangat penting untuk mengubah sikap dan perilaku pasien agar mampu
mengatasi masalah penyakitnya secara mandiri. Kebiasaan aktivitas fisik
seperti olah raga ringan, pengaturan pola makan dan kebiasaan-kebiasaan
buruk lain yang tidak sesuai dengan pencegahan komplikasi penyakitnya

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 39


perlu mendapatkan perhatian keluarga dengan sabar dan
berkesinambungan.

c. Mengubah tingkah laku

Tingkah laku tentang pola makan yang tidak sehat, tidak rutin
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan ketidak patuhan minum
obat merupakan gambaran betapa masih rendahnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai penyakit DM yang diderita. Bahwa kebiasaan
tersebut tidak pernah akan membawa penyakitnya kearah lebih baik sama
sekali belum disadari. Sekali lagi faktor pendampingan keluarga untuk
terus-menerus rutin memeriksakan diri ke Puskesmas, minum obat teratur
dan beraktivitas fisik secara cukup harus diupayakan menjadi perilaku
yang mutlak dilakukan secara berkesinambungan.

d. Mengubah perilaku keluarga

Terhadap anggota keluarga Ny. E yang tidak menderita diabetes


melitus justru harus memahami lebih dulu bagaimana cara mencegah
agar tidak terkena diabetes melitus, cara pengendalian dan pencegahan
agar jangan sampai terjadi komplikasi. Cara pencegahan telah
disampaikan sebagaimana dijelaskan pada butir 1 di atas. Pemahaman
yang diperoleh keluarga dengan edukasi ini diharapkan akan mampu
dalam memberikan bantuan/ motivasi kepada Ny. E agar penyakitnya
tidak berakhir dengan komplikasi.

4. Edukasi masyarakat sekitar pasien tentang penyait DM

Deskripsi mengenai kasus DM pada Ny. E dan keluarganya kemung-


kinan juga merupakan ilustrasi apa yang terjadi pada masyarakat di sekitar
kediamaan keluarga pasien tersebut. Perilaku negatif Ny. E dalam
menghadapi penyakitnya seperti tersebut diatas kemugkinan juga terbiasa
seperti dilakukan masyarakat sekitarnya. Kebiasaan olah raga di masyarakat
yang belum menjadi kebutuhan hdup, pola makan yang tidak sehat serta
belum terbiasanya menjaga kesehatan sebelum sakit adalah kebiasaan tidak
baik yang masih banyak dijumpai di masyarakat-masyarakat dengan sosial

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 40


budaya seperti di sekitar kediaman Ny. E. Kegiatan kunjungan rumah (home
visit) seperti kunjungan rumah ke pasien Ny. E tersebut perlu dikembangkan
dengan penyuluhan kesehatan di sekitar kediaman pasien. Programnya dapat
disusun secara sederhana seperti:

a. Sasaran cukup pada kelompok ibu-ibu di satu wilayah RT misalnya.

b. Waktu disesuaikan dengan kegiatan sasaran, misalnya saat pertemuan di


RT yang bersangkutan.

c. Materi disampaikan secara sederhana, jelas dan lugas.

d. Sesekali dokter Puskesmas turun langsung. Biasanya apabila dokter turun


langsung masyarakat sangat antusias dan mengharapkan pertemuan
berulang pada kesempatan berikutnya.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 41


BAB VI

KESIMPULAN SAN SARAN

A. KESIMPULAN

Secara prinsip kesimpulan adalah menjawab tujuan khusus, agar terjadi suatu
laporan yang unity/utuh, coherence/adanya keterpautan, dan emphasis/
penekanan pada kasus.

1. Hasil anamnesis penyakit pasien

Hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


sampai pada kerimpulan bahwa Ny. E (46th) menderita Diabetes Melitus.

2. Hasil identifikasi metode manajemen pasien

Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented.

3. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya:

a. Faktor keluarga: Keluarga Ny. E termasuk keluarga patriarkal, berbentuk


nuclear family, dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik dan
dalam menghadapi permasalahan penyakit Ny. E setiap anggota keluarga
menunjukkan dukungan terhadap pasien agar tidak berpengaruh buruk
terhadap perkembangan penyakitnya.

b. Ada faktor keturunan dari penyakit Diabetes Melitus yang diderita oleh
Ny. E. yaitu ibu dari Ny. E juga menderita penyakit yang sama.

c. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota


keluarga khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. E sebagai
penderita DM baik-baik saja. Sedangkan analisis patologi lingkungan
metode SCREEM menunjukkan bahwa keluarga Ny. E merasa ada
tekanan pada edukasi sehingga membatasi interaksinya dengan
lingkungan.

d. Secara umum kondisi fisik tempat tinggal keluarga pasien sudah cukup
memenuhi syarat sanitasi sepenuhnya. Lingkungan sosial ekonomi
keluarga Ny. E termasuk lingkungan klas menengah.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 42


4. Hasil analisis faktor risiko
Faktor risiko dari pasien (Ny. E) sebagai penderita DM adalah sebagai
berikut:
a. Pasien (Ny. E) menderita Diabetes Mellitus.
b. Perilaku pasien: pola hidup cenderung mempercepat terjadinya
komplikasi.
c. Pelayanan kesehatan dari puskesmas belum merambah secara merata,
seperti pemahaman tentang DM belum banyak dikenal pasien.

B. Saran-saran
Ada beberapa langkah dalam membantu memecahkan masalah keluarga Ny. E
diantaranya:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah DM dan komplikasi DM, yang
menyangkut pola makan, aktivitas fisik dan rutin berolah raga.
2. Mengendalikan penyakit DM untuk pasien dengan meminum obat atau
terapi lain secara teratur dan rutin untuk memeriksakan penyakitnya di
Puskesmas.
3. Edukasi pasien dan keluarganya
Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan
agar pasien mampu mandiri dalam mengatasi masalah penyakitnya serta
mampu menghindari terjadinya komplikasi.
4. Edukasi masyarakat sekitar tempat tinggal pasien
Pentingnya mencegah DM sebelum menimpa pada diri mereka dengan
mengubah perilaku dan gaya hidup sehat dengan pola makan dan
berkegiatan fisik atau olah raga secara cukup yang menjadi kebutuhan hidup
mereka.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 43


DAFTAR PUSTAKA

. American Diabetes Association. 2017. Standards of Medical Care in Diabetes,


Volume 40, Supplement 1. Hal 12-58

Boedisantoso, R.A., Soegondo, S., Suyono, S., Waspadji, S., Yulia, Tambunan
dan Gultom. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
FKUI.

Evacuasiany, E., Djojosoewarno, P., Putra, I. P. G. D. E. 2015. Pengaruh Ekstrak


Kulit Salak (Salacca zalacca) Terhadap Kadar Gula Darah Pada Mencit
Swiss Webster (Mus musculus) Jantan Dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO), Fakultas Kedokteran. Universitas Maranatha. Bandung

International Diabetes Federation. 2016. Diabetes Voice Volume 61, Brussels,


Belgium. Hal 16-21

Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016.


60 Persen Masyarakat Indonesia Tidak Sadar Mengidap
Diabetes. http://www.dikti.go.id/60-persen-masyarakat-indonesia-tidak-
sadar mengidap-diabetes/#csTjGj1tj2WX1AtL.99 (diakses 5 Juni 2020).

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya – Fakultas Kedokteran, 2018. Modul


Praktek Kunjungan pasien di rumah (Home Visit).

Waspadji, S. 2009. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya,


Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Ed V, Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Widiowati, W. 2008. Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes, Jurnal


Kesehatan Masyarakat, Vol.7, No.2. Hal 1-10.

World Health Organization. 2016. Global Report On Diabetes. Hal 11

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 44


LAMPIRAN FOTO

DITAMBAH JUDUL/PENJELASAN YANG LEBIH LENGKAP

Gambar: 1 – Bagian Depan rumah Pasien

Gambar 2 – Kamar Tidur

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 45


Gambar 3 – Bagian Dapur

Gambar 4 – Kamar Mandi dan Kakus

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 46

Anda mungkin juga menyukai