Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era teknologi ini semua hal yang berhubungan dengan
kebutuhan dibuat dalam suatu sistem yang mempermudah manusia dalam
melakukan kegiatannya. Terutama kegiatan yang membutuhkan ketelitian
yang tinggi atau berulang-ulang seperti mengukur berat badan. Menurut
World Health Organization Expert Committee, 1995 dalam (Rahman, 2017)
berat badan merupakan salah satu parameter dalam satuan kilogram (kg) yang
digunakan untuk pengukuran tubuh.
Berat badan merupakan ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang
ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.
Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram.
Dengan mengetahui berat badan seseorang maka kita akan dapat
memperkirakan tingkat kesehatan atau gizi seseorang (Febriana, 2015).
Otot sebagai salah satu komponen yang dapat menghasilkan gerakan
dalam latihan beban membutuhkan komponen-komponen untuk menghasilkan
performa yang tinggi. Kerja otot yang maksimal dapat meningkatkan
kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi
individu dalam berolahraga. Performa otot yang tinggi tersebut ditentukan
oleh kekuatan dan daya tahan otot. Sebagai salah satu komponen terpenting
pada performa otot, daya tahan otot memiliki manfaat untuk menjaga dan
meningkatkan kinerja seseorang dalam melakukan aktivitas kesehariannya.
Walaupun kekuatan dan ketahanan otot saling berhubungan namun keduanya
mempunyai perbedaan mendasar. Kekuatan otot adalah kemampuan
menggunakan tekanan maksimum yang berlawanan, sedangkan ketahanan
otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi
berulang selama waktu tertentu hingga mencapai kelelahan (Rizky, 2015).
Telah diketahui bahwa untuk aktifitas sekecil apapun harus memiliki
kekuatan otot yang perfomancenya baik, terlebih lagi untuk aktifitas berat
seperti mengangkat barang yang berat dan sebagainya. Untuk melakukan itu

1
semua harus ditunjang oleh kekuatan otot yang maksimal, karena kekuatan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam unjuk kerja dan
sangat menentukan kualitas kondisi fisik, akibatnya aktifitas kerjapun akan
menurun. Kekuatan otot adalah kekuatan maksimum otot yang ditunjang oleh
umur, jenis kelamin, jenis serabut otot, ukuran crossectional otot dan tipe
kontraksi otot yang merupakan kekuatan untuk menahan beban maksimal
disekitar aksis sendi. Salah satu otot yang memiliki peran penting dalam
beraktifitas olahraga adalah otot biceps brachii. Otot ini memiliki fungsi
utama yaitu sebagai penggerak sendi siku untuk gerakan fleksi. Gerakan fleksi
sendiri memiliki peran penting dalam beberapa cabang olahraga seperti
beladiri, tenis, bulu tangkis bahkan berlari (Niken, 2014).
Salah satu cara untuk menjaga performa otot adalah dengan latihan
beban. Latihan beban untuk kesehatan dan penampilan sudah menjadi
kegiatan yang sangat terkenal di antara para pelajar bahkan bagi yang lebih
tua. Alasanya sangat sederhana. Latihan ini secara dramatis menghasilkan
tenaga yang lebih baik, otot-otot yang menonjol, dan perbaikan postur tubuh
(Norman & Taufiq, 2014).
Latihan beban yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode
momen gaya yang digunakan dalam proses penelitian untuk mengukur
kekuatan otot responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
berat badan seseorang terhadap tegangan otot atau kekuatan otot biseps
dengan metode latihan momen gaya seperti yang disebutkan diatas.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan berat badan terhadap tegangan otot biseps
dengan metode momen gaya pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas
Wijaya Kusuma Surabaya Angkatan 2017 ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hubungan berat badan terhadap tegangan otot
biseps dengan metode momen gaya pada mahasiswa fakultas kedokteran
universitas Wijaya Kusuma Surabaya Angkatan 2017

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Untuk Penelitian
Diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan
bagi penelitian mengenai hubungan berat badan terhadap tegangan otot
biseps dengan metode momen gaya.
1.4.2 Manfaat Penulis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah keilmuan dan
wawasan dalam memberikan metode terapi latihan mana yang lebih
efektif dan efisien untuk hasil yang maksimal

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kekuatan otot didefinisikan sebagai kemampuan kelompok otot


untuk mengerahkan gaya krontraktil maksimal terhadap resistensi dalam
kontraksi tunggal. Daya tahan otot adalah kemampuan kelompok otot untuk
mengerahkan gaya submaksimal untuk waktu yang lama dalam Keller &
Engelhardt, 2013 (Ratih & Miranti, 2019). Kekuatan otot sangat berkorelasi
dengan otot namun jumlah massa otot yang sama mampu menghasilkan
tingkat kekuatan yang berbeda. Studi ultrasonic menunjukan bahwa
perubahan pada tendon memainkan peran penting dalam kemampuan
menghasilkan tenaga, sedangkan elektro miografi dapat digunakan untuk
menentukan pengurangan motor unit dalam Morley et al., 2014 (Ratih &
Miranti, 2019).
2.1 Konsep Berat Badan
Berat badan adalah ukuran tubuh yang lazim yang ditimbang dalam
keadaan berpakaian minimal untuk menilai suatu gizi manusia. Berat badan
merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Berat badan istilah digunakn bahasa sehari-hari dalam ilmu biologi dan medis
untuk merujuk pada massa atau berat badan seseorang. Berat badan diukur
dalam satuan kilogram sedangkan di Amerika Serikat dan Inggris
menggunakan satuan pound (Fajriana, 2014).
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan akan berkembang
mengikuti usia seseorang. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dapat digunakan
sebagai indikator terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
kembang seseorang (Anita, 2015).

4
2.2 Konsep Otot Biseps
Bisep bracii adalah otot yang fasikulasinya berbentuk fusiform
dengan 2 kepala. Kedua kepala tersebut berasal dari prosesus scapulae dan
akan bersatu pada bagian distal dan dihubungkan oleh tendon ke tulang
radius. Dari supraglenoid tuberculum, tendon dari kepala yang lebih besar
akan melewati kepala humerus dari cavum glomerulohumeral. Ketika
menuruni intertubular sulcus dari humerus, tendon ini akan diselubungi oleh
membran sinovial. Struktur ligamentum transversus humeral berfungsi untuk
menahan agar tendon tersebut tetap berada dalam posisinya. Otot biseps
bracii tergabung dalam kelompok fleksor lengan atas yang dibatasi oleh
medial dan lateral intermuscular septum yang dibentuk oleh bagian dalam
brachial fascia yang menyelubungi lengan atas dan berbatasan lansung
dengan fascia deltoid, pectoralis, axilary, dan infraspinosus (Rizky, 2015).
2.3 Konsep Tegangan Otot
Otot skeleton memiliki sifat kompleks yng terdiri dari fungsi
terintegrasi dari beberapa struktur. Setiap otot memiliki ketengangan dan
tegangan kontinyu yang unik, yang memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan postur dan posisi tertentu. Tegangan otot istirahat telah
didefisikan sebagai kekakuan elastis dan viskoelastik dalam ketiadaan
aktivitas kontraktil yaitu aktivitas unik motorik dan kontraktur. Tegangan otot
istirahat berasal dari sifat viskoelastik jaringan lunak yang berhubungan
dengan otot. Banyak faktor mempengaruhi tingkat tonus atau tegangan otot,
seperti struktur otot tekanan intramuskuler, nyeri, suhu, istirahat dan olah raga
sebelumnya, penyakit, dan obat-obatan. Selama kontraksi perubahan tegangan
otot tergantung pada tingkat produksi gaya, panjang otot, dan kecepatan
kontraksi (Sirpa et al, 2013).
Tegangan otot merupakan resistensi dari otot untuk merenggang.
Meskipun otot sedang dalam posisi istirahat, tegangan biasanya akan tetap
ada. Serabut otot skeletal yang normal tidak berkontraksi tanpa adanya
potensial aksi untuk menstimulasi serabut, sehingga tegangan otot dihasilkan
dari impuls saraf dengan laju yang sangat rendah dari korda spinal dalam

5
Guyton and Hall., 2011 (Dharmasena, 2019).
2.3.1 Kekuatan dan Ketahanan Otot
A. Kekuatan Otot
Menurut Ismayati, 2008 dalam (Nandatama, 2016) kekuatan
otot adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam usaha maksimal.
Usaha maksimal ini dilakukan oleh otot atau sekelompok otot untuk
mengatasi suatu tahanan. Kekuatan merupakan unsur yang sangat
penting dan aktifitas olahraga, karena kekuatan merupakan daya
penggerakdan pencegah cidera. Selain itu kekuatan memainkan peranan
penting dalam komponen-kompenen fisik yang lainnya power,
kelincahan dan kecepatan. Cara pengukuran tes kekuatan otot sebagai
berikut :
1. Posisi tubuh tidur tengkurap.
2. Posisi tubuh lurus.
3. Kaki juga lurus.
4. Posisi masing-masing tangan berada di samping
5. Kemudian angkat tubuh bagian atas naik dan turun.
6. Ketika naik, posisi tangan dan tubuh harus naik maksimal.
7. Perhitungan, dimulai dari posisi dibawah, maka dihitung sekali
jika sudah turun lagi.
8. Dilakukan dalam waktu 60 detik.

Tabel 2.1 Tes Penilaian dan Klasifikasi Kekuatan Otot

No Klasifikasi Persentasi

1 Baik Sekali 40 Keatas

2 Baik 30 – 40

3 Sedang 21 – 29

4 Kurang 10 – 20

5 Kurang Sekali 0-9

6
B. Ketahanan Otot
Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan suatu
kerja secara terus-menerus dalam waktu yang relative lama dengan
beban tertentu. Dalam aktifitas olahraga daya otot sangat penting karena
secara tidak lansung merupakan daya untuk dapat mengatasi kelelahan
otot. Cara pengukuran tes ketahanan otot sebagai berikut :
a. Posisi tubuh tidur telentang.
b. Kaki menutup, menempel satu sama lain.
c. Lutut ditekuk kurang lebih 45 derajat, sehingga membentuk posisi V-
Sit Up.
d. Kedua tangan menyentuh belakang telinga.
e. Setelah itu gerakan tubuh bagian atas naik turun.
f. Ketika naik, perut dan dada harus sampai menyentuh paha.
g. Ketika turun, kepala tidak boleh sampai menyentuh lantai, tetapi
pundak harus menyentuh lantai.
h. Posisi jari-jari tangan harus tetap menempel disamping telinga.
i. Jika pergerakan atau pelaksanaan tidak sesuai dengan prosedur yang
ada, maka tidak bisa dihitung.
j. Perhitungan, jika dimulai dari posisi bawah, maka dihitung sekali jika
sudah turun lagi. Begitu pula sebaliknya, jika dimulai dari atas maka
dihitung sekali jika sudah naik keatas lagi.
k. Lakukan dalam 60 detik (Nandatama, 2016).

Tabel 2.2 Tes Penilaian dan Klasifikasi Ketahan Otot

No Klasifikasi Persentasi

1 Baik Sekali 40 Keatas

2 Baik 30 – 40

3 Sedang 21 – 29

7
4 Kurang 10 – 20

5 Kurang Sekali 0-9

C. Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot dan Ketahanan


Otot
Kekuatan otot dan ketahanan otot dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
a. Umur
Daya tahan otot manusia akan menurun sejalan dengan
berkembangnya umur, namun penurunan ini berkurang bila seseorang
berolahraga secara teratur sejak dini.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan
dengan kekuatan maksimal otot serta ketahanan maksimal otot yang
berhubungan dengan luasnya permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan
otot, ketahanan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas paru-paru dan
sebagainya.
c. Genetik
Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada
dalam tubuh, genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat yang ada dalam tubuh
seseorang sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam
ledakan kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari, kecepatan
fleksibilitas, dan keseimbangan pada setiap orang.
d. Aktifitas Fisik
Secara teoritis tingkat kebugaran seseorang berbeda-beda artinya
tidak semua orang memiliki kebugaran jasmani pada kategori yang
memadai. Aktifitas fisik merupakan fungsi dari kekuatan otot dan
ketahanan otot maka seseorang yang tidak memiliki kekuatan dan
ketahanan otot memadai, produktifitasnya juga tidak akan sebaik orang
yang memiliki kekuatan dan ketahanan otot yang baik. Begitu juga

8
sebaliknya seseorang yang tidak memiliki aktifitas fisik yang memadai
tidak akan memiliki kekuatan dan ketahanan otot yang baik .
e. Status Gizi
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada
kemampuan otot untuk berkontraksi dan daya tahan fisik. Untuk
mendapatkan ketahanan dan kekuatan otot yang baik, seseoarang haruslah
melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup. Mendapatkan gizi yang
memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur.
f. Asupan Makanan
Asupan makanan sangat penting bagi atlet karena dapat
berpengaruh pada prestasi atlet tersebut. Konsumsi makanan yang optimal
maka energi dapat tersedia dengan cukup, sehingga menghasilkan
kemampuan bekerja dan waktu pemulihan yang baik, kelelahan dapat
diatasi secara efektif karena zat cadangan dapat digunakan untuk kembali
pada keadaan seimbang (Nandatama, 2016).
2.4 Latihan Beban dan Momen Gaya
Untuk memindahkan dan memanipulasi objek, dibutuhkan tenaga
dan momen gaya atau torsi dari lingkungan. Torsi didefinisikan sebagai kali
gaya beban dengan jarak tegak lurus beban ke pusat gaya yang ditimbulkan
untuk menghasilkan rotasi engsel sendi. Hubungan prinsip system gerak
tubuh dengan prinsip kerja pengungkit dijabarkan seperti pada saat manusia
melakukan suatu aktivitas maka otot tulang dan sendi akan bekerja bersama-
sama. Prinsip kerja ketiganya seperti sebuah pengungkit, dimana tulang
sebagai lengan, sendi sebagai titik tumpu dan krontraksi serta relaksasi otot
memberikan gaya untuk menggerakkan bagian tubuh. Ketika lengan ditekuk
dimana bisep dan trisep berelaksasi dan membawa beban di telapak lengan
maka akan seperti prinsip kerja pengungkit kelas I. Letak titik biben berada
diujung, titik tumpu di tengah dan titik kuasa di ujung satunya. Pada posisi
ini, telapak tangan berfungsi sebagai titik beban, siku berfungsi sebagai titik
tumpu dan pangkal lengan atau otot bisep dan otot trisep berfungsi sebagai
titik kuasa. Ketika kita membawa beban di telapak tangan sementara lengan

9
kita diluruskan dimana otot bisep relaksasi dan otot trisep berkontraksi, maka
kerja lengan beserta ototnya seperti pengungkut kelas III yaitu letak titik
beban diujung, titik kuasa ditengah dan titik tumpu di ujung satunya. Pada
gerakan ini maka telapak tangan berfungsi sebagai titik beban, siku berfungsi
sebagai titik kuasa dan pangkal lengan atau otot bisep dan otot trisep sebagai
titik tumpu dalam Therekov et al., 2012 (Riskiya., 2017)
2.4.1 Latihan Beban
adalah latihan-latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai
sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot guna
mencapai berbagai tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan dan
menjaga kondisi fisik, kesehatan, kekuatan, atau prestasi dalam suatu
cabang olahraga tertentu. Apabila dilakukan dengan baik, latihan beban
dapat memberikan beberapa manfaat dan peningkatan pada status kesehatan
secara menyeluruh, termasuk bertambahnya kekuatan tulang, otot, tendon,
dan ligamen, peningkatan fungsi sendi, pengurangan potensi cedera,
peningkatan kepadatan tulang, peningkatan metabolisme, peningkatan
fungsi kardiovaskuler, dan peningkatan kadar High-Density Lipoprotein
(HDL) (Rizky, 2015).
Terdapat 3 jenis latihan beban berdasarkan jenis kontraksi ototnya
adalah sebagai berikut :
A. Isometrik
Kata isometrik berasal dari kata iso (konstan atau sama)dan metrik
(Panjang). Dengan kata lain, otot yang berkontraksi secara isometris
menghasilkan peningkatan tegangan (tension) tanpa disertai perubahan
panjang otot dan sudut sendi. Meskipun latihan isometrik menambah
kekuatan namun kualitas kekuatan yang dihasilkan buruk. Latihan isometrik
biasanya digunakan untuk general strength conditioning dan rehabilitasi
karena penguatan otot dilakukan tanpa membebani sendi. Contoh gerakan
isometrik adalah mendorong tembok, plank, abdominal vacum.
B. Isotonik
Kontraksi isotonik yaitu isotonik dimana terjadi penurunan sudut

10
sendi dari pergerakan beban, merupakan suatu kontraksi isotonik yang aktif
dilakukan dalam suatu pemendekan atau memanjang.
C. Isokinetik
Latihan isokinetik adalah pola latihan yang melibatkan kontraksi
otot dengan kecepatan gerakan yang dikontrol secara mekanik sehingga
otot bergerak pada kecepatan yang konstan. Untuk dapat melakukan latihan
dengan model isokinetik harus memiliki alat latihan yang dapat mengatur
pembebanan berubah-ubah. Saat otot diakselerasi, ditambah sejumlah
beban untuk menghambat otot bergerak melebihi batas kecepatan. Dengan
metode latihan isokinetik, otot mendapat beban maksimal dengan range of
movement yang maksimal. Sehingga latihan isokinetik dapat menstimulasi
kontraksi otot maksimal dengan gerakan yang sempurna (Rizky, 2015).
2.4.2 Momen Gaya
Momen gaya atau torsi adalah sebuah besaran yang menyatakan
besarnya gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan
benda tersebut berotasi. Sebuah studi dilakukan untuk melihat torsi pada
persediaan lengan dengan analogi torsi seperti lengan tangan, dengan beban
yang terletak di telapak tangan, batang kayu sebagai lengan, dan neraca
pegas sebagai lengan kuasa, menemukan bahwa semakin besar massa
beban yang digunakan, maka gaya pada lengan pegas nilainya juga
semakin besar untuk jarak lengan pegas yang sama. Sementara variasi jarak
lengan pegas atau jarak antara posisi pegas terhadap poros putarnya dari
percobaan terlihat bahwa besar gaya yang terukur pada pegas nilainya lebih
besar dari pada gaya pada beban. Jika menginginkan beban yang kecil dari
sebuah torsi maka kita dapat memanfaatkan dengan memanjangkan lengan
kuasa yang kita berikan pada beban sehingga beban akan terasa lebih
ringan (Rizkya, 2017).
Torsi otot merupakan salah satu faktor fisik yang sangat penting
mempengaruhi kecepatan perpindahan, daya mekanis yang didapatkan
dengan resistensi luar minimal dan tingkat optimalnya menentukan teknik
perpindahan yang benar. Torsi maksimal otot dideskripsikan sebagai

11
tingkat gaya yang dapat meningkat selama pergerakan dinamis (Pedzich et
al, 2012). Hal ini menandakan bahwa torsi otot berpengaruh dalam
membentuk otot untuk melakukan fungsi dalam mengangkat beban. Dalam
studi yang dilakukan oleh Fiolo dkk, torsi pada otot trisep dapat
digambarkan dengan kurva hubungan gaya dan panjang. Dalam studi
mereka menemukan bahwa otot trisep yang bekerja dalam mengangkat
lengan akan menghasilkan peningkatan gaya dengan jangkauan gerak lebih
lama. Hal ini menandakan bahwa gaya otot diberikan dari penarikan tendon
yang menyebabkan perubahan panjang pada serabut otot (Fiolo et al,
2012). Torsi pada otot juga dipengaruhi dengan perubahan sudut sendi
yang terlibat. Diyakini bahwa otot dengan torsi yang lebih besar dan
mendekati panjang maksimumnya memberikan keuntungan terbesar dalam
penggunaannya. Torsi pada siku saat melakukan fleksi dan ekstensi
dipengaruhi oleh ada tidaknya torsi pronasi dan supinasi begitu pula
sebaliknya. Hal ini mempengaruhi kerja otot dalam pengangkatan beban.
Apabila otot memproduksi torsi pada lebih dari satu aksis persendian,
perubahan aktivitas akibat perubahan torsi yang dibutuhkan pada satu aksis
akan merubah torsi pada aksis lainnya yang menyebabkan peningkatan
maupun penurunan dari sinergitas aksis kedua (pembagian beban sinergis).
Namun apabila torsi yang dihasilkan pada aksis kedua tidak diinginkan,
torsi ini harus dikompensasi oleh otot antagonis (pembagian beban
antagonis). Konsep ini berlaku pada torsi yang dihsilkan oleh bisep selama
melakukan fleksi lengan, akan tetapi konsep ini kurang dapat dijelaskan
pada trisep saat melakukan ekstensi lengan dalam Praagman et al, 2010;
(Dharmasena, 2019).
2.5 Hubungan Antara Torsi dan Tegangan Otot
Tidak ada standar baku yang dapat diterima untuk pengukuran
tengangan otot, meskipun beberapa teknologi telah diadopsi untuk mengukur
tonus otot secara in vivo. Teknologi yang direfensikan di atas
mengkuantifikasi karakteristik tengangan otot dengan penggunaan gaya yang
diterapkan secara tegak lurus ke jaringan. Myoto-3 memungkinkan

12
pengukuran karakteristik tegangan otot dengan menerapkan gaya yang tegak
lurus terhadap otot dan merekam osilasi terendam dari jaringan ketika gaya
mekanik diterapkan pada otot. Parameter osilasi kemudian digunakan untuk
mengkarakterisasi 3 sifat viskoelastis dari otot. Ketegangan yaitu keadaan otot
di bawah tekanan mekanik, elastisitas yaitu kemampuan otot untuk
memulihkan bentuknya, dan kekakuan yaitu kemampuan otot untuk menahan
kekuatan yang membentuknya. Tonometri juga dapat digunakan sebagai cara
tidak langsung untuk mengukur perubahan dalam produksi kekuatan otot.
Keuntungan dari tonometri adalah memungkinkan pemeriksaan otot individu
atau bagian kontribusi otot terhadap total prosuksi kekuatan, yang tidak
mungkin dengan dinamometri. Dengan demikian tonometri dapat
menyediakan alat praktis untuk mengajari subjek berkontraksi dan
mengedurkan otot tertentu (Sirpa dkk., 2013).
Selain menggunakan alat, beberapa studi menunjukkan bahwa gaya
beban berkorelasi secara signifikan dengan ketegangan otot. Studi juga
menemukan peningkatan produksi torsi otot. Hal ini menandakan bahwa
tegangan otot berbanding lurus dengan peningkatan produksi torsi. Sehingga
secara tidak langsung, tegangan otot bergantung secara linear dengan beban
yang digunakan dan jarak tegak lurus benda ke pusat persediaan (Cameron,
2006; Sirpa et al., 2013). Torsi dan tegangan otot diyakini memiliki hubungan
satu dengan lainnya. Sebuah percobaan dilakukan untuk mengukur tengangan
otot pada posisi yang berbeda dan pada tingkat torsi isometric submaksimal
menggunakan tonometer ditemukan bahwa terdapat perubahan 20% pada
produksi torsi dan 4% pada tegangan otot pada setiap perubahan posisi. Nilai
tegangan otot pada setiap tingkat torsi secara signifikan terpisah dengan nilai
dari tingkat gaya lainnya dalam Alamaki et al, 2007; (Dharmasena, 2019).
Torsi dapat digunakan untuk mengukur tegangan yang dihasilkan otot saat
melakukan aktivitas mengangkat beban. Dalam buku “Fisika Tubuh Manusia”
dinyatakan bahwa dengan mempertimbangkan jumlah torsi di sekitar
persendian, tegangan (T) dapat dihitung dari:

13
Gambar 2.1 Ilustrasi Perhitungan Torsi pada Persendian Siku.

Keterangan :
FB adalah tegangan otot bisep; O adalah sudut luar siku; WL adalah berat dari
lengan yang diukur 2% dari berat badan; WB adalah berat beban (Cameron, J.,
2006).
FB = (OBxWL) + (OCxWB)
OA

FB = Otot Bisep
WL = Berat lengan (2% dari berat badan)
OC = Panjang lengan)
OB = 1/2 panjang OC
WB = Berat beban
OA = Jarak titik otot bisep

Sehingga bedasarkan rumus di atas dan ilustrasi yang ada, maka dapat
diperkirakan tegangan otot yang dihasilkan oleh bisep. Belum ada studi yang
meneliti perhitungan tegangan otot bisep mengunakan torsi atau momen gaya.
Studi ini akan melihat hubungan anatara berat badan dan tegangan otot bisep
melalui momen gaya yang terjadi saat ekstensi persendian

14
BAB III
KERANGAKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Beban Yang
Diberikan

Kontraksi Otot Bisep

Tegangan Otot Berat Lengan


= 2% Berat
Badan

Metode Momen
Gaya / Torsi

Otot bisep Otot Trisep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel Yang Tidak Diteliti

15
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Lengan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. Pemberian beban akan menyebabkan otot
berkontraksi. Saat berkontraksi, otot ini menganut sistem pengungkit kelas III
berbeda dengan otot antagonisnya, bisep menggunakan sistem pengungkit kelas I.
Kontraksi sel otot menyebabkan terjadinya tegangan otot. Salah satu faktor yang
berperan pada pengukuran tegangan otot adalah berat lengan (WL). Berat lengan
dapat diasumsikan 2% dari berat badan. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengukur tegangan otot adalah menggunakan metode momen gaya. Ide ini
didukung dengan adanya beberapa bukti penelitian yang menunjukkan adanya
hubungan antara tegangan otot dengan momen gaya, dimana saat torsi otot
semakin meningkat maka ketegangan otot juga meningkat. Dalam hal ini adalah
otot bisep.
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
berat badan dengan tegangan otot bisep menggunakan momen gaya.

3.4 Hipotesis statistic


Ho : tidak ada hubungan, antara berat badan dengan tegangan otot bisep
mengunakan metode momen gaya.
H1 : ada hubungan, antara berat badan dengan tegangan otot bisep
menggunakan metode momen gaya.

16
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental analitik dengan metode
cross-sectonal
4.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 november 2019 di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jawa Timur.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi :
Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Sampel :
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Angkatan 2017
Besar Sampel :
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel ini
dilakukan dengan pertimbangan, jumlah sampel mencukupi perhitungan
besar sampel dan waktu penelitian memungkinkan untuk diambil. Jumlah
sampel penelitian sebanyak 31 responden dari total populasi Angkatan
2017 yang berjumlah 159 orang. Dari Kelas C Angkatan 2017 sendiri
terdapat 15 laki – laki dan 25 perempuan. Penghitungan jumlah sampel
menggunakan rumus Lemeshow sebagai berikut:

17
2
Z α . P .Q
n= 2
d
Keterangan :
n : jumlah sampel
Z : standar skor dari α
α :derajat kesalahan yang ditetapkan peneliti 0,05 sehingga
Z=1,96
d : kesalahan absolut yang dapat ditolelir
15
P : harga proporsi ×100=9 % (0,09)
159
Q : 1-P
Dengan perhitungan sebagai berikut :
2
Z α . P .Q
n= 2
d
1,96 2 . 0,09.0,91
n=
0,12
n= 31,4 dibulatkan (31)

4.3.1 Kriteria Sample


1. Kriteria Inklusi
a. Semua responden berjenis kelamin pria
b. berat badan antara 60 – 80
c. Berusia antara 19 – 21 tahun
4.3.2 Metode Pemilihan Sampel
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling
4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Adapun variabel penelitian ini dibagi menjadi variabel beban dan variabel
tergantung. Variabel bebas berat badan. Sedangkan variabel tergantung adalah
tegangan otot bisep.

18
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

1. Berat Badan Massa tubuh meliputi Timbangan Rasio

Otot, tulang, lemak,

Cairan tubuh, dan

Organ

2. Tegangan Kemampuan seseorang Rumus: Rasio

Otot Bisep dengan FB = (OBxWL) + (OCxWB)


OA
Mempergunakan
Otot bisep

Tabel. 4.1 Variabel tergantung dan definisi operasional


4.5. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Timbangan berat badan (Tanika)
2. Jangka sorong (Tricle brand)
3. Tolak peluru 500N (5Kg)
4. Meteran
4.6. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tegangan otot bisep
langsung menggunakan rumus dan pengukuran berat badan menggunakan
timbangan dalam satuan kilogram. Langkah-langkah pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Peneliti membuat list sampel yang kemudian dipilih memggunakan
tabel bilangan random sesuai dengan kriteria sampel.
b. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengukuran meliputi :
1. Berat badan (Kg)
2. Berat lengan (2% dari berat badan)

19
3. OC (Panjang lengan)
4. OB = 1/2 panjang OC
5. WB (Berat beban)
6. OA = Jarak titik otot bisep

Gambar 4.1. Pengukuran Tegangan Otot Bisep

Rumus yang digunakan untuk pengukuran tegangan otot bisep (WB) adalah :

FB WL WB

FB = (OBxWL) + (OCxWB)
OA
O
A B C

Data yang dikumpulan

20
No Berat WL (Kg) OC (cm) OB (cm) OA (cm) Tegangan
Badan (Kg) Otot (FB)

30

4.7. Teknik Analisis Data


Sampel yang didapatkan selanjutnya dilakukan pengolahan data.
4.7.1 Pengolahan Data

Data yang terkumpul diperiksa kelengkapanya dan selanjutnya


dianalisis. Analisis data meliputi analisis dengan perhitungan rumus dan
dilanjutkan dengan pengujian hipotesis yang nantinya disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi.
4.7.2 Analisa Data
Uji hipotesis mengunakan analisa bivariat dengan uji korelasi
pearson. Batas kemaknaan adalah apabila p <0,05 yang berarti terdapat
hubungan bermakna antara dua variabel yang diuji (Dahlan, 2006;
Dharmasena, 2019). Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis
yaitu :
1. Jika p < 0,05 berarti Ho Ditolak, sebaliknya H1 diterima
2. Menentukan kekuatan hubungan dengan melihat correlation
coenfficient (r).

3. Koefisien kekuatan hubungan :

21
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

22

Anda mungkin juga menyukai