Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN ANALISIS KASUS

Oleh:
1. Fitratunnisah H1A015027
2. Imam Fadhlullah Pratama H1A015032

Pembimbing
dr. Rika Hastuti Setyorini, M.Kes
dr. Deasy Irawaty, M.Sc, PhD

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI
2020
BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny B
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 tahun
Alamat : Desa M
Pendidikan terakhir :SMP

Pekerjaan : Tidak bekerja


Agama : Islam

II. Anamnesis

Keluhan utama: Lemas


Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan lemas tidak bertenaga sejak
semiggu terakhir. Pasien mengeluhkan sering merasa lapar sehingga banyak makan
namun pasien tetap merasa lemas. Pasien juga mengeluhkan sebulan terakhir keinginan
untuk minum semakin meningkat karena sering BAK pada malam hari yang
mengganggu waktu tidur pasien. Frekuensi BAK pasien dapat mencapai lebih dari 5
kali dalam semalam. Pasien juga sering mengeluhkan jari-jari tangan dan kaki terasa
kesemutan dan penglihatannya kabur seperti ada bayangan hitam yang dirasakan sejak
6 bulan terakhir ini. Keluhan lainnya seperti penurunan berat badan tidak diperhatikan
oleh pasien. Keluhan demam, mual, muntah disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat DM sejak 3 bulan yang lalu dan rutin meminum obat.
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, maupun asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Terdapat riwayat DM pada ibu pasien, riwayat hipertensi, asma maupun
penyakit lain pada keluarga disangkal.
Genogram Keluarga Pasien

Riwayat Pengobatan
Pasien rutin meminum obat DM yaitu glibenclamide. Pasien mengaku tidak
pernah mencoba pengobatan tradisional.
Riwayat Ekonomi dan Lingkungan:
Pasien tinggal bersama suami, dan ketiga anaknya. Berikut usia dan pekerjaan
dari masing-masing anggota keluarga:
a. Pasien 35 tahun, bekeija sebagai ibu rumah tangga
b. Suami pasien 40 tahun, bekerja sebagai tukang
c. Anak pertama pasien 17 tahun sebagai pelajar SMA
d. Anak kedua pasien 11 tahun sebagai pelajar SD
e. Anak ketiga pasien 8 tahun sebagai pelajar SD
• Pasien merupakan keluarga dengan ekonomi yang dapat terbilang kurang.
Pemasukan keuangan hanya didapatkan dari suami pasien, dengan
penghasilan tidak tetap setaip bulannya, kira-kira 土 Rp. 50.00Q/hari jika
mendapatkan pekerjaan
• Untuk air minum, pasien menggunakan air mineral isi ulang.
• Pasien mengaku tidak pernah merokok, namun suami pasien merokok sudah
sejak remaja, dimana setiap hari dapat menghabiskan sekitar 1 bungkus.
• Untuk keperluan MCK, pasien menggunakan air PDAM, dan menggunakan
kamar mandi yang terletak di dalam rumah pasien. Saat ini pasien dan anggota
keluarga biasanya BAB di kamar mandi miliknya sendiri
• Untuk mencuci pakaian, dan mandi serta mencuci kebutuhan sehari-hari,
pasien menggunakan air PDAM.
• Untuk memasak, keluarga pasien menggunakan kompor gas. Pasien memasak
di dapur yang berada di dalam rumah pasien.

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah :120/80 mmHg
Frek. Nadi :88 x/menit

Frek. Nafas : 20 x/menit


Suhu :36,8°C
Berat Badan :53 kg

Tinggi Badan :155 cm

Status Gizi : Normal

Status lokalis dalam batas normal


IV. Pemeriksaan Penunjang

GDS: 300

V. Diagnosis

Dibetes Mellitus Tipe II


BAB II
ANALISIS KASUS

A. Identifikasi Masalah Kesehatan Pasien


Pasien wanita usia 36 tahun datang ke IGD Puskesmas Gunung Sari
dengan keluhan lemas tidak bertenaga sejak seminggu terakhir. Pasien sering
merasa lapar, sehingga banyak makan namun tetap merasa lemas. Pasien
sering BAK saat malam hari sehingga mengganggu waktu tidur, dan
keinginan untuk minum semakin meningkat dirasakan sejak sebulan terakhir.
Frekuensi BAK hingga lebih dari 5 kali dalam semalam. Keluhan jari-jari
tangan dan kaki terasa kesemutan dan penglihatannya kabur seperti ada
bayangan hitam dirasakan sejak 6 bulan terakhir ini. Keluhan lainnya seperti
penurunan berat badan tidak diperhatikan oleh pasien. Selain itu, pasien juga
memiliki Riwayat penyakit DM sejak 3 bulan yang lalu dan ibu kandung
pasen memiliki Riwayat DM juga.
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik,
frekuensi nadi 88x/ menit, frekuensi nafas 20x/ menit, suhu aksila 36,8º C, BB
53 kg, status gizi baik berdasarkan berat badan per usia. Pada pemeriksaan
status lokalis pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan GDS = 300 mg/dl.
Pasien didiagnosis dengan Diabetes Melitus Tipe II berdasarkan
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 PERKENI - 2015 yaitu
adanya keluhan klasik DM yaitu polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Selain itu jug terdapat
keluhan lain : lemah badan, kesemutan, serta mata kabur. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan adanya
keluhan klasik.1

B. Data Epidemiologi Masalah Kesehatan Pasien (Diabetes Melitus Tipe


II)
Data epidemiologis masalah kesehatan pasien yaitu diabetes melitus
tipe 2 pada tingkat global, nasional, dan regional.
Angka kejadian diabetes secara umum didunia meningkat empat kali
lipat sejak tahun 1980. Angka kejadiannya menignkat dari 108 juta pada
1980 hingga 422 juta pada 2014. Populasi yang terus tumbuh dan proses
penuaan menjadi faktor yang berkontribusi dalam peningkatan ini, namun
tidak semata-mata bertanggung jawab untuk hal ini. Prevalensi diabetes
semakin meningkat disetiap area. Prevalensi global meningkat dua kali
lipat sejak 1980 hingga 2014, dilihat dari peningkatan jumlah individu
kelebihan berat badan dan obesitas. Prevalensi meningkat kebanyakan di
negara dengan pendapatan menegah-kebawah.
Kadar glukosa darah mulai berdmpak pada morbiditas dan
mortalitas meskipun dibawah ambang batas diagnosis diabetes. Diabetes
dan peningkatan glukosa darah lebih dari optimal secara bersamaan
bertanggung jawab dalam menyebabkn 3,7 juta kematian diseluruh dunia.
Pada 2016, diperkirakan 1,6 juta kematian disebabkan secara alngsung
oleh diabetes, dan ada 2012 jutaan kematian lainnya disebabkan oleh
glukosa darah yang tinggi, banyak yng bisa dicegah dari hal ini.2
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitr 21,3 juta pada tahun 2030.
Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM
sebanyak 2-3 kali lipat pada taun 2035. Sedangkan International Diabetes
Federation memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun
2035.1
Berdasarkan data RISKESDAS pada tahun 2018 prevalensi
diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2018 meningkat dua kali lipat
dari tahun 2013. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan (1,8 %) memiliki
prevalensi lebih banyak dibandingkan laki-laki (1,2 %). Berdasarkan area,
daerah di perkotaan memiliki angka kejadian lebih banyak 1,9 %
dibandingkan daerah pedesaan (1,0 %).3
Di NTB sendiri, berdasarkan profil kesehatan 2018, diperkirakan
jumlah penderita DM pada usia ≥15 tahun di provinsi NTB sebanyak
34.486 Jiwa. Dari jumlah tersebut yang mendapatkan pelayanan DM sesui
standard sebanyak 25.856 jiwa atu 70,9 %.4

C. Identifikasi Faktor-faktor yang Berkontribusi Terhadap Masalah


Kesehatan ditinjau Berdasarkan teori HL – Blum
Teori klasik H.L. Blum menyebutkan bahwa derajat kesehatan
seseorang ditentukan oleh empat pilar, yaitu lingkungan (sosial ekonomi,
fisik, politik), perilaku (gaya hidup), pelayanan kesehata (jenis, cakupan
dan kualitasnya), dan genetika (keturunan). Faktor-faktor tersebut
memiliki pengaruh yang besar terhadap munculnya suatu penyakit dan
kesehatan.
Analisa munculnya penyakit Diabetes Melitus pada pasien berdasarkan
faktor-faktor tersebut meliputi :
 Faktor Genetik dan Biologis
Faktor genetik/biologis pada pasien yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya diabetes melitus yaitu usia (39 tahun) pasien. Semakin tua usia
seseorang, semakin besar resiko terkena diabetes melitus, tentu saja faktor
reskio usia tidak bediris endiri melainkan dibarengi dengan faktor resiko
lainnya.2 Selain faktor usia, faktor genetic lain yang berperan adalah
riwayat penaykit yang sama dengan ibu kandung pasien. Riwayat penyakit
yang diturunkan oleh ibu kandung pasien ini, menjadi faktor resiko pasien
mengalami DM tipe 2 ini.2
 Faktor Perilaku
Faktor perilaku pada pasien dan keluarga yang menjadi faktor resiko
pasien mengalami diabetes melitus tipe 2 adalah perilaku aktifitas fisik
yang kurang, dari kasus tida diterangan apakan pasien melakukan aktifitas
fisik rutin seperti olahraga, namun pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga, kemungkinan pasien tidak rutin melakukan olahraga. Selain itu,
pada kasus dijelaskan bahwa suami pasien merupakan seorang perokok
dan sehari bisa menghabiskan higga 1 bungkus rokok, riwayat merokok
suami pasien juga sudah sejak SMA. Perilaku merokok suami pasien ini,
bisa berakibat pada pasien, karena pasie bisa menjadi perokok pasif, dan
merokok dapat menjadi faktor resiko seseorang terkena diabetes melitus
tipe 2.1
 Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik :
Pasien tinggal bersama suami, dan ketiga anaknya. Untuk air
minum, pasien menggunakan air mineral isi ulang dengan sanitasi
yang bisa dibilang cukup baik sehingga bisa dijadikan air minum.
Pasien hidup Bersama suaminya yang perokok, sehingga pasien
menjadi perokok pasif dan ini menjadi salah satu faktor resiko pasien
terkena diabetes melitus. Untuk mandi cuci kakus, pasien
menggunakan air yang bersih yaitu dari PDAM, dan BAB pasien di
kmar mandi sendiri dan bukan kamar mandi umum. Dari segi
lingkungan fisik tidak ada faktor resiko terkait penyakit pasien.
Lingkungan Non Fisik :
Keluarga pasien adalah keluarga dengan status sosio ekonomi
menengah kebawah. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa,
sedangkan suami pasien bekerja sebagai tukang dan berpenghasilan Rp
50.000,00,- / hari ny, dan itupun kalua pasien dapat pekerjaan.
Keadaan ekonomi pasien menjadi salah satu faktor kejadian penyakit
pada pasien, mengingat dari data epidemiologi, pada pasien dengan
diabetes terbanyak pada negara dengan pendapatan menengah –
kebawah. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor, terkait nutrisi dan
kebiasaan makan pasien. Selain itu pasien memiliki Pendidikan
terakhir SMP, sehingga penegtahuan terkait penyakit bisa kurang. Hal
ini perlu dalam edukasi terkit penyakit pada pasien. Mengingat
tataksana pada pasien dengan Diabetes Melitus terutama tipe 2
membutuhkan penanganan yang holistik.1

D. Program upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan


masyarakat (UKM)
Berdasarkan masalah pasien, pasien masuk dalam UKP pada
pelayanan rawat jalan dan UKM yang berfokus pada pencegahan dan
pengendalian penyakit. Program Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
merupakan salah satunya Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah
kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular
terintegrasi (penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit paru
obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan
kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui
pembinaan terpadu. Namun pada tulisan ini akan dititikberatkan pada
monitoring dan deteksi faktor risiko DM. Posbindu bisa sebagai wadah
peran serta masyarakat (Kelompok masyarakat, organisasi, industri,
kampus dan lain-lain)

1. Kegiatan Posbindu (secara umum)

a. Monitoring faktor risiko DM secara rutin dan periodic


b. Konseling tentang faktor risiko DM
c. Penyuluhan/dialog interaktif sesuai masalah
d. Aktifitas fisik bersama seperti olahraga

2. Tujuan dan Sasaran dan Manfaat Penyelenggaraan Posbindu


a. Tujuan: Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan
dan penemuan dini faktor risiko DM
b. Sasaran : Kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang
DM atau orang dewasa yang berumur 25 tahun ke atas, pada orang
sehat agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal, pada
orang berisiko dengan mengembalikan kondisi berisiko ke kondisi
normal, pada orang dengan penyandang DM, mengendalikan
faktor risiko pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya
komplikasi
c. Manfaat
1. Membudayakan gaya hidup sehat dengan berprilaku CERDIK: Cek
kondisi kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktivitas fisik, Diet yang sehat dengan kalori seimbang, Istirahat
yang cukup, Kelola stress dalam lingkungan yang kondusif di
rutinitas kehidupannya
2. Mawas Diri: Faktor risiko DM dapat terdektedi dan terkendali
secara dini
3. Metodologis dan bermakna secara klinis
4. Mudah dijangkau
5. Murah

3. Jenis Kegiatan
a. Melakukan wawancara untuk menggali informasi terkait dengan
faktor risiko
b. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta indeks
masa tubuh (IMT)
c. Melakukan pengukuran tekanan darah
d. Melakukan pemeriksaan gula darah
e. Melakukan konseling (diet, merokok, stress, aktivitas fisik, dan
lain-lain)
f. Melakukan kegiatan olahraga

E. Upaya Kesehayan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal


Kesehatan

Berdasarkan Permenkes no.43 tahun 2016, Pelayanan standar yang


diberikan di FKTP diantaranya adalah.

1. Edukasi
2. Aktivitas Fisik
3. Terapi nutrisi medis
4. Intervensi farmakologis

Pada kasus ini, upaya pelayanan kesehatan yang didapaat

1. Pasien sudah ditegakan diagnosis DM


2. Pasien sudah mendapatkan terapi sebelumnya
3. Deteksi faktor risiko sudah didapatkan oleh pasien

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

Saran .
 KIE pasien dan keluarganya untuk mempertahankan perilaku hidup bersih
dan sehat yang sudah bisa dicapai & terus dipertahankan.
 Rutin melakukan kunjungan sehat ke Puskesmas, untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan baik dari segi promotif, preventif, dan kuratif.
 Edukasi ke pada keluarga pasien tentang faktor risiko, diet makanan,
aktivitas fisik, dan pengobatan (berkaitan dengan ketaatan minum obat)
 Edukasi pasien tentang komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
 Edukasi pasien dan keluarga pasien berkaitan dengan risiko munculnya
DM pada keturunan pasien

DAFTAR PUSTAKA

1. Soelistijo, dkk. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. PB Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. [pdf] available at https://pbperkeni.or.id/wp-
content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-Pengelolaan-dan-Pencegahan-
Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-PERKENI-2015.pdf Access on April
21st 2020
2. World Health Organization. 2016. Global Report On Diabetes. [pdf]
available at
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204871/9789241565257_
eng.pdf;jsessionid=7E86AD3A81B527EE871B8E4F8951F2EA?
sequence=1 Accessed on April 20th 2020
3. KEMENKES RI. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. [pdf] available at
www.kemkes.go.id Accessed on April 20th 2020
4. Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2019. Profil Kesehatan NTB Tahun 2018.
[pdf]. Available at <dinkes.ntbprov.go.id> accessed on April 20th 2020
5. Permenkes RI No 43 tahun 2016 tentang standar pelayanan minimal
bidang.Available:_https://djsn.go.id/storage/app/uploads/public/58d/486/f
01/58d486f010a3f067108647.pdf

Anda mungkin juga menyukai