Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus Diabetes Mellitus Dengan Pendekatan

Kedokteran Keluarga
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAMILY FOLDER

Disusun Oleh:
Kustian Pramudita 030.08.
Ni Putu Indra Dewi 030.08.178
Ruhmana Firah FR 030.09.215
DAFTAR ISI

JUDUL LAPORAN
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
2. METODOLOGI PENELITIAN
3. MATERI PASIEN
4. PEMBAHASAN
5. KESIMPULAN DAN SARAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit non infeksi yang masih banyak diderita
oleh masyarakat luas. Baik dari social ekonomi tinggi maupun yang rendah. Diabetes juga
merupakan penyakit keturunan sehingga sulit pula membasminya walaupun telah diketemukan
berbagai obat untuk mengontrol kadar gula darah penderita. Selain itu, banyak komplikasi yang
dihasilkan dari suatu keadaan diabetes mellitus, antara lain nefropati diabetikum, retinopati dan
lainnya. Sehingga diabetes masih memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Berangkat dari latar belakang berbahaya dan banyaknya angka kejadian diabetes mellitus
di Indonesia ini,maka diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai diabetes mellitus dilihat dari
sisi kesehatan masyarakat.

B. Permasalahan
Diabetes mellitus memiliki banyak komplikasi apabila tidak tertangani dengan baik.
Komplikasinya antara lain, neuropati, nefropati, dan bahkan bisa jatuh ke dalam status koma
seperti diabetic ketoasidosis. Yang menjadi permasalahan ialah adakah hubungan dari pola hidup
keluarga dengan kesehatan pasien diabetes mellitus dipantau dari sisi kedokteran keluarga.

C. Tujuan
Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas, diharapkan
dapat menambah wawasan mengenai diabetes yang ada pada kasus di lapangan. Kasus di
lapangan dapat saja memiliki variasi dan sedikit berbeda dengan teori yang ada, namun dengan
sedikit dasar, penanganan terhadap diabetes ini tidak lagi asing dan diharapkan dapat
menurunkan prevalensi hipertensi yang semakin meningkat. Dengan mengetahui kejadian
diabetes di lapangan, diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik mengenai diabetes
ditinjau dari sisi kemasyarakatannya.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengambil data dari pasien yang biasa berkunjung ke
Puskesmas Borobudur. Dengan data rekam medis yang ada di Puskesmas tersebut, dilakukan
kunjungan langsung kepada pasien untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan secukupnya.
Di samping itu, juga dilakukan penilaian atau survey terhadap kebersihan dan sanitasi
lingkungan pasien yang dikunjungi. Keadaan keluarga seperti anggota keluarga lain, pola
kehidupan juga menjadi hal yang diperhatikan karena turut mempengaruhi terhadap keadaan
pasien. Berikut ini hal-hal yang dicatat pada saat kunjungan.

I. Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Alamat
II. Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan Kesehatan Sekarang
b. Penyakit yang Sering Diderita
c. Penyakit Keturunan
d. Penyakit Kronis/menular
e. Kecacatan Anggota Keluarga
f. Pola Makan
g. Pola Istirahat
h. Jumlah Anggota Keluarga
III. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan Buruk
b. Pengambilan Keputusan
c. Ketergantungan Obat
d. Tempat Mencari Pelayanan Kesehatan
e. Pola Rekreasi
IV. Keadaan Rumah/Lingkungan
a. Jenis Bangunan
b. Lantai Rumah
c. Luas Rumah
d. Penerangan
e. Kebersihan
f. Ventilasi
g. Dapur
h. Jamban Keluarga
i. Sumber Air Minum
j. Sumber Pencemaran Air
k. Pemanfaatan Pekarangan
l. Sistem Pembuangan Air Limbah
m. Tempat Pembuangan Sampah
n. Sanitasi Lingkungan
V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan Beribadah
b. Keyakinan Tentang Kesehatan
VI. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat Pendidikan
b. Hubungan Antar Anggota Keluarga
c. Hubungan dengan Orang Lain
d. Kegiatan Organisasi Sosial
e. Keadaan Ekonomi
VII. Kultural Keluarga
a. Adat yang Berpengaruh
b. Lain-lain
Pada saat kunjungan tidak menutup kemungkinan untuk menambahkan pertanyaan atau
melakukan pemeriksaan langsung terhadap keadaan lingkungan untuk mendapatkan data
tambahan sebagai masukan untuk pembahasan kasus. Dilampirkan pula beberapa hasil foto
mengenai keadaan tempat tinggal pasien yang dipandang cukup berpengaruh terhadap kesehatan
pasien.
BAB III
MATERI PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. Mujiwanto Jenis Kelamin : Pria


Usia : 34 tahun Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Tukang Ojek
Pendidikan : SD (tidak tamat)
Alamat : Dusun Banjaran I, Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur

B. Diagnosis
Diagnosis Kerja : diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi gangren diabeticum

C. Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis tanggal 24 November 2014 pada pukul 12.00.
Dilakukan pada kediaman pasien. Pasien memberikan respon dan penerimaan yang baik
terhadap pertanyaan yang diberikan.

Keluhan Utama:
Pasien belum dapat berdiri dan berjalan dengan normal.

Keluhan Tambahan:
Badan terasa lemas dan cepat mengantuk.

Riwayat Penyakit Sekarang:


OS sekarang berada di rumah karena telah tidak bekerja. OS belum dapat berdiri
dan berjalan dengan normal meskipun sudah 3 minggu keluar dari Rumah Sakit
Muntilan. Saat ini OS hanya tidur di rumah saja dan untuk berpindah tempat bergerak
dengan kaki diseret. OS juga mengeluhkan badan lemas dan cepat mengantuk. Kadar gula
darah mencapai 350 mmol/L. Selama sakit pasien menggunakan insulin.

Riwayat Penyakit Dahulu


Menurut OS selama ini OS tidak pernah mengalami hal yang sama. OS mengeluh
sebelum terkena penyakit OS sering merasa kaki baal dan kesemutan. Penyakit umum
lain yang pernah diderita ialah diare, influenza.

Riwayat Keluarga
Nama Hubungan Jenis Keadaan Keadaan Penyebab
dengan Kelamin Kesehatan Gizi Kematian
KK
Bp. Mujiwanto KK Laki-laki DM + Baik -
gangren
Ny. Juhanah Istri Perempuan Baik Baik -

D. Pemeriksaan fisik

Status kesehatan umum


Meliputi tinggi badan, berat badan, kesadaran, suara bicara dan tanda-tanda vital.
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi :
- Suhu : 36,4◦C
- Nadi : 88 x/menit

- Pernapasan : 20 x/menit

- Tekanan darah : 110/80 mmHg

- Status kesehatan umum


a) Kepala dan leher
Kepala : bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher
Telinga : berdenging, gangguan pendengaran, keluar cairan
Mulut : lidah kebal, komposisi ludah, gigi goyah, gusi bengkak dan berdarah
Mata : diplopia, penglihatan kabur, lensa keruh
System integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka
Kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
Kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
b) System pernapasan
Adakah sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada
c) System kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
Takikardi / bradikardi, hipotensi/ hipertensi, aritmia
d) System gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
e) System urinarius
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
f) System musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
g) System neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.

E. Terapi
a) Metformin

Indikasi:
- Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau
tanpa kelebihan berat badan dan bila diet tidak berhasil.

- Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif terhadap terapi
tunggal sulfonilurea baik primer ataupun sekunder.
- Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.
Farmakologi:
Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk penderita
diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja metformin
yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat memperbaiki sensitivitas
hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa menstimulasi sekresi insulin serta
menurunkan absorpsi glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin hanya
mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak
menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak
menyebabkan pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan
kehilangan berat badan.
Dosis:
Metformin harus diberikan bersama dengan makanan atau sesudah makan dalam
dosis yang terbagi.

Tablet 500 mg :

Dosis: 3 x sehari 1 tablet

Tablet 850 mg

Dosis awal: 1 x sehari 1 tablet (pagi)

Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 tablet (pagi dan malam)

b) Insulin

Indikasi :

 Bila pemberian terapi oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah atau gagal
dengan kombinasi obat hipoglikemik oral dosis optimal;

 Pasien dengan komplikasi;

 Pasien dengan penurunan berat badan yang cepat;

Dosis :
8 unit per hari.

F. Prognosis
Prognosis yang diharapkan terjadi pada pasien ini tergantung dari dukungan keluarga dan
keadaan sekitar. Kesembuhan dari penyakit tidak hanya dilihat dari penyakit sebagai hal
yang biologis, tetapi menempatkan manusia juga ke dalam aspek psikologis dan social.
Oleh karena itu, pola kehidupan biologis, psikologis dan social yang seimbang akan
sangat membantu menentukan prognosis yang baik pada pasien ini.

G. Keadaan Biologis Keluarga


Yang dinilai ialah :
a) Keadaan Kesehatan Sekarang : baik
b) Keadaan kesehatan keluarga saat ini dinilai cukup baik. Di keluarga hanya Tn
Mujiwanto yang menderita penyakit dikarenakan factor kebiasaan OS saat OS masih
bekerja di pabrik (sering mengkonsumsi makan makanan yang berlemak dan juga
minum minuman manis). Istri pasien juga memiliki kesehatan yang cukup baik.
Secara keseluruhan keadaan kesehatan keluarga dinilai baik.
c) Kebersihan perorangan
d) Kebersihan merupakan faktor penting dalam kesehatan seseorang. Kebersihan
perorangan akan membawa kepada kebersihan satu anggota keluarga. Kebersihan
perorangan dinilai baik. Dlihat dari cara berpakaian, kebersihan yang tampak dari
penampilan keluarga.
e) Penyakit yang Sering Diderita
f) Penyakit yang sering diderita hanyalah penyakit ringan dan dapat sembuh dengan
sendirinya (self limited). Biasanya gejala dapat hilang dengan beristirahat ataupun
obat yang dibeli di warung setempat. Penyakit yang biasa diderita ialah pusing dan
diare.
g) Penyakit Keturunan
h) Tidak ada penyakit lain yang diturunkan hanya diabetes mellitus.
i) Penyakit Kronis/menular
j) Tidak didapatkan riwayat adanya penyakit menular ataupun kronis yang didapatkan
pada anamnesis yang dilakukan.
k) Kecacatan Anggota Keluarga
l) Tidak terdapat adanya kecacatan pada setiap anggota keluarga.
m) Pola Makan
n) Pola makan pada keluarga sedang. Terdapat pengaturan pola makan yang diberikan
oleh dokter kepada pasien. Akan tetapi hal ini tidak dapat dituruti oleh pasien. Hal ini
tentu kurang baik untuk kondisi kesehatan pasien. Hal ini dikarenakan kurangnya
dukungan keluarga karena merasa repot dengan pengaturan pola makan.
o) Pola Istirahat
p) Pola istirahat dirasakan cukup baik. Terutama bagi pasien, karena sudah tidak bekerja
maka banyak waktu luang bagi pasien untuk beristirahat. Anggota keluarga lainnya
juga memiliki pola istirahat yang cukup.
q) Jumlah Anggota Keluarga
r) Terdapat dua orang yang tinggal pada rumah itu. Apabila perkiraan ruang gerak
seseorang yang ideal minimal 3x3, maka dengan luas rumah 110 m 2, dikatakan layak
huni.

H. Psikologis keluarga
a) Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk pernah dilakukan oleh pasien semasa mudanya yaitu merokok dan
konsumsi alcohol. Selain itu semasa OS bekerja di pabrik dan belum menikah OS sering
makan makanan manis serta mengkonsumsi minuman kaleng. Akan tetapi tidak menurun
atau menjangkit pada anggota keluarga lainnya. Dan kebiasaan tersebut telah
ditinggalkan pasien sejak mengidap penyakit.
b) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan dengann diskusi atau demokratis. Tidak adanya
pemaksaan kehendak.
c) Ketergantungan Obat
OS sering minum minuman obat penambah stamina serta minum minuman penambah
tenaga.
d) Tempat Mencari Pelayanan Kesehatan
Pasien memiliki askes untuk berobat di rumah sakit. Akan tetapi bila sakit ringan, pasien
mencari pertolongan pertama pada puskesmas dekat dengan hunian pasien.
e) Pola Rekreasi
Pola rekreasi keluarga baik.

I. Keadaan rumah
a) Jenis Bangunan : permanen
b) Lantai Rumah : semen
c) Luas Rumah : 110 m2
d) Penerangan : sedang
e) Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya upaya penghematan listrik yang dilakukan.
Kurangnya jendela yang membiarkan cahaya matahari masuk secara langsung ke
dalam rumah.
f) Kebersihan : sedang
g) Kebersihan rumah dinilai sedang, dipandang pula dari sisi kerapihan rumah tersebut.
Banyak barang yang tidak terpakai terdapat dan dibiarkan dalam rumah tersebut.
Barang tersebut dapat menjadi sarang bagi vector nyamuk untuk menyebarkan
penyakit sepreti demam berdarah.
h) Ventilasi
i) Ventilasi cukup baik
j) Dapur : ada
k) Jamban Keluarga : ada dan baik
l) Sumber Air Minum : air ledeng
m) Sumber Pencemaran Air : tidak ada
n) Pemanfaatan Pekarangan : ada
o) Di depan rumah dengan lahan yang sempit, namun terdapat penanaman pohon yang
membuat suasana rumah menjadi lebih asri dan hijau.
p) Sistem Pembuangan Air Limbah : ada
q) Tempat Pembuangan Sampah : ada
r) Sanitasi Lingkungan : sedang
s) Kebersihan lingkungan sekitar dirasa kurang baik.
J. Spiritual Keluarga
a) Ketaatan Beribadah : baik
b) Keyakinan Tentang Kesehatan : baik

K. Keadaan Sosial Keluarga


a) Tingkat Pendidikan : rendah
b) Hubungan Antar Anggota Keluarga : baik
c) Hubungan dengan Orang Lain : baik
d) Pasien cukup dikenal di masyarakat. Membuktikan bahwa hubungan pasien dengan
orang lain baik dan terjalin ramah.
e) Kegiatan Organisasi Sosial : baik
f) Keadaan Ekonomi : rendah, dengan penghasilan Rp 500.000,00 per bulan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Strategi penyelesaian masalah pasien ini


A. Peranan keluarga dalam mengobati penyakit pasien:
 Peran keluarga kurang baik. Istri OS sering tidak di rumah karena bekerja
menggantikan OS sebagai kepala keluarga. Hal ini menyebabkan istri OS jarang
mengontrol keadaan kesehatan OS dan jarang mengingatkan mengenai pengaturan
pola makan yang dianjurkan oleh dokter.
 Peran lainnya ialah dengan mengontrol pola makan pasien yang terkadang sulit
mengikuti anjuran diet dari dokter.. Hal inilah yang menjadi kendala.
 Kondisi lingkungan perumahan: menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Terdapat semua syarat rumah sehat seperti jamban keluarga, pembuangan limbah,
sarana air minum yang bersih dan baik, system pembuangan air yang baik, ventilasi
yang cukup. Persyaratan minimal seorang tinggal dalam rumah juga terpenuhi yaitu
dalam luas 110 m2 tinggal 2 orang, dengan estimasi seorang layak menghuni
bangunan 3 x 3 m. rumah tempat tinggal pasien memiliki dapur. Sumber air minum
telah baik berasal dari air ledeng. Akan tetapi ditinjau dari lingkungan sekitar hunian
pasien, masyarakat kurang menjaga sanitasi lingkungan.
 Keadaan sosial-ekonomi pasien dalam penyembuhan penyakit, sudah baik karena ada
usaha untuk kondisi pasien yang baik pernah berobat ke rumah sakit. Pasien memiliki
asuransi kesehatan dari pemerintah karena pernah bekerja sebagai pegawai negeri
sipil. Pasien dan keluarga memiliki kesadaran untuk memeriksakan diri secara tepat
dan tidak menunda penyakit sampai parah. Keadaan sosialisasi pasien dengan kerabat
masyarakat sekitar cukup baik. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor positif bagi
kesehatan pasien.
B. Penjelasan kepada pasien dan keluarga:
a. Menjelaskan keadaan pasien tentang penyakitnya

i. Tentang penyakitnya
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat diturunkan. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui dan mencegahnya. Meski kadang dilihat sebelah mata oleh pasien,
diabetes memiliki berbagai komplikasi yang cukup mengganggu. Diabetes meliputi multi
system yaitu saraf, gastrointestinal dan lainnya. Maka dari itu, sedikit keluhan yang
dirasakan oleh pasien harus diwaspadai sedini mungkin dengan memeriksakan diri ke
puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Yang terpenting dalam pengobatan diabetes
adalah membuat kadar gula darah terkontrol, tidak melebihi batas normal. Semakin tinggi
angka, maka lebih banyak komplikasinya.

ii. Tentang upaya pengendaliannya


Yang terpenting dalam pengendalian yang dilakukan ialah mengkonsumsi oabt-obatan
yang diberi oleh dokter. Pengendalian terpenting dalam diabetes mellitus ialah
pengendalian pola makan. Mengurangi karbohidrat, makanan yang asin, berlemak dan
manis. Upaya pengendalian dari dalam diri pasien sendiri sudah cukup baik yaitu dengan
menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol sejak sakit. Diperlukan juga
olahraga ringan demi menjaga kebugaran. Tetapi perlu diperhatikan keamanannya karena
pernah mengalami riwayat jatuh.

iii. Peran keluarga


Peran keluarga kurang baik dalam hal memberikan dukungan pada kesembuhan pasien.
Hal ini nampak saat penulis datang mengunjungi rumah pasien, tidak ada orang lain di
rumah selain pasien. Pasien hanya tinggal di sebuah kamar dengan sebuah kasur yang
ditiduri pasien, sebuah lemari kecil, dan meja kecil untuk menaruh makanan dan
minuman pasien seharian. Di bagian pojok kamar nampak adanya sebuah pot kecil untuk
buang air kecil. Dengan kondisi seperti ini jika pasien membutuhkan apapun diluar kamar
maka pasien harus jalan dengan diseret tanpa bantuan keluarga.

iv. Cara Makan Obat


Dikarenakan pasien lebih sering mengurus dirinya sendiri maka pasien harus
diedukasikan mengenai bagaimana cara minum obat dan menggunakan insulin. Selain itu
juga harus dijelaskan mengenai tanda-tanda hipoglikemi. Meski begitu tetap harus
dijelaskan pula kepada keluarga mengenai pengaturan minum obat dan penggunaan
insulin tersebut.

v. Diet yang Harus Dilakukan


Diet merupakan hal penting dalam management diabetes mellitus tipe 2 yaitu ABC ( A1c,
blood pressure dan kolesterol). Yang harus dipantau ialah AiC karena untuk mengetahui
keseimbangan masukan makanan, aktivitas fisik dan obat yang diberikan. Diet yang baik
diperlukan agar diabetes menjadi terkontrol. Akan tetapi perlu didukung oleh faktor
lainnya seperti aktivitas fisik dan dosis obat yang tepat. Hal ini diperlukan untuk
mengontrol kadar gula darah dan mengurangi resiko komplikasi dari diabetes. Selain itu
diperlukan pula untuk memantau berat badan.
Diet yang tepat ialah makan dengan konsisten, sedikit namun sering. Pasien yang
mengkonsumsi obat diabetes oral lebih fleksibel dalam mengatur waktu makan. Banyak
pasien DM tipe 2 memiliki berat berlebih, sehingga mengurangi sebagian kecil dari ebrat
badan akan menyebabkan insulin lebih efektif. Dilakukan dengan makan rendah kalori.
Biasanya pengurangan berat yang aman dilakukan ialah setengah sampai 1 kg per miggu
yaitu dengan mengurangi 500-1000 kalori dari total kalori. Selain itu, makan buah dan
sayur sehingga banyak terkandung vitamin.

vi. Olahraga yang dilakukan dan caranya


Aktivitas fisik dapat membantu untuk menurunkan berat badan dan menjaganya.
Aktivitas yang dilakukan juga harus ringan sehingga mengurangi resiko hipoglikemia.
Apabila dirasakan mulai lemas sebagai tanda penurunan kadar gula darah, maka
konsumsi sedikit makanan untuk menjaga. Olahraga yang dapat dilakukan ialah senam
kesegaran, jalan pagi santai. Olahraga tidak harus berat dan lama tetapi rutin dilakukan.
Disamping itu juga diperlukan menjaga keamanan saat berolahraga.
o Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan kolesterol pada
pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda
dan tidak dianjurkan melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau
angkat besi (sesuai kemampuan dan ekonomi pasien) karena latihan yang berat dapat
menimbulkan hipertensi.
o Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan agar seseorang mengurangi
tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
yang mengganjal dalam hati. Komunikasi dengan orang dapat membuat hati menjadi
lega dan dari sini dapat timbul ide untuk menyelesaikan masalah.
o Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa.
Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai dan
menyenangkan, mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi respons
susunan saraf pusat melalui penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah
dapat diturunkan.

b. Menjelaskan keadaan pasien untuk dirujuk

i. Tanda keluhan-keluhan: dehidrasi ( penurunan turgor kulit, rasa haus yang nyata,
dll), kesadaran yang berkabut ( koma, bingung), luka yang tidak kunjung
sembuh dan memborok.
ii. Tanda-tanda kelainan fisik: kelainan neurology (bibir bengkok), lumpuh
sebagian/total bagian tubuh, dll

c. Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga tentang masalahnya


Menjelaskan bahwa penyakitnya dapat/tidak dapat dikendalikan terutama oleh
pasien sendiri: menjelaskan kepada pasien bahwa diabetes merupakan penyakit yang
dapat dikendalikan. Jika dilakukan pencegahan, penatalaksanaan, pengontrolan, pola
hidup sehat, dan managemen yang baik terhadap hipertensi ini maka segala resiko
komplikasi dapat dicegah dengan terkontrolnya tekanan darah.
Menjelaskan pada pasien upaya selain obat-obatan yang harus diminum, seperti
olahraga, PHBS: selain obat hipertensi juga diperlukan meminum air putih yang cukup,
minum susu, jus (utama buah), olahraga secara teratur; minimal gerak jalan, bersepeda,
PHBS.
Komplikasi yang dapat dialami meliputi :
Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini
maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Kadar gula
darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam
darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak
lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada
penderita diabetes.
Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa
melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh
darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta memperlambat
penyembuhan luka.
Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika
diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering terjadi dan
mematikan adalah serangan jantung dan stroke. Kerusakan pada pembuluh darah mata
bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata (retinopati
diabetikum). Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita
harus menjalani cuci darah (dialisa).
Gangguan pada saraf dapat
bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu
saraf mengalami kelainan fungsi
(mononeuropati), maka sebuah lengan atau
tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah.
Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan
kaki mengalami kerusakan (polineuropati
diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa
dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar
dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit
lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat meradakan perubahan
tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus
(borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam
dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai
harus diamputasi

d. Menjelaskan upaya pencegahan penyakit ini


Dari aspek Pribadi (pasien):
 Pola hidup sehat
 Memeriksa diri secara rutin, terutama tekanan darah, kadar gula darah
 Mengkonsumsi obat secara rutin,
 Berolah raga sesuai anjuran,
 Melakukan diet sesuai anjuran,
 Mengurangi dan menghindari hal yang dapat meningkatkan resiko seperti:
merokok, alkohol, kopi,obat-obatan dan menjaga kondisi tubuh.

Dari aspek keluarga:


 Memantau pasien dalam meminum obat
 Mengingatkan pasien atas resiko dan bahaya komplikasi yang dapat timbul
 Mengawasi pasien atas gaya hidupnya
 Selalu dengan sabar dan kontinu memantau kesehatan pasien
 Menjadi tempat komunikasi jika pasien merasakan sesuatu yang tidak nyaman
pada dirinya, sehingga hal yang tidak diinginkan dapat terhindar dan segera cepat
mendapat penanganan secara cepat
 Mengingatkan agar selalu kontrol kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan, dll

Dari aspek masyarakat:


 Adanya sosialisasi/penyuluhan dari petugas kesehatan tentang hipertensi pada
masyarakat setempat.
 Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, dengan lingkungan yang asri
maka risiko stress turun dan akan menurunkan terjadinya hipertensi karena stress.
 Hubungan yang baik sesama masyarakat sehingga bila terjadi hal yang tidak
diinginkan masyarakat dapat membantu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kunjungan ke rumah penduduk yang dilakukan pada hari Senin, 24 November 2014,
dengan pasien Tn. Mujiwanto. Diagnosis kerja ialah diabetes mellitus dengan komplikasi
gangren diabeticum. Pasien telah mendapatkan pengobatan yang teratur dari upaya kesehatan
Rumah Sakit maupun Puskesmas dengan memadai. Karena itu, perlu juga peninjauan pasien dari
sisi keluarga dan lingkungan sekitar dalam menentukan prognosis pasien ini.
Ditinjau dari sisi keluarga, keluarga belum memberikan dukungan penuh untuk
kesembuhan pasien. Hal tersebut merupakan kendala yang cukup sulit dipecahkan karena istri
pasien harus mengambil alih tanggung jawab perekonomian setelah pasien mengidap penyakit.
Pola makan kurang dapat dijaga yaitu dengan menghindari karbohidrat dan makanan yang
manis. Hal inilah yang dapat disarankan untuk lebih ditingkatkan. Keadaan fisik rumah
dipandang telah memenuhi sebagian besar syarat rumah sehat. Pasien tinggal dalam suasana
yang damai dan asri, juga meningkatkan kesehatan pasien secara tidak langsung.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat diturunkan, oleh karena itu, diperlukan
upaya pencegahan sedina mungkin agar resiko dapat dieprkecil. Peran keluarga dirasakan sangat
bermanfaat, baik dalam upaya pengendalian yaitu pengawasan menelan obat, pemberian
dukungan moril dan pencegahan terhadap penyakit dan komplikasi.
Saran yang dapat diberikan ialah :
1. Meningkatkan kebersihan pribadi, rumah dan lingkungan sekitar
2. Mengatur pola makan dengan teratur
3. Berolahraga ringan
4. Menciptakan kehidupanbiologis, psikologis dan social yang seimbang
Lampiran

Gbr. 1 Gbr 2.

Gbr 3. Gbr 4.

Gbr 5. Gbr 6.
Gbr 7.

Keterangan :
1. Tuan Ibrahim
2. Keadaan dapur dan alat dapur
3. Tempat mencuci piring dan beberapa tumpukan piring
4. Keadaan kamar mandi. Tidak terdapat jentik nyamuk
5. Pemanfaatan pekarangan.
6. Saluran air dan tempat pembuangan sampah
7. Ruang makan yang memadai

Anda mungkin juga menyukai