PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S, sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S, sebagai penderita,
anggota keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat
sekitar.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi penyakit pasien.
b. Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
c. Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor lingkungannya.
d. Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/faktor risiko) yang
dihadapi pasien (diilustrasikan dengan diagram Blum).
e. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya serta
memberi saran terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.
D. Manfaat
A. Identitas Penderita
Nama :Ny. S
Umur :64 Tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Pekerjaan : Penjaga warung
Pendidikan :SD
Agama :Islam
Alamat : Desa Pekarungan RT 19/ RW 06 Kecamatan Sukodono
Suku :Jawa
Tanggal periksa :07 Mei 2018
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Badan lemas
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke puskesmas Sukodono dengan keluhan badan lemas dan
tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Setahun lalu,
pasien mengaku banyak makan dan minum namun tidak disertai dengan
peningkatan berat badan yang sesuai. Buang air kecil sering terutama pada
malam hari ± 5 kali. Buang air besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien
juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya yang dirasakan hilang
timbul. Pasien mengaku jarang berolahraga. Enam bulan lalu pasien berobat
ke Puskesmas Sukodono dan dinyatakan kencing manis dengan gula darah
200g/dl. Oleh karena itu, sebulan sekali pasien sering kontrol untuk
pemriksaan gula darah.
3. Riwayat penyakit dahulu:
a. Riwayat Hipertensi : Tidak ada riwayat hipertensi
b. Riwayat Asma : Tidak ada riwayat asma
c. Riwayat Alergi Obat : Tidak ada alergi obat - obatan
d. Riwayat Sakit Jantung : Tidak ada riwayat penyakit jantung
i. Kadiovaskuler :
Akral : Hangat
j. Gastrointestinal :
Mulut :
Urine :
l. Neuropsikiatri :
Neurologik : tidak ada kejang
Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress
m. Muskuloskeletal dan integument :
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit : lembab tidak kering dan tidak ada eksoriasis
Turgor : baik
Bawah : baik
C. Pemeriksaan Fisik
7. Telinga
Nyeri tekan pada mastoid tidak ditemukan, secret tidak ada, pendengaran
berkurang, cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak mengalami pembesaran, pharing hiperemis tidak ada
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada
10. Thoraks
Simetris, tidak ditemukan retraksi intercostal dan retraksi subkostal
Cor :
I : ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis tak kuat angkat
P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I-II intensitas normal, regular, tidak ada bising
Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler normal
suara tambahan RBK tidak ada, whezing tidak tidak didengar
Dinamis (depan dan belakang)
11. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi tidak ada
A :Bising usus normal
P : soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tak teraba
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-9
P : tympani seluruh lapang perut
Fungsi motorik
D. Pemeriksaan Penunjang
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-
10
Tidak dilakukan.
E. Resume
Dari hasil anamnesis didapatkan :
Seorang pasien perempuan usia 64 tahun dengan keluhan utama badan
lemas. Badan lemas sudah dialami sejak 2 hari.Setahun lalu, pasien mengaku
banyak makan dan minum namun tidak disertai dengan peningkatan berat badan
yang sesuai. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5 kali. Buang air
besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua
kakinya yang dirasakan hilang timbul. Pasien mengaku jarang berolahraga. Enam
bulan lalu pasien berobat ke Puskesmas Sukodno dan dinyatakan kencing manis
dengan gula darah 200g/dl.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit ringan, compos mentis. Tanda vital T:110/70, N: 86 x/menit, RR:
20 x/menit, S:36,6°C, BB: 70 kg, TB: 150 cm, status gizi obesitas.
1. Diagnosis Biofisik : Diabetes Melitus Tipe 2
2. Diagnosis Psikologis : Afek emosi dalam batas normal
F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penderita adalah:
1. Non medika mentosa
a. Jika terdapat keluhan, segera periksa
kembali ke puskesmas/RS agar segera mendapatkan penanganan.
b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan
minum obat.
c. Edukasi kepada pasien tentang terapi
nutrisi/diet pada diabetes.
d. Olahraga secara teratur yang disesuaikan
dengan kondisi tubuh.
e. Edukasi tentang penyulit/komplikasi
diabetes melitus
2. Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
G. Follow Up
Tanggal 07 Mei 2018
S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis
PENGELOLAAN PASIEN
(PATIENT MANAGEMENT)
Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
Pemberian Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.
Non medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
kepada keluarga
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan
dan kurangi minuman yang mengandung banyak gula
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan meminum obat
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga
d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga
mental pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan
masalah ekonominya.
2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit
diabetes mellitus dan komplikasinya.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah
penyakit ini dengan pola hidup sehat seperti rutin minum obat, rajin
berolahraga, kurangi makan dan minum yang mengandung banyak gula
c. Harus minum obat dengan benar.
A. Faktor Keluarga
1. Struktur keluarga
Keluarga Ny. S termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah suami Ny. S.
2. Bentuk keluarga
Bentuk Keluarga : Nuclear family
Alamat lengkap : Ds. Pekarungan RT 19 / RW 06 Kecamatan
Sukod
Anak
Anak
Istri (pasien)
Keterangan :
: Hubungan baik
(1) Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya ?
Jawab :
keluarga pasien langsung mengantarkan pasien berobat ke puskesmas
dan rutin melakukan kontrol terhadap kesehatan pasien
(2) Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Kesimpulan:
Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal yang positif dan tidak setuju
apabila ada hal-hal negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya.
Hubungan antara Ny. S dan keluarganya baik dan dekat.
Dari informasi Ny. S diperoleh keterangan bahwa tidak ada anggota keluarga
atau famili terdekat (kakek, nenek, paman, bibi) yang menderita Diabetes
Melitus (Lihat Gambar IV.2) .
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
Gambar IV.2: Genogram Keluarga Ny. S (64) (Sumber: Keterangan Ny. S., 2018)
1. Fisiologi keluarga
(identifikasi dengan metode APGAR)
APGAR score (disesuaikan dengan Supriana, 2010)
Metode penilaian fisiologis keluarga adalah metode untuk mengetahui
fungsi keluarga secara kualitatif dalam menanggapi, menerima atau menilai
kehadiran penderita (Ny. S) sebagai anggota keluarga tentang:
(1) Adaptation (adaptasi) yaitu kualitas penerimaan anggota keluarga dalam
menerima kenyataan bahwa yang bersangkutan (Ny. S) sedang
mengalami penyakit (Diabetes Melitus). Kualitas tersebut menyangkut :
tingkat penerimaan keluhan dan tingkat dukungan/motivasi anggota
keluarga dalam kesembuhan/ mengatasi penyakitnya.
Contoh:
Tabel IV.1: APGAR tentang Adaptation (Pernyataan Anggota
Keluarga thd Keadaan dan Perilaku Ny. S.)
Contoh:
Tabel IV.2: APGAR tentang Partnership (Pernyataan Kesepakatan
Bersama antar Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).
Contoh:
Tabel IV.3: APGAR tentang Growth (Pernyataan Kedewasaan/
kesabaran Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).
No. Pernyataan kedewasaan/kesabaran anggota keluarga Ya Ka- Tdk
terhadap perilaku Ny. S. dang2
1. Tidak terganggu atas beban akibat Ny S sakit DM √
2 Memahami saat Ny S tidak mampu mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Memahami saat Ny. S tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Memahami saat Ny. S tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Memahami saat Ny. S. tidak rutin minum obat √
(4) Affection (hubungan kasih sayang) yaitu tingkat hubungan kasih sayang dalam
berinteraksi antara anggota keluarga dalam menghadapi perilaku Ny. S.
Contoh:
Tabel IV.4: APGAR tentang Affection (Pernyataan Kasih Sayang
Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).
No. Pernyataan kasih sayang anggota keluarga terhadap perilaku Ya Ka- Tdk
Ny. S. dang2
1. Sering menghibur atas keluhan akibat Ny S sakit DM √
2 Sering menasihati bila Ny S tidak mampu mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Sering menasihati bila Ny. S tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Sering mengingatkan dan mendorong bila Ny. S tidak rajin √
beraktivitas fisik.
5 Sering mengingatkan bila Ny. S. tidak rutin minum obat √
6 Sering mengingatkan bila Ny. S malas kontrol ke yankes. √
7 Sering mengingatkan Ny. S bila sudah waktunya kontrol ke √
yankes
8 Sering menasihati bila Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Sering mengingatkan bila Ny.S bosan minum obat. √
10 Sering memotivasi dan mendorong saat Ny. S malas √
beraktivitas fisik
Skor total 20 0 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (kasih sayang) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang kasih sayang) (60-
75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sayang) (<60%)
Skor total = 20 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap kasih dan sayang
menghadapi perilaku Ny. S. (berilah nilai affection = 2 pada Tabel IV.6)
Tabel IV.6: Temuan dan Nilai Fungsi Keluarga Ny. S menurut Metode
APGAR.
Skor
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukungan dari
keluarga apabila ada salah
seorang anggota keluarga
mengalami masalah,
terutama untuk masalah Anggota keluarga kurang
Adaptation √
kesehatan. Adakah saling menerima keluhan Ny. S.
keterbukaan di dalam
keluarga tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
Total dari nilai APGAR keluarga Ny. S adalah 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis keluarga Ny. S dalam keadaan baik dan tidak perlu
intervensi. Namun ada beberapa catatan yang terkait dengan perilaku Pasien
Ny. S sebagai berikut:
(2) APGAR tentang growth anggota keluarga kurang sabar terhadap sikap
Ny. S. yang tidak mau mengerti cara mencegah penyakitnya agar tidak
mengalami komplikasi yang secara rinci adalah:
(a)Pola makan yang tidak baik
(b)Aktivitas fisik yang sangat kurang;
(c)Tidak teratur minum obat dan
(d)Sering terlambat dalam pemeriksaan kesehatan (kontrol kesehatan).
2. Patologi lingkungan
keluarga (Identifikasi patologi lingkungan dengan metode SCREEM)
Keterangan:
*) Tekanan Patologi Sosial
TPS : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. S dan keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Pekarungan.
TPS : + artinga Ny. S dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah menyangkut
SCREEM di masyarakat Desa Pekarungan.
Hasil Analisis
Pasien dan keluarga yang tinggal di Desa Pekarungan Kecamatan Sukodono
Kab. Sidoarjo merasakan mendapat tekanan dalam menghadapi fungsi
patologi sosial terutama yang menyangkut masalah ekonomi dan edukasi.
Tingkat penghasilan keluarga yang tergolong rendah membatasi intensitas
kegiatan dengan masyarakat di sekitar. Demikian juga tingkat pendidikan
yang rendah dari Suami dan Ny. S sendiri menyebabkan rasa rendah diri
dalam pergaulan. Namun didukung oleh intensitas pergaulan sosial yang
menjadi budaya masyarakat setempat maupun dalam menjalankan ibadah
secara berjemaah keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak begitu dirasakan
tertutama dalam mengatasi masalah penyakit yang di derita Ny. S.
D. Faktor Lingkungan
Keterangan :
H
A : Ruang tamu
D B : Kamar tidur
F
C C : Kamar mandi
D : Kamar mandi
G
E : Warung
F : Ruang tamu
belakang
B
G : Dapur
A
E
H : Gudang
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-
28
Gambar III.3: Denah Rumah Ny. S. (Sumber: Hasil kunjungan,
2018)
2. Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya
a. Ligkungan sosial
Dipandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk keluarga
ekonomi menengah ke bawah. Pasien ini memiliki sumber
penghasilannya sendiri dan dibantu oleh anak - anaknya yang sudah
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tingkat pendidikan yang
rendah menjadi penyebab kurangnya akses informasi yang diperoleh Ny.
S sehingga tidak mampu memahami tentang penyakit DM dan
komplikasinya
b. Lingkungan eknomi
Dari kondisi perumahan dan permukiman dan faslitas umum yang
tersedia lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar keluarga Ny. S
tergolong kelas menengah ke bawah.
F. Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan Keluarga Ny. S sesungguhnya cukup baik,
karena dekat dengan Puskesmas.
A. Temuan Masalah
B. Analisis
STATUS PASIEN
Ny. S (64)
(Diabetes Melitus)
Faktor Lingkungan
Kondisi sosial ekonomi
menengah kebawah
Tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah
Kurangnya pengetahuan
keluarga dan masyarakat
tentang penyakit Diabetes
Mellitus dan komplikasinya
Dukungan dari keluarga dan
masyarakat yang masih belum
optimal untuk menjaga pola
hidup sehat
Gambar V.1: Diagram Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus dari Ny. S.
(Modifikasi Diagram Blum).
1. Faktor lingkungan
2. Faktor perilaku
a. Faktor perlaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang
kurang. Pendidikan Ny. S dan keluarga rata-rata hanya hingga sekolah
menengah atas, hal ini menyebabkan kurangnya informasi terkait dengan
ilmu kesehatan yang didapatkan oleh pasien dan keluarga.
b. Pengetahuan yang rendah tentang penyakit DM dan komplikasinya
ditunjukan dengan perilaku pasien yang tidak teratur minum obat dan
gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak rajin berolah raga. Hal
demikian akan membawa pasien kepada risiko terjadinya komplikasi
terhadap penyakitnya.
c. Dengan tingkat sosial ekonomi rendah, penghasilan per bulan kurang
lebih 2.000.000 rupiah, cenderung memanfaatkan penghasilannya pada
keperluan-keperluan primer yang dianggap sangat menentukan dalam
kehidupan keluarganya, sehingga abai terhadap kepentingan pembiayaan
kesehatan seperti tidak membayar BPJS.
d. Motivasi diri untuk sehat yang kurang. Motivasi terhadap kepentingan
kesehatan apalagi apabila mengetahui risiko yang sangat membahayakan
jiwanya apabila terjadi komplikasi yang rendah menjadi tanggung jawab
fasilitas pelayanan kesehatan seperti BPJS Kesehatan, karena komplikasi
DM akan memerlukan dana yang sangat besar.
C. Pembahasan
Petunjuk: Teknik pembahasan dapat dilakukan dengan cara membuat rumusan
rangkaian kegiatan pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif. Dengan
rangkaian kegiatan tersebut secara menyeluruh dapat memecahkan permasalahan yang
telah dirumuskan dalam diagram Blum. Sebagai contoh rumusan rangkaian kegiatan
pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif (dari faktor risiko Ny. S) misalnya
melalui kegiatan:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah Diabetes Melitus;
2. Mengendalikan penyakit Diabetes Melitus;
3. Edukasi keluarga Ny. S tentang penyakit diabeles melitus.
4. Edukasi masyarakat tentang penyakit Diabete Melitus.
Dengan membahas 4 kegiatan tersebut maka masalah yang terkait dengan penyakit Ny.
S, keluarga dan masyarakat sekitar dapat teratasi secara holistik dan komprehensif.
a. Pola makan
b. Aktivitas fisik/bekerja
Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot
untuk menghasilkan energi ekspenditur. Untuk menjaga kesehatan tubuh
dibutuhkan aktifitas fisik yang sedang atau bertenaga serta dilakukan
hingga kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam seminggu. Penurunan
berat badan atau pencegahan peninglcatan berat badan dapat dilakukan
dengan beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari (Jayanti, 2017).
Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan
prevalensi terjadinya obesitas karena orang-orang yang kurang aktif
2. Mengendalikan penyakit DM
a. Farmakologi
b. Amengubah sikap
Tingkah laku tentang pola makan yang tidak sehat, tidak rutin
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan ketidak patuhan minum
obat merupakan gambaran betapa masih rendahnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai penyakit DM yang diderita. Bahwa kebiasaan
tersebut tidak pernah akan membawa penyakitnya kearah lebih baik sama
sekali belum disadari. Sekali lagi faktor pendampingan keluarga untuk
terus-menerus rutin memeriksakan diri ke Puskesmas, minum obat teratur
A. KESIMPULAN
Secara prinsip kesimpulan adalah menjawab tujuan khusus, agar terjadi suatu
laporan yang unity/utuh, coherence/adanya keterpautan, dan emphasis/
penekanan pada kasus.
b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit Diabetes Melitus yang diderita
oleh Ny. S.
B. Saran-saran
Ada beberapa langkah dalam membantu memecahkan masalah keluarga Ny. S
diantaranya:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah DM dan komplikasi DM, yang
menyangkut pola makan, aktivitas fisik dan rutin berolah raga.
2. Mengendalikan penyakit DM untuk pasien dengan meminum obat atau
terapi lain secara teratur dan rutin untuk memeriksakan penyakitnya di
Puskesmas.
3. Edukasi pasien dan keluarganya
Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan
agar pasien mampu mandiri dalam mengatasi masalah penyakitnya serta
mampu menghindari terjadinya komplikasi.
4. Edukasi masyarakat sekitar tempat tinggal pasien
Pentingnya mencegah DM sebelum menimpa pada diri mereka dengan
mengubah perilaku dan gaya hidup sehat dengan pola makan dan
berkegiatan fisik atau olah raga secara cukup yang menjadi kebutuhan hidup
mereka.