Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada


seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif (American Diabetes
Association 2015). Diabetes melitus berhubungan dengan risiko aterosklerosis
dan merupakan predisposisi untuk terjadinya kelainan mikrovaskular seperti
retinopati, nefropati dan neuropati (Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
2009).
Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa proporsi diabetes di
Indonesia pada tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan
tahun 2007. Proporsi diabetes melitus di Indonesia sebesar 6,9 %, toleransi
glukosa terganggu (TGT) sebesar 29,9% dan glukosa darah puasa (GDP)
terganggu sebesar 36,6%. Proporsi penduduk di pedesaan yang menderita
diabetes melitus hampir sama dengan penduduk di perkotaan. Prevalensi
diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013)
(Riset Kesehatan Dasar. 2013, Komplikasi Kronik Diabetes 2009).

Prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala


meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥ 65 tahun
cenderung menurun terlihat meningkat dengan bertambahnya umur. Prevalensi
DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Prevalensi DM
di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada perdesaan. Prevalensi DM
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi.
(Riskesdas, 2013).
Menurut Sustainable Development Goals (SDGs) sasaran dalam
menangani penyakit tidak menular termasuk diabetes melitus pada tahun 2030
adalah mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini (akibat penyakit tidak
menular) melalui pencegahan dan pengobatan serta meningkatkan
kesejahteraan (Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59

Kepaniteraan Klinik IKM - Contoh Laporan Home Visit | H-1


Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan).
Hasil kunjungan rumah terhadap keluarga Ny. S (64) teridentifikasi
diabetes melitus dengan laporan selengkapnya adalah sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S, sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S, sebagai penderita,
anggota keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat
sekitar.

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi penyakit pasien.
b. Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
c. Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor lingkungannya.
d. Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/faktor risiko) yang
dihadapi pasien (diilustrasikan dengan diagram Blum).
e. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya serta
memberi saran terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

D. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan dan dokter muda


a. Meningkatkan pemahaman Mahasiswa dokter muda tentang penyakit
serta kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya (Modul p. 2)
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-2
b. Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar mahasiswa
dengan pasien;
c. Mahasiswa dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien;
d. Mahasiswa memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien..

2. Bagi pasien dan keluarganya


Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakitnya dan penanganannya agar tidak menyebabkan
komplikasi yang berat/apabila penyakit menular, agar tidak menular
minimal kepada anggota keluarga.

3. Bagi institusi kesehatan/Puskesmas


Manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber
evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap pasien penyakit Diabetes
Melitus sehingga bisa dicari solusi yang tepat dan efisien.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-3


BAB II

HASIL PEMERIKSAAN KLINIK

A. Identitas Penderita
Nama :Ny. S
Umur :64 Tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Pekerjaan : Penjaga warung
Pendidikan :SD
Agama :Islam
Alamat : Desa Pekarungan RT 19/ RW 06 Kecamatan Sukodono
Suku :Jawa
Tanggal periksa :07 Mei 2018

B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Badan lemas
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke puskesmas Sukodono dengan keluhan badan lemas dan
tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Setahun lalu,
pasien mengaku banyak makan dan minum namun tidak disertai dengan
peningkatan berat badan yang sesuai. Buang air kecil sering terutama pada
malam hari ± 5 kali. Buang air besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien
juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya yang dirasakan hilang
timbul. Pasien mengaku jarang berolahraga. Enam bulan lalu pasien berobat
ke Puskesmas Sukodono dan dinyatakan kencing manis dengan gula darah
200g/dl. Oleh karena itu, sebulan sekali pasien sering kontrol untuk
pemriksaan gula darah.
3. Riwayat penyakit dahulu:
a. Riwayat Hipertensi : Tidak ada riwayat hipertensi
b. Riwayat Asma : Tidak ada riwayat asma
c. Riwayat Alergi Obat : Tidak ada alergi obat - obatan
d. Riwayat Sakit Jantung : Tidak ada riwayat penyakit jantung

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-4


4. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Tidak ada riwayat
penyakit keluarga dengan penyakit yang sama dengan pasien
b. Riwayat Hipertensi : Tidak ada riwayat penyakit hipertensi
c. Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada penyakit diabetes melitus
5. Riwayat kebiasaan
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Menjaga warung.
Kadang pasien tidak meminum obat karena merasa dirinya sudah tidak sakit
lagi.
a. Merokok : Pasien tidak merokok
b. Kebersihan badan : Mandi 2x sehari
c. Olah raga : Pasien jarang olahraga
6. Riwayat sosial ekonomi
Pasien memiliki empat anak, semua anaknya telah menikah dan bekerja di
kota yang berbeda-beda dan pasien tinggal di rumah bersama suaminya.
Sebelum mengalami sakit, pasien bekerja sebagai penjaga warung di rumah.
Suami pasien pun sudah tidak bekerja, dan untuk mencukupi kehidupan
sehari-hari, pasien mengandalkan penghasilan warung dan kiriman uang
dari anaknya.
7. Riwayat gizi
Pasien untuk makan sehari-harinya biasanya tidak teratur biasanya 3-4 kali
dengan porsi 1 piring kadang 2 piring. Pasien jarang memakan sayur-
sayuran. Kadang pasien makan lauk pauk seperti telur dan tahu-tempe.
Pasien jarang makan daging dan lebih sering makan ikan laut. Pasien juga
merasa mudah lapar.Pasien jarang mengkonsumsi air putih, lebih sering
meminum air syrup dan teh manis.
8. Anamnesis sistem
a. Kulit : warna kulit sawo matang
b. Kepala : sakit kepala tidak ada,
pusing tidak ada, rambut kepala tidak rontok,luka pada kepala tidak ada,
benjolan/borok di kepala tidak ada
c. Mata : pandangan mata tidak
berkunang-kunang, penglihatan ti-dak kabur dan ketajaman baik
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-5
d. Hidung :tersumbat dimetris tidak ada
mimisan dan tidak di ada kelainan pada indera penciuman
e. Telinga : pendengaran normal tidak
ada gangguan pada system pendengaran
f. Mulut : mulut kering, lidah terasa
pahit, nafsu makan baik
g. Tenggorokan : nyeri telan tidak ada dan
tidak ada pembesaran tonsil
h. Pernafasan : Irama : teratur

Jenis : tidak ada dispone, kusmaul, ceyne stokes

Suara nafas : vesikuler tidak ada stridor, wheezing dan ronchi

Sesak nafas : tidak ditemukan

i. Kadiovaskuler :

Irama jantung : regular S1/S2 tunggal

Nyeri dada : tidak ada

Bunyi jantung : normal, tidak ada suara murmur, gallop

CRT : kurang dari 3 detik

Akral : Hangat
j. Gastrointestinal :

Nafsu makan : baik

Porsi makan : Porsi yang di sediakan dihabiskan

Minum : jumlah : 1500 cc/hari

jenis minuman : Air

Mulut :

Mulut : bersih tidak kotor dan tidak berbau

Mukosa : lembab tidak kering dan tidak ada stomatitis


k. Genitourinaria :

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-6


Kebersihan : bersih tidak kotor

Urine :

Jumlah : 1000 (3-4 kali) cc/hari

Warna : Kuning pekat

Bau : khas Urine

Alat bantu (kateter) : tidak memakai alat bantu perkemihan

Kandung kemih : tidak ada pembesaran pada kandung kemih

Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada perkemihan

Gangguan : tidak ada anuria, oliguria, retensi, inkontinensia


dan nocturia

l. Neuropsikiatri :
Neurologik : tidak ada kejang
Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress
m. Muskuloskeletal dan integument :

Kemampuan pergerakan sendi : bebas tidak terbatas

Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit : lembab tidak kering dan tidak ada eksoriasis

Warna kulit : Normal tidak ada icterus, sianosis, kemerahan,


pucat dan tidak ada hiperpigmentasi

Turgor : baik

Oedema : tidak ada oedema

n. Ekstremitas : Atas : tidak ada


kelainan dan pembengkakan

Bawah : baik

C. Pemeriksaan Fisik

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-7


1. Keadaan umum
Kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.
2. Tanda vital dan status gizi
 Tanda Vital
Nadi : 86x/menit, regular, sis cukup, simetris
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,60C
Tensi : 110/70 mmHg
 Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 65 kg
TB : 150 cm
BB/(TB)2 = 70/(1.50)2 = 28,8
BMI < 18,5 = Kurang
BMI 18,5 – 23,9 = Normal
BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI ≥27 = Obesitas
Status Gizi Gizi Lebih (Obesitas)
3. Kulit
Warna : Sawo matang tidak ikterik dan sianosis
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, tidak ditemukan atrofi m. temporalis, makula, papula, nodula,
kelainan mimik wajah/bells palsy
4. Mata
Conjunctiva tidak ada anemis, tidak ditemukan sklera ikterik, pupil isokor
(3mm/3mm)Normal , reflek kornea kanan dan kiri baik, wama kelopak
(coklat kekitaman), tidak ada katarak dan tidak ditemukan
radang/conjunctivitis/uveitis
5. Hidung
Nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada, epistaksls tidak ada,
deformitas hidung tidak ada, hiperpigmentasi tidak ada, sadle nose tidak ada
6. Mulut

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-8


Bibir tidak pucat, bibir tampak kering, lidah bersih, papil lidah tidak
mengalami natrofi, tepi tidak lidah hiperemis dan tidak tremor

7. Telinga
Nyeri tekan pada mastoid tidak ditemukan, secret tidak ada, pendengaran
berkurang, cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak mengalami pembesaran, pharing hiperemis tidak ada
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada
10. Thoraks
Simetris, tidak ditemukan retraksi intercostal dan retraksi subkostal
 Cor :
I : ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis tak kuat angkat
P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I-II intensitas normal, regular, tidak ada bising
 Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler normal
suara tambahan RBK tidak ada, whezing tidak tidak didengar
Dinamis (depan dan belakang)
11. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi tidak ada
A :Bising usus normal
P : soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tak teraba
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-9
P : tympani seluruh lapang perut

12. Sistem collumna vertebralis


I : deformitas tidak ada , skoliosis tidak ada, kiphosis tidak ada, lordosis
tidak ada
P : tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada NKCV
13. Ektremitas: palmar eritema Normal

akral dingin oedem

14. Sistem genetalia: tidak dilakukan

15. Pemeriksaan neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik

16. Pemeriksaan psikis


Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriat
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk :realistik
isi : tidak ada waham, halusinasi, ilusi
arus : koheren
Insight : baik

D. Pemeriksaan Penunjang
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-
10
Tidak dilakukan.

E. Resume
Dari hasil anamnesis didapatkan :
Seorang pasien perempuan usia 64 tahun dengan keluhan utama badan
lemas. Badan lemas sudah dialami sejak 2 hari.Setahun lalu, pasien mengaku
banyak makan dan minum namun tidak disertai dengan peningkatan berat badan
yang sesuai. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5 kali. Buang air
besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua
kakinya yang dirasakan hilang timbul. Pasien mengaku jarang berolahraga. Enam
bulan lalu pasien berobat ke Puskesmas Sukodno dan dinyatakan kencing manis
dengan gula darah 200g/dl.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit ringan, compos mentis. Tanda vital T:110/70, N: 86 x/menit, RR:
20 x/menit, S:36,6°C, BB: 70 kg, TB: 150 cm, status gizi obesitas.
1. Diagnosis Biofisik : Diabetes Melitus Tipe 2
2. Diagnosis Psikologis : Afek emosi dalam batas normal

F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penderita adalah:
1. Non medika mentosa
a. Jika terdapat keluhan, segera periksa
kembali ke puskesmas/RS agar segera mendapatkan penanganan.
b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan
minum obat.
c. Edukasi kepada pasien tentang terapi
nutrisi/diet pada diabetes.
d. Olahraga secara teratur yang disesuaikan
dengan kondisi tubuh.
e. Edukasi tentang penyulit/komplikasi
diabetes melitus
2. Medikamentosa
Pendekatan terapeutik

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


11
- Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.

G. Follow Up
Tanggal 07 Mei 2018
S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis

T : 110/70 mmHg, Nadi 88x/m, RR 20x/m, Tax : 360C


GDA = 215mg/dl
A : Diabetes Melitus tipe 2
P :
Non Medikamentosa
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, diet dan olahraga.
Medikamentosa
Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.
Tanggal 09 Mei 2018
S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis
T : 110/70 mmHg, Nadi 80x/m, RR 18x/m, Tax : 360C
GDA = 180mg/dl
A : Diabetes Melitus tipe 2
P :
Non Medikamentosa
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, diet dan olahraga.
Medikamentosa
Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


12
BAB III

PENGELOLAAN PASIEN
(PATIENT MANAGEMENT)

A. Patient Centered Management

Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
Pemberian Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.

Non medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
kepada keluarga
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan
dan kurangi minuman yang mengandung banyak gula
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan meminum obat
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga
d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga
mental pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan
masalah ekonominya.
2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit
diabetes mellitus dan komplikasinya.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah
penyakit ini dengan pola hidup sehat seperti rutin minum obat, rajin
berolahraga, kurangi makan dan minum yang mengandung banyak gula
c. Harus minum obat dengan benar.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


13
B. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga Lainnya (Orangtua dan
Anggota Keluarga Lainnya )

Pada prinsipnya secara pencegahan diabetes melitus adalah mengenai


pola hidup sehat baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar
terhindar dari berbagai penyakit khususnya diabetes melitus.
1. Secara umum untuk menghindari penyakit diabetes melitius adalah dengan
membiasakan menerapkan pola hidup keluarga sehat dan bersih dengan
mengonsumsi makanan bergizi secara seimbang, menghindari makanan
kaya karbohidrat dan minuman manis secara berlebihan, dan beraktivitas
fisik minimal 30 menit per hari.
2. Bagi keluarga dengan riwayat memiliki faktor keturunan diabetes melitus,
pemahaman tentang penyakit diabetes melitus merupakan pengetahuan yang
wajib dimiliki sehingga edukasi tentang penyakit ini khususnya untuk
pencegahan dan monitoring perlu ditanamkan. Edukasi dan anjuran untuk
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan secara teratur merupakan
kewajiban petugas pelayanan kesehatan.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


14
BAB IV

HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga

1. Struktur keluarga
Keluarga Ny. S termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah suami Ny. S.

2. Bentuk keluarga
Bentuk Keluarga : Nuclear family
Alamat lengkap : Ds. Pekarungan RT 19 / RW 06 Kecamatan
Sukod

ono, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur


Genogram Keluarga Ny. S (Lihat Gambar III.1)
Ny. S (64) adalah anak sulung dari 7 bersaudara. Kedua orang tuanya sudah
meninggal dunia. Hidup dengan suami yang dikaruniai empat orang anak
perempuan. Dalam satu rumah tinggal 4 orang anggota keluarga yaitu suami
dan 2 orang anak.

3. Pola interaksi keluarga


Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan dengan baik (Lihat Gambar
III.1). Interaksi sntara ayah dengan anak, anak satu dengan anak lainnya
serta anak dengan ibu dan sebaliknya berjalan dengan baik dalam suatu
harmoni hubungan keluarga yang baik pula.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


15
Anak Anak

Anak
Anak

Istri (pasien)

Keterangan :

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik

Gambar IV.1: Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. S dan


Anggota Keluarganya yang Lain (Sumber: Informasi dari Ny. S, 2018).

4. Tingkah laku pasien dan anggota keluarga


(metode pertanyaan sirkuler);

Metode menggunakan pertanyaan sirkuler ini berfungsi untuk


mengetahui siapa secara individual anggota keluarga yang mendukung atau
menentang pasien (Ny. S) apabila yang bersangkutan berbuat sesuatu baik
yang merugikan atau menguntungkan kesembuhan penyakitnya.

(1) Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya ?
Jawab :
keluarga pasien langsung mengantarkan pasien berobat ke puskesmas
dan rutin melakukan kontrol terhadap kesehatan pasien
(2) Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


16
Jawab:
Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila perlu
ikut ke Puskesmas menemani dan menjaga pasien.
(3) Jika butuh dirawat inap, izin siapa yang dibutuhkan?
Jawab:
Dibutuhkan izin dari suami pasien sebagai kepala keluarga. Jika tidak
ada, anaknya dapat menggantikan untuk memberikan izin.
(4) Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?
Jawab:
Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien adalah suaminya.
(5) Selanjutnya siapa?
Jawab:
Selanjutnya adalah anak pasien.
(6) Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab: tidak ada.
(7) Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Suami dan anak pasien selalu tidak setuju dengan pasien apabila hal
tersebut dapat mengganggu kesehatan pasien.
(8) Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Tidak ada.

Kesimpulan:

Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal yang positif dan tidak setuju
apabila ada hal-hal negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya.
Hubungan antara Ny. S dan keluarganya baik dan dekat.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


17
B. Penyakit karena Faktor Genetik

Dari informasi Ny. S diperoleh keterangan bahwa tidak ada anggota keluarga
atau famili terdekat (kakek, nenek, paman, bibi) yang menderita Diabetes
Melitus (Lihat Gambar IV.2) .

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien (Penderita D.M.)

: Meninggal dunia

Gambar IV.2: Genogram Keluarga Ny. S (64) (Sumber: Keterangan Ny. S., 2018)

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


18
C. Fungsi Keluarga

1. Fisiologi keluarga
(identifikasi dengan metode APGAR)
APGAR score (disesuaikan dengan Supriana, 2010)
Metode penilaian fisiologis keluarga adalah metode untuk mengetahui
fungsi keluarga secara kualitatif dalam menanggapi, menerima atau menilai
kehadiran penderita (Ny. S) sebagai anggota keluarga tentang:
(1) Adaptation (adaptasi) yaitu kualitas penerimaan anggota keluarga dalam
menerima kenyataan bahwa yang bersangkutan (Ny. S) sedang
mengalami penyakit (Diabetes Melitus). Kualitas tersebut menyangkut :
tingkat penerimaan keluhan dan tingkat dukungan/motivasi anggota
keluarga dalam kesembuhan/ mengatasi penyakitnya.

Contoh:
Tabel IV.1: APGAR tentang Adaptation (Pernyataan Anggota
Keluarga thd Keadaan dan Perilaku Ny. S.)

No. Pernyataan anggota keluarga thd keadaan dan Ya Ka- Tdk


perilaku Ny. S. dang2
1. Ikhlas menerima atas beban akibat Ny S sakit DM √
2 Memotivasi Ny S dalam hal mengurangi konsumsi √
karbohidrat.
3 Memotivasi Ny. S dalam hal mengatur frekuensi makan. √
4 Memotivasi Ny. S dalam beraktivitas fisik. √
5 Mengingatkan Ny. S. untuk rutin minum obat √
6 Memotivasi Ny. S bila waktunya kontrol ke yankes. √
7 Bersedia mengantar Ny. S untuk kontrol ke yankes √
8 Menerima bila Ny. S mengeluh karena makanan
dibatasi
9 Tidak menerima keluhan bila Ny.S bosan minum obat. √
10 Tidak menerima keluhan saat Ny. S malas beraktivitas √
fisik
Skor total 10 4
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 skor = 1 dan tidak skor = 0.
Berilah nilai :
- Nilai 2 (menerima) bila nilai pernyataan keluarga > 15 (>75%)
- Nilai 1 (kurang menerima) bila nilai pernyataan keluarga 12 -15 (60-75%)
- Nilai 0 (tidak menerima) bila nilai pernyataan keluarga < 12 (<60%)
Skor total =14 diberi nilai 2 artinya anggota keluarga kurang menerima
keluhan Ny. S. (Nilai Adaptation = 1) (masukkan ke Tabel IV.6)

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


19
(2) Partnership (kerjasama) yaitu kualitas kerjasama (harmonisasi) antara
anggota keluarga dalam mengatasi setiap masalah penyakit Ny. S.

Contoh:
Tabel IV.2: APGAR tentang Partnership (Pernyataan Kesepakatan
Bersama antar Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).

No. Pernyataan harmonisasi (kesepakatan bersama) antar Ya Ka- Tdk


anggota keluarga terhadap perilaku Ny. S. dang2
1. Keluarga sepakat atas beban akibat Ny S sakit DM √
2 Kesepakatan bia Ny S tidak mampu mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Kesepakatan bila Ny. S tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Kesepakatan bila Ny. S tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Kesepakatan bila Ny. S. tidak rutin minum obat √
6 Kesepakatan bila Ny. S malas kontrol ke yankes. √
7 Kesepakatan bila Ny. S tdak kontrol ke yankes √
8 Kesepakatan bila Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Kesepakatan bila Ny.S bosan minum obat. √
10 Kesepakatan bila Ny. S malas beraktivitas fisik √
Skor total 20
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis) (<60%)
Skor total = 20 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis menghadapi
perilaku Ny. S. (berilah nilai partnership = 2 pada Tabel IV.6)

(3) Growth (tingkat kedewasaan/kesabaran) menunjukkan tingkat kesabaran


anggota keluarga Ny.S dalam menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggu terutama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari guna
mengurus kehidupan keluarganya.

Contoh:
Tabel IV.3: APGAR tentang Growth (Pernyataan Kedewasaan/
kesabaran Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).
No. Pernyataan kedewasaan/kesabaran anggota keluarga Ya Ka- Tdk
terhadap perilaku Ny. S. dang2
1. Tidak terganggu atas beban akibat Ny S sakit DM √
2 Memahami saat Ny S tidak mampu mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Memahami saat Ny. S tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Memahami saat Ny. S tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Memahami saat Ny. S. tidak rutin minum obat √

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


20
6 Memahami saat Ny. S malas kontrol ke yankes. √
7 Memahami saat Ny. S tidak kontrol ke yankes √
8 Memahami saat Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Memahami saat Ny.S bosan minum obat. √
10 Memahami saat Ny. S menolak anjuran beraktivitas √
fisik
Skor total 6 4 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (sabar) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang sabar) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sabar) (<60%)
Skor total = 10 diberi nilai = 2 artinya keluarga kurang sabar menghadapi
perilaku Ny. S. (berilah nilai partnership = 2 pada Tabel IV.6)

(4) Affection (hubungan kasih sayang) yaitu tingkat hubungan kasih sayang dalam
berinteraksi antara anggota keluarga dalam menghadapi perilaku Ny. S.

Contoh:
Tabel IV.4: APGAR tentang Affection (Pernyataan Kasih Sayang
Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. S).

No. Pernyataan kasih sayang anggota keluarga terhadap perilaku Ya Ka- Tdk
Ny. S. dang2
1. Sering menghibur atas keluhan akibat Ny S sakit DM √
2 Sering menasihati bila Ny S tidak mampu mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Sering menasihati bila Ny. S tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Sering mengingatkan dan mendorong bila Ny. S tidak rajin √
beraktivitas fisik.
5 Sering mengingatkan bila Ny. S. tidak rutin minum obat √
6 Sering mengingatkan bila Ny. S malas kontrol ke yankes. √
7 Sering mengingatkan Ny. S bila sudah waktunya kontrol ke √
yankes
8 Sering menasihati bila Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Sering mengingatkan bila Ny.S bosan minum obat. √
10 Sering memotivasi dan mendorong saat Ny. S malas √
beraktivitas fisik
Skor total 20 0 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (kasih sayang) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang kasih sayang) (60-
75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sayang) (<60%)
Skor total = 20 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap kasih dan sayang
menghadapi perilaku Ny. S. (berilah nilai affection = 2 pada Tabel IV.6)

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


21
(5) Resolve (kebersamaan) yaitu tingkat keterlibatan/kebersamaan anggota
keluarga Ny.S dalam mengambil bagian pada setiap kesempatan untuk
menghadapi setiap masalah keluarga.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


22
Contoh:
Tabel IV.5: APGAR tentang Resolve (Pernyataan Anggota Keluarga
tentang Kebersamaan dalam Membantu Mengatasi Penyakit Ny. S).

No. Pernyataan anggota keluarga tentang kebersamaan Ya Ka- Tdk


dalam membantu mengatasi penyakit Ny. S. dang2
1. Saling membantu dalam mengatasi beban akibat Ny S √
sakit DM
2 Saling mengingatkan bila Ny S tidak mengurangi √
konsumsi karbohidrat.
3 Saling mengingatkan bila Ny. S tidak bisa mengatur √
frekuensi makan.
4 Saling mengingatkan dan mendorong bila Ny. S tidak √
rajin beraktivitas fisik.
5 Saling mengingatkan bila Ny. S. tidak rutin minum obat √
6 Saling mengingatkan bila Ny. S malas kontrol ke √
yankes.
7 Saling mengingatkan bila Ny. S sudah waktunya kontrol √
ke yankes
8 Saling menasihati bila Ny. S mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Saling mengingatkan bila Ny.S bosan minum obat. √
10 Saling mendorong bila Ny. S malas beraktivitas fisik √
Skor total 20 0 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis) (<60%)
Skor total = 20 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis menghadapi
perilaku Ny. S. (berilah nilai partnership = 2 pada Tabel IV.6)

Mengevaluasi nilai APGAR (Fisiologi keluarga dalam menghadapi Ny.


S sebagai pasien diabetes melitus)

Untuk mengevaluasi fungsi keluarga dalam menghadapi Ny. S sebagai


pasien diabetes melitus dapat digunakan Tabel IV.6 untuk membantunya.
Kriterian nilai APGAR mempunya maksud sebagaimana kriteria sebagai
berikut:

Kriteria nilai APGAR:

Nilai < 5 : Ada permasalahan peranan keluarga dalam menghadapi


pasien Ny. S yang memerlukan intervensi (dipandang keluarga perlu
bantuan dari pihak luar dalam mengatasi masalah Ny. S).

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


23
Nilai 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan
intervensi

Nilai 8 – 10 : fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak


memerlukan intervensi

Tabel IV.6: Temuan dan Nilai Fungsi Keluarga Ny. S menurut Metode
APGAR.

Skor
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukungan dari
keluarga apabila ada salah
seorang anggota keluarga
mengalami masalah,
terutama untuk masalah Anggota keluarga kurang
Adaptation √
kesehatan. Adakah saling menerima keluhan Ny. S.
keterbukaan di dalam
keluarga tersebut
(Notoatmodjo, 2003).

Komunikasi yang terjalin


antara anggota keluarga. Dalam menghadapi
Apakah pada saat salah persoalan yang
satu anggota keluarga menyangkut Penyakit Ny.
memiliki masalah, S komunikasi antar
Partnershi
terutama untuk masalah anggota keluarga tingkat √
p
kesehatan, didiskusikan kebersamaannya harmonis
bersama bagaimana
pemecahannya
(Notoatmodjo, 2003).

Apakah keluarga tersebut Anggota keluarga kurang


dapat memenuhi sabar terhadap sikap Ny.
kebutuhan-kebutuhannya S. yang tidak mau
Growth √
(Notoatmodjo,2003). mengerti cara mencegah
penyakitnya agar tidak
mengalami komplikasi.
Hubungan kasih sayang Saya puas dengan cara
dan interaksi antar anggota keluarga saya
keluarga (Notoatmodjo, mengekspresikan kasih
Affection
2003). sayangnya dan merespon
emosi yang disebabkan √
penyakit saya.
Resolve Kepuasan di dalam Saya puas dengan cara √
keluarga akan waktu dan keluarga saya membagi
kebersamaan yang waktu dengan
diluangkan oleh masing- mementingkan
masing anggota keluarga kebersamaan.
bagi keluarganya
(Notoatmodjo, 2003). Kebersamaan keluarga

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


24
baik/ memuaskan Ny. S.
Total Skor 8
Hasil Analisis dan temuan:

Total dari nilai APGAR keluarga Ny. S adalah 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis keluarga Ny. S dalam keadaan baik dan tidak perlu
intervensi. Namun ada beberapa catatan yang terkait dengan perilaku Pasien
Ny. S sebagai berikut:

(1) APGAR yang menyangkut adaptation, anggota keluarga kurang


menerima keluhan Ny. S. yaitu terkait dengan kebiasaan atau pola makan
dan pola hidup yang tidak sesuai dengan anjuran kesehatan dan

(2) APGAR tentang growth anggota keluarga kurang sabar terhadap sikap
Ny. S. yang tidak mau mengerti cara mencegah penyakitnya agar tidak
mengalami komplikasi yang secara rinci adalah:
(a)Pola makan yang tidak baik
(b)Aktivitas fisik yang sangat kurang;
(c)Tidak teratur minum obat dan
(d)Sering terlambat dalam pemeriksaan kesehatan (kontrol kesehatan).

2. Patologi lingkungan
keluarga (Identifikasi patologi lingkungan dengan metode SCREEM)

Metode SCREEM digunakan untuk mengidentifikasi adanya kendala yang


dihadapi keluarga pasien (Ny. S) yang menyangkut persoalan interaksi
Social, penerimaan Cultural, agama (Religious), tingkat Economi, tingkat
pendidikan (Education) serta tingkat pelayanan Medis (Medical) tentu saja
yang terkait dengan penyakit Ny. S.
(1) Social (kendala sosial) yaitu kualitas keterlibatan Ny. S beserta keluarga
pada kegiatan-kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukkan dengan
intensitas partisipasi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
(2) Cultural (budaya) yaitu kualitas kebanggaan Ny. S dan keluarga
terhadap budaya yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai tata
krama, adat dan budaya yang berlaku di masyarakat sekitar.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


25
(3) Religius (Agama) yaitu kualitas ibadah pada suatu agama dari Ny. S dan
keluarga yang ditunjukkan dengan intensitas peribadatan utama (wajib)
yang dilakukan baik dalam keluarga maupun bersama masyarakat
(jemaah).
(4) Economic (Ekonomi) yaitu penggolongan masyarakat menurut derajat
ekonomi (tingkat penghasilan keluarga) yang secra kualitatif
dikelompokkan menjadi ekonomi tingkat atas, menengah dan bawah.
(5) Education (pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara kualitatif
menurut tingkat pendidikan terakhir yang umumnya diraih oleh kepala
keluarga, yang distratakan menjadi tingkat pendidikan tinggi, menengah dan
rendah.
(6) Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada seseorang (Ny. S).
Tabel IV.7: Temuan dan Tekanan Patologi Sosial Keluarga Ny. S
menurut Faktor SCREEM di Desa Pekarungan, Kecamatan Sukodono,
Sidoarjo.

FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)


Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan _
saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun
Sosial banyak keterbatasan. Empati tetangga cukup baik apabila ada
tetangga yang sakit seperti berkunjung untuk menengok sewaktu
di Rmah Sakit.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat _
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
Cultural lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll.
Menggunakan bahasa Jawa dan menjaga tata krama dan
kesopanan
Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 waktu di jalani dengan –
baik. Dan setiap sholat sebisa mungkin mereka sholat bersama. Di
Religius dalam rumah pasien juga memiliki tempat beribadah khusus yang
tidak tercampur dengan ruangan lain. Umumnya masyarakat di
sekitar beragama Islam. Tidak pernah terjadi konflik dengan
pemeluk agama lain.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawahsehingga +
Ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masih diprioritaskan pada
pemenuhan kebutuhan primer.
Pendidikan anggota keluarga yang masih rendah karena +
Edukasi pendidikan tertinggi dalam keluarga adalah lulusan SMP
Pasien menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan _
Medical kartu BPJS Kesehatan yang memadai. Dalam mencari pelayanan

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


26
FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas hal ini
mudah dijangkau karena letaknya dekat. Adakah kesulitan biaya,
khususnya akomodsi dan transportassi...

Keterangan:
*) Tekanan Patologi Sosial
TPS : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. S dan keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Pekarungan.
TPS : + artinga Ny. S dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah menyangkut
SCREEM di masyarakat Desa Pekarungan.

Hasil Analisis
Pasien dan keluarga yang tinggal di Desa Pekarungan Kecamatan Sukodono
Kab. Sidoarjo merasakan mendapat tekanan dalam menghadapi fungsi
patologi sosial terutama yang menyangkut masalah ekonomi dan edukasi.
Tingkat penghasilan keluarga yang tergolong rendah membatasi intensitas
kegiatan dengan masyarakat di sekitar. Demikian juga tingkat pendidikan
yang rendah dari Suami dan Ny. S sendiri menyebabkan rasa rendah diri
dalam pergaulan. Namun didukung oleh intensitas pergaulan sosial yang
menjadi budaya masyarakat setempat maupun dalam menjalankan ibadah
secara berjemaah keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak begitu dirasakan
tertutama dalam mengatasi masalah penyakit yang di derita Ny. S.

D. Faktor Lingkungan

1. Lingkungan fisik/sanitasi rumah


Desa Pekarungan merupakan daerah dataran rendah. Luas wilayah
desa Pekarungan 155.873 Ha. Jumlah penduduk desa Pekarungan8.872
jiwa, jumlah rumah tangga 2.549.
Keluarga Ny. S tinggal di sebuah rumah kecil berukuran 7,5 x 3 m
dimana di depannya terdapat gang sempit dan tembok tetangganya. Rumah
memiliki pintu pagar, memiliki teras sempit. Lantai rumah seluruhnya
terbuat dari semen kecuali ruang tamu yang dilapisi keramik. Atap rumah
sudah dilengkapi plafon. Dinding rumah dibagian ruang tamu, kamar tidur,

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


27
dapur dan kamar mandi terbuat dari tembok dan dicat terang. Rumah terdiri
dari ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 2 kamar mandi yang memiliki
fasilitas jamban.
Pencahayaan secara umum dinilai masih kurang baik di dalam kamar
maupun di ruang lain dalam rumah. Luas bidang ventilasi juga masih
kurang karena masih di bawah 10% luas lantai. Sumber air untuk kebutuhan
sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur yang terletak di bagian
samping rumah. Penyusunan perabotan rumah tangga terkesan kurang
teratur sehingga banyak tumpukan perabotan yang memungkinkan menjadi
resting places nyamuk. Fasilitas penyimpanan sampah setempat tidak
dimiliki, sampah yang dihasilkan langsung dikumpulkan di tempat yang
terletak beberapa meter dari rumah dan merupakan pembuangan sampah untuk
Fasilitas pembuangan air limbah keluarga sudah memenuhi sanitasi lingkungan
karena air limbah keluarga dialirkan ke septic tank di belakang rumah yang
jaraknya sudah jauh (> 10 m) dari sumur yang ada.

Keterangan :
H
A : Ruang tamu

D B : Kamar tidur
F
C C : Kamar mandi

D : Kamar mandi
G
E : Warung

F : Ruang tamu

belakang

B
G : Dapur

A
E
H : Gudang
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-
28
Gambar III.3: Denah Rumah Ny. S. (Sumber: Hasil kunjungan,
2018)
2. Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya
a. Ligkungan sosial
Dipandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk keluarga
ekonomi menengah ke bawah. Pasien ini memiliki sumber
penghasilannya sendiri dan dibantu oleh anak - anaknya yang sudah
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tingkat pendidikan yang
rendah menjadi penyebab kurangnya akses informasi yang diperoleh Ny.
S sehingga tidak mampu memahami tentang penyakit DM dan
komplikasinya
b. Lingkungan eknomi
Dari kondisi perumahan dan permukiman dan faslitas umum yang
tersedia lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar keluarga Ny. S
tergolong kelas menengah ke bawah.

E. Faktor Perilaku Keluarga


Ny. S adalah seorang ibu dengan empat orang anak dimana sehari-hari
pasien hanya di rumah saja dan bekerja sebagai penjaga warung di rumahnya.
Suami pasien sudah tidak bekerja. Anak-anak pasien sudah menikah, bekerja dan
tinggal di wilayah Sukodono. Hubungan pasien dalam keluarga cukup baik.
Suami dan anaknya selalu memberikan perhatian kepada pasien. Untuk
perekonomian pasien dibantu oleh anak - anaknya. Ny. S jarang sekali melakukan
olah raga dan tidak teratur dalam minum obat, jarang sekali kontrol di Puskesmas
dan pola makan tidak mengikuti diet DM. Boleh disimpulkan bahwa pola hidup
Ny. S tidak teratur, karena tidak memahami tentang penyakit Diabetes Melitus dan
apa komplikasi yang mungkin terjadi apabila bisa mengatur pola makan, pola
hidup dan teratur minum obat.

F. Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan Keluarga Ny. S sesungguhnya cukup baik,
karena dekat dengan Puskesmas.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


29
1. Aspek pelayanan
Tentang aspek pelayanan kesehatan, Ny. S masih menemui beberapa
kendala diantaranya adalah:
a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
b. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien Diabetes Melitus
dan Komplikasinya
c. Kunjungan rumah belum optimal
d. Kurangnya komunikasi petugas kesehatan dan pasien
e. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan

2. Kepesertaan BPJS Kesehatan


Ny. S tidak mengurus/membayar premi BPJS sehingga apabila kontrol
ke Puskesmas harus membayar seperti pasien bukan peserta BPJS. Artinya
harus menyediakan dana apabila akan memeriksakan kesehatan atau kontrol
penyakitnya.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


30
BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga


yang terdapat dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan sirkuler,
identifikasi informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga (metode APGAR),
patologi lingkungan keluarga (metode SCREEM) maupun faktor-faktor risiko
tentang faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi) dan faktor
pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai temuan masalah yang
terkait dengan Ny. S dan keluarga serta masyarakat sekitar yang kemudian
divisualisasikan dalam bentuk diagram Blum (Lihat Gambar IV.1).

A. Temuan Masalah

1. Masalah Aktif (individu pasien):

a. Ny, S. Menderita Diabetes Melitus.


b. Ny. S. Tidak memahami tentang penyakit Diabetes Melitus
c. Minum obat tidak teratur
d. Pola hidup tidak teratur
e. Pola hidup Ny. S berpotensi mempercepat terjadinya komplikasi
penyakitnya
2. Faktor perilaku
a. Ketidakteraturan dalam meminum obat
b. Pola makan yang tidak sesuai anjuran
c. Kurangnya berolahraga atau kegiatan fisik lainnya.
d. Tidak melakukan pembayaran premi BPJS secara rutin
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
Sanitasi rumah yang belum baik
b. Lingkungan sosial/budaya
1) Kondisi sosial ekonomi menengah kebawah
2) Tingkat pendidikan yang rendah

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


31
3) Pola hidup sehat belum membudaya ditengah masyarakat
4. Faktor pelayanan kesehatan
a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga
pasien
b. Kurang optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien Diabetes
Melitus dan Komplikasinya
c. Kurang optimalnya kunjungan rumah
d. Kurang optimalnya komunikasi nakes dan pasien
e. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan
5. Faktor genetik (tidak dijumpai)
Untuk menentukan hubungan dari berbagai temuan permasalahan
tersebut di atas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu menggunakan
Konsep Blum (Gambar IV.1) dan pendekatan melalui Konsep Fish bone.
Kedua pendekaatan ini sama saja yaitu memecahkan masalah dari penyakit
DM dari Ny. S. Masalah yang dihadapi oleh Ny. S adalah “Bagaimana
mengendalikan dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit DM dari
Ny. S?”

B. Analisis

Yang dimaksud analisis di sini adalah bagaimana penjelasan mengenai


penyakit pasien (Diabetes Melitus yang diderita Ny. S) terjadi dan
kemungkinan berkembang mengarah terjadi komplikasi. Untuk membantu
mempermudah analisis permasalahan yang dihadapi pasien Ny. S ini
digunakan alat bantu diagram H.L. Blum. Blum (1987) menyatakan bahwa
derajat kesehatan atau kejadian suatu penyakit di masyarakat dipengaruhi oleh
4 (empat) faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan (Gambar V.1). Apabila kasus Ny. S, beserta keluarga dan
masyarakat di skitar dipandang sebagai kesatuan sosial maka dapat dinyatakan
bahwa kejadian DM Ny. S dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perlaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan dari keluarga Ny. S.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


32
Faktor Genetik
Faktor Pelayanan kesehatan
Tidak ditemukan
Faktor Perilaku  Kurangnya edukasi dan
konseling terhadap pasien
 Kurangnya pengetahuan
dan keluarga pasien
ibu tentang Diabetes

STATUS PASIEN
Ny. S (64)
(Diabetes Melitus)

Faktor Lingkungan
 Kondisi sosial ekonomi
menengah kebawah
 Tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah
 Kurangnya pengetahuan
keluarga dan masyarakat
tentang penyakit Diabetes
Mellitus dan komplikasinya
 Dukungan dari keluarga dan
masyarakat yang masih belum
optimal untuk menjaga pola
hidup sehat

Gambar V.1: Diagram Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus dari Ny. S.
(Modifikasi Diagram Blum).

1. Faktor lingkungan

a. Kondisi sosial ekonomi Keluarga Ny. S termasuk kelompok menengah


kebawah. Kondisi masyarakat demikian akan berpengaruh terhadap perilaku
yang dinilai kurang produktif, seperti kebiasaan tidak berolah raga, kepatuhan
membayar BPJS dan sebagainya yang pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap perkembangan yang tidak baik terhadap DM.

b. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Masyarakat dengan tingkat


pendidikan yang umumnya masih rendah membawa pengaruh yang tidak
menguntungkan pada pasien DM karena tingkat pendidikan umum yang rendah
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-
33
dapat dikatakan analog dengan tingkat pengetahuan yang rendah pula tentang
suatu penyakit termasuk DM.
c. Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang penyakit Diabetes
Mellitus dan komplikasinya. Pemahaman keluarga yang kurang menganai DM
tidak akan memberi motivasi kepada pasien untuk berbuat menghindar dari
komplikasi.
d. Dukungan dari lingkungan internal/keluarga dan masyarakat yang masih belum
optimal untuk menjaga pola hidup sehat. Pola hidup dan perilaku dalam
keseharian dari masyarakat akan menjadi arus yang membawa kebiasaan pasien
dimana dia tinggal. Pola hidup masyarakat sekitar pasien yang kurang sehat
juga tidak mendukung terjadinya pasien terhindar dari komplikasi DM.

2. Faktor perilaku
a. Faktor perlaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang
kurang. Pendidikan Ny. S dan keluarga rata-rata hanya hingga sekolah
menengah atas, hal ini menyebabkan kurangnya informasi terkait dengan
ilmu kesehatan yang didapatkan oleh pasien dan keluarga.
b. Pengetahuan yang rendah tentang penyakit DM dan komplikasinya
ditunjukan dengan perilaku pasien yang tidak teratur minum obat dan
gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak rajin berolah raga. Hal
demikian akan membawa pasien kepada risiko terjadinya komplikasi
terhadap penyakitnya.
c. Dengan tingkat sosial ekonomi rendah, penghasilan per bulan kurang
lebih 2.000.000 rupiah, cenderung memanfaatkan penghasilannya pada
keperluan-keperluan primer yang dianggap sangat menentukan dalam
kehidupan keluarganya, sehingga abai terhadap kepentingan pembiayaan
kesehatan seperti tidak membayar BPJS.
d. Motivasi diri untuk sehat yang kurang. Motivasi terhadap kepentingan
kesehatan apalagi apabila mengetahui risiko yang sangat membahayakan
jiwanya apabila terjadi komplikasi yang rendah menjadi tanggung jawab
fasilitas pelayanan kesehatan seperti BPJS Kesehatan, karena komplikasi
DM akan memerlukan dana yang sangat besar.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


34
e. Pola hidup yang tidak sehat seperti kurangnya berolah raga, tidak
mengatur pola makan dengan baik menyebabkan penyakitnya tidak
terkendali dengan baik sehingga lebih berisiko terjadinya komplikasi.

3. Faktor pelayanan kesehatan

a. Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga


pasien yang hanya terbatas pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan/
Puskesmas, maka masalah perilaku pasien yang kurang bisa menahan diri
terhadap kebiasaan yang merugikan perkembangan penyakitnya menjadi
sulit terkendali dan memperbesar risiko terjadinya komplikasi.
b. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien Diabetes Melitus
akan memperbesar kemungkinan terjadinya komplikasi karena tidak
diketahui perkembangan penyakitnya.
c. Kunjungan rumah belum optimal, hal ini sama dengan kurangnya
monitoring dan evaluasi terhadap pasien.
d. Kurangnya komunikasi nakes dan pasien. Komunikasi tenaga kesehatan
dan pasien terbatas pada waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Apalagi ditunjang dengan kebiasaan pasien yang tidak rutin
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan sehingga akan memperburuk
perkembangan penyakitnya.
e. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan. Media informasi umumnya
masih bersifat umum. Media komunikasi secara spesifik khusus mengenai
penyakit kronis bisa diperoleh melalui program Prolanis. Namun program ini
belum banyak dikenal masyarakat.

C. Pembahasan
Petunjuk: Teknik pembahasan dapat dilakukan dengan cara membuat rumusan
rangkaian kegiatan pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif. Dengan
rangkaian kegiatan tersebut secara menyeluruh dapat memecahkan permasalahan yang
telah dirumuskan dalam diagram Blum. Sebagai contoh rumusan rangkaian kegiatan
pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif (dari faktor risiko Ny. S) misalnya
melalui kegiatan:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah Diabetes Melitus;
2. Mengendalikan penyakit Diabetes Melitus;
3. Edukasi keluarga Ny. S tentang penyakit diabeles melitus.
4. Edukasi masyarakat tentang penyakit Diabete Melitus.
Dengan membahas 4 kegiatan tersebut maka masalah yang terkait dengan penyakit Ny.
S, keluarga dan masyarakat sekitar dapat teratasi secara holistik dan komprehensif.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


35
Dalam mengatasi masalah Ny. S (64) dengan status sebagai pasien
diabetes melitus yang tinggal di tengah-tengah masyarakat Desa Pekarungan
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo dapat ditempuh dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Mengatur pola hidup untuk mencegah DM

Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu model yang menjadi


kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti
pola makan, pola mengalokasikan waktu dan pola melakukan kegiatan fisik.

a. Pola makan

Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi


makanan yang dimakan. Makanan cepat saji (umumnya kaya akan
karbohidrat dan lemak) berkontribusi terhadap peningkatan indeks massa
tubuh (IMT) sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. (Jayanti, 2017).
Kelompok obesitas mempunyai risiko 7,14 kali lebih besar untuk
menderita DM dibandingkan dengan kelompok indeks massa tubuh
(IMT) normal (Trisnawati dan Setyorogo, 2013).

Untuk mencegah terjadinya obesitas atau peningkatan kadar gula


darah mengubah pola makan dengan proporsi yang seimbang antara
karbohidrat protein dan lemak serta kaya akan serat, sayur dan mineral
merupakan salah satu cara dalam menata pola makan yang sehat.

b. Aktivitas fisik/bekerja

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot
untuk menghasilkan energi ekspenditur. Untuk menjaga kesehatan tubuh
dibutuhkan aktifitas fisik yang sedang atau bertenaga serta dilakukan
hingga kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam seminggu. Penurunan
berat badan atau pencegahan peninglcatan berat badan dapat dilakukan
dengan beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari (Jayanti, 2017).
Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan
prevalensi terjadinya obesitas karena orang-orang yang kurang aktif

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


36
memerlukan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan
aktivitas tinggi (Humayrah, 2009).

Aktivitas fisik lebih dari 60 menit setiap hari seperti menyelesaikan


pekerjaan ibu rumah tangga (menyapu, mencuci, setrika, mengepel,
memasak, merawat anak) adalah aktivitas yang cukup memerlukan kalori
sehingga penimbunan lemak atau obesitas dapat dihindari.

c. Rutin berolah raga

Olah raga mengandung pengertian yang identik dengan aktivitas


fisik yaitu gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot untuk
menghasilkan energi ekspenditur. Rutinitas olah raga merupakan
kegiatan yang konsisten dilakukan dalam periode waktu tertentu
misalnya 60 menit sehari setian 2 hari seminggu. Diperlukannya rutinitas
dengan tujuan agar kebugaran tubuh tetap terjaga, IMT dapat
dikendalikan sehingga kecenderunagan untuk mendapatkan Diabetes
Melitus dapat dicegah.

2. Mengendalikan penyakit DM

Pasien diabetes melitus seperti Ny. S harus mampu mengendalikan


menyakitnya. Pengendalian penyakit diabetes melitius pada prinsipnya
adalah pengendalian kadar gula darah. Tujuan utamanya adalah
menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut dari penyakit ini. Hal ini
dapat dilakukan dengan:

a. Farmakologi

1) Obat antihiperglikemia oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi


menjadi 5 golongan: (Askandar, 2015)

a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)

b) Penghambat Alfa Glukosidase

c) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)

d) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporte)


Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-
37
2) Terapi insulin

Terapi insulin ditunjukkan terutama pada penderita DM tipe 1, dan


sebagian penderita DM tipe 2 (Askandar, 2015).

b. Rutin minum obat

Minum obat yang telah disediakan dokter adalah kewajiban yang


harus dipatuhi dalam mengendalikan kadar gula darah. Apalagi kalau
sudah harus terapi insulin. Ketidakteraturan bahkan keterlambatan saja
akan berakibat buruk bagi pasien.

c. Rutin pemeriksaan kadar gula darah

Pemeriksaan kadar darah harus dilaksanakan scara rutin untuk


menentukan pengobatan yang tepat sehingga komplikasi dapat dikontrol.

3. Edukasi pasien (Ny. S) dan keluarga tentang penyakit DM

Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan


keluarganya sebagai berikut menjadi pendorong tentang pentingnya
pemberian edukasi yaitu yang menyangkut (1) tingkat pendidikan yang
rendah, (2) Tingkat pemahaman tentang penyakit DM yang masih rendah,
(3) pola makan yang tidak mendukung pengendalian penyakitnya (DM), (4)
Rendahnya motivasi berobat ke Puskesmas, (5) tidak peduli pentingnya
kartu BPJS Kesehatan dan (6) ketidak patuhan minum obat.

a. Mengubah tingkat pengetahuan/pemahaman

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan


seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik daripada orang dengan
pendidikan yang rendah. Hal ini berkaitan dengan kemudahan menerima
informasi sehingga dengan adanya pengetahuan tersebut dapat
meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam menjaga kesehatannya.
Sebaliknya pada seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan
tidak mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang
disampaikan sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas dan berdampak

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


38
pada misalnya pemilihan jenis makan yang tidak tepat dan pola makan
yang tidak terkontrol (Rohimah et al., 2016). Pemahaman tentang
penyakit DM perlu dijelaskan secara sederhana baik faktor risiko yang
mendorong terjadinya penyakit tersebut maupun pentingnya
pengendalian kadar gula darah dengan kontrol secara teratur dan minum
obat secara rutin. Penyakit DM yang tidak dapat disembuhkan dengan
pengobatan harus ditanamkan betul-betul, sehingga dapat dicegah
terjadinya komplikasi. Ketidakpatuhan untuk pemeriksaan rutin dan
minum obat secara teratur akan berdampak buruk terhadap
perkembangan penyakitnya.

b. Amengubah sikap

Sikap untuk menerima informasi yang benar seperti rendahnya


motivasi untuk berobat ke Puskesmas dan pentingnya kartu BPJS sangat
dipengarui oleh kesadaran pasien beserta anggota keluarga yang lain.
Perubahan sikap yang positif agar mampu mengubah perilaku dalam
menjaga kesehatan agar penyakitnya tidak berkembang memburuk atau
terjadi komplikasi perlu pendampingan yang terus menerus dari anggota
keluarga. Peran keluarga sangat penting untuk mengubah sikap dan
perilaku pasien agar mampu mengatasi masalah penyakitnya secara
mandiri. Kebiasaan aktivitas fisik seperti olah raga ringan, pengaturan
pola makan dan kebiasaan-kebiasaan buruk lain yang tidak sesuai dengan
pencegahan komplikasi penyakitnya perlu mendapatkan perhatian
keluarga dengan sabar dan berkesinambungan.

c. Mengubah tingkah laku

Tingkah laku tentang pola makan yang tidak sehat, tidak rutin
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan ketidak patuhan minum
obat merupakan gambaran betapa masih rendahnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai penyakit DM yang diderita. Bahwa kebiasaan
tersebut tidak pernah akan membawa penyakitnya kearah lebih baik sama
sekali belum disadari. Sekali lagi faktor pendampingan keluarga untuk
terus-menerus rutin memeriksakan diri ke Puskesmas, minum obat teratur

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


39
dan beraktivitas fisik secara cukup harus diupayakan menjadi perilaku
yang mutlak dilakukan secara berkesinambungan.

d. Mengubah perilaku keluarga

Terhadap anggota keluarga Ny. S yang tidak menderita diabetes


melitus justru harus memahami lebih dulu bagaimana cara mencegah
agar tidak terkena diabetes melitus, cara pengendalian dan pencegahan
agar jangan sampai terjadi komplikasi. Cara pencegahan telah
disampaikan sebagaimana dijelaskan pada butir 1 di atas. Pemahaman
yang diperoleh keluarga dengan edukasi ini diharapkan akan mampu
dalam memberikan bantuan/ motivasi kepada Ny. S agar penyakitnya
tidak berakhir dengan komplikasi.

4. Edukasi masyarakat sekitar pasien tentang penyait DM

Deskripsi mengenai kasus DM pada Ny. S dan keluarganya kemung-


kinan juga merupakan ilustrasi apa yang terjadi pada masyarakat di sekitar
kediamaan keluarga pasien tersebut. Perilaku negatif Ny. S dalam
menghadapi penyakitnya sepert tersebut dia atas kemugkinan juga terbiasa
seperti dilakukan masyarakat sekitarnya. Kebiasaan olah raga di masyarakat
yang belum menjadi kebutuhan hdup, pola makan yang tidak sehat serta
belum terbiasanya menjaga kesehatan sebelum sakit adalah kebiasaan tidak
baik yang masih banyak dijumpai di masyarakat-masyarakat dengan sosial
budaya seperti di sekitar kediaman Ny. S. Kegiatan kunjungan rumah (home
visit) seperti kunjungan rumah ke pasien Ny. S tersebut perlu dikembangkan
dengan penyuluhan kesehatan di sekitar kediaman pasien. Programnya dapat
disusun secara sederhana seperti:

a. Sasaran cukup pada kelompok ibu-ibu di satu wilayah RT misalnya.

b. Waktu disesuaikan dengan kegiatan sasaran, misalnya saat pertemuan di


RT yang bersangkutan.

c. Materi disampaikan secara sederhana, jelas dan lugas.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


40
d. Sesekali dokter Puskesmas turun langsung. Biasanya apabila dokter turun
langsung masyarakat sangat antusias dan mengharapkan pertemuan
berulang pada kesempatan berikutnya.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


41
BAB VI

KESIMPULAN SAN SARAN

A. KESIMPULAN

Secara prinsip kesimpulan adalah menjawab tujuan khusus, agar terjadi suatu
laporan yang unity/utuh, coherence/adanya keterpautan, dan emphasis/
penekanan pada kasus.

1. Hasil anamnesis penyakit pasien

Hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


sampai pada kerimpulan bahwa Ny. S (60) menderita Diabetes Melitus.

2. Hasil identifikasi metode manajemen pasien

Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented.

3. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya:

a. Faktor keluarga: Keluarga Ny. S termasuk keluarga patriarkal, berbentuk


nuclear family, dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik dan
dalam menghadapi permasalahan penyakit Ny. S setiap anggota keluarga
menunjukkan dukungan terhadap pasien agar tidak berpengaruh buruk
terhadap perkembangan penyakitnya.

b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit Diabetes Melitus yang diderita
oleh Ny. S.

c. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota


keluarga khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. S sebagai
penderita DM baik-baik saja. Sedangkan analisis patologi lingkungan
metode SCREEM menunjukkan bahwa keluarga Ny. S merasa ada
tekanan secara finansial (ekonomi) dan edukasi sehingga membatasi
interaksinya dengan lingkungan.

d. Secara umum kondisi fisik tempat tinggal keluarga pasien belum


memenuhi syarat sanitasi sepenuhnya. Lingkungan sosial ekonomi
keluarga Ny. S termasuk lingkungan klas menengah ke bawah.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


42
4. Hasil analisis faktor risiko
Faktor risiko dari pasien (Ny. S) sebagai penderita DM adalah sebagai
berikut:
a. Pasien (Ny. S) menderita Diabetes Mellitus.
b. Perilaku pasien: pola hidup cenderung mempercepat terjadinya
komplikasi.
c. Faktor lingkungan: secara fisik sanitasi tempat tinggal belum sepenuhnya
baik, lingkungan sosial belum mendukung pola hidup sehat karena masih
tergolong pada tingkat ekonomu menengah ke bawah.
d. Pelayanan kesehatan dari puskesmas belum merambah secara merata,
seperti pemahaman tentang DM belum banyak dikenal pasien, demikian
juga program Prolanis.

B. Saran-saran
Ada beberapa langkah dalam membantu memecahkan masalah keluarga Ny. S
diantaranya:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah DM dan komplikasi DM, yang
menyangkut pola makan, aktivitas fisik dan rutin berolah raga.
2. Mengendalikan penyakit DM untuk pasien dengan meminum obat atau
terapi lain secara teratur dan rutin untuk memeriksakan penyakitnya di
Puskesmas.
3. Edukasi pasien dan keluarganya
Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan
agar pasien mampu mandiri dalam mengatasi masalah penyakitnya serta
mampu menghindari terjadinya komplikasi.
4. Edukasi masyarakat sekitar tempat tinggal pasien
Pentingnya mencegah DM sebelum menimpa pada diri mereka dengan
mengubah perilaku dan gaya hidup sehat dengan pola makan dan
berkegiatan fisik atau olah raga secara cukup yang menjadi kebutuhan hidup
mereka.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


43
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2015. Classification and Diagnosis of Diabetes.


Diabetes Care; Vol 38(Suppl. 1): S8-16.
Boedisantoso, R.A., Soegondo, S., Suyono, S., Waspadji, S., Yulia, Tambunan
dan Gultom. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
FKUI.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Wijaya Kusuma Surabay – Fakultas Kedokteran, 2018. Modul
Praktek Kunjungan pasien di rumah (Home Visit).
Waspadji, S. 2009. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya,
Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Ed V, Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


44
LAMPIRAN FOTO

DITAMBAH JUDUL/PENJELASAN YANG LEBIH LENGKAP + Copy KTP

Gambar: 1 – Bagian Depan rumah Pasien

Gambar 2 – Bagian Tempat Usaha

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


45
Gambar 3 – Kamar Tidur

Gambar 4 – Ruang Tempat Penyimpanan Harta Kekayaan

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


46
Gambar 5 – Bagian Dapur 1

Gambar 6 – Bagian Dapur 2

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


47
Gambar 7 – Kamar Mandi dan Kakus

Gambar 8 – Ruang Tamu

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


48
Gambar 9 – Penyimpanan Barang/Gudang

Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H-


49

Anda mungkin juga menyukai