Anda di halaman 1dari 16

UAPAYA MEMINIMALISIR KEJAHATAN BEGAL DI KOTA MAKASSAR

MENURUT PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM

Tolak Amir,Sofyan Ferdiansyah


Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Wiraraja Madura 2022
amir.020308@gmail.com

Abstrak
Pembangunan nasional merupakan proses modernisasi yang membawa bangsa menjadi
bangsa yang maju yang seharusnya mampu melindungi segenap bangsa, tumpah darah, dan
tanah airnya,sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD-NRI 1945). Selain dari UUD Negara Republik
Indonesia sebagai perangkat hukum, keberadaan aparatur negara yang menjamin keamanan
dan ketertiban dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
yang Menyatakan: “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri”. Hal ini berarti kepolisian merupakan
instrumen negara yang memiliki peran penting sebagai penjamin keamanan bagi warga
Negara atau tindakan-tindakan yang mengancam ketertiban umum, Sebagai salah satu
perbuatan manusia yang menyimpang dari norma pergaulan hidup manusia adalah
kejahatan yang merupakan masalah sosial yaitu masalah-masalah berupa kejahatan begal
yang marak terjadi di tengah masyarakat,Hal ini pula yang kemudian mempengaruhi
semakin beragamnya motif kejahatan dan tindak pidana yang terjadi saat ini. Kejahatan
seperti penganiayaan, pemerkosaan, penipuan,hingga perampasan barang yang belakangan
ini lebih populer disebut kejahatan begal sebagai salah satu yang menarik perhatian
masyarakat akhir-akhir ini, terkhusus di wilayah Kota Makassar.Menurut ilmu sosiologi
hukum keberadaan pelaku begal tersebut didorong oleh kondisi ekonomi pelaku, banyak
pelaku begal merupakan anak-anak yang dibawah umur yang berasal dari keluarga
menengah kebawah dan terpengaruhi oleh lingkungan pergaulan modern yang serba instan.
Ketidakmampuan beradaptasi dengan kondisi pergaulan modern menjadi penyebab
utamanya.Selain itu banyak pula pelaku begal tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan
yang cukup, sehingga oknum tersebut menjadi pelaku kekerasan dan perampokan yang
dilakukan di jalan untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Kata kunci : peran kepolisian,kejahatan begal, sosiologi hukum

Abstract
National development is a process of modernization that brings the nation into an advanced
nation that should be able to protect the entire nation, its homeland and homeland, as
referred to in the Preamble to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia (1945
UUD-NRI). Apart from the Constitution of the Republic of Indonesia as a legal instrument,
the existence of state apparatus that guarantees security and order in Article 5 paragraph (1)
of Law no. 2 of 2002 concerning the Police which states: "The National Police of the
Republic of Indonesia is a state instrument that plays a role in maintaining public security
and order, enforcing the law, and providing protection, protection and service to the
community in the framework of maintaining internal security". This means that the police is a
state instrument that has an important role as a guarantor of security for citizens or actions
that threaten public order. robbery that is rife in society, this also influences the increasingly
diverse motives for crimes and crimes that are happening at this time. Crimes such as
assault, rape, fraud, and confiscation of goods, which are more popularly known as robbery
crimes, have recently attracted the attention of the public, especially in the Makassar City
area. , many perpetrators of robbery are underage children who come from lower middle
class families and are influenced by the instantaneous modern social environment. The
inability to adapt to modern social conditions is the main cause. In addition, many robbers
do not have enough jobs and income, so these individuals become perpetrators of violence
and robbery on the street to get money quickly.
Keywords: the role of the police, robbery crime, legal sociology
1.PENDAHULUAN
Perkembangan dan pembangunan masyarakat membawa perubahan sosial,termasuk
perubahan nilai, sikap dan pola tingkah laku. Hal ini yang menyebabkan adanya pergeseran
peradigma terhadap perbuatan warga masyarakat.1

Pergeseran norma-norma dalam masyarakat memicuh munculnya berbagai konflik di


tengah masyarakat baik itu konflik yang terjadi anatarindividu dengan individu,individu
dengan kelompok dan konflik antarkelompok masyarakat. hal tersebut secara langsung
ataupun tidak langsung lambat laun akan mengakibatkan rusaknya tatanan
masyarakat,diberbagai bidang utamanya dalam hal keamanan warga masyarakat yang hidup
di wilayah konflik.2

Kompleksnya perkembangan zaman serta perubahan pandangan hidup yang terjadi


disegala sendi kehidupan di era globalisasi sepertisekarang ini, secara tidak langsung
menceritakan berbagai hal dalam kehidupan tersebut. Mulai dari hal yang positif dan negatif,
serta munculnya berbagai pelanggaran bahkan kejahatan dalam masyarakat tersebut. Hal ini
merupakan masalah yang harus segera mungkin untuk diselesaikan dan keamanan dalam
masyarakat tetap terjaga dan terpelihara.

Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat di
dunia ini. Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan, disamping itu juga
mengganggu ketertiban danketentraman dalam masyarakat berupaya semaksimal mungkin
untuk menanggulangi kejahatan tersebut. Dalam kurun waktu beberapa tahun ini maraknya
kejahatan khususnya pencurian dalam bentuk kekerasan atau ancaman dalam hal ini biasanya
kita sebut “Begal” menjadi momok yang menakutkan bagi kalangan masyarakat, Seiring
perkembangan zaman muncul berbagai macam permasalahan akibat krisis ekonomi serta
menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan, baik
aparatur pemerintah maupun lapisan masyarakat sipil, dan permasalahan kemiskinan sampai
tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan. Kondisi pelaku kejahatan

1
Asrullah dimas.Tinjauan sosiologi hukum terhadap pelaku residivis tindak pidana pencurian dengan
kekerasan (Begal) di kota makassar (Studi Kasus Polrestabes Makassar Tahun 2015-2018).Skripsi.Universitas
islam negeri alauddin Makassar. Tahun 2018.

2
Ibid
kerapkali dapat dipengaruhi oleh tingkat perekonomian, pendidikan serta iman yang lemah
sehingga dengan mudah melakukan tindak kejahatan dan pemerintah kota Makassar juga
harus mempertimbangkan situasi dan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat utuk
meminimalisir angka kemiskinan yang menjadi salah satu faktor maraknya kejahatan begal di
kota Makassar.

Pada kenyataannya, para pelaku kejahatan sepertinya semakin merajalela.Berbagai


upaya telah dilakukan untuk menanggulangi kejahatan namun kejahatan tersebut tidak pernah
termakan zaman dari muka bumi, bahkan semakin meningkat cara hidup manusia maupun
teknologi semakin canggih pula ragam dan pola kejahatan yang muncul. Kejahatan sejak
dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan pemerintah
maupun dari masyarakat itu sendiri.Persoalan kejahatan bukanlah merupakan persoalan yang
sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan seperti
Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat dipastikan terjadi perubahan tata nilai,
di mana perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada kehidupan masyarakat yang
harmonis dan sejahtera, sedangkan perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah
runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudah ada.3

Sebenarnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat pasal yang
mengatur hukuman bagi pelaku pencurian dengan kekerasan (begal). Dalam koridor hukum
positif, aksi begal biasanya dikenakan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) mengenai pencurian dengan kekerasan dan/atau Pasal 368 KUHP mengenai
pemerasan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Keberadaan Pasal-Pasal ini sepertinya
tidak menimbulkan efek jera sehingga kasus kejahatan ini bukannya berkurang atau tidak ada
sama sekali, bahkan sebaliknya malah bertambah terus setiap tahunnya.

Akhir-akhir ini aksi begal semakin banyak membuat takut dan resah masyarakat,
karena tindakan yang dilakukannya tidak hanya menganggu bahkan membuat takut
masyarakat. Misalnya dengan memberhentikan kendaraan baik kendaraan bermobil maupun

3
Awaliya qomaruddin. Upaya kepolisian dalam menanggulangi kejahatatan begal di kecamatan mamajang
Kota Makassar.skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar. Tahun 2021.
bermotor yang tidak sengan-sengan mengambil, merampas bahkan dengan tidak sengan
membunuh. Dengan kebutuhan yang mendesak bahkan rasa keinginan tinggi membuat
sebagian orang melakukan agar dapat memilikinya. Fenomena pembegalan di Indonesia
khususnya di Kota Makassar mulai berkembang pesat saat ini, apalagi di tambah dengan
keadaan ekonomi di masa pandemi sekarang ini sangat mengaharuskan mencari cara untuk
mendapatkan pengahasilan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Menurut Dwi
J.Narwoko (2007), mengatakan bahwa perilaku menyimpang tersebut adalaha perilaku
masyarakat yang di anggap sangat tidak sesuai dan tidak seharusnya dengan kebiasaan, tata
aturan serta norma sosial yang berlaku.

Tidak jarang pula aksi pembegalan tersebut jusrtu berujung pada korban jiwa dengan
kondisi kematian yang sangat mengenaskan. Fakta ini justru jadi ancaman serius bagi
ketentraman masyarakat tanah air khususnya di Kota Makassar. Kedatangan para pembajak
tersebut sangat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Oleh karena itu, Polisi sebagai instrument negara harus berperan aktif dalam
melakukan pencegahan terhadap maraknya kejahatan begal di kota Makassar,sesuai dengan
Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 5 Ayat (1)
berbunyi “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamananan dalam negeri.” Hal tersebut menjadi komponen penting dalam
meminimalisir dan membrantas maraknya kejahatan begal di kota Makassar.4

2.Rumusan Masalah
1. Apa peran kepolisian dalam meminimalisir kejahatan begal di kota Makassar?

2.Apa saja faktor-faktor penyebab maraknya kejahatan begal di kota Makassar?

3.Metode Penelitian
4
Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 5 Ayat (1)
A.Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis emperis dengan kata lain
adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian
lapangan,yaitu yang mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam
kenyataannya di dalam masyarakat. Dan penelitian perpustakaan merupakan pnelitian yang
mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan
perundang-undangan,keputusan pengadilan, kepolisian, teori hukum, dan dapat berupa
pendapat para sarjana. dan data lain yang diperoleh di lapangan untuk membantu penulis
menyelesaikan penelitian.Menurut Abdul Kadir Muhammad penelitian yuridis emperis
adalah penelitiah yang dilakukan dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk
kemudia dilanjutkan dengn mengadakan penelitian terhadap data primer dilapangan. Dalam
penelitian yuridis hokum dilihat sebagai norma atau das sollen,karena penelitian yuridis
merupakan suatu pendekatan yeng mengacu kepada hokum dan peraturan perundang -
undangan yang berlaku.

Sedangkan penelitian emperis dipergunakan untuk menganalisis hukum bukan


semata-mata sebagai suatu perangkat peraturan perundang-undangan. Akan tetapi hukum
dilihat sebagai perilaku masyatakat yang mengejala dan mempol dalam kehidupan
masyarakat, selalu berinteraksi dan berhubungan dengan aspek kemasyarakatan seperti
politik,ekonomi, sosial dan budaya. Berbagai temuan lapangan yang bersifat individual akan
dijadikan bahan utama dalam mengungkapkan permasalahan yang diteliti dengan perpegang
kepada ketentuan yang normative.

B.Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian
pendekatan yuridis normative. Pendekatan yuridis normative dan kasus cara pendekatan ini
sesuai dengan undang-undang, teori dan pendapat ahli. Wawancara merupakan kegiatan
untuk memperoleh informaasi dari narasumber/seseorang terkait permasalahan yang diangkat
dalam penelitian.5

C. Lokasi Penelitian

5
Tommy Hendra Purwaka.Metodologi peneliian hukum.Jakarta.Universitas atma jaya, tahun 2007.
Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis di Kota Makassar yaitu Pengadilan Negeri
Kota Makassar, Polrestabes Kota Makassar dan Polsek Panakkukang Kota Makassar.
Pertimbangan memilih lokasi tersebut karena Pengadilan Negeri Kota Makassar, Polrestabes
Kota Makassar dan Polsek Panakkukang Kota Makassar.yang memiliki kewenangan relatif
untuk mengadili perkara-perkara yang berkaitan dengan kekerasan begal yang terjadi di Kota
Makassar.

D. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
a).Data Primer, yaitu data yang secara langsung didapatkan di lapangan melalui teknik
wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Kota Makassar, Polrestabes Kota Makassar dan
Polsek Panakkukang Kota Makassar.

b).Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dengan mengkaji dokumen yang berhubungan
dengan objek penelitian baik berupa buku-buku, data dari internet, peraturan perundang-
undangan, maupun dari sumber tertulis lainnya yang masih berhubungan dengan objek
penelitian.

2.SumberData
a).Data pada penelitian kepustakaan (library research) Yaitu data yang diperoleh dari
membaca buku-buku, literatur-literatur dan perundang-undangan yang berhubungan dengan
penulisan ini.

b).Data pada penelitian lapangan (field research)Yaitu penulis turun langsung ke lapangan
mewawancarai narasumber yang menjadi sampel di penelitian ini yaitu penyidik
kepolisian, pelaku kejahatan, saksi, jaksa, dan hakim.

c).Teknik Pengumpulan Data Lazimnya untuk mendapatkan data yang sesuai dengan hal-hal
yang diteliti,peneliti menggunakan instrument sebagai berikut :

a).Wawancara,penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk


menggali dan mendalami hal-hal penting yang mungkin belum terjangkau melalui observasi
atau untuk mendapatkan jawaban yang lebih detail atas suatu persoalan. Untuk memudahkan
pelaksanaannya, wawancara dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan pedoman
wawancara (interview guide) terhadap penyidik kepolisian, pelaku kejahatan, saksi, jaksa dan
hakim.

b).Dokumentasi yaitu penelusuran data melalui studi kepustakaan untuk mengumpulkan data
tertulis yang tidak didapatkan melalui instrumen pengumpulan data lainnya.

D.Analisis Data

Berdasarkan data primer dan sekunder yang telah diperoleh oleh


penulis kemudian menganalisis secara kualitatif. Penulis menggunakan
teknik deskriptif yang didasari oleh teori-teori yang diperoleh diperkuliahan
dan literatur yang ada, yaitu menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan teknik pengumpulan data sebagaimana dikemukakan
diatas, kemudian hasil analisis tersebut kemudian disajikan dalam bentuk
penjelasan dan penggambaran kenyataan-kenyataan atau kondisi objektif
yang ditemukan di lokasi penelitian.

4. Hasil dan Pembahasan

A. Peran kepolisian dalam meminimalisir kejahatan begal di kota Makassar

Kejahatan merupakan fenomena yang berkembang di dalam lingkungan


masyarakat. Pencurian dengan tindak kekerasan merupakan tindak kriminalitas
yang dengan senagaja mengganggu keamanan masyarakajat. Peran kepolisian
dalam menanggulangi kejatahan begal yang berada di lingkungan masyarakat
sangatlah penting. Menurut lembaga Polisi Sesuai dengan hasil penelitian, maka peneliti
menemukan fakta-fakta di lapangan yaitu upaya kepolisian dalam penanggulangan kejahatan
begal dikecamatan mamajang kota makassar. Upaya kepolisian dalam penanggulangan
kejahatan begal, kepolisian dalam menangani kasus kejahatan begal atau tindak
kriminal lainnya. Kepolisian sudah sangat berusaha keras dan semaksimal
mungkin dalam membererantas tindak kejahatan tersebut. Berbagai upaya yang
mereka lakukan seperti penyuluhan keRT/RW setempat, bersosialisasi kepada
masyarakat serta melakukan patroli pada malam hari.

Tindak kejahatan begal bisa terjadi di waktu-waktu kapanpun itu, hal ini yang
terkadang para pelaku mengambil kesempatan untuk melakukan niat yang mereka
renacanakan. Salah satunya faktor yang membuat pelaku melakukan aksinya yaitu rasa
individualisitis atau keinginan dari diri sendiri untuk mendaptkan sesuatu Teori anomie dari
Emiel Durkheim yang dimana di lihat dari sudut pandang yang mendorong sifat
individualisits keinginan untuk meemnangkan diri sendiri dan kegeoisan. Berangkat dari teori
diatas, peneliti melihat dari perilaku pelaku tindak kejahatan begal yang dimana
mementingkan keinginan yang mereka serta rasa ingin memiliki yang berlebihan terhadap
sesuatu. Tidak hanya itu teori sosialisasi juga berperan dalam pelaku tindak kejahatan begal
yang dimana menurut Albert Bandura dan Ricard H. Waltres (dalam Elly M. Setiadi dan
Usman Kolip,2010) mengemukakan bahwasanya seorang anak akan mengamati, melihat
serta meniru, dari teori tersebut peneliti melihat bahwasanya pelaku tindakan kejahatan begal
dimana masyarakat melihat serta meniru perbuatan tindak pidana tersebut, maka dari itu
pihak kepolisian melakukan penyuluhan, sosialisasi, serta petroli agar perbuatan tersbut dapat
berkurang serta terminimalisir.

Kejahatan merupakan fenomena yang berkembang di dalam lingkungan masyarakat.


Pencuringan dengan tindak kekerasan merupakan tindak kriminalitas yang dengan senagaja
mengganggu keamanan masyarakajat. Peran kepolisian dalam menanggulangi kejatahan
begal yang berada di lingkungan masyarakat sangatlah penting. Menurut lembaga Polisi
Sektor (POLSEK) Mamajang kota makassar yang diwakili oleh IPTU Hulman yang
menangni bagian Reserse Kriminal (RESKRIM) menyebutkan begal merupakan tindak
kejahtan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Kurangnya pemahaman hukum yang
mengakibatkan para pelaku melakukan tindakan tersebut. Diamana kepolisian berperan besar
dalam mengambil kebijakan hukum pada pelalu tindak kejahatan begal Berbagai cara yang
dilakukan kepolisian dalam hal meminimalisisr terjadinya tindak kejahatan begal yang bisa
merugikan korban dan pelaku, tidak henti-hentinya mereka menjelaskan memberitahukan
kepada masyarakat bahwa tindakan yang mereka lakukan sangatlah salah bahkan tingkat
hukumannya pun sangat tinggih. Berbagai upaya yang telah pihak kepolisan lakukan dalam
meminimlisir dan bahkan menangani kejahatan begal menurut bapak IPTU H Kepolisian
menegaskan bahwa telah melakukan bebagai banyak upaya-upaya dari tahun-ketahun untuk
menanggulangi kejahatan begal yang berada di lingkungan kecatamatan mamajang kota
makassar. Kepolisian juga menjelaskan bahwasanya untuk kecamatan mamajang jarang
ditemukannya kasus-kasus begal.

Upaya-upaya yang dilakukan pihak kepolisian kecamatan mamajang kota


makassar dalam menanggulangi tindak kejahatan begal. Mengingat bahwasanya
langkah-langkah serta metode yang dilakukan kepolisian merupakan strategi
untuk mengatisipasi terjadi begal di jalan raya. Menurut lembaga Lembaga Polisi Sektor
(POLSEK) mamajang kota makassar diwakili oleh IPTU H yang menangani pada bagaian
Reserse Kriminal (RESKRIM), mengatakan bahwa beberapa langkah untuk mengantisipasi
terjadinya begal/penyamun di lingkungan masyarakat antara lain.

1.Penyuluhan.
2.Sosialisasi.
3. Patroli.

Dengan kata lain upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukansecara preventif


dan represif

1. Upaya preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya
atau timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada
mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan
dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan
agar tidak terjadi kejahatan ulang. Sangat beralasan bila upaya preventif diutamakan karena
upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomis.

Barnest dan Teeters menunjukkan beberapa cara untuk menanggulangi kejahatan


yakni:

1) Menyadari bahwa akan adanya kebutuhan-kebutuhan untuk mengembangkan


dorongan- dorongan sosial atau tekanan sosial dan tekanan ekonomi yang dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang ke arah perbuatan jahat.

2) Memusatkan perhatian kepada individu-individu yang menunjukkan potensialitas kriminal


atau sosial, sekalipun potensialitas tersebut disebabkan gangguan-ganguan biologis dan
psikologis atau kurang mendapat kesempatan sosial ekonomis yang cukup baik sehingga
dapat merupakan suatu kesatuan yang harmonis.Dari pendapat Barnest dan Teeters tersebut
di atas tampak bahwa kejahatan dapat ditanggulangi apabila keadaan ekonomi atau keadaan
lingkungan sosial yang mempengaruhi seseorang ke arah tingkah laku kriminal dapat
dikembalikan pada keadaan baik. Dengan kata lain perbaikan keadaan ekonomi mutlak
dilakukan. Sementara faktor-faktor biologis, psikologis, merupakan faktor yang sekunder saja
Jadi dalam upaya preventif itu adalah melakukan suatu usaha yang positif, serta menciptakan
suatu kondisi seperti keadaan ekonomi, lingkungan, juga kultur masyarakat yang menjadi
suatu daya dinamika dalam pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbulkan
ketegangan-ketegangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang, selain itu
dilakukan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban
merupakan tanggung jawab bersama.

2. Upaya Represif
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional
yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif
dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya
sertamemperbaikinya kembali agar sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan
perbuatan yang melanggar hukum dan merugikanmasyarakat, sehingga tidak akan
mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan
ditanggungnya sangat berat. Dalam membahas sistem represif, tentunya tidak terlepas dari
sistem peradilan pidana Indonesia, yang didalamnya terdapat lima subsistem yaitu sub sistem
kehakiman, kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan dan kepengacaraan yang merupakan suatu
keseluruhanyang terangkai dan berhubungan secara fungsional. Upaya represif dalam
pelaksanaannya dilakukan pula dengan metode perlakuan (treatment) dan penghukuman
(punishment). Lebih jelasnya uraiannya sebagai berikut:

Perlakuan(treatment)
Dalam penggolongan perlakuan, penulis tidak membicarakan perlakuan yang pasti
terhadap pelanggar hukum, tetapi lebih menitikberatkan pada berbagai kemungkinan dan
bermacam-macam bentuk perlakuan terhadap pelanggar hukum sesuai dengan akibat yang
ditimbulkannya.Perlakuan berdasarkan penerapan hukum, menurut Abdul Syani yang
membedakan dari segi jenjang berat dan ringannya suatu perlakuan,yakni:

a.Perlakuan yang tidak menerapkan sanksi-sanksi pidana,artinya perlakuan yang


paling ringan diberikan kepada orang-orang yang belum terlanjur melakukan
kejahatan. Dalam perlakuan ini, suatu penyimpangan dianggap belum begitu
berbahaya sebagai usaha pencegahan.

b.Perlakuan dengan sanksi-sanksi pidana secara tidak langsung artinya tidak


berdasarkan putusan yang menyatakan suatu hokum terhadap si pelaku kejahatan.
Adapun yang diharapkan dari penerapan perlakuan-perlakuan ini ialah tanggapan baik
dari pelanggar hukum terhadap perlakuan yang diterimanya.Perlakuan ini
dititikberatkan pada usaha pelaku kejahatan agar dapat kembali sadar akan
kekeliruannya dan kesalahannya, dan dapat kembali bergaul dalam masyarakat
seperti sedia kala. Jadi dapat disimpulkan bahwa perlakuan ini mengandung dua
tujuan pokok, yaitu sebagai upaya pencegahan dan penyadaran terhadap pelaku
kejahatan agar tidak melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi di kemudian hari.

Penghukuman (punishment) Jika ada pelanggar hukum yang tidak memungkinkan


untuk diberikan perlakuan (treatment),mungkin karena kronisnya atau terlalu
beratnya kesalahan yang telah dilakukan, maka perlu diberikan
penghukuman yang sesuai dengan perundang-undangan dalam hukum
pidana. Oleh karena Indonesia sudah menganut sistem pemasyarakatan,
bukan lagi sistem kepenjaraan yang penuh dengan penderitaan, maka
dengan sistem pemasyarakatan, hukuman dijatuhkan kepada pelanggar
hukum adalah hukuman yang semaksimal mungkin, bukan pembalasan
dengan berorientasi pada pembinaan dan perbaikan pelaku kejahatan begal.

Dengan adanya upaya-upaya tersebut yang dilakukan oleh kepolisian dapat


mencegah/meminimalisir maraknya tindak kejahatan begal di kota Makassar.
B. Faktor-faktor penyebab maraknya kejahatan begal di kota Makassar
Tingkat Kejahatan di Kota Makassar semakin marak terjadi disertai tindak pencurian
dengan kekerasan atau biasa disebut begal. Hal tersebut dikarenakan semakin beraninya
pelaku pencurian dengan kekerasan dalam melakukan aksinya tidak peduli korbannya laki-
laki maupun perempuan. Terbentuknya suatu kelompok begal bisa disebabkan oleh
beberapa dorongan. Keinginan seseorang untuk mengelompok tidak saja disebabkan karena
mereka dekat secara spasial, namun karena mereka berkelompok disebabkan memiliki
kesamaan sikap (teori keseimbangan). Selain itu, ada juga dorongan berkelompok yang lain.
Seseorang mengelompokkan diri dengan orang lainnya karena dorongan praktis, misalkan
demi menjaga keamanan (rasa aman), bisa juga demi kebutuhan ekonomi atau alasan sosial
praktis lainnya. Selain itu faktor remaja terlibat dalam pelaku pencurian dengan kekerasan
tentunya sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam suatu tindakan
kejahatan. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih menjadi pelaku
begal adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua.

Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan
pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam
bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat mengganti dahaga mereka akan kasih sayang
dan perhatian orang tua. Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan,
perhatian,pujian, dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau
keluarganya karena secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosional yang
sangat kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka
dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat lain. Salah satu tempat yang
paling mudah mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah di lingkungan
teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan negative kerap menjadi pilihan anak-anak
broken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensinya.

Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih
menjadi begal adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan
dirinya secara positif. Oleh karena itu peran keluarga amat dibutuhkan untuk mengontrol
tindakan para remaja ini,kurangnya perhatian merupakan salah satu penyebab mereka
melakukan penyimpangan ini karena sebagian besar remaja adalah produk hasil dari broken
home.
Oleh karena itu, Salah satu instrument penting untuk meminimalisir kejahatan begal
tersebut adalah pemerintah kota Makassar harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara kolektif dan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kejahatan begal
bertentangan dengan norma-norma sosial dan hukum dan upaya dari aparat kepolisian untuk
secara intensif melakukan patroli dan pengamanan di lingkungan masyarakat.

5. Kesimpulan
Semakin berkembangnya pembangunan dan teknologi membawa dampak yang
begitu besar dalam pola kehidupan masyarakat dan mengakar nya kemiskinan menyebabkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat sehingga marak kejahatan begal yang
terjadi disebabkan oleh menurunnya perekonomian,kurangnya pendidikan dan sosialisi dari
pemerintah terkait, hal tersebut menjadi hal penting untuk diprioritaskan untuk meminimalisir
maraknya kejatan begal di kota Makassar dan menjadikan kota Makassar aman dari kejahatan
begal yang sering terjadi.

Daftar Pustaka

SKRIPSI

Awaliya qomaruddin. Upaya kepolisian dalam menanggulangi kejahatatan begal di

kecamatan mamajang Kota Makassar.skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar. Tahun


2021.

Asrullah dimas.Tinjauan sosiologi hukum terhadap pelaku residivis tindak pidana


pencurian dengan kekerasan (Begal) di kota makassar (Studi Kasus Polrestabes Makassar
Tahun 2015-2018).Skripsi.Universitas islam negeri alauddin Makassar. Tahun 2018.

L.M Sri syafaat.Peranan patroli polisi dalam upaya pencegahan Kejahatan Begal
(Studi Kasus Pada Polrestabes Makassar Tahun (2017-2019).Skripsi.Universitas hasanuddin
Makassar.Tahun 2021.

Fathul Muhammad.Tinjauan kriminologis tentang kejahatan begal yang menggunakan


senjata tajam (Studi Kasus Di Kota Makassar Tahun 2011-2015).Skripsi.Universitas
Hasanuddin Makassar. Tahun 2015.
UNDANG-UNDANG
UUD 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 5 Ayat (1)

Anda mungkin juga menyukai