Abstrak
Pembangunan nasional merupakan proses modernisasi yang membawa bangsa menjadi
bangsa yang maju yang seharusnya mampu melindungi segenap bangsa, tumpah darah, dan
tanah airnya,sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD-NRI 1945). Selain dari UUD Negara Republik
Indonesia sebagai perangkat hukum, keberadaan aparatur negara yang menjamin keamanan
dan ketertiban dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
yang Menyatakan: “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri”. Hal ini berarti kepolisian merupakan
instrumen negara yang memiliki peran penting sebagai penjamin keamanan bagi warga
Negara atau tindakan-tindakan yang mengancam ketertiban umum, Sebagai salah satu
perbuatan manusia yang menyimpang dari norma pergaulan hidup manusia adalah
kejahatan yang merupakan masalah sosial yaitu masalah-masalah berupa kejahatan begal
yang marak terjadi di tengah masyarakat,Hal ini pula yang kemudian mempengaruhi
semakin beragamnya motif kejahatan dan tindak pidana yang terjadi saat ini. Kejahatan
seperti penganiayaan, pemerkosaan, penipuan,hingga perampasan barang yang belakangan
ini lebih populer disebut kejahatan begal sebagai salah satu yang menarik perhatian
masyarakat akhir-akhir ini, terkhusus di wilayah Kota Makassar.Menurut ilmu sosiologi
hukum keberadaan pelaku begal tersebut didorong oleh kondisi ekonomi pelaku, banyak
pelaku begal merupakan anak-anak yang dibawah umur yang berasal dari keluarga
menengah kebawah dan terpengaruhi oleh lingkungan pergaulan modern yang serba instan.
Ketidakmampuan beradaptasi dengan kondisi pergaulan modern menjadi penyebab
utamanya.Selain itu banyak pula pelaku begal tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan
yang cukup, sehingga oknum tersebut menjadi pelaku kekerasan dan perampokan yang
dilakukan di jalan untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Kata kunci : peran kepolisian,kejahatan begal, sosiologi hukum
Abstract
National development is a process of modernization that brings the nation into an advanced
nation that should be able to protect the entire nation, its homeland and homeland, as
referred to in the Preamble to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia (1945
UUD-NRI). Apart from the Constitution of the Republic of Indonesia as a legal instrument,
the existence of state apparatus that guarantees security and order in Article 5 paragraph (1)
of Law no. 2 of 2002 concerning the Police which states: "The National Police of the
Republic of Indonesia is a state instrument that plays a role in maintaining public security
and order, enforcing the law, and providing protection, protection and service to the
community in the framework of maintaining internal security". This means that the police is a
state instrument that has an important role as a guarantor of security for citizens or actions
that threaten public order. robbery that is rife in society, this also influences the increasingly
diverse motives for crimes and crimes that are happening at this time. Crimes such as
assault, rape, fraud, and confiscation of goods, which are more popularly known as robbery
crimes, have recently attracted the attention of the public, especially in the Makassar City
area. , many perpetrators of robbery are underage children who come from lower middle
class families and are influenced by the instantaneous modern social environment. The
inability to adapt to modern social conditions is the main cause. In addition, many robbers
do not have enough jobs and income, so these individuals become perpetrators of violence
and robbery on the street to get money quickly.
Keywords: the role of the police, robbery crime, legal sociology
1.PENDAHULUAN
Perkembangan dan pembangunan masyarakat membawa perubahan sosial,termasuk
perubahan nilai, sikap dan pola tingkah laku. Hal ini yang menyebabkan adanya pergeseran
peradigma terhadap perbuatan warga masyarakat.1
Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat di
dunia ini. Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan, disamping itu juga
mengganggu ketertiban danketentraman dalam masyarakat berupaya semaksimal mungkin
untuk menanggulangi kejahatan tersebut. Dalam kurun waktu beberapa tahun ini maraknya
kejahatan khususnya pencurian dalam bentuk kekerasan atau ancaman dalam hal ini biasanya
kita sebut “Begal” menjadi momok yang menakutkan bagi kalangan masyarakat, Seiring
perkembangan zaman muncul berbagai macam permasalahan akibat krisis ekonomi serta
menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan, baik
aparatur pemerintah maupun lapisan masyarakat sipil, dan permasalahan kemiskinan sampai
tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan. Kondisi pelaku kejahatan
1
Asrullah dimas.Tinjauan sosiologi hukum terhadap pelaku residivis tindak pidana pencurian dengan
kekerasan (Begal) di kota makassar (Studi Kasus Polrestabes Makassar Tahun 2015-2018).Skripsi.Universitas
islam negeri alauddin Makassar. Tahun 2018.
2
Ibid
kerapkali dapat dipengaruhi oleh tingkat perekonomian, pendidikan serta iman yang lemah
sehingga dengan mudah melakukan tindak kejahatan dan pemerintah kota Makassar juga
harus mempertimbangkan situasi dan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat utuk
meminimalisir angka kemiskinan yang menjadi salah satu faktor maraknya kejahatan begal di
kota Makassar.
Sebenarnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat pasal yang
mengatur hukuman bagi pelaku pencurian dengan kekerasan (begal). Dalam koridor hukum
positif, aksi begal biasanya dikenakan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) mengenai pencurian dengan kekerasan dan/atau Pasal 368 KUHP mengenai
pemerasan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Keberadaan Pasal-Pasal ini sepertinya
tidak menimbulkan efek jera sehingga kasus kejahatan ini bukannya berkurang atau tidak ada
sama sekali, bahkan sebaliknya malah bertambah terus setiap tahunnya.
Akhir-akhir ini aksi begal semakin banyak membuat takut dan resah masyarakat,
karena tindakan yang dilakukannya tidak hanya menganggu bahkan membuat takut
masyarakat. Misalnya dengan memberhentikan kendaraan baik kendaraan bermobil maupun
3
Awaliya qomaruddin. Upaya kepolisian dalam menanggulangi kejahatatan begal di kecamatan mamajang
Kota Makassar.skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar. Tahun 2021.
bermotor yang tidak sengan-sengan mengambil, merampas bahkan dengan tidak sengan
membunuh. Dengan kebutuhan yang mendesak bahkan rasa keinginan tinggi membuat
sebagian orang melakukan agar dapat memilikinya. Fenomena pembegalan di Indonesia
khususnya di Kota Makassar mulai berkembang pesat saat ini, apalagi di tambah dengan
keadaan ekonomi di masa pandemi sekarang ini sangat mengaharuskan mencari cara untuk
mendapatkan pengahasilan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Menurut Dwi
J.Narwoko (2007), mengatakan bahwa perilaku menyimpang tersebut adalaha perilaku
masyarakat yang di anggap sangat tidak sesuai dan tidak seharusnya dengan kebiasaan, tata
aturan serta norma sosial yang berlaku.
Tidak jarang pula aksi pembegalan tersebut jusrtu berujung pada korban jiwa dengan
kondisi kematian yang sangat mengenaskan. Fakta ini justru jadi ancaman serius bagi
ketentraman masyarakat tanah air khususnya di Kota Makassar. Kedatangan para pembajak
tersebut sangat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Oleh karena itu, Polisi sebagai instrument negara harus berperan aktif dalam
melakukan pencegahan terhadap maraknya kejahatan begal di kota Makassar,sesuai dengan
Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 5 Ayat (1)
berbunyi “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamananan dalam negeri.” Hal tersebut menjadi komponen penting dalam
meminimalisir dan membrantas maraknya kejahatan begal di kota Makassar.4
2.Rumusan Masalah
1. Apa peran kepolisian dalam meminimalisir kejahatan begal di kota Makassar?
3.Metode Penelitian
4
Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 5 Ayat (1)
A.Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis emperis dengan kata lain
adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian
lapangan,yaitu yang mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam
kenyataannya di dalam masyarakat. Dan penelitian perpustakaan merupakan pnelitian yang
mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan
perundang-undangan,keputusan pengadilan, kepolisian, teori hukum, dan dapat berupa
pendapat para sarjana. dan data lain yang diperoleh di lapangan untuk membantu penulis
menyelesaikan penelitian.Menurut Abdul Kadir Muhammad penelitian yuridis emperis
adalah penelitiah yang dilakukan dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk
kemudia dilanjutkan dengn mengadakan penelitian terhadap data primer dilapangan. Dalam
penelitian yuridis hokum dilihat sebagai norma atau das sollen,karena penelitian yuridis
merupakan suatu pendekatan yeng mengacu kepada hokum dan peraturan perundang -
undangan yang berlaku.
B.Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian
pendekatan yuridis normative. Pendekatan yuridis normative dan kasus cara pendekatan ini
sesuai dengan undang-undang, teori dan pendapat ahli. Wawancara merupakan kegiatan
untuk memperoleh informaasi dari narasumber/seseorang terkait permasalahan yang diangkat
dalam penelitian.5
C. Lokasi Penelitian
5
Tommy Hendra Purwaka.Metodologi peneliian hukum.Jakarta.Universitas atma jaya, tahun 2007.
Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis di Kota Makassar yaitu Pengadilan Negeri
Kota Makassar, Polrestabes Kota Makassar dan Polsek Panakkukang Kota Makassar.
Pertimbangan memilih lokasi tersebut karena Pengadilan Negeri Kota Makassar, Polrestabes
Kota Makassar dan Polsek Panakkukang Kota Makassar.yang memiliki kewenangan relatif
untuk mengadili perkara-perkara yang berkaitan dengan kekerasan begal yang terjadi di Kota
Makassar.
b).Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dengan mengkaji dokumen yang berhubungan
dengan objek penelitian baik berupa buku-buku, data dari internet, peraturan perundang-
undangan, maupun dari sumber tertulis lainnya yang masih berhubungan dengan objek
penelitian.
2.SumberData
a).Data pada penelitian kepustakaan (library research) Yaitu data yang diperoleh dari
membaca buku-buku, literatur-literatur dan perundang-undangan yang berhubungan dengan
penulisan ini.
b).Data pada penelitian lapangan (field research)Yaitu penulis turun langsung ke lapangan
mewawancarai narasumber yang menjadi sampel di penelitian ini yaitu penyidik
kepolisian, pelaku kejahatan, saksi, jaksa, dan hakim.
c).Teknik Pengumpulan Data Lazimnya untuk mendapatkan data yang sesuai dengan hal-hal
yang diteliti,peneliti menggunakan instrument sebagai berikut :
b).Dokumentasi yaitu penelusuran data melalui studi kepustakaan untuk mengumpulkan data
tertulis yang tidak didapatkan melalui instrumen pengumpulan data lainnya.
D.Analisis Data
Tindak kejahatan begal bisa terjadi di waktu-waktu kapanpun itu, hal ini yang
terkadang para pelaku mengambil kesempatan untuk melakukan niat yang mereka
renacanakan. Salah satunya faktor yang membuat pelaku melakukan aksinya yaitu rasa
individualisitis atau keinginan dari diri sendiri untuk mendaptkan sesuatu Teori anomie dari
Emiel Durkheim yang dimana di lihat dari sudut pandang yang mendorong sifat
individualisits keinginan untuk meemnangkan diri sendiri dan kegeoisan. Berangkat dari teori
diatas, peneliti melihat dari perilaku pelaku tindak kejahatan begal yang dimana
mementingkan keinginan yang mereka serta rasa ingin memiliki yang berlebihan terhadap
sesuatu. Tidak hanya itu teori sosialisasi juga berperan dalam pelaku tindak kejahatan begal
yang dimana menurut Albert Bandura dan Ricard H. Waltres (dalam Elly M. Setiadi dan
Usman Kolip,2010) mengemukakan bahwasanya seorang anak akan mengamati, melihat
serta meniru, dari teori tersebut peneliti melihat bahwasanya pelaku tindakan kejahatan begal
dimana masyarakat melihat serta meniru perbuatan tindak pidana tersebut, maka dari itu
pihak kepolisian melakukan penyuluhan, sosialisasi, serta petroli agar perbuatan tersbut dapat
berkurang serta terminimalisir.
1.Penyuluhan.
2.Sosialisasi.
3. Patroli.
1. Upaya preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya
atau timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada
mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan
dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan
agar tidak terjadi kejahatan ulang. Sangat beralasan bila upaya preventif diutamakan karena
upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomis.
2. Upaya Represif
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional
yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif
dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya
sertamemperbaikinya kembali agar sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan
perbuatan yang melanggar hukum dan merugikanmasyarakat, sehingga tidak akan
mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan
ditanggungnya sangat berat. Dalam membahas sistem represif, tentunya tidak terlepas dari
sistem peradilan pidana Indonesia, yang didalamnya terdapat lima subsistem yaitu sub sistem
kehakiman, kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan dan kepengacaraan yang merupakan suatu
keseluruhanyang terangkai dan berhubungan secara fungsional. Upaya represif dalam
pelaksanaannya dilakukan pula dengan metode perlakuan (treatment) dan penghukuman
(punishment). Lebih jelasnya uraiannya sebagai berikut:
Perlakuan(treatment)
Dalam penggolongan perlakuan, penulis tidak membicarakan perlakuan yang pasti
terhadap pelanggar hukum, tetapi lebih menitikberatkan pada berbagai kemungkinan dan
bermacam-macam bentuk perlakuan terhadap pelanggar hukum sesuai dengan akibat yang
ditimbulkannya.Perlakuan berdasarkan penerapan hukum, menurut Abdul Syani yang
membedakan dari segi jenjang berat dan ringannya suatu perlakuan,yakni:
Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan
pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam
bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat mengganti dahaga mereka akan kasih sayang
dan perhatian orang tua. Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan,
perhatian,pujian, dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau
keluarganya karena secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosional yang
sangat kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka
dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat lain. Salah satu tempat yang
paling mudah mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah di lingkungan
teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan negative kerap menjadi pilihan anak-anak
broken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensinya.
Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih
menjadi begal adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan
dirinya secara positif. Oleh karena itu peran keluarga amat dibutuhkan untuk mengontrol
tindakan para remaja ini,kurangnya perhatian merupakan salah satu penyebab mereka
melakukan penyimpangan ini karena sebagian besar remaja adalah produk hasil dari broken
home.
Oleh karena itu, Salah satu instrument penting untuk meminimalisir kejahatan begal
tersebut adalah pemerintah kota Makassar harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara kolektif dan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kejahatan begal
bertentangan dengan norma-norma sosial dan hukum dan upaya dari aparat kepolisian untuk
secara intensif melakukan patroli dan pengamanan di lingkungan masyarakat.
5. Kesimpulan
Semakin berkembangnya pembangunan dan teknologi membawa dampak yang
begitu besar dalam pola kehidupan masyarakat dan mengakar nya kemiskinan menyebabkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat sehingga marak kejahatan begal yang
terjadi disebabkan oleh menurunnya perekonomian,kurangnya pendidikan dan sosialisi dari
pemerintah terkait, hal tersebut menjadi hal penting untuk diprioritaskan untuk meminimalisir
maraknya kejatan begal di kota Makassar dan menjadikan kota Makassar aman dari kejahatan
begal yang sering terjadi.
Daftar Pustaka
SKRIPSI
L.M Sri syafaat.Peranan patroli polisi dalam upaya pencegahan Kejahatan Begal
(Studi Kasus Pada Polrestabes Makassar Tahun (2017-2019).Skripsi.Universitas hasanuddin
Makassar.Tahun 2021.