Anda di halaman 1dari 35

Makalah Kriminologi

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU KRIMINAL DALAM


FENOMENA KLITIH DENGAN KORUPSI

Disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester


Kriminologi dan Viktimologi
Dosen Pengampu : Sonny Saptoadjie Wicaksono, S.H., M.Hum.

Disusun oleh :

Feronica Ferdianis Valda


NIM. 8111421261

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4

Bab II Pembahasan................................................................................................5

2.1 Analisis Fenomena Klitih dalam Perspektif Kriminologi..........................5

2.2 Analisis Korupsi dalam Perspektif Kriminologi........................................8

2.2 Analisis Perbandingan Perilaku Kriminal dalam Fenomena Klitih dengan


Korupsi............................................................................................................10

Bab III Penutup....................................................................................................12

4.1 Simpulan..................................................................................................12

4.2 Saran........................................................................................................12

Daftar Pustaka.....................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan seseorang dikatakan sebagai sebuah perilaku kriminal disaat
tindakan tersebut telah terbukti melanggar dan menyimpang dari sebuah aturan
atau norma yang berlaku dalam sebuah masyarakat. Perilaku kriminal yang
disebut dengan kejahatan ini tidak hanya terbatas pada orang/individu, tetapi juga
dapat meliputi perbuatan organisasi/kelompok.1 Berbagai macam bentuk perilaku
kriminal telah berkembang mulai dari modus operandi, latar belakang, hingga
tujuan dalam melakukan kejahatan tersebut. Kejahatan konvensional atau yang
biasa disebut dengan kejahatan warungan seperti pencurian, penipuan, dan
pembegalan telah menjadi tindakan kriminal yang sering terjadi belakangan ini.
Selain kejahatan warungan, kejahatan luar biasa yang terorganisir atau yang biasa
disebut dengan extra-ordinary crime seperti korupsi, terorisme, dan human-
trafficking juga masih belum dapat diberantas secara tuntas di Indonesia.
Klitih merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa jawa yang dahulu
artinya adalah jalan-jalan untuk mengisi waktu luang tetapi istilah ini telah
mengalami pergeseran makna menjadi negative menjadi kliling golek getih
(berkeliling mencari darah).2 Tindak kejahatan ini hampir sama dengan
pembegalan, tetapi pelaku dari klitih adalah anak-anak yang berusia di bawah
umur yang dilakukan di jalanan (street crime) yang biasanya dilakukan dengan
cara melukai fisik korban dengan senjata tajam maupun penganiayaan hingga
menyebabkan kematian tanpa mengambil benda berharga dari korban untuk
mendapatkan kepuasan pribadi. Pada awalnya, klitih hanya merupakan sebuah
istilah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Akan tetapi, kejahatan ini
ditemukan di Semarang yang lebih tepatnya adalah Ungaran Timur yang menimpa
dua orang remaja yang mengalami kerugian material berupa perusakan properti
yang dalam hal ini adalah motor seperti dilansir dalam TribunJateng.com. 3 Dalam
1
Mustofa, M. (2021). Kriminologi: Kajian sosiologi terhadap kriminalitas, perilaku
menyimpang, dan pelanggaran hukum. Prenada Media.
2
Hartanto, H. (2022). KLITIH SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DISERTAI
KEKERASAN (EXTRAORDINARY JUVENILE DELIQUENCY). Juris Humanity: Jurnal Riset
dan Kajian Hukum Hak Asasi Manusia, 1(1), 14-23.
3
Pradana, R. G. (2023). 2 Remaja Jadi Sasaran Klitih di Ungaran Semarang, Diancam Pakai

3
fenomena klitih ini perilaku pelakunya tampak tidak memiliki rasa takut akan
hukum dan melukai seseorang hanya untuk mendapatkan kepuasan pribadi.
Berkaitan dengan korupsi yang termasuk ke dalam white collar crime
yangmana kejahatan ini sangat berkebalikan dari klitih. Korupsi yang dilakukan
secara individu maupun berkelompok secara terorganisir dan terselubung untuk
mendapatan keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya.4 Tindak kejahatan ini
biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan tinggi dalam sebuah
pemerintahan negara maupun korporasi. Dampak dari kejahatan ini sangat besar
dan dapat menjadi penyebab dari hancurnya sebuah negara maupun perusahaan,
itulah mengapa korupsi disebut dengan kejahatan luar biasa. Indonesia sendiri
belum dapat lepas dari kejahatan yang satu ini, terbukti dari Indeks Persepsi
Korupsi Indonesia pada tahun 2022 lalu menempati peringkat ke-96 dari 180
sebagai peringkat negara yang bersih dari korupsi. Perilaku tidak jujur yang
dilakukan oleh pejabat negara seringkali mendapatkan sorotan oleh masyarakat,
tetapi nyatanya sorotan tersebut tidak dapat mengubah perilaku pejabat yang
bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun penegakan hukum oleh
aparat penegak hukum mengenai korupsi di Indonesia sudah ada dan dijalankan,
tetapi koruptor dan calon koruptor tidak memiliki rasa takut akan hukum yang
ada.
Klitih dan korupsi memang tampak berbeda dari segi modus operandi, jenis
kejahatan, bahkan pelakunya. Akan tetapi, meskipun begitu terdapat kemiripan
diantara keduanya yang menarik untuk dibahas dalam makalah kali ini. Untuk itu,
perlu dianalisis perilaku kriminal yang menjadi faktor penyebab pelaku klitih dan
korupsi berdasarkan segi kriminologinya untuk mencegah terjadinya kejahatan
yang sama di masa depan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk
membuat makalah yang berjudul, Analisis Perbandingan Perilaku Kriminal
Dalam Fenomena Klitih Dengan Korupsi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

Sajam Hingga Motornya Dirusak (https://jateng.tribunnews.com/2023/03/27/2-remaja-jadi-


sasaran-klitih-di-ungaran-semarang-diancam-pakai-sajam-hingga-motornya-dirusak diakses pada
tanggal 8/04/2023 pukul 3.11 WIB)
4
Laoh, C. T. (2020). Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana White Collar
Crime. Lex Crimen, 8(12).

4
1. Bagaimana analisis fenomena klitih dalam perspektif kriminologi?
2. Bagaimana analisis korupsi dalam perspektif kriminologi?
3. Bagaimana analisis perbandingan perilaku kriminal dalam fenomena klitih
dengan korupsi?

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Fenomena Klitih dalam Perspektif Kriminologi
Fenomena klitih memang hanya kerap terjadi di Yogyakarta, tetapi
tidak menutup kemungkinan bahwa tindak kejahatan ini akan menyebar ke
daerah lain di Indonesia. Dikarenakan klitih adalah salah satu tindakan yang
sangat serius dan memiliki potensi untuk menyebabkam cedera serius atau
bahkan kematian bagi korban. Klitih biasanya dipicu oleh sejumlah faktor
seperti masalah hubungan sosial, konflik pribadi, atau upaya untuk
mempertahankan status atau reputasi di antara teman-teman sebaya. Dahulu,
klitih ini hampir mirip dengan tawuran karena hanya dilakukan antar geng
saja, tetapi belakangan ini korban dari klitih sendiri mulai secara acak
membantai orang-orang yang keluar pada malam hari. Pelaku dari klitih
biasanya adalah anak-anak maupun remaja yang berusia di bawah 18 tahun
sehingga kejahatan ini disebut dengan juvenile delinquency yang seringkali
pelakunya dijatuhi hukuman yang kurang memberi efek jera bagi pelakunya,
seperti yang tercantum dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak. Meskipun begitu, pemberian bimbingan kepada
pelaku kriminal yang masih remaja tetap diperlukan mengingat anak adalah
penerus bangsa yang akan menggantikan generasi sekarang. Oleh karenanya
klitih di kalangan remaja dan anak harus dibenahi dan diberantas.
Klitih dapat ditinjau dari aliran pemikiran kriminologi klasik, yaitu
melalui adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur kejahatan ini
dalam KUHP Pasal 170 tentang pengeroyokan, 338 tentang pembunuhan, 340
tentang pembunuhan, 351 tentang penganiayaan, 354 tentang penganiayaan
berat dan UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Selanjutnya, ditelaah dari aliran pemikiran melalui kriminologi positif yaitu
terdapat determinis kultural yang menyatakan bahwa perilaku manusia dalam
segala aspeknya selalu berkaitan dan mencerminkan ciri-ciri dunia sosio
kultural yang melingkupinya.5 Yangmana berarti bahwa tindakan yang
dilakukan oleh remaja pelaku klitih dipengaruhi oleh lingkungan sosial

5
Susanto, I.S. (2011). Kriminologi. Yogyakarta: Genta Publishing.

6
budayanya yang didasarkan oleh adanya banyak sebab kejahatan.
Selanjutnya, dilihat melalui kriminologi kritis bahwa penegakan hukum
terhadap pelaku klitih yang merupakan remaja ini cenderung sulit untuk
ditegakkan. Hal ini dikarenakan dalam pemberlakuan UU SPPA sendiri
mengakui adanya diversi meskipun ada beberapa ancaman pidana penjara
bagi anak yang melakukan tindak pidana tertentu.
Faktor-faktor kriminogen yang dapat menyebabkan terjadinya klitih
dapat ditelaah melalui sosiologi-kultural dan psikologi kriminal yaitu dapat
melihat dari peran lingkungan sekitar remaja mulai dari orang tua hingga
masyarakat dan budaya yang ada di sekitarnya dapat memengaruhi
pembentukan perilaku agresif remaja yang dapat mengakibatkan
bergabungnya remaja dalam geng klitih. Dengan kata lain, apabila remaja
hidup di lingkungan yang kurang stabil, memiliki keluarga yang kurang
mendukung, dan kurang mendapatkan perhatian dan dukungan dari orang
dewasa, mereka mungkin lebih rentan untuk melakukan klitih. Disamping itu,
beberapa faktor psikologis seperti gangguan perilaku, gangguan mental, dan
masalah emosional yang dalam hal ini untuk remaja masih sangat labil juga
dapat memengaruhi tindakan agresif remaja ini. Penggunaan zat-zat terlarang
seperti narkoba dan alkohol juga dapat menjadi salah satu faktor dalam
perilaku kriminal remaja ini yang menyebabkan remaja lebih implusif dan
kurang dapat mengendalikan diri.
Disisi lain secara kriminologi berdasarkan gagasan teori differential
opportunity system oleh R.A Cloward dan L.E Ohlin, klitih dapat
diklasifikasikan sebagai conflict subculture, yaitu geng klitih ditujukan hanya
untuk mencari status dengan menggunakan kekerasan. Hal ini dikarenakan
belakangan klitih yang dilakukan cenderung menyerang korbannya secara
acak tanpa memandang bulu. Klitih sendiri disebut berasal dari geng-geng
berkelompok yang ada di sekolah yangmana remaja yang berada dalam geng
ini diberi doktrin untuk menjadi terbiasa dengan budaya kekerasan dengan
visi dan misi, ‘Membunuh atau Dibunuh’.6 Jika dapat dikatakan, bagi pelaku
klitih saat berhasil melakukan kekerasan pada korbannya akan muncul suatu
6
Harahap, C. B., & Sulhin, I. (2022). Pengendalian Kejahatan Pada Sub-Kebudayaan Gang
Klitih (dalam Paradigma Kriminologi Budaya). Deviance Jurnal kriminologi, 6(1), 86-101.

7
perasaan senang yang berlebihan atau biasa disebut dengan euphoria. Yang
menyebabkan munculnya rasa euphoria ini sendiri biasanya karena telah
berhasil menjalankan misinya dan merasa bangga dihadapan pelaku klitih
lainnya. Disisi lain, euphoria ini adalah bentuk dari pengalihan rasa frustasi
akibat tidak dipenuhinya empat kebutuhan pokok yang diperlukan oleh
remaja seperti yang dipaparkan W.I Thomas dalam studinya yang terdiri dari
memperoleh rasa aman; memperoleh pengalaman baru sebagai usaha untuk
memenuhi dorongan ingin tahu, petualangan dan sensasi; ditanggapi sebagai
pemenuhan dorongan cinta dan persahabatan; serta memperoleh pengakuan
berupa status atau prestise.7
Oleh karenanya, perspektif kriminologi sangat penting untuk
memahami perilaku kriminal dalam fenomena klitih ini. Untuk dapat
memahami dan mencegah tindakan klitih yang sangat memungkinan untuk
terjadi di masa depan.
2.2 Analisis Korupsi dalam Perspektif Kriminologi
Korupsi bagaikan sebuah momok dalam sebuah negara. Ditimbang dari
sisi kriminologi, perilaku kriminal yang dilakukan oleh koruptor sangat tidak
mencerminkan ciri khas orang yang berpendidikan. Dimana biasanya pelaku
dari korupsi ini sendiri adalah orang-orang yang berpendidikan dan memiliki
jabatan tinggi dalam sebuah pemerintahan ataupun korporasi. Yangmana
tindakan yang dilakukan oleh koruptor ini tentu saja sangat merugikan bagi
negara karena pada umumnya kejahatan ini dilakukan kepada sebuah negara
yang mengakibatkan kerugian materiil pada bangsa dan negara.
Kerugian yang diakibatkan oleh kejahatan ini sangat jauh lebih besar
dibandingkan dengan kejahatan warungan. Hal ini dikarenakan korupsi
adalah suatu kejahatan yang berkaitan erat dengan perekonomian sebuah
negara. Oleh karenanya, dengan dilakukannya korupsi maka akan dapat
mengakibatkan terhambatnya kemajuan sebuah negara. Dengan demikian
perlu dilakukan sebuah tindakan preventif untuk mencegah adanya tindak
pidana korupsi, salah satunya dengan menganalisis korupsi berdasarkan
perspektif kriminologi untuk dapat menetapkan cara pencegahan yang tepat.

7
Susanto, I.S. (2011). Kriminologi. Yogyakarta: Genta Publishing

8
Dalam aliran pemikiran kriminologi klasik, aturan mengenai perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh koruptor di Indonesia dalam hal ini telah
dirumuskan dalam Undang-Undang, tepatnya dalam UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Disisi lain, ditelaah melalui
aliran pemikiran kriminologi positif, dalam menjalankan kejahatannya
koruptor juga dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya di sekitarnya dan
dapat merugikan bagi masyarakat. Selanjutnya, melalui aliran pemikiran
kriminologi kritis dapat ditelaah melalui pelaksanaan undang-undang yang
telah mengatur beserta dengan sikap aparat penegak hukum terhadap koruptor
bahwa pelaksanaan penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi ini
seringkali dinilai kurang tegas sehingga kurang mengakibatkan efek jera bagi
para koruptor.
Faktor-faktor kriminogen yang menjadi penyebab terjadinya korupsi
dapat ditelaah melalui faktor sosiologi-kultural, antara lain dari faktor internal
dan eksternal. Dimana faktor internal ini berasal dari diri sendiri seperti
berkaitan dengan moral dan hati nurani sedangkan faktor eksternal yang
berasal dari pengaruh lingkungan di luar diri sendiri berkaitan dengan sosial,
ekonomi, politik, dan hukum. Yang dimaksud moral dan hati nurani dalam
faktor internal ini adalah apakah koruptor merasakan perasaan bersalah
setelah melakukan tindakannya yang merugikan bagi masyarakat sekitarnya,
apabila jawabannya tidak maka dapat dilihat dari perilakunya dalam
memamerkan harta bendanya tanpa rasa malu padahal gajinya lebih kecil
dibandingkan hartanya yang sering dipamerkan. Lalu, selanjutnya dalam
faktor eksternal dalam bidang sosial dapat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga pelaku yang kurang mendukung dalam menerapkan perilaku anti
korupsi, dalam bidang ekonomi dapat dikarenakan pengeluaran yang tidak
sesuai dengan pemasukan sehingga koruptor cenderung mencari cara untuk
mendapatkan uang tambahan, dalam bidang politik dapat berupa tingginya
biaya untuk berkampanye demi sebuah jabatan atau meraih dan
mempertahankan kekuasaan, lalu yang terakhir dalam bidang hukum yaitu
karena kurangnya ketegasan baik aparat penegak hukum maupun aturan
terkait itu sendiri.

9
Selanjutnya korupsi ditinjau dari teori kriminologi yaitu teori
differential association yang diajukan oleh Sutherland bahwa perilaku
korupsi adalah perilaku yang dipelajari, dimana kejahatan ini tidak diwarisi.
Dengan demikian, dapat dikatakan perilaku korupsi bisa muncul sejak anak-
anak melalui tindakan-tindakan kecil yang menjerumus ke arah kecurangan
seperti halnya mencontek di waktu ujian semasa sekolahnya. Namun, tidak
semua koruptor mempelajari perilaku korupnya di sekolah dengan
mencontek, dikarenakan mempelajari kejahatan yang dimaksud Sutherland
ini juga dikatakan dapat dilakukan dalam jangka waktu sebentar karena kita
tahu bahwa kejahatan kerah putih yang satu ini merupakan kejahatan yang
terorganisir dan biasanya dilakukan secara bersama sehingga sangat
memungkinkan untuk dapat melakukan korupsi meskipun waktu untuk
mempelajarinya tidak banyak. Dengan kata lain, perilaku korup telah
dipelajari baik dalam waktu yang lama maupun singkat dan akan berlangsung
semasa hidupnya. Oleh karenanya, perlu menelaah sikap korup sejak dini
untuk mendeteksi kemungkinan melakukan tindak pidana korupsi yang
berdampak di masa yang akan mendatang.
3.3 Analisis Perbandingan Perilaku Kriminal Fenomena Klitih dengan
Korupsi
Sebenarnya meskipun fenomena klitih dan korupsi nampak berbeda,
jika ditelaah dan dibandingkan melalui perspektif kriminologi dapat dilihat
sedikit kemiripan diantara keduanya, seperti diantaranya.
Fenomena klitih masuk ke dalam kejahatan warungan sedangkan
korupsi masuk ke dalam kejahatan luar biasa. Meskipun begitu, kedua
kejahatan ini tetap merugikan masyarakat dalam berbagai aspek. Seperti
halnya, klitih yang dapat membuat luka yang tak hanya luka fisik, tetapi juga
psikis korban yang mungkin saja setelah kejadian akan takut untuk keluar
karena kejadian mengerikan yang menimpanya. Sedangkan sama halnya
dengan tindakan korupsi yang juga mencederai kepercayaan masyarakat pada
pemegang kekuasaan serta menyebabkan kerugian materiil bagi negara yang
tidak sedikit. Disisi lain dalam hal pemberlakuan modus operandinya. Klitih
menggunakan kekerasan dalam melakukan aksinya yang berorientasi untuk

10
menimbulkan tujuan pribadi dalam mewujudkan kepuasan dan pengakuan
dari teman sesama pelaku klitihnya. Berbeda halnya dengan korupsi yang
dilakukan tanpa menggunakan kekerasan tetapi efek yang ditimbulkan dari
perilaku ini luar biasa merusak sebuah tatanan organisasi yangmana tindakan
ini bertujuan untuk memperkaya diri sendiri. Dilihat dari pelaku yang
melakukan tindak kejahatan pun berbeda, yang mana klitih biasanya
dilakukan oleh anak-anak maupun remaja sedangkan korupsi dilakukan oleh
seorang dewasa yang memiliki jabatan dan memiliki akal lebih untuk
membedakan yang salah dan yang benar.

11
BAB III
Penutup
3.1 Simpulan
Dalam pembahasan tersebut, maka dapat dibuat simpulan yaitu
1. Fenomena klitih dapat dianalisis berdasarkan aliran pemikiran klasik,
positif, dan kritis. Sedangkan ditinjau melalui teori yang menjadi sebab
dilakukannya tindak kejahatan, klitih dapat dianalisis dari faktor sosiologi-
kultural, psikologi-kriminalnya dan gagasan teori differential opportunity
system. Yang terakhir dalam menelaah faktor kriminogen yang ada dalam
fenomena klitih dapat dilihat melalui faktor keluarga, psikologis, dan
penggunaan obat terlarang.
2. Korupsi dapat dianalisis berdasarkan aliran pemikiran klasik, positif, dan
kritis. Sedangkan ditinjau dari teori dapat dilihat dari differential
association sebagai teori yang diajukan oleh Sutherland. Selanjutnya
mengenai faktor kriminogen yang dapat dianalisis adalah berdasarkan
faktor sosiologi-kultural.
3. Fenomena klitih merupakan kejahatan warungan sedangkan korupsi
merupakan kejahatan luar biasa, meskipun berbeda tetapi keduanya
memiliki kemiripan sebagai sebuah kejahatan yang mengakibatkan
kerugian yang signifikan bagi korbannya.

3.2 Saran
1. Bagi pemerintah, berkaitan dengan fenomena klitih hendaknya pemerintah
memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan bahaya dan
konsekuensi dari klitih itu sendiri. Serta mendorong masyarakat untuk
memerangi klitih dan memperkuat gerakan anti-klitih. Sedangkan,
berkaitan dengan korupsi seharusnya pemerintah lebih meningkatkan
transparasi dalam kebijakan, prosedur, dan anggaran serrta memperkuat
lembaga anti-korupsi.
2. Untuk masyarakat, berkaitan dengan klitih hendaknya masyarakat saling
bahu membahu untuk berpatroli dalam rangka menjaga lingkungan tetap
aman, dan dapat memberikan edukasi bagi anak-anak serta remajanya.

12
Sedangkan untuk pemberantasan korupsi, alangkah lebih baiknya bila
dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat masyarakat lebih
memperhatikan mengenai calon yang akan ia pilih dengan menggunakan
hak pilihnya sebaik mungkin.
3. Bagi pemuda penerus bangsa, alangkah lebih baiknya apabila tetap
berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari. Disisi lain utamakan belajar
demi masa depan yang lebih cerah dan tidak perlu untuk mengikuti
kegiatan diluar kegiatan sekolah yang tidak penting dan menjerumuskan
ke arah yang sesat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Mustofa, M. (2021). Kriminologi: Kajian sosiologi terhadap kriminalitas,
perilaku menyimpang, dan pelanggaran hukum. Prenada Media.

Susanto, I.S. (2011). Kriminologi. Yogyakarta: Genta Publishing.

Jurnal

Harahap, C. B., & Sulhin, I. (2022). Pengendalian Kejahatan Pada Sub-


Kebudayaan Gang Klitih (dalam Paradigma Kriminologi Budaya). Deviance
Jurnal kriminologi, 6(1), 86-101.

Hartanto, H. (2022). KLITIH SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DISERTAI


KEKERASAN (EXTRAORDINARY JUVENILE DELIQUENCY). Juris
Humanity: Jurnal Riset dan Kajian Hukum Hak Asasi Manusia, 1(1), 14-23.

Laoh, C. T. (2020). Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana White


Collar Crime. Lex Crimen, 8(12).

Artikel

Pradana, R. G. (2023). 2 Remaja Jadi Sasaran Klitih di Ungaran Semarang,


Diancam Pakai Sajam Hingga Motornya Dirusak
(https://jateng.tribunnews.com/2023/03/27/2-remaja-jadi-sasaran-klitih-di-
ungaran-semarang-diancam-pakai-sajam-hingga-motornya-dirusak diakses pada
tanggal 8/04/2023 pukul 3.11 WIB)

14
Bismillah makalah
krimino fero
by _ _

Submission date: 08-Apr-2023 06:55PM (UTC-0500)


Submission ID: 2059028352
File name: Bismillah_makalah_krimino_fero.pdf (190.49K)
Word count: 2719

15
Character count: 18889

16
17
4

18
8

22

21

26

10

1
17

19
20

23

18

2
2

20
11

21
13

24

15

22
19

23
12

24
28

14

16

27

25
12

26
27
25

28
29
30
Bismillah makalah krimino fero
ORIGINALITY REPORT

15
SIMILARITY
INDEX
% 15%
INTERNET SOURCES
4%
PUBLICATIONS
4%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
kc.umn.ac.id
Internet Source 1%
1%
jateng.tribunnews.com
2 Internet Source

1%
www.pantau.com
3 Internet Source

1%
id.scribd.com
4 Internet Source

1%
www.coursehero.com
5 Internet Source

1%
journal.unhas.ac.id
6 Internet Source

1%
pt.scribd.com
7 Internet Source

1%
elibrary.unikom.ac.id
8 Internet Source

1%
eprints.umm.ac.id
9 Internet Source

31
21 journal.uin
10 sgd.ac.id
Internet
Source

11 documents
.mx
Internet
Source
12
lawjusticea
ndpower.bl
ogspot.com
13 Internet
Source

14 www.keme
npppa.go.id
Internet
Source

15
www.huku
m96.com
Internet
Source
16
mkri.id
Internet
17 Source

repository.
iainbengku
18 lu.ac.id
Internet
Source

19 scholar.goo
gle.com
Internet
Source
20
www.alikh
lasmushola
ku.top
<1 %
Inter

1%
net
Sour
ce

core.
ac.u 1% <1 %
k
Inter

<1 %
net
Sour
ce 1%
docs
hare
1% <1 %
.tips
Inter

<1 %
net

<1 %
Sour
ce

hmi
kom
muh <1 %
iqba
l.ho

<1 %
me.
blog
Inter
net
Sour
ce
<1 %
journal.iai-agussalimmetro.ac.id
22 Internet Source

repository.unhas.ac.id
23 Internet Source
<1 %
etikaithlw2.wordpress.com

<1 %
Internet Source
24
mnafis950.wordpress.com
Internet Source
25
penasarjana.blogspot.com
<1 %
Internet Source

26
Rajeni Sendayu, Masrul Masrul, Yanti Yandri Kusuma. "ANALISIS <1 %
PELANGGARAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI SD
PAHLAWAN", Jurnal Review Pendidikan dan
27 Pengajaran, 2020
Publication
<1 %
H. Rajab. "MODUS OPERANDI KORUPSI DAN KAITANNYA DENGAN

APARATUR NEGARA DALAM HADIS-HADIS NABI DAN PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA", AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis,

2021

<1 %
Publication
28

Exclude quotes Exclude matches Off

Off Exclude bibliography On
Bismillah makalah krimino fero
PAGE 1

PAGE 2

PAGE 3

PAGE 4

PAGE 5

PAGE 6

PAGE 7

PAGE 8

PAGE 9

PAGE 10

PAGE 11

PAGE 12

PAGE 13

PAGE 14

Anda mungkin juga menyukai