DISUSUN OLEH :
WULAN NOVALIYAH RAHMADANI : 5211511043
AISYAH PUTRI AMANDA : 5211511030
SUCI PUTRI AMALIA : 5211511033
APRILIA DEWI ANGGRAENI : 5211511066
HIKMAH WAHYU SAPUTRI : 5211511073
ALFINA DYNA AULIA : 5211511097
PANCASILA (B)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya yang tiada terhingga. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas akhir mata kuliah pancasila yang akan membahas tentang fenomena kriminalitas klithih
dan kaitannya dengan pancasila sebagai ideologi dasar negara Indonesia. Dalam makalah ini,
kami akan membahas mengenai fenomena kriminalitas klithih, faktor penyebab, upaya
pencegahannya serta kaitannya dengan kaidah nilai-nilai pancasila.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang Pancasila sebagai landasan ideologi negara Indonesia. Dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai Pancasila, kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa untuk mencapai
kehidupan yang bermartabat, berkeadilan, dan beradab.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................11
BAB V PENUTUP..................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan................................................................................................................19
5.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
LAMPIRAN............................................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah negara hukum termasuk istilah yang masih muda, baru muncul pada abad ke-
19, jika dibandingkan dengan istilah-istilah terkenal lainnya dalam ketatanegaraan seperti
demokrasi, konstitusi, kedaulatan dan sebagainya (Fadjar, 2003: 10). Konsep negara hukum
terkait dengan istilah nomokrasi (nomocratie) atau kedaulatan hukum yang berarti bahwa
penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah hukum. Adapun Maksud dari
negara hukum ialah bahwa tidak ada satu pun yang berada di atas hukum dan hukumlah yang
berkuasa. Penyeleggaraan kekuasaan pemerintahan harus didasarkan atas hukum, bukan titah
kepala negara. Negara dan lembaga-lembaga lain dalam bertindak harus dilandasi oleh
hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Azhary, 2003: 30).
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara hukum yang segala
bentuk pemerintahan negara ini telah diatur dalam undang-undang dasar 1945, UUD’45 yang
menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa Indonesia. Pada
undang-undang ’45 alinea ke-4 menyatakan tujuan nasional negara Indonesia ialah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dapat dijelaskan bahwa negara Indonesia ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia dan ini harus terwujud dalam kehidupan masyarakat. Membahas Indonesia
adalah negara hukum, Indonesia memiliki dasar negara atau ideologi negara yaitu pancasila,
maksud dari Pancasila sebagai ideologi negara adalah pancasila sebagai dasar sistem
penyelenggaraan hukum bagi seluruh bentuk aturan hukum yang ada di Indonesia. Peran
pancasila dalam kehidupan bernegara yaitu mempersatukan bangsa, memelihara
mengukuhkan persatuan dan kesatuan, seperti yang tercantum dalam sila ketiga pancasila
yang berbunyi “Persatuan Indonesia”.
Namun di Indonesia dewasa ini masih sering terjadi hal-hal yang bertentangan dengan
nilai-nilai pancasila seperti fenomena kriminalitas remaja. Tindakan kriminalitas remaja ini
sudah menjadi pembicaraan umum baik dilingkungan masyarakat, pemerintah maupun
penegak hukum, dimana banyak sekali remaja yang melakukan tindak kriminal baik
dilakukan secara sendiri ataupun secara berkelompok. Salah satu tindakan kriminalitas atau
1
kenakalan remaja yang sering terjadi di Indonesia yaitu salah satunya berada di Daerah
Istimewa Yogyakarta yaitu kenakalan remaja “Klitih”. “Klitih” sendiri merupakan sebuah
tindakan kekerasan yang melibatkan benda tajam dan pembunuhan hal itulah yang melekat di
benak banyak orang tentang “klitih”, fenomena “klitih” ini sudah terjadi sejak tahun 1990an
ketika kepolisian mengelompokan geng remaja di Yogyakarta. Motif dari “klitih” itu sendiri
sebenarnya adalah sekelompok remaja yang sedang mencari jati dirinya, namun para remaja
tersebut salah dalam mencari jati dirinya sehingga menyebabkan aktivitas “klitih” itu
termasuk kedalam tindakan kriminal kenakalan rejama karena tindakan “klitih” bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, dan bisa menyebabkan perpecahbelahan,
padahal bunyi dari sila ketiga pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pengikut tersebut mempercayai dan menjadikan ideologi sebagai bagian dari kehidupannya.
Semakin kuat kepercayaan seseorang, maka semakin kuat posisi ideologi tersebut.
Sebaliknya, walaupun banyak pengikut, tetapi apabila pengikut tersebut sudah tidak
menjadikan ideologi sebagai bagian dari kehidupannya, maka ideologi dikatakan lemah.
Posisi Pancasila di era globalisasi sangat rawan terhadap gangguan. Secara formal, Pancasila
tetap diakui oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai ideologi mereka. Namun di tataran
aplikatif, perilaku masyarakat banyak yang mengalami pergeseran nilai. Secara tidak
langsung pergeseran nilai tersebut membuat masyarakat perlahan-lahan melupakan Pancasila.
Salah satu alasan pancasila masih tetap eksis adalah karena Pancasila digali dari nilai-
nilai yang ada di masyarakat seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Ada atau tidak adanya Pancasila, nilai-nilai tersebut memang sudah ada di
masyarakat sehingga tetap berlaku di masyarakat. Dengan demikian eksis dan tidaknya
Pancasila di era global sangat tergantung dari nilai-nilai masyarakat. Jika nilai-nilai tersebut
tetap tumbuh dan berkembang, maka Pancasila juga akan terus eksis. Sebaliknya jika nilai
tersebut mengalami pergeseran, besar kemungkinan Pancasila juga akan mengalami
pergeseran. Jika globalisasi mampu menggeser nilai-nilai di masyarakat dan mengganti
dengan tatanan nilai yang baru, maka besar kemungkinan eksistensi Pancasila akan runtuh.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman nilai-nilai Pancasila sebagai dasar, pandangan
hidup, dan ideologi sekaligus sebagai benteng diri dan filterisasi terhadap nilai-nilai yang
masuk sebagai dampak dari globalisasi.
4
tanggung jawab orang-orang di sekitar mereka. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenilecourt) pada 1899 di Illinois, Amerika
Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja ini sebagai berikut:
1. Kartono, ilmuwan sosiologi
“Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis social pada remaja yang disebabkan oleh satu
bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang".
2. Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
memberikan bimbingan keagamaan pada remaja. Kondisi keluarga yang tidak
harmonis, ataupun orang tua yang tidak memberikan kasih sayang yang utuh dan
berteman dengan kelompok sebaya yang kurang yang kurang menghargai niali – nilai
agama, maka remajapun akan bersikap kurang baik.
Adapun faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang
disebabkan oleh empat faktor yaitu: faktor yang ada dalam diri anak sendiri, faktor yang
berasal dari lingkungan keluarga, faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, dan yang
terakhir yaitu faktor yang bersumber dari sekolah. Ulah para remaja yang masih dalam tarap
pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan
yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan
menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan
dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya. Cukup banyak faktor yang
melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara
ringkas:
1. Faktor Internal
Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
5
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Kontrol diri yang lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih saying
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan merupakan dasar
fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian anak. Oleh karena itu
keluarga mempunyai peranan penting dalam memberikan gerak atau warna bagi
pembentukan kepribadian anak. Lingkungan keluarga ada bermacammacam
keadaannya dan sarana potensi dapat memberikan pengaruh yang positif maupun
negative.
Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu
faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai
peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap
tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Pembinaan moral ataupun agama
bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya.
Pengaruh dari lingkungan sekitar
Memang dunia moderen telah membawa umat manusia pada era kemajuan, namun di
satu sisi telah mengubah tatan masyarakat kita termasuk moral generasi muda dan anak
– anak, imbas negatif ini terlihat pada kerusakan akhlak mereka mulai dari yang
tergolong ringan sampai yanng berat, seperti perkelahian, perampokan dan tindakan
kriminal lainnya.
Kenakalan remaja di era modem ini sudah melebihi batas yang sewajamya. Banyak
anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak
tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, kita dapat melihat
kericuhan remaja zaman sekarang. Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasakan
masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang. Dalam kaitan ini,
masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan. Keresahan tersebut, terutama mereka yang
6
berdomisili di kota-kota besar. Akhir-akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah
nasional yang dirasa. Apabila kenakalan remaja dibiarkan begitu saja, tentu akan merusak
masa depan mereka sendiri, terlebih masa depan bangsa ini.
Oleh karena itu masalah kenakalan remaja mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus
dari orang tua untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif. Di mana titik beratnya
untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja karena
remaja juga merupakan aset masa depan suatu bangsa, keselamatan bangsa kedepan terletak
di tangan para pemuda masa kini . Para pemuda dan remaja merupakan tumpuan masa depan
manusia. Para pemuda dan remajalah yang mesti tampil mengusung harapan yang
menggembirakan, generasi seperti itulah genersi harapan. Generasi harapan yang dimaksud
adalah para pemuda dan remaja, karena para pemudalah yang mendominasi pasukan yang
ikut berjihad bersama Rasulullah, sebagian besar penceramah dan singa podium dimasa
rasulullah juga para pemuda dan remaja, para utusan dan ajudan rasulullah juga kawula
muda. Remaja seperti inilah yang akan menjadi orangn – orang pilihan, menjadi pelita hidup
dan menjadi panutan yang dibanggakan.
9
BAB III
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada metode, sistematika
dan pemikiran tertentu yng bertujuan untuk mempelajari atu atau beberapa permasalahan
tertentu dengan menganalisnya. Dalam melakukan suatu penelitian agar tercapai sasaran dan
tujuan yang diinginkan, maka penulis menggunakan metode fpenelitian yang dapat dilakukan
dalam penelitian mengenai klitih dalam konteks Pancasila dapat meliputi:
1. Studi Literatur: Mengumpulkan dan menganalisis literatur, dokumen, buku, artikel,
dan sumber-sumber lain yang relevan tentang klitih dan nilai-nilai Pancasila. Studi
literatur ini membantu memahami konsep klitih dan memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang hubungannya dengan Pancasila.
2. Survei: Melakukan survei dengan cara wawancara kepada responden terkait
pengalaman, persepsi, dan pemahaman mereka tentang klitih dan bagaimana hal
tersebut berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila. Survei ini dapat dilakukan pada
masyarakat umum atau remaja di sekitar.
3. Analisis Konten: Menganalisis konten dari berbagai sumber informasi seperti media
massa, publikasi, dan platform digital untuk mengidentifikasi dan memahami
bagaimana klitih dipahami dan dipersepsikan dalam konteks Pancasila.
4. Studi Kasus: Memilih beberapa kasus konkret yang terkait dengan klitih dalam
kehidupan masyarakat dan menganalisisnya secara mendalam. Studi kasus ini dapat
melibatkan analisis dokumen, wawancara dan observasi langsung.
5. Analisis Komparatif: Membandingkan klitih dalam konteks Pancasila dengan
fenomena serupa dalam ideologi dan nilai-nilai lainnya. Hal ini dapat membantu
memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang implikasi klitih dalam konteks
Pancasila.
6. Diskusi Kelompok: Mengadakan diskusi kelompok terarah dengan anggota yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman terkait klitih dan Pancasila.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
Seiring berjalannya waktu dapat diketahui fenomena klithih ini menargetkan sasaran
secara acak bukan lagi hanya ditujukan pada pihak-pihak atau geng tertentu. Hal ini tentunya
menimbulkan keresahan ditengah masyarakat mengenai keamanan dan keselamatan
utamanya pada malam hari. Kasus Klithih pada dasarnya merupakan fenomena anak muda di
Yogyakarta yang ingin mencari jati diri atau pengakuan terutama dari lingkungan
persahabatan mereka. Untuk membuktikan itu, terkadang mereka membutuhkan barang bukti
berupa barang milik geng pesaing atau setidaknya melakukan perundungan terhadap geng
pesaing.
2. Faktor Eksternal
Lingkungan pergaulan menjadi salah faktor terjadinya kriminalitas klithih ini. Pada
mulanya seperti klithih berasal dari sekelompok geng-geng tertentu yang kemudian
melancarkan aksinya. Adanya kelompok-kelompok ini yang sejak dulu terus merekrut
anggota baru dan menjadikan syarat untuk masuk gengnya adalah melakukan tindak
14
kriminal seperti melukai orang lain yang ada di jalanan. Pada umumnya usia remaja
adalah usia yang sangat rentan dan mudah untuk dipengaruhi sehingga doktrin-doktrin
atau ajakan dari lingkungan sekitarnya dapat dengan mudah untuk diikuti tanpa
memikirkan dampak yang terjadi atas perbuatan tersebut. Selain itu dalam pergaulan
bebas, konsumsi minuman keras secara berlebihan akan dapat mempengaruhi syaraf
berfikirnya dan melahirkan suatu kepribadian yang menyimpang, dengan ciri-ciri sebagai
berikut terlalu mengutamakan dan mementingkan diri sendiri, ketergantungan kepada
seseorang atau orang lain, perasaan yang berlebih-lebihan terhadap kemampuan diri
sendiri atau merasa dirinya jagoan. Penggunaan minuman keras secara berlebihan dan
tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai masalah, baik bagi diri sendiri maupun
orang lain atau lingkungan masyarakat sekitarnya. Pada dasarnya minuman keras sangat
mempengaruhi bagi seseorang untuk melakukan kejahatan, termasuk kejahatan yang
dilakukan oleh pelaku aksi klithih.
Menurut salah satu tokoh, Sosiolog Kriminalitas Universitas Gajah Mada (UGM),
Soeprapto dalam Jatmiko, D. (2021) menyebutkan kekerasan remaja terjadi karena
pengaruh lingkungan sosial yang salah. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya fenomena Klithih yaitu:
1) Ada pengaruh kuat kelompok sepermainan atau “peer group” ke arah perilaku
kekerasan
2) Adanya pengaruh dari motor penggerak, misal kakak kelas dan alumni.
3) Menunjukkan eksistensi diri agar keberadaannya diakui.
4) Ada yang memanfaatkan keadaan psikologis remaja yang sedang berada dalam masa
transisi biologis dan sosial.
5) Tindakan kekerasan itu muncul disebabkan kurangnya penanaman nilai budaya dan
norma sosial.
6) Mereka tidak dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk dan
harus dihindari.
7) Penanaman nilai-nilai keagamaan hanya sampai pada sosialisasi, belum sampai ke
internalisasi atau penghayatan.
8) Rata-rata seseorang yang gemar melakukan kekerasan memiliki kualitas kecerdasan
emosional (EQ) hanya pada level pertama yakni memahami diri sendiri, belum
sampai level kedua mampu mengendalikan diri. Apalagi level tiga, memahami orang
lain, dan level empat, mengendalikan orang lain.
15
Adapun dampak yang dapat ditimbulkan diantaranya :
1. Menimbulkan keresahan dalam masyarakat
2. Mencoreng nama daerah
3. Membuat orang lain terluka hingga kehilangan nyawa
4. Merusak persatuan dan kesatuan bangsa
5. Merusak kualitas generasi penerus bangsa
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Maraknya aksi klithih atau kekerasan di jalan yang dilakukan oleh anak muda dinilai
cukup meresahkan. Dampak dari aksi mereka sangat luar biasa meresahkan, mulai dari
pengerusakan, melukai orang lain, bahkan hingga ada korban yang meninggal dunia. Alasan
remaja melakukan hal itu karena untuk menunjukkan eksistensi diri maupun kelompok.
Klithih dapat disebabkan oleh faktor internal seperti dari latar belakang keluarga atau dari
kepribadian individual dan faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan dan pergaulan bebas.
Pada umumnya pelaku klithih merupakan remaja yang belum matang secara psikologis
maupun emosionalnya sehingga membuat mereka dengan mudah terdoktrin hasutan dari
geng-geng tertentu untuk melancarkan aksi tersebut. Fenomena kejahatan klithih merupakan
sebuah hal yang menyimpang dan menyalahi urgensi pancasila sebagai dasar negara dimana
asas-asas kaidah dalam pancasila merujuk pada persatuan, kesehatan, kedamaian dan
kehidupan yang rukun serta menyangkut dengan hal kemanusiaan. Oleh karena itu diperlukan
upaya preventif dari seluruh lapisan masyarakat maupun pemerintah untuk mencegah dan
memberantas kejahatan klithih ini baik dari segi internal maupun eksternal. Hal tersebut
dilakukan untuk mewujudkan realisais kaidah pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
menjaga persatuan dan kesatuan ditengah masyarakat, menciptakan kehidupan yang rukun,
saling toleransi, makmur, aman dan tentram.
5.2 Saran
1. Kepada pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang tegas serta memberikan
rehabilitasi kepada pelaku klithih unutk memberikan efek jera dan menumbuhkan
kesadaran agar kejadian yang serupa tidak terulangi lagi.
2. Kepada pemerintah khususnya dalam urusan pendidikan dapat mengusulkan program
untuk pembinaa karakter untuk dapat menumbuhkan kesadaran generasi bangsa dan
sikap cinta tanah air.
3. Kepada pihak berwajib untuk meningkatkan patroli keamanan khususnya pada malam
hari untuk mengantisipasi adanya tindak kejahatan pada malam hari.
4. Kepada seluruh elemen masyarakat untuk mendukung kebijakan dan program dari
pemerintah serta turut serta dalam upaya edukasi secara internal kepada keluarga
sendiri ataupun secara eksternak dengan ikut melakukan pengamanan di wilayah
tempat tinggalnya sendiri.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://lm.psikologi.ugm.ac.id/2022/05/fenomena-klitih-di-yogyakarta-mengapa-bisa-terjadi/
20
LAMPIRAN
Berikut foto lampiran hasil observasi dan wawancara kepada narasumber yang dalam hal ini
dipilih pemuda dan pemudi untuk memberikan pandangan dan tanggapannya terhadap topik
yang diamati.
21
22