Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BESAR PANCASILA

FENOMENA KRIMINALITAS KLITHIH


DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

DISUSUN OLEH :
WULAN NOVALIYAH RAHMADANI : 5211511043
AISYAH PUTRI AMANDA : 5211511030
SUCI PUTRI AMALIA : 5211511033
APRILIA DEWI ANGGRAENI : 5211511066
HIKMAH WAHYU SAPUTRI : 5211511073
ALFINA DYNA AULIA : 5211511097

PANCASILA (B)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya yang tiada terhingga. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas akhir mata kuliah pancasila yang akan membahas tentang fenomena kriminalitas klithih
dan kaitannya dengan pancasila sebagai ideologi dasar negara Indonesia. Dalam makalah ini,
kami akan membahas mengenai fenomena kriminalitas klithih, faktor penyebab, upaya
pencegahannya serta kaitannya dengan kaidah nilai-nilai pancasila.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang Pancasila sebagai landasan ideologi negara Indonesia. Dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai Pancasila, kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa untuk mencapai
kehidupan yang bermartabat, berkeadilan, dan beradab.

Yogyakarta, Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.............................................................................3

2.2 Kenakalan Remaja.......................................................................................................4

2.3 Kenakalan Remaja “Klithih”.......................................................................................7

BAB III METODOLOGI......................................................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................11

4.1 Fenomena Kriminalitas Klitih...................................................................................11

4.2 Faktor Penyebab dan Dampak Kriminalitas Klithih.................................................13

4.3 Keterkaitan Pancasila Dengan Kriminalitas Klithih..................................................16

4.4 Pandangan Masyarakat Terkait Fenomena Kriminalitas Klithih...............................17

4.5 Upaya-Upaya Penanganan dan Pencegahan Fenomena Kriminalitas Klithih...........18

BAB V PENUTUP..................................................................................................................19

5.1 Kesimpulan................................................................................................................19

5.2 Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

LAMPIRAN............................................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah negara hukum termasuk istilah yang masih muda, baru muncul pada abad ke-
19, jika dibandingkan dengan istilah-istilah terkenal lainnya dalam ketatanegaraan seperti
demokrasi, konstitusi, kedaulatan dan sebagainya (Fadjar, 2003: 10). Konsep negara hukum
terkait dengan istilah nomokrasi (nomocratie) atau kedaulatan hukum yang berarti bahwa
penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah hukum. Adapun Maksud dari
negara hukum ialah bahwa tidak ada satu pun yang berada di atas hukum dan hukumlah yang
berkuasa. Penyeleggaraan kekuasaan pemerintahan harus didasarkan atas hukum, bukan titah
kepala negara. Negara dan lembaga-lembaga lain dalam bertindak harus dilandasi oleh
hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Azhary, 2003: 30).
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara hukum yang segala
bentuk pemerintahan negara ini telah diatur dalam undang-undang dasar 1945, UUD’45 yang
menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa Indonesia. Pada
undang-undang ’45 alinea ke-4 menyatakan tujuan nasional negara Indonesia ialah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dapat dijelaskan bahwa negara Indonesia ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia dan ini harus terwujud dalam kehidupan masyarakat. Membahas Indonesia
adalah negara hukum, Indonesia memiliki dasar negara atau ideologi negara yaitu pancasila,
maksud dari Pancasila sebagai ideologi negara adalah pancasila sebagai dasar sistem
penyelenggaraan hukum bagi seluruh bentuk aturan hukum yang ada di Indonesia. Peran
pancasila dalam kehidupan bernegara yaitu mempersatukan bangsa, memelihara
mengukuhkan persatuan dan kesatuan, seperti yang tercantum dalam sila ketiga pancasila
yang berbunyi “Persatuan Indonesia”.
Namun di Indonesia dewasa ini masih sering terjadi hal-hal yang bertentangan dengan
nilai-nilai pancasila seperti fenomena kriminalitas remaja. Tindakan kriminalitas remaja ini
sudah menjadi pembicaraan umum baik dilingkungan masyarakat, pemerintah maupun
penegak hukum, dimana banyak sekali remaja yang melakukan tindak kriminal baik
dilakukan secara sendiri ataupun secara berkelompok. Salah satu tindakan kriminalitas atau
1
kenakalan remaja yang sering terjadi di Indonesia yaitu salah satunya berada di Daerah
Istimewa Yogyakarta yaitu kenakalan remaja “Klitih”. “Klitih” sendiri merupakan sebuah
tindakan kekerasan yang melibatkan benda tajam dan pembunuhan hal itulah yang melekat di
benak banyak orang tentang “klitih”, fenomena “klitih” ini sudah terjadi sejak tahun 1990an
ketika kepolisian mengelompokan geng remaja di Yogyakarta. Motif dari “klitih” itu sendiri
sebenarnya adalah sekelompok remaja yang sedang mencari jati dirinya, namun para remaja
tersebut salah dalam mencari jati dirinya sehingga menyebabkan aktivitas “klitih” itu
termasuk kedalam tindakan kriminal kenakalan rejama karena tindakan “klitih” bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, dan bisa menyebabkan perpecahbelahan,
padahal bunyi dari sila ketiga pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini diantaranya :
1. Bagaimana fenomena kriminalitas klithih yang terjadi di Daerah Istimewa
Yogyakarta?
2. Apa saja faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari kriminalitas klithih?
3. Bagaimana korelasi antara nilai-nilai pancasila dengan kriminalitas klithih
4. Bagaimana pandangan generasi muda terhadap fenomena kriminalitas klitih?
5. Bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menangani fenomena
klithih?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan laporan ini untuk membahas secara komprehensif mengenai
fenomena kriminalitas klithih dan kaitannya dengan nilai-nilai pancasila, secara lebih detail
tujuan penulisan laporan ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui fenomena kriminalitas klithih
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari kriminalitas
klithih
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara nilai-nilai pancasila dengan fenomena klithih
4. Untuk mengetahui bagaimana pandangan generasi muda terhadap fenomena
kriminalitas klithih.
5. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menangani klitih dan
memperkuat implementasi Pancasila sebagai landasan ideologi negara.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai arti bahwa Pancasila menjadi
pedoman bagi setiap perilaku bangsa Indonesia. Perilaku setiap warga Negara harus dijiwai
oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia mempunyai kepribadian dan jati diri
sendiri yang membedakan dengan bangsabangsa lain di dunia. Karakter bangsa Indonesia
akan ditentukan oleh implementasi fungsi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa.
Sedangkan Pancasila sebagai Ideologi mempunyai arti bahwa nilai-nilai Pancasila menjadi
sesuatu yang didambakan dan dicita-citakan dalam bentuk kehidupan nyata. Suatu ideologi
selain memuat gambaran tentang kehidupan yang dicita-citakan juga mengandung langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan tersebut. Setiap ideologi mengandung
dimensi realitas, dimensi idealis, dan dimensi cara. Dimensi realita merupakan pemahaman
situasi masyarakat yang sedang dihadapi sebagai produk dari masa lampau, dimensi idealis
merupakan gambaran situasi baru atau kehidupan yang dicita-citakan, sedangkan dimensi
cara adalah langkah-langkah untuk mencapai cita-cita. Dengan adanya tiga fungsi dasar
pancasila tersebut, diharapkan Pancasila mampu berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat dalam menjawab tantangan zaman.
Jika dilihat lagi dari berbagai aspek masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia,
kita seharusnya kembali menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut,
karena Pancasila yang merupakan pondasi bangsa Indonesia untuk menghadapi bebagai
masalah khususnya di era global seperti saat ini, yang membuat rentan sekali nilai-nilai
Pancasila tersebut memudar dikarenakan perubahan jaman oleh adanya globalisasi.
Seharusnya Pancasila sanggup menjawab berbagai tantangan di era globalisasi, karena dari
implikasi dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar ini
haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas Pancasila. Setidaknya ada
dua alasan yang menyebabkan suatu ideologi tetap eksis. Pertama adalah jumlah penganut
atau pengikut. Semakin banyak pengikut dari suatu ideologi, maka ideologi tersebut akan
semakin kuat. Pancasila merupakan ideologi yang diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia.
Secara konseptual, Pancasila adalah ideologi yang kokoh. Pancasila tidak akan musnah
sepanjang masih ada pengikut yang memperjuangkannya. Kedua adalah seberapa besar

3
pengikut tersebut mempercayai dan menjadikan ideologi sebagai bagian dari kehidupannya.
Semakin kuat kepercayaan seseorang, maka semakin kuat posisi ideologi tersebut.
Sebaliknya, walaupun banyak pengikut, tetapi apabila pengikut tersebut sudah tidak
menjadikan ideologi sebagai bagian dari kehidupannya, maka ideologi dikatakan lemah.
Posisi Pancasila di era globalisasi sangat rawan terhadap gangguan. Secara formal, Pancasila
tetap diakui oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai ideologi mereka. Namun di tataran
aplikatif, perilaku masyarakat banyak yang mengalami pergeseran nilai. Secara tidak
langsung pergeseran nilai tersebut membuat masyarakat perlahan-lahan melupakan Pancasila.
Salah satu alasan pancasila masih tetap eksis adalah karena Pancasila digali dari nilai-
nilai yang ada di masyarakat seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Ada atau tidak adanya Pancasila, nilai-nilai tersebut memang sudah ada di
masyarakat sehingga tetap berlaku di masyarakat. Dengan demikian eksis dan tidaknya
Pancasila di era global sangat tergantung dari nilai-nilai masyarakat. Jika nilai-nilai tersebut
tetap tumbuh dan berkembang, maka Pancasila juga akan terus eksis. Sebaliknya jika nilai
tersebut mengalami pergeseran, besar kemungkinan Pancasila juga akan mengalami
pergeseran. Jika globalisasi mampu menggeser nilai-nilai di masyarakat dan mengganti
dengan tatanan nilai yang baru, maka besar kemungkinan eksistensi Pancasila akan runtuh.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman nilai-nilai Pancasila sebagai dasar, pandangan
hidup, dan ideologi sekaligus sebagai benteng diri dan filterisasi terhadap nilai-nilai yang
masuk sebagai dampak dari globalisasi.

2.2 Kenakalan Remaja


Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja sudah
tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanakkanak, namun ia masih belum cukup matang untuk
dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun
sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan
yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan
bagi lingkungannya, orangtuanya. Problem sosial yang menerpa beberapa remaja kita
sekarang ini, yaitu tingkah laku menyimpang yang dicap dimaksud sebagai kenakalan remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Kenakalan-kenakalan remaja saat ini semakin meningkat
dan semakin beragam, namun pernahkah disadari bahwa kenakalan-kenakalan yang
ditimbulkan remaja, bukan hanya tanggung jawab remaja itu sendiri, akan tetapi merupakan

4
tanggung jawab orang-orang di sekitar mereka. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenilecourt) pada 1899 di Illinois, Amerika
Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja ini sebagai berikut:
1. Kartono, ilmuwan sosiologi
“Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis social pada remaja yang disebabkan oleh satu
bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang".
2. Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
memberikan bimbingan keagamaan pada remaja. Kondisi keluarga yang tidak
harmonis, ataupun orang tua yang tidak memberikan kasih sayang yang utuh dan
berteman dengan kelompok sebaya yang kurang yang kurang menghargai niali – nilai
agama, maka remajapun akan bersikap kurang baik.
Adapun faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang
disebabkan oleh empat faktor yaitu: faktor yang ada dalam diri anak sendiri, faktor yang
berasal dari lingkungan keluarga, faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, dan yang
terakhir yaitu faktor yang bersumber dari sekolah. Ulah para remaja yang masih dalam tarap
pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan
yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan
menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan
dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya. Cukup banyak faktor yang
melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara
ringkas:
1. Faktor Internal
 Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam

5
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
 Kontrol diri yang lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
 Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih saying
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan merupakan dasar
fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian anak. Oleh karena itu
keluarga mempunyai peranan penting dalam memberikan gerak atau warna bagi
pembentukan kepribadian anak. Lingkungan keluarga ada bermacammacam
keadaannya dan sarana potensi dapat memberikan pengaruh yang positif maupun
negative.
 Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu
faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai
peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap
tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Pembinaan moral ataupun agama
bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya.
 Pengaruh dari lingkungan sekitar
Memang dunia moderen telah membawa umat manusia pada era kemajuan, namun di
satu sisi telah mengubah tatan masyarakat kita termasuk moral generasi muda dan anak
– anak, imbas negatif ini terlihat pada kerusakan akhlak mereka mulai dari yang
tergolong ringan sampai yanng berat, seperti perkelahian, perampokan dan tindakan
kriminal lainnya.
Kenakalan remaja di era modem ini sudah melebihi batas yang sewajamya. Banyak
anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak
tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, kita dapat melihat
kericuhan remaja zaman sekarang. Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasakan
masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang. Dalam kaitan ini,
masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan. Keresahan tersebut, terutama mereka yang

6
berdomisili di kota-kota besar. Akhir-akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah
nasional yang dirasa. Apabila kenakalan remaja dibiarkan begitu saja, tentu akan merusak
masa depan mereka sendiri, terlebih masa depan bangsa ini.
Oleh karena itu masalah kenakalan remaja mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus
dari orang tua untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif. Di mana titik beratnya
untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja karena
remaja juga merupakan aset masa depan suatu bangsa, keselamatan bangsa kedepan terletak
di tangan para pemuda masa kini . Para pemuda dan remaja merupakan tumpuan masa depan
manusia. Para pemuda dan remajalah yang mesti tampil mengusung harapan yang
menggembirakan, generasi seperti itulah genersi harapan. Generasi harapan yang dimaksud
adalah para pemuda dan remaja, karena para pemudalah yang mendominasi pasukan yang
ikut berjihad bersama Rasulullah, sebagian besar penceramah dan singa podium dimasa
rasulullah juga para pemuda dan remaja, para utusan dan ajudan rasulullah juga kawula
muda. Remaja seperti inilah yang akan menjadi orangn – orang pilihan, menjadi pelita hidup
dan menjadi panutan yang dibanggakan.

2.3 Kenakalan Remaja “Klithih”


Agresivitas adalah salah satu bentuk ekspresi dari emosi. Emosi yang dikeluarkan
oleh seseorang ketika mereka sedang merasa tidak suka atau marah. Seseorang yang memiliki
agresivitas tinggi akan memiliki kecenderungan untuk selalu melukai orang lain atau
setidaknya mengganggu orang lain. Di kalangan remaja usia sekolah, agresivitas bisa
diwujudkan dalam hal kecil seperti mencubit, menjitak, mengejek, merusak atau bahkan
memukul.Menurut Berkowitz (2006), Agresivitas yaitu perilaku yang dilakukan dengan
tujuan untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun verbal, sedangkan menurut
Taganing (2008) agresi yang merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti seseorang baik secara fisik ataupun mental. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa agresi adalah setiap tindakan atau perlakuan yang menyakiti atau melukai orang lain.
Batasan yang tegas untuk remaja sulit ditetapkan, akan tetapi dalam periode ini
batasan usia pada remaja adalah usia 12 tahun sampai 21 tahun, sedangkan batasan pada
remaja akhir adalah pada usia usia 17 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja merupakan masa
transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang merupakan waktu kematangan fisik,
kognitif, sosial dan emosional yang cepat pada laki – laki untuk mempersiapkan diri menjadi
laki – laki dewasa dan anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa.
Salah satu bentuk perilaku agresif yang saat ini sedang booming di Daerah Istimewa
7
Yogyakarta yakni perilaku klitih, merupakan perilaku agresivitas yang dilakukan dengan
sengaja untuk melukai seseorang.
Awal mula klitih hanya diartikan sebagai sebuah kegiatan jalan – jalan biasa tanpa
memiliki tujuan yang jelas. Nglitih/klitih dalam konteks kenakalan remaja adalah berkeliling
menggunakan kendaraan sepeda motor yang dilakukan oleh sekelompok oknum kelompok
pelajar dengan maksud mencari pelajar sekolah lain yang dianggap sebagai musuh. Klitih
dapat pula diasumsikan sebagai putar – putar kota kemudian tanpa tujuan.
Berdasarkan fenomena klitih yang terjadi tentunya dapat menjadi polemik baru dan
serius bagi seluruh lapisan masyarakat, karena sejatinya para remaja masih berkewajiban
menuntut ilmu, belajar mengisi otak dengan pendidikan yang akan membawa dirinya kepada
pribadi yang berilmu pengetahuan. Melihat awal terjadinya fenomena klitih, mereka hanya
menganggap bahwa perilakunya tersebut sebuah permainan belaka, namun dampak yang
dihasilkan sangat merugikan bagi banyak orang, bukan tidak mungkin terjadi kekerasan,
pencurian bahkan sampai memakan banyak korban jiwa. Fenomena klitih ini memberikan
jawaban bahwa apa yang mereka lakukan menimbulkan benturan nilai – nilai dan perubahan
sosial yang dihasilkan juga tidak sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat.
Para pelaku klithih biasanya merupakan orang-orang yang tersingkir, bukan hanya
dari norma tapi juga dari struktur ekonomi, pendidikan, dan sosial. Karena kematangan emosi
yang buruk dan munculnya judgement atau penghakiman oleh masyarakat yang kemudian
tertanam dalam pikiran mereka, membentuk suatu keyakinan bahwa mereka memang remaja
yang seperti itu. Hasilnya, mereka mereproduksi penilaian masyarakat tersebut dengan wujud
tindakan kekerasan yang seperti klithih. Resolusi konflik dari kasus klithih adalah dengan
jalan hukum karena pelaku klithih terbukti melakukan tindak pidana yaitu penyerangan,
pengeroyokan, penusukan hingga mengilangkan nyawa orang lain. Hal ini dilakukan agar
memberikan efek jera pada pelaku dan agar kasus seperti itu tidak terulang kembali.
Klithih sebenarnya dapat diatasi atau dihilangkan oleh masyarakat. Salah satu halnya
dengan meningkatkan toleransi di masyarakat. Dengan masyarakat yang lebih toleran,
mereka akan menjadi lebih terbuka pada sesuatu yang berbeda. Dengan toleransi tersebut
kondisi masyarakat menjadi lebih sehat secara sosial psikologi. Di sisi lain peran pemerintah
memperbanyak ruang publik di masyarakat terlebih di perkotaan karena tempat-tempat
bermain atau arena-arena aktualisasi diri remaja mulai hilang. Dengan dibangunnya ruang
publik, remaja dapat melakukan hal-hal yang positif. Perhatian dan kasih sayang orang tua
sesungguhnya merupakan faktor utama untuk mencegah anak terjerumus dalam kelompok
klithih. Relasi yang buruk dengan orangtua bahkan pernah memiliki riwayat kekerasan fisik
8
di keluarga menjadikan para pelaku memiliki komitmen kuat dengan geng atau kelompok
klithih karena merasa senasib.
Akibat dari tindakan klitih yang dilakukan oleh sekelompok remaja atau pelajar
adalah kematian dan luka berat dari para pelajar, pelaku dan masyarakat; kerusakan fasilitas
umum di sekitar tempat terjadinya kekerasan tersebut; serta traumatik yang mendalam bagi
para pelajar atau masyarakat yang turut jadi korban.

9
BAB III
METODOLOGI

Penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada metode, sistematika
dan pemikiran tertentu yng bertujuan untuk mempelajari atu atau beberapa permasalahan
tertentu dengan menganalisnya. Dalam melakukan suatu penelitian agar tercapai sasaran dan
tujuan yang diinginkan, maka penulis menggunakan metode fpenelitian yang dapat dilakukan
dalam penelitian mengenai klitih dalam konteks Pancasila dapat meliputi:
1. Studi Literatur: Mengumpulkan dan menganalisis literatur, dokumen, buku, artikel,
dan sumber-sumber lain yang relevan tentang klitih dan nilai-nilai Pancasila. Studi
literatur ini membantu memahami konsep klitih dan memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang hubungannya dengan Pancasila.
2. Survei: Melakukan survei dengan cara wawancara kepada responden terkait
pengalaman, persepsi, dan pemahaman mereka tentang klitih dan bagaimana hal
tersebut berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila. Survei ini dapat dilakukan pada
masyarakat umum atau remaja di sekitar.
3. Analisis Konten: Menganalisis konten dari berbagai sumber informasi seperti media
massa, publikasi, dan platform digital untuk mengidentifikasi dan memahami
bagaimana klitih dipahami dan dipersepsikan dalam konteks Pancasila.
4. Studi Kasus: Memilih beberapa kasus konkret yang terkait dengan klitih dalam
kehidupan masyarakat dan menganalisisnya secara mendalam. Studi kasus ini dapat
melibatkan analisis dokumen, wawancara dan observasi langsung.
5. Analisis Komparatif: Membandingkan klitih dalam konteks Pancasila dengan
fenomena serupa dalam ideologi dan nilai-nilai lainnya. Hal ini dapat membantu
memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang implikasi klitih dalam konteks
Pancasila.
6. Diskusi Kelompok: Mengadakan diskusi kelompok terarah dengan anggota yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman terkait klitih dan Pancasila.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Fenomena Kriminalitas Klitih


Sumiati (2009) mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang
dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13 tahun sampai
dengan usia 18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak,
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa
transisi dan pencarian jati diri, yang karenanya sering melakukan perbuatan-perbuatan yang
dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Kenakalan remaja dinamakan lain dengan Juvenile
Deliquency. Dalam pandangan patologis sosial, Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency)
diposisikan sebagai sumber patologis sosial yang dimana semua tingkah laku dari remaja
merupakan hal-hal yang bertentangan dengan norma, stabilitas, moral, disiplin, dan hukum di
lingkungan sosial. Masa remaja identik dengan sifat pembangkangan atau pemberontakan
dalam diri para remaja. Hal ini disebabkan oleh pencarian jati diri atau identitas yang
dilakukan oleh para remaja. Hal ini menimbulkan suatu gejala sosial yang bersifat destruktif
atau merusak.
Salah satu fenomena gejala sosial yang sudah dapat dikategorikan kedalam
kriminalitas adalah klithih. Klithih adalah kegiatan yang dilakukan segerombolan remaja
yang rata-rata usia pelajar untuk mencari target musuh untuk disakiti, disiksa bahkan
dibunuh. Kalau dahulu target aksi tersebut adalah geng yang bersaing untuk mendapatkan
nama dan eksistensi, kalau aksi sekarang siapapun akan diserang yang penting aksi mereka
terliput media. Dengan kata lain aksi tersebut selain menyebarkan ancaman juga
menyebarkan ketakutan dan keresahan kepada masyarakat. Klithih menjadi salah satu
kegiatan geng remaja yang tidak selalu berdasarkan identitas yang sama. Identitas yang
digunakan tidak harus selalu sama, yang pasti mereka mampu memenuhi persyaratan masuk
geng tersebut (R. Budi Sarwono, 2017:191).
Perbuatan Klithih sudah merajalela dan terjadi sampai ke daerah pinggiran Kota
Yogyakarta seperti di daerah Sleman dan Bantul. Klithih sebagian besar dilakukan oleh
sekelompok murid dari Sekolah Menengah Atas (SMA) ataupun Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) bahkan ada tersangka pelaku Klithih yang usia Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Biasanya sekumpulan remaja ini beroperasi pada siang hari hingga sore hari saat
mereka sudah pulang sekolah, namun tak jarang juga mereka beroperasi pada malam hari.
11
Sasaran mereka adalah memusuhi kumpulan remaja lainnya yang pada awalnya karena faktor
sepele. Faktor pengaruh lingkungan pertemanan yang kurang baik juga mendorong para
remaja ini untuk berbuat kriminal Klithih tersebut. Para korban aksi tersebut kebanyakan
tidak tahu-menahu kesalahan ataupun dosanya.
Fenomena klithih merupakan salah satu fenomena yang cukup meresahkan
masyarakat setempat apalagi mengingat Yogyakarta yang identik dengan kota pelajar dimana
dalam kehidupan bermasyarakatnya hukan hanya melingkupi masyarakat lokal melainkan
juga melingkupi masyarakat luar daerah yang datang untuk menempuh pendidikan di
Yogyakarta. Persoalan yang menjadi sorotan utama adalah sasaran dari klithih yang tidak
dapat diprediksikan. Hal ini disebabkan aktvitas klithih tersebut menjadi sebuah ajang
eksistensi untuk pembuktian salah satunya agar bisa masuk ke dalam sebuah geng sehingga
membuat para calon anggotanya atau bahkan anggotanya sendiripun mencari sasaran secara
acak hanya untuk dilukai. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa kasus belakangan ini
yang menimpa beberapa korban dengan karakteristik yang berbeda-beda, melansir dari
website berita resmi krJogja (Kedaulatan Rakyat Jogja) diantaranya :
1. Pada awal tahun 2022 tepatnya 1 Januari 2022 sekitar pukul 05.00 WIB kasus dugaan
kejahatan jalanan atau klitih menyebabkan seorang pria menjadi korban. Peristiwa terjadi
di timur simpang Lempuyangan tepatnya di depan TK ABA Lempuyangan Kota
Yogyakarta.
2. Pada 12 Januari 2022 tepatnya 10 hari setelah kasus dugaan klitih pada awal tahun 2022,
kasus kejahatan jalanan alias klitih kembali terjadi. Kali ini korbannya adalah Tegar
Leonando (TA) warga Warungboto, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Korban hendak
berniat olahraga di kawasan Alun-alun Selatan Kota Yogyakarta. Pada tanggal 18 Januari
2022 , jajaran Polsek Umbulharjo Kota Yogyakarta berhasil menangkap para pelaku.
Tiga dari lima pelaku merupakan residivis dengan kasus yang sama dan masih berstatus
bersyarat. Modus para pelaku yakni mencari musuh atau lawan.
3. Pada 21 Januari 2022, aksi kejahatan jalanan kembali terjadi. Kali ini peristiwa klitih
terjadi di Jalan Magelang Km 5,5 tepatnya di Kutupatran, Sinduadi, Mlati, Sleman.
Jajaran Reskrim Polsek Mlati berhasil meringkus lima terduga pelaku klitih. Korban BR
warga Mlati Sleman dan KV warga Tegalrejo Kota Yogyakarta.
4. Pada Januari 2022 tepatnya 28 Januari 2022, Asep Taryanto warga Mlati, Sleman DIY
diduga menjadi korban keberingasan pelaku kejahatan jalanan atau klitih. Peristiwa
tersebut terjadi di Jalan AM Sangaji Jetis Kota Yogyakarta. Saat itu Asep bersama
istrinya pergi menebus obat disalah satu apotek yang melayani 24 jam namun ternyata
12
tutup. Kaca mobil Daihatsu milik Asep pecah dan berlubang akibat dilempar batu oleh
orang tidak dikenal.
5. Pada 8 Februari 2022, aksi klitih kembali muncul. Kali ini terjadi di kawasan jalan
Karangkajen, Mergangsan, Kota Yogyakarta. Korban FD mengalami luka memar
dihidung dan luka lecet ditangan serta lutut. Kedua terduga pelaku yakni RT dan SM
warga Kota Yogyakarta berhasil diamankan pihak kepolisian. Namun tidak dilakukan
penahanan dengan alasan pelaku masih di bawah umur.
6. Dugaan tindak pidana kejahatan jalanan atau klitih kembali terjadi di bumi Sleman
Sembada. Pada 12 Februari 2022 korban AJ warga Caturharjo, Sleman diduga menjadi
korban klitih. Peristiwa bermula saat korban pergi ke salah rumah makan di daerah
Banyurejo, Tempel, Sleman. Akibat peristiwa tersebut korban mengalami luka dan
sepeda motor milik korban dirusak oleh para terduga pelaku.
7. Pada 13 Februari 2022, peristiwa diduga klitih terjadi di Jalan Godean, Bletuk, Sidorejo,
Godean, Sleman. Kali ini korbannya RDK dan seorang anak warga Moyudan Sleman.
Polisi berhasil menangkap lima terduga pelaku. Dua dari terduga pelaku masih dibawah
umur. Akibat peristiwa tersebut korban RDK mengalami luka dan mendapat lima jahitan.
Sementara seorang anak mengalami luka diperut dan mendapat empat jahitan.

Seiring berjalannya waktu dapat diketahui fenomena klithih ini menargetkan sasaran
secara acak bukan lagi hanya ditujukan pada pihak-pihak atau geng tertentu. Hal ini tentunya
menimbulkan keresahan ditengah masyarakat mengenai keamanan dan keselamatan
utamanya pada malam hari. Kasus Klithih pada dasarnya merupakan fenomena anak muda di
Yogyakarta yang ingin mencari jati diri atau pengakuan terutama dari lingkungan
persahabatan mereka. Untuk membuktikan itu, terkadang mereka membutuhkan barang bukti
berupa barang milik geng pesaing atau setidaknya melakukan perundungan terhadap geng
pesaing.

4.2 Faktor Penyebab dan Dampak Kriminalitas Klithih


Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan fenomena kriminalitas klithih ini terjadi
bisa terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Pengaruh dari lingkungan tempat
tinggal, pergaulan, gaya hidup, kepribadian dan karakter tiap individu yang dilatarbelakangi
oleh masalah keluarga juga dapat menyebabkan kejahatan klithih ini terjadi. Diantara
beberapa faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Faktor Internal
13
Permasalahan internal keluarga dan kepribadian, latar belakang keluarga yang
bermasalah dapat memicu perkembangan kondisi psikologis anak yang tidak stabil.
Emosi yang tidak dapat dikendalikan, ketidakmampuan dalam memikirkan masalah
dengan jernih hingga kemampuan mengontrol diri. Keluarga yang didalamnya juga
terdapat perilaku kekerasan (KDRT) juga dapat memicu tindak kekerasan yang berulang
yang akan ditiru dan dilakukan oleh anak. Hal tersebut juga dapat menciptakan suasana
yang tidak nyaman di dalam rumah sehingga membuat anak dapat lebih sering
menghabiskan waktunya diluar rumah dan pada akhirnya menjauh dari keluarga.
Berbagai emosi yang terpendam dan juga bentuk kekecewaan dalam diri dapat menjadi
faktor para remaja tersebut melampiaskannya kepada hal-hal yang juga menjurus pada
perilaku menyimpang kekerasan. Hal ini juga dapat dipicu dengan kondisi psikologis
remaja yang masih sangat rentan dan labil sehingga dinilai belum mampu untuk
memikirkan suatu masalah secara stabil dan jernih.
Di dalam lingkungan keluarga, kontrol dari orang tua terhadap anak sangatlah penting.
Karena kurangnya pengawasan dari orang tua, membuat anak menjadi bebas sehingga
memberi kesempatan bagi mereka untuk melakukan hal-hal yang tak diinginkan, seperti
aksi klithih ini. Orang tua yang disibukkan dengan pekerjaan membuat kontrol terhadap
anak sangat kurang. Di beberapa kasus diketahui faktor internal seperti ini terjadi salah
satunya karena bentuk perhatian orangtua hanya disampaikan dalam bentuk pemenuhan
materi bukan dalam bentuk kasih sayang , padahal materi tidak dapat mengalahkan
pentingnya kasih sayang dan perhatian orang tua. Perceraian dalam keluarga juga dapat
membuat anak menjadi kurang perhatian dan terbengkalai dari kontrol orangtua yang
sibuk dengan keluarga barunya. Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan,
perhatian, pujian, dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau
keluarganya. Karena secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan yang sangat
kuat. Jika hal tersebut tidak didapatkan maka besar kemungkinan anak akan mencari
kesenangan atau kebahagiaan diluar rumah atau bahkan melampiaskan semua emosi
yang dirasakan diluar rumah,

2. Faktor Eksternal
Lingkungan pergaulan menjadi salah faktor terjadinya kriminalitas klithih ini. Pada
mulanya seperti klithih berasal dari sekelompok geng-geng tertentu yang kemudian
melancarkan aksinya. Adanya kelompok-kelompok ini yang sejak dulu terus merekrut
anggota baru dan menjadikan syarat untuk masuk gengnya adalah melakukan tindak
14
kriminal seperti melukai orang lain yang ada di jalanan. Pada umumnya usia remaja
adalah usia yang sangat rentan dan mudah untuk dipengaruhi sehingga doktrin-doktrin
atau ajakan dari lingkungan sekitarnya dapat dengan mudah untuk diikuti tanpa
memikirkan dampak yang terjadi atas perbuatan tersebut. Selain itu dalam pergaulan
bebas, konsumsi minuman keras secara berlebihan akan dapat mempengaruhi syaraf
berfikirnya dan melahirkan suatu kepribadian yang menyimpang, dengan ciri-ciri sebagai
berikut terlalu mengutamakan dan mementingkan diri sendiri, ketergantungan kepada
seseorang atau orang lain, perasaan yang berlebih-lebihan terhadap kemampuan diri
sendiri atau merasa dirinya jagoan. Penggunaan minuman keras secara berlebihan dan
tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai masalah, baik bagi diri sendiri maupun
orang lain atau lingkungan masyarakat sekitarnya. Pada dasarnya minuman keras sangat
mempengaruhi bagi seseorang untuk melakukan kejahatan, termasuk kejahatan yang
dilakukan oleh pelaku aksi klithih.

Menurut salah satu tokoh, Sosiolog Kriminalitas Universitas Gajah Mada (UGM),
Soeprapto dalam Jatmiko, D. (2021) menyebutkan kekerasan remaja terjadi karena
pengaruh lingkungan sosial yang salah. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya fenomena Klithih yaitu:
1) Ada pengaruh kuat kelompok sepermainan atau “peer group” ke arah perilaku
kekerasan
2) Adanya pengaruh dari motor penggerak, misal kakak kelas dan alumni.
3) Menunjukkan eksistensi diri agar keberadaannya diakui.
4) Ada yang memanfaatkan keadaan psikologis remaja yang sedang berada dalam masa
transisi biologis dan sosial.
5) Tindakan kekerasan itu muncul disebabkan kurangnya penanaman nilai budaya dan
norma sosial.
6) Mereka tidak dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk dan
harus dihindari.
7) Penanaman nilai-nilai keagamaan hanya sampai pada sosialisasi, belum sampai ke
internalisasi atau penghayatan.
8) Rata-rata seseorang yang gemar melakukan kekerasan memiliki kualitas kecerdasan
emosional (EQ) hanya pada level pertama yakni memahami diri sendiri, belum
sampai level kedua mampu mengendalikan diri. Apalagi level tiga, memahami orang
lain, dan level empat, mengendalikan orang lain.
15
Adapun dampak yang dapat ditimbulkan diantaranya :
1. Menimbulkan keresahan dalam masyarakat
2. Mencoreng nama daerah
3. Membuat orang lain terluka hingga kehilangan nyawa
4. Merusak persatuan dan kesatuan bangsa
5. Merusak kualitas generasi penerus bangsa

4.3 Keterkaitan Pancasila Dengan Kriminalitas Klithih


Pancasila adalah dasar negara dan ideologi Indonesia yang mencakup lima sila atau
prinsip dasar, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila
bertujuan untuk membangun dan memperkuat persatuan, keadilan, dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Ketika membahas keterkaitan Pancasila dengan kenakalan remaja
khususnya mengenai klithih, ada beberapa aspek yang dapat diperhatikan tiga diantaranya
adalah :
1. Ketuhanan yang maha esa
Sila pertama Pancasila menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai religius dan
spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai aspek
kehidupan sosial, politik, dan budaya di Indonesia, termasuk dalam pembentukan
kebijakan negara dan norma-norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Perilaku
klithih tentunya dapat dinilai sebagai perilaku yang menyalahi norma yang berlaku
dimasyarakat sebab perilakunya yang sampai dapat membahayakan bahkan
menghilangkan nyawa orang lain tidak dapat dibenarkan dalam norma di masyarakat
maupun dalam norma di agama manapun. Agama yang diakui sah oleh negara tidak
satupun ajarannya yang membenarkan adanya kekerasan antar sesama. Oleh karena itu
perilaku klithih dinilai sangat bertentangan dengan kaidah sila pertama dalam pancasila.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam esensinya persoalan kemanusiaan yang adil dan beradab berkaitan bagaimana
cara memperlakukan manusia serta mengenai hak-hak manusia. Diantara hak-hak antar
sesama manusia adalah berhak mendapatkan kehidupan yang baik dan layak. Perilaku
klithih yang memberikan dampak kekerasan kepada korban bahkan di beberapa kasus
sampai menghilangkan nyawa korban dinilai menyalahi sila kedua dalam pancasila yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Hilangnya hak untuk hidup, hilangnya hak atas rasa
16
aman serta berbagai hal lainnya terkait kemanusiaan erat kaitannya dengan kriminalitas
klithih ini. Bahkan jika melihat dari lingkup yang lebih luas klithih bukan hanya
menyalahi sila kedua dalam pancasila namun juga menyalahi hak asasi manusia (HAM)
dari setiap individu yang menjadi korbannya.
3. Persatuan Indonesia.
Kaidah Sila Ketiga dalam Pancasila adalah "Persatuan Indonesia". Sila Ketiga
menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan seluruh elemen bangsa Indonesia, yang
meliputi beragam suku, agama, ras, dan golongan, untuk mencapai tujuan bersama dalam
membangun negara yang adil dan makmur. Adanya kriminilitas ini jika tidak ditangani
dengan tepat maka akan dikhawatirkan memecah belah persatuan. Segenap elemen
masyarakat diberbagai lapisan yang seharusnya bersama saling mengambil peran untuk
menciptakan kehidupan sosial yang kondusif menjadi gagal tercipta akibat adanya
beberapa golongan (klithih) yang memiliki tujuan yang berbeda dan tidak sevisi bersama
dengan masyarakat setempat dalam menjaga keutuhan daerah bahkan negara yang aman
dan makmur.

4.4 Pandangan Masyarakat Terkait Fenomena Kriminalitas Klithih


Berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh tim dengan cara wawancara
untuk meminta pandangan masyarakat terkait fenomena kriminilaitas klithih diketahui bahwa
mayoritas sampel masyarakat yang dimintai keterangan memberikan kesaksian bahwa
fenomena klithih terbukti sangat meresahkan masyarakat dan digolongkan pada perilaku yang
melanggar norma sosial dan dapat memecah belah persatuan. Pada narasumber pertama
memberikan keterangan bahwa permasalahan klitih yaitu merupakan sebuah permasalahan
anak muda karena klitih itukan banyak dilakukan anak – anak remaja yang mungkin belum
menginjak usia dewasa dan itu melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain.
Narasumber mengasumsikan bahwa mereka merupakan sekelompok anak yang sedang
mencari jati diri, jadi apapun yang menurut mereka menyenangkan mereka akan lakukan.
Permasalahannya adalah dalam hal realisasi kesenangan tersebut dilakukan dengan cara yang
salah yaitu menyakiti orang lain.
Salah seorang narasumber yang berasal dari luar DIY yang merupakan mahasiswa
salah satu kampus di Kota Yogyakarta memaparkan bahwa fenomena klithih merupakan
suatu yang sangat meresahkan apalagi bagi kaum pelajar yang merantau untuk menuntut ilmu
namun harus dihadapkan dengan fenomena kejahatan jalanan. Secara keseluruhan dari
narasumber yang diwawancarai dalam analisis fenomena klithih ini memberikan keterangan
17
yang serupa terhadap keresahan fenomena kriminalitas klithih ini. Oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya pencegahan dan penanganan agar menciptakan kehidupan masyarakat yang
aman dan nyaman serta mewujudkan nilai-nilai pancasila yang saling memanusiakan manusia
serta merajut persatuan kesatuan bangsa.
4.5 Upaya-Upaya Penanganan dan Pencegahan Fenomena Kriminalitas Klithih
Upaya preventif yang dapat dilakukan unutk mencegah dan menangani kriminalitas
klithih diantaranya :
1) Mengadakan sosialisasi parenting kepada para orangtua untuk dapat membina
komunikasi yang baik dengan anak sehingga dapat tercipta komunikasi yang baik
antara anak dan orangtuanya utamanya pada usia remaja sehingga diharapkan hal
tersebut dapat membantu secara internal untuk kondisi psikologis anak untuk
diarahkan kepada al-hal yang positif.
2) Mengurangi aktivitas dimalam hari jika tidak penting atau mendesak dan menghindari
jalan-jalan yang rawan sepi. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi sekaligus
/penjagaan diri untuk menghindari potensi terjadinya kejahatan yang mayoritas
dilakukan di malam hari .
3) Kepada segenap elemen masyarakat dan pihak berwajib untuk melakukan patroli
keamanan sesuai dengan hirarki tugas dan kewenangan masing-masing untuk
memastikan lingkungan tempat tinggal baik ditengah-tengah permukiman atau pada
area-area rawan dapat terjaga dari tindak kejahatan utamanya klithih. Patroli dari
pihak berwajib ketika malam hari di jam-jam yang diperkirakan mulai rawan dapat
dilakukan disamping bantuan dari masyarakat lokal yang juga berpartisipasi seperti
dalam kegiatan pos kamling untuk menjaga keamanan setempat.
4) Kepada pemerintah untuk menerapkan hukum dengan tegas kepada pelaku klithih
serta memberikan rehabilitasi agar menciptakan sebuah efek jera dan menumbuhkan
kesadaran bahwa tindakan tersebut tidak tepat dikatakan untuk mencari eksistensi
sebab melukai bahkan hingga membunuh orang lain bukan merupakan suatu
eksistensi yang bisa dibanggakan.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Maraknya aksi klithih atau kekerasan di jalan yang dilakukan oleh anak muda dinilai
cukup meresahkan. Dampak dari aksi mereka sangat luar biasa meresahkan, mulai dari
pengerusakan, melukai orang lain, bahkan hingga ada korban yang meninggal dunia. Alasan
remaja melakukan hal itu karena untuk menunjukkan eksistensi diri maupun kelompok.
Klithih dapat disebabkan oleh faktor internal seperti dari latar belakang keluarga atau dari
kepribadian individual dan faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan dan pergaulan bebas.
Pada umumnya pelaku klithih merupakan remaja yang belum matang secara psikologis
maupun emosionalnya sehingga membuat mereka dengan mudah terdoktrin hasutan dari
geng-geng tertentu untuk melancarkan aksi tersebut. Fenomena kejahatan klithih merupakan
sebuah hal yang menyimpang dan menyalahi urgensi pancasila sebagai dasar negara dimana
asas-asas kaidah dalam pancasila merujuk pada persatuan, kesehatan, kedamaian dan
kehidupan yang rukun serta menyangkut dengan hal kemanusiaan. Oleh karena itu diperlukan
upaya preventif dari seluruh lapisan masyarakat maupun pemerintah untuk mencegah dan
memberantas kejahatan klithih ini baik dari segi internal maupun eksternal. Hal tersebut
dilakukan untuk mewujudkan realisais kaidah pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
menjaga persatuan dan kesatuan ditengah masyarakat, menciptakan kehidupan yang rukun,
saling toleransi, makmur, aman dan tentram.

5.2 Saran
1. Kepada pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang tegas serta memberikan
rehabilitasi kepada pelaku klithih unutk memberikan efek jera dan menumbuhkan
kesadaran agar kejadian yang serupa tidak terulangi lagi.
2. Kepada pemerintah khususnya dalam urusan pendidikan dapat mengusulkan program
untuk pembinaa karakter untuk dapat menumbuhkan kesadaran generasi bangsa dan
sikap cinta tanah air.
3. Kepada pihak berwajib untuk meningkatkan patroli keamanan khususnya pada malam
hari untuk mengantisipasi adanya tindak kejahatan pada malam hari.
4. Kepada seluruh elemen masyarakat untuk mendukung kebijakan dan program dari
pemerintah serta turut serta dalam upaya edukasi secara internal kepada keluarga
sendiri ataupun secara eksternak dengan ikut melakukan pengamanan di wilayah
tempat tinggalnya sendiri.
19
DAFTAR PUSTAKA

Hamzani, Achmad Irwan. "Menggagas Indonesia Sebagai Negara Hukum Yang


Membahagiakan Rakyatnya." Yustisia Jurnal Hukum 3.3 (2014): 137-142.
NEGARA, IDEOLOGI BANGSA DAN. "PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
DAN NEGARA."
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21801/BAB%20I.pdf?
sequence=2&isAllowed=y
Jatmiko, D. (2021). Kenakalan remaja klithih yang mengarah pada konflik sosial dan
kekerasan di Yogyakarta. Jurnal Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 21(2),
129-150.

https://lm.psikologi.ugm.ac.id/2022/05/fenomena-klitih-di-yogyakarta-mengapa-bisa-terjadi/

20
LAMPIRAN

Berikut foto lampiran hasil observasi dan wawancara kepada narasumber yang dalam hal ini
dipilih pemuda dan pemudi untuk memberikan pandangan dan tanggapannya terhadap topik
yang diamati.

21
22

Anda mungkin juga menyukai