Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ANTI KORUPSI

Nisa Fauzana (p21345121058)

Muhammd Ryan Rifa’i (p21345121048)

Sabilla Dewi Larasati (p21345121065)

Vita Cahya Sabrina (p21345121078)

KELOMPOK 9

D3 SANITASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JAKARTA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul PANCASILA SEBAGAI SISTEM ANTI
KORUPSI ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs. Zulkifli
Lubis, MA pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA, selaku dosen mata
kuliah PENDIDIKAN PANCASILA yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.

Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, 3 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Konsep Pancasila Sebagai Anti Korupsi......................................................................... 2

a. Macam – Macam Pengertian Korupsi ................................................................... 2

b. Bentuk – Bentuk Korupsi ...................................................................................... 2

c. Nilai – Nilai Hukum Pancasila dalam Membangun Sistem Hukum ..................... 3

2. Alasan Pancasila Anti Korupsi. ...................................................................................... 3

3. Faktor – Faktor yang Menjadi Penyebab Korupsi dan Dampaknya ............................... 5

a. Faktor Internal........................................................................................................ 5

b. Faktor Eksternal ..................................................................................................... 6

c. Dampak Akibat Korupsi ........................................................................................ 7

4. Contoh Kasus Korupsi dan Upaya Pencegahannya ....................................................... 7


a. Korupsi Selama Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono................................. 7
b. Upaya Pencegahan Terjadinya Korupsi .................................................................. 8
5. Pendidikan Anti Korupsi............................................................................................... 10
a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi ................................................. 10
b. Zona Integritas dalam Perguruan Tinggi .............................................................. 11
ii
BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi merupakan salah satu masalah besar yang perlu dihadapi oleh negara
Indonesia. Korupsi telah merugikan bangsa dan negara, bahkan dianggap sebagai suatu kejahatan
luar biasa. Korupsi sendiri memiliki arti suap, busuk, dan sebagainya Indonesia telah
memiliki kebijakan yang mengatur mengenai pemberantasan korupsi, bahkan dengan
adanya hukuman mati bagi para koruptor. Hal tersebut sampai saat ini belum maksimal
untuk memberantas korupsi. Indonesia Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan mendasarkan pada moral dan nilai-nilai budaya asli masyarakat Indonesia, hal ini
dapat dipergunakan untuk memberantas korupsi dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi
manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep Pancasila sebagai anti korupsi ?
2. Alasan mengapa Pancasila anti korupsi ?
3. Apa saja penyebab terjadinya korupsi dan dampaknya ?
4. Berikan salah satu contoh kasus korupsi dan upaya pencegahannya !
5. Apa yang dimaksud Pendidikan Anti Korupsi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai prinsip dasar Pancasila sebagai Anti
Korupsi di Negara Indonesia.
2. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila

1
I. Konsep Pancasila sebagai anti korupsi

Ada berbagai anggapan dan pengertian korupsi yang dikemukakan oleh masyarakat. Ada
beberapa masyarakat menganggap bahwa korupsi adalah suatu tindakan penggelapan uang negara,
adapula yang mengartikan bahwa korupsi adalah tindakan mencuri hak rakyat. Berbagai pendapat
masyarakat tersebut tidaklah salah. Sesungguhnya korupsi berasal dari bahasa latin corruption dan
dari bahasa Arab rasuah yang memiliki arti suap. Muhammad Ali menguraikan mengenai
pengertian korupsi;

• Korup: artinya busuk, suka menerima suap/sogok, memakai kekuasaan untuk


kepentingan sendiri.
• Korupsi: artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok.
• Koruptor: artinya orang yang melakukan korupsi.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah suatu yang busuk, jahat dan merusak. Sedangkan
korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Korupsi
adalah perbuatan melawan hukum dengan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan orang lain atau negara. Selanjutnya, yang dapat dijerat dalam
tindak pidana korupsi yaitu setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau sesuatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
atau perekonomian negara. Bentuk-bentuk tindakan korupsi yang makin beragam, dapat di uraikan
sebagai berikut:

1. Kerugian keuangan negara


2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan Curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

2
Indonesia merupakan negara yang telah merdeka, dan saat ini perlu adanya suatu sistem
hukum yang dapat memberikan kepastian eksistensinya sebagai Negara yang merdeka. Bahkan
untuk mempertahankan kemerdekaan, indonesia telah memiliki sumber hukum yang mumpuni,
berupa Pancasila, yang sejak awal kemerdekaan hingga detik ini menjadi sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia. Yang menjadi hal pokok dalam mengisi kemerdekaan tersebut yaitu
meningkatkan kemajuan negara Indonesia dalam segala bidang. Mengenai kesejahteraan dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Salah satu untuk
mempertahankan eksistenti negara Indonesia yaitu dengan memberantas korupsi yang merupakan
suatu masalah yang sangat masif di Indonesia.

Indonesia perlu membangun sistem hukum yang mengedepankan dasar moral yang berasal
dari budaya bangsa Indonesia. Moral dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan
dedikasi pengabdian bagi bangsa dan negara. Pancasila sebagai dasar falsafah Indonesia
memberikan konsekuensi logis berupa segala bentuk aturan hukum yang ada di indonesia
didasarkan Pancasila. Hukum positif yang ada di indonesia, tidak boleh bertentangan dari nilai-
nilai Pancasila. Perlu diingat bahwa keberadaan Pancasila sebagai falsafah bangsa indonesia,
dibentuk dan diambil dari kebudayaan dan kebiasaan murni bangsa Indonesia.

Cita hukum pancasila dalam membangun sistem hukum, mempunyai tiga nilai sebagai berikut:

1. Nilai Dasar; yaitu asas-asas yang diterima sebagai dalil yang sedikit banyak mutlak. Nilai
dasar Pancasila tersebut adalah keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, nilai kerakyatan, nilai
keadilan.
2. Nilai Instrumental; yaitu pelaksanaan umum dari nilai-nilai dasar terutama berbentuk
norma hokum yang selanjutnya dikristalisasikan dalam peraturan perundang-undangan.
3. Nilai Praksis, nilai praksis sesungguhnya menjadi batu uji apakah nilai kenyataan. Nilai
praksis sesungguhnya menjadi batu uji apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-
benar hidup dalam masyarakat indonesia. Misalnya kepatuhan masyarakat terhadap hokum
atau penegakan hukum.
II. Alasan pancasila anti korupsi

Setiap individu memiliki potensi sifat serakah, tidak peduli dia berasal dari kalangan
menengah bawah atau pun kaum kaya raya. Pada umumnya, sifat serakah muncul karena naluri
ingin berfoya-foya, sifat hedonisme, ingin mendongkrak status sosial atau karena merasa tidak

3
pernah puas. Individu yang serakah rela mengorbankan orang lain demi memuaskan nafsu
keserakahannya.

Jika penyebab seseorang melakukan korupsi didasari oleh naluri keserakahan, maka selain aturan
hukum, diperlukan juga panduan nilai-nilai untuk mencegah orang melakukan korupsi. Di
Indonesia, panduan nilai-nilai itu telah disediakan dalam Pancasila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki esensi agar setiap warga Indonesia takut untuk
berbuat dosa, termasuk melakukan korupsi, karena selalu merasa diawasi oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Seperti yang diketahui, Indonesia berkembang enam agama resmi (Islam,
Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu) dan semuanya menolak korupsi.
Penolakan hadir disebabkan perilaku korupsi sangat berlawanan dengan semangat manusia
yang memiliki Tuhan dalam hidupnya. Secara nyata koruptor sudah menafikan adanya
tindakan yang merugikan orang lain dan perbuatan dosa yang kelak akan mendapatkan
pembalasannya. Tindakan pidana korupsi juga melupakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa
itu Maha Melihat segala perbuatan hamb
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, artinya tertanam nilai bahwa jika seseorang
melakukan korupsi, maka orang itu sama saja telah menodai nilai-nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab. Seorang koruptor tidak memiliki rasa keadilan dan keadaban, sebab hak
yang seharusnya dimiliki rakyat diambil secara sepihak untuk kepentingan pribadinya
3. Persatuan Indonesia, memiliki esensi bahwa setiap tindakan yang dilakukan individu dapat
memberi dampak pada individu lainnya sebagai makhluk sosial. Oleh karenanya Indonesia
menolak individualisme yang dapat menjadi cikal bakal lahirnya korupsi. Sila ketiga juga
menanamkan pesan agar bangsa Indonesia harus bersatu memerangi hal-hal buruk,
termasuk korupsi.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, artinya
menyampaikan pesan bahwa pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan penuh hikmat
dan kebijaksanaan. Tidak bisa secara sporadis dan orang perorang.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memiliki esensi bahwa penolakan terhadap
korupsi merupakan tindakan untuk memperoleh keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Tak ada lagi keadilan ketika kesenjangan sosial semakin lebar disebabkan

4
anggaran negara tidak lagi pro rakyat. Kepentingan umum terganggu akibat tidak
selesainya pembangunan karena dana pembangunan tertahan di tangan para koruptor.

Implementasi sila pertama sampai kelima dapat menggunakan banyak unsur kehidupan
seperti keluarga, masyarakat, pemerintah atau negara dan institusi pendidikan. Semua ini
bersinergi dalam mencegah dan menindak tegas perilaku korup di berbagai bidang kehidupan.
Selain itu perlu ditampilkan pula apresiasi terhadap personal maupun lembaga sehingga dapat
menjadi teladan bagi manusia Indonesia lainnya.

III. Faktor Penyebab dan Dampak Korupsi


1. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi

Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu diantaranya faktor internal dan faktor
eksternal, yang masing-masing faktor tersebut memiliki beberapa poin-poin .

1) faktor internal

Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah :

a) Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia.

Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang dimilikinya saat
ini. Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka miliki dan hal tersebut akan
mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.

b) Gaya hidup yang konsumtif.

Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari berlebihan, atau
dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup yang semacam ini akan
mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena apabila dari penghasilan mereka tidak
mencukupi untuk memenuhi gaya hidup mereka yang boros.

c) Moral yang kurang kuat.

Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral manusia yang
kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan mereka lebih mementingkan
kepentingan mereka sendiri.

5
2) Faktor eksternal

Penyebab korupsi dari faktor eksternal antara lain:

a) Politik

Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik sendiri
berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti akan menggunakan
berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan kekuasaan tersebut. Faktor
politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan stabilitas politik.

b) Hukum

Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro pada pihak-
pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri. Faktor hukum juga
dibagi menjadi dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan kepastian hukum.

c) Ekonomi

Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal tersebut
dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi juga terbagi menjdai dua
yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.

d) Organisasi

Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi , diantaranya yaitu

• Kultur atau budaya


• Pimpinan
• Akuntabilitas
• Manajemen atau sistem

6
2. Dampak korupsi

Korupsi berdampak negatif terhadap bidang kehidupan masyarakat baik pada bidang ekonomi,
sosial dan budaya.

Dampak korupsi di bidang ekonomi adalah: memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi,


menurunkan tingkat investasi, menambah beban dalam transaksi ekonomi dan menciptakan sistem
kelembagaan yang buruk, menyebabkan sarana dan prasarana berkualitas rendah, meningkatkan
ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Dampak korupsi di bidang ekonomi tersebut juga
berlaku di Indonesia.

Dampak korupsi terhadap budaya adalah memberikan pengaruh yang buruk dalam berperilaku.
Masyarakat negara korup cenderung tidak disiplin dan tidak patuh terhadap peraturan yang
berlaku. Penelitian lainnya membuktikan bahwa korupsi juga dapat menurunkan tingkat
kebahagiaan masyarakat.

IV. Contoh kasus korupsi dan upaya pencegahannya


A. Contoh Kasus Korupsi

Kasus Korupsi Bansos Covid-19

Pada 6 Desember 2021, KPK menetapkan Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara sebagai
tersangka kasus dugaan suap bantuan sosial penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah
Jabodetabek tahun 2020. Penetapan tersangka Juliari saat itu merupakan tindak lanjut atas operasi
tangkap tangan yang dilakukan KPK pada Jumat, 5 Desember 2021. Usai ditetapkan sebagai
tersangka, pada malam harinya Juliari menyerahkan diri ke KPK. Selain Juliari, KPK juga
menetapkan Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, Ardian I M dan Harry Sidabuke
sebagai tersangka pemberi suap.

Menurut KPK, kasus ini bermula dari adanya program pengadaan bansos penanganan
Covid-19 berupa paket sembako di Kemensos tahun 2020 dengan nilai sekitar Rp 5,9 Triliun
dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan dengan 2 periode. Juliari sebagai menteri sosial saat
itu menunjuk Matheus dan Adi sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam pelaksanaan
proyek tersebut dengan cara penunjukkan langsung para rekanan dan diduga disepakati ditetapkan

7
adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan yang harus disetorkan para rekanan kepada Kemensos
melalui Matheus.

Untuk setiap paket bansos, fee yang disepakati oleh Matheus dan Adi sebesar Rp 10.000
per paket sembako dari nilai Rp 300.000 per paket bansos. Pada Mei sampai November 2020,
Matheus dan Adi membuat kontrak pekerjaan dengan beberapa suplier sebagai rekanan yang di
antaranya Ardian I M dan Harry Sidabuke dan juga PT RPI yang diduga milik Matheus kepada
Juliari melalui Adi. Dari jumlah itu, diduga total suap yang diterima oleh Juliari sebesar Rp 8,2
miliar. Uang tersebut selanjutnya dikelola Eko dan Shelvy N selaku orang kepercayaan Juliari
untuk digunakan membayar berbagai keperluan pribadi Juliari. Kemudian pada periode kedua
pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul uang fee dari Oktober sampai Desember 2020
sekitar Rp 8,8 miliar.

Sehingga, total uang suap yang diterima oleh Juliari menurut KPK adalah sebesar Rp 17
miliar. Seluruh uang tersebut diduga digunakan oleh Juliari untuk keperluan pribadi. Atas
perbuatannya itu, Juliari disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal
11 Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin (23/8/2021). Majelis hakim menilai Juliari terbukti
melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001. Selain itu,
hakim juga menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti sejumlah Rp
14.590.450.000 atau sekitar Rp 14,59 miliar. Jika tidak diganti, bisa diganti pidana penjara selama
dua tahun. Hak politik atau hak dipilih terhadap Juliari pun dicabut oleh hakim selama empat
tahun.

B. Upaya pencegahannya
1) Penanaman Semangat Nasional

Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk
penyuluhan atau diksusi umum terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa

8
Indonesia. Kepribadian yang berdasarkan Pancasila merupakan kepribadian yang menjunjung
tinggi semangat nasional dalam penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
adanya penanaman semangat nasional Pancasila dalam diri masyarakat, kesadaran masyarakat
aka dampak korupsi bagi negara dan masyarakat akan bertambah. Hal ini akan mendorong
masyarakat Indonesia untuk menghindari berbagai macam bentuk perbuatan korupsi dalam
kehidupan sehari-hari demi kelangsungan hidup bangsa dan negaranya.

2) Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Terbuka

Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh
pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur negara secara jujur dan terbuka.
Kejujuran dan keterbukaan dalam penerimaan pegawai yang dilakukan oleh pemerintah
menunjukkan usaha pemerintah yang serius untuk memberantas tindak pidana korupsi yang
berkaitan dengan suap menyuap dalam penerimaan pegawai. Pemerintah yang sudah berupaya
melakukan tindakan pencegahan dalam penerimaan pegawai perlu disambut baik oleh
masyarakat terutama dalam mendukung upaya pemerintah tersebut.

3) Himbauan Kepada Masyarakat

Himbauan kepada masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah dalam upaya melakukan
pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi di kalangan masyarakat. Himbauan
biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan di lingkup
masyarakat kecil dan menekankan bahaya laten adanya korupsi di negara Indonesia. Selain itu,
himbauan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat menekankan pada apa saja yang
dapat memicu terjadinya korupsi di kalangan masyarakat hingga pada elite pemerintahan.

4) Penanaman Semangat Nasional

Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk
penyuluhan atau diksusi umum terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Indonesia. Kepribadian yang berdasarkan Pancasila merupakan kepribadian yang menjunjung
tinggi semangat nasional dalam penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
adanya penanaman semangat nasional Pancasila dalam diri masyarakat, kesadaran masyarakat
akan dampak korupsi bagi negara dan masyarakat akan bertambah. Hal ini akan mendorong

9
masyarakat Indonesia untuk menghindari berbagai macam bentuk perbuatan korupsi dalam
kehidupan sehari-hari demi kelangsungan hidup bangsa dan negaranya.

5) Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Terbuka

Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh
pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur negara secara jujur dan terbuka.
Kejujuran dan keterbukaan dalam penerimaan pegawai yang dilakukan oleh pemerintah
menunjukkan usaha pemerintah yang serius untuk memberantas tindak pidana korupsi yang
berkaitan dengan suap menyuap dalam penerimaan pegawai. Pemerintah yang sudah berupaya
melakukan tindakan pencegahan dalam penerimaan pegawai perlu disambut baik oleh
masyarakat terutama dalam mendukung upaya pemerintah tersebut.

6) Himbauan Kepada Masyarakat

Himbauan kepada masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah dalam upaya melakukan
pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi di kalangan masyarakat. Himbauan
biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan di lingkup
masyarakat kecil dan menekankan bahaya laten adanya korupsi di negara Indonesia.

Selain itu, himbauan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat menekankan pada apa
saja yang dapat memicu terjadinya korupsi di kalangan masyarakat hingga pada elite
pemerintahan.

7) Berikan Hukuman Berat Pada Koruptor

Memberikan hukuman berat bagi para pelaku koruptor, akan memunculkan efek jera. Hal ini
juga dapat menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang serupa.

8) Jadi Pemimpin Yang Berintegritas

Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi setiap anggotanya.
Jika seluruh pemimpin suatu negara, pemerintahan, perusahaan atau usaha tidak melakukan
tindak korupsi maka ini bisa menghalangi orang-orang yang berada di bawahnya melakukan
tindak korupsi.

10
9) Supremasi Hukum yang Kuat

Kekuatan hukum sangat diperlukan untuk menegakkan keadilan. Ketika hukum tidak berfungsi
sebagai mana fungsinya, maka kepercayaan publik akan hilang. Dengan membangun supremasi
hukum yang kuat, maka pelaku-pelaku koruptor tidak menemukan celah untuk melancarkan aksi
mereka. Membangun supremasi hukum yang kuat adalah dengan memberlakukan hukuman
secara adil tanpa pilih kasih sehingga tak ada lagi manusia yang kebal hukum.

V. Pendidikan Anti Korupsi

Mengingat semakin beratnya tugas KPK yang saat ini sedang ada pada zona terpuruk dan
besarnya akibat yang disebabkan oleh kasus korupsi tersebut, maka diperlukan suatu sistem yang
mampu menyadarkan semua elemen bangsa untuk sama-sama bergerak memberantas korupsi yang
juga harus didukung penuh oleh semua pihak dalam jajaran pemerintah. Cara yang paling efektif
adalah melalui media pendidikan. Diperlukan sebuah sistem pendidikan antikorupsi yang berisi
tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan
terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi


berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap
menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas antikorupsi ini akan terwujud jika
kita secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu mengidentifkasi
berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan memperbaharui sistem nilai warisan
dengan situasi-situasi yang baru.

Pendidikan antikorupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif, karena pendidikan


merupakan proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang, dan melalui jalur ini
lebih tersistem serta mudah terukur, yaitu perubahan perilaku antikorupsi. Perubahan dari sikap
membiarkan dan memaafkan para koruptor ke sikap menolak secara tegas tindakan korupsi, tidak
pernah terjadi jika kita tidak secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk
memperbaharui sistem nilai yang diwarisi untuk menolak korupsi sesuai dengan tuntutan yang
muncul dalam setiap tahap perjalanan bangsa.

11
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan antikorupsi ini adalah membuat siswa
mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi sehingga tercipta generasi yang sadar
dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi, dan mengerti sanksi yang akan diterima
jika melakukan korupsi, serta menciptakan generasi muda bermoral baik serta membangun
karakter teladan agar generasi muda tidak melakukan korupsi sejak dini.

Zona Integritas di Perguruan Tinggi

Membangun Zona Integritas merupakan tujuan terpenting dalam mewujudkan Pendidikan


Antikorupsi, hal ini akan menjadi contoh bagi anak bangsa bahwa perguruan tinggi bebas dari
korupsi dengan budaya antikorupsi dan administrasi dan tata kelola yang bersih serta melayani.
Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan
jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK)/Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja
yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem
manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja. Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem
manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas
pelayanan publik.

Perguruan tinggi dapat mewujudkan zona-zona integritas, dalam bentuk tata kelola,
inovasi, regulasi, dan penatanaan sistem yang bisa diyakini akan mewujudkan zona berintegritas.
Serta mewujudkan kemudahan layanan, adanya program yang menyetuh masyarakat, dan
manajemen media guna menunjukan transparasi perguruan tinggi.

12
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Korupsi merupakan salah satu masalah besar yang perlu dihadapi oleh negara
Indonesia. Korupsi telah merugikan bangsa dan negara, bahkan dianggap sebagai suatu kejahatan
luar biasa. Ada berbagai anggapan dan pengertian korupsi yang dikemukakan oleh masyarakat.
Ada beberapa masyarakat menganggap bahwa korupsi adalah suatu tindakan penggelapan uang
negara, adapula yang mengartikan bahwa korupsi adalah tindakan mencuri hak rakyat.
Sesungguhnya korupsi berasal dari bahasa latin corruption dan dari bahasa Arab rasuah yang
memiliki arti suap.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah suatu yang busuk, jahat dan merusak. Sedangkan
korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Korupsi
adalah perbuatan melawan hukum dengan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan orang lain atau negara

Pancasila sebagai dasar falsafah Indonesia memberikan konsekuensi logis berupa segala
bentuk aturan hukum yang ada di indonesia didasarkan Pancasila. Hukum positif yang ada di
indonesia, tidak boleh bertentangan dari nilai-nilai Pancasila. Perlu diingat bahwa keberadaan
Pancasila sebagai falsafah bangsa indonesia, dibentuk dan diambil dari kebudayaan dan kebiasaan
murni bangsa Indonesia.

Setiap individu memiliki potensi sifat serakah, tidak peduli dia berasal dari kalangan
menengah bawah atau pun kaum kaya raya. Pada umumnya, sifat serakah muncul karena naluri
ingin berfoya-foya, sifat hedonisme, ingin mendongkrak status sosial atau karena merasa tidak
pernah puas. Jika penyebab seseorang melakukan korupsi didasari oleh naluri keserakahan, maka
selain aturan hukum, diperlukan juga panduan nilai-nilai untuk mencegah orang melakukan
korupsi. Implementasi dari Pancasila, sila pertama sampai kelima dapat menggunakan banyak
unsur kehidupan seperti keluarga, masyarakat, pemerintah atau negara dan institusi pendidikan.
Semua ini bersinergi dalam mencegah dan menindak tegas perilaku korup di berbagai bidang
kehidupan.

13
DAFTAR PUSTAKA
2021. Nilai-nilai Pancasila dan Semangat Anti Korupsi https://revolusimental.go.id/kabar-
revolusi-mental/detail-berita-dan-artikel?url=nilai-nilai-pancasila-dan-semangat-anti-korupsi,
diakses pada 07/11/2021 pukul 15 : 00 WIB.

Nilai-nilai Pancasila dalam Menyikapi Korupsi


file:///C:/Users/USERUS~1.000/AppData/Local/Temp/Nilai-
Nilai%20Pancasila%20Dalam%20Menyikapi%20Korupsi%20di%20Indonesia.pdf, diakses pada
07/11/2021 pukul 15 : 10 WIB.

2016. Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab Terjadinya Korupsi


https://www.kompasiana.com/nurfiatul/57ec78208ffdfdda09288722/faktorfaktor-yang-menjadi-
penyebab-terjadinya-korupsi, diakses pada 07/11/2021 pukul 14 : 00 WIB.

2018. Korupsi di Indonesia dan Upaya Pemberantasannya


https://www.kompasiana.com/adelinewibawa/5c027841ab12ae4e5359c39c/korupsi-di-indonesia-
dan-upaya-pemberantasannya?page=2, diakses pada 07/11/2021 pukul 14 : 35 WIB.

2020. Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini https://dindik.jatimprov.go.id/pak//blog/3/pendidikan-


anti-korupsi-sejak-dini, diakses pada 07/11/2021 pukul 14 : 50 WIB.

2021. Pendidikan Antikorupsi Penting untuk Wujudkan Zona Integritas di Perguruan Tinggi
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/pendidikan-antikorupsi-penting-untuk-wujudkan-
zona-integritas-di-perguruan-tinggi/, diakses pada 07/11/2021 pukul 15 : 30 WIB.

Zona Integritas http://www.atk.ac.id/zona-integritas-2/, diakses pada 07/11/2021 pukul 14 : 00


WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai