Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENYEHATAN TANAH

“MEMAHAMI DAN MEGIDENTIFIKASI SIFAT FISIK TANAH”

Dosen Pengampu
Catur Puspawati, ST., MKM
Dr. Wartiniyati, SKM., MKes
Desembra Lisa, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3 - 2D3B

1. Muhammad Ryan Rifa'i ( P21345121048 )


2. Muhammad Yazid H ( P21345121049 )
3. Tazkia Dhea Al Fitri ( P21345121073 )
4. Tiara Jamilah Jilan ( P21345121075 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA
II

Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran


Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
```
12120 2022

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Memahami dan Mengidentifikasi Sifat Fisik Tanah”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Penyehatan Tanah semester tiga program studi
D3 jurusan kesehatan lingkungan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Catur Puspawati, ST., MKM. selaku dosen pada mata kuliah
Penyehatan Tanah. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 2 September 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

2.1 Pengertian dan Peranan Sifat Fisik Tanah.............................................................2

2.2 Macam-macam Sifat Fisik Tanah (Warna,Tekstur, Struktur, Konsistensi dan


Suhu) 2

2.3 Pengambilan Sampel untuk Sifat Fisik Tanah.......................................................7

2.4 Pengukuran Sifat Fisik Tanah...............................................................................12

BAB III PENUTUP................................................................................................................18

Kesimpulan.........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah sebagai bahan teknik adalah bahan yang tak terkosolidasi (dikokohkan) yang
tersusun dari partikel padat yang terpisah-pisah dengan cairan dan gas yang menduduki
ruang-ruangan antar partikel tersebut . Material tanah merupakan suatu objek yang penting
dalam ilmu geologi, khususnya geologi teknik. Tanah ini sangat erat hubungannya dengan
pekerjaan rekayasa. Pemahaman pada karakter tanah yang tepat dapat membantu dalam
melakukan kegiatan rekayasa. Pemahaman (deskripsi dan klasifikasi) terhadap tanah
diperlukan untuk dapat meminimalisir resiko yang akan timbul dalam suatu pekerjaan
rekayasa. Pengklasifikasian dari karakteristik tanah mampu memberi solusi untuk
menentukan pondasi yang memerlukan perlakuan khusus dalam proses rekayasa.Tanah
adalah salah satu sumber daya utama dalam bidang pertanian.
Tanah yang ideal bagi usaha pertanian adalah tanah dengan sifat fisika, kimia, dan biologi
yang baik. Secara fisika, tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran tanaman serta menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimia, tanah berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai unsur. Sedangkan secara biologi, tanah berfungsi sebagai
habitat organisme tanah yang aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi
pertumbuhan tanaman. Selain itu, tanah juga berfungsi sebagai salah satu bagian dari
ekosistem. Menurut Yasin (2004), ekosistem yang paling stabil dan sustainable adalah
ekosistem hutan. Hal ini disebabkan karena fungsinya yang dapat mensuplai hara sendiri
melalui salah satu caranya yaitu pengembalian bahan organik. Oleh sebab itu, fungsi tanah
sebagai media pertumbuhan tanaman sangat penting untuk diperhatikan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa peranan sifat fisik tanah?

2. Apa saja macam-macam sifat fisik tanah?

3. Bagaimana pengambilan sampel fisik tanah?

4. Bagaimana pengukuran sifat fisik tanah?


1.3 Tujuan Penulisan

1. Menambah wawasan penulis dan pembaca materi mata kuliah Penyehatan Tanah
tentang Sifat Fisik Tanah.

2. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah Penyehatan Tanah untuk menyusun makalah.

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Peranan Sifat Fisik Tanah
Tanah yang subur tidak hanya ditentukan oleh kandungan mineral di dalamnya  saja
tetapi juga sifat fisika dan kimia tanah. Sifat fisika tanah  adalah sifat-sifat tanah yang
ditentukan oleh bahan penyusunnya.  Sifat fisika tanah mencakup tekstur, struktur, porositas
dan warna tanah.
Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
poduksi tanaman karena akan menentukan penetrasi akar di dalam tanah, kemampuan tanah
menahan air, drainase, aerasi tanah dan ketersediaan unsur hara tanah. Contoh peranan sifat
fisik tanah yaitu jenis tanah pada perkebunan nanas yang didominasi oleh tanah Ultisol.
Sifat fisik tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh
sebab itu, upaya perbaikan sifat fisik tanah secara tidak langsung akan memperbaiki sifat-
sifat kimia dan biologi tanah.
Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik tanah.
Bahan organic dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas menahan air, pori
aerasi, dan laju infiltrasi, serta memudahkan penetrasi akar, sehingga produktivitas lahan dan
hasil tanaman dapat meningkat (Suwardjo et al. 1984, Anonim 1990).
Pemberian bahan organik tidak hanya menghasilkan kondisi fisik tanah yang baik, tetapi
juga menyediakan bahan organik hasil pelapukan yang dapat menambah unsur hara bagi
tanaman, meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar kation, menurunkan Aldd, serta
meningkatkan aktivitas biologi tanah.
2.2 Macam-macam Sifat Fisik Tanah (Warna,Tekstur, Struktur, Konsistensi dan Suhu)
Kualitas tanah dapat dilihat secara sifat fisik dari tanah. Sifat fisik tanah merupakan sifat
tanah yang dilihat dari tektur, struktur, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata
air (drainase) dan tata udara (aerase). Untuk menetapkan tektur tanah dapat dilakukan secara
kualitatif dengan melihat langsung lapangan dan secara kuantitatif dengan melakukan
pemeriksaan di laboratorium.
Secara kualitatif dengan cara merasakan tanah diantara ibu jari dan telunjuk kemudian
ditekan dan digosok-gosokkan akan diketahui teksturnya. Namun untuk menentukan secara
kuantitas harus dilakukan pemeriksaan dilaburatorium menggunakan alat yang sesuai.
Adapun sifat-sifat fisik tanah:
1. Tekstur Tanah

Salah satu sifat fisik tanah adalah tekstur tanah. Tekstur tanah tersusun dari tiga

2
golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara
fraksi-fraksi lempung (clay) dan fraksi pasir (sand) dan debu (dust) (Foth, Henry, 1994).
Golongan partikel tanah diberi nama fraksi tanah.

Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat, proporsi dari
kombinasi ketiga bahan tersebut akan menentukan tekstur tanah (menyerupai kombinasi
antara tepung, air dan telur). Tekstur tanah akan selalu berhubungan erat dengan
plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktifitas pada
daerah-daerah tertentu.

Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir,
debu dan tanah liat.Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran.

Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon disebut
fragmen batuan (rock fragment) atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan-bahan
tanah yang lebih halus (< 2mm) disebut fraksi tanah halus (fine earth fraction) dan dapat
dibedakan menjadi:
1. Pasir: 2 mm – 50 
2. Debu: 50 - 2
3. Liat: kurang dari 2
Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2mm).
Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah
dekelompokan ke dalam beberapa kelas tekstur.
a. Kasar : 1) Pasir

2) Pasir Berlempung

b. Agak Kasar : 1) Lempung Berpasir

2) Lempung Berpasir Halus

c. Sedang : 1) Lempung Berpasir Sangat Halus

2) Lempung

3
3) Lempung Berdebu

4) Debu

d. Agak Halus : 1) Lempung Liat

2) Lempung Liat Berpasir

3) Lempung Liat Berdebu

e. Halus : 1) Liat Berpasir

2) Liat Berdebu

3) Liat
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirannya berukuran lebih besar,
maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih
kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satua berat
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia
dari pada tanah bertekstur kasar.
Di lapang tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijat tanah basah diantara
jari-jari sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, debu
dan liat.
2. Struktur Tanah

Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan mineral) dan
bahan organik serta oksida, membentuk agregat sekunder. Struktur tanah merupakan
gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat. Terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik,
oksida-oksida besi dan lain-lain.

Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan


(ketahanan) yang berbeda-beda. Di daerah curah hujan tinggi umumnya ditemukan
struktur remah atau granuler di permukaan dan gumpal di horison bawah. Di daerah
kering sering dijumpai tanah dengan struktur tiang atau prisma di lapisan bawah.

4
Ukuran struktur tanah berbeda-beda sesuai dengan bentuknya. Tingkat perkembangan
struktur ditentukan batas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut
terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur),
b. tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak hancur dan,
c. tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur).
Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah
permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan
yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi dari
pada tanah basah. Jika dalam menentukan kemantapan struktur tidak disebutkan
lelembabanya, biasanya dianggap tanah dalam keadaan mendekati keringatau sedikit
lembab, karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik.
Menurut bentuknya struktur dapat dibedakan menjadi: Lempeng, Prisma, tiang,
Gumpal, granular dan remah. Tanah dikatakan tidak berstruktut bila butir-butir tanah
tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat
menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal.
Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-
unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang
bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya
pori-pori tanah banyak terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak
(mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan

3. Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah, atau daya
adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh
kandungan air tanah (basah, lembab, kering).

Untuk mengetahui secara fisik dilapangan cukup dilakukan dengan memijit-mijit


tanah basah, lembab atau kering dengan menggunakan jari-jari tangan. Tanah basah
diremas remas dan dipijitserta diamati apakah tanah itu dapat dibuat menjadi bentuk-
bentuk tertentu seperti bola-bola, atau bulat, lonjong dan lain sebagainya. Bisa juga dibuat
gulungan-gulungan kecil setebal sekitar 1cm, tanpa retak atau pecah, tanah lembab dipijit
diantara ibu jari dan telunjuk lalu diamati apakah agregat-agregat tanah cukup kuat untuk
dipecahkan atau gembur. Tanah kering ditentukan dengan mencoba memecahkan atau
5
merumuskan gumpalan kering.

4. Warna Tanah

Warna merupakan salah satu ciri tanah yang jelas dan paling menonjol sehingga
mudah terlihat dan lebih sering digunakan dalam memberikan gambaran tanah dari pada
ciri tanah lain.

Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Umumnya, warna
tanah ditentukan oleh kandungan material organic, kondisi drainase, minearologi tanah
dan tingkat oksidasi. Pengembangan dan distribusi warna tanah berasal dari proses
kimiawi dan tingkat pelapukan material organiK. Penyebab perbedaan warna permukaan
tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan
bahan organik, warna tanah semakin gelap. Dilapisan bawah dimana kandungan bahan
organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya
senyawa Fe yang didapat.

Di daerah berdrainase buruk yaitu daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah
berwarnaabu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi (Fe2+).

Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe
terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (Hematit) yang

6
berwarna merah atau Fe2O3.3H2O (limonit) yang berwarna Kuning cokelat.

Bila tanah terkadang basah atau kering maka disamping waran abu-abu (daerah yang
tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning yaitu ditempat-tempat
dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut.

Beberapa jenis mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih
terang. Hubungan warna tanah dengan kandungan bahan organik di daerah tropika sering
tidak sejalan dengan di daerah beriklim sedang (Amerika, Eropa).

Tanah-tanah merah di Indonesia banyak yang mempunyai kandungan bahan organic


lebih dari 1%, sama dengan kandungan bahan organic tanah hitam di daerah beriklim
sedang. Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat
dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam warna baku ini warna disusun oleh tiga
variabel yaitu hue, value dan Chroma. Hue adalah warna spectrum yang dominan sesuai
dengan Panjang gelombangnya. Value menunjukan gelap terangnya warna (kecerahan
tanah), sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.

Chroma menunjukan kemurnian atau kekuatan dari warna spectrum (hue). Warna
tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering, sehingga dalam menentukan
warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab atau
kering.

Warna tanah mempunyai hubungan dengan oksida-besi yang terhidratasi relatif tidak
stabildalam keadaan lembab, maka warna merah biasanya menunjukkan drainase dan
aerasi yang baik. Tanah merah sekali biasanya terdapat di permukaan yang cembung
(convex) terletak di atas batuan permeabel. Meskipun demikian, ada pula tanah-tanah
merah yang berasal dari bahan induknya.

5. Suhu Tanah
Suhu tanah juga menentukan kualitas tanah tersebut. Suhu tanah merupakan salah satu
sifat fisik tanah yang mempengaruhi proses-proses yang terjadi didalam tanah seperti
pelapukan, penguraian bahan tanah, reaksi-reaksi kimia dan lain-lain dan dapat
mempengaruhi langsung pada pertumbuhan tanaman melalui percobaan kelembaban tanah,
aerasi, aktivitas mikroba, ketersediaan unsur hara tanaman, dan lain-lain.

7
2.3 Pengambilan Sampel untuk Sifat Fisik Tanah

Tanah merupakan komponen abiotik yang sifatnya sangat kompleks, teridir atas
komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan dan udara. Adapun komponen pembentuk
tanah yang berupa padatan cair dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin dan sinar matahari (Suganda et al., 2006).

Kualitas tanah dapat dilihat secara sifat fisik dari tanah. Sifat fisik tanah merupakan
sifat tanah yang dilihat dari tektur, struktur, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah,
tata air (drainase) dan tata udara (aerase). Untuk menetapkan tektur tanah dapat dilakukan
secara kualitatif dengan melihat langsung lapangan dan secara kuantitatif dengan melakukan
pemeriksaan di laboratorium. Secara kualitatif dengan cara merasakan tanah diantara ibu jari
dan telunjuk kemudian ditekan dan digosok-gosokkan akan diketahui teksturnya. Namun
untuk menentukan secara kuantitas harus dilakukan pemeriksaan dilaburatorium
menggunakan alat yang sesuai.

Dalam pengambilan contoh tanah ini adalah tahapan yang digunakan untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah laboratorium. Dimana pada dasarnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah
di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di
lapangan.

Setelah pengambilan contoh, selanjutnya penetapan sifat-sifat fisik tanah yang


dilaksanakan di laboraturium yang memiliki keuntungan yaitu dapat dikerjakan lebih cepat,
dan jumlah contoh tanah relatif banyak. Sedangkan kerugianya adalah contoh tanah yang
diambil di lapangan bersifat desktruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti
terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan
kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya (Suganda et al., 2006).

Adapun sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat
volume (BV), berat jenis partikel (partiecl density), tekstruk tanah, permeabilitas tanah,
stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT), pori
drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk pengolahan,
plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (coecfficient of linier extensibility),
dan ketahanan geser tanah (Suganda et al., 2006).

Analisis sifat fisik tanah memerlukan contoh tanah yang berbeda, tergantung tujuannya.
Ada beberapa jenis contoh tanah, diantaranya contoh tanah utuh (undisturbed soil sample),
8
agregat utuh (undisturbed soil aggregate), dan contoh tanah tidak utuh (disturbed soil
sample) yang peruntukan analisisnya berbeda.

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk mengambil contoh tanah berbeda sesuai dengan
macam contoh tanah yang akan diambil. Jenis peralatan yang digunakan disajikan pada Tabel
1 dan Gambar 2.

Tabel 1. Macam contoh tanah dan alat yang diperlukan untuk pengambilannya

Gambar 2. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah

Contoh tanah utuh dapat diambil menggunakan tabung logam yang terbuat dari
tembaga, kuningan, dan besi. Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor
menggunakan tabung tembaga (Gambar 3) yang mempunyai ukuran tinggi 4 cm, diameter
dalam 7,63 cm, dan diameter luar 7,93 cm. Tabung tersebut ditutup dengan plastik di kedua
ujungnya.

Contoh Tanah Utuh

9
Gambar 3. Tabung (ring) tembaga

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu
dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di lapangan.
Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat isi, bulk
density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan
permeabilitas.

Untuk memperoleh contoh tanah yang baik dan tanah di dalam tabung tetap seperti
keadaan lapangan (tidak terganggu), maka perbandingan antara luas permukaan tabung
logam bagian luar (tebal tabung) dan luas permukaan tabung bagian dalam tidak lebih dari
0,1. Perbandingan luas permukaan tabung bagian dalam dan tabung bagian luar dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:
- Dl adalah diameter tabung bagian luar
- Dd adalah tabung bagian dalam

Teknik Pengambilan Contoh Tanah


1. Ratakan dan bersihkan permukaan tanah dari rumput atau serasah.
2. Gali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung tembaga
diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.
3. Letakan tabung di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan permukaan tanah,
kemudian dengan menggunakan balok kecil yang diletakkan di atas permukaan tabung,
tabung ditekan sampai tiga per empat bagian masuk ke dalam tanah.

10
4. Letakan tabung lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk ke dalam
tanah.
5. Pisahkan tabung bagian atas dari tabung bagian bawah.
6. Gali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop harus lebih dalam dari
ujung tabung agar tanah di bawah tabung ikut terangkat.
7. Iris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar permukaan tanah
sama dengan permukaan tabung, kemudian tutuplah tabung menggunakan tutup plastik
yang telah tersedia. Setelah itu, iris dan potong kelebihan tanah bagian bawah dengan
cara yang sama dan tutuplah tabung.
8. Cantumkan label di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi informasi
kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah (Gambar 4).

Gambar 4. Tabung (ring) tembaga dengan tutup

Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah utuh menggunakan ring kuningan


(bergerak dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah)

Pengangkutan Contoh Tanah


1. Contoh tanah dalam tabung tertutup plastik disusun di dalam peti (kotak) yang terbuat
dari kayu atau karton dengan tumpukan maksimum empat buah tabung contoh.
2. Di bagian dasar peti dan di atas contoh tanah diberi pelindung dari gabus atau bahan lain
untuk mengurangi getaran selama pengangkutan.

11
3. Contoh dalam peti dikirim ke laboratorium menggunakan angkutan darat, laut, atau udara.
Untuk pengiriman melalui pos atau jasa pengiriman lain sebaiknya digunakan peti dari
kayu.

Prinsip Pengambilan Contoh Tanah dalam Penetapan Sifat Fisik Tanah


Adapun beberapa prinsip yang harus dipelajari dalam pengambilan contoh tanah
sebagai penetapan sifat fisik tanah adalah:
1. Penetapan di Laboratorium Dibandingkan Metode Lapangan

Menurut Suganda et al. (2006).bahwa penetapan di laboraturium sangat banyak


keuntungannya dibandingkan dengan pengukuran di lapangan. Dimana penetapan di
laboraturium dapat menghemat waktu bekerja, contoh tanah dikumpulkan dari banyak
lokasi yang berbeda, dan ditetapkan secara berurutan. Akan tetapi, tidak semua sifat tanah
dapat ditetapkan di laboraturium.
2. Kesalahan, Keragaman, dan Ketepatan

Prinsip ini dilihat dari aspek tingkat kepercayaan tidak terlepas dari prinsip dan
metode statistik. Dimana tujuannya untuk menerangkan prinsip dasar statistik yang ada
relevansinya dengan kesalahan dalam pengamatan, dan jumlah pengamatan dari suatu
pengkuran.
3. Keragaman Tanah di Lapangan

Prinsip ini terjadi secara internal atau alam dan pengaruh dari luar, misalnya
intervensi manusia. Dimana secara internal ini berkaitan dengan faktor-faktor geologi,
hidrologi, dan biologi yang dapat mempengaruhi pembentukan tanah. Adapun pengaruh
luar terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti pengolahan tanah dan jenis penggunaan lahan
dapat diuraikan menurut ruang dan waktu. Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk
tanaman, dan bahan pembenah tanah secara nyata mempengaruhi variasi hasil
pengukuran.
4. Contoh Tanah Pewakil

Prinsip ini memperhatikan ukuran dan jumlah contoh tanah supaya memperoleh
tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas tanah, salah satunya
porositas tanah. Porositas tanah ini dapat berbeda dalam jarak, hanya beberapa sentimeter
bahkan milimeter. Apabila nilai porositas tanah ditetapkan berdasarkan volume contoh
tanah yang kecil atau tidak memadai, maka sangat besar kemungkinannya nilai porositas
yang ditetapkan terlalu kecil atau terlalu besar dari yang sebenarnya.
12
Oleh sebab itu, diperlukan mencari volume dan jumlah contoh tanah yang tidak kecil,
tetapi juga tidak terlalu besar namun dapat menggambarkan kondisi sifat fisik tanah
sebenarnya di lapangan (Suganda et al., 2006).
2.4 Pengukuran Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang terpenting : solum, tekstur, struktur, kadar air tanah, drainase dan
porisitas tanah, dll. Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan
dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah di laboratorium
dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation,
Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo,
dll), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya.
Parameter yang diamati pengukuran tanah, yaitu:

1. Tekstur Tanah.

2. Struktur Tanah

3. Konsistensi Tanah
Contoh Analisis Tanah Berdasarkan Sifat Fisik
Hasil analisis tanah di Desa Kolongan Atas menunjukkan bahwa tekstur tanah horizon
A lempung dan horizon B liat, struktur tanah gumpal, konsistensi tanah gembur.
Perbedaan tanaman dengan pertumbuhan baik dan kurang baik yang di lihat /
ditentukan secara visual tidak dipengaruhi oleh keadaan kimia tanah, tetapi dipengaruhi oleh
fisik tanah. Karena pada tanaman yang bertumbuh kurang baik lapisan tanah bagian bawah
terdapat bahan terlapuk.
Pengukuran satu sifat fisik tanah di lapangan harus mempertimbangkan waktu dan
posisi pengambilan contoh tanah, atau pengukuran sifat fisik tanah. Pengambilan contoh
tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium.
Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan
keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan.
Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium dapat
dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak. Kerugiannya
adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif, karena dapat merusak
permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung
menyederhanakan kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya.
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup :

13
Berat volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah, permeabilitas
tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT),
pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk pengolahan,
plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier
extensibility), dan ketahanan geser tanah.
Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara lain dapat terjadi
penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, metode, waktu
pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium yang terlalu
lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh tanah.
Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk
mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun
percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan
poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan
stabilitas agregat tanah dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu
(undisturbed soil sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah
suatu bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah untuk
penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut:
(i) Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapangan

Penetapan di laboratorium sangat banyak keuntungannya dibandingkan dengan


pengukuran di lapangan. Di laboratorium, semua fasilitas pendukung seperti, listrik, gas, dan
air tersedia, serta suhu mudah dikontrol. Perlengkapan baku, seperti timbangan, dan oven
lebih siap daripada di lapangan. Perlengkapan yang mahal dan canggih sering tidak
digunakan di lapangan, karena pertimbangan cuaca, pencurian dan vandalisme, serta
kerusakan alat akibat goncangan ketika diangkut.

Selain itu, penetapan di laboratorium dapat menghemat waktu bekerja, contoh tanah
dikumpulkan dari banyak lokasi yang berbeda, dan ditetapkan secara berurutan. Dibalik
keunggulan tersebut, tidak semua sifat tanah dapat ditetapkan di laboratorium. Di dalam suatu
penelitian neraca air, misalnya, kadar air dan potensi air tanah lebih baik dilakukan di
lapangan karena intensitas pengamatan yang tinggi.

(ii) Kesalahan, keragaman, dan ketepatan

14
Para peneliti dihadapkan dengan data yang diperoleh dari hasil penelitiannya, apakah
terjadi penyimpangan atau seberapa besar ketepatan analisisnya, dan bagaimana keragaman
datanya. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dikaji bagaimana data diperoleh dan seberapa
besar tingkat keyakinan terhadap nilai data yang diperoleh. Aspek tingkat kepercayaan tidak
terlepas dari prinsip dan metode statistik. Tujuan dari penyajian bab ini adalah untuk
menerangkan prinsip dasar statistik yang ada relevansinya dengan kesalahan dalam
pengamatan, dan jumlah pengamatan dari suatu pengukuran. Pengukuran adalah kuantifikasi
dari sesuatu yang dinilai, yang langsung dapat menjawab pertanyaan khusus dalam suatu
percobaan. Implikasinya adalah kuantifikasi pada urutan-urutan kegiatan akan menghasilkan
resultan hasil pengukuran.

15
(iii) Keragaman tanah di lapangan

Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat disebabkan oleh
hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan pengaruh dari luar,
misalnya intervensi manusia. Proses yang sifatnya internal berkaitan dengan faktor-faktor
geologi, hidrologi, dan biologi yang dapat mempengaruhi pembentukan tanah. Variabilitas
sifat-sifat fisik tanah akibat dari proses alami dapat diregionalisasi dengan asumsi bahwa
tempat yang berdekatan cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidak berbeda jauh, yang
kemudian didelineasi menjadi satu poligon. Namun demikian, tingkat kemiripan tersebut
sangat tergantung pada skala pengamatan, misalnya negara, km, atau hanya beberapa mm
saja.

Pengaruh luar terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti pengolahan tanah dan jenis
penggunaan lahan dapat diuraikan menurut ruang dan waktu. Pengolahan tanah, drainase,
penutupan tajuk tanaman, dan bahan pembenah tanah dapat secara nyata mempengaruhi
variasi hasil pengukuran baik menurut ruang maupun waktu. Sebagai contoh, pengolahan
tanah adalah mencampur tanah, yang berarti cenderung mengurangi variasi berat isi tanah
menurut ruang, namun, pengaruhnya berubah menurut waktu akibat proses pemadatan.

Pengaruh ruang dan waktu terhadap sifat-sifat fisik tanah dapat dituliskan sebagai
berikut:

SP = f(x, y, z, t) (1)

Keterangan : SP adalah sifat fisik tanah apa saja, misalnya kelembapan tanah, suhu, berat isi
tanah. Simbol f diartikan sebagai fungsi dari; x, y, z adalah koordinat Cartesian; dan t adalah
waktu. Hal ini menunjukkan, bahwa pengukuran satu sifat fisik tanah di lapangan harus
mempertimbangkan waktu dan posisi pengambilan contoh tanah, atau pengukuran sifat fisik
tanah tertentu. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah atau
pengukuran sifat fisik tanah tertentu di lapangan, yaitu:

(1) waktu pengambilan contoh tanah (t); apakah contoh tanah atau pengukuran dilakukan pada
musim hujan atau kemarau, apakah sebelum atau sesudah pengolahan tanah, dan seterusnya;

(2) kedalaman pengambilan contoh atau pengukuran (z);

(3) posisi di antara barisan tanaman (x); dan

16
(4) posisi di dalam barisan tanaman (y).

Perbedaan nilai pengukuran yang disebabkan oleh faktor x, y, dan z disebut sebagai variasi
menurut ruang (spatial variability), sedangkan perbedaan nilai pengukuran akibat pengaruh
faktor disebut sebagai variasi menurut waktu (temporal variability).
(iv) Contoh tanah pewakil

Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam pengambilan
contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar diperoleh tingkat keterwakilan yang
memadai berdasarkan heterogenitas tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang heterogenitasnya
tinggi adalah porositas tanah. Porositas tanah dapat berbeda dalam jarak, hanya beberapa
sentimeter bahkan milimeter. Jika nilai porositas tanah ditetapkan berdasarkan volume contoh
tanah yang kecil atau tidak memadai, maka sangat besar kemungkinannya nilai porositas
yang ditetapkan terlalu kecil atau terlalu besar dari yang sebenarnya. Hal tersebut akan
menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi berbagai aspek tanah yang berkaitan dengan
pori tanah seperti perkolasi, pencucian, aliran permukaan, dan lain-lain.

Warrick dan Nielson (1980) melaporkan hasil pengukuran konduktivitas hidrolik


tanah tidak jenuh memiliki nilai koefisien keragaman sangat tinggi, dapat mencapai lebih dari
400%. Selanjutnya penulis tersebut melaporkan, sekitar 1.300 contoh tanah secara acak, yang
menyebar secara normal diperlukan untuk memperkirakan nilai konduktivitas hidrolik hingga
mencapai kesalahan (error) lebih kecil dari 10% pada taraf nyata 0,05. Teori baru tentang
peubah spasial atau geostatistik memberikan petunjuk untuk menentukan jumlah contoh
tanah yang dibutuhkan dalam memperoleh keakuratan pada tingkat peluang tertentu (Dirksen,
1999).

Untuk itu, perlu dicari volume dan jumlah contoh tanah yang tidak kecil, tetapi juga
tidak terlalu besar namun dapat menggambarkan kondisi sifat fisik tanah sebenarnya di
lapangan. Konsep keterwakilan contoh tanah tersebut disebut representative elementary
volume (REV; Peck, 1980). Pada kondisi REV seperti ini, setiap penambahan volume dan
jumlah contoh tanah tidak akan merubah secara nyata nilai pengamatan atau cenderung
konstan. Gambar 1 memperlihatkan konsep REV dalam kaitannya dengan penetapan
porositas tanah. Volume contoh tanah yang kecil (V1 dan V2) yang diambil secara acak di
lapangan, nampak jelas tidak menggambarkan kondisi sebenarnya dari porositas tanah. Pori
yang terukur, kemungkinan besar hanya pori yang berukuran kecil atau besar saja. Dengan

17
menambah volume atau jumlah contoh tanah (V3) yang diukur, maka pori tanah dengan
berbagai ukurannya dapat terwakili, sehingga setiap penambahan volume contoh tanah dari
titik V3 tidak akan merubah secara nyata nilai porositas tanah. Volume contoh tanah pada
titik V3 ini disebut sebagai nilai REV.

Gambar 1. Konsep REV dalam menentukan volume contoh tanah

18
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Tanah yang subur tidak hanya ditentukan oleh kandungan mineral di dalamnya  saja
tetapi juga sifat fisika dan kimia tanah. Sifat fisika tanah  adalah sifat-sifat tanah yang
ditentukan oleh bahan penyusunnya.  Sifat fisika tanah mencakup tekstur, struktur, porositas
dan warna tanah.
Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
poduksi tanaman karena akan menentukan penetrasi akar di dalam tanah, kemampuan tanah
menahan air, drainase, aerasi tanah dan ketersediaan unsur hara tanah.
Kualitas tanah dapat dilihat secara sifat fisik dari tanah. Sifat fisik tanah merupakan
sifat tanah yang dilihat dari tektur, struktur, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah,
tata air (drainase) dan tata udara (aerase).
Dalam pengambilan contoh tanah ini adalah tahapan yang digunakan untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah laboratorium. Dimana pada dasarnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah
di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di
lapangan. Setelah pengambilan contoh, selanjutnya penetapan sifat-sifat fisik tanah yang
dilaksanakan di laboraturium.
Analisa tanah di laboratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik
tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara
makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya.
Parameter yang diamati pengukuran tanah, yaitu:

1. Tekstur Tanah.

2. Struktur Tanah

3. Konsistensi Tanah

19
DAFTAR PUSTAKA
Haryono, C. P. 2018. Penyehatan Tanah.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2018/09/Penyehatan-
Tanah_SC.pdf, 7-10

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Tanah%20dan
%20Kehidupan_IK/Sifat-tanah.html

https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/615983/mod_resource/content/
1/%287%29%20Metode%20dan%20Teknik%20Kualitas%20Tanah.pdf

Suganda et al. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian.
(http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/juknis/
sifat_fisik_tanah_dan_metode_analisisnya.pdf &
https://www.panehutan.com/2020/01/prinsip-pengambilan-contoh-tanah-dalam.html)
diakses pada 4 September 2022.

Dotulong, J. (2015). Identifikasi Keadaan Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Tanaman
Cengkeh di Desa Tincep dan Kolongan Atas Kecamatan Sonder.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/view/7475.
Jacob, A. (4 November 2001). METODE DAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH
TANAH DAN TANAMAN DALAM MENGEVALUASI STATUS KESUBURAN
TANAH. https://www.rudyct.com/PPS702-ipb/03112/a_jacob.htm.
Kurnia, U. d. (2006). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/juknis/sifat_fisik_tanah_da
n_metode_analisisnya.pdf.

20

Anda mungkin juga menyukai