PEMETAAN TANAH
Dosen Pengampu :
Kelompok 8 :
Anifa Aini 1610115320004
Dini Fitriani 1610115320008
Panji Najmudin 1610115310021
Prayoga 1610115310022
Safriansyah 1610115310024
BANJARMASIN
2017
1
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
1. Morfologi, Klasifikasi dan Pemetaan Tanah........................................ 3
2. Morfologi Tanah.................................................................................. 4
3. Klasifikasi Tanah................................................................................. 11
4. Pemetaan Tanah................................................................................. 18
5. Manfaat Pemetaan Tanah Dalam Kehidupan..................................... 21
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat,
cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan
dan atau dekomposisi bahan organik. Tanah merupakan satu rantai di antara sistem
tubuh alam yang keberadaannya tidak dengan sendirinya, proses pembentukan dan
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang lain, seperti bahan induk,
iklim, topografi atau relief, vegetasi atau organisme, manusia dan waktu. Tanah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan tumbuhan karena tanah
dapat merupakan media bagi tumbuhan yang hidup di atasnya. Kondisi tanah sangat
penting bagi tumbuhan yang hidup di atasnya, dan fisik tanah ini sangat ditentukan
oleh tekstur dan struktur tanah.
Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di
lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat.
Pengamatan di lapang biasanya dimulai dengan membedakan lapisan-lapisan tanah
atau horison-horison. Horison adalah lapisan dalam tanah lebih kurang sejajar dengan
permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukan tanah. Di lapang masing-
masing horison diamati sifat-sifatnya yang meliputi: warna, tekstur, konsistensi,
struktur, kutan, konkresi dan nodul, pori-pori tanah (void), pH (metode lapang), batas-
batas horison (Hardjowigeno, 1993).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah, selain untuk memenuhi
tugas mata kuliah Geografi Tanah dan Lingkungan :
1. Bagi Mahasiswa dan kami sendiri dapat meningkatkan pengetahuan secara
khusus, pemahaman dan berusaha untuk mempelajari lebih tentang bagaimana
bentuk morfologi tanah.
2. Kita dapat mengklasifikasikan tanah sesuai dengan satuan tanah tersebut yang
sering disebut dengan horizon tanah.
3. Dapat melakukan pemetaan tanah atau sering disebut dengan survei tanah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Morfologi tanah Morfologi tanah adalah ilmu yang mengamati sifat tanah dalam
berbagai lapisan tanah mengenai kenampakan, ciri-ciri, sifat-sifat tanah dan
susunannya pada lapisan tersebut yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan.
Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Profil tanah
merupakan suatu irisan vertikal tanah yang terdiri dari lapisan tanah dan lapisan bahan
induk. Profil tanah yang diamati ciri-cirinya harus memenuhi syarat, yaitu tegak lurus,
baru (belum terpengaruh keadaan luar), dan jangan memantulkan cahaya (profil tanah
waktu pengamatan tidak langsung terkena sinar matahari). Pengamatan di lapang
biasanya dilakukan dengan membedakan lapisan-lapisan tanah atau horison-horison
tanah. Tujuan dari pengamatan morfologi tanah, yaitu untuk mendapatkan uraian
mengenai penampakan-penampakan tanah, ciri-ciri tanah, dan sifat umum dari suatu
profil tanah (Foth, 1978). Sifat–sifat morfologi tanah yang diamati dalam penelitian ini
adalah (1) lapisan tanah, (2) warna tanah, (3) struktur tanah, dan (4) konsistensi tanah.
6
tanah merupakan petunjuk mengenai proses-proses yang dialami suatu satuan tanah
mulai dari proses pelapukan batuan hingga perkembangan tanah selanjutnya.
Pengaruh faktor-faktor pembentuk tanah yang saling tindak satu sama lain secara
kompleks akan meninggalkan ciri-ciri pada profil tanah yang khas pada setiap satuan
tanah. Interpretasi morfologi tanah untuk kepentingan kajian lingkungan pada saat ini
terus berkembang. Berbagai proses yang terjadi pada dan dekat permukaanbumi
dapat diinterpretasikan dari kenampakan, ciri, dan sifat morfologi tanah yang tampak
pada profil tanah. Kejadiankejadian ekstrem yang terjadi pada masa lampau seperti
endapan banjir, endapan gunung api, endapan tsunami, dan endapan longsor sangat
mungkin dapat ditelaah melalui kajian morfologi tanah. Kajian-kajian mengenai
interpretasi morfologi tanah untuk berbagai pemanfaatan, khususnya untuk
rekonstruksi iklim masa lalu, saat ini telah sedang terus digali.
2. MORFOLOGI TANAH
Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan
dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang
baru dibuat. Pengamatan di lapang biasanya dimulai dengan membedakan
lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Horison adalah lapisan dalam tanah
lebih kurang sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses
pembentukan tanah. Di lapang masing-masing horison diamati sifat-sifatnya
yang meliputi: warna, tekstur, konsistensi, struktur, kutan, konkresi dan nodul,
pori-pori tanah (void), pH (metode lapang), batas-batas horison (Hardjowigeno,
1993). Menurut Prijono (2010), karakterisasi morfologi tanah, antara lain
meliputi :
a) Warna tanah
b) Tekstur tanah
c) Struktur tanah
d) Konsistensi
e) Pori
Perubahan yang bersifat permanen terlihat dari sifat morfologi profil tanah yang
seringkali menjadi sangat berbeda dengan profil tanah asalnya (Nurdin, 2009).
Sejarah pembentukan tanah tertera pada morfologi tanah. Banyak informasi
tentang watak, perilaku, dan potensi berfungsi tanah tersimpan dalam morfologi
tanah. Tiap sifat tanah mempunyai pola sebaran acak sendiri-sendiri, terbawa
dari sejarah pemunculan yang berbeda-beda, sekalipun dalam satu individu
7
tubuh tanah yang sama, sehingga tidak mudah mendeskripsikan morfologi
tanah. Deskripsi biasa menggunakan gabungan pola sebaran acak beberapa
sifat tanah terpilih yang dinilai terpenting sebagai ciri diagnostik.
a. Horizon Tanah
Horison tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah dan berbeda dengan lapisan di sebelah atas ataupun
bawahnya yang secara genetik ada kaitannya. Horison tanah berbeda dengan lapisan
tanah dalam hal proses pembentukannya. Horison tanah terbentuk karena proses
perkembangan tanah sementara lapisan tanah terbentuk karena proses pengendapan
bahan tanah oleh tenaga geomorfik. Urutan horison tanah dari permukaan ke bawah
permukaan mengikuti logika pembentukan tanah oleh berbagai proses translokasi,
transformasi, pengurangan, dan penambahan atas senyawa kimia dan partikel tanah di
dalam profil. Urutan perlapisan tanah mengikuti logika pengendapan material batuan
yang khas menurut macam tenaga geomorfik yang mengendapkannya.
Contoh yang paling banyak ditemui adalah lapisan tanah hasil pengendapan
oleh proses air akan mempunyai urutan material paling kasar berada di lapisan paling
dasar dan material paling halus berada di lapisan paling atas. Penciri dari sebuah
horison tanah adalah berbagai sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang dapat dicandra
di lapangan. Pencandraan sifat-sifat tanah di lapangan sebagian besar dilakukan
dengan menggunakan indra penglihat, peraba, dan perasa. Penggunaan alat bantu
sebatas menggunakan peralatan sederhana dan dapat dipindah-pindahkan selama
pekerjaan lapangan dilakukan. Warna, bangun dan ukuran struktur, keteguhan dan
kekerasan agregat, jumlah dan bentuk perakaran yang ada, jumlah dan bentuk pori
secara relatif, keberadaan partikel kasar (> 2mm) adalah contoh sifat-sifat tanah dapat
dijadikan penciri horison tanah. Pemanfaatan alat ukur sederhana bersifat untuk
membantu pencandraan warna, keteguhan dan keke rasan agregat, serta ukuran
struktur tanah. Pemanfaatan reagen kimia di hususkan untuk pengukuran kemasaman
(pH), kelimpahan organik, dan kondisi pengatusan. Pengukuran sifat-sifat kimia di
lapangan biasanya bersifat sementara dan akan dilakukan pengukuran ulang secara
lebih teliti di laboratorium. Horison tanah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
horison genetik dan horison diagnostik. Horison genetik adalah horison tanah yang
diberi nama dan dicirikan atas dasar logika pembentukan tanah yang mencakup
proses translokasi, transformasi, penambahan dan pengurangan senyawa kimia dan
atau partikel tanah dalam sebuah Profil ciri horison genetik sepenuhnya dilakukan
8
secara kualilatif di lapangan. Horison diagnostik adalah horison tanah yang diberi
nama dan dicirikan atas dasar pengukuran secara akurat atas karaktt'ristik tanah di
lapangan maupun di laboratorium. Horison genetik menjadi penunjuk yang efektif di
dalam pengambilan contoh tanah di lapangan untuk selanjutnya dilakukan pengukuran
secara teliti di laboratorium.
Horison genetik dan horison diagnostik dua-duanya dijadikan landasan dalam
klasifikasi tanah. sistem krasifikasi lama (pra tahun 70-an ) didasarkan atas ada tidak
adanya dan susunan horison genetik. Pada umumnya sistem klasifikasi yang
dikembangkan saat ini lebih didasarkan atas ada/tidaknya susunan horison diagnostik.
Pemanfaatan horison genetik untuk dasar klasifikasi saat ini semata-mata di dasarkan
atas kebutuhan klasifikasi tanah yang mampu mewadahi rentang karakteristik tanah
yang sempit. Rentang yang sempit atas karakteristik tanah tertentu yang digunakan
dalam sistem klasifikasi saat ini dibutuhkan dalam evaluasi kesesuaian tanah untuk
berbagai spesies tanaman secara akurat (Wilding et al,19BZ).
9
Keterangan dari masing-masing horison tanah utama adarah sebagai berikut:
O adalah simbol untuk horison atau lapisan yang didominasi oleh bahan organik.
A adalah simbol untuk horison tanah mineral yang terbentuk pada tanah lapisan atas
atau di bawah horison O, yang menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian besar
struktur batuan asli dan memperlihatkan satu atau lebih sifat berikut:
1) dicirikan oleh akumulasi bahan organik, bercampur sangat intensif dengan
fraksi mineral dan tidak didominasi oleh sifat-sifat yang merupakan
karakteristik horison E atau B.
2) memiliki sifat-sifat yang diakibatkan oleh pengolahan tanatu penggembalaary
atau gangguan lain yang sejenis.
E adalah simbol untuk horison yang mengalami proses pelindian (leaching) maksimal,
dicirikan oleh warna yang lebih terang dari pada horison B yang terletak di bawahnya.
Umumnya terdapat pada tanah Spodosols, dijumpai pada dataran berawa di Sumatra
atau Kalimantan. Pelindian yang diakibatkan oleh proses eluviasi menyusutkan
kandungan lempung silikat, besi, aluminium, atau kombinasi senyawa lainnya dan
meninggalkan butir-butir pasir hingga debu kwarsa.
B adalah simbol untuk horison yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O yang
telah mengalami perkembangan horison hingga mencirikan hilangnya seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan satu atau lebih sifat berikut:
1) penimbunan iluviasi lempung silikat, besi, aluminium, humus, karbonat, gips,
silika, atau kombinasinya,
2) gejala menyusutnya kandungan karbonat (CaCQ* MgCO),
3) penimbunan residual dari seskuioksida (FerO. + AlrOr),
4) penyelaputan sekuioksida yang menyebabkan horison secara menyolok
mempunyai value lebih rendatu chroma lebih tinggi, atau hue lebih merah
dibanding horison di atas ataupun di bawahnya,
5) proses alterasi yang membentuk mineral lempung, pembebasan oksida-oksida
(Fe, Al, Si) dan membentuk struktur, atau
6) kerapuhan
10
C adalah simbol untuk horison atau lapisan bahan induk tanah. Sedikit dipengaruhi
oleh proses pedogenik, mungkin telah mengalami modifikasi walaupun tidak terdapat
gejala pedogenik. Lapisan batuan yang hancur jika direndam di dalam air selama 24
jam dikategorikan sebagai Horison C.
R adalah simbol untuk lapisan batuan induk misalnya granit, basalt batugamping,
batupasir, dll.
11
tersebut diperkaya dengan mineral-mineral yang mengandung senyawa besi,
aluminium, mangan atau titanium.
d. adalah simbol untuk menunjukkan adanya lapisan sedimen atau bahan tidak
kukuh dan memadat secara mekanik, baik secara alam ataupun oleh manusia.
Lapisan ini mempunyai BD tinggi, menghambat perkembangan perakaran di
mana akar tanaman tidakdapatmenembuskecualidiantararetakan-retakan.
e. adalah simbol yang digunakan bersama simbol o untuk menunjukkan bahan
organik yang mengalami tingkat dekomposisi cukup. Kandungan serat kasar
remasan antara L7-40%'.
f. adalah simbol untuk nenunjukkan bahwa horison atau lapisan mengandung es
permanen. Mungkin dijumpai di Pegunungan Jaya Wijaya, Papua.
g. adalahsimbolunfukmenunjukkansalahsatusenyawabesiyang telah tereduksi dan
dipindahkan selama proses pembentukan tanah, atau kondisi jenuh air
sedemikian rupa sehingga menciptakan keadaan reduksi. sebagian besar
bahan yang tereduksi mempunyai kroma rendah dan banyak karatan'.
h. adalah simbol yang digunakan bersama simbol B untuk menunjukkan adanya
iluviasi kompleks bahan organik-seskuioksida bersifat amorf dan larut.
i. adalah simbol yang digunakan bersama simbol o untuk menunjukkan bahan
organik yang relatif baru mengalami dekomposisi. Kandungan serat kasar
remasan >407o volume'.
k. adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan akumulasi senyawa karbonat,
sisanya kalsium karbonat'.
m. adalah simbol untuk menunjukkan sementasi kontinu atau hampir kontinu.
simbol m hanya digunakan bagi horisonyang>9jY" tersemen. Lapisan tersemen
rnengharnbat perkembangan akar tanaman karena tidak dapat dilalui akar
kecuali di antara retakan' Horison tambahan m dibedakan atas bahan
Penyemennya: km' qm, sm, ym, kqm, zm adalah berturut-turut untuk
menggambarkan sementasi oleh senyawa.karbonat, silika besi; gipsurn; besi
dan silika; garam-garaman yang lebitrr mudah larut daripada gipsum.
n. adalah simbol untuk menunjukkan adanya akumulasi natrium dapat tukar.
o. adalah simbol untuk menunjukkan akumulasi residual dari senyawa seskuioksida.
p. adalah simbol untuk menunjukkan horison yang telah diolah. Horison O yang
diolah menjadi horison Op. Horison A, E, B, atau C yang diolah menjadi horison
Ap.
12
q. adalah simbol untuk menunjukkan akumulasi senyawa silika sekunder. Apabila
senyawa silika menyemen seluruh lapisan secara kontinyu atau hampir kontinyu,
digunakan simbol qm.
r. adalah simbol yang digunakan bersama simbol C untuk menunjukkan ciri-ciri
lapukan bahan induk.
s. adalah simbol yang digunakan bersama B untuk menunjukkan adanya iluviasi
kompleks senyawa seskuioksida-bahan organik larut dan amorf. Simbol s juga
digunakan dalam kombinasi dengan h menjadi Bhs yang berarti komponen
bahan organik dan seskuioksida cukup dominan.
ss. adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan adanya bidang kilir.
t. adalah simbol yang menunjukkan akumulasi lempung, baik melalui proses iluviasi
atau translokasi lempung, ataupun kombinasi keduanya.
v. adalah simbol untuk menunjukkan adanya plinthit.
w. adalah simbol yang digunakan bersama B untuk menunjukkan adanya
perkembangan warna atau strukfur, ataupun kombinasi keduanya, tetapi kurang
mencirikan iluviasi secara 1'elas. x adalah simbol untuk menunjukkan lapisan
yang teguh, rapu[ BD tinggi, terbentuk secara pedogenetik.
y. adalah simbol untuk menunjukkan akumulasi gips (CaSQ).
z. adalah simbol untuk menunjukkan akumulasi garam-garaman yang lebih mudah
larut daripada gipsum.
Horison diognostik menurul sislem WRB (Wortd Relerence Bose lor Soil
Resources)
Definisi horison diagnostik tanah permukaan menurut sistem taksonomi USDA
dan sistem WRB hampir tidak ada beda. Perbedaan terletak pada rentang syarat yang
13
diterapkan pada sistem WRB lebih longgar dan sebagian besar merupakan
karakteristik morfologis yang dapat diidentifikasi di lapangan. Sistem WRB mengakui
berbagai sistem yang telah ada pada tingkat nasional negara-negara yang terlibat aktif
di dalam penyusunan sistem klasifikasi, termasuk di dalamnya adalah Amerika Serikat.
Banyak nama yang mirip dengan nama-nama horison diagnostik yang ada pada sistem
USDA. jumlah dan macam horison diagnostik pada sistem WRB sedikit lebih banyak
dibanding dengan jumlah dan macam horison diagnostik yang ada pada sistem
Taksorromi USDA.
3. KLASIFIKASI TANAH
Sistem klasifikasi tanah nasional Indonesia lebih dikenal dengan nama sistem
L.P.T/Puspetary yang didasarkan pada sistem usDA lama. sistem klasifikasi tanah
nasional Indonesia dalam perkembangan selanjutnya mengalami beberapa kali
modifikasi dan Penyempurnaan sampai yang terakhir, yaitu dengan diterbitkannya
Terms of Reference Tipe A, Pemetaan Tanah, (1980). Tingkat kategori yang
14
digunakan . ada enam, berturut-turut dari tingkat kategori tertinggi hingga terendah
adalah: (1) Golongan, (2) Kumpulan, (3) jenis, (4) Macam, (5) Rupa, dan (6) Seri.
Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah
di lndonesia ialah tingkat kategori jenis (great soil group). satuan-satuan jenis tanah
yang ada di Indonesia antara lain ialah:
1) Organosol atau Tanah Gambut. Satuan tanah Gambut berasal dari bahan induk
bahan organik, biasanya dari hutan rawa atau rumput rawa. Tanah Gambut
mempunyai ciri-ciri dan sifat sebagai berikut: tidak terjadi diferensiasi horison
secara jelas, ketebalan lebih dari 50 cm; warna cokelat kehitamary tekstur
debu-lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat kandungan
organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebi d.ari 20"/o untuk
tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0); kandungan unsur
hara terseclia rendah. Persebaran Gambut menurut kondisi relief dibedakan
menjadi:
a. Gambut Ombrogen: terletak di dataran pantai berawa/ mempunyai ketebalan
0,5 m-16 m, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir
selalu tergenang air' Bersih fat sangat asam. Contoh keterdapatan secara luas
Gambut di Indonesia ada di daerah dataran pantai timur sumatra, dataran rawa
Kalimantan dan dataran pantai selatan papua.
b. Gambut Topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) berawa di daerah
dataran rendah maupun di pegunungary berasal dari sisa tumbuhan rawa,
ketebalan 0,5 m _ 6 m, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih
tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa pening, dan Rawa Lakbok.
c. Gambut Pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan berasal dari
sisa tumbuh-tumbuhan yang hidupnya seperti di daerah sedang (vegetasi
sphagnum). Contoh di Dataran Tinggi Dieng propinsi Jawa Tengah.
15
2) Aluvial. satuan tanah Aluvial dikategorikan sebagai tanah muda karena belum
mengalami perkembangan lanjut dari bahan induknya. Tanah Aluvial
mempunyai sifat-sifat: tekstur beraneka, belum terbenfuk struktur, konsistensi
dalam keadaan basah lekat, pH beraneka, kesuburan umumnya sedang hingga
tinggi. persebaran tanah Aluvium terdapat di daerah dataran aruvial sungai,
dataran aluvial pantai dan di daerah cekungan (depresi).
3) Regosol. satuan tanah Regosol dikategorikan sebagai tanah muda karena
belum menunjukkan adanya perkembangan horison tanah. Tanah Regosol
tersusun atas bahan induk yang masih sangat sedikit mengalami alterasi baik
mekanik maupun khemik. Tanah Regosol mempunyai sifat-sifat: tekstur pasir,
struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanis piroklatis atau
pasir pantai. Persebaran tanah Regosol adalah di daerah lereng gunung api
muda dan pada daerah daerah beting dan gumuk.
4) Litosol. Tanah Litosol merupakan tanah mineral yang tanpa/sedikit mengalami
perkembangan profil. Ciri utama dari tanah Litosol adalah tanah dengan
ketebalan terbatas (<30 cm) yang menumpang langsung di atas batuan induk
yang padu dan keras. Keterdapatan Litosol sering dalam kondisi berasosiasi
dengan singkapan batuan dasar. Litosol mempunyai rentang sifat-sifat: tekstur
beraneka dan pada umumnya berpasir, umumnya tak berstruktur, warna
kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi.
5) Latosol. Satuan tanah Latosol merupakan tanah yang telah berkembang atau
terjadi diferensiasi horison. Latosol mempunyai rentang sifat-sifat: solum dalam,
tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga
tegutr, warna cokelat, merah hingga kuning. Latosol tersebar di daerah beriklim
basah, elevasi antara 300-1000 meter.
6) Grumusol. Satuan tanah Grumusol merupakan tanah mineral yang ielah
mempunyai perkembangan profil khas, berupa bidang kilir (slickenside) pada
kedalaman > 60 cm. Grumusol mempunyai rentang sifat-sifat: solum agak
tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan
gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan
plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak.
7) Podsolik Merah-Kuning. Satuan Tanah Podsolik Merah-Kuning merupakan
tanah mineral yang telah berkembang.
16
8) Podsol. Satuan tanah Podsol tergolong ke dalam tanah mineral yang telah
mempunyai perkembangan profil. Podsol mempunyai susunan horison terdiri
dari horison Albic (Ar) dan Spodic (Brh) yang jelas, tekstur lempung hingga
pasir, struktur gumpal konsistensi lekat, kandungan pasir kwarsanya tinggi,
sangat masam,kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah,
peka terhadap erosi, batuan induk pasir dengan kandungan kwarsanya tinggi,
batuan lempung dan tuf masam.
9) Andosols. Satuan tanah Andosols merupakan tanah mineralyangtelah
mempunyai perkembangan profil. Andosols mempunyai rentang sifat-sifat:
solum agak tebal, warna cokelat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat
licin (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa
tinggi dan daya adsorpsi sedang, kelembaban tinggi, bulk densita 0,85 gr/cm3
(ringan), mineral alofan menempati kompleks pertukaran paling menonjol,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari bahan induk abu atau tuf
gunung api.
10) Mediteran Merah-Kuning. Satuan tanah Mediteran Merah-Kuning merupakan
kelompok tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil. Satuan
tanah Mediteran Merah-Kuning mempunyai rentang sifat-sifat: solum sedang
hingga dangkal,warna cokelat hingga merafu mempunyai horison B argillik,
tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan
lekat bila basatu pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
adsorbsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan
gamping keras (limestone) dan tuf gunung api basa.
11) Aluvial Hidromorf Kelabu (Gleisol). Satuan tanah Gleisol merupakan tanah
mineral yang mempunyai perkembangan khusus sebagai akibat sebagian
besar profil tanah dalam kondisi anaerob. Gleisol mempunyai rentang sifat-sifat:
solum tanah sedang warna kelabu hingga kekuningary tekstur geluh hingga
lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH
4,5-6,0), kandungan bahan organik tinggi. Ciri khas tanah ini, adanya lapisan
glei menerus (kontinu) yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang
dari 0,5 m akibat dari profil tanah selalu jenuh air.
12) Tanah Sawah (Paddy Soil). Tanah sawah ditetapkan sebagai sebuah satuan
tanah mandiri karena telah dipersawahkan selama ratusan tahun sehingga
17
memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah
aslinya.
Sistem Taksonomi Tanah yang diterbitkan oleh USDA tahun 1975 dengan judul
"Soil Taxonomy, A Basic System of Soil Classification for Making and Interpreting Soil
Surveys" (Soil Survey Staff, 1975) merupakan sistem klasifikasi tanah yang banyak
dikenal di seluruh dunia. Sistem taksonomi dari USDA. Banyak negara
mengembangkan dan menggunakan sistem klasifikasi tanah nasional masing-masing
tetapi Soil Taxonomy tetap dipelajari, bahkan dijadikan bahan pembanding untuk
mengorelasikan dengan satuan-satuan tanah yang dimilikinya. Satuan-satuan
taksonomi tanah USDA merupakan alat komunikasi yang baik karena mencakup
berbagai tingkatan skala pemanfaatan mulai dari skala detail hingga global. Taksonomi
tanah terdiri dari enam kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori
tertinggi (global) ke kategori terendah (detail), sebagai berikut:
Ordo Terdiri dari1.2 satuan. Faktor pembeda pada kategori ordo adalah ada tidaknya
horison diagnostik dan atau susunan horison diagnostik serta sifat diagnostik yang lain
yang bukan berupa horison.
Subordo Terdiri dari 53 satuan. Faktor pembeda adalah pembatas utama dalam
pemanfaatan tana[ khususnya untuk kepentingan pertanian. Pembatas utama yang
digunakan untuk pembeda dalam kategori Subordo adalah regim kelembaban dan
regim suhu tanah.
Ada empat satuan ordo yang dibedakan pada kategori Subordo tidak berdasarkan
regim kelembaban dan regim suhu tanah, yaitu Gelisols, Histosols, Aridisols, dan
Entisols.
Greatgroup adalah faktor pembatas yang lebih detail dibandingkan dengan regim
kelembaban dan regim suhu tanah. Ada banyak faktorpembatas yang dapat
dipertimbangkan, namun semua faktor pembatas tersebut harus telah meninggalkan
ciri morfologis pada profil tanah.
Subgroup Pada saat ini jumlah satuan tanah pada kategori subgroup masih terus
bertambah seiring semakin luasnya penerapan sistem taksonomi untuk pemetaan
wilayah-wilayah yang belum dipetakan sebelumnya. Pada kategori subgroup, satuan-
satuan tanah dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu: typical, interchange
18
(peralihan ke ordo atau subordo atau Greatgroup yang rain), dan extragrade (kasus
penyebab perkembangan khusus yang ekstrem).
Famili faktor pembedanya adarah sifat-sifat tanah yang penting untuk pengelolaan
tanah baik untuk kepentingan pertanian ataupun keteknikan(engineering). sifat-sifat
tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk famili antara lain adalah:
sebaran besar butir, ketebalary tipe mineral lempung, dan regim temperatur.
Seri faktor pembeda yang digunakan adalah sama dengan pembeda famili, namun
rentang klasifikasi yang digunakan lebih terperinci.
FAO sebagai badan dunia di bawah pBB membutuhkan informasi tanah yang
baik untuk melaksanakan tugasnya daram menganarisis dan mengevaluasi ketahanan
pangan dunia. Informasi sumber daya tanah yang ada di dunia dilakukan oreh
sebagian besar negara- negara dengan menggunakan sistem masing-masing. Korelasi
dari informasi sumber daya tanah yang tersedia dalam berbagai sistem perlu dirakukan
agar menjadi safu sistem yang sama untuk evaluasi sumberdaya tanah pada tingkat
19
dunia. Maka dari itu, FAO menyusun sistem informasi sumber daya tanah berbasis
sistem klasifikasi tanah secara global. sistem klasifikasi tanah WRB disusun secara
multi hierarki seperti sistem taksonomi USDA. sistem multi hierarki atau multi tingkat
dalam WRB tidak selengkap yang ada dalam sistem taksonomi USDA.
Prinsip-prinsip dasar klasifikasi tanah sistem wRB dapat diuraikan sebagai berikut
(IUSS Working Group WRB, 2006):
1) Klasifikasi didasarkan atas perwatakan tanah yang dideskripsikan dalam bentuk
sifat dan horison penciri, yang semaksimal mungkin dapat diamati dan diukur di
lapangan.
2) Pemilihan sifat dan horison penciri didasarkan atas hubungannya dengan
proses-proses pembentukan tanah.
3) Pada kategori tinggi (reference base), pemilihan kenampakan penciri
didasarkan atas tingkat kepentingannya untuk tujuan pengelolaan.
4) Parameter iklim tidak dipergunakan dalam klasifikasi tanah
5) WRB dirancang sebagai klasifikasi yang komprehensif yang memungkinkan
orang menerapkannya pada sistem klasifikasi nasional masing-masing,
mengandung dua kategori:
a. Reference base yang hanya mempunyai 30 group tanah (satuan nama
tanah)
b. Sistem WRB yang mengandung kombinasi dari seri tambahan sebagai
penunjuk (pengubah) pada group tanah sehingga memungkinkan
karakterisasi dan klasifikasi yang tepat pada setiap profil tanah
6) Reference Soils harus mencerminkan wilayah satuan tanah utama sehingga
memberi peluang untuk mengetahui secara komprehensif menyeluruh
mengenai tanah yang menyelimuti bumi
7) Reference base tidak berarti menggantikan klasifikasi tanah nasional tetapi
lebih untuk membantu dalam komunikasi secara umum pada tingkat
internasional. Sistem WRB mengisyaratkan bahwa level yang lebih rendah dari
WRB dapat mengadopsi keragaman lokal pada tingkatan negara dan propinsi.
Saat ini kategori rendah telah menekankan pada kenampakan tanah yang
penting untuk Penggunaan lahan dan pengelolaan tanah
8) Revisi Legenda Peta Tanah Dunia dari FAO/UNESCO telah digunakan sebagai
dasar untuk pengembangan WRB supaya dapat dimanfaatkan untuk korelasi
tanah secara internasional
20
9) Definisi dan deskripsi satuan safuan tanah mencerminkan variasi dalam
karakteristik tanahbaik secara vertikal maupun horisontal
10) Istilah Reference B ase adalahkonotatif sebagai fungsi penanda di mana WRB
akan diasumsikan. Satuan-satuannya harus punya kecakupan untuk
harmonisasi dan korelasi atas sistem nasional yang telah ada
11) WRB juga mungkin dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang konsisten
untuk kompilasi database tanah secara global dan untuk inventarisasi dan
monitoring sumber daya tanah dunia
12) Penamaan yang digunakan untuk membedakan Soil Group akan terus
digunakan. Istilah-istilah ini didefinisikan secara tepat agar menghindari
kebingun6ian yang terjadi ketika nama-nama digunakan untuk tujuan yang
berbeda.
4. PEMETAAN TANAH
Pemetaan tanah atau sering disebut dengan survei tanah adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara sistematik sehingga pada akhirnya dapat memberikan
gambaran yang akurat mengenai persebaran satuan-satuan yang menyelimuti
permukaan bumi. pekerjaan akhir dari pemetaan tanah diwujudkan dalam sebuah peta
tanah dengan berbagai skala sesuai dengan keperluan tertentu. sistematika dalam
pemetaan tanah mencakup berbagai metode yaitu: penentuan lokasi dan jumlah
pengamatan, pengamatan/deskripsi tanah, pengambilan contoh tanah, klasifikasi
tanah, penggambaran peta, dan interpretasi tanah.
21
Ada berbagai metode penentuan lokasi pengamatan tanah yang telah biasa
dilakukan guna pemetaan tanah. secara garis besar metode penentuan lokasi
pengamatan tanah dikelompokkan menjadi dua, yaitu analitik dan sintetik. Kedua
metode mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Keputusan sebuah
kegiatan pemetaan tanah akan dilakukan dengan menggunakan metode analitik atau
sintetik ditentukan dari tujuan dasar pemetaan tanah. pemetaan tanah tingkat detail
akan lebih sesuai jika dilakukan dengan metode analitik, sementara itu pemetaan
tanah tingkat tinjau biasanya dilakukan dengan menggunakan metode sintetik. Ada
berbagai teknik di dalam metode analitik yang semuanya tergantung dari tujuan dasar
pengambilan samper.
Pada prinsipnya metode analitik berbasis pada parameter sifat-sifat tanah
tertentu yang dipertimbangkan sehingga dapat dijadikan indikator kuat pembeda
satuan-satuan tanah yang ada. Metode sintetik lebih berbasis pada teori persebaran
satuan-satuan tanah sehingga safuan-satuan delineasi sudah dapat ditentukan
sebelum pengamatan lapangan. Jumlah pengamatan tanah dengan menggunakan
metode sintetik tentu lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan metode analitik.
Jumlah dan lokasi pengamatan biasanya sudah dapat ditentukan melalui metode
analitik sebelum kegiatan lapangan karena berbasis pada pengamatan secara reguler
menurut jarak dan arah tertentu yang tetap. Jumlah dan lokasi pengamatan dengan
menggunakan metode sintetik belum dapat berubah selama pengamatan lapangan
karena tergantung dari keberagaman medan pemetaan.
22
Gambar: menyajikan jumlah sampel tanah yang ideal untuk sebuah pemetaan. Jumlah
sampel tanah dapat dijadikan dasar penghitungan perkiraan volume pekerjaan
pemetaan tanah seperti tersaji pada Tabel diatas.
23
Manfaat Pemetaan Tanah Dalam Kehidupan
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak, dan untuk
perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan rencana
transmigrasi
Sebelum suatu bangunan didirikan , maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi
permukaan tanah dan rencana meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa
tanah yang gigali dan berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan
peil suatu bangunan yang akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan
sebagainya.
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka kita harus
membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak
sempurna dinamakan peta.
Untuk praktisnya pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten , propinsi
bahkan setiap Negara mempunyai ganbar daerahnya yang disebut peta. Peta tersebut
harus digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah, baik pengukuran secara teoritis
maupun secara fotogrametrik.
Bila akan mendirikan rumah , maka harus ada ijin bangunan dari dinas pertanahan
atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan daerah , pembuatan
jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangunan harus diukur dan
disahkan oleh pemerintah daerah. Disamping hal tersebut pekerjaan ukur tanah
merupakan hal sangat penting dalam merencana bangunan karena dapat
memudahkan menghitung rencana biaya.
24
Peta Tanah
Gambar: Gambaran sebuah SPT Konsosiasi yang tersusun atas 50% satuan tanah
yang sama,25% satuan tanah serupa, dan 25% satuan tanah tidaks erupa.
2) Asosiasi
SPT jenis Asosiasi mengandung dua atau lebih satuan tanah yang tidak serupa yang
digunakan dalam penamaan SPT dan mempunyai komposisi yang hampir sama.
Satuan-safuan tanah penyusun SPT ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain ke
dalam SPT-SPT yang berbeda karena keterbatasan skala pemetaan.
26
3) Kompleks
SPT Kompleks mirip dengan SPT Asosiasi karena mengandung unsur dua nama atau
lebih satuan tanah yang tidak serupa yang digunakan dalam penamaan SpT, demikian
juga komposisi masing-masing satuan tanahnya serupa dengan SPT Asosiasi.
Persebaran satuan tanah yang ada pada SPT ini tidak mengikuti pola tertentu
sehingga dalam skala pemetaan yang lebih besar, satuan-satuan tanah yang
menyusunnya tetap tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
27
tinjau terdiri dari Macam Tanah (Subgroup dalam taksonomi USDA atau RSG
ditambah dengan qualifier yang sesuai menurut sistem WRB), macam bahan
induk, serta macam bentanglahan dan bentuklahan.
4. Peta tanah semi detail (Semi-Detailed Soil Map) Peta tanah semi detail
berskala 1 : 50.000 sampai 1 : 10.000. Untuk penyusunan dengan maksud
tertentu dapat pula dibuat peta tanah dengan skala 1 : 25.000 dengan
pengamatan lebih teliti dan dihasilkan peta tanah semi detail.
5. Peta tanah detail (Detailed Soil Map) Peta tanah terinci berskala 1 : 10.000 atau
lebih besar. Batasbatas satuan delineasi yang ada pada peta tanah detail
sepenuhnya dilakukan atas dasar pekerjaan survei lapangan yang terperinci.
Peta dasar yang digunakan mungkin hanya digunakan sebagai penunjuk lokasi
dan tidak dijadikan sebagai bahan yang diinterpretasikan untuk penentuan
lokasi pengamatan.
28
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Morfologi tanah Morfologi tanah adalah ilmu yang mengamati sifat tanah dalam
berbagai lapisan tanah mengenai kenampakan, ciri-ciri, sifat-sifat tanah dan
susunannya pada lapisan tersebut yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan.
Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat.
Horison tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah dan berbeda dengan lapisan di sebelah atas ataupun
bawahnya yang secara genetik ada kaitannya. Horison tanah berbeda dengan lapisan
tanah dalam hal proses pembentukannya. Horison tanah terbentuk karena proses
perkembangan tanah sementara lapisan tanah terbentuk karena proses pengendapan
bahan tanah oleh tenaga geomorfik.
Sistem klasifikasi tanah nasional Indonesia lebih dikenal dengan nama sistem
L.P.T/Puspetary yang didasarkan pada sistem usDA lama. sistem klasifikasi tanah
nasional Indonesia dalam perkembangan selanjutnya mengalami beberapa kali
modifikasi dan Penyempurnaan sampai yang terakhir, yaitu dengan diterbitkannya
Terms of Reference Tipe A, Pemetaan Tanah, (1980). Tingkat kategori yang
digunakan . ada enam, berturut-turut dari tingkat kategori tertinggi hingga terendah
adalah: (1) Golongan, (2) Kumpulan, (3) jenis, (4) Macam, (5) Rupa, dan (6) Seri.
Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah
di lndonesia ialah tingkat kategori jenis (great soil group).
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak, dan untuk
perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan rencana
transmigrasi
29
2.Pengukuran untuk mengetahui beda tinggi tanah
Sebelum suatu bangunan didirikan , maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi
permukaan tanah dan rencana meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa
tanah yang gigali dan berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan
peil suatu bangunan yang akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan
sebagainya.
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka kita harus
membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak
sempurna dinamakan peta. Untuk praktisnya pemerintah mulai dari tingkat desa,
kecamatan, kabupaten , propinsi bahkan setiap Negara mempunyai ganbar daerahnya
yang disebut peta. Peta tersebut harus digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah,
baik pengukuran secara teoritis maupun secara fotogrametrik.
Bila akan mendirikan rumah , maka harus ada ijin bangunan dari dinas pertanahan
atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan daerah , pembuatan
jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangunan harus diukur dan
disahkan oleh pemerintah daerah. Disamping hal tersebut pekerjaan ukur tanah
merupakan hal sangat penting dalam merencana bangunan karena dapat
memudahkan menghitung rencana biaya.
SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan dan kesalahan dalam tatacara penulisan maupun
pembahasan dalam materi Bab Vll Morfologi klasifikasi dan pemetaan tanah. Maka dari
itu, kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan untuk menjadi acuan dalam
makalah berikutnya. Hendaknya manusia mulai menjaga tanah, karena aktivitas
manusia menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelestarian tanah.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, R.w., 2006. CLtncepts of sttils in soil: Basic Concepts and Future Chalanges
edited by G. Certini and R' Schalenghe' Cambridge UniversitY Press, New
York.
Arsyad, S., 2000. Konseraasi Tnnah dan Air. Penerbit IPB, Bogor'
Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
31