Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTEK LAPANG DAN LABORATORIUM

GEOGRAFI TANAH

OLEH :

SULFADLY
1815040022
PENDIDIKAN GEOGRAFI A

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan ini.
Tugas ini merupakan tugas individu yang merupakan tugas mata kuliah
Geografi Tanah yang disusun dalam bentuk laporan. Saya menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu kritikan dan saran, kami sangat harapkan dari Dosen
Pembimbing mata kuliah ini serta nasehat-nasehat dan petunjuk dari rekan-rekan
demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Akhir kata dari penulis tak lupa
kami haturkan terima kasih terutama kepada Dosen Penanggung Jawab mata
kuliah ini Bapak Uca, S.Si, M.P, Ph.D dan semua rekan-rekan terutama yang
telah membantu dan memberikan sumbangsi guna kelancaran penyusunan
laporan ini.
Semoga laporan ini ada manfaatnya khususnya bagi penulis sendiri dan para
pembaca. Amin !

Makassar, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Tujuan………………………………………………………………...2
1.3. Manfaat……........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Horizon……. .......................................................................................3
2.2. Warna Tanah........................................................................................4
2.3. Tekstur Tanah......................................................................................4
2.4. Struktur Tanah......................................................................................6
2.5. Konsistensi Tanah................................................................................6
2.6. pH Tanah….. .......................................................................................8
2.7. Bentuk Istimewa..................................................................................9
2.8. Perakaran….. .......................................................................................9
2.9. Bahan Organik.....................................................................................9
BAB 3 METODE PRATIKUM
3.1. Metode Di Lapangan..........................................................................11
3.2. Metode Di Laboratorium ..................................................................15
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil....................................................................................................24
4.2. Pembahasan.........................................................................................27
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan..........................................................................................36
5.2. Saran.....................................................................................................36

iii
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..37
LAMPIRAN………………………………………………………………….38

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1.1. Koordinat, Horizon dan Tebal Horizon………………………. 24


Tabel 4.1.1.2. Horizon, Tekstur, Warna Perakaran dan Suhu Udara…………24
Tabel 4.1.1.3. Horizon, Organik, pH dan vegetasi……………………………24
Tabel 4.1.1.4 Lereng…………………………………………………………..25
Tabel 4.1.1.5. Koordinat, Horizon dan Tebal Horizon………………………..25
Tabel 4.1.1.6. Horizon, Tekstur, Warna Perakaran dan Suhu Udara………....26
Tabel 4.1.1.7. Horizon, Organik, pH dan vegetasi…………………………....26
Tabel 4.1.1.8. Lereng………………………………………………………….27
Tabel 4.1.1.9. Permeabilitas…………………………………………………...28
Tabel 4.1.1.10. Analisis Besar Butir…………………………………………..30
Tabel 4.1.2.1. Besar NPD……………………………………………………..33
Tabel 4.1.2.2. Bahan organic……………………………………………….....34

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1.1. Segitiga Tekstur……………………………………………..6


Gambar 4.1.1.1. Sketsa penampang…………………………………………..25
Gambar 4.1.1.2. kemiringan lereng…………………………………………...25

Gambar 4.1.1.3. Sketsa penampang…………………………………………..26


Gambar 4.1.1.4. kemiringan lereng…………………………………………...27

Gambar 4.1.1.5. Segitiga Tekstur……………………………………………..32

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di seluruh Bumi terdapat aneka macam tanah, mulai dari yang paling gersang
sampai yang paling subur, warna putih, merah, kelabu, coklat, hitam, kelabu dan
lain-lain. Di Indonesia juga terdapat banyak jenis dan macam tanah. Sebagai
Negara tropis, di Indonesia memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang
tahun. Kesuburan tanaman tidaklah lepas dari tingkat kesuburan tanah tempatnya
tumbuh. Kesuburan tanah tiap daerah tidaklah sama, untuk itu diperlukan ilmu
khusus untuk mengkajinya. Kajian tersebut selain untuk mengetahui tingkat dan
persebaran tanah antar daerah, juga untuk menentukan langkah yang tepat untuk
diperlakukan terhadap tanah tersebut.
Salah satu ilmu yang mempelajari tentang tanah adalah geografi tanah. Geografi
tanah sendiri merupakan ilmu tentang penyebaran jenis-jenis tanah secara
geografis dan dikaitkan dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya ,dan kajian
yang dilakukan saat praktikum geografi tanah adalah mulai dari keadaan di
sekitar tanah, lereng, tekstur, struktur, keasaman tanah, dan kandungan bahan
organik di dalam tanah. Dalam geografi tanah tidaklah hanya mempelajari teori-
teori tentang tanah saja, melainkan juga dituntut untuk adanya praktik langsung
guna bisa membuktikan langsung tentang jenis-jenis tanah yang ada.
Praktikum geografi tanah bertujuan untuk menganalisa tanah guna mengtahui
jenis tanah dari sample yang ada. Dalam menganalisa dibutuhkan ketelitian serta
kecermatan sehingga mendapatkan informasi yang akurat. Oleh karena itu, dalam
proses analisa dibutuhkan ketelitian dan pemahaman yang baik tentang goeografi
tanah. Dengan keakuratan data, diharapkan hasil analisa dari praktikum tersebut
dapat dijadikan sebagai refrensi untuk pengolahan tanah yang tepat.

Laporan ini disusun agar memeberikan informasi yang baik dan benar. Dalam
penyususnan laporan ini tidak luput dari kekurangan baik dalam penulisan

1
maupun dalam kelengkapan data. Saran dan kritik yang membangun dapat
dijadikan koreksi bagi penyusun.
1.2. Tujuan
Secara umum, tujuan praktikum geografi tanah adalah untuk mengenalkan kepada
mahasiswa terhadap faktor pembentuk tanah, sifat tanah, serta klasifikasi tanah.
1.3. Manfaat
Manfaat yang didpatkan dari praktikum ini adalah :
a. Mengenal sifat fisik dan kimia tanah secara kualitatif.
b. Mengerti proses dan perkembangan pedogenesis tanah.
c. Mengetahui jenis tanah dan persebarannya.
d. Mengerti penerapan ilmu geografi tanah di lapangan.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Horizon
Suatu tubuh tanah apabila dipotong tegak lurus akan menampilkan suatu seri
lapisan yang disebut sebagai horizon. Dari horizon tersebut apabila diamati
mempunyai cirri khusus, baik dari ciri geomorfologi, sifat-sifat biologi, kimia dan
fisika yang khas. Urutan susunan dari horizon itulah yang disebut sebagai profil
tanah.
Profil tanah di suatu tempat dan tempat lain tidaklah selalu sama. Namun pada
umumnya tanah di khatulistiwa paling tebal dan semakin menipis dengan
semakin mendekatnya daerah tersebut ke daerah kutub. Ini dikarenakan iklim
sebagai faktor aktif pembentuk tanah di daerah khatulistiwa dan kutub berbeda
(curah hujan dan penyinaran matahari).
Tiap-tiap lapisan pada horizon tanah mempunyai ciri khas yang berbeda antara
satu lapisan dengan lapisan yang lainnya yaitu ciri yang spesifik dan genetis.
Dengan ciri khas pada tiap horizon tersebut maka dibuatlah klasifikasi tentang
nama pada lapisan tersebut. Secara garis besar, horizon-horizon tersebut dapat
dibedakan menjadi horizon organic (horizon O) dan horizon mineral (horizon A,
B, C, dan R).
a. Horizon O
Ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu dan
merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan mineral
O1 : lapisan bentuk asli sisa-sisa tanaman yang masih terlihat
O2 : lapisan bentuk asli sisa-sisa tanaman yang tidak terlihat jelas
b. Horizon A
Horizon di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan
mineral.Merupakan horizon eluviasi ( yang mengalami pencucian)
A1 : Lapisan bahan mineral campur humus, berwarna gelap
A2 : Lapisan dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe,
Al bahan organik.

3
A3 : Lapisan peralihan ke B, lebih menyerupai A
c. Horizon B
Horizon iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya ( liat, Fe,
Al, bahan organik)
B1 : Lapisan peralihan A ke B lebih menyerupai B
B2 : Lapisan penimbunan (Iluviasi)
B3 : Lapisan peralihan ke C, lebih menyerupai B
d. Horizon C
Horizon C merupakan lapisan batuan induk yang sedikit terlapuk .
e. Horizon D
Horizon D atau R merupakan lapisan batuan keras yang belum terlapuk .
2.2. Warna tanah
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling nyata dan paling mudah untuk
ditemukan. Meskipun pengaruhnya yang langsung terhadap fungsi tanah hanya
sedikit, tetapi seseorang tapi seseorang dapat memperoleh keterangan banyak dari
warna tanah, apalagi jika dihubungkan dengan ciri-ciri lain. Jadi warna tanah
hampir merupakan ukuran yang tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah,
serta bersifat menggantikan cir-ciri penting lain yang sukar diamati.
Warna tanah merupakan pernyataan jenis dan kadar bahan organik, keadaan
drainase dan aersi tanah dalam hubungan dengan hidratasi, oxidasi, dan proses
pelindian, tingkat perkembangan tanah, kadar air tanah termasuk pula dalamnya
permukaan air tanah dan atau adanya bahan-bahan tertentu.
Pada umumnya, bahan organik memberi warna kelam pada tanah, artinya jika
tanah asalnya berwarna kuning dan kecoklatan, kandungan bahan organik
menyebabkan tanah cenderung berwarna hitam atau kecoklatan. Semakin stabil
bahan organik, makin tua warnanya. Sedangkan makjn segar, makin cerah
warnanya. Dan humus yang stabil berwarna hitam. ( M. Isa Darmawijaya
1997:158 ).
2.3. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relative tiga golongan besar partikel tanah
dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung

4
(clay), debu (slit), dan pasir (sand). Butiran tunggal tanah diberi istilah partikel
tanah, dan golongan partikel tanah diberi istilah fraksi tanah.
Tekstur suatu horizon tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah,
beralinan dengan struktur dan konsistensi. Memang kadang-kadang didapati
perubahan dalam lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaan
atau berkembangnya lapisan permukaan baru. Pemindahan ini juga dapat
disebabkan oleh erosi tanah. Karena sifatnya yang relatif tetap untuk jangka
waktu tertentu maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi tanah.
Istilah populer tanah berat dan tanah ringan yang merupakan pernyataan berat-
ringannya penggarapan tanah seolah-olah ditentukan tekstur tanah, karena para
petani sudah lama mengetahui bahwa tanah pasir adalah tanah ringan dan tanah
lempung adalah tanah berat. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah,
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan pengikatan air oleh tanah.
M. Isa Darmawijaya (1997:163).
Nama kelas tekstur tanah pada umumnya diambil dari fraksi yang sebagian besar
dikandung massa tanah tersebut jika campuran partikel lain dapat diabaikan
karena sedikitnya, sehingga dikenal klas-klas tekstur tanah:
tanah pasir kasar (coarsed sand)
tanah pasir (sand)
tanah pasir sangat halus (very fine sand)
tanah debu (silt)
tanah lempung (clay)
tanah lempung berat (heavy clay).
Jika tercampur sedikit fraksi lain maka nama-nama kelas tekstur tanah menjadi :
tanah lempung pasiran (sandy clay)
tanah lempung debuan (silt clay).
Pembatasan ketiga fraksi masing-masing tekstur tanah dapat digambarkan dengan
jelas dalam Bagan I yang berbentuk segitiga dan disebut trianguler texstur. Titik
sudutnya menunjukkan 100% salah satu fraksi, sedang tiap sisi menggambarkan
persentase berat masing-masing fraksi mulai 0% sampai 100%. Segetiga ini

5
terbagi atas 12 bidang atau zone yang menunjukkan masing-masing tekstur tanah.
Dalam zone 1 dibagi menjadi 2 bagian yaitu heavy clay dan clay.

Sumber : duaistanto.com
Gambar 2.1.1.1. Segitiga Tekstur
2.4. Struktur tanah
Struktur didefinisikan sebagai susunan saling mengikat partikel-partikel tanah.
Ikatan partikel tanah itu berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya.
Agregat tanah ini dinamakan ped. Gumpalan tanah yang terbentuk sebagai akibat
penggarapan tanah., atau yang terbentuk karena akumulasi lokal senyawa-
senyawa yang mengikat partikel tanah (konkresi) tidak termasuk apa yang
dinamakan agregat tanah.
Pada dasarnya agregat tanah berbentuk remah mempunyai ruang pori antara
agregat yang lebih banyak daripada struktur gumpal ataupun pejal, sehingga
perembesan airnya lebih cepat dan biasanya lebih subur.
Berdasarkan bentuk dan besarnya, tipe struktur tanah dapat dibagi menjadi tipe
lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, berbutir tunggal, dan pejal. ( M. Isa
Darmawijaya 1997:170 ).
2.5. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel
tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh
tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Dalam profil

6
tanah tiap horizon berbeda konsistensinya. Konsistensi ditentukan oleh tekstur
dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara
penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah
bawahan.
Cara menenetukan konkresi tanah dilapangan adalah dengann cara memijit tanah,
dalam berbagai keadaan kandungan air seperti basah, lembab, dan kering diantara
ibu jari dan telunjuk. (M. Isa Darmawijaya 1997:172).
Konsistensi dipertelakan untuk tiga taraf kelembaban yaitu basah, lembab, dan
kering. Suatu tanah mungkin lengket bila basah,kenyal bila lembab, dan keras
bila kering. Istilah-istilah yang digunakan untuk mempertelakan konsistensi
mencakup :
1)  Tanah basah/ tak lengket, lengket, tak plastis, plastis.
2)  Tanah lembab/lepas, mudah rontok, kenyal.
3)  Tanah kering/lepas, halus, keras.
Perekatan (cementation) juga merupakan tipe konsistensi dan disebabkan oleh
bahan perekat seperti kalsium karbonat, silikat, atau oksida-oksida besi dan
aluminium. Perekatan itu sedikit dipengaruhi oleh kandungan air. Terekat atau
mengeras digunakan untuk mempertelakan perekatan. Tanah yang mengeras itu
begitu keras sehingga diperlukan pukulan palu yang keras untuk memecahkan
tanah itu dan pada umumnya palu akan berdering sebagai akibat pukulan itu.
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau daya
adhesi butir tanah dengan benda lainnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan
dan percobaan, perbedaan konsistensi tanah bergantung pada tekstur, kadar bahan
organik, kadar dan sifat koloid serta kadar lengas tanah.
Tanah basah (berdasarkan kelekatan):
ü  0 = tak lekat, tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
ü  1 = agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi
ü  2 = lekat, ada adhesi tanah pada jari dan jika dipijit memapar
ü 3 = sangat lekat, adhesi tanah menempelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar
dilepaskan
Tanah basah (berdasarkan plastisitas)

7
ü  0 = tak liat, tak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil
ü  1 = agak liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil yang dapat diubah
bentuknya
ü 2 = liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang
dapat diubah bentuknya dengan ditekan
ü 3 = sangat liat, dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah
bentuknya dengan pijitan kuat
Tanah lembab:
0 = lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah
1 = sangat gembur, dipijit mudah hancur
2 = gembur, hancur apabila dipijitkuat
3 = teguh, dipijit sukar hancur
4 = sangat teguh, ditekan kuat yang menyakitkan baru hancur
5 = luar biasa teguh, pijatan yang sangat kuat baru menghancurkan
Tanah kering:
0 = lepas, tidak ada kohesi
1 = lunak, kohesi lemah sehingga ditekan sedikit sudah hancur
2 = agak keras, sedikit tahan terhadap pijatan tangan
3 = keras, baru pecah terhadap tekanan kuat
4 = sangat keras, tak dapat dipecahkan dengan jari
5 = luar biasa keras, hanya dapat dipecahkan dengan palu atau benda keras.
2.6. pH Tanah
Penenetuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan selain
untuk menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah juga diperlukan dalam
penggunaan tanahnya terutama untuk tanah pertanian.
Pada umumnya tanah yang telah berkembang lanjut dalam dearah iklim basah
mempunyai pH tanah rendah. Makin lanjut umur tanah makin asam pula
tanahnya. Sebaliknya tanah di daerah kering penguapan menyebabkan
tertimbunnya unsure-unsur basa dipermukaan tanah karena besarnya evaporasi
dibandingkan dengan presipitasi, sehingga makin lanjut umurnya, maka makin
tinggi pHnya. Akan tetapi pada umunya di daerah kering jarang ditemukan tanah

8
yang senantiasa bertiup sebagai akibat dari perubahan iklim yang besar. (M. Isa
Darmawijaya 1997:175).
2.7. Bentuk Istimewa
Bentuk istimewa berupa padas, konkresi, efflorescences, dan krotovinas, penting
karena pengaruhnya dalam penggunaan tanah, terutama karena sering
menunjukkan kualitas tanah yang tidak langsung dapat diamati dilapangan.
2.8. Perakaran
Pengamatan teliti akar-akar tanaman dalm hubungannya dengan morfologi tanah
diperlukan sebagai dasar peramalan cocok tidaknya jenis tanaman terhadap jenis
tanaman dan dalamnya akar tanaman dapat menembus tanah.
Banyaknya akar tergantung pada air, udara dan zat hara tanaman dalam horizon
tanah. Horizon-horizon tertentu tidak dapat ditembus akar tanaman. Biasanya
akar tidak dapat menembus padas, kecuali jika pecah. Akan
tetapi claypan meskipun penetrasi akar ke dalam sukar, padas ini tidak mencegah
perkembangan akar, karena mengikuti retakan-retakan yang ada. Kurangnya akar
di dalam  claypan hanya mungkin karena kekurangan kandungan hara tanaman
dan pH tanah yang tak sesuai. (M. Isa Darmawijaya 1997:182)
2.9. Bahan Organik
Hasil fotosintesis merupakan sumber utama bahan organik tanah, yaitu bagian
atas tanaman seperti daun, duri, serta sisa tanaman lainnya termasuk rerumputan,
gulma, dan limbah pasca panen (jerami, daun kering). Semua sumber bahan
organik mengandung air, bahan mineral, dan senyawa organik (Rachman
Soetanto, 2005:58). Bahan Organik berasal dari bahan-bahan yang telah lapuk,
bahan organik <2% peka terhadap erosi . Senyawa organik dibedakan atas
(Rachman Soetanto,2005:58) :
Karbohidrat: gula dan pati (mengandung sel); pektin, hemiselulosa, selulosa
(dinding sel). Kandungan karbohidrat hampir selalu besar dari 50% berat kering
total bahan organik.
Lignin: bahan kayu, menyusun 10%-40% berta kering organik
Senyawa nitrogenus,yaitu protein sederhana dan kompleks.

9
Lemak,lilin, resin, kulit dan bahan pewarna dalam jumlah yang kecil, 10% berat
kering bahan organik.

10
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Metode Di Lapangan


Praktek di lapangan dilakukan pada hari sabtu – ahad / 12 – 13 Oktober 2019 di
Malino, Kabupaten Gowa.
a. Pembuatan penampang tanah dengan penggalian
Alat yang digunakan:
1.) Linggis
2.) Cangkul
3.) Scoupe
Bahan yang digunakan:
1.) Tanah lapang dengan kondisi representatif
Cara pembuatan penampang tanah:
1.) Mencari/menentukan lokasi yang representatif untuk pembuatan
penampang tanah dengan melihat kondisi sekitar lokasi.
2.) Setelah lokasi ditentukan, kemudian memulai melakukan penggalian
untuk membuat singkapan menggunakan linggis, cangkul dan scoupe.
3.) Pembuatan singkapan dianggap selesai apabila yang muncul sampai
minimal horizon C. Digali sampai kedalaman tertentu.
b. Pengamatan Tanah
Alat yang digunakan:
1.) Pisau lapangan
2.) Kertas label
3.) Spidol
Bahan yang digunakan:
1.) Singkapan tanah di lapangan
Cara pengamatan tanah:
1.) Dilakukan menggunakan pisau, dilakukannya pencungkilan atau
menusuk-nusuk untuk mengetahui tekstur dan struktur tanah.

11
2.) Menarik batas-batas horizon yang telah diidentifikasi menggunakan pisau
lapangan.
3.) Tiap horizon berturut-turut dari atas kebawah ditentukan sekaligus warna,
tekstur dan strukturnya.
4.) Kemudian seluruh penampang diamati berturut-turut keadaan perakaran,
padas, kandungan CaCO3 dan bahan organik.
5.) Dari keterangan, dapat diberikan symbol tiap horizon menggunakan
kertas label dan spidol.
c. Pengambilan sampel menggunakan ring sampel
Alat yang digunakan:
1.) Ring sampel
2.) Pisau lapangan
3.) Palu geologi
4.) Papan pengalas
5.) Kain kasha
6.) Karet gelang
7.) Kantong sampel
8.) Kertas label dan spidol
Bahan yang digunakan:
1.) Singkapan tanah di lapangan
Cara pengambilan sampel:
1.) Membersihkan bagian permukaan tanah
2.) Mengambil ring sampel dan meletakkannya di atas permukaan tanah
setiap horizon yang rata dengan bagian yang tajam bagian bawah untuk
memudahkan ring sampel masuk ke dalam tanah.
3.) Menekan ring sampel hingga tak benar-benar masuk ke dalam tanah
menggunakan papan pengalas dan palu geologi.
4.) Menggali secara perlahan-lahan sisi di samping ring sampel untuk
mengambil ring sampel.
5.) Meratakan permukaan ring sampel dengan pisau lapangan.

12
6.) Menutup permukaan dan alas ring sampel dengan kain kasa dan diikat
menggunakan karet gelang agar tidak lepas.
7.) Memasukkan ring sampel pada kantong sampel dan memberi label.
d. Penentuan tekstur tanah
Alat yang digunakan:
1.) Pisau lapangan
Bahan yang digunakan:
1.) Air (jika sampel dalam keadaan kering)
2.) Sampel tanah di lapangan
Cara penentuan:
1.) Mengambil sampel tanah sebesar kelereng masing-masing horizon tanah
2.) Memilin contoh tanah di antara telunjuk dan ibu jari
3.) Jika dalam keadaan kering sehingga sukar dipilin sehingga harus dibasahi
terlebih dahulu agar mudah dipilin.
4.) Memriksa tekstur tanah, apakah termasuk tanah yang berpasir, lempung
atau debu.
e. Penentuan struktur tanah
Alat yang digunakan:
1.) Pisau lapangan
Bahan yang digunakan:
1.) Sampel tanah di lapangan
Cara penentuan:
1.) Mengamati horizon demi horizon dalam profil tanah.
2.) Mengambil sampel tanah secara hati-hati sehingga tidak merusak struktur
tiap horizonnya menggunakan pisau lapangan.
3.) Memeriksa strukrtur tanah dengan mencocokkan dengan teori yang telah di
pelajari (memperhatikan apakah balok, prisma, tiang, kubus, gumpal
membulat, granular-porous atau remah).
f. Penentuan warna tanah
Alat yang digunakan:
1.) Buku Munsell Soil Colour Chart

13
2.) Pisau lapangan
3.) Alat tulis menulis
Bahan yag digunakan:
1.) Sampel tanah di lapangan
Cara penentuan:
1.) Mengambil sampel tanah dari tiap horizon tanah di lokasi menggunakan
pisau lapangan.
2.) Kemudian mencocokkan warna tanah yang diambil dengan warna yang
ada di buku Munsell Soil Colour Chart.
3.) Kemudian catat kode warna yang sesuai antara tanah di lapangan dengan
yang ada di buku MSCC.
g. Penentuan kadar bahan organic tanah
Alat yang digunakan:
1.) Tabung reaksi
2.) Pisau lapangan
Bahan yang digunakan:
1.) Sampel tanah
2.) Larutan Hidrogen Peroksida (H2O2) 30%
Cara penentuan:
1.) Mengambil sampel tanah yaitu solum tanah (horizon A dan B)
2.) Kemudian masukkan tanah ke dalam tabung reaksi
3.) Kemudian memasukkan larutan H2O2 30% ke dalam tabung reaksi dan
mengamati reaksi yang terjadi (jika berbuih atau menimbulkan tanda
gemercik berarti tanah mengandung bahan organik.
h. Penentuan pH tanah (Aktual)
Alat yang digunakan:
1.) Tabung reaksi
2.) Palstik
3.) Indikator universal
4.) Pisau lapangan
Bahan yang digunakan:

14
1.) Aquades
2.) Sampel tanah
3.) Kertas lakmus
Cara penentuan:
1.) Ambil sampel tiap horizon tanah yang ada di lapangan menggunakan pisau
lapangan secukupnya.
2.) Kemudian masukkan sampel tanah ke dalam tabung reaksi hingga
sepertiga tabung reaksi.
3.) Setelah itu diisi dengan aquades, hingga tabung reaksi sepertiga kosong.
4.) Kemudian tutup lubang tabung reaksi dengan plastik dan tindih dengan ibu
jari.
5.) Kemdian dilanjutkan dengan menggojok tabung reaksi sehingga sampel
tanah dengan aquades tercampur merata.
6.) Setelah itu diamkan hingga sampel mengendap, sampai terlihat jelas dua
lapisan (sampel dengan aquades).
7.) Kemudian masukkan kertas lakmus ke dalam tabung reaksi hingga
mengenai aquades yang ada di dalam tabung reaksi.
8.) Setelah itu angkat dan lihat warna yang ada di kertas lakmus, kemudian
cocokkan dengan warna yang ada di indikator universal.
9.) Sehingga dapat diperoleh data aktualnya.
i. Penentuan pH tanah (Potensial)
Alat dan bahan serta langkah-langkahnya sama dengan penetuan pH tanah
Aktual, hanya larutannya yang berbeda. Aktual menggunakan Aquades
sedangkan Potensial menggunakan KCL 1 N.
3.2. Metode Di Laboratorium
Praktikum di laboratorium dimulai pada tanggal 24 Oktober 2019 di
Laboratorium Jurusan Geografi Universitas Negeri Makassar.
a. Pengukuran Permeabilitas Tanah
Praktikum
Alat dan Bahan:
1.) Seperangkat alat permeameter

15
2.) Sampel tanah di dalam ring permeabilitas tanah yang sudah direndam
selama 1 malam dan siap untuk dipasang di dalam alat permeameter.
3.) Stopwatch/jam.
Cara kerja:
1.) Praktikan diminta memasang sampel tanah ke dalam alat permeameter.
2.) Praktikan diminta mengukur permeabilitas dengan cara mengukur volume
air yang keluar dari permeameter hingga mendapatkan hasil pengukuran
selama 60 menit.
3.) Praktikan diminta menghitung permeabilitas tanah atas sampel tanah yang
diukur.
K= Q x L
txhxA
K = Permeabilitas (cm/jam)
Q = Jumlah air yang keluar selama pengukuran (ml)
L = Tebal sampel tanah (cm)
h = tinggi muka air di permukaan tanah (cm)
t = waktu pengukuran (jam)
A = Luas pengukuran sampel tanah (cm2)
b. Persiapan sampel tanah dan penetapan kadar air
Alat dan Bahan:
1.) Sampel tanah yang diambil dari lapangan sebanyak 2 kg yang telah
dikering anginkan.
2.) Lumping dan penumbuk dari porselin.
3.) Timbangan analitik.
4.) Ayakan ukuran diameter 2 mm dan 0,5 mm.
5.) Oven pengering.
6.) Eksikator
7.) Botol timbang
8.) Plastik/toples sebagai wadah sampel yang telah ditumbuk.
Cara kerja:

16
1.) Ambil sampel tanah yang sudah dikering anginkan ± 2 minggu. Lakukan
penimbangan untuk mendpatkan sampel tanah yang anda punyai,
2.) Ambil agregat tanah asli dengan ukuran ± 2 cm 2 sebanyak 3-4 buah,
tempatkan pada kantong plastik yang telah disiapkan, jangan lupa catat
nomor tanah.
3.) Haluskan sisa sampel tanah yang anda punya menggunakan lumping
porselin dengan cara digerus. Perhatikan, penghalusan sampel tanah
dilakukan sedemikian rupa sehingga fraksi kasar tanah tidak pecah/hancur.
Kesalahan dalam prosedur penghalusan sampel tanah akan membawa anda
pada hasil pengukuran seluruh sifat fisik dan kimia tanah menjadi tidak
akurat. Lakukan penghalusan untuk seluruh sampel tanah yang anda
punya.
4.) Lakukan pengayakan dengan ayakan berdiameter 2 mm sebanyak 150
gram, ambil 250 gram sampel tanah diameter < 2 mm untuk dihaluskan
kembali, lakukan penyaringan dengan ayakan berdiameter 0,5 mm.
tempatkan sampel tanah yang lolos saring pada kantong plastik yang telah
disiapkan, jangan lupa catat nomor sampel tanah dan diameter sampel
tanah.
5.) Timbang 3 botol kosong + tutup dengan timbangan analitik dan catat
beratnya (a gr).
6.) Masukkan 1 buah agregat tanah, sampel tanah lolos saring 2 mm sebanyak
± 2 gr dan sampel tanah lolos saring 0,5 mm sebanyak ± 2 gr ke dalam
botol yang sudah ditimbang satu persatu, timbang kembali dengan
timbangan analitik dan catat bertanya.
7.) Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu standart (105˚C)
selama ≥ 4 jam.
8.) Ambil sampel tanah kering dari oven, masukkan ke dalam eksikator untuk
proses pendinginan hingga suhu kamar. Lakukan penimbangan ulang
setelah proses pengeringan oven dan catat beratnya.
kehilangan bobot
% Air = x 100 %
bobot sampel tanah kering oven

17
(b−c )
Ka = x 100 %
( c−a )
c. Pengukuran BV dan BJ Serta Porositas Tanah
Alat dan Bahan:
1.) Picnometer + kawat pengaduk
2.) Termomrter
3.) Lilin + cawan pemanas lilin
4.) Gelas ukur
5.) Kompor listrik
6.) Timbangan analitik
7.) Benang
8.) Botol pemancar berisi aquades
9.) Alkohol
10.) Kertas tissue
11.) Corong gelas
12.) Sampel tanah lolos saring 2 mm dan agregat tanah
Cara kerja:
Berat volume:
1.) Panaskan lilin hingga cair merata. Perhatikan suhu lilin tidak boleh lebih
dari 50-60˚C. suhu pemanasan yang terlalu panas akan menyebabkan lilin
terlalu cair sehingga dapat meresap ke dalam pori makro tanah.
2.) Sementara menunggu proses pemanasan, ambil agregat tanah asli yang
sudah kering angina kira-kira berdiameter 1 cm. ikat dengan benang
sepanjang 20-30 cm. lakukan penimbangan dengan timbangan analitis.
3.) Celupkan agregat tanah di dalam lilin cair hingga seluruh permukaan
agregat tanah terselimuti, lalu angkat dan dinginkan. Timbang agregat
tanah terselimuti lilin, dan isilah gelas ukur dengan volume tertentu.
Tenggelamkan agregat tanah berselimut lilin ke dalam air dalam gelas
ukur. Catat volume air dalam gelas ukur.
4.) Berat volume setara dengan berat tanah gumpal kering mutlak dibagi
dengan volume agregat tanah.

18
100
Berat gumpal tanah kering mutlak (gr) = a
100+ Ka
Ka = kadar air sampel tanah gumpal
(b−a)
Volume gumpal tanah (ml) = (q – p) -
berat jenis lilin
Berat jenis lilin = 0,87 gram/cm3
BTKM
BV = (gr/cm3)
Volume gumpal tanah
Berat Jenis:
1.) Siapkan satu set picnometer kosong yang sudah ditimbang beratnya. Isi
picnometer dengan aquades hingga mengisi saluran kapiler pada tutup
picnometer. Timbang picnometer yang berisi air, kemudian ukur suhu
dalam picnometer dan lihat pada lampiran tabel berat jenis air berdasarkan
suhu untuk memperoleh nilai BJ1.
2.) Buang air dalam picnometer dan keringkan menggunakan cairan alkohol.
Siapkan dan masukkan tanah lolos saring 2 mm ke dalam picnometer.
Upayakan agar tanah menutup dasar picnometer ukuran 50 cc. pasang
picnometer dan timbang. Isi picnometer dengan aquades hingga
setengahnya. Aduk campuran tanah dan aquades, kemudian hilangkan
gelembung yang muncul di dalam picnometer menggunakan kawat
pengaduk. Tunggu suspense hingga mengendap. Keesokan harinya
penghilangan gelembung diulangi lagi. Tambahkan aquades sedemikian
rupa sehingga tidak menyebabkan suspense tersaduk kembali. Timbang
picnometer tersebut dan baca berta jenis air berdasar suhu airnya (BJ2).
3.) Berat jenis tanah setara dengan nilai berat tanah lolos saring 2 mm kering
mutlak dibagi dengan volume total butir tanah. Secara prinsip, volume
butir tanah dihitung berdasarkan selisih volume air dalam picnometer yang
berisi air murni dengan picnometer berisi tanah dan air.
100
Berat tanah kering mutlak (gr) = (c – a)
100+ Ka
Ka = kadar air sampel tanah lolos saring 0,5 mm

19
(b−a) (d −c)
Volume total butir tanah (cm3) = -
BJ 1 BJ 2
Porositas tanah:
Porositas tanah (N) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(
N = 1−
BV
BJ )
X 100 %

d. Analisis Besar Butir dan Perhitungan NPD Tujuan


Alat dan Bahan:
1.) Timbangan analitis
2.) Gelas arloji
3.) Gelas piala berukuran 1000 ml, cawan penimbang, penangas air, tabung
sedimentasi berukuran 1 liter, reagen (H2O2 30%, HCl 1N, Na4P2O7, pH
stick, pengaduk, oven, saringan 50 mikron.
4.) Seperangkat alat pipetisasi
5.) Sampel tanah
6.) Contoh tanah lolos saring 2 mm.
Cara kerja:
1.) Timbang contoh tanah kering angin 2 mm sebanyak 10 grdan masukkan ke
dalam gelas piala 1000 ml kemudian tambahkan air sampai dengan 200 ml.
2.) Tambahkan 15 ml H2O230% dan biarkan semalam. Tempatkan gelas piala
di atas penangas air.
3.) Keesokan harinya penangan air dihidupkan, apabila air yang ada di
penangas telah mendidih tambahkan lagi H2O230% ± 15 ml sambil diaduk
hingga reaksi oksidasi selesai dengan ditandai larutan di atas tanah
berwarna kuning dan timbulnya buih sudah sangat berkurang. Apabila
masih bereaksi, penambahan H2O230% diulangi lagi (maksimal 3 kali).
4.) Tambahkan HCl 1N sebanyak 25 ml, diamkan ± 15 menit. Kemudian api
dimatikan.

20
5.) Larutan tanah dinetralkan dengan cara mengencerkan dengan ditambah air
hingga volume menjadi 900 ml, kemudian diaduk dan biarkan sampai
mengendap (semalam).
6.) Keesokan harinya buanglah air yang jernih dengan hati-hati jangan sampai
ada partikel tanah yang ikut terbuang. Ulangi pengenceran ini 3-5 kali
sehingga pH suspense tanah ± 7.
7.) Saring suspense tanah dengan menggunakan saringan bernata saring 75
mikron dan tamping suspensi tanah yang lolos saring. Bersihkan saringan
dengan membilas menggunakan air sambil disapu dengan kuas halus,
kemudian tanah yang tidak lolso saring ditampung dicawan penguap dan
kemudian uapkan dengan oven bersuhu 105˚C selama > 4 jam untuk
mendapatkan kadar pasir kasar hingga pasir sangat halus.
8.) Larutan tanah yang lolos saring kemudian ditempatkan ke dalam tabung
sedimentasi dan encerkan dengan air hingga volumenya 975 ml.
9.) Tambahkan 25 ml peptisator (Na4P2O7) ke dalam tabung sedimentasi
hingga volumenya menjadi 1000 ml. tutup tabung sedimentasi dengan
menggunakan telapak tangan dan gojok dengan cara menjungkir balikkan
tabung sampai suspensi homogen. Tempatkan tabung tepat di bawah alat
pemipetan sedemikian rupa sehingga ujung pipet berada di tengah tabung
sedimentasi.
10.) Pipet suspensi tanah sebanyak 25 ml segera setelah suspensi di gojok
(tidak lebih dari 4 detik) dengan kedalaman pemipetan ½ tinggi tabung
sedimentasi (± 14,5 cm) untuk mendapatkan kadar debu + lempung.
Pindahkan hasil pemipetan ke dalam cawan penguap dan uapkan dengan
oven bersuhu 105 ˚C selama > 4 jam (sampai kering).
11.) Gojok kembali suspensi tanah sampai homogen dan lakukan pemipetan
sebanyak 25 ml setelah waktu 41 menit dengan kedalaman pemipetan 1 cm
untuk mendapatkan kadar lempung. Apabila kelupaan pemipetan dapat
dilakukan setelah 83 menit dengan kedalaman 2 cm. pindahkan hasil
pemipetan ke dalam cawan penguap dan uapkan denga oven bersuhu 105
˚C selama > 4 jam.

21
12.) Untuk mendapatkan persen pasir sangat halus, sampel pasir dalam cawan
yang telah kering disaring lagi dengan saringan 0.016 mm.
Pasir (P) = berat (cawan + pasir) – berat cawan
1000
Lempung = berat (cawan + lempung) – berat cawan x
Volume Pemipetan
Debu = ( berat debu + lempung) – berat lempung
Perhitungan :

P
% pasir = x 100 %
P+ L+ D
D
% Debu = x 100 %
P+ L+ D
L
% Lempung = x 100 %
P+ L+ D
(c−b)
1000 ml
Berat (debu + lempung) aktuil (gram) = 100 a
x
100+ Ka
Berat ( debu + lempung) total (gr) hasil analisi tekstur
Ka = Kadar air sampel tanah φ 2mm
X = 25 ml
( Debu+lempung ) aktuil
NPD = x 100 %
( Debu+lempung ) total

e. Pengukuran C-oraganik
Alat dan Bahan:
1.) Erlenmeyer
2.) Labu takar
3.) Timbangan analitik
4.) Gelas arloji
5.) Seperangkat alat pipet
6.) Seperangkat alat titrasi
7.) Khemikalia : K2Cr2O7 1 N, H2SO4 pekat, H3PO4 85%, indikator diphenil
amine.

22
Cara kerja:
1.) Ambil sampel tanah kering udara 0,5 mm sebanyak 1 gram.
2.) Masukkan ke dalam labu takar dan tambahkan 10 ml reagen K2Cr2O7 1 N
dan 10 ml H2SO4 pekat. Goyangkan labu takar dengan arah mendatar dan
memutar agar larutan homogen dan reaksi berjalan sempurna. Usahakan
warna tetap merah jingga, apabila warna menjadi hijau tua atau biru maka
tambahkan lagi K2Cr2O7 1 N dan H2SO4 pekat masing-masing 10 ml.
kemudian diamkan larutan hingga dingin.
3.) Tambahkan 5 ml H3PO4 dan aquades hingga volume larutan menjadi 50 ml.
kemudian tutup dengan penutup labu takar. Kocok dengan cara membolak
balikkan sampai homogen, diamkan hingga larutan mengendap.
4.) Ambil larutan yang jernih sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam
Erlenmeyer. Tambahkan 15 ml aquades dan 2 tetes diphenil amine.
5.) Titrasi dengan 1 N FeSO 4 hingga warna menjadi kehijau-hijauan. Catat
volume titran.
6.) Ulangi langkah tersebut tanpa menggunakan reagen untuk mendapatkan
larutan blanko.

100
( B−A ) x n FeSO 4 x 3 x 10 x
77
[C] = x 100 %
100
x (berat tanah x 1000)
100+ Ka
100
% BO = [C] x
58
Keterangan:
A = volume titran sampel tanah (ml)
B = volume titran larutan blanko (ml)
n = normalitas (1N)

23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil di lapangan:
Lokasi 2 : Benteng Tinggia Malino
Koordinat Horizon Tebal Horizon
5˚15’11” LS AP – AB 0 – 40 cm
119˚31’43” BT
AB – B 40 – 75 cm
B – BC 75 – 125 cm

Tabel 4.1.1.1. Koordinat, Horizon dan Tebal Horizon

Horizo Tekstur Warna perakaran Suhu


n Jumlah Ukuran udara
AP Pasir berlempung 10YR Sedikit Sedang 20˚
= Dark Brown
3 /3 pada
AB Lempung berpasir 5YR Sedikit Sedang pukul
=¿yellowish
4/6 13. 59
red wita.
B Lempung liat 10YR Sedikit Sedang
=Brown
6 /8
yellow
BC Liat berpasir 10YR Sedikit Sedang
=YellowishBrown
5 /6
Tabel 4.1.1.2. Horizon, Tekstur, Warna Perakaran dan Suhu Udara

Horizo Organik Ph Vegetasi


n KCl Aquades
AP Berbuih 5 6 Pohon pinus, lumut dan
sehingga rumput liar.
banyak
organik

24
B Berbuih 5 6 Pohon pinus, lumut dan
sehingga rumput liar.
banyak organic
Tabel 4.1.1.3. Horizon, Organik, pH dan vegetasi

AP

AB

BC
Gambar 4.1.1.1. Sketsa
penampang

Lereng
Panjang Kemiringan Arah
1. 62,30 meter 25˚ 17˚
Tabel 4.1.1.4 Lereng

Gambar 4.1.1.2. kemiringan lereng

Lokasi 5 Tititk 2 : Basecamp


Koordinat Horizon Tebal Horizon
5˚14’50,3” LS AP 50 cm
119˚56’19.1” BT
A 10 cm

25
AB 16 cm
B 58 cm

Tabel 4.1.1.5. Koordinat, Horizon dan Tebal Horizon

Horizo Tekstur Warna Perakaran Suhu


n Jumlah Ukuran udara
AP Pasir bergeluh 5YR Banyak Sangat 23˚
=Reddish Brown
4 /4 halus pada
A Lempung berpasir 5YR Banyak Sangat pukul
=¿yellowish
4/6 halus 10. 03
red wita.
AB Pasir berlempung 7,5YR Banyak Sangat
=Brown
4 /4 halus
B Lempung 7,5YR Banyak Sangat
=Dark Brown
3/ 4 halus
Tabel 4.1.1.6. Horizon, Tekstur, Warna Perakaran dan Suhu Udara

Horizo Organik Ph Vegetasi


n KCl Aquades
AP Berbuih 6 6 Pohon bambu, sayuran
sehingga dan rumput.
banyak organic

B Berbuih 6 7 Pohon bambu, sayuran


sehingga dan rumput.
banyak organic
Tabel 4.1.1.7. Horizon, Organik, pH dan vegetasi

AP = 50 cm

A = 10 cm

AB = 16 cm

26
B = 58 cm
Gambar 4.1.1.3. Sketsa penampang

Lereng
Panjang Kemiringan Arah
1. 62,30 meter 34˚ 191˚
Tabel 4.1.1.8. Lereng

Gambar 4.1.1.4. kemiringan lereng

Hasil di Laboratorium:
a.Pengukuran permeabilitas tanah Horizon AP Titik 2
Dik :
Q = 454,8 ml
L = 5 cm
t = 0,25 jam
h = 5,82 cm
A= 19,625 cm²
Penyelesaian :
Qx L
K=
t xh x A
454,8 x 5
=
0,25 x 5,82 x 19,625
2.274
=
28,55
= 79,64 cm/ jam

Nilai Harkat
< 0,125 Sangat lambat

27
0,125 – 0,5 Lambat
0,5 – 2,0 Agak lambat
2,0 – 6,25 Sedang
6,25 – 12,5 Agak cepat
12,5 – 25,0 Cepat
> 25,0 Sangat cepat
Tabel 4.1.1.9. Permeabilitas

b. Penetapan Kadar Air

Rumus :
(b−c )
Ka : x 100 %
(c−a)
Keterangan
A = Berat cawan kosong
B = Berat cawan berisi sampel tanah
C = Berat cawan berisi sampel tanah sesudah di oven
Penyelasaian:
(72,31−72,05)
1) 2 mm : KA = x 100 %
(72 , 05−70,33)
0,06
= x 100 %
1,72
= 15,116%
(54,76−54,44)
2) 0,5 mm : KA = x 100 %
(54,44−52,80)
0,32
= x 100%
1,64
= 19,51%
(60,76−60,11)
3) Agregat : KA = x 100 %
(60,11−55,75)
0,65
= x 100 %
4,36
= 14,908 %
c. Pengukuran BV dan BJ serta Porositas
Berat Volume:
Dik :

28
a = 3,08 gr
b = 3,59 gr
p = 50 ml
q = 52 ml
Ka = 14,90%
Penyelesaian :
100
1) BTKM = a
100+ Ka
100
= 3,08
100+14,90 %
308
=
100+14,90 %
308
=
114 , 90
= 2,6805%
(b−a)
2) VGT (ml) = (q – p) –
berat jenis lilin
(3,59−3,08)
= (52 – 50) –
0,87
0,51
=2–
0,87
= 2 – 0,586
= 1,414 ml
BTKM
3) BV =
Volume Gumpal Tanah
2, 6805
=
1,414
= 1,895 gr/cm3
Berat Jenis
Dik :
a = 34,30 gr
b = 133,88 gr
c = 40,08 gr
d = 139,66 gr

29
Bj1 = 30˚C ( 0,995 )
Bj2 = 28˚C ( 0,996 )
Penyelesaian :
100
1) BTKM = (c – a )
100+ Ka
100
= (40,08 – 34,30)
100+19,51%
100
= 5,78
100+19,51%
100
= 5,78
119,51
= 4,8364 gr
(b−a) (d −c)
2) VTBT = -
BJ 1 BJ 2
(133,88−34,30) (139,66−40,08)
= -
0,995 0,996
99,58 99 ,58
= -
0 , 995 0,996
99,18168−99,0821
=
0,99102
0 , 09958
=
0,99102
= 0,1004
BTKM
3) BJT =
VTVB
4,836
=
0 ,1004
= 48,167
Porositas

( BVBJ ) x 100%
N = 1−

= ( 1−
48 ,167 )
1,895
x 100%

= ( 1−0,018 )x 100%
= 0,982 x 100%

30
= 98,2%
d. Analisis Besar Butir
Sampel Berat Cawan Kosong Cawan + sampel
Pasir 38,36 38,83
Debu + lempung 41,39 41,57
Lempung 40,17 40,33
Tabel 4.1.1.10. Analisis Besar Butir

Hasil penentuan pasir, lempung dan debu


P = 38,83 – 38,36 = 0,47
1000
L = (40,33 – 40,17) x
25
= 0,16 x 40
= 6,4
D = (41,57 – 41,39) – 0,16
= 0,18 – 0,16
= 0,02
Penentuan tekstur tanah
0,47
1) % Pasir = x 100 %
0,47+6,4+ 0,02
0,47
= x 100 %
6,89
= 6,82%
6,4
2) % Lempung = x 100 %
0,47+6,4+ 0,02
6,4
= x 100 %
6,89
= 92,888%
0,02
3) % Debu = x 100 %
0,47+6,4+ 0,02
0,02
= x 100 %
6,89
= 0,291%

31
Sumber: duaistanto.com
Gambar 4.1.1.5. Segitiga Tekstur
Berat Aktuil
(c−b) 72,3−72,0 1000
1000 ml .
100 a . = 100 . 70,3 25
x
100+ Ka 100+17,64
0,3
. 40
= 7.030
117,64
0,3 x 117,64
= x 40
7.030
35,292
= x 40
7.030
1.411,68
=
7030
= 0,2008
aktuil
NPD = x 100 %
total
0,20
= x 100 %
0,18
= 9 x 100%
= 1,1% (Tahan)
Besar NPD Daya Tahan Terhadap Erosi

32
< 15 Tahan
15 – 19 Agak peka
> 19 Peka
Tabel 4.1.2.1. Besar NPD
e. Pengukuran C-organik
Dik :
A = Volume titran contoh tanah (21 ml)
B = Volume titran blanko (25 ml)
n = 1N
Penyelesaian :
A = 21 x 0,06 = 1,26
B = 25 x 0,06 = 1,5
Ka= (0,5) = 19,51%
100
( 1,5−1,26 ) x 1 x 3 x 10 x
77
[C ] =
100
(1 x 1000)
100+19,51%
100
0,24 x 1 x 3 x 10 x
77
=
100
x 1000
119,51
100
7,2 x
77
=
100.000
119,51
9,35064
= 100.000
119,51
9 , 35064
= x 100%
836,75006
= 0,0111749 x 100% = 1,11749
100
% BO = [C ] x
58
100
= 1,11749 x
58
= 1,9267 %

33
f. Bahan Organik
BC Setelah Oven – Cawan kosong
= 79,54 – 72,90
= 6,64%
BAHAN ORGANIK
Nilai Harkat
<2 Sangat rendah
2 – 3,5 Rendah
> 3,5 – 5 Sedang
> 5 – 8,5 Tinggi
> 8,5 Sangat tinggi
Tabel 4.1.2.2. Bahan organik

4.2. Pembahasan
Di lapangan kita mendapatkan horizon AP, AB, B dan BC pada titik 2 dengan
koordinat 5˚15’11” LS dan 119˚31’43” BT. Horizon AP memiliki tekstur pasir
10YR
berlempung dengan warna ¿ Dark Brown serta memiliki perakaran dengan
3 /3
jumlah sedikit dan ukuran sedang. Horizon AB memiliki tekstur lempung
5YR
berpasir dengan warna ¿ yellowish road serta memiliki perakaran dengan
4 /6
jumlah sedikit dan ukuran sedang. Horizon B memiliki tekstur lempung liat
10YR
dengan warna ¿ brown serta memiliki perakaran dengan jumlah sedikit dan
6 /8
10YR
ukuran sedang. Horizon BC memiliki tekstur liat berpasir dengan warna
5 /6
¿ yellowish brown serta memiliki perakaran dengan jumlah sedikit dan ukuran
sedang. Kemiringan lerengnya adalah 25˚ dengan arah 17˚ dan panjangnya 62,30
meter. Vegetasi yang berada disekitar adalah Pohon pinus, lumut dan rumput liar.
Dan suhu udara adalah 20˚ pada pukul 13. 59 wita. Kemudian di basecamp
dianalisis kandungan organik dan pH horizon AP dan B titik 2. Setelah dianalisis
masing-masing horizon tersebut berbuih yang menandakan mengandung banyak
organik. Kemudian pengujian pH dilakukan dengan menggunakan KCl 1N
(potensial) dan aquades (aktual). Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
KCl 1N pada kedua horizon tersebut menghasilkan pH 5 sedangkan pengujian

34
yang dilakukan dengan menggunakan aquades pada kedua horizon tersebut
masing-masing menghasilkan pH 6.
Di laboratorium kegiatan yang dilakukan yaitu pengukuran permeabilitas tanah,
persiapan sampel tanah dan penetapan kadar air, pengukuran BV dan BJ serta
porositas tanah, analisis besar butir dan perhitungan NPD tujuan, pengukuran C-
Organik dan Organik.
Dari analisis yang dilakukan di laboratorium serta pengolahan datanya maka
diperoleh permeabilitas tanah 79,64 cm/ jam yang menunjukkan permeabilitas
sangat cepat. Hal ini disebabkan karena horizon AP pada titik 2 memiliki struktur
granular dan memiliki tekstur pasir berlempung. Selain itu porositasnya juga
sangat besar yaitu 98,2% yang secara otomatis membuat permeabilitas tanah
sangat cepat.
Kadar air yang diperoleh adalah 14, 908%. Hal ini disebabkan karena kedalaman
solum dimana semakin dalam maka ketersediaan kadar air juga akan semakin
banyak. Selain itu juga disebabkan karena teksturnya yang granular.
Berat volume yang diperoleh adalah 1,895 gr/cm3 sedangkan Berat Jenis yang
diperoleh adalah 48,167 gr/cm3 serta diperoleh porositas adalah 98,2%. Porositas
dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik pada horizon
tersebut.
Dari analisis butir diperoleh % Pasir adalah 6,82%, % Lempung adalah 92,888%
dan % Debu adalah 0,291%. Dari perhitungan NPD diperoleh hasilnya 1,1% yang
menunjukkan tahan terhadap erosi. Hal ini disebabkan oleh vegetasi yang ada
disekitarnya dimana banyak pohon pinus dan faktor pengelolaan oleh manusia.
Pengukuran C-organik diperoleh 1,9267 % dan kandungan bahan organik yang
diperoleh adalah 6,64% yang menunjukkan tanah tersebut memiliki tingkat
kesuburan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kedalaman solum tanah, Semakin
ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Selain itu faktor iklim juga
berpengaruh, Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik makin tinggi serta
dipengaruhi juga oleh vegetasi disekitarnya.
Pada dasarnya semua variabel yang dianalisis berkaitan dan saling memengaruhi
satu sama lain.

35
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dengan adanya praktikum ini kita dapat mengetahui dan mengklasifikasikan
horizon-horizon tanah, tekstur, struktur warna perakaran, kandungan organik dan
pH tanah serta kita dapat mengetahui bagaimana melakukan pengukuran
permeabilitas tanah, persiapan sampel tanah dan penetapan kadar air, pengukuran
BV dan BJ serta porositas tanah, analisis besar butir dan perhitungan NPD tujuan,
pengukuran C-Organik dan Organik yang dilakukan di laboratorium.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan mampu menguasai materi serta penuntun praktikum yang
diajarkan oleh dosen dan asisten dalam hal pengaplikasiannya sehingga
dilapangan maupun di laboratorium sudah mengetahui apa yang harus dilakukan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.
Tim Asisten. 2019. Petunjuk Praktikum Tanah. Makassar, Universitas Negeri
Makassar.
Uca. 2019. Petunjuk Praktikum Lapangan Geografi Tanah / Ilmu Tanah.
Makassar, Universitas Negeri Makassar.

37
LAMPIRAN

Peta Lokasi :
Peta Administrasi

Peta Geologi

38
Peta Jenis Tanah

Dokumentasi Kegiatan:

39
40

Anda mungkin juga menyukai