Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN GEOGRAFI DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Sulfadly 1815040022
2. Mutmainnah Ali 1815041004
3. Nur Reski 1815040021
4. Imam Hidayat 1815041000
5. Miftahul Jannah 1815041001
6. Laode Irfan Kanawa 18150410003

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat
dan karunia-Nya  jualah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Salam dan salawat kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW
yang mengajarkan kita segala sesuatu yang tidak kita ketahui sebelumnya, serta
sahabat-sahabat yang tetap konsisten dijalan-Nya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rendah diri
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah meluangkan waktunya memberi dorongan dan bimbingan
kepada penulis sampai selesainya makalah ini. Begitu juga dengan teman-teman yang
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga semua yang kita lakukan
bernilai ibadah disisi-Nya, Amiin.

Makassar, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Geografi.....................................................................3
B. Pendidikan Geografi di Indonesia....................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia,
karena dengan ilmu pengetahuan semua keperluan dan kebutuhan dapat terpenuhi
secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah
wajah dunia seperti hal pemberantas pengakit, kelaparan dan berbagai wajah
kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan
kemudahan lainnya seperti transportasi, pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya.
Ilmu banyak ragamnya salah satu yang akan dibahas adalah pembelajaran
geografi sebagai ilmu yang tidak bisa dipungkiri dapat merubah tatanan manusia
untuk mengubah wajah dunia pada umumnya dan bangsa pada hususnya yaitu
diantaranya membangun karakter bangsa.
Geografi mempelajari lingkungan alam yang terdiri segala spera (lapisan)  ada
di bumi ini, seperti   hidrosfera, atmosfera, litosfera, biosfera dan pedosfera itu tunduk
kepada Sunatullah (ketentuan Allah), namun karena campur tangan keserakahan
manusia yang ‘mengobok-obok’ kesetimbangan alam itu, maka akibatnya kondisi
geosfera tersebut menjadi terganggu kelestariannya. Oleh sebab itu pemahaman
wawasan kegeografian tidak cukup diberikan hanya sebatas kajian ilmiah belaka
tetapi perlu penanaman nilai-nilai moral. Dengan pendidikan geografi diharapkan
dapat mempersatukan karakter antar daerah meski terdapat perbedaan kebiasaan yang
sangat dominan ditiap tiap daerah di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang pendidikan geografi. Pada makalah kali ini penulis mengangkat judul “Peran
Pendidikan Geografi dalam Membangun Karakter Bangsa”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Geografi dan sejarah Geografi?
2. Bagaimana Pendidikan geografi di Indonesia?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian dan sejarah geografi.
2. Mengetahui bagaimana pendidikan geografi di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan sejarah geografi


1. Pengertian geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan
dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas
permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi")
dan graphein("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak
hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ
dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang."
Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
2. Sejarah Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif
menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales
dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari
Messana, Strabo, dan Ptolemy.
Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka
banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya
adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang
bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang
Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di
laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan
Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu
Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa

3
Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke
seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak
perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih
akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus
Mercator adalah contoh terbesar. Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal
sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum
di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak
di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain.
Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam
Semesta, oleh Alexander vom Humboldt. Selama lebih dari dua abad kuantitas
pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan di Indonesia. Terdapat
hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani,
juga ekonomi, sosiologi dan demografi. Di barat, selama abad ke-20, disiplin
ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi
regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa
karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya.
Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill
Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang
panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya
perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya
lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu
menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak
ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat
generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak
membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di
kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti
teori Jared Diamond).

4
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang
dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi
deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi
menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan
oleh Richard Hartshorne.Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk
mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada
sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet
angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji
kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka
mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan
menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji
hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem
Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal
yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai
kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia.
Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi
manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan
hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang
menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena.
David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal.
Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada
konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis,
yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi
konstruksi sosial dari hubungan keruangan.
B. Pendidikan Geografi di Indonesia
Perkembangan disiplin ilmu Geografi, secara umum,  ditentukan paling tidak oleh
3 (tiga) hal pokok yaitu (1) sistem pendidikan antara lain materi pelajaran
Geografi di tingkat SD, SLTP dan SLTA serta kurikulum program studi di

5
perguruan tinggi, (2) kegiatan memasyarakatkan peranan Geografi dan (3)
apresiasi pihak pemakai (masyarakat) terhadap profesi dan hasil karya Geografi.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa keluaran dari sistem pendidikan yang
tepat akan dapat meningkatkan hasil pemasyarakatan peran Geografi dan pada
akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan apresiasi berbagai pihak terhadap
profesi geografi. Proses demikian selanjutnya  menghasilkan umpan balik
terhadap perkembangan ilmu Geografi di Indonesia.
Berdasarkan struktur pendidikan formal di Indonesia, secara umum dapat
dikelompokan dalam dua tahap yaitu (1) pembelajaran  pengetahuan Geografi di
tingkat SD, SLTP dan SLTA dan (2) pembelajaran ilmu Geografi di Perguruan
Tinggi.
1. Tahap pembelajaran pengetahuan Geografi
a. Sekolah Dasar
Berdasarkan buku Ilmu Pengetahuan Sosial (Pakpahan, 2003) dapat
diketahui bahwa pelajaran Geografi di sekolah dasar mulai diberikan
kepada siswa kelas 3 dan menjadi bagian pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.  Materi pelajaran diawali dengan pengenalan berbagai jenis obyek
yang terdapat di lingkungan rumah, sekolah dan tempat lain di sekitarnya.
Pengenalan obyek yang dapat dijumpai sehari hari oleh siswa sekolah dasar
serta lokasi obyeknya dapat memberi bekal awal pengetahuan Geografi
tentang “apa”  dan “di mana”.  Ketrampilan menyampaikan pengetahuan
secara sederhana diberikan dalam bentuk kemampuan menggambar denah
tentang berbagai obyek.
Siswa kelas 4, 5 dan 6 diberi pelajaran dengan obyek yang lebih luas mulai
dari tingkat kelurahan sampai wilayah Indonesia serta pengenalan nama
nama dan letak negara tetangga.  Pengenalan bentang alam seperti pantai,
gunung, sungai dan pengenalan jenis aktifitas manusia di muka bumi
seperti bertani sawah, kebun, hutan, perumahan dan jaringan  jalan dapat
memberikan bekal pengetahuan awal tentang adanya persamaan dan

6
perbedaan ruang muka bumi, tentunya secara sangat sederhana.  Bekal
pengetahuan Geografi bagi lulusan sekolah dasar yang telah memperoleh
tahap pengenalan atlas dan kemampuan menerangkan letak atau posisi
obyek terbatas pada skala nasional merupakan prasyarat minimal untuk
proses pembelajaran Geografi pada tingkat sekolah lanjutan.  Paling tidak,
materi pengetahuan Geografi yang diberikan pada tingkat dasar dapat
memicu ketertarikan lulusan sekolah dasar mengembangkan “pola pikir
geografi” dalam pelajaran Geografi pada tingkat sekolah lanjutan.
Namun demikian, oleh karena masuk sebagai bagian pelajaran IPS, sejak
awal sekolah formal para anak didik telah diberi pemahaman yang kurang
tepat tentang substansi ilmu Geografi, seolah olah Geografi adalah ilmu
ilmu sosial. Pada tataran pohon keilmuan, Geografi juga mempelajari
obyek fisik yang bersifat eksakta seperti klimatologi, geomorfologi dan
geologi serta mempelajari teknologi pengolahan data geografis dan
berbagai model analisis spasial. Persepsi masyarakat akan semakin bias
dengan adanya berbagai informasi tentang latar belakang para guru yang
memberikan pengetahuan Geografi bukan lulusan dari pendidikan
Geografi.
b.  Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Berdasarkan kurikulum pendidikan lanjutan tingkat pertama materi
pelajaran Geografi diberikan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri
seperti pelajaran Matematika atau Biologi.  Materi pelajaran Geografi
diberikan mulai kelas I sampai kelas III.  Berdasarkan pengkajian terhadap
buku Geografi karangan Tim Abdi Guru (2003) yang digunakan oleh para
guru, lulusan sekolah lanjutan pertama memperoleh pengetahuan Geografi
meliputi :
Kelas I :
1. peserta didik dapat menjelaskan pengertian peta, atlas dan globe serta
dapat mengetahui cara menggunakannya.

7
2. peserta didik dapat menjelaskan keadaan wilayah Indonesia ditinjau
dari beberapa aspek geografi seperti luas dan letak, morfologi dan
iklim.
3. peserta didik dapat menjelaskan keadaan sumberdaya manusia dan
permasalahannya.
4. peserta didik dapat menjelaskan tata kehidupan sosial dan budaya.
5. peserta didik dapat menjelaskan keadaan geografi negara tetangga dan
hubungannya dengan Indonesia.
Kelas II :
1. peserta didik dapat menjelaskan sumberdaya alam Indonesia dan
pemanfaatannya serta upaya pelestariannya.
2. peserta didik dapat menjelaskan berbagai kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam dan hasil hasilnya.
3. peserta didik dapat menjelaskan kegiatan ekonomi penduduk seperti
perindustrian, perdagangan dan perhubungan.
Kelas III :
1. peserta didik dapat menjelaskan pembagian muka bumi atas beberapa
benua dan daratan.
2. peserta  didik  dapat  menjelaskan beberapa ciri khas dari berbagai
benua
dan beberapa negara di kawasannya.
1. peserta didik dapat menjelaskan potensi alam dan penduduk dunia.
2. Peserta didik dapat menjelaskan manfaat kerja sama internasional.
Materi  pelajaran Geografi  seperti  diuraikan  di  atas  dapat  bermanfaat
bagi peserta didik untuk mulai secara sistematis memahami prinsip prinsip
dasar ilmu Geografi, terutama pada konsep ruang muka bumi yang terdiri
dari pengetahuan geomorfologi, iklim dan cara menyajikan ke dalam peta,
secara sederhana. Para peserta didik mulai memahami batas ruang muka
bumi, bukan hanya pada skala  lokal, tapi juga skala regional dan global.

8
c.  Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Materi pelajaran Geografi pada sekolah lanjutan tingkat atas hanya
diberikan pada siswa kelas I dan kelas II.  Salah satu faktor yang dapat
menghambat kelancaran proses pengembangan ilmu Geografi di Indonesia
saat ini adalah tidak adanya  materi pelajaran Geografi di kelas III sehingga
siswa lulusan SLTA yang ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi tidak
memiliki bekal informasi bidang ilmu Geografi secara memadai.
Secara ringkas muatan pelajaran Geografi pada tingkat lanjutan atas dapat
disederhanakan seperti uraian di bawah ini (Wardiyatmoko dkk, 2003):
Kelas I :
a. pendalaman materi pelajaran Geografi tingkat dasar dan lanjutan
pertama seperti tentang permukaan bumi, perairan darat dan laut,
cuaca dan iklim, flora dan fauna, kependudukan dan tentang peta.
b. pengenalan tentang   teknologi  penginderaan  jauh  dan sistem 
informasi geografi (remote sensing dan geographical information
system).
c. beberapa  pengertian  yang  perlu  disempurnakan dalam tahap  ini 
adalah antara lain menyangkut definisi geografi karena obyek ruang
angkasa tidak termasuk lingkup geografi, atau geografi regional,
geologi, hidrologi  adalah bukan cabang geografi.
Kelas II :
a. mengenal  istilah  dan  pengertian  pemukiman  pedesaan  dan
perkotaan, interaksi kota, pusat pertumbuhan, wilayah industri,
relokasi industry
b. mengenal istilah dan pengertian AFTA 2003
c. mengenal istilah kawasan, daerah, wilayah formal
d. memperoleh pengetahuan umum tentang berbagai negara di dunia
melalui deskripsi geografis secara lebih lengkap

9
Secara umum materi pelajaran Geografi di sekolah lanjutan seperti
diuraikan di atas cukup memadai terutama jika diberikan oleh guru
Geografi. Dalam rangka menyempurnakan proses pembelajaran tahap
selanjutnya dipandang perlu untuk memberikan pelajaran Geografi bagi
siswa kelas III dengan materi mengetahui lebih banyak mengenai “apa
saja yang mampu dilakukan oleh Geograf” di berbagai kegiatan
pembangunan.  Artinya, bagi para lulusan SLTA paling tidak sudah
mengetahui dengan baik mengenai bidang pekerjaan yang bagaimana
yang dapat ditangani oleh sarjana Geografi.
3. Pembelajaran Geografi di Perguruan Tinggi
Pengkajian bahan ajar atau kurikulum Geografi di perguruan tinggi dibatasi
pada program studi strata 1 yang menghasilkan lulusan pendidikan Geografi.
Pada saat ini pola pendidikan strata 1 Geografi terdiri atas (1) program
pendidikan yang menghasilkan Sarjana Geografi atau yang bersifat keilmuan
dan (2) program pendidikan yang menghasilkan Sarjana Kependidikan
Geografi atau yang bersifat ilmu kependidikan. Ke dua jenis pendidikan
tersebut memiliki tujuan yang berbeda. Dalam makalah ini  telaah dilakukan
terhadap kurikulum ke dua program studi tersebut.
a. Program studi Ilmu Geografi
Faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ilmu Geografi
adalah belum jelasnya kualifikasi lulusan bagi masyarakat pengguna.
Salah satu faktor yang dapat menentukan kualifikasi lulusan adalah
tingkat  kompetensi dan materi  kurikulum program studi.
Penyempurnaan kurikulum program studi Geografi, kurikulum inti dan
kurikulum nasional, perlu diberi perhatian serius dalam rangka
memajukan    pendidikan Geografi di Indonesia.
Keberadaan kurikulum baku program studi Geografi antara lain
diperlukan oleh BAN PT untuk melakukan evaluasi dan akreditasi
secara nasional. Hasil evaluasi BAN PT dapat digunakan oleh setiap

10
penyelenggara program untuk meningkatkan proses belajar mengajar
dalam mencapai visi dan misi  yang ditetapkan. Selanjutnya akan
dilakukan telaah singkat  terhadap kurikulum nasional program studi
Geografi.
1.) Kurikulum nasional
Penyelengaraan pendidikan program studi Geografi di perguruan
tinggi pada saat ini masih menggunakan acuan kurnas 1994,
walaupun akhir akhir ini proses penyempurnaan kurnas sedang
dilaksanakan dan sudah sampai tahap final. Kurikulum inti
sebagai komponen terpenting dalam kurnas merupakan acuan
pokok bagi setiap program studi penyelenggara pendidikan
Geografi sekaligus merupakan salah satu komponen evaluasi
dalam pelaksanaan akreditasi BAN PT. Oleh karena itu
kurikulum inti dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui tingkat  kompetensi lulusan yang diharapkan atau
dengan perkataan lain mutu sarjana Geografi yang bagaimana
yang diharapkan saat ini.
2.) Kurikulum inti
Diskusi panjang telah dan akan dilakukan secara terus menerus
oleh para geograf Indonesia untuk merumuskan mata kuliah
muatan kurikulum inti. Forum diskusi formal melalui pertemuan
antar program studi dan atau forum organisasi profesi di bawah
Ikatan Geograf Indonesia (IGI) melalui ajang seminar nasional,
pekan ilmiah tahunan (PIT) atau kongres berusaha menemukan
kesepakatan bersama tentang kurikulum inti program studi
Geografi.  Adanya keragaman dari sudut pandang terhadap
konsepsi geografi dan konsep pengembangannya dalam berbagai
ajang diskusi diharapkan melahirkan suatu kurikulum inti yang

11
ideal dan layak operasional terutama bagi perguruan tinggi di
luar UI dan UGM mengingat keterbatasan SDM dan teknologi
yang dimiliki. Dengan demikian akan sekaligus mempermudah
pihak BAN-PT dalam menggunakan produk kurikulum inti
tersebut untuk melaksanakan evaluasi melalui kegiatan akreditasi
secara nasional.
3.) Mata Kuliah Lokal
Materi kurikulum inti yang seragam bagi semua penyelenggara
program studi Geografi di Indonesia merupakan sarana untuk
menghasilkan sarjana Geografi dengan kompetensi yang tidak
berbeda, baik lulusan dari perguruan tinggi negeri maupu n
swasta. Artinya, setiap lulusan memiliki core-competence sama. 
Oleh karena jumlah sks yang dipersyaratkan untuk meraih
kesarjanaan melebihi jumlah sks kurikulum inti (144 sks) maka
akan terdapat keragaman kurikulum pendidikan pada berbagai
program studi Geografi terutama pada mata kuliah muatan lokal
(mata kuliah lokal).
Apabila jumlah sks mata kuliah kurikulum inti telah ditetapkan
maka jumlah mata kuliah lokal dan jumlah sksnya dapat
ditentukan dengan catatan jumlah sks total sebanyak 144 sks. 
Salah satu alternatif penetapan mata kuliah lokal untuk
mencerminkan ciri khusus perguruan tinggi penyelenggara
adalah dengan memperhatikan 3 (tiga) hal penting yaitu (1)
jumlah dan mutu staf pengajar (2) sarana dan prasarana
pendidikan dan (3) kebutuhan pasar.
b. Program studi Pendidikan Geografi
Dalam bagian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan telaah rinci
tentang hal hal yang berkaitan dengan kompetensi dan kurikulum

12
program studi akan tetapi pembahasannya lebih difokuskan pada
bagaimana pola sebaran  perguruan tinggi penyelenggara sebagai
“produsen” guru Geografi dan bagaimana pola se baran SD, SLTP dan
SLTA dan yang sederajat sebagai “konsumen” di seluruh Indonesia.
Melalui kajian ini diharapkan dapat diketahui di wilayah mana saja
peluang terjadinya hambatan proses pembelajaran pengetahuan
Geografi dan bagaimana alternatif pemecahannya.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, kurikulum merupakan salah satu
faktor penentu proses pengembangan disiplin ilmu Geografi.  Melalui
pengamatan terhadap salah satu sampel kurikulum program studi
Pendidikan Geografi dapat diketahui bahwa beban studi untuk menjadi
sarjana adalah sebanyak 152 sks termasuk skripsi,  sekitar 20 %
diantaranya adalah muatan mata kuliah pendidikan, sedangkan 80%
sisanya adalah mata kuliah Geografi. Apabila diperhatikan, dalam
struktur kurikulum terdapat mata kuliah inti bidang Geografi seperti
Pengantar / Filsafat Geografi, Geologi / Geomorfologi, Meteorologi /
Klimatologi dan terdapat mata kuliah SIG dan Penginderaan Jauh.
Berdasarkan materi mata kuliah  tersebut dan keragaman mata kuliah
sistematik dan regional yang diperoleh selama studi, dapat
disimpulkan bahwa lulusan program studi pendidikan Geografi di
Indonesia dinilai mampu menjalankan profesi sebagai guru Geografi,
baik di SD, SLTP maupun SLTA dan bahkan sebagai dosen di
perguruan tinggi sejenis.
Berdasarkan data jumlah total mahasiswa kependidikan Geografi
sebanyak 4133 orang dan jumlah lulusan tahun 2001/2002 sebanyak
691 orang (Dikti Depdiknas, 2002) dan jika diasumsikan seluruh PT di
Indonesia hanya mampu menghasilkan lulusan sebanyak 2000 orang
setiap tahun, selama 30 tahun terakhir diperkirakan menghasilkan
60000 orang sarjana Pendidikan Geografi,  jumlah sekolah dan

13
variabel lain dianggap tetap, maka dibutuhkan  waktu paling tidak 50
tahun lagi agar setiap sekolah di Indonesia memiliki seorang guru
Geografi.
Apabila dikaitkan dengan kebutuhan guru Geografi di SLTP dan
SLTA maka diperkirakan masih diperlukan waktu lebih dari 10 tahun
agar dapat memenuhi seluruh SLTP dan SLTA di Indonesia. Angka
perkiraan tersebut diungkapkan untuk memberikan informasi awal
tentang adanya kekurangan guru Geografi yang selama ini terjadi di
Indonesia.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan
perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas
permukaan bumi. Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu “geo”
(Bumi) dan “graphein” (Menulis atau menjelaskan).
2. Perkembangan pendidikan Geografi di Indonesia masih dalam tahap awal
untuk menemukan jatidiri. Setelah dapat menetapkan kompetensi setiap
jenjang pendidikan dari SD hingga PT dengan menetapkan materi ajar atau
kurikulum baku maka pada saat itulah baru mulai dilakukan evaluasi untuk
menentukan tingkat perkembangan ilmu Geografi di Indonesia.
3. Kondisi pendidikan Geografi  yang  berlangsung  selama  ini  secara hipotetis
mengakibatkan masih rendahnya apresiasi terhadap peran Geografi baik 
dalam lingkup pengambilan keputusan tingkat nasional, regional maupun
lokal sehingga membuka peluang terjadinya berbagai permasalahan.
4. Berbagai persoalan terutama yang berkaitan dengan ketiadaan data dan
informasi geografis secara lengkap, tepat dan terbaru mengakibatkan
inefisiensi baik dari segi tenaga, dana dan waktu dalam kegiatan
pembangunan wilayah.
5. Usaha dan  komitmen para geograf terutama yang terlibat langsung dalam
penyelenggaraan pendidikan yang dipandang kurang fokus terhadap substansi
permasalahannya merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap kondisi perkembangan pendidikan Geografi saat ini.

15
B.     Saran
1. Sebaiknya geografi tidak hanya dikenal pada kalangan pelajar, namun sampai
pada kalangan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan alam
dengan semestinya.
2. Pendidikan geografi di sekolah-sekolah  menjadi pembelajaran yang
menyenangkan, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam geografi dapat
ditanamkan lebih mudah pada peserta didik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Djoko Harmantyo.Pendidikan Geografi Dan Implikasinya Di Indonesia.


https://geoveteransmg.wordpress.com/2010/12/05/pendidikan-geografi-dan
implikasinya-di-indonesia/
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai