Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

GEOGRAFI SEJARAH
“Pendahuluan”

Dosen Pengampu:
Dian Utami, S,Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Mulya Sari 1913034003
Bunga Merulia F. 1913034007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Rasa syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia yang tak terhingga sehingga Kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul ” GEOGRAFI SEJARAH “Pendahuluan”

Rasa terimakasih tak lupa Kami tujukan kepada Ibu Dian Utami, S,Pd.,M.Pd.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Geografi Sejarah dan Teman-teman serta
semua pihak yang telah memberi masukan dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya sangat menyadari masih banyak kekurangan
dan belum sempurna, oleh karena itu saya sangat membuka hati dan menerima
semua masukkan kritik atau saran yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan
dan wawasan bagi kita semua

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Bandar Lampung, Agustus 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakan ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3

II. PEMBAHASAN ............................................................................... 4


A. Batas dan Konsep Geografi Sejarah ............................................ 4
B. Tema Kajian Geografi Sejarah .................................................... 4
C. Aspek Ruang Dan Waktu ............................................................ 5
D. Geografi Sejarah Sebagai Ilmu Bantu ......................................... 6
E. Sumber Sejarah ........................................................................... 7
F. Kajian Lingkungan ...................................................................... 8

III. PENUTUP ....................................................................................... 18


A. Kesimpulan ................................................................................ 18
B. Saran........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada cabang ketiga Geografi Manusia; geografi manusia adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara alam dengan
manusia. Geografi Manusia meliputi (1) Antropologi, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang kebudayaan manusia. (2) Demografi, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk. (3)
Geografi sosial, yaitu ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan
pengaruh timbal balik antara alam dengan manusia. (4) Geografi desa-
kota, yaitu ilmu yang mempelajari tentang desa dan kota. (5) Geografi
ekonomi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan ekonomi di suatu
tempat. (6) Geografi politik, yaitu ilmu yang mempelajari tentang politik
di beberapa wilayah geografis. (7) Geografi sejarah, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang sejarah di suatu wilayah geografis. (8) Geografi
militer, yaitu ilmu yang mempelajari tentang aspek militer ditinjau dari
kondisi geografinya. (9) Paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang fosil. (10) Arkeologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang
kepurbakalaan. (11) Sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang
kemasyarakatan. Dari cabang ketiga geografi manusia inilah terdapat
geografi sejarah.

Dari 11 (sebelas) komponen sub Cabang Ketiga; Geografi Manusia, maka


Geografi Sejarah masuk pada komponen 7 (tujuh) Geografi sejarah, yaitu
ilmu yang mempelajari tentang sejarah di suatu wilayah geografis. Pada
tahun 1960-an Soebantardjo, dalam usahanya menghubung-hubungkan
peranan lingkungan geografis dengan sejarah regional mengusulkan
dikembangkannya geohistori dalam kurikulum pendidikan guru sejarah di
lingkungan IKIP. Menurut Soebantardjo geohistori adalah suatu ilmu yang
menyelidiki, membahas, menetapkan peranan alam di dalam penentuan
jalannya sejarah, serta mencari hukum-hukumnya. (Soebantardjo, 1967:9-
17). Jadi perubahan kembali nama Geografi Sejarah menjadi Geohistori

1
bukan lah hal yang baru namun sudah pernah digagas oleh Soebantardjo
sejak tahun 1967.

Perkembangan geografi sejarah di Perancis oleh Ger Harmsen (1968)


dalam Inleiding tot de geschiedenis, Bilthoven, memakai istilah
Geohistorie sangat berbeda dengan di Inggris, Belanda dan Jerman. Dalam
melihat ilmu sejarah kadangkala dicampuradukan istilah seperti faktor
sejarah, kekuatan sejarah dan momen sejarah. Proses sejarah semakin
didesak dengan cara-cara yang makin eksak, untuk itulah para sejarawan
berusaha mengadakan pendekatan dengan bantuan ilmu sosiologi,
ekonomi, politikologi dan antropologi. Umumnya para sarjana yang bukan
berlatarbelakang sejarawan berusaha mengolah bagian-bagian sejarah
secara matang, meskipun aneka penyusunan teori diserahkannya kembali
kepada para sejarawan. Para pengikut aliran filsafat Strukturalisme (1949)
di Perancis misalnya Frenand Braudel berusaha keras untuk menyelidiki
struktur sejarah daripada peristiwa-peristiwanya, untuk itu ia
mengelompokkan proses sejarah dengan tiga bagian proses, salah satu
proses struktural atau proses dasar yang berlangsung amat lambat,
perubahan yang di dapat di dalamnya baru akan nampak beberapa abad
kemudian, proses panjang inilah yang disebut dengan geohistorie. Jadi
istilah geohistori sudah dikenal di Eropa dan di Indonesia sejak tahun 1949
dan berlanjut hingga tahun 1968.

Istilah Lahan Basah atau dalam Bahasa Inggris disebut wetland


menunjukkan sebuah wilayah geografis dimana tanahnya jenuh dengan air,
baik bersifat permanen maupun musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian
atau seluruhnya kadang tergenang oleh lapisan air yang dangkal. [iv]
Digolongkan wilayah lahan basah diantaranya adalah rawa-rawa (termasuk
rawa bakau), paya, gambut. Air yang menggenang lahan basah dapat
digolongkan air tawar, air payau dan air asin. Berdasarkan fakta-fakta
sejarah di Nusantara ternyata kerajaan-kerajaan yang pernah hadir terdapat
beberapa wilayah geografis kerajaan yang dibangun berkembang hingga
ke puncak kejayaannya di masa lampau dengan keadaan disekitar lahan

2
basah, terutama berhubungan dengan keadaan yang menyesuaikan
kehidupan tatanan budaya maritim, lahirlah kerajaan maritim muara
sungai, maritim pesisir pantai dan samudera yang kondisinya tanahnya
berhubungan dengan lahan basah. Misalnya Kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur, Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Kerajaan Demak di utara Jawa
Tengah, Kerajaan Sriwijaya di Sumatera, Kerajaan Samudra Pasai,
kerajaankerajaan di Kalimantan Selatan (Kerajaan Negara Dipa, Kerajaan
Negara Daha dan Kesultanan Banjarmasin), serta banyak kerajaan
Nusantara lainnya yang kenyataannya pusat kerajaan dan wilayah
negaranya berada di lahan basah. Secara geografis peristiwa sejarah
memungkinkan terjadi dan dikendalikan pemerintahan negara kerajaan
dari wilayah yang kondisinya berada pada lahan basah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana batas dan konsep geografi sejarah?
2. Bagaimana tema kajian geografi sejarah?
3. Bagaimana aspek ruang dan waktu geografi sejarah?
4. Bagaimana geografi sejarah sebagai ilmu bantu?
5. Bagaimana sumber sejarah dalam geografi sejarah?
6. Bagaimana kajian lingkungan geografi sejarah?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui batas dan konsep geografi sejarah
2. Untuk menguraikantema kajian geografi sejarah
3. Untuk menguraikan aspek ruang dan waktu geografi sejarah
4. Untuk meenguraikan geografi sejarah sebagai ilmu bantu
5. Untuk menguraikan sumber sejarah dalam geografi sejarah
6. Untuk menguraikan kajian lingkungan geografi sejara

3
II. PEMBAHASAN

A. Batas dan Konsep Geografi Sejarah


Sejarah adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari dinamika
masyarakat pada masa lalu dengan menggunakan sumber tertulis dan sumber
lisan. Geografi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji
hubungan timbal balik antara manusia dan permukaan bumi (pegunungan,
hutan, savana, sungai, danau, laut, iklim, flora, fauna, padang pasir, dan
gejala alam lainnya)

Geografi sejarah adalah bagian dari ilmu sejarah yang menekankan perhatian
pada aspek-aspek geografi, yang meliputi aspek alami (sungai, laut, gunung,
iklim, danau, dan lain-lain) dan aspek buatan manusia (sawah, kanal, jalan,
permukiman, perkebunan, bangunan, dan lain-lain), yang mengkaji hubungan
timbal balik antara manusia dan permukaan bumi.

B. Tema Kajian Geografi Sejarah


Kajian geografi sejarah meliputi tema-tema sebagai berikut.
1. Hubungan timbal balik antara manusia dan alam (tanah, air, iklim) dalam
perspektif sejarah.
1) Perubahan iklim yang diakibatkan oleh manusia dan menimbulkan
dampak terhadap manusia (contoh: pemanasan global, perubahan musim,
dan hujan asam).
2) Perubahan permukaan tanah (contoh: longsor, penurunan muka tanah,
pengendapan, erosi, akresi, abrasi, dan tsunami).
3) Perubahan permukaan air (contoh: banjir, pasang surut, waduk, serta
pendangkalan sungai dan danau)

4
2. Hubungan timbal balik antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya.
1) Lingkungan fisik (contoh: perubahan fungsi lahan, dan tutupan lahan).
2) Lingkungan sosial budaya (contoh: pola pemukiman, pola konsumsi,
dan sistem politik).
3. Peradaban masyarakat berburu dan meramu, peladang, peternak, petani,
nelayan, masyarakat kota.
4. Penataan wilayah yang meliputi pemekaran dan penggabungan wilayah.
1) Daerah-daerah yang dipecah dari daerah induknya (contoh: pemekaran
desa).
2) Daerah-daerah yang digabungkan menjadi satu daerah yang lebih besar
(contoh: penggabungan desa).
3) Daerah perbatasan (contoh: kondisi fisik geografi yang mempengaruhi
batas wilayah).
5. Peta sejarah, yaitu peta yang dihas ilkan dari proses kajian berdasarkan
tema-tema lingkungan sejarah, peradaban sejarah, dan penataan sejarah

C. Aspek Ruang Dan Waktu


Dalam kajian geografi sejarah, penetapan aspek ruang dan waktu sangat
menentukan keberhasilan sebuah penelitian yang dirancang. Dalam kajian
geografi sejarah, satuan ruang dibatasi oleh alam, budaya, dan administrasi.
Misalnya, batas kabupaten yang ditentukan oleh sungai, pemakaian bahasa,
dan batas yang ditentukan oleh peraturan formal. Batas waktu dapat
ditentukan oleh suatu peristiwa tertentu.
Dalam kajian geografi sejarah aspek ruang dibagi menjadi:
1) Satuan ruang kultural, misalnya sebaran penggunaan bahasa, pagar keliling
kota lama, bentuk-bentuk kesenian;
2) Satuan ruang geografi, misalnya bentuk ruang yang dibatasi oleh bentuk-
bentuk permukaan bumi berupa bukit, sungai, gunung, laut, dan danau;
3) Satuan ruang administrasi (arbitrer), misalnya ruang yang dibatasi oleh
peraturan administrasi pemerintahan dan garis koordinat (garis lintang dan
garis bujur).

5
D. Geografi Sejarah Sebagai Ilmu Bantu
Sebagian geograf dengan disiplin ilmunya juga mendalami sejarah, dengan
disiplin ilmu sejarah yang ada dengan maksud menolong sejarah agar Saksi-
saksi Alam yang bisu itu dapat ikut berbicara dan bercerita tentang sebuah
peristiwa? Mengapa saksi yang berupa alam dengan gejala perubahannya di
masa lampau sangat diperlukan? karena akan membantu kondisi dan situasi
saat itu, hal tersebut sangat membantu apabila sejarawan dalam
meronstruksi kejadian di masa lampau jangan kehabisan bahan, sebab
peristiwa yang di lakoni manusia tidak saja selalu berhubungan dengan
manusia lainnya, misalnya konflik, perang, perpindahan penduduk (migrasi)
sebuah bangsa dari suatu tempat ke tempat lain dan sebagainya, semestinya
dihubungkan dengan keadaan alam saat itu.

Dengan bantuan kejadian dan kondisi alam saat kejadian di masa lampau
sangat meyakinkan orang yang mengkonsumsi bacaan sejarah dengan fakta
dan gambaran kenyataan tempat saat peristiwa sejarah terjadi. Melalui
bantuan geograf dengan keahliannya yang memfokuskan pada keadaan alam
di masa lampau sesuai dengan topik kejadian sebuah perisrtiwa sejarah
semakin meyakinkan dan mengurangi keragu-raguan penulisan dan bacaan
sebuah buku sejarah.

Menurut Herder Geografi dapat dipakai untuk membantu penelitian sejarah,


dengan cara menelaah kondisi geografis dari wilayah yang bersangkutan di
masa lampau. Metode yang digunakan yaitu 1) Melokalisasikan panggung
sejarah; 2) Mempelajari sejauh mana kondisi lingkungan alam di suatu
tempat telah mempengaruhi kegiatan manusia dalam menggerakkan
jalannya sejarah. Geografi regional yang bersangkutan mewujudkan suatu
panggung, sedang sejarah regional adalah lakonnya. Studi geografis
mengutamakan bagaimana suatu hal bisa berada di suatu tempat. Faktor-
faktor geografis terpenting meliputi posisi, iklim dan morfologi bumi. Lain
region akan lain pula pernyataan budaya materiil dan rohaninya.

6
Hal inilah yang disebut dengan dokumen sejarah. Posisi geografis dapat
berubah-ubah di sepanjang perjalanan abad. Sementara morfologi daerah
umumnya agak stabil, kecuali bila ada pengaruh seperti bencana alam.
Geografi menelaah bumi sebagai ruang huni manusia dan mahkluk hidup
lainnya, serta ruang sebagai milieu (lingkungan alam dan buatan), space
(ruang pemukiman) dan region (wilayah). Bagi sejarawan, dunia adalah
peradaban. Sedangkan bagi geograf, dunia merupakan permukaan bumi.
Geograf mempelajari masa lampau meliputi persebaran suatu gejala
manusiawi (seperti agama, dialek, kekuasaan) dan masalah-masalah yang
menyangkut lokasi (letak kerajaan kuno). Pokok penelitian geografi
kesejarahan adalah sejarah kegerejaan atau keagamaan, pemerintahan,
sosial-ekonomi dan arkeologi daerah.

E. Sumber Sejarah
1) Sifat sumber sejarah
Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah digolongkan sebagai berikut.
a) Sumber primer, yaitu saksi sejarah atau saksi pandangan mata.
Sumber primer mempunyai tingkat kepercayaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sumber sekunder. Sumber primer dapat berupa
arsip pemerintah, koran sezaman, dan pelaku sejarah/saksi mata.
b) Sumber sekunder, yaitu sumber yang bukan saksi sejarah atau pelaku
sejarah. Sumber sekunder dapat berupa buku-buku, artikel, film, novel
dan lain-lain.
2) Bentuk sumber sejarah
Berdasarkan bentuknya, sumber sejarah dikategorikan sebagai berikut.
a) Sumber tertulis, yaitu arsip, manuskrip (naskah tradisional), naskah
carik (tulisan tangan), pawukon (kalendar lokal), ramalan, karya sastra
lokal, prasasti, surat-surat resmi ataupun pribadi, memoar, buku
harian, buku tercetak, dan sebagainya.
b) Sumber lisan, meliputi tradisi lisan dan sejarah lisan

7
a. Tradisi lisan adalah kesaksian lisan yang disampaikan secara verbal
dari satu generasi ke generasi berikutnya, seperti cerita rakyat,
syair, tembang, dan mantra.
b. Sejarah lisan merupakan informasi lisan dari informan pelaku atau
saksi sejarah tentang suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu
dan lokalitas tertentu.
c) Artefak, yaitu benda-benda yang dihasilkan dan digunakan oleh
pelaku sejarah pada masa lampau, seperti gerabah, dapur tradisional,
keris, sabit, mandau, rencong, uang logam, arsitektur tradisional,
benteng, makam, batu nisan, mesin ketik tua, menara radio, masjid,
gereja, dan bekas permukiman.
d) Sumber audio dan visual, yaitu foto, microfisk, microfilm, film,
compact disk, website, dan sebagainya

F. Kajian Lingkungan
a) Kajian lingkungan fisik
Secara teoretis lingkungan fisik diartikan bahwa semua benda mati yang
ada di sekeliling manusia adalah gejala fisik di permukaan bumi yang
terdiri dari atas tanah, air, dan udara dengan segala prosesnya. Dalam
pendekatan geografi sejarah, alam fisik manusia dilihat dalam dimensi
perubahan waktu yang dikaitkan dengan dimensi ruang. Pendekatan
keruangan dilakukan rnelalui prinsip persebaran, interelasi, interaksi, dan
deskripsi. Dengan pendekatan ini dapat diungkapkan berbagai hal
penting tentang perubahan alam dan kebudayaan manusia. Konsep ruang
yang dimaksud adalah kenampakan yang muncul secara fisik dalam
geografi, yaitu tanah, air, dan udara dengan segala prosesnya. Sedangkan
konsep waktu adalah temporal yang menunjukkan adanya perubahan.
Dalam penulisan geografi sejarah, lingkungan fisik disajikan sebagai
suatu bahasan yang senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke
waktu.
Tema-tema penting yang dapat dikaji dalam penulisan geografi sejarah
berkaitan dengan lingkungan fisik adalah sebagai berikut.

8
1 Perubahan Bentuk Lahan
Pendekatan ruang dan waktu dilakukan dalam melihat perubahan
bentuk lahan. Perubahan bentuk lahan dilihat dari aspek waktu, selain
dicari faktor penyebabnya. Secara teoretis, dalam penulisan geografi
sejarah bentuk lahan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu tanah yang
berupa dataran dan tanah yang berupa pegunungan atau dataran tinggi.
Dua kategori bentuk lahan tersebut merupakan lingkungan fisik
sebagai sesuatu yang berubah. Analisis yang digunakan adalah
bagaimana perubahan itu terjadi dan apa a tau siapa yang menentukan
perubahannya. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut terdapat
dua konsep hubungan, yaitu, pertama, hubungan antarsesama gejala
alam, dan kedua hubungan antarmanusia dengan alam. Kedua konsep
hubungan itu berdampak pada terjadinya perubahan lingkungan fisik
dalam konteks waktu.
Konsep hubungan antarsesama gejala alam menunjukkan bahwa
lingkungan fisik dapat berubah disebabkan oleh alam itu sendiri atau
perubahan secara alami. Konsep ini dapat digunakan untuk meneliti,
misalnya, perubahan bentuk lahan di pinggir pantai. Tanah di pinggir
pantai yang semula merupakan daratan berubah menjadi daerah berair
yang digenangi oleh air laut, atau bibir pantai menjadi bertambah
sehingga luas daratan semakin berkurang. Untuk mencari jawaban
penyebab berubahnya bentuk lahan pantai tersebut dapat dikaji dari
gejala alam yang terjadi secara terus-menerus dari waktu ke waktu.
Gejala alam tersebut berupa abrasi yang disebabkan oleh ombak laut.

2 Perubahan Iklim
Perubahan iklim biasanya menampakkan pola perubahan yang
menetap sehingga menunjukkan suatu siklus. lklim di Indonesia
dikenal dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim. hujan.
Pola perubahan iklim ini akan berpengaruh terhadap perubahan
lingkungan fisik. Misalnya, musim hujan dapat menimbulkan bencana
banjir. Banjir dapat mengubah lingkungan fisik, misalnya rusaknya

9
lahan pertanian, infrastuktur sarana transportasi, dan permukiman
masyarakat. Musim kemarau yang berkepanjangan dapat berakibat
terjadinya kekeringan lahan pertanian. Kekeringan lahan pertanian,
dapat berakibat terjadinya perubahan mata pencarian petani. Ia
berganti peketjaan menjadi kuli bangunan sehingga menimbulkan
dampak yang lebih luas yakni urbanisasi musiman di kota.
Berdasarkan contoh tersebut, penelitian dapat dilakukan untuk
mempelajari hubungan antara perubahan iklim dengan urbanisasi
dalam suatu periode tertentu.
3 Bencana Alam
Gejala alam lainnya yang menentukan terhadap perubahan lingkungan
fisik adalah gempa bumi, baik gempa vulkanik maupun gempa
tektonik. Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh letusan
gunung berapi, sedangkan gempa tektonik adalah gempa yang
disebabkan oleh proses gerakan pada kerak bumi. Gempa tektonik
yang tetjadi di Indonesia terutama banyak terjadi di daerah-daerah
pantai selatan, yaitu daerah patahan bumi. Baik gempa vulkanik
maupun gempa tektonik dapat mengubah lingkungan fisik. Letusan
gunung berapi dapat mengubah struktur lingkungan fisik, misalnya
letusan gunung mengubah sebuah kawasan hutan menjadi lahan
pertanian yang subur, lahan pertanian atau aliran sungai menjadi
daerah penggalian pasir, dan lain-lain.
4 Perubahan Permukiman
Perubahan lingkungan fisik berupa lingkungan permukiman penduduk
dapat menjadi tema dalam penulisan geografi sejarah. Hal yang diteliti
adalah bagaimana proses tetjadinya permukiman tersebut. Pada
umumnya lahimya permukiman lebih banyak disebabkan oleh
aktivitas manusia, biasanya berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi
dan penduduk. Pertumbuhan ekonomi akan berakibat pertambahan
penduduk. Pertambahan penduduk akan berakibat timbulnya
kebutuhan tempat tinggal. Pembangunan tempat tinggal membutuhkan
lahan sehingga banyak terjadi perubahan lahan, yang semula

10
merupakan lahan pertanian berupa sawah dan perkebunan, berubah
menjadi tempat permukiman atau perumahan penduduk. Dengan
demikian penelitian yang dapat dilaksanakan adalah mengkaji
hubungan lahan permukiman dengan pertumbuhan ekonomi.
b) Kajian Lingkungan sosial budaya
Lingkungan sosial budaya adalah lingkungan yang terdiri dari orang-
orang, baik secara individu maupun kelompok, yang berada di
lingkungan sekitar manusia yang memiliki corak kehidupan sosial
budaya, baik bersifat homogen maupun heterogen . Dalam lingkungan
sosial budaya akan tampak berbagai aktivitas manusia dalam suatu
komunitas tertentu. Manusia yang hidup dalam lingkungan sosial budaya
menggambarkan suatu kehidupan kolektivitas manusia. Dalam
kolektivitas kehidupan manusia terdapat sistem pembagian kerja, kerja
sama, dan komunikasi. Manusia yang hidup secara kolektif dalam suatu
lingkungan sosial budaya akan membentuk suatu masyarakat.
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi
sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya
berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Interaksi tidak hanya dilakukan antarmanusia, tetapi juga berlangsung
antara manusia dan alam. Seperti halnya interaksi antarmanusia, dalam
interaksi manusia dengan alam pun akan terbentuk suatu pola tindakan
tertentu. Dalam penulisan geografi sejarah berbagai pola tindakan
manusia merupakan aspek yang perlu diteliti. Penelitian yang dilakukan
menyangkut bagaimana perubahan yang terjadi dalam berbagai pola
tindakan manusia dalam dimensi ruang dan waktu. Pola-pola tindakan
yang diteliti menyangkut mata pencarian, agama dan kepercayaan, sistem
politik, dan lain-lain.
Untuk meneliti geografi sejarah dalam konteks lingkungan sosial budaya
terlebih dahulu dirumuskan kerangka konsep mengenai hubungan
manusia dengan alam. Interaksi manusia dengan alam, secara garis besar
dapat dilihat dari tiga konsep yaitu, pertama, lingkungan alam yang
sangat menentukan atau mempengaruhi manusia atau disebut konsep

11
environmental determinism; kedua, manusia yang mempengaruhi
lingkungan alam atau disebut environmental posibilism; dan ketiga,
interaksi antara manusia dan lingkungan alam atau disebut cultural
ecology.
Konsep environmental determinism tidak semuanya berlaku . Konsep
environmental posibilism yang berfokus pada limiting atau selective role,
berpandangan bahwa lingkungan sekitar tidak bersifat determinatif
terhadap kebudayaan manusia, tetapi manusialah yang menentukan
pilihan atas aspek-aspek lingkungan alam mana yang akan difungsikan
dalam kehidupannya. Lingkungan memberi batas-batas terhadap
tumbuhnya kebudayaan, tetapi tidak langsung menentukan seluruh aspek
kebudayaan. Misalnya, pertanian bersawah sebenamya hanya dapat
turnbuh di daerah yang curah hujannya tinggi. Akan tetapi, berdasarkan
konsep environmental posibilism, pertanian dapat pula berkembang di
daerah yang curah hujannya rendah bahkan di daerah yang panas. Hal ini
dapat dilakukan karena manusia dengan kemampuan teknologi yang
dimilikinya mengubah alam, yaitu teknologi irigasi.
Tema-tema yang dapat dijadikan kajian penelitian dalam lingkungan
sosial budaya di antaranya sebagai berikut.
1) Sistem Mata Pencarian Daerah Pedalaman dan Pesisir
Sistem mata pencarian dilakukan oleh suatu masyarakat baik di daerah
pedalaman maupun di pesisir. Karakteristik mata pencarian sudah
barang tentu akan dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan alamnya.
Pada lingkungan alam pedalaman atau pedataran, sistem mata
pencarian manusia cenderung berbasis agraris. Sistem pertanian yang
dikembangkan sangat bergantung pada struktur geografi di daerah
darat. Pada daerah yang memiliki sungai dengan aliran air yang baik,
akan dikembangkan pertanian bersawah. Sedangkan pada dataran
tinggi yang tidak memiliki aliran sungai, lebih banyak dikembangkan
sistem berladang atau berkebun. Tema kehidupan masyarakat agraris
dapat menjadi penelitian dengan pendekatan geografi sejarah. Kajian
yang dapat dilakukan antara lain proses munculnya kehidupan bertani,

12
sistem pertanian, hubungan sosial antar kelompok petani. Untuk
melakukan penelitian tersebut, aspek geografi ditempatkan sebagai
faktor penentu terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat agraris. Sistem mata pencarian pada masyarakat pantai
berbeda dengan masyarakat di daerah pedalaman. Pada umumnya
sistem mata pencarian pada masyarakat di pantai adalah menangkap
ikan pada daerah kering atau curah hujannya rendah dapat diteliti
mengenai pola pertanian dan hubungan sosial sesama petani.
2) Pelayaran dan Perdagangan
Pelayaran dan perdagangan merupakan dua aktivitas yang saling
berhubungan. Perdagangan yang dilakukan melalui pelayaran, banyak
ditemukan pada masyarakat pantai. Secara historis, bentuk
perdagangan ini timbul terutama sebelum dibangunnya sarana lalu
lintas darat. Jalur laut merupakan jalur transportasi penting bagi
kegiatan perdagangan. Pelayaran dan perdagangan di laut akan
membentuk suatu kebudayaan pembuatan perahu. Bentuk perahu yang
dibuat akan mencerminkan karakteristik masing-masing wilayah
pantai. Perbedaan bentuk perahu menunjukkan perbedaan fungsi
pelayaran. Perahu yang berlayar sampai laut lepas akan berbeda
bentuknya dengan perahu yang berlayar pada jarak pendek.
Manajemen pelayaran yang dilakukan di atas perahu atau kapal laut
yang berlayar akan menampakkan suatu struktur sosial yang khas.
Pada masyarakat nelayan yang berlayar untuk menangkap ikan, terjadi
pembagian kerja di antara sesame individu yang ikut berlayar tersebut.
Begitu pula halnya dengan kapal yang berlayar untuk berdagang. Di
dalam kapal terdapat pembagian peran di antara awak kapal. Pola
pembagian kerja tersebut dapat memberikan penjelasan terhadap
struktur sosial pada masyarakat pantai. Kajian yang dapat dilakukan
adalah awal munculnya masyarakat pantai, cara-cara menangkap ikan,
hubungan kehidupan sosial masyarakat nelayan, jenis-jenis perahu,
dan manajemen dalam penangkapan ikan.

13
3) Sistern Kepercayaan
Siklus alam yang berpola tetap baik pada masyarakat pedalaman
maupun maritim, memberikan pengetahuan kepada masyarakatnya.
Pengetahuan ini bersifat alami atau bersumber dari pengalaman,
bukanlah pengetahuan yang bersumber dari ilrnu pengetahuan yang
bersifat akademik. Bersumber dari pengetahuan itu, biasanya muncul
suatu sistem kepercayaan masyarakat. Bentuk sistem kepercayaan itu
biasanya berupa kepercayaan yang bersumber dari kekuatan alam.
Kekuatan alam tersebut dipercayai oleh masyarakat sebagai kekuatan
yang menentukan nasib kehidupannya. Misalnya pada masyarakat
pertanian percaya terhadap Dewi Sri yang dipandang sebagai dewi
pemberi kesuburan. Begitu pula halnya pada masyarakat pantai,
khususnya di daerah pantai selatan Jawa, masyarakat memercayai
adanya penguasa laut bemama Nyi Roro Kidul. Keberhasilan para
nelayan dalam menangkap ikan dipercayai sebagai kemurahan Nyi
Roro Kidul.
4) Sistem Politik
Karakteristik fisik lingkungan alam akan berpengaruh pula terhadap
sistem politik yang muncul pada lingkungan alam tersebut. Aktivitas
manusia dipengaruhi pula oleh faktor iklim atau cuaca. Menurut
Hipocrates, kepribadian manusia pada daerah beriklim panas bersifat
penuh gairah, berwatak keras, malas, harapan hidupnya singkat,
tubuhnya ringan dan cerdas. Daerah yang beriklim sedang menurut
Plato dan Aristoteles menciptakan suatu pemerintahan yang
demokratis, pada daerah yang beriklim panas pemerintahannya
bersifat despotik, dan di daerah yang beriklim dingin bentuk
pemerintahannya tidak jelas.
Di daerah pedalaman akan muncul kerajaan-kerajaan pedalaman.
Sumber kekuatan ekonomi kerajaan tersebut berbasis agraris. Dalam
contoh sejarah Indonesia, kerajaan yang berbasis agraris adalah
Mataram Islam. Kerajaan ini dikenal sebagai pengekpor beras dalam
jalur perdagangan di Kepulauan Nusantara dari abad ke-17 hingga

14
abad ke-18, sedangkan di daerah pantai akan muncul kerajaan-
kerajaan yang berbasis maritim . Sumber kekuatan ekonomi model
kerajaan ini bersumber dari penguasaan terhadap pusat-pusat
perdagangan di pantai. Hampir seluruh kerajaan Islam di Nusantara
merupakan kerajaan maritim seperti Aceh, Samudera Pasai, Banten,
Cirebon, dan Demak.

5) Pola Konsumsi
Pola konsumsi atau makan masyarakat dipengaruhi oleh faktor iklim
dan lingkungan alam. Pada umumnya wilayah Indonesia memiliki
curah hujan yang tinggi. Tradisi menggembala di padang rumput tidak
begitu banyak. Akibatnya, makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat
di Indonesia lebih banyak unsur protein nabati daripada protein
hewani. Masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi nasi
daripada jenis makanan pokok lain (sagu, jagung, ubi). Penelitian
yang dapat dilakukan mengambil tema utama ini antara lain mengenai
pola konsumsi masyarakat pada suatu lingkungan sosial tertentu,
pilihan untuk mengonsumsi makanan tertentu, dan hubungan sosial
dalam konteks pola konsumsi.

c) Lingkungan Alam Dan Adaptasi Manusia


Manusia dalam menciptakan peristiwa sejarah di muka bumi selalu
dipengaruhi oleh lingkungan alam, dimanapun ia tinggal dan beraktivitas
secara turun-temurun dalam lingkup kebudayaan etnik dan bangsa yang
dimilikinya. Sebagian berpendapat bahwa lingkungan alam akan
menentukan watak, perilaku manusia dalam kebudayaannya, namun
penelaahan terakhir bahwa lingkungan alam hanyalah menawarkan
kemungkinan kepada manusia untuk memanfaatkannya dengan senjata
teknologinya, teori ini disebutkan dalam faham posibilisme. Manusia di
dalam menciptakan segala sesuatu disepanjang sejarahnya selalu
dipengaruhi oleh alam lingkungannya. Hal ini dipelajari oleh dua macam
ahli yaitu seorang geographical historian dan historical geographer.

15
Jelaslah bahwa seorang geograf murni (geographical geographer) tak
akan mampu menelaah dengan baik geografi masa lampau, karena ia tak
menaruh minat kepada sejarah (Daljoeni, 1982:27).

Selain itu Edmond Perrier sebagaimana dikutipkan Daldjoeni (1982)


berpendapat bahwa nyatanya di dalam alam, kekeringan atau kelembaban
udara, suhu panas atau tenaga listrik, dapat menimbulkan perubahan pada
karakter individual pada tetumbuhan ataupun hewan secara temporer atau
permanen. Pada kehidupan manusia cukupnya atau kurangnya persediaan
bahan makanan juga dapat mempengaruhi besar kecilnya otot serta
penciptaan kebiasaan baru.

Adaptasi merupakan usaha manusia untuk menyesuaikan diri dengan


tingkat, tempat, dan kondisi yang berbeda. Asumsi dasar adaptasi
berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang senantiasa
melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis atau genetik maupun
secara budaya. Daya adaptasi memerlukan proses belajar seumur hidup.
Daya adaptasi muncul dan berkembang sejak masa anak-anak.

Apabila sekelompok manusia dalam lingkungan alam berhasil


mengadaptasikan diri individu, keluarga dan kelompoknya terhadap alam
yang meliputi lingkungan geografis, penyesuai terhadap cuaca, kebiasaan
baru dan watak atau karakter baru di lingkungan alam, serta berhasil
menetap, bercocok tanam sebagai kebutuhan ekonomi, hidup
bermasyarakat berumpun, maka disinilah peletakan dasar suku yang naik
menjadi kelompok masyarakat dan menjadi bangsa dalam negera
kesatuan nantinya yang memiliki kebudayaan (culture) dan naik kepada
tingkatan peradaban (civiliztion). Sebagai contoh proses adaptasi
manusia terjadi pada zaman glacial IV, dimana persebaran manusia pra-
sejarah terjadi dimana-mana di belahan bumi, tidak terasa sekelompok
manusia diduga dari Asia mengikuti binatang buruan menginjakkan

16
kakinya melalui selat Bering sampai diwilayah Utara Benua Amerika.
Kelompok yang bisa bertahan menetap dalam wilayah kutub dan
sebagian wilayah yang penuh dengan es, jadilah mereka suku bangsa
Eskimo seperti orang Eskimo Iglulik, Eskimo angmasalik, Suku Inuit,
Suku Yupik dan beberapa nama suku lainnya hingga wilayah Alaska dan
Canada.

17
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Batas Dan Konsep Geografi Sejarah yaitu bagian dari ilmu sejarah
yang menekankan perhatian pada aspek-aspek geografi, yang meliputi
aspek alami dan aspek buatan manusia yang mengkaji hubungan
timbal balik antara manusia dan permukaan bumi.
2. Tema Kajian Geografi Sejarah yaitu mengkaji tentang Hubungan
timbal balik antara manusia dan alam dalam perspektif sejarah,
hubungan timbal balik antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya,peradaban masyarakat berburu dan meramu, peladang,
peternak, petani, nelayan, masyarakat kota, penataan wilayah dan peta
sejarah.
3. Aspek Ruang Dan Waktu Geografi Sejarah yaitu satuan ruang
dibatasi oleh alam, budaya, dan administrasi.
4. Geografi Sejarah Sebagai Ilmu Bantu, dengan disiplin ilmu sejarah
yang ada dengan maksud menolong sejarah agar Saksi-saksi Alam
yang bisu itu dapat ikut berbicara dan bercerita tentang sebuah
peristiwa karena akan membantu kondisi dan situasi saat itu, hal
tersebut sangat membantu apabila sejarawan dalam meronstruksi
kejadian di masa lampau jangan kehabisan bahan.
5. Sumber Sejarah Dalam Geografi Sejarah dibagi menjadi tiga yaitu
berdasarkan sifatnya ada sumber primer dan sekunder, menurut
bentuknya terdapat sumber tertulis, lisan, tradisi, sejarah lisan.aertefak
dan audio visual.
6. Kajian Lingkungan Geografi Sejarah terdapat kajian lingkungan
fisik,lingkungan sosial budaya, dan lingkungan alam dan adaptasi
manusia

18
B. Saran
Dalam penulisan makalah tersebut masih terdapat banyak kekurangan
,sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

DALDJOENI,N. 2019.GEOGRAFI KESEJARAHAN 1 PERADABAN


DUNIA.Yogyakarta:Ombak. Https://Archive.Org/Details/Geografi-
Kesejarahan-1-Peradaban-Dunia. (Diakses Pada Jumat,26 Agustus 2022
Pukul 10.14 WIB)

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan


Purbakala.2006. Pedoman Kajian Sejarah Indonesia.Jakarta Selatan
: CV.
MultiPrima.https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?
p=fstream&fid=1280&bid=8236. (Diakses Pada Minggu,28Agustus
2022 Pukul 13.30 WIB)

E.Rusdi.2020.Geografi dan Ilmu Sejarah.Prodi Sejarah FKIP Universitas


Lembung Mangkurat. (Diakses Pada Minggu,28Agustus 2022 Pukul 13.10
WIB)

20

Anda mungkin juga menyukai