Anda di halaman 1dari 34

BAHAN AJAR

BIMBINGAN TEKNIS PENINGKATAN KAPASITAS


TENAGA KESEJARAHAN BAGI PENULIS SEJARAH

MATA AJAR
PENGANTAR ILMU SEJARAH

Oleh :
Drs. Jumardi, M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
DIREKTORAT SEJARAH
2016

0
Bahan Ajar :
Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas
Tenaga Kesejarahan bagi Penulis Sejarah

Editor :
Andi Syamsu Rijal
Helena Listyanintyas

Cetakan Pertama Tahun 2016


Diterbitkan oleh :
Direktorat Sejarah
Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ISBN :

1
KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami selaku penyelenggara Bimtek Peningkatan
Kapasitas Tenaga Kesejarahan bagi Penulis Sejarah dapat
menyelesaikan bahan ajar ini dengan baik.

Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 52 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kebudayaan, bahwa
untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Kebudayaan perlu dilakukan upaya pengembangan Sumber
Daya Manusia Kebudayaan.

Salah satu peningkatan Kapasitas yang dilakukan oleh


Direktorat Sejarah adalah Bimtek Peningkatan Kapasitas Tenaga
Kesejarahan bagi Penulis Sejarah, Terutama bagi para penulis
sejarah yang tidak berlatarbelakang pendidikan sejarah akan
tetapi mempunyai minat untuk menulis sejarah

Bahan ajar ini sangat penting, sebagai acuan dalam proses


belajar mengajar pada kegiatan ini dengan harapan agar peserta
bimtek dapat mempelajari teknis penulisan sejarah yang baku,
khususnya dalam menggali sejarah bangsanya, karena dengan
memahami sejarah bangsa maka tumbuhlah jiwa patriotisme
dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.

2
Kami menyadari bahwa bahan ajar ini masih ada
kekurangan dan kelemahannya, baik pada isi, bahasa maupun
penyajiannya. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
adanya tanggapan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan
bahan ajar ini. Semoga bahan ajar ini bermanfaat khususnya
bagi peserta bimtek.

Jakarta, Maret 2016


Plt. Direktur Sejarah

Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP


NIP. 196308281990031002

3
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................

DAFTAR ISI ............................................................

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................

BAB II. PENGANTAR ILMU SEJARAH .....................

A. Pengertian Sejarah ..............................................

B. Ruang Lingkup Sejarah .......................................

C. Perkembangan Ilmu Sejarah...............................

D. Kegunaan Sejarah..............................................

E. Hubungan Sejarah dan Kekuatan-kekuatan

bagi Ilmu-ilmu Sosial.........................................

BAB III. PENUTUP

A. Rangkuman .......................................................

B. Pertanyaan ...........................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

Kata sejarah secara harfiah berasal dari


kata Arab šajaratun yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab
sendiri, sejarah disebut tarikh . Kata tarikh dalam Bahasa
Indonesia artinya adalah waktu atau penanggalan. Dalam
bahasa Yunani sejarah dinyatakan dengan historia yang berarti
ilmu atau orang pandai.
Dalam Bahasa Inggris istilah sejarah menggunakan kata
history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang
mendekati adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi. Dalam
literatur bahasa Indonesia, istilah sejarah menganut beberapa
variasi. Sejarah dalam bahasa Yunani yaitu adalah historia.
Sedangkan dalam Bahasa Perancis, sejarah adalah historie,
Bahasa Italia sejarah adalah storia, Bahasa
Jerman geschichte yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda
dikenal geschiedenis. Dari berbagai bahasa, pengertian sejarah
membahas tentang konsep waktu dan peristiwa. Mempelajari
dan meneliti sejarah dapat dimaknai sebagai merubah kondisi
atau keadaan menjadi lebih baik melalui proses memaknai
sebuah peristiwa atau kejadian yang telah terjadi dimasa
lampau.
Bahan ajar ini membahas mengenai Pengantar Ilmu
Sejarah yang merupakan bagian pertama sebelum melangkah ke
mata ajar selanjutnya yang akan mendukung penulisan sejarah.
Seorang penulis sejarah diharapkan sudah memiliki
pengetahuan mengenai ilmu sejarah yang akan membantu

5
dalam proses penulisan sejarah. Peserta workshop penulisan
sejarah diharapkan dapat memahami bagian penting ini
sebelum memulai satu penulisan sejarah yang baku.

6
BAB II
PENGANTAR ILMU SEJARAH

A. Pengertian Sejarah

Berkaitan dengan kehidupan manusia, kedudukan dan


peran sejarah sangat penting, bukan sekedar sumber
pengetahuan yang inspiratif tetapi juga sebagai cermin
menggapai hidup di masa depan. Menurut Syamsuddin dan
Ismaun, kata sejarah secara harfiah berasal dari
kata Arab šajaratun yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab
sendiri, sejarah disebut tarikh . Kata tarikh dalam Bahasa
Indonesia artinya adalah waktu atau penanggalan. Sebagian
peneliti ada yang menganggap bahwa arti kata “syajarah” tidak
sama dengan kata “sejarah”, sebab sejarah bukan hanya
bermakna sebagai “pohon keluarga” atau asal-usul atau silsilah.
Walaupun demikian diakui bahwa ada hubungan antara kata
“syajarah” dengan kata “sejarah”, seseorang yang mempelajari
sejarah tertentu berkaitan dengan cerita, silsilah, riwayat dan
asal-usul tentang seseorang atau kejadian. Dalam bahasa
Yunani sejarah dinyatakan dengan historia yang berarti ilmu
atau orang pandai.
Dalam Bahasa Inggris istilah sejarah menggunakan kata
history, yang berarti masa lalu manusia. Dalam literatur bahasa
Indonesia, istilah sejarah menganut beberapa variasi. Sejarah
dalam bahasa Yunani adalah historia, yang berarti belajar
dengan cara bertanya. Sedangkan dalam Bahasa Perancis,

7
sejarah adalah historie, Bahasa Italia sejarah adalah storia,
Bahasa Jerman geschichte yang berarti yang terjadi, dan bahasa
Belanda dikenal geschiedenis.
Dari berbagai bahasa, pengertian sejarah membahas tentang
konsep waktu dan peristiwa. Mempelajari dan meneliti sejarah
dapat dimaknai sebagai merubah kondisi atau keadaan menjadi
lebih baik melalui proses memaknai sebuah peristiwa atau
kejadian yang telah terjadi dimasa lampau.
Sejarah memberikan kepada kita kemudahan dalam
mempelajari tentang kehidupan manusia dimasa lalu baik dalam
bidang politik, ekonomi, hukum, militer, sosial, keagamaan, seni
budaya, seni arsitekur, kedokteran, dan sains. Sejarah dipelajari
dan diteliti bukanlah untuk membanggakan diri atau kelompok
tertentu tetapi untuk membandingkan bagaimana kehidupan
pada masa lampau agar membawa kebaikan dalam kehidupan
hari ini. Berikut adalah pendapat beberapa ahli tentang sejarah
:
a. Roeslan Abdulgani menyatakan bahwa ilmu sejarah adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan
menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan
masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta
kejadian–kejadiannya. dengan maksud untuk kemudian
menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut,
untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi
penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah
proses masa depan.
b. Moh. Yamin, bahwa sejarah adalah suatu ilmu
pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan

8
beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan
kenyataan.
c. Sejarah menurut Moh. Ali, adalah sebagai berikut :
 Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa
dalam kenyataan di sekitar kita.
 Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau
peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
 Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan,
kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar
kita.
d. J.V. Bryce, merumuskan sejarah adalah catatan dari apa
yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh
manusia.
e. W.H. Walsh, mendefinisikan sejarah itu menitikberatkan
pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi
manusia. Catatan tersebut meliputi tindakan dan
pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang
penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
f. Patrick Gardiner, sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa
yang telah diperbuat oleh manusia.

B. Ruang Lingkup Sejarah

Menurut pengertiannya, sejarah sendiri memiliki sedikitnya


3 (tiga) makna, yakni ;
 Sejarah sebagai peristiwa ;
 Sejarah sebagai kisah ; dan
 Sejarah sebagai ilmu ;

9
Sejarah sebagai peristiwa atau kejadian sama artinya
dengan geschichte dalam bahasa Jerman atau res gestae dalam
bahasa Latin yang memiliki makna hal-hal yang telah terjadi.
Sejarah sebagai peristiwa memiliki sifat atau ciri-ciri einmalig..
Einmalig memiliki arti sekali terjadi. Setiap peristiwa hanya
terjadi sekali dan tak akan pernah terulang kembali. Dengan
demikian setiap peristiwa sejarah senantiasa bersifat khusus.
Sejarah sebagai sebuah peristiwa sejarah memiliki objektifitas
yang tinggi sesuai kondisi terjadinya baik waktu, tempat
maupun pelaku. Collingwood menyebutnya sebagai rerum
gestarum (kisah dari peristiwa yang telah terjadi). Sejarah
sebagai peristiwa, memiliki ciri :

a. Abadi, artinya peristiwa sejarah yang sudah terjadi tidak


berubah ataupun diubah.
b. Unik, artinya setiap peristiwa sejarah hanya terjadi satu
kali, meskipun diulang/berulang, peristiwa tersebut tidak
sama.
c. Penting, artinya peristiwa sejarah yang terjadi akan
memiliki arti khusus bagi seseorang, kelompok bahkan
menentukan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejarah sebagai kisah (histoire-recite), adalah bersifat


subjektif atau dapat diartikan sebagai bentuk rekonstruksi oleh
pemikiran manusia berdasarkan fakta atau temuan dan
penafsiran terhadap sebuah peristiwa sejarah. Sifat subjektif
tersebut terjadi karena kemampuan atau interpretasi seseorang

10
penulis atau penutur peristiwa berbeda-beda. Sejarah sebagai
kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori,
kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa
yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah dapat
diulang, ditulis oleh siapa saja dan kapan saja.
Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu
peristiwa yang dituliskan untuk kemudian diceritakan oleh
seseorang. Sejarah sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan
atau tulisan. Bentuk lisan, contoh penuturan secara lisan baik
yang dilakukan oleh seorang maupun kelompok tentang
peristiwa yang telah terjadi. Bentuk tulisan, dapat berupa kisah
yang ditulis dalam buku-buku sejarah, novel sejarah atau jurnal
sejarah, selain itu sejarah sebagai kisah dapat juga berbentuk
film.
Sejarah sebagai ilmu lebih menunjuk suatu pengertian
yang mengarah kepada konsep ilmu. Menurut Plato historein
atau historia berarti penyelidikan atau pengetahuan. Sedangkan
Aristoteles mengartikan historia untuk memberikan judul salah
satu bukunya dalam arti kumpulan bahan-bahan tentang
sesuatu menurut tema-tema tertentu. Ini untuk membedakan
dengan uraian yang memberikan penjelasan sejarah secara
sistematik. Filsuf Inggris, Francis Bacon, mengartikan historia
ialah sebagai pengetahuan atau ilmu yang bersifat individual,
untuk membedakan dengan philosophia (filsafat) yang berbicara
mengenai hal-hal yang bersifat umum. Francis Bacon
membedakan antara historianaturalis (sejarah alam) yang
mempelajari data-data alamiah (tumbuh-tumbuhan dan

11
binatang) dengan historisacivilis (sejarah masyarakat) yang
berbicara mengenai masyarakat dan Negara.
Sejarah merupakan bidang ilmu yang mempelajari kejadian
masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah memiliki
seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk
meneliti, menganalisa dan menjelaskan masa lampau kejadian
manusia. Setiap sejarawan harus menulis sesuai dengan yang
sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif.
Sejarah melihat manusia mempunyai tempat dan waktu serta
kejadian tertentu. Ismaun menyatakan bahwa sejarah sebagai
ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (a body of knowledge)
tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat
manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan
berdasarkan prosedur dan metode serta teknik ilmiah. Sejarah
sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan
mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan
cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin cabang
pengetahuan tentang masa lalu yang berusaha menuturkan dan
mewariskan pengetahuan mengenai masa lalu suatu masyarakat
tertentu. (Ismaun; 2004), membagi sejarah sebagai ilmu meliputi:
a. Metode khusus sejarawan untuk merekonstruksi secara
kritis, analitis dan imajinatif peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa yang lampau berdasarkan bukti-bukti
peninggalan, data, tulisan, dan rekaman.
b. Pernyataan, pendapat dan pandangan sejarawan yang
diungkapkan berdasarkan dokumen, text-book atau kisah-
kisah tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada waktu
yang lalu.

12
Sejarah sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan metode.
Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap berupaya
menjaga objektivitasnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya
menghilangkan subjektifitas. Kuntowijoyo menjelaskan ciri-ciri
atau karakteristik sejarah sebagai ilmu adalah sebagai berikut;

a. Bersifat Empiris; empiris berasal dari kata Yunani emperia


artinya pengalaman, percobaan, penemuan, pengamatan
yang dilakukan. Bersifat empiris sebab sejarah melakukan
kajian pada peristiwa yang sungguh terjadi di masa
lampau.
b. Memiliki Objek; objek sejarah yaitu perubahan atau
perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu
(masa lampau).
c. Memiliki Teori; teori merupakan pendapat yang
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu
peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan
tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Rekonstruksi
sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang
berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas,
dan subjektivitas.
d. Memiliki Metode; metode merupakan cara yang teratur dan
terpikir baik untuk mencapai suatu maksud dan tujuan.
Tujuan dalam ilmu sejarah adalah menjelaskan
perkembangan atau perubahan kehidupan masyarakat.
Metode dalam ilmu sejarah diperlukan untuk menjelaskan
perkembangan atau perubahan secara benar.

13
e. Mempunyai Generalisasi; Studi dari suatu ilmu selalu ditarik
suatu kesimpulan atau kesimpulan tersebut menjadi
kesimpulan umum atau generalisasi.

1. Generalisasi Sejarah
Pengertian generalisasi (generalis:umum) sebuah upaya
penyimpulan dari sebuah penelitian/penulisan yang khusus
ke umum (kesimpulan umum). Bersifat hipotesis deskriptif
atau dugaan/jawaban sementara. Penulisan yang tidak
memakai generalisasi, maka tulisan tersebut akan sulit
menguraikan berbagai perbedaan antara hutan belantara,
hutan produktif, hutan lindung, dan pepohonan. Generalisasi
diperlukan mengingat memiliki dua tujuan, yaitu:

a. Saintifikasi
Pada umumnya sebuah uraian penulisan akan
diakhiri dengan kesimpuan umum dengan tujuan untuk
mencari ke ajekan sebagai pijakan membuat generalisasi.
Jadi generalisasi dalam ilmu sejarah dikenal pula sebagai
teori ilmu sejarah; dan antropologi (evolusi). Banyak orang
mengatakan bahwa sejarah memiliki teori sejarah.
Pernyataan ini mengarah kepada pengertian bahwa
sejarah memiliki generalisasi.
Generalisasi dalam sejarah seringkali untuk
mengecek teori yang lebih luas. Misalnya banyak
penelitian yang mengatakan bahwa sebuah revolusi akan
terjadi jika terjadi konflik antara kaum petani/buruh
berhadap-hadapan dengan kaum bangsawan/pemilik

14
modal (Marxisme). Jadi determinasinya adalah perjuangan
kelas. Banyak dalam penelitian sejarah yang menghasilkan
kesimpulan bahwa para petani/buruh yang tetap
menginginkan hubungan patron-client (lord—vassal) tetap
dilanggengkan. Selanjutnya bagaimana dengan revolusi di
Indonesia? Ternyata determinannya bukan perjualan
kelas, namun lebih kepada munculnya cita-cita
nasionalisme. Begitu pula dengan peristiwa
pemberontakan PKI 1965 yang mengalami kegagalan
tersebut. PKI salah memperkirakan bahwa determinisme
perjuangan kelas (faktor ekonomi) yang akan mampu
menggerakkan pemberontakan, ternyata penelitian sejarah
membuktikan lain yaitu seharusnya faktor budayalah yang
menjadi determinannya—lalai kurang digarap oleh PKI.
Faktor kedua adalah hirarki masyarakat Indonesia
sangatlah ketat dan tidak bersifat dikotomi.

b. Simplifikasi
Pengertian simplifikasi secara umum adalah
penyederhanaan. Ilmu sejarah memerlukan simplifikasi
untuk memudahkan sejarawan membuat analisis. Sebagai
contoh wilayah Madura dan Nusa Tenggara Timur sebagai
kedua wilayah yang sering mengalami kekeringan karena
kurangnya sumber mata air. Upaya simplifikasi ini akan
menstimulus sejarawan bekerja untuk segera mencari
data, melakukan kritik berbagai sumber yang
diketemukan, interpretasi, dan penulisan sebagai upaya
deskriptif-analitis dari kedua wilayah tersebut. Menurut

15
Kuntowijoyo terdapat beberapa macam generalisasi, antara
lain:

1. Generalisasi konseptual
2. Generalisasi personal
3. Generalisasi tematik
4. Generalisasi spatial
5. Generalisasi periodik
6. Generalisasi sosial
7. Generalisasi kausal
8. Generalisasi kultural
9. Generalisasi sistemik
10. Generalisasi struktural

C. Perkembangan Ilmu Sejarah

Tulisan-tulisan sejarah di Eropa, pertama kali muncul


dalam bentuk puisi, yaitu Homerus (Homer) dengan karyanya
Iliad dan Odysses. Syair Iliad menceritakan tentang perang
Yunani dengan Troya tahun 1200 SM. Sedangkan syair
Odysses setelah jatuhnya kota Troya. Penulis sejarah Yunani
yang terkenal adalah Herodotus (198-117 SM), Thucydides (456-
396 SM), dan Polybius (198-117 SM). Herodotus menulis
karyanya yang berjudul History of the Persian Wars (Sejarah
Perang-perang Persia 500-479 SM), Herodotus melihat perang ini
sebagai bentrokan antar dua peradaban yang berbeda, yaitu
Yunani dan Persia. Meskipun Herodotus menganggap bahwa
Persia sebagai bangsa “barbar” yang dibencinya, namun

16
Herodotus mencoba bersikap objektif untuk menghargai bangsa
Persia. Herodotus disamping berusaha keras untuk melakukan
inkuiri secara kritis dan memberi penjelasan yang naturalistik
serta tidak banyak menunjukkan adanya “campur tangan” para
dewa, sebagaimana penulis sebelumnya yaitu Homerus sehingga
Herodotus layak mendapatkan julukan sebagai “bapak sejarah”
bahkan sebagai “bapak antropologi”.
Thucydides menulis tentang The Peloponnesian War (Perang
Peloponesia, 431-404 SM), kisah yang merupakan perang
saudara antara dua polis yaitu Athena dan Sparta. Tulisan
tersebut bertahan lama bahkan menjadi standar yang diikuti
dalam penulisan sejarah lama. Thucydides dianggap sebagai
sejarawan dalam arti yang sebenarnya karena ia mencoba
mencari sebab dari peristiwa-peristiwa sejarah. Polybius lebih
dikenal sebagai yang mengkaji tentang perpindahan kekuasaan
dari tangan Yunani ke Romawi. Selain itu Polybius dikenal
karena mengembangkan metode kritis dalam penulisan sejarah.
Seperti halnya Thucydides, Polybius pun melihat sejarah itu
pragmatis, “sejarah adalah filsafat yang mengajar melalui
contoh” atau philosophy teaching by example
Beberapa penulis sejarah Romawi adalah Julius Caesar
(100-44 SM), seorang jenderal yang menulis Commentaries on
Gallic Wars, mengisahkan tentang suku Gallia. Sallstius (86-34
SM) terkenal dengan monografinya berjudul History of Rome,
Conspiracy of Catilinr, dan Jugurthine War. Livius (59 SM – 17 M),
sedangkan Tacitus (55-120), menulis tentang Annals Histories
dan Germania. Kemudian pada zaman kristen awal, seperti pada
tulisan Agustine (354-430) The City of God adalah filsafat sejarah

17
kristen yang bertumpu pada ajaran agama dan
supernaturalisme. Africanus (180-250 M) dengan karyanya
Chronoghrapia yang mengisahkan tentang penciptaan yang
mengambil dari Yahudi, Yunani, dan Romawi. Eusebius (260-
340M) menulis Chronicle dan Chruch History yang mengisahkan
antara kelompok sacred yaitu Yahudi, kristen dan Profane
melawan pagan atau kafir. Kemudian Orosius (380-420M),
dengan karyanya Seven Books Against the Pagans, merupakan
pembelaan atas peradaban kristen yang dituduh menyebabkan
runtuhnya Romawi. Menurutnya, runtuhnya Romawi sudah
kehendak Tuhan, sedangkan pada zaman Kristen Pertengahan,
terdapat beberapa nama, seperti Marcus Aurelius Casiodorus
(480-570), Procopius (500-565), Gregory atau Bishop Tours (538-
594), dan Venerable Bede (672-735). Pada zaman Rasionalisme
dan Pencerahan, sejarawan Rene Descartes (1596-1650) dari
Prancis, Francis Bacon (1561-1626) dari Inggris dan Baruch
Spinoza (1632-1677) dari Belanda, banyak memengaruhi
historiografi abad ke-18.

D. Kegunaan Sejarah

Menurut (Kuntowijoyo, 2013) kegunaan mempelajari


sejarah ada 2 yaitu :
a. Kegunaan intrinsik, bahwa dengan mempelajari sejarah kita
menjadi mengerti kejadian masa lalu. Ilmu sejarah sangat
dibutuhkan dalam upaya menjelaskan berbagai hal yang
terjadi dalam kehidupan manusia dimasa lalu. Ilmu
sejarah juga membantu memahami berbagai peristiwa

18
penting yang mempengaruhi perubahan peradaban
manusia sepanjang masa.
b. Kegunaan ekstrinsik, bahwa ilmu sejarah dapat memberi
sumbangan bagi berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan,
perubahan dan lain–lain.

Menurut (Nugroho ; 2008) kegunaan sejarah antara lain :


a. Guna rekreatif, dengan membaca sejarah atau mempelajari
sejarah dapat membawa berkelana menembus dimensi
ruang dan waktu tanpa beranjak dari tempat.
b. Guna Inspiratif, guna inspiratif berarti sejarah bermanfaat
memberi ilham (inspirasi/ide). Tindakan–tindakan
kepahlawanan dan peristiwa–peristiwa sejarah gemilang di
masa lampau dapat mengilhami kita supaya dapat
menciptakan peristiwa besar pula.
c. Guna Instruktif, guna instruktif bermaksud memberikan
pelajaran mengenai keterampilan atau pengetahuan.
d. Guna edukatif, guna edukatif bermaksud memberi
pendidikan kepada manusia itu sendiri dengan mempelajari
sejarah dapat memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi
yang mempelajarinya (history make man wise).

E. Hubungan Sejarah dan Kekuatan-kekuatan bagi Ilmu-ilmu


Sosial

Sejarah dan ilmu sosial memiliki hubungan yang timbal


balik. Sejarah dan ilmu sosial mempunyai ikatan yang tidak

19
terpisahkan. Seperti yang telah dijelaskan, sejarah pada
dasarnya ialah ilmu diakronik, yaitu memanjang dalam waktu
dan menyempit dalam ruang, sedangkan ilmu sosial adalah ilmu
yang sinkronik, yaitu menyempit dalam waktu dan melebar
dalam ruang. Sehingga ketika sejarah dan ilmu sosial
bersentuhan, maka sejarah akan menjadi ilmu yang diakronis
sekaligus sinkronis, yaitu melebar dalam waktu, melebar pula
dalam ruang. Dengan demikian, sejarah dapat menjadi ilmu
yang mampu menyangkup segalanya.
Di Indonesia penganjur perspektif multi dimensional antara
ilmu sejarah dan ilmu sosial adalah Sartono Kartodirjo dengan
disertasinya pemberontakan Petani Banten 1888. Studi ini
menunjukkan kedekatan sejarah dan ilmu sosial. Berikut adalah
hubungan antara sejarah dengan beberapa ilmu- ilmu sosial :

a. Hubungan Sejarah dengan Sosiologi, gejala sosial sangatlah


wajar dan relevan untuk dipelajari dengan pendekatan
sosiologis. Misalnya saja perubahan sosial. Perubahan
sosial merupakan tema yang cukup luas cakupannya.
Perubahan sosial secara intern juga mencakup transformasi
struktur pada sistem produksi, sistem sosial, dan politik.
Analitis histories yang memakai perspektif struktural hanya
bisa dijelaskan dengan pertolongan ilmu sosial pada
umumnya dan sosiologi pada khususnya. Selain itu sejarah
analitis dan sejarah struktural hanya dapat dikaji dengan
menggunakan pendekatan sosiologis pada khususnya dan
ilmu sosial pada umumnya. Pendekatan dengan ilmu sosial
lain memunculkan kajian ilmu, antara lain, sejarah politik

20
gaya baru, sejarah sosial, sejarah sosiologi, sosiologi
sejarah, dan sejarah agraris.
b. Hubungan Sejarah dengan Antropologi, hubungan antara
sejarah dan antropologi dilihat karena keduanya
mempunyai persamaan, yaitu menempatkan manusia
sebagai subyek dan obyek dalam kajiannya. Sejarah
membatasi pada penggambaran suatu peristiwa sebagai
proses di masa lampau dalam bentuk cerita einmalig (sekali
terjadi) sedangkan dalam studi antropologi diperlukan pula
penjelasan tentang struktur sosial berupa lembaga-
lembaga, pranata, dan sistem-sistem sosial.
c. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Politik, Sejarah adalah
identik dengan politik, sejauh keduanya menunjukkan
proses yang mencakup keterlibatan para pelaku dalam
interaksinya serta peranannya dalam usahanya
memperoleh apa, siapa, kapan, dan bagaimana. Pengaruh
politik dan ilmu-ilmu sosial sangat besar dalam penulisan
sejarah.
d. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Ekonomi, mulai abad 20
sejarah ekonomi dalam berbagai aspeknya semakin
menonjol, apalagi setelah proses modernisasi, dimana
hampir setiap bangsa di dunia lebih memfokuskan pada
pembangunan ekonomi. Terutama proses industrualisasi
beserta transformasi sosialnya menuntut kajian ekonomi
dari sistem agraris menuju ke sistem industrial. Kebutuhan
akan jaringan transportasi, lalu lintas perdagangan, dan
bahan mentah menyebabkan munculnya sistem ekonomi
global. Sistem ini mempunyai pengaruh yang luas dan

21
mendalam, tidak hanya di bidang ekonomi melainkan juga
bidang politik. Hal tersebut merupakan cerminan
kapitalistik. Kompleksitas sistem ekonomi membutuhkan
pendekatan-pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi, ilmu politik serta sejarah. Dalam
perkembangannya sejarah dengan ilmu ekonomi mengalami
pula differensiasi dan subspesialisasi seperti sejarah
pertanian atau sejarah kota.
e. Hubungan Sejarah dengan Geografi, setiap peristiwa
sejarah senantiasa memiliki lingkup temporal dan spasial
(waktu dan ruang). Kedua-duanya merupakan faktor yang
membatasi peristiwa sejarah. Pertanyaan tentang dimana
sesuatu terjadi, menunjukkan kepada dimensi geografis.
Herodotus menyatakan sejarah dan geografi sudah
demikian terkait, ibarat terkaitnya pelaku, waktu dan ruang
secara terpadu sehingga dapat dikatakan secara kiasan
bahwa suatu daerah atau tempat mempunyai karakteristik
atau ciri khas karena bekas-bekas peristiwa sejarah yang
terjadi di tempat tersebut. Peta sebagai produk dari geografi
menunjukkan keterkaitan ilmu sejarah dengan geografi
dengan menampilkan letak sebuah negara kebudayaan
serta seni bangunan. Proses integrasi kerajaan-kerajaan di
nusantara merupakan bukti nyata hubungan geografi
dengan ilmu sejarah, dan yang membentuk sebagai bangsa
adalah sejarah.

Jadi kegunaan ilmu-ilmu sosial bagi sejarah dapat


dikelompokkan kepada empat macam, diantaranya: konsep

22
(conseptus; gagasan/ide), teori (kaidah yang mendasari suatu
gejala yang sudah melalui verifikasi), permasalahan
(perumusan masalah topik-topik penelitian), dan pendekatan
(aspek diakronis yang melibatkan pula aspek sinkronis) .

Di sisi lain ilmu sejarah memiliki berbagai kekuatan yang


memberikan sumbangsih bagi ilmu-ilmu sosial lainnya.
Sebagaimana kita mengetahui berbagai peristiwa politik,
ekonomi, sosial, budaya, ideologi, dan keagamaan yang sering
terjadi dalam masyarakat kita. Namun kita kurang mengetahui
faktor penyebab yang paling menentukan (determinan), kenapa
peristiwa tersebut dapat terjadi? Untuk dapat menjelaskan
secara rinci dan komprehensif, maka penelitian ilmu sejarah
mutlak diperlukan untuk menjawab semua persoalan secara
struktural. Hipotesa akan diketemukan berbagai penyebab
struktural dan kontekstual dari sebuah peristiwa yang
menurut kejadian menampakkan fenomena politik, ekonomi,
sosial, budaya, ideologi, dan keagamaan. Pendapat yang
mengemukakan bahwa faktornya berdasarkan ilmu-ilmu sosial
ini sesungguhnya sebuah pendekatan yang bersifat parsial dan
artificial (tidak komprehensif dan permukaan). Di sinilah
pendekatan/penelitian kesejarahan mutlak dapat membantu
pemecahan persoalan yang bersifat holistik dari berbagai
peristiwa dalam ilmu-ilmu sosial lainnya. Mencari faktor
penyebab terjadinya peristiwa yang lebih mendalam adalah
kekuatan penelitian ilmu sejarah.
Menurut Carl G. Gustavson sebagaimana yang dikutip oleh
Kuntowijoyo terindentifikasi bahwa kekuatan-kekuatan

23
sejarah melingkupi enam macam, diantaranya: 1. Ekonomi; 2.
Agama; 3. Institusi (terutama politik); 4. Teknologi; 5. Ideologi;
dan 6. Militer.

F. Kausalitas dan Periodisasi Sejarah

Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat, dengan


sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan
perantaraan ilmu. Kausalitas dibangun oleh hubungan antara
suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau
dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai
konsekuensi dari yang pertama. Kausalitas merupakan asumsi
dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang
eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata.
Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang
hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk
menguji hipotesis tersebut.
Leopold Von Ranke mengeluarkan dictum bahwa
hendaknya penulis Sejarah Menulis sebagaimana yang terjadi
yang sebenarnya. Penulis Sejarah harus tunduk kepada fakta,
penulis sejarah harus punya integritas, dan penulis sejarah
harus objektif (tidak boleh memihak). Dictum merupakan suatu
bentuk penegasan kepada sejarawan, dimana pada abad ke-19
ketika pengaruh filsafat positivisme sangat dominan. Dalam
kausalitas sejarawan harus menganalisis dua hal, yaitu kasus
(peristiwa) dan perubahan. Keduanya berbeda dalam akibat
yang ditimbulkan kasus bersifat proses tanpa perubahan,
sedangkan dalam perubahan terjadi perubahan kausalitas, yaitu

24
perubahan struktural dan perubahan sistem. Dalam studi kasus
kita menemukan adanya kasus tunggal yang kompleks. Kasus
tunggal disebut sederhana bila penulis sejarah menemukan
bahwa penyebabnya hanya satu (monokausal), sedangkan kasus
tunggal disebut kompleks kalau penyebabnya banyak
(multikausal).
Periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang
digunakan untuk membatasi berbagai peristiwa. Setiap peristiwa
diklasifikasikan sesuai bentuk dan jenis peristiwa. Peristiwa
yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis
berdasarkan urutan waktu kejadiannya. Hal tersebut merupakan
periodisasi dalam sejarah. Rentang waktu atau masa sejak
manusia ada hingga sekarang merupakan rentang yang sangat
panjang, sehingga sering mengalami kesulitan untuk memahami
dan membahas masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan
manusia.
Para ahli menyusun periodisasi sejarah. Periodisasi
digunakan untuk mempermudah pemahaman sejarah. Dalam
sejarah Indonesia, periodisasi dibagi dua, yaitu Zaman Pra
Aksara dan Zaman Sejarah :

a. Zaman Pra Aksara, yaitu zaman sebelum manusia


mengenal tulisan. Sejarah dapat dipelajari berdasarkan
peninggalan benda-benda purbakala berupa artefak, fitur,
ekofak, dan situs. Artefak adalah semua benda yang jelas
memperlihatkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya
sebagai pengubahan sumber alam oleh tangan manusia.
Fitur adalah artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa

25
merusak tempatnya. Ekofak adalah benda dari unsur
lingkungan abiotik atau biotik. Situs adalah bidang tanah
yang mengandung peninggalan purbakala.
b. Zaman Sejarah, yaitu zaman di mana manusia sudah
mengenal tulisan. Zaman Sejarah dibagi tiga sebagai
berikut:
 Zaman Kuno, yang membicarakan sejak kerajaan tertua
sampai abad ke-14. Pada zaman ini, berkembang
kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu
dan Buddha.
 Zaman Indonesia Baru, mulai abad ke-15 yang
membicarakan masa berkembangnya budaya Islam
sampai abad ke-18.
 Zaman Indonesia Modern, sejak masa pemerintahan
Hindia Belanda (1800), pergerakan kemerdekaan
Indonesia merdeka sampai sekarang atau masa
kontemporer.

Konsep periodisasi dari (Soekanto dalam wardaya;2009),


periodisasi hendaknya berdasarkan ketatanegaraan artinya
bersifat politik. Pembagian atas babakan masa (periodisasi) yang
berdasarkan kenyataan-kenyataan sedapat mungkin harus
eksak serta praktis. Menurutnya, periodisasi sejarah Indonesia
diusulkan secara kronologis sebagai berikut:

a. Masa pangkal sejarah (...-0)


b. Masa Kutai-Tarumanegara (0-600)
c. Masa Sriwijaya-Medang-Singosari (600-1300)

26
d. Masa Majapahit (1300-1500)
e. Masa Kerajaan Islam (1500-1600)
f. Masa Aceh, Mataram, Makassar (1600-1700)
g. Masa pemerintah asing (1700-1945)
 Zaman Kompeni (1800-1808)
 Zaman Daendels (1808-1811)
 Zaman British Government (1811-1816)
 Zaman Nederlands–India (1816-1942)
 Zaman Nippon (1942-1945)
 Masa Republik Indonesia (1945–sekarang)

Periodisasi menurut (Sartono Kartodirdjo;1975), adalah


derajat integrasi yang tercapai di Indonesia pada masa lampau.
Menurut pemikirannya, faktor ekonomi sangat memengaruhi
perkembangan sosial, politik, dan kultur di Indonesia. Faktor
ekonomi mempengaruhi kontak Indonesia dengan luar negeri
yang mendatangkan pengaruh kebudayaan luar, baik budaya
Hindu dari India, budaya Islam dari Asia Barat, serta budaya
barat baik dari Eropa atau negara-negara lainnya. Maka ada
kemungkinan untuk membedakan dua periode besar, yaitu
pengaruh Hindu dan pengaruh Islam. Sebutan dari periode itu
memakai nama kerajaan sebab sifat masyarakat pada waktu itu
masih homogen dan berpusat pada raja (istana sentris).
Periodisasi menurut Sartono adalah sebagai berikut :

a. Pra sejarah
b. Zaman Kuno
 Masa kerajaan–kerajaan tertua

27
 Masa Sriwijaya (dari abad VII-XIII atau XIV).
 Masa Majapahit (dari abad XIV-XV).
c. Zaman Baru
 Masa Aceh, Mataram, Makassar/Ternate/Tidore (sejak
abad XVI).
 Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad
XIX).
 Masa pergerakan nasional (abad XX).
d. Masa Republik Indonesia (sejak tahun 1945).

Untuk mengetahui kronologi sejarah Indonesia, perlu


diketahui perkembangan kehidupan dan budaya masa lampau
sampai Indonesia di masa sekarang. Pada masa pra aksara
Indonesia, kehidupan masyarakatnya masih sederhana. Hal ini
dapat kita ketahui dari peninggalan alat-alat kehidupannya yang
terbuat dari batu dan dengan disebut zaman batu, melalui
benda-benda budaya yang ditinggalkannya. Berdasarkan bahan
dasarnya, perkembangan budaya terbagi dua:

a. Zaman batu, dibedakan menjadi zaman batu tua, batu


tengah, batu baru dan batu besar.
b. Zaman logam, dibedakan menjadi zaman tembaga, zaman
perunggu, dan zaman besi. Di Indonesia, zaman logam
dimulai sejak ditemukannya alat-alat dari perunggu.

28
BAB III
PENUTUP

A. Rangkuman

Pengertian sejarah dari berbagai ahli menyadarkan kepada


kita bahwa sejarah bukanlah semata-mata hanya sekedar cerita
masa lalu tanpa makna. Dengan sejarah kita bisa menjadi lebih
bijaksana karena mengetahui kondisi masa lampau. Sejarah dapat
dijadikan sebagai peristiwa, sebagai kisah atau cerita dan sejarah
bisa sebagai ilmu.
Sejarah sebagai peristiwa atau kejadian sama artinya dengan
geschichte dalam bahasa Jerman atau res gestae dalam bahasa
Latin yang memiliki makna hal-hal yang telah terjadi. Sejarah
sebagai peristiwa memiliki sifat atau ciri-ciri einmalig. Einmalig
memiliki arti sekali terjadi. Setiap peristiwa hanya terjadi sekali
dan tak akan pernah terulang kembali. Dengan demikian setiap
peristiwa sejarah senantiasa bersifat khusus.
Sejarah sebagai kisah (histoire-recite), adalah bersifat
subjektif atau dapat diartikan sebagai bentuk rekonstruksi oleh
pemikiran manusia berdasarkan fakta atau temuan dan
penafsiran terhadap sebuah peristiwa sejarah. Sifat subjektif
tersebut terjadi karena kemampuan atau interpretasi seseorang
penulis atau penutur peristiwa berbeda-beda.
Sejarah sebagai ilmu lebih menunjuk suatu pengertian yang
mengarah kepada konsep ilmu. Sebagai ilmu, sejarah memiliki
seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk meneliti,
menganalisa dan menjelaskan masa lampau kejadian manusia.

29
Setiap penulis sejarah harus menulis sesuai dengan yang
sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif.
Ilmu sejarah telah ada sejak lama di Eropa. Dimulai dengan
tulisan yang berisi puisi kemudian berkembang menjadi syair yang
menceritakan tentang perang, yang dibumbui hal-hal mistik
(dewa-dewa) dalam penyajiannya. Sejarah dikatakan menemukan
konsep sejarah pada saat Herodotus menulis cerita sejarah dan
dalam tulisannya sudah melakukan kritis dan lebih obyektif
karena mencoba lepas dari jeratan mistik.
Tulisan sejarah tidak dapat berdiri sendiri, diperlukan ilmu
bantu seperti ilmu sosial. Hubungan ilmu sejarah dengan
sosiologi, antropologi, politik sangat membantu memberikan
interpretasi yang obyektif. Memahami budaya suatu masyarakat
dibutuhkan ilmu budaya, memahami struktur masyarakat
disuatu daerah dibutuhkan ilmu sosiologi dan antropologi.
Penguasaan akan hubungan sejarah dengan ilmu sosial
memberikan warna tersendiri dalam penulisan sejarah.
Seperti telah disampaikan diawal, historigrafi mengalami
perubahan sesuai zamannya. Saat Indonesia dikuasai oleh
kerajaan, penulisan sejarah diarahkan kepada kehebatan raja
atau putra raja serta keluarga istana. Hal ini dilakukan agar raja
dan keluarga raja makin memperoleh legitimasi atas
kekuasaannya. Sementara saat Indonesia dikuasai oleh
penjajah, peran pemerintah penguasalah yang lebih menonjol,
sedangkan bangsa Indonesia yang melakukan perlawanan dalam
tulisan sejarah dikatakan sebagai pemberontak. Sehingga
penguasa colonial (penjajah) yang diberi kekuasaan oleh
pemerintah induk mendapatkan penilaian yang baik. Demikian

30
pula saat Indonesia memasuki orde lama, orde baru serta orde
reformasi, sejarah ditulis oleh sebagian sejarawan untuk
menonjolkan sisi baik pemerintah.

B. Pertanyaan

1. Jelaskan pengertian dan ruang lingkup sejarah menurut

ahli?
2. Deskripsikan secara singkat perkembangan ilmu sejarah ?

3. Jelaskan teori sejarah menurut 2 ahli, dan bandingkan

menurut saudara
4. Jelaskan metode sejarah ?

5. Jelaskan hubungan sejarah dengan ilmu sosial?

6. Jelaskan kausalitas dan periodisasi sejarah?

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Abdurachman Surjomihardjo (1985). Ilmu


Sejarah dan Historiografi. Jakarta: Gramedia
Burke, Peter (2001) Sejarah dan Teori Sosial, Alih Bahasa
Mestika Zed &
Zulfami, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Burke, Peter (2000) “Sejarah” dalam Kuper, Adam & Kuper (ed),
Jesica, (ed)
(2000) Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Diterjemahkan Oleh
Haris Munandar
Gottschalk, L. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan
Penerbit Universitas Indonesia.
Helius Syamsuddin dan Ismauan. Pengantar Ilmu Sejarah
(Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi, 1996).
Ismaun, (2005) Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana
Pendidikan, Bandung: Historia Utama Press.
Ismaun, (1993) Modul Ilmu Pengetahuan Sosial 9: Pengantar Ilmu
Sejarah,
Universitas Terbuka: Jakarta.
Kuntowijoyo (1993). Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara
Wacana
Kuntowijoyo, Pengatar Ilmu Sejarah, 2013, Yogyakarta, Tiara
Wacana.
Kartodirdjo,Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah,1992,
Jakarta: Gramedia Pustaka.

32
Sartono Kartodirdjo (1992), Pendekatan Ilmu Sosial Dalam
Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Notosusanto, Nugroho. 2008, Mengerti Sejarah. Jakarta: UI
Press.
Garraghan, Gilbert J. (1975), A Guide to Historical Method. East
Fordham Road, New York: Fordham University Press
Gottschalk, L. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan
Penerbit Universitas Indonesia.
Helius Syamsuddin dan Ismauan. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah,
Jakarta:
Ismaun, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana
Pendidikan, 2004, Bandung
Kuntowijoyo, Pengatar Ilmu Sejarah, 2013, Yogyakarta, Tiara
Wacana.
William H. Frederick dan Soeri Soeroto. 2005. Pemahaman
Sejarah Indonesia; Sebelum dan Sesudah Revolusi, Jakarta:
Pustaka LP3ES,.

33

Anda mungkin juga menyukai