Makalah
Oleh:
SADDRIANA
NIM:80100220088
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
Kesimpulan.................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
masa lalu. Masa lalu yang pantas dikenang, baik itu yang menyenangkan maupun
yang membuat manusia sedih. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan
seterusnya telah dilewati manusia dan menjadi bagian dari catatan kehidupannya.
Catatan kehidupan masa lalu inilah yang sering disebut sebagai sejarah.
dengan konteks arti dan maknanya yang beragam, namun menyimpan berbagai
Sejarah adalah suatu kajian ilmu pengetahuan yang sudah tua usianya.
dalam peradaban dunia. Sejarah merupakan kata yang diadopsi dari bahasa Arab
‘’syajaratun’’ yang artinya pohon. Kata sejarah juga seirama dengan kisah,
silsilah, hikayat, tarikh yang sama-sama berasal dari bahasa Arab. Dalam dunia
barat, sejarah disebut histoire (Perancis), historie (Belanda), history (Inggris) yang
berasal dari asal kata istoria (Yunani) yang berarti ilmu.2 Pengertian sejarah
adalah catatan berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (even in the
past) atau dalam pengertian lain, sejarah adalah kisah-kisah dan peristiwa yang
1
Yuda B. Tangkilisan, ‘’Asal Muasal, Ruang Lingkup, Makna dan Perkembangan
Sejarah’’, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol.1 No.1, Maret 2014, h. 94.
2
Louis Gottscalk, Understending History: A Primer Of Historical Method, dalam
Nugroho Notususanto, Mengerti Sejarah (Jakarta: (Jakarta: UI Press, 1986), h. 27
3
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2004), h. 1
1
2
kejadian), riwayat yang telah berlalu, pengetahuan tentang masa lalu, dan ilmu.
lampau), kisah (tentang peristiwa) dan juga ditambah sejarah sebagai ilmu.4
cukup pesat, sehingga kini sejarah dapat dijadikan sebuah ilmu terbukti dengan
historiografi yakni menyajikan hasil yang diperoleh dalam bentuk kisah sejarah.5
Sebagai ilmu, sejarah terikat pada prosedur kajian ilmiah yang kemudian
data-data yang telah teruji kebenarannya melalui uji kritik sumber. Walaupun
tersebut, tetapi dalam penafsiran, sejarawan lebih condong menjadi subjektif dari
pada objektif. Untuk menjembatani masa lampau dan masa kini, seorang
sejarawan harus memiliki jiwa seni, bukan hanya berkaitan dengan pencarian
sumber alternatif, tetapi juga harus dibangun daya imajinasi sehingga membantu
4
Yuda B. Tangkilisan, ‘’Asal Muasal, Ruang Lingkup, Makna dan Perkembangan
Sejarah’’, h. 94.
5
Louis Gottscalk, Understending History: A Primer Of Historical Method, dalam
Nugroho Notususanto, Mengerti Sejarah (Jakarta: (Jakarta: UI Press, 1986), h. 27
6
Ahmad Maksum, ‘’Interpretasi Sejarah Sebagai Peristiwa dan Masalah Pendidikan’’ Ar-
Turats, Vol. 9 No.2 Desember 2015, h. 6 http://journaliainpontianak.or.id/indels.php/atturats
/article/dwonload/312/264 (Diakses 31 Maret 2021).
3
mengungkapkan realitas masa lampau saja tetapi perlu adanya nila-nilai estetik
penyajian karya sejarah, sejarawan hanya berfokus pada penyajian data yang
Dalam kajian ini, sejarah dikatakan sebagai ilmu dan seni. Pada makalah
ini, pemateri mengkaji sejarah sebagai ilmu dan seni, baik dari segi pengertian,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini membahas mengenai apa saja yang akan dicapai dari
penulisan ini, dan biasanya hal yang dicapai tersebut adalah dari rumusan
PEMBAHASAN
sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai seni serta sejarah
negara atau daerah. Banyak negara atau daerah yang besar dikarenakan suatu
berkembang salah satunya sejarah, dimana sejarah sebagai ilmu yang dibahas dan
ilmiah. Seperti yang dikemukakan oleh K. Person, bahwa ‘’The field of science is
unlimmited, its materials is endless. The unity of science consist alone in its
method not in its materials’’ (Lapangan yang diteliti oleh ilmu tidak terbatas,
bahan-bahan yang diteliti adalah juga tidak ada habisnya. Kesatuan ilmu hanya
7
Abd Rahmad Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah,
(Yogyakarta: Ombak, 2011), h. 35
8
Ismaun, Ilmu Sejarah Dalam PIPS : Pengertian dan Konsep Sejarah, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), h. 21
4
5
knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat pada
masa lampau yang disusun secara sistematis dan menggunakan metode yang
didasarkan atas asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui
Menurut C.E. Berry, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tidak lebih
dan tidak kurang. Adapun menurut York Powell, sejarah bukan hanya sekedar
suatu cerita indah, instruktif, dan mengasyikkan tetapi juga sebagai ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu sejarah harus dibuktikan secara keilmuan dengan
metode-metode dan berbagai standar ilmiah yang telah diuji sehingga dapat
dipercaya sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai ilmu sebab
yang bersifat objektif.10 Sejarah harus menulis apa-apa yang sesungguhnya terjadi
mempunyai tempat dan waktu tertentu serta terlibat dalam kejadian tertentu,
yaitu:
kebenarannya
9
Ismaun, Ilmu Sejarah Dalam PIPS : Pengertian dan Konsep Sejarah, h. 21.
10
Wardaya, Cakrawala Sejarah Untuk SMA/Ma Kelas X, (Jakarta: PT. Widya Duta
Grafika, 2009), h. 5
11
Ersis Warmansyah Abbas, Memahami Sejarah (Sebuah Tanggung Jawab),
(Banjarmasin: Antra Ewa Book Companiy, 1996), h. 321
6
Sejarah sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu
adalah :
Sebagai ilmu, sejarah termasuk ilmu empiris. Kata empiris berasal dari
kata Yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sejarah sangat bergantung pada
menentukan fakta. Fakta itulah, yang diinterpretasi. Dari interpretasi atas fakta-
Jadi meskipun ada perbedaan dengan ilmu alam dan biologi, sejarah itu
sama dengan ilmu alam, dimana keduanya sama-sama berdasar pada hasil
percobaannya. Sejarah tidak dapat diulang kembali, sekali terjadi sudah lenyap
Perbedaan ilmu alam dan sejarah dilihat dari cara kerjanya, dimana ilmu
alam memiliki objek yang pasti sedangkan ilmu sejarah menjadikan bukti sebagai
objeknya. Ilmu alam yang mengamati benda-benda tentu saja akan berbeda
12
I.G. Widja, Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan,
(Semarang: Satya Wacana, 1988), h.1-2
13
Taufik Abdullah dan Abdurrahman Saryomiharjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi,
(Jakarta: Gramedia, 1985), h.122
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, ( Yogyakarta: Bentang Budaya, 1999), h. 46
7
Kata objek berasal dari bahasa latin objectus, yang berarti yang dihadapan,
sasaran dan tujuan’’. Sejarah sering dituduh sebagai sesuatu yang tidak jelas.
Objek sejarah adalah manusia, sehingga sejarah sering kali dimasukkan dalam
ilmu kemanusiaan.15 Akan tetapi, objek pada sejarah ialah manusia dan
masyarakat yang lebih menekankan pada sudut pandang waktu. Dimana ilmu
dikaji manusia dalam sejarah adalah waktu subjektif, waktu yang dirasakan dan
dialami manusia.
Kata teori berasal dari Yunani theoria yang berarti renungan. Sama halnya
dengan ilmu lain, sejarah juga memiliki teori pengetahuan. Teori biasanya berisi
suatu kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu, maka sejarah juga memberikan
dasar-dasar bagi kaidah ilmu sejarah. Sejarah memiliki teori mengenai kebenaran,
memiliki tradisi.
bahasa Latin generalis yang berarti ‘’umum’’. Sama dengan ilmu lain, sejarah
lain bersifat nomotetis, sedangkan sejarah itu pada dasarnya bersifat ideologis.
15
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. h. 47
8
kesimpulan ilmu pengetahuan lain yang kurang akurat. Banyak kejadian atau ilmu
yang belum mempunyai jawaban pasti, akan tetapi setelah menyangkut pautkan
adalah teknik atau alat penelitian yang dipergunakan untuk mengumpulkan data.
menafsirkan data dan mencari kesimpulan. Jadi dengan adanya metode yang
2) Kritik Sumber: pada tahap ini dimaksud sebagai pengujian informasi, yaitu
pidato, sidik jari, foto, pengamatan atau apapun yang dijadikan sebagai
bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi
juga pembaca.
berbunyi ‘’petani itu memberi pisang pada gerilyawan’’, kata ‘’petani’’ adalah
tanda (sign) yang menunjukkan petani konkret, yang sehari-hari dapat kita lihat di
sawah dengan baju dan celana hitam, cangkul dan topi lancip, yang sedang
berkeringat. Akan tetapi, kata ‘’petani’’ pada ‘’pemberontakan petani pada abad
ke-19 dipimpin oleh ulama’’ menunjuk pada petani pada umumnya, yakni petani
yang abstrak. Dengan kata lain, ‘’petani’’ pada ungkapan itu adalah konsep, suatu
waktu, tetapi dalam ruang yang sempit. Ketika sejarah bersentuhan dengan ilmu
sosial, sejarah sebagai ilmu juga sinkronis. Artinya, selain memanjang dalam
waktu, sejarah lalu melebar dalam ruang. Jadi dengan sumbangan ilmu, sejarah
16
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. h. 51
10
sekarang sejarah dapat juga berbicara tentang hubungan partai dengan sistem
status dan kelas yang diambil dari sosiologi. Juga sejarah politik dapat saja
kota.
ditulis. Misalnya tentang kriminalitas dan sistem sekolah. Sejarah kota adalah
contoh yang sangat jelas ihwal bagaimaana sejarah yang bersifat diakronis telah
sesuatu gerakan dan perubahan yang tampak dipermukaan tetapi juga mempelajari
sejarah’’, beliaulah yang telah menulis sejarah dalam bentuk cerita dan sejak saat
manusia.17
17
Dwi Susanto, Pengantar Ilmu Sejarah (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan
Ampel Surabaya), h. 10
11
yang baik dan menarik mengenai suatu kisah atau peristiwa yang terjadi di masa
a. Jika hanya mementingkan data-data, maka akan sangat kaku dalam berkisah
b. Jika terlalu mementingkan aspek seni maka akan menjadi kehilangan fakta
d. Seperti seni, sejarah juga membutuhkan intuisi imajinasi, emosi dan gaya
bahasa
atau ilham. Intuisi diartikan dalam hal ini sejarawan memerlukan insting dan
pemahaman langsung saat penelitian dilakukan. Kemudian dengan intuisi ini, cara
kerja sejarawan akan sama dengan seniman. Akan tetapi dalam hal penulisan
sejarah mereka harus tetap nyata berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.
12
membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi serta apa
yang akan terjadi. Namun kebenaran objektivitas dan faktual sejarah tetap menjadi
untuk mewariskan nilai-nilai tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta.
empati untuk dekat dengan objek penelitian. Dalam hal ini, seorang sejarawan
harus menghindari emosi yang berlebihan karena sejarah tetap berpegang pada
fakta..
perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa diperlukan sejarawan guna
menuliskan sebuah peristiwa. Gaya bahasa yang baik adalah yang dapat
18
G.J Reiner, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h.
54
19
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, ( Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, 1996) h. 98
13
menarik atau tidaknya cerita sejarah tergantung pada gaya penyampaiannya. Gaya
bahasa yang terbelit-belit dan tidak sistematis merupakan gaya bahasa yang jelek.
Oleh karena itu, sangat diperlukan keahlian dan kemampuan dalam menuliskan
detail sejarah.
sebuah ekspedisi. Naluri kita sebagai sejarawan akan menyuruh kita untuk
betul dan tidak ada kekurangan suatu apa. Namun, harus kita ingat bahwa pasukan
itu terdiri dari orang. Dengan melukiskan tentang watak orang-orang dalam
ekspedisi, dengan kata lain dengan biografi, kolektif, akan lengkaplah sejarah
kita.20
alur dalam tulisannya. Sekalipun alur dalam sastra berbeda dengan alur pada
sejarah, tetapi ada persamaannya. Alur dalam novel dapat dibagi dalam tiga tahap:
Contoh yang baik tentang kesadaran itu ialah buku Santono Kartodirjo,
Peasant Revolt of Banten in 1888. Buku itu dimulai dengan lukisan tentang
20
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. h. 55
14
peristiwa. Sedikit saja sejarawan yang sadar bahwa teknik itu adalah teknik sastra
21
Santo Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888, dalam Kuntowijoyo,
Pengantar Ilmu Sejarah (( Yogyakarta: Bentang Budaya, 1999), h.56
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
sejarah dengan segala aspek pada masa atau waktu tertentu dengan lebih
mendalam.
baik dan juga menarik mengenai suatu kisah atau peristiwa yang terjadi
pada masa lalu. Oleh karena itu seni dibutuhkan dalam penulisan karya
sejarah agar data-data yang disajikan tidak kaku dan membuat pembaca
berikut yaitu intiusi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa. Seni memiliki
15
16
BUKU
Ersis Warmansyah Abbas, Memahami Sejarah (Sebuah TanggungJawab),
Banjarmasin: Antra Ewa Book Companiy, 1996.
Louis Gottscalk, Understending History: A Primer Of Historical Method, dalam
Nugroho Notususanto, Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press, 1986.
Ismaun, Ilmu Sejarah Dalam PIPS : Pengertian dan Konsep Sejarah, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009.
Kartodirdjo, Santo. The Peasant’s Revolt of Banten in 1888, A Case Study of
Social Movements In Indonesia, 1966.
Madjid, Muhammad Saleh dan Abd Rahmad Hamid .Pengantar Ilmu Sejarah,
Yogyakarta: Ombak, 2011.
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2004.
Reiner, G.J. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1997.
Saryomiharjo, Abdurrahman dan Taufik Abdullah Ilmu Sejarah dan Historiografi,
Jakarta: Gramedia, 1985.
Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah, Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, 1996.
Susanto, Dwi. Pengantar Ilmu Sejarah, Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Sunan Ampel Surabaya
Tangkilisan, Yuda B. ‘’Asal Muasal, Ruang Lingkup, Makna dan Perkembangan
Sejarah’’, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol.1 No.1, Maret 2014
Wardaya, Cakrawala Sejarah Untuk SMA/Ma Kelas X, Jakarta: PT. Widya Duta
Grafika, 2009.
Widja,I.G . Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan,
Semarang: Satya Wacana, 1988
JURNAL
Maksum, Ahmad. ‘’Interpretasi Sejarah Sebagai Peristiwa dan Masalah
Pendidikan’’ Ar-Turats, Vol. 9 No.2 Desember 2015, h. 6
http://journaliainpontianak.or.i/indels.php/atturats/article/dwonload/312/26
4Diakses 31 Maret 2021
17