Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN METODOLOGI PENELITIAN


SEJARAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Historiografi
Dosen Pengampu : Muhammad Nandang Sunandar, M.A

Oleh:
Kelompok 3 SPI IV B
May Mauliawati 201350059
Ria Ayu Ningsih 201350061
Candela Daffa Zundika 201350065

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sebagai hasil dari pemikiran kami, dalam
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Historiografi Dengan mengangkat tema “Pengertian dan
Perkembangan Metodologi Penelitian Sejarah”.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Yth. : Bapak
Muhammad Nandang Sunandar, M.A selaku dosen pengampu Mata Kuliah Historiografi. Kami
menyadari bahwa hasil daripada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karenanya
kami senantiasa mengharapkan kepada pembaca kritik dan saran atas makalah yang kami buat.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi pembaca yang
diharapkan dapat mengambil intisari dari makalah kami mengenai “Pengertian dan Perkembangan
Metodologi Penelitian Sejarah”, sehingga dapat menjadi warga negara yang cerdas, kritis dan aktif
terutama bagi kalangan mahasiswa.

Serang, 28 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... 3
BAB 1 .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 4
1. LATAR BELAKANG ......................................................................................................................... 4
2. RUMUSUAN MASALAH .................................................................................................................. 5
3. TUJUAN PENULISAN ....................................................................................................................... 5
BAB 2 .............................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN .............................................................................................................................................. 7
1. PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH .............................................................. 7
2. PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI DENGAN RIWAYAT ..................................................... 10
3. PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI DENGAN DIRAYAT ...................................................... 13
BAB 3 ............................................................................................................................................................ 14
KESIMPULAN .............................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Sejarah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab, yaitu berasal dari kata
Syajaratun yang dapat diartikan sebagai “ Pohon Kayu “. Pohon kayu disini dimaknai dengan
suatu pengibaratan atau sebuah kata lain seperti pohon yang tumbuh dari bawah ke atas, pasti
bercabang, menumbuhkan dahan, daun, bunga hingga buah. Yang artinya sejarah adalah suatu
runtutan peristiwa terjadinya sesuatu dari akar hingga berbagai kejadian, peristiwa,
konsekuensi dan rekam jejak lainnya yang tumbuh seiring berjalannya zaman di masa lalu.
Sementara itu sejarah dalam bahasa Inggris adalah History. History sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yakni “Histori” yang memiliki arti : “apa yang diketahui karena penyelidikan”.
Pengetahuan yang dimaksud tentunya adalah pengetahuan mengenai berbagai kejadian.
Sejarah sebagai ilmu, menyangkut langkah-langkah dalam penelitian sejarahnya
sehingga sejarah sebagai ilmu yang sifatnya ilmiah. Objek sejarah sebagai sebuah ilmu sama
dengan ilmu sosial yang lainnya manusia dalam masyarakat( men of society) yang menyangkut
skope perubahan (change), proses (process), waktu (time atau temporal) tempat (spaial atau
space) dan bersifat diakronik sehingga hal inilah yang membedakan ilmu sejarah dengan ilmu
sosial lainnya. Ilmu sejarah bersifat diakronik berdaarkan spasial dan waktu pada masa
lampau, sedangkan ilmu sosial seperti sosiologi dan antropologi, hanya spasial dan masa
sekarang sehingga ilmu ini bersifat sinkronik. Ilmu sejarah lebih memfokuskan pada proses
sedangkan ilmu sosial lainnya berfokus pada strukturnya.
Argumentasi pendukung sejarah sebagai ilmu, sebagai berikut : Empiris
mempunyai objek, mempunyai generalisasi, dan sejarah mempunyai metode seperti ilmu-ilmu
lainnya. Sejarah berupaya menjelaskan kebenaran, keadaan yang sebenarnya melalui metode
dan metodeloginya. Apabila sejarah dibandingkan dengan ilmu-ilmu eksak, maka jelas tidak
dapat. Sebab memang berbeda paradigma. Pada umumnya ilmu eksak mengkaji fakta secara
langsung dapat dicermati dan dapat diuji dengan percobaan. Sementara penelitian sejarah
dilakukan dengan meneliti tinggalan-tinggalan masa lampau yang terdapat pada sumber tulis,
sumber lisan, foto, audio, ruang fisik, dan ruang simbolik.
Dalam pembelajaran metode penelitian ilmu sejarah, sering dikenal dengan istilah
Historiografi. Kata “ Historiografi dapat dimaknai sebagai hasil atau karya dalam penulisan
sejarah. Juga bisa di katakan sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang di unkap,
diuji (verivikasi), dan Di interpretasi. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa
4
peristiwa sejarah memerlukan penelitian sebelum disajikan dalam bentuk historiografi.
Historiografi dapat dihasilkan melalui penelitian sejarah. Sama halnya dengan penelitian
ilmiah lainnya. Penelitian sejarah juga memiliki tahapan metode penelitian. Yang pertama
pemilihan topik, Pemilihan topik menjadi urutan pertama dalam penelitian sejarah.
Menurut Kuntowijoyo dikarenakan topik yang akan dijadikan penelitian sejarah itu
cukup banyak sehingga penting bagi sejarawan untuk menemukan topik terlebih dahulu.
Selanjutnya merupakan tahapan Heuristik, kata “heuristik” berasa; dari Bahasa Yunani yakni
“heuriskein” yang artinya menemukan. Adapun yang menghubungkan istilah heuristik besar
dari akar yang sama dengan kata eureka yang berartu “ untuk menemukan”, Sehinga dapat
dipahami bahwa heuristik adalah tahapan mencari menemukan, dan mengumpulkan sumber-
sumber untuk dapat mengetahui segala peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang
relevan dengan penelitian.
Tahapan selanjutnya ialah Interpretasi, dimana interpretasi setelah dilakukan kritik
terhadap sumber sejarawan akan memasuki tahap penafsiran. Tahap ini menjadi penting karena
merupakan tahap akhir yang ditempuh sebelum melakukan penulisan. Pada tahap ini, sumber
sejarah yang telah berhasil di kritik dan telah pasti dijadikan sebagai bahan untuk penulisan
sejarah akan di Metodologi Penelitian Sejarahkan.
Kuntowojoyo berpendapat bahwa seorang sejarawan harus dapat membayangkan
apa yang terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi sesudah itu. Apabila dalam diri
sejarawan telah terdapat imajinasi maka lebih mudah baginya untuk dapat merangkai fakta-
fakta tersebut. Setelah empat tahapan awal telah ditempuh, maka sejarawan telah siap untuk
melakukan historiografi (penulisan sejarah). Dalam proses penulisan ini, kemampuan
sejarawan atas teori dan metodologi akan berpengaruh terhadap historiografi yang dihasilkan.1

2. RUMUSUAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Metodologi Penelitian Sejarah?
2. Bagaimana Perkembangan Historiografi dengan Riwayat?
3. Bagaimana Perkembangan Historiografi dengan Dirayat?

3. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan Pengertian Metodologi Penelitian Sejarah
2. Menjelaskan Perkembangan Historiografi dengan Riwayat

1
Wulan Juliani Sukmana, Metode Penelitian Sejarah, Seri Publikasi Pembelajaran Vol 1 No 2(2021): Metode
Penelitian,hal.1
5
3. Menjelaskan Perkembangan Historiografi dengan Dirayat

6
BAB 2
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH


Sebagai ilmu, sejarah memerlukan metode dan metodologi. Metode sejarah atau
metode penelitian sejarah dapat didefinisikan sebagai berikut: Suatu kumpulan yang
sistematis dari prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang dimaksudkan untuk membantu
dengan secara efektif dalam pengumpulan bahan-bahan sumber dari sejarah, dalam
menilai atau menguji sumber-sumber itu secara kritis, dan menyajikan suatu hasil
“sinthese” (pada umumnya dalam bentuk tertulis) dari hasil-hasil yang dicapai
(Garraghan, 1957: 33).2
Dalam Bahasa Inggris research seringkali diartikan penelitian atau penyidikan.
Namun menurut Selo Soemardjan, penelitian dan penyidikan memiliki arti yang berbeda.
Penyelidikan biasanya digunakan dalam istilah intelejen yang dipakai oleh lembaga
kepolisian. Sedangkan penelitian digunakan untuk istilah keilmuan. Menurut Burhan
Bungin, penelitian adalah perangkat metodologi yang digunakan untuk membuktikan
segala macam dorongan ingin tahu dari seorang manusia.3
Secara umum, penelitian sejarah adalah riset yang berupaya untuk mempelajari,
memahami, dan menafsirkan peristiwa masa lalu, dengan tujuan untuk mencapai
wawasan atau kesimpulan tentang orang atau kejadian masa lalu.
Penelitian dalam sejarah bisa mencakup banyak tema, kejadian, atau pokok lainnya.
Jadi, bisa meneliti tentang sejarah kerajaan di Indonesia, sejarah penjajahan di tanah air,
sejarah seorang tokoh dengan karya-karyanya, dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan dalam meneliti sejarah kemudian tidak hanya berisi
kegiatan untuk menceritakan kembali suatu peristiwa di masa lalu. Peneliti harus
memiliki sumber-sumber yang kuat untuk menjelaskan suatu peristiwa dengan konkrit.4

2
Wasino dan Endah Sri Hartatik, Metode penelitian sejarah dari riset hingga penulisan (Yogyakarta, Magnum
Pustaka Utama : 2018),hal.11
3
Skripsi, Dahimatul Afidah, Metodologi penelitian Sejarah,p.14,Tersedia di http://digilib.iain-
jember.ac.id/2982/1/DIKTAT%20METODE%20PENELITIAN%20SEJARAH.pdf di akses pada tanggal 25 Februari
2022, pukul 11:20 WIB
4
Yushuf Abdhul, Penelitian Sejarah : metode, tahapan, dan contoh, Tersedia di
https://penerbitbukudeepublish.com/penelitian-sejarah/di akses pada tanggal 25 Februari 2022, pukul 11:28
WIB

7
Metode sejarah ialah cara atau prosedur yang sistematis untuk menjelaskan objek
kajiannya dalam merekontruksi masa lampau. Kuntowijoyo mengartikan metode sejarah
sebagai petunjuk pelaksanaan tentang bahan, kritik dan intepretasi sejarah serta penyajian
dalam bentuk tulisan. Metode sejarah bertujuan memastikan dan mengatakan kembali
kejadian masa lampau. Jadi, metode penulisan sejarah dapat disimpulkan sebagai cara
yang kita gunakan untuk menulis suatu sejarah yang telah lampau agar tidak terjadi
adanya ketidakterkaitan antar-kejadian satu dengan yang lainnya dalam suatu peristiwa
sejarah.
Menulis sejarah dapat dilakukan dengan mulai mengutip atau mengumpulkan
informasi berupa pengetahuan dari siapa pun, baik dari saksi ataupun penulis sejarah itu
sendiri. Menurut Kuntowijoyo, ilmu sejarah termasuk dalam bagian ilmu empiris
(pengalaman), sehingga sejarah sangat bergantung pada pengalaman yang dialami oleh
manusia. Pengalaman itu perlu direkam dalam suatu dokumen lengkap dengan bukti-bukti
pendukungnya. Selain pengalaman yang diperoleh saksi dan pelaku sejarah, dokumen-
dokumen, penting dalam peristiwa sejarah juga perlu diteliti oleh seorang sejarawan
untuk memperoleh fakta.
Lebih lanjut, sejarah sebagai suatu disiplin ilmu juga memerlukan metode atau
langkah-langkah sesuai kaidah penulisan ilmiah. Untuk itu perlu dipahami oleh siapa pun
yang ingin menulis sejarah bahwa dalam menulis sejarah terdapat langkah-langkah atau
tahapan yang harus dilalui agar menulis suatu peristiwa dapat dilakukan secara
ilmiah.5Metode sejarah mempunyai empat tahapan kerangka ilmiah, yaitu:
• Heuristik
Langkah awal dalam penelitian sejarah ialah Heuristik. Heuristik merupakan teknik
atau cara-cara untuk menemukan sumber yang bisa didapat melalui studi kepustakaan,
pengamatan secara langsung di lapangan, atau melalui interview.
Saat ini data sejarah bisa di dapat dari berbagai macam cara selain studi pustaka,
sumber sejarah dapat juga diakses melalui media cetak dan elektronik. Yang terpenting
seorang peneliti harus mengetahui bagaimana menangani bukti-bukti sejarah dan
bagaimana menghubungkannya. (Alian, 2012; 9-10).
Sumber dapat diklasifikasikan menjadi sumber primer (langsung atau direct) dan
sumber sekunder (tidak langsung atau indirect), serta sumber asli dan sumber palsu.
Dimaksud sumber primer adalah kesaksian langsung dari seseorang atau golongan, yang

5
Muhammad Nandang Sunandar, Pengantar Historiografi (Serang, Media Madani : 2021),hal.32

8
betul-betul menyaksikan suatu peristiwa. Sumber sekunder adalah kesaksian tidak
langsung yang di berikan seseorang.
• Kritik Sumber (Verifikasi)
Langkah selanjutnya dalam penelitian sejarah yakni kritik sumber. Dalam menggunakan
sumber-sumber sejarah, haruslah mengevaluasi atau melakukan kritik terhadap sumber-
sumber yang digunakan. Kritik sumber adalah proses menguji sumber, apakah sumber
yang diketemukan asli atau palsu dan apakah isinya dapat dipercaya atau dipertanggung
jawabkan atau tidak. (Alian, 2012; 11)
Kritik ada dua macam, yaitu: Kritik Ekstern dan Kritik Intern. Kritik ekstern adalah
menyelidiki untuk menentukan keaslian dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
5W+1H. Sedangkan kritik intern adalah penentuan dapat tidaknya keterangan dalam
dokumen digunakan sebagai fakta sejarah.
• Interpretasi
Langkah ketiga dalam penelitian sejarah adalah interpretasi. Menurut Bekker
interpretasi yaitu penafsiran terhadap fakta-fakta yang dimunculkan dari data-data yang
sudah terseleksi atau kenyataan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencari
kebenaran otentik yang di sesuaikan dengan tema yang yang dibahas. Interpretasi atau
penafsiran sejarah sering disebut analisis sejarah. Analisis berarti menguraikan secara
terminologis sedangkan sintesis berarti menyatukan data-data yang ada. Analisis dan
sintesis ini dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi.
• Historiografi
Setelah dilakukan proses heuristik, interpretasi, dan kritik sumber sebagai tahap akhir
dalam metode sejarah serta menjawab pertanyaan untuk apa metedologi diterapkan adalah
teknik penulisan sejarah atau dikenal dengan historiografi. Historiografi adalah
rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan
menempuh proses. Penulisan sejarah sedapat mungkin disusun berdasarkan kronologis,
ini sangat penting agar peristiwa sejarah tidak menjadi kacau, walaupun dalam ilmu-ilmu
sosial kecuali sejarah, kronologis dianggap tidak terlalu penting dan cenderung di
kerjakan berdasarkan sistematika. Berbeda halnya dalam ilmu sejarah perubahan-
perubahan sosial akan diurutkan kronologinya.6

6
Frawita Sari, Metodologi Sejarah, Tersedia Di Https://Www.Academia.Edu/11036487/Metodologi_SejarahDi
Akses Pada Tanggal 25 Februari 2022, Pukul 15:17 Wib

9
2. PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI DENGAN RIWAYAT
Sebagaimana dalam Al-qur’an mengemukakan bahwa ucapan Rasulullah SAW,
dijadikan sebagai pegangan dan perjalanan hidupnya meruoakan cita ideal dan pedoman
bagi kaum Muslimin. Ayat-ayat Al-Qur’an itu secara langsung kultur motivasi kepada
umat muslim untuk mengkaji ucapan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW. Oleh
karena agama Islam diturunkan di wilayah Arab, maka bangsa Arab merasa bahwa
mereka membawa misi yang agung dan pada abad ke-2 H. Mereka telah berhasil
melewati suatu periode penting. Taklukan penaklukan besar dan pada masa itu membuat
mereka merasa bahwa mereka mempunyai peran historis Yang penting. Semua hal
tersebut semakin mendorong minat mereka untuk melakukan kajian-kajian tentang
sejarah.
Sesuai dengan motivasi al-quran tersebut di atas, apalagi para ulama umat Islam,
dalam Bersandar kepada ayat-ayat Al-Qur’an diantaranya surat al-hasyr ayat 7 tersebut
menyatakan bahwa ucapan perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad S A W, merupakan
sumber syariat Islam kedua setelah Alquran titik oleh karena itu, aktivitas pengumpulan
informasi yang berkenaan dengan ucapan perbuatan dan ketetapan hadis-hadis Rasulullah
SAW titik itu juga mempunyai makna keagamaan yang tinggi. Sementara itu, kaum
muslimin membutuhkan petunjuk sunnah nabi dalam menghadapi berbagai urusan
pemerintahan dan kehidupan sosial. Oleh sebab itu, proses pemerintahan Nabi
Muhammad yang berlangsung kurang lebih selama 10 tahun di Madinah dilihat sebagai
pedoman yang harus mendapat perhatian besar untuk mereka teladani dalam menghadapi
urusan pemerintahan dan sosial baru itu.
Menurut Effat al-Sharqawi, saat itu bermulanya perhatian kaum muslimin kalangan
atas terhadap sejarah, maka tidaklah heran apabila para ahli hadits generasi pertama di
kalangan kaum muslim dipandang sebagai para sejarawan pertama dalam Islam. Karena
merekalah yang paling besar perhatiannya dalam mengkaji berbagai peperangan dan
berita tentang Rasulullah SAW. Mereka juga telah berhasil menciptakan suatu metode
yang menghubungkan suatu informasi sejarah riwayat dengan sumber-sumbernya, yang
menurut ukuran sekarang bisa dipandang memenuhi ideal penelitian historis dan
ketelitian ilmiah.
Metode itu pada awalnya adalah metode yang digunakan oleh ahli hadits untuk
menilai keahlian suatu riwayat hadits. Dalam ilmu hadits, memang terdapat suatu metode
ilmiah dalam meneliti dan menilai kredibilitas dan validitas sumber-sumber berita hadits
lewat persyaratan yang ketat. Seorang sejarawan dalam mengkaji sejarah akan memulai

10
kajian dengan meneliti validitas informasi sejarah yang diperolehnya, membandingkan
dengan informasi yang lain, dalam mengambil keputusan tentang validitas informasi
informasi (berita, riwayat) itu berdasarkan orisinalitas data dan ketelitian penutur (perawi)
dalam mendeskripsikan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu titik dalam
metode para ahli hadis ketelitian keadilan dan selektivitas terhadap penutur sangat
membantu para sejarawan. Karena itu menurut effat al-syarqawi pertumbuhan awal bagi
sejarah di kalangan muslimin bercampur aduk dengan ilmu hukum dari segi materi dan
metode nya. Adapun materinya berputar di seputar kisah Nabi Muhammad SAW. Dan
peperangan kaum muslimin dan kisah mereka.
Dari segi ketelitian, kejelasan dan kejujuran, kisah-kisah para sejarawan awal ini lebih
dekat dengan metode para ahli hadis karena sebagai ahli hadis, mereka dikenal memiliki
sikap menahan diri dari uraian yang berlebih-lebihan. oleh karena itulah, mengkritik
pedas kitab al-Sirah, arya Ibn Ishaq. Sekalipun bisa dipandang sebagai sumber acuan
sejarah zaman Jahiliyah dalam permulaan Islam, dalam penyusunannya, Ibn Ishaq
berusaha membebaskan diri dari metode riwayat menurut para ahli hadits. Riwayat-
riwayat yang lemah sudah disingkirkan oleh Ibn Hisyam, khususnya yang berkenan
dengan bagian permulaan yang mengutarakan sejarah zaman Jahiliyah yang berlangsung
sejak penciptaan alam semesta. Ibn Hisyam juga membuang syiar syiar yang menurutnya
merupakan syair-syair kultural dan merombak metode Nya sehingga lebih dekat dengan
metode para ahli hadits.
Abad ke-2 H. Sudah mulai banyak bermunculan sejarawan, baik dari aliran Irak
maupun aliran Yaman. Dan segi materi sejarah, mereka telah memperkaya ilmu sejarah,
tetapi di tangan mereka sejarah Belum menunjukkan bentuknya sebagai ilmu yang
mandiri kecuali pada abad 3 H.
Al Thabari adalah tokoh historiografi dengan riwayat, yang warisannya merentang
selama tiga abad sebelumnya. Al Thabari menerima pelajaran ilmu ilmu agama dari para
tokoh aliran ahlussunnah pada zamannya yang menentang keras aliran mu’tazilah. Masa
Al-Thabari memang merupakan masa yang penuh konflik teologis antara pengikut
ahlussunnah dan para pendukung aliran mu'tazilah. Kedudukan sebagai seorang ahli hadis
tampak jelas pada perhatiannya terhadap informasi sejarah yang dikemukakannya berikut
sangat-sangat para penuturnya dalam rangkaian yang bersambung (Muttashil al-sana). Itu
sebabnya al-Thabari memperoleh penghargaan para ilmuwan muslim karena ia dinilai
sangat cermat dan teliti. Meskipun pengetahuan agamanya begitu mendalam, al-Thabari
seperti halnya banyak para ilmuwan pada zamannya, tetap tidak bisa melepaskan diri dari

11
metode ahli hadis. Dalam menulis sejarah, ia menolak pendapat bahwa seorang sejarawan
bisa mempergunakan logika, analog atau deduksi. Ia sangat konsisten pada apa yang ia
dengar dalam penelitian sejarah tanpa menggunakan Logika dan deduksi titik menurut
konsepsi historiografi dengan riwayat seperti yang dipraktikan al-tabari ini metode
sejarah pertama-tama adalah pengecekan riwayat penelitian teks-teks dan pengkajian
terhadap sanad dan baru setelah itu tinjauan terhadap Kandungan apa yang di tuturkan
dan kontemplasi filosofis atau metodis terhadap isinya
Demikianlah metode Al Thabari dalam sejarah, sama seperti metode ilmu Hadits pada
umumnya ketika itu, yang lebih diarahkan kultural dan kritik terhadap para penuturnya,
tanpa meneliti isi dari teks yang dituturkan titik ini karena, menurut seorang ahli hadis,
berpegang pada kredibilitas para penutur saja sudah cukup. Khususnya apabila
kandungan dan isi riwayat, atau kisah tidak ada yang bertentangan dengan apa yang
terkandung dalam Alquran. Sebagian para peneliti mengkritik al-tabari karena
ketergantungannya pada riwayat itu seolah-olah ia tidak melakukan ta'dil dan tarjih
seperti yang dilakukan para ahli hadits. Ketergantungannya yang demikian itu timbul
karena ia menganggap bahwa hadis merupakan salah satusumber Syariah Islamiah yang
menjadilandasan hukum fiqih, sedangkan sejarah tidak demikian.
Namun metode sejarah yang hanya didasarkan pada riwayat saja menurut Effat al-
Sharqawi, adakalanya menimbulkan sejumlah problem yang berkenaan dengan sumber-
sumber penelitian. Tidak semua sumber tersebut, menurut Effat al-Sharqowi merupakan
teks-teks agama yang bisa dipegang para sejarawan dan tidak semua pula bisa dilacak,
dalam suatu rangkaian para penutur sampai ke sumber-sumber yang asli apabila para
peneliti ingin dan benar merasa yakin terhadap kredibilitas apa yang dituturkannya.
Malah sebagian penyusun yang kisahnya dikutip Al Thabari, tidaklah dikenalnya. Itulah
salah satu problem besar yang menurut Effat al-Sharqawi, dihadapi para sejarawan
muslim pada fase pertama yang mendasarkan diri pada historiografi dengan riwayat yakni
Historiografi yang sebagian besar perhatiannya diarahkan pada riwayat dan sanad
membuat konsep sejarah berdasarkan konsepsi ilmu hadits. Setelah masa Al Thabari
metode penelitian historis seperti ini mengalami perkembangan.7

7
Muhammad Nandang Sunandar, Pengantar Historiografi (Serang, Media Madani : 2021),hal.34-43

12
3. PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI DENGAN DIRAYAT
Historiografi dengan dirayat yaitu metode sejarah yang menaruh perhatian terhadap
pengetahuan secara langsung dari satu segi dan interpretasi rasional dari segi lainnya.8
Berdasarkan definisi di atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Studi sejarah merupakan
studi yang membahas keterkaitan antara peristiwa dan kejadian-kejadian yang berbeda-
beda, supaya jelas faktor pendorong, titik tolak dan nilainya, guna menemukan pelajaran
dan ibrah dari peristiwa tersebut.
Definisi Ibnu Khaldun di atas termasuk definisi sejarah yang tepat, karena
menyebutkan pentingnya meneliti validitas berita dan meneliti sebab atau illah dari
peristiwa tersebut. Dari pengertian ini maka sejarah tidak lagi dianggap hanya sebagai
sebuah peristiwa, tetapi sekaligus tafsir dari peristiwa itu. Terlebih lagi sejarah menjadi
salah satu senjata untuk mengolah satu fikiran, menyebarkan dan membela fikiran
tersebut sebagaimana sejarah juga berperan dalam perdebatan teologis antar umat dan
bangsa.
Dr. Muhammad Amhazun menyebut sejarah Islam sebagai sejarah agama dan
keyakinan sebelum menjadi sejarah sebuah kerajaan, negara dan aturan politik. Karena
aqidahlah yang telah membangun negara dan tatanan masyarakat dari segi politik,
ekonomi, sosial dan yang lainnya.9
Oleh sebab itu, menurutnya dalam mempelajari sejarah harus sesuai dengan
pandangan dan kaidah-kaidah syariat, yang mampu menjelaskan peran dan tanggung
jawab manusia dalam mereformasi masyarakat dan sejarah sesuai kehendak ilahiyah.
Sejarah manusia dalam pandangan Islam adalah mewujudkan kehendak rabbani. Metode
islam dalam menafsirkan sejarah tidak keluar dari aqidah islam dan dibangun dengan
akhlaq yang membuatnya istimewa dari gerakan sejarah lainnya dengan pengaruh wahyu.
Selanjutnya, apa saja kaidah-kaidah yang perlu dipelajari bagi orang yang ingin
mempelajari sejarah dengan metode ini. Berikut ini kaidah-kaidah tersebut:10
1. Pertama: Berpegang dengan sumber-sumber syariat dan mendahulukannya dari setiap
berita, ketentuan dan kaidah yang lain.
2. Kedua: Memiliki pemahaman yang benar tentang iman dan perannya dalam
menafsirkan peristiwa-peristiwa.
3. Ketiga: Pengaruh aqidah dalam merubah perilaku orang islam.

8
Zainuddin, A. Rahman, Kekuasaan dan Negara, Jakarta :GramediaPustaka Utama. 1992. Hal 77
9
Umar, A. Mu’in, 1977. PengantarHistoriografi Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Hal 31
10
Zainuddin, A. Rahman, Kekuasaan dan Negara, Jakarta :GramediaPustaka Utama. 1992. Hal 77

13
4. Keempat: Peristiwa besar yang menggerakkan sejarah.
5. Kelima: Mengetahui kadar, keadaan dan posisi manusia dan mengecek dan recek tiap
yang mereka katakan.
6. Keenam: Membicarakan manusia harus berdasarkan ilmu, adil dan berimbang.
7. Ketujuh: Melihat banyaknya keutamaan.
8. Kedelapan: Memahami peristiwa yang terjadi karena salah ijtihad.11

11
Ibnu Khaldun, 2000. Muqaddimah, Terj. AhmadieThoha, Jakarta: Pustaka Firdaus. Hal 79

14
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Metode sejarah atau metode penelitian sejarah dapat didefinisikan sebagai
berikut: Suatu kumpulan yang sistematis dari prinsip-prinsip dan aturanaturan yang
dimaksudkan untuk membantu dengan secara efektif dalam pengumpulan bahan-bahan
sumber dari sejarah, dalam menilai atau menguji sumber-sumber itu secara kritis, dan
menyajikan suatu hasil “sinthese” (pada umumnya dalam bentuk tertulis) dari hasil-hasil
yang dicapai.
Secara umum, penelitian sejarah adalah riset yang berupaya untuk
mempelajari, memahami, dan menafsirkan peristiwa masa lalu, dengan tujuan untuk
mencapai wawasan atau kesimpulan tentang orang atau kejadian masa lalu.
Penelitian dalam sejarah bisa mencakup banyak tema, kejadian, atau pokok lainnya. Jadi,
bisa meneliti tentang sejarah kerajaan di Indonesia, sejarah penjajahan di tanah air, sejarah
seorang tokoh dengan karya-karyanya, dan lain sebagainya.
Historiografi dengan riwayat menurut al-Thabari sama seperti ilmu hadist
pada umumnya yaitu lebih diarahkan cultural dan kritik terhadap para penuturnya,tanpa
meneliti isi dari teks yang dituturkan. Menurut konsepsi historiografi dengan riwayat
seperti yang di praktikkan al-Thabari ini, metode sejarah pertama-tama adalah pengecekan
riwayat, penelitian teks-teks dan pengkajian terhadap sanad, dan baru setelah itu tinjauan
terhadap kandungan apa yang dituturkan dan kontemplasi filosofis atau metodis terhadap
isinya.
Historiografi dengan dirayat yaitu metode sejarah yang menaruh perhatian
terhadap pengetahuan secara langsung dari satu segi dan interpretasi rasional dari segi
lainnya.12 Berdasarkan definisi di atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Studi sejarah
merupakan studi yang membahas keterkaitan antara peristiwa dan kejadian-kejadian yang
berbeda-beda, supaya jelas faktor pendorong, titik tolak dan nilainya, guna menemukan
pelajaran dan ibrah dari peristiwa tersebut.

12
Zainuddin, A. Rahman, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992. Hal 77

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdhul,Yushuf.Penelitian Sejarah : metode, tahapan, dan contoh, Tersedia di


https://penerbitbukudeepublish.com/penelitian-sejarah/
Afidah,Dahimatul. Skripsi, Metodologipenelitian Sejarah
A. Mu’in, Umar. PengantarHistoriografi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
Khaldun,Ibnu.Muqaddimah, Terj. AhmadieThoha, Jakarta: Pustaka Firdaus,2000
NandangSunandar, Muhammad.PengantarHistoriografi, Serang : Media Madani, 2021
Sari,Frawita.Metodologi Sejarah, Tersedia di
https://www.Academia.Edu/11036487/Metodologi_Sejarah
Sukmana,WulanJuliani. MetodePenelitian Sejarah, Seri PublikasiPembelajaran Vol 1
No.2(2021):MetodePenelitian
Wasino dan Endah Sri Hartatik, Metodepenelitiansejarahdaririsethinggapenulisan,
Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018
Zainuddin, A. Rahman, Kekuasaan dan Negara, Jakarta :GramediaPustaka Utama. 1992

16

Anda mungkin juga menyukai