Anda di halaman 1dari 21

Prosedur Tahapan Heuristic

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Sejarah I


Dosen Pengampu: Dr. H. Ading Kusdiana, M. Ag., CIHCS.
Yosep Mardiana, S. Hum., M. Pd.

Kelompok 1
Nafilah Mubarokah 1225010133

Nezta nanda Kayza E 1225010140


Nuraeni Rahmawati 1225010144

Oriza Satyva 1225010148


Prima Nugraha 1225010151

Rahmat Abdullah 1225010157


Retno Dwi Ayu Wulandari 1225010160

Rifa Taqiyudin 1225010166

Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati

Bandung

2024
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 5
1.3 Pembahasan Masalah........................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Heuristik .................................................................................................. 6
2.2 Klasifikasi Sumber Sejarah....................................................................................... 9
2.3 Aneka Sumber Informasi Sejarah ........................................................................... 11
2.4 Tempat-Tempat Sumber Sejarah ............................................................................ 17
BAB III .............................................................................................................................. 20
KESIMPULAN ................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perosedur Tahapan Heuristik ini
tepat waktu. Tak lupa Shlawat beserta salam tercurah selalu kepada jungjungan kita
semua Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan ditulisnya makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Sejarah I, yang mana kami mengambil
dari berbagai sumber dan referensi. Selain itu, untuk menambah wawasan kami
terhadap materi yang kami kaji ini. Oleh karena itu, pada kesemptan ini kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dan membantu kami dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang ditulis ini sangatlah jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu, kami selaku penulis sangat mengharapkna sarang
dan kiritik yang membangun guna menjadikan makalah ini dapat mendekati kata
sempurna. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami
tulis itu dapat bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penulis dan umumnya bagi
para pembacanya.

Bandung, April 2024

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode sejarah itu merupakan alat yang diperguanakan oleh sejarawan untuk
menyusun berbagai peristiwa sejarah yang ingin dikajikanya. Sebagai seorang
sejarawan, metode sejarah itu harus mampu dikuasainya. Metode sejarah
mengandung makna sekumpulan prinsip dan aturan. Metode sejarah juga bermakna
suatu proses. Dua pengertian tersebut kedudukannya sama kuat, jika yang satu
merupakan prinsip-prinsip, yang lain proses.1
Definisi pertama mengambil pendapat Gilbert J. Garraghan S.J., “Historical
method is a systematic body of principles and rules designed to aid effectively in
gathering the source-materials of history, appraising the critically, and presenting
a synthesis (generally in writtwn form) of the result achieved” (metode sejarah
adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis, yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan bagi
sejarah, menilai secara kritis, dan meyajikan suatu sintesis dari hasil-hasilnya,
biasanya dalam bentuk tertulis). 2
Definisi lain adalah, “The process of critically examining and analyzing the
records and survivals of the fast is here called historical method” (proses menguji
dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau). Di sini
prosesnya yang ditekankan, tetapi isinya sama. Jadi, metode sejarah ialah sarana
sejarawan untuk melaksanakan penelitian dan penulisan sejarah. 3
Ada empat tahap proses metode sejarah. Pertama, Heuristik (Proses mencari
untuk menemukan sumber-sumber); Kedua, Kritik (Proses menyeleksi “data”
menjadi “fakta”); Ketiga, Interpretasi (Proses penafsiran); dan Keempat,
Hitoriografi (Penulisan Sejarah). 4 Dalam makalah ini, kami akan membahas
mengenai tahapan yang pertama yaitu tahapan heuristik. Pembahasannya meliputi
pengertina heuristik, klasifikasi sumber sejarah, aneka sumber informasi sejarah
dan tempat-tempat sumber sejarah berada.

1
Aam Abdillah, Pengantar Ilmu Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 29.
2
Aam Abdillah, Pengantar Sejarah, hlm. 29.
3
Aam Abdillah, Pengantar Sejarah, hlm. 29.
4
Aam Abdillah, Pengantar Sejarah, hlm. 29-30.

4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Heuristik?
2. Apa saja klasifikasi dari sumber sejarah?
3. Apa saja aneka sumber informasi sejarah?
4. Dimana tempat-tempat aneka sumber informasi sejarah berada?

1.3 Pembahasan Masalah


Mengetahui pengertian Heuristik, klasifikasi sumber sejarah, sumber-sumber
informasi sejarah, dan tempat-tempat aneka sumber sejarah.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Heuristik
Kata heuristik berasal dari kata “heuriskein” dalam bahasa Yunani yang berarti
mencari atau menemukan. Dalam bahasa Latin, heuristik dinamakan sebagai ars
inveniendi (seni mencari) atau sama artinya dengan istilah arts of invention dalam
bahasa Inggris. 5 Heuristik merupakan tahapan untuk mengumpulkan sumber-
sumber yang dapat menunjang penelitian yang akan kita lakukan. Langkah ini
merupakan tahapan awal yang ditempuh dalam metode historis. Pada tahap ini
sejarawan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan. Peneliti
harus dapat memilih dan memilah sumber yang terpercaya, menentukan sumber
mana yang dapat dijadikan sumber sejarah, dan memiliki keterampilan teknis untuk
menelusuri sumber. Hal tersebut akan menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya
pencarian sumber.

Sebelum peneliti mengayunkan langkahnya lebih jauh dalam pencarian


sumber-sumber yang lebih terperinci, sebetulnya panduan heuristik yang pertama
kali dapat dilakukan adalah dengan membaca bibliografi terdahulu mengenai topik
penelitian. Berdasarkan bacaan ini, selain peneliti dapat mengumpulkan sebagian
data, ia juga dapat mencatat sumber-sumber terkait yang dipergunakan dalam karya
terdahulu itu. Dengan demikian, peneliti mulai dapat menjaring sebanyak mungkin
jejak-jejak sejarah yang ditemukannya. Lalu peneliti memperhatikan setiap jejak itu
dan bagian-bagiannya, dengan selalu bertanya apakah itu merupakan sumber yang
tepat dan apakah itu merupakan data sejarah. 6

Suatu prinsip di dalam heuristic adalah sejarawan harus mencari sumber


primer. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan
oleh saksi mata. Hal ini dalam bentuk dokumen, misalnya catatan rapat, daftar
anggota organisasi dan arsip-arsip laporan pemerintah atau organisasi massa;
sedangkan dalam sumber lisan yang dianggap primer adalah wawancara langsung
dengan pelaksana peristiwa atau saksi mata. Adapun kebanyakan berita di Koran,

5
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (yogyakarta :Ombak 2012), hlm. 52
6
Dudung Abdurrahman, Metode Sejarah, hlm. 55.

6
majalah dan buku adalah sumber sekunder, karena disampaikan oleh bukan saksi
mata. Segala bentuk sumber tertulis, baik primer atau sekunder, biasanya tersajikan
dalam aneka bahasa dan ragam tulisan. Sumber sejarah Indonesia, misalnya, banyak
disajikan dalam bahasa Belanda, Melayu, Jawa, atau Arab. Oleh karena itu,
pegolahan atas sumber-sumber yang diperoleh sangat mutlak perlu penguasaan
bahasa-bahasa sumber.

Pekerjaan peneliti dalam melakukan telaah dokumen atau library research ialah
membuat catatan. Data penelitian yang diperoleh melalui telaah pustaka itu
mustahil hanya dapat disimpan dalam ingatan semata, tetapi seharusnya dibuat
catatan-catatan dari sumber-sumber yang ditelaah itu. Satu cara praktis dalam
membuat catatan ini adalah dengan menggunakan kertas lepas atau kartu yang
dipotong-potong. Ukuran standar kartu lepas, yaitu 7,5 cm x 3.5 cm, 10 cm x 15
cm, atau 12,5 cm x 21 cm (Alfian, 1984: 2). Apa saja yang harus dicatat dalam kartu
ini? Adalah hal-hal yang pokok saja, dan tidak semua hal yang dicatat itu sama
persis dengan yang didapat dari sumber yang sedang dihadapi.

Sedikitnya ada tiga bentuk catatan yang dapat dibuat, sebagaimana


dikemukakan Florence M. A. Hilbish (dalam Alfian, 1984: 2), yaitu: (1) quotation
(kutipan lansung), (2) citation atau indirect quotation (kutipan tidak langsung), dan
(3) summary (ringkasan) dan comment (komentar). Perbedaan harus jelas agar tidak
terjadi kekeliruan dan dapat memudahkan peneliti dalam penyusunan laporan
nanti.7

Untuk memudahkan pengecekan kembali atas fakta maupun opini yang dimuat
di kartu, maka jenis kutipan itu harus disebutkan. Fakta yang dicatat di dalam setiap
lembaran kartu sebaiknya tidak lebih dari satu butir fakta, dan untuk fakta lainnya
dibuat catatan dalam kartu yang berbeda. Pada setiap kartu juga perlu ada petunjuk
dari sumber mana bahan-bahan itu diperoleh, termasuk di dalamnya mengenai data
publikasi, yaitu nama pengarang, tahun terbit, jilid ke berapa, nama penerbit dan
kota penerbit. Namun apabila data-data publikasi itu telah dicatat secara khusus

7
Dudung Abdurrahman, Metode Sejarah, hlm. 56.

7
dalam bibliografi, maka dalam kartu lepas cukup dituliskan nama pengarang, judul
dan nomor halamannya saja.8

Penelitian dokumen merupakan bagian operasi pokok dalam historiografi.


Mengungkap jumlah dokumen penting tentang judul tertentu adalah yang
menetapkan kemungkinan terus melakukan penelitian atau merubah judul lain.
Peneliti yang menulis sejarah tanpa memperoleh sejumlah dokumen pokok yang
baru atau tidak pernah menggunakannya, secara ilmiah yang sempurna akan
menjadi kurang nilai penelitian ilmiahnya atau menjadi lemah atau tidak berarti
sama sekalipun itu telah mencurahkan daya upayanya.9

Para peneliti dan sejarawan masa lampau menemukan kesulitan berat dalam
rangka usaha bisa sampai pada dokumen historis. Apabila peristiwa yang hendak
mereka tulis relatif dekat dari masa mereka hidup, lalu mereka merekam cerita dari
sebagian orang yang menyaksikan peristiwa, mereka membanding-banding dan
mengkritik, kemudian menyimpulkannya yang memungkinkan bisa sampai kepada
fakta-fakta historis. Tetapi sistem ini tidak selamanya akurat, karena periwayatan
lisan kadangkala bisa menyimpang dan berubah, sekalipun pembukuan riwayat
lisan biasanya terhenti, apabila dalam batas catatan tertentu terdapat penyimpangan.

Dokumen-dokumen yang jarak masanya relatif dekat dengan masa sejarawan


sangat perlu, apalagi yang jarak masanya jauh. Biasanya dokumen-dokumen itu
pindah dari tangan beberapa orang tertentu ke tempat-tempat umum, dan disimpan
dalam gudang arsip atau gudang buku, dalam museum, rumah-rumah pendeta dan
gereja. Lalu dibuatkan daftar isi untuk berbagai dokumen yang tersimpan dalam
tempat umum itu, sekalipun banyak sekali yang belum memadai. Pada umumnya
hanya dengan menyebutkan nomor-nomor jilidan dokumen dengan keterangan
bulan dan tahun yang ada di dalamnya, tanpa disebutkan dengan isinya. Di
antaranya ada yang lama, baru, tulisan tangan dan cetakan. 10

8
Ibid, hlm. 57.
9
Hasan Umar, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag
RI, 1986), hlm. 64-65.
10
Ibid, hlm. 65-66.

8
Dengan memasuki tahap pengumpulan sumber (heuristic) seorang peneliti
sejarah memasuki lapangan (medan) penelitian. Kerja penelitian secara aktual
dimulai. Di lapangan ini kemampuan teoritik yang bersifat deduktif-spekulatif
sebagai tertuang dalam proposal atau rancangan penelitian akan diuji secara
induktif-empirik atau pragmatik. 11

Kerja kita di lapangan ini dengan menggunakan metode sejarah, yang


mencakup empat langkah: heuristik, kritik (verifikasi), interpretasi dan
historiografi. Dengan keempat tahap metode sejarah ini peneliti sejarah atau
sejarawan diharapkan mampu mengemban tugas penelitiannya untuk memugar
kembali (merekonstruksi) bangunan-bangunan sejarah di masa lampau yang
sekarang sudah runtuh berserakan, bahkan mungkin sudah hilang, karena
guncangan zaman. Tugas merekonstruksi sejarah masa lampau ini dimulai dengan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah (heuristik).12

Mencari dan mengumpukan sumber sebagian besar dilakukan melalui kegiatan


bibliografis. Laboratorium penelitian bagi seorang sejarawan adalah perpustakaan
dan alatnya yang paling bermanfaat adalah catalog. “The library is historian’s
hardware,” tulis Walter T.K. Nugent. Di saat sekarang kerja heuristik sudah diatur
sedemikian, sehingga tidak lagi menyusahkan sejarawan. Koleksi bibliografis
sudah dikembangkan sedemikian profesional, sehingga usaha pencarian buku
sumber dipermudah dan dipercepat.

Usaha merekonstruksi masa lampau tidak mungkin dilakukan tanpa


tersedianya sumber-sumber atau bukti-bukti sejarah. No record, no history. Tanpa
sumber tidaklah dapat dilacak sejarahnya. Kalaupun mungkin, kebenarannya pasti
tidak kokoh. Zaman prasejarah, misalnya disebut demikian, karena memang belum
atau tidak didukung oleh sumber-sumber sejarah tertulis, sehingga rekonstruksi
kehidupan masa prasejarah leebih bersifat dugaan belaka dan kebenarannya tidak
dapat dipastikan.13

11
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 51.
12
Ibid, hlm. 51.
13
Ibid, hlm. 52.

9
2.2 Klasifikasi Sumber Sejarah
Terdapat berbagai bentuk dan jenis sumber sejarah. Para ahli metodologi
sejarah, karenanya, mencoba untuk mengklasifikasikan berbagai bentuk dan jenis
sumber sejarah tersebut. 14 Dilihat dari cara atau dasar klasifikasinya, maka sumber-
sumber sejarah dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Sumber Sejarah yang bersifat Umum dan Khusus


Dilihat dari keluasan penggunaannya, ada sumber sejarah yang bersifat
umum dan sumber sejarah yang yang bersifat khusus. Sumber sejarah yang
bersifat umum dapat digunakan sebagai sumber bagi hampir setiap cabang ilmu
sejarah. Sedang sumber sejarah yang bersifat khusus hanya dapat digunakan
untuk salah satu cabang ilmu saja. 15
2. Sumber Sejarah Tertulis dan Tidak Tertulis
Sumber sejarah tertulis dibagi lagi menjadi sumber resmi dan sumber tidak
resmi. Dalam hubungan ini keresmian sumber ditentukan oleh hubungannya
otoritas resmi pemegang kekuasaan negara. Termasuk sumber resmi adalah
laporan atau arsip-arsip kenegaraan. Sedang sumber tidak resmi adalah
sumber-sumber yang di luar itu semua. Buku-buku, surat kabar, majalah,
babad, hikayat biografi, otobigrafi, memorial, surat-surat pribadi dan lain-lain
yang termasuk sumber tidak resmi.
Sedangkan sumber sejarah tidak tertulis dibedakan menjadi artefak, benda-
benda dan sumber-sumber lisan. Termasuk sumber tidak tertulis adalah sumber
lisan. Sumber lisan ini memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya sebagai
sumber sejarah. Dalam sejarah tradisional sumber sejarah lisan dapat berbentuk
cerita rakyat (folklore), mitos, legenda, cerita penglipur lara dan silsilah
(genealogi).16
Dewasa ini kedudukan sejarah lisan semakin menjadi penting. Sumber
sejarah lisan bersifat komplementer terhadap sumber-sumber tertulis. Melalui
wawancara sumber-sumber lisan dapat diungkap dari para pelaku-pelaku
sejarah. Bahkan peristiwa-peristiwa sejarah yang belum jelas betul

14
A. Daliman, Metode Sejarah, hlm. 52-53.
15
Ibid, hlm. 53.
16
Ibid, hlm. 54.

10
persoalannya sering dapat diperjelas justru berdasarkan pengungkapan
sumber-sumber sejarah lisan.
3. Sumber Sejarah Primer dan Sumber Sejarah Sekunder
Sumber sejarah primer adalah sumber sejarah yang direkam dan dilaporkan
oleh para saksi mata (eyewitness). Data-data dicatat dan dilaporkan oleh
pengamat atau partisipan yang benar-benar mengalami dan menyaksikan suatu
peristiwa sejarah. Sedangkan sumber sejarah sekunder disampaikan bukan oleh
orang yang menyaksikan atau partisipan suatu peristiwa sejarah. Penulis
sumber sekunder bukanlah orang yang hadir dan menyaksikan sendiri suatu
peristiwa, ia melaporkan apa yang terjadi berdasarkan kesaksian orang lain.17
Seorang sejarawan yang cermat harus bersikap curiga terhadap karya-karya
sekunder didalam sejarah. Bahkan terhadap yang terbaik sekalipun. Sejarawan
sebaiknya menggunakan karya-karya sekunder didalam sejarah hanya untuk
empat tujuan: (1) untuk menjabarkan latar belakang yang cocok dengan bukti
sejaman mengenai subyeknya, tetapi ia harus bersiap-sedia untuk
menyangsikan dan meluruksna pertelaan sekunder, bilamana suatu analisa
kritis terhadap saksi-saksi sejaman memerlukan hal itu; (2) untuk memperoleh
petunjuk mengenai data bibliografis yang lain; (3) untuk memperoleh kutippan
atau petikan dari sumber-sumber sejaman atau sumber-sumber lain, tapi hanya
jika mereka tidak bisa diperoleh secara lebih lengkap di tempat lain dan
senantiasa dengan sikap skeptic terhadap sifat akuratnya, terutama jika mereka
diterjemahkan dari bahasa lain; dan (4) untuk memperoleh interpretasi dan
hipotesa mengenai masalah itu, tapi hanya dengan tujuan untuk menguji atau
untuk memperbaikinya, dan jangan dengan maksud menerimanya secara
total.18

2.3 Aneka Sumber Informasi Sejarah


Terdapat empat kriteria untuk memilih dokumen yang diharapkan dapat
menjadi sumber aneka infomrasi sejarah, yaitu:

17
A. Daliman, Metode Sejarah, hlm. 55.
18
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosutanto, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1975), hlm. 78.

11
Pertama, sesuai dengan sifat pengamatan dan ingatan lengkap dan kredibilitas
sumber berbanding terbalik dengan jarak waktu dokumen itu dibuat. Artinya
semakin dekat pembuatan dokumen dengan waktu terjadinya peristiwa, maka
semakin lengkap, banyak yang diingat pendek kata diharapkan lengkap dan
kredibilitas informasi sejarah yang diberikan semakin tinggi. 19
Kedua, seperti dijelaskan di depan bahwa banyak dokumen yang memang
sengaja disusun dan dicatat sebagai suatu arsip, ialah sebagai alat bantu ingatan agar
sewaktu-waktu dapat diungkap dan diperoleh kembali dengan mudah dan cepat.
Oleh sebab itu kredibilitas suatu sumber informasi sejarah akan berbanding
langsung dengan keseriusan atau kesungguhan dalam membuat dokumen. Artinya
semakin sungguh-sungguh, cermat lengkap dalam membuat suatu dokumen, maka
akan semakin lengkap dan handal dan krediberl informasi sejarah yang diperoleh.
Ketiga, terkadang suatu dokumen mangandung suatu rahasia. Dalam hubungan
ini maka pada umumnya semakin sedikit pembaca yang dirancang untuk boleh
mengatahui rahasia suatu dokumen, akan semakin telanjang (naked) isi dokumen
tersebut artinya bahwa isi dokumen itu memang benar seperti rahasia itu. 20
Keempat, kualitas suatu dokumen ditentukan oleh profesionalitas pembuatnya.
Semakin professional penyusun suatu dokumen akan semakin membenarkan
jaminan terhadap kredibilitas informasi sejarah yang diberikannya.
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, berikut ini disajikan berbagai jenis
dokumen yang menjadi sumber aneka informasi sejarah, yaitu:
1. Peninggalan-peninggalan (relics, remains)
Peninggalan-peninggalan adalah bukti-bukti (evidensi-evidensi) dari
kehidupan masyarakat manusia yang dapat dipegang. Sebagai produk (artifak)
dari kebutuhan-kebutuhan hidup manusia sehari-hari maka ragamnya sangat
banyak. Tetapi artifak ini tidak dibuat dengan maksud untuk
menginformasikan kegiatan-kegiatan manusia kepada generasi yang akan
datang. Melantar (transmisi) informasi sejarah bukanlah tujuan utama
peninggalan-peninggalan itu. Jika ada yang masih tertinggal itu karena
kebetulan saja, tidak disengaja. Tetapi sisa-sisa yang tertinggal itu dapat

19
A. Daliman, Metode Sejarah, hlm. 58.
20
Ibid, hlm. 59.

12
mengungkapkan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya manusia pada
umumnya di zamannya.21
Untuk penelitian sejarah kuno, para sejarawan sebagian besar harus
bergantung kepada hasil-hasil ekspedisi dan ekskavasi dari para ahli arkeologi
untuk mendapatkan tafsiran-tafsiran mereka tentang peninggalan-peninggalan
tertentu. Arekologi itu lebih dari ilmu bantu sejarah saja. Ilmu ini adalah satu
bagian dari sejarah. Ahli arkeologi adalah seorang sejarawan mengenai masa
lalu yang jauh. Peninggalan-peninggalan atau “catatan arkeologi”
(archeological record) merupakan sumber pertama untuk menyusun kembali
masa kuno yang jauh.22
2. Sumber Tertulis
a. Kronik
Kronik merupakan sumber pertama yang ditulis untuk kepentingan
keturunan atau generasi yang akan datang. Sumber-sumber ini ada yang
mempunyai kualitas sastra yang membuatnya nyaman untuk dibaca da nada
pula yang tidak; memuat kronologi, seleksi peristiwa-peristiwa yang
koheren dan mengandung suasana zaman yang kuat. 23
b. Otobiografi
Otobiografi pada dasarnya adalah suatu varian dari kronik yang
menampilkan ke depan pribadi pengarang. Bentuk ini disukai oleh para
artis, penulis, politikus, atau negarawan. Daya tariknya terletak pada
kenyataan bahwa bentuk ini adalah kenang-kenangan dari pelakunya
sendiri. Tentu saja bentuk ini menyediakan cerita langsung dari tangan
pertama ketika hampir di semua negara catatan-catatan pemerintah tertutup
untuk dilihat dan digunakan oleh umum. 24
c. Memoir
Pada abad ke-18, istilah “memoir” mempunyai arti yaitu suatu kronik
perorangan dari lingkungan dunia public dan dituliskan seseorang yang
akan mempublikasikannya hanya setelah – kadang-kadang lama sesudah –

21
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 77.
22
Ibid, hlm. 77-78.
23
Ibid, hlm. 86-87.
24
Ibid, hlm. 87.

13
kematian tokohnya. Tujuannya mencatat fakta-fakta dan pendapat-pendapat
tokohnya dengan hati-hati sebab akan berbahaya – misalnya karena rawan
– jika dipublikasikan pada waktu hidupnya. Oleh karena itu, memoir lebih
menarik untuk dibaca daripada otobiografi politik yang hambar dan bersifat
mengelak. Dalam perkembangan kemudian memoir sudah lebih mendekati
otobiografi.
d. Surat Kabar
Surat kabar pertama telah terbit di Inggris sejak tahun 1702, sedangkan
khusus untuk sejarah Indonesia, surat kabar yang diterbitkan di Jakarta
maupun di daerah-daerah dapat digunakan oleh para sejarawan atau
mahasiswa sejarah. Sejarah pers di Indonesia dengan segala pasang surutnya
telah lama ada sejak 1810.
e. Publikasi Pemerintah dan Debat Parlemen
f. Surat-surat Pribadi dan Catatan Harian
g. Sastra Kreatif
3. Sumber Lisan
Arah baru dalam penelitian sejarah ialah menggunakan bukti-bukti lisan.
Umumnya banyak digunakan oleh ahli-ahli ilmu sosial lain. Ada dua kategori
untuk sumber lisan ini, yaitu:
a. Sejarah Lisan (oral history)
Ingatan lisan (oral reminiscence) yaitu ingatan tangan pertama yang
dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancara oleh
sejarawan.
b. Tradisi Lisan (oral tradition)
Tradisi lisan yaitu narasi dan deskripsi dari orang-orang dan peristiwa-
peristiwa pada masa lalu yang disampaikan dari mulut ke mulut selama
beberapa generasi.25
Sejarah lisan dianggap mempunyai kecenderungan demokratis atau populis
karena memberikan kesempatan bersuara tidak saja kepada orang-orang kaya
dan vokal tetapi juga kepada orang-orang biasa (tentu saja di samping
penggunaan sumber-sumber tertulis). Dengan mendengarkan suara dari bawah

25
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, hlm. 80-81.

14
maka berkembang sejarah sosial yang membahas sejarah masyarakat secara
keseluruhan (termasuk probelma kehidupan sehari-hari yang mereka hadapi):
tentang buruh (buruh tani dan buruh lepas), petani, pedagang keliling,
komunitas imigran yang melarat, tentang kekerasan dan kejahatan, mabuk,
kekurangan gaji dan sebagainya. Demikianlah sejarah lisan mencoba
memberikan sejarah sosial sebuah wajah manusia melalui riwayat hidup (life
histories) dari orang-orang kelas bawah. 26
Selanjutnya bagaimana teknik pengumpulan sumber lisan? Dalam hal ini
wawancara atau interview merupakan teknik yang sangat penting. Wawancara
langsung dengan saksi atau pelaku peristiwa dapat dianggap sebagai sumber
primer, manakala sama sekali tidak dijumpai data tertulis. Namun begitu
wawancara juga bisa merupakan sumber sekunder, apabila fungsi wawancara
itu sebagai bahan penjelasan atas kesamaran data atau apa yang diamati oleh
peneliti dirasa belum lengkap. Paling sedikit ada tiga syarat yang sebaiknya
dipenuhi oleh peneliti sebelum melangsungkan wawancara. Pertama, banyak
membaca di sekitar permasalahan yang akan ditanyakan, sehingga peneliti
cukup mampu manakala harus terjadi dialog dengan informan. Kedua,
dipersiapkan alat tulis dan alat perekam yang baik. Bahkan tape recorder
dipandang sangat penting, agar keterangan-keterangan dari informan dapat
ditampung secara lebih utuh dan lengkap. Apalagi kalau informan yang
diwawancarai dalam satu kesempatan lebih dari satu orang, maka tape akan
sangat membantu peneliti. Ketiga, peneliti terlebih dahulu sudah
mempersiapkan bahan-bahan pertanyaan, yaitu berupa daftar pertanyaan yang
disusun secara sistematis dan terarah sesuai dengan permasalahan yang akan
dihimpun.27
Pada waktu wawancara itu dilangsungkan, peneliti harus memperhatikan
kode etik tertentu agar informan dengan segala senang hati bersedia
memberikan jawaban atau penjelasan. Di antaranya, jangan ada kesan
memaksa, pertanyaan cukup singkat dan setaraf dengan tingkat pengetahuan
informan, peneliti harus bersabar untuk siap menjadi pendengar, bersikap

26
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, hlm. 83.
27
Dudung Abdurrahman, Metode Sejarah, hlm. 57-58.

15
toleran dan tidak menyinggung perasaan informan dan sebagainya. Seusai
wawancara, semua hasil rekaman itu harus segera ditranskip dan di dalam
lembaran transkip jangan lupa mencantumkan tanggal wawancara serta
identitas informan, lalu mintakan tandatangan. 28
Ada dua syarat yang harus dipenuhi ketika kita ingin mencari dan
mendapatkan sumber lisan. Pertama, harus dikuasai sungguh-sungguh
bagaimana mengoperasikan tape recorder. Ada cara-cara tertentu bagaimana
supaya suara-suara di luar tidak terdengar, bagaimana supaya lebih keras atau
lebih lunak, bagaimana interviu di dalam atau di luar, bagaimana mengatur
supaya tape recorder tidak mengganggu, bagaimana mengatur interviu
bersama-sama. Ada interviu tunggal dan ada interviu simultan; soal keluarga
biasanya suami-istri menemui pewawancara bersama-sama, atau beberapa
keluarga jadi satu. Akan sangat memalukan, kalau sekadar mengoperasikan
tape saja kita tidak bisa.29
Kedua, sebelum pergi belajarlah sebanyak-banyaknya. Itu akan membuat
kita yakin-diri. Jangan terlalu banyak bertanya, tetapi juga jangan kehilangan
bahan pertanyaan. Jangan ada kesan memaksa, kita harus siap menjadi
pendengar. Kita harus menyiapkan pertanyaan terurai, setidaknya ada daftar
pertanyaan – berupa checklist. Sampai di rumah tape harus kita dengarkan
kembali dan kita manuskrip, lalu kita mintakan tanda tangan.
Untuk menghormati hak interviu, kita harus menanyakan apa semuanya
bisa didengar orang. Ada innterviu yang “rahasia” baru boleh dibuka setelah
dia meninggal. Interviu semacam itu, yang sifatnya confidential, biasanya kita
simpan di tempat aman, misalnya Arsip Nasional. Masalah hukum juga penting
diketahui pewawancara. 30
4. Sumber Kuantitatif
Pedagang dapat dipastikan punya sumber kuantitatif, baik yang berupa
pajak, akunting, atau catatan lain. Yang perlu diyakinkan adalah keinginan tahu
sejarawan itu aman, semata-mata untuk kepentingan ilmu. Angka-angka yang
dikira urusan pribadi itu, ternyata mempunyai makna sosial, social

28
Dudung Abdurrahman, Metode Sejarah, hlm. 58.
29
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang, 2005), hlm. 98-99.
30
Ibid, hlm. 99.

16
significance, yang andaikata tidak ada sejarawan, pastilah yang ada hanya
berupa catatan-catatan pribadi.
Untuk mengetahui perkembangan kekayaan antar generasi, sumbangan
kepada lingkungan sosial, keagamaan, politik, pendidikan, kebudayaana, dan
sebagainya. Perlu diketahui angka-angka itu. Apakah masih menguntungkan
bekerja di sektor sekunder dibanding sektor tersier – sektor primer adalah
produsen, sektor sekunder manufacturing, dan sektor tersier adalah jasa. 31

2.4 Tempat-Tempat Sumber Sejarah


Sumber-sumber sejarah dapat ditemukan di perpustakaan, arsip dan museum.
Setipa bangsa biasanya bangga akan perpustakaan nasional atau universitasnya,
arsip nasional dan museum nasionalnya, di mana tersimpan kekayaan akan buku-
buku, manuskrip, dokumen dan koleksi barang cetakan lainnya, pajangan segala
macam peninggalan benda-benda bersejarah.
Kekayaan perpustakaan, arsip dan museum dapat diketahui dari petunjuk-
petunjuk, indeks, bibliografi, katalog, majalah, jurnal dan brosur yang
menginformasikan kepada sejarawan, peneliti, pengunjung apa saja yang tersedia
dalam perpustakaan, arsip atau museum itu yang berhubungan dengan literature
atau dokumen sejarah. Pengetahuan praktis mengenai petunjuk-petunjuk dan
indeks-indeks ini dan bagaimana menggunakan perpustakaan dan arsip adalah
syarat mutlak bagi penelitian sejarah. Pengetahuan itu biasanya diperoleh selama
proses pengumpulan materi itu berlangsung. 32
Apakah alat-alat heuristic itu? Apabila sumber-sumber sejarah itu ternyata
terdapat di museum-museum atau perpustakaan, maka katalog-katalog dapat
dipergunakan sebagai alat utama heuristic. Akan tetapi sumber tertulis itu tidak
selamanya terkoleksi secara rapih. Bila ternyata sumber-sumber itu terdapat pada
koleksi swasta atau perorangan, maka yang terpenting untuk diketahui adalah
tempat-tempat atau di mana koleksi dokumen-dokumen itu tersedia.33
1. Perpustakaan

31
Kuntowijoyo, Pengantar Sejarah, hlm. 100.
32
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, hlm. 94.
33
Dudung Abdurrahman, Metode Sejarah, hlm. 55.

17
Sebenarnya perpustakaan sudah mempunyai sejarah yang teramat kuno dan
mempunyai fungsi pelayanan sosial. Koleksi tulisan paku di perpustakaan Raja
Assuurbanipal (669-637 SM) dari Assiria di Nineveh, gulungan papyrus di
perpustakaan Alexandria pada abad ke-3 SM dan lain-lain. Dalam
perpustakaan semua materi yang ada dikumpulkan, disusun, dilestarikan
karena masyarakat memerlukan informasi tercatat; melalui perpustakaan
kebudayaan dikomunikasikan dan ditransmisikan kepada generasi yang akan
datang. Di perpustakaan ia dapat menemukan dan menggunakan
a. Materi Referensi
b. Buku Referensi
c. Apa yang tersedia di Perpustakaan?
1) Kartu Katalog
2) Bibliografi atau Daftar Pustaka
3) Indeks Jurnal atau Majalah
4) Indeks Surat-Surat Kabar
5) Atlas dan Peta Sejarah
6) Manuskrip (tulis tangan) dan lain-lain.34
2. Arsip
Sebenarnya dapat dibedakan arsip sebagai tempat penyimpanan segala
macam dokumen tertulis dan arsip sebagai kumpulan dari dokumen-dokumen
tertulis yang disimpan di tempat itu. Kata “arsip” sendiri berasal dari bahasa
Yunani “archeion” yang artinya “gedung kantor” (office building). Sebagai
tempat, di Arsip itu disimpan dengan teratur catatan-catatan (records), surat-
surat (papers), buku-buku, peta, rekaman suara dan materi-materi dokumen
lain yang dibuat atau diterima dalam rangka melaksanakan hukum (perundang-
undangan) atau dalam hubungan dengan transaksi dagang dan semuanya
dilestarikan karena nilainya yang dapat bertahan lama. Sebagai tempat
penyimpanan khusus, maka dikenal arsip umum (public archives) yaitu
penyimpanan catatan-catatan dari badan-badan pemerintahan, lembaga-
lembaga (institutional archives), keluarga dan individu (family and personal
archives).

34
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, hlm. 95-97.

18
Paling tidak ada dua kegunaan arsip:
a. Semula untuk selalu mengingatkan pembuatnya akan hak-hak dan
kegiatan-kegiatannya serta mebantu pembuatnya itu untuk
mempertahankan hak-haknya itu dan merencanakan tindakan
selanjutnya;
b. Kemudian menyediakan informasi mengenai perkembangan-
perkembangan politik, ekonomi dan budaya dari masa lalu.
3. Museum
Mengenai istilah “museum” itu disimpan koleksi-koleksi pribadi dari
tokoh-tokoh terkemuka yang kemudian berkembang menjadi museum umum
tempat penyimpanan benda-benda bersejarah pada umumnya. Perkembangan
lebih lanjut pada abad ke-20 ini ialah museum menjadi lebih khusus dan kaya
dengan adanya museum-museum sejarah alam (natural history), ilmu
pengetahuan, sejarah, arkeologi, etnologi, seni dan sebaginya. Di Indonesia
sendiri perkembangan museum ini menjurus ke arah khusus juga; selain ada
museum umum yang disebut Museum Nasional (Gedung Gajah) di Jakarta,
terdapat museum-museum perjuangan, angkatan darat dan lain-lain. Begitu
pula di daerah-daerah tingkat provinsi dan kabupaten sudah terdapat museum-
museum yang menyimpan koleksi semua benda-benda bersejarah setempat.
Biasanya di museum umum selain ditemukan pajangan artefak-artefak
hasil ekskavasi arkeologis periode prasejarah maupun periode sejarah,
ditemukan uga manuskrip-manuskrip kuno.35

35
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, hlm. 97-100.

19
BAB III

KESIMPULAN
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, artinya memperoleh. Menurut
G. J. Reiner (1997: 113), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu
ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum.
Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani
dan memperinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.
Heuristik artinya to find yang berarti tidak hanya menemukan, tetapi mencari
dahulu baru menemukan. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan
sumber-sumber.

Terdapat berbagai bentuk dan jenis sumber sejarah. Para ahli metodologi
sejarah, karenanya, mencoba untuk mengklasifikasikan berbagai bentuk dan jenis
sumber sejarah tersebut. Dilihat dari cara atau dasar klasifikasinya, maka sumber-
sumber sejarah dapat dibedakan sebagai berikut: Pertama, Sumber Sejarah yang
bersifat Umum dan Khusus. Kedua, Sumber Sejarah Tertulis dan Tidak Tertulis.
Ketiga, Sumber Sejarah Primer dan Sumber Sejarah Sekunder.

Ada berbagai jenis dokumen yang menjadi sumber aneka informasi sejarah,
yaitu:

1. Peninggalan-peninggalan (relics, remains and artifact).

2. Sumber Tertulis (Kronik, Otobiografi, Memoir, Surat Kabar, Publikasi


Pemerintah dan Debat Parlemen, Surat-surat Pribadi dan Catatan Harian serta
Sastra Kreatif).

3. Sumber lisan sejarah lisan “oral history” dan tradisi lisan “oral tradition”

4. Sumber Kuantitatif.

Sumber-sumber sejarah dapat ditemukan di perpustakaan, arsip dan museum.


Setipa bangsa biasanya bangga akan perpustakaan nasional atau universitasnya,
arsip nasional dan museum nasionalnya, di mana tersimpan kekayaan akan buku-
buku, manuskrip, dokumen dan koleksi barang cetakan lainnya, pajangan segala
macam peninggalan benda-benda bersejarah.

20
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Aam. (2012). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Abdurrahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana


Ilmu.

Daliman, A. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Gottschalk, Louis. (1975). Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosutanto.


Jakarta: Universitas Indonesia.

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Sjamsudin, Helius. (2012). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Umar, Hasan. (1986). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Proyek Pembinaan


Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI.

21

Anda mungkin juga menyukai