Diajukan untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Filsafat Sejarah kelas D
Dosen Pengampu:
Nuriyadin, M.Fil.I
Disusun Oleh:
Inastiara Salsabila Hasan Putri (03010220009)
Wulan Damayanti (03040220108)
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar belakang
II.Rumusan Masalah
III. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat Sejarah
B. Hakikat Filsafat Sejarah
C. Ruang lingkup Filsafat Sejarah
D. Tujuan Filsafat Sejarah
E. Sejarah perkembangan Filsafat Sejarah
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Filsafat Sejarah dengan Sejarah Filsafat sangat berbeda, Filsafat Sejarah menjelaskan
tentang metode, sedangkan Sejarah Filsafat menjelaskan tentang bagaimana filsafat
itu hadir. Filsafat Sejarah menurt G.Collingwood ialah sebuah studi filosofis dari
peristiwa yang kita kenal sebagai pemikiran atau pengetahuan sejarah. Sebelum
merambah ke ranah yang lebih dalam, tulisan ini akan menjelaskan dasar-dasar
pembahasan, yaitu definisi, tujuan, ruang lingkup serta sedikit mengulang tentang
sejarah perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat Sejarah
Dalam Dictionary of Philosophy, filsafat berasal dari bahasa Yunani
philosophia yang dijabarkan menjadi philos yang berarti “cinta” dan sophia yang
artinya “kebijaksanaan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat ialah
pengetahuan dan penyelidikan terhadap hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya menurut akal budi.1
Sejarah menurut bahasa berasal dari kata syajara (pohon) yang dalam
perkembangan selanjutnya disamakan dengan tarikh (Arab),history (Inggris),
geschidenis (Belanda), geschichte (Jerman). Menurut Kuntowijoyo, sejarah diartikan
sebagai rekonstruksi atau membangun kembali peristiwa masa lalu untuk
dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan kekinian dan masa datang.2
- Menurut Prof Sartono Kartodirdjo (1990: 78 – 79) yakni salah satu cabang ilmu
filsafat yang berusaha menjawab pertanyaan tentang makna sebuah proses peristiwa
sejarah.3
1
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61f205ff60208/pengertian-filsafat-menurut-para-ahli-dan-penjelasan-
metodenya diakses pada tangggal 28 September 2022 pada pukul 03:34
2
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5824089/sejarah-dan-pengertiannya-menurut-para-ahli-apa-saja
diakses pada tangggal 28 September 2022 pada pukul 03:34
3
https://www.pustakaindo.co.id/pengertian-filsafat-sejarah/ diakses pada tanggal 28 September 2022 pada
pukul 03:39
bersamaan. Dari paradigma ini maka muncullah rumusan tentang identiknya sejarah
dengan filsafat (Ahmad Syafii Maarif, 2003: 35).
Filsafat sejarah (kesejarahan) berdasar pada pengetahuan tentang perubahan-
perubahan secara bertahap yang mana membawa masyarakat bergerak dari satu tahap
ke tahap yang lain. Filsafat sejarah berisi tentang hukum-hukum yang
menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, filsafat sejarah adalah
ilmu tentang proses menjadinya masyarakat.
Ibn Khaldun mengatakan bahwa, hakekat sejarah (fann al-tarikh) adalah
catatan tentang masyarakat manusia. Sejarah identik dengan peradaban dunia;
mengenai perubahan yang terjadi pada watak peradaban, seperti keliaran, keramah
tamahan, dan solidaritas atau ashabiyah; tentang revolusi dan pemberontakan oleh
segolongan rakyat melawan golongan lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan
dan negara-negara dengan berbagai tingkatannya; tentang kegiatan dan kedudukan
orang, baik untuk mencapai penghidupan-nya, maupun dalam ilmu pengetahuan dan
pertukangan; dan pada umumnya tentang segala perubahan yang terjadi dalam
peradaban karena watak peradaban itu sendiri (Ibn Khaldun, 1986: 57). 4
Ibn Khaldun menyatakan bahwa dalam hakekat sejarah, memuat makna
observasi (nadzar), usaha untuk mencari kebenaran (tahqiq), dan keterangan yang
mendalam tentang sebab dan asal benda maujudi, serta pengertian dan pengetahuan
tentang substansi, essensi, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa. Dengan demikian,
sejarah benar-benar terhunjam berakar dalam filsafat, dan patut dianggap sebagai
salah satu cabang filsafat.
Filsafat sejarah mengandung arti studi jalannya peristiwa sejarah, atau studi
terhadap asumsi dan metode para sejarawan. Walsh menyatakan bahwa, ketika
seseorang berpikir tentang asumsi dan metode para sejarawan, maka ketika itu ia
sedang bergumul dengan filsafat sejarah kritis atau analitis.
4
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/BAB++8+-+PENGERTIAN+FILSAFAT+SEJARA.pdf
diakses pada tanggal 28 September 2022 pada pukul 03:39
Ruang lingkup filsafat sejarah adalah perjalanan sejarah dan
perkembangannya serta perkembangan pemikiran filosofis tentang perjalanan sejarah
dan perkembangannya.
Dalam kaitan dengan filsafat sejarah ini, maka filsafat sejarah akan berbicara
kaitan sejarah dan epistemologi yang menjadi filsafat sejarah kritis, yang tidak
memandang proses sejarah secara menyeluruh, melainkan memikirkan masalah pokok
penyelidikan sejarah, tentang cara dan metode yang digunakan dalam menafsirkan
sejarah, dan sebagainya.
5
Prayogi, Arditya, (2021). “Ruang lingkup sejarah dalam kajian sejarah” SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan
Kajian Sejarah. Vol.4, No.1, hlm. 1-10
6
Ibid, hlm.7
D. Tujuan Filsafat Sejarah
Tujuan filsafat sejarah adalah untuk menemukan dasar-dasar nilai dalam
peristiwa
sekaligus meneliti peluang kebenaran dan kesalahan dalam metodologi ilmu sejarah.
Filsafat sejarah bertujuan antara lain:
a. Menyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat diungkap hakikat dan
makna terdalamnya;
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan, “kemanakah arah sejarah”, serta menyelidiki
semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu;
c. Membentuk visi sejarah seseorang agar menjadi luas dan mendalam;
d. Membentuk pikiran sejarah seseorang agar menjadi analitis, kronologis dan arif-
bijaksana;
e. Membentuk dan menyusun isi, hakikat dan makna sejarah, sehingga mampu
menyusun pandangan Dunia untuk filsafat sejarah Dunia atau pandangan nasional
untuk filsafat sejarah Nasional Indonesia (Tamburaka, 1999: 142-143). 7
Filsafat sejarah penting, jika tidak disebut mutlak dipahami para peminat
kajian (ilmu) sejarah dan sejarawan agar memahami peristiwa secara komprehensif.
Hal ini yang diinginkan bahwa tiap peristiwa sejarah sesungguh terjadi tidak
hanya dilatarbelakangi oleh satu faktor saja dengan tujuan utama menjadikan sejarah
sebagai ilmu yang objektif (dengan meminimalisir unsur subjektif).
Sejauh itu maka, pandangan filosofis dalam sejarah menjadikan sejarah haruslah
menjadi sebuah ilmu yang empiris dengan melibatkan berbagai indikator yang dibuat
dalam pendekatan filsafat positivisme.
Seorang peneliti sejarah yang mengetahui dan memahami filsafat sejarah akan
mampu menemukan struktur dasar (hakikat) di dalam penjelasan (eksplanasi) sejarah
7
https://catatanjasmadi.blogspot.com/2016/11/giambattista-vico-filsafat-dalam-sejarah.html?
m=1 diakses pada 28 September 2022 pada pukul 04:48
asal-usul benda, hal yang dipikirkan pertama kali ialah segi corak mistis yang ada di
dalamnya, bukan asal-usul yang bersifat historis.
Konsep sejarah mencapai kematangannya dalam karya Gambattista Vico dan
Herder. Teorinya tentang gerak sejarah ibarat daur cultural spiral yang dimuat dalam
karyanya The New Science (1723) yang telah diterjemahkan Down tahun 1961. Atau
mungkin karena teorinya yang sering diidentikkan dengan teori siklus. Secara makro,
pokok-pokok pikiran Vico yang tertuang dalam teori daur spiralnya dalam The New
Science tersebut sebagai berikut:
a. Perjalanan sejarah bukanlah seperti roda yang berputar mengitari dirinya sendiri,
sehingga memungkinkan seorang filosof meramalkan terjadinya hal yang sama pada
masa depan.
b. Sejarah berputar dalam gerakan spiral yang mendaki dan selalu memperbaharui
diri, seperti gerakan pendaki gunung yang mendakinya melalui jalan melingkar ke
atas, di mana setiap lingkaran selanjutnya lebih tinggi dari lingkaran sebelumnya,
sehingga ufuknya pun semakin luas dan jauh.
c. Masyarakat manusia bergerak melalui fase-fase perkembangan tertentu dan terjalin
erat dengan kemanusiaan yang dicirikan oleh gerak kemajuan dalam tiga fase yaitu;
fase telogis, fase herois, dan fase humanistis.
d. Ide kemajuan adalah substansial, meski tidak melalui satu perjalanan lurus ke
depan, tetapi bergerak dalam lingkaran-lingkaran histories yang satu sama lain saling
berpengaruh. Dalam setiap lingkaran pola-pola budaya yang berkembang dalam
masyarakat, baik agama, politik, seni, sastera, hukum, dan filsafat saling terjalin
secara organis dan internal, sehingga masing-masing lingkaran itu memiliki corak
cultural khususnya yang merembes ke dalam berbagai rung lingkup kulturalnya.
Sejarah dan perkembangan filsafat sejarah ini dapat ditelusuri dari tahapan-
tahapan dalam proses. Thucydides ialah filsuf pertama yang mengamati dan
menggambarkan sejarah pada zamannya sendiri serta meninjau masa lalu dengan
pikiran yang kritis dan jernih. Ia yakin pemikirannya merupakan sesuatu yang
menentukan dan bernilai abadi dengan menyadari bahwa adanya pemisahan antara
pemikiran mitis dengan historis, antara legenda dan kebenaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
8
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/BAB++8+-+PENGERTIAN+FILSAFAT+SEJARA.pdf
diakses pada tanggal 28 September 2022 pada pukul 03:39
Menurut G. Collingwood dalam bukunya yang berjudul The Idea of
History (1956) mengungkapkan bahwa pengertian filsafat sejarah yaitu sebuah studi
filosofis dari peristiwa yang kita kenal sebagai pemikiran atau pengetahuan sejarah.
Ruang lingkup filsafat sejarah yaitu Filsafat sejarah spekulatif dan kritis.
Bagi Croce, perbuatan berpikir adalah filsafat dan sekaligus sejarah pada waktu yang
bersamaan. Dari paradigma ini maka muncullah rumusan tentang identiknya sejarah
dengan filsafat (Ahmad Syafii Maarif, 2003: 35).
Sejarah dan perkembangan filsafat sejarah ini dapat ditelusuri dari tahapan-
tahapan dalam proses. Thucydides ialah filsuf pertama yang mengamati dan
menggambarkan sejarah pada zamannya sendiri serta meninjau masa lalu dengan
pikiran yang kritis dan jernih