Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN POKOK FILSAFAT SEJARAH: HAKEKAT DAN

TUJUAN SEJARAH, SUMBER CAUSA GERAK SEJARAH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Sejarah

Dosen Pengampu:
Nuriyadin, M.Fil.I

Oleh:
M. Yoka Indra Pratama
(03010220012)
Tri Prasetyo
(03040220106)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas berkat dan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kami dapat
menyelesaikan makalah Dilsafat Sejarah dengan judul “Permasalahan Pokok Filsafat
Sejarah”. Salawat serta salam semoga senatiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang telah menegakkan ajaran islam.
Kami menyadari penyusuna makalah ini tidak terlepas dari hambatan dan
kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami
mengharap kritik dan saran para pembaca agar bersama dapat mengembangkan ilmu
kita semua.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah khazanah
keilmuan para pembaca, juga semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni dosa
kita semua. Aamiin.

Surabaya, 1 Oktober 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia berusaha memahami dan menghubungkan masa lalu dan masa kini
dalam kerangka pengetahuan. Memahami dan mengetahui tidak pernah lepas dari
interpretasi, dan karya sejarah merupakan hasil interpretasi para sejarawan yang
berusaha menghubungkan masa kini dan masa lalu. Melihat sejarah dapa melalui
berbagai kacamata pengetahuan salah satunya filsafat. Filsafat sejarah sebagai suatu
metode dalam mengkaji sejarah. Filsafat sejarah itu sendiri menunjukkan suatu
penelaahan yang spekulatif terhadap seluruh jalannya sejarah, suatu perlakuan dimana
diharapkan untuk membeberkan dengan jelas rahasia sejarah sekaligus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Filsafat sejarah?
2. Apa hakekat dan tujuan sejarah?
3. Apa sumber gerak sejarah?

C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui permasalahan pokok filsafat sejarah.
2. Untuk dapat memahami hakekat dan tujuan sejarah.
3. Untuk dapat mengetahui sumber gerak sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Sejarah
Kajian tentang filsafat sejarah sering kali dipahami sebagai sesuatu yang rumit
atau abstrak, karena bukan lagi bicara sejarah sebagai narasi atau deskripsi, tetapi
lebih mengarah pada dimensi nalar argumentasi tentang dunia kesejarahan. Hampir di
semua wilayah filsafat, objek materinya selalu bermuara pada abstraksi-abstraksi
gagasan dan argumentasi-argumentasi nalar rasional dalam menggambarkan tentang
entitas dan realitas. Dengan demikian, membahas filsafat sejarah selalu berkait
dengan pemikiran yang mendalamtentang entitas dan realitas masa lalu, baik tentang
du- nia masa lalu sebagai sebuah realitas, maupun tentang tulisan tentang masa lalu
sebagai entitas atau sebalik- nya.1
Fisafat sejarah menurut G.W.F Hegel adalah menemukan rasionalitas sejarah,
yakni arti dan tujuan dalam proses sejarah secara keseluruhan serta mencoba untuk
menjawab pertanyaan apakah sejarah lebih dari hanya sekedar rangkaian peristiwa
yang berkaitan satu sama lain. Pemikiran R.G. Collingwood tentang filsafat sejarah, ia
menyatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha refleksi. Pemikiran filosofis tidak
secara sederhana berpikir tentang suatu objek, tetapi lebih dari itu, ketika seseorang
berpikir tentang suatu objek, ia sekaligus berpikir tentang pemikirannya sendiri
mengenai objek itu. Pemikiran dalam hubungannya dengan objek bukan sekedar
pemikiran, tetapi adalah pengetahuan. Sebagai contoh, apabila Psikologi mempelajari
tentang pemikiran dan mendefinisikannya sebagai peristiwaperistiwa mental yang
merupakan hasil abstraksi dari objek-objek, maka bagi filsafat, pemikiran itu adalah
teori pengetahuan. Dalam hubungan dengan sejarah, ketika para psikolog
menanyakan tentang apa yang dipikirkan oleh para sejarawan, maka para filsuf
menanyakan tentang bagaimana para sejarawan dapat mengetahui. Para filsuf sangat
mempedulikan keberadaan objek bukan sebagai objek semata tetapi sebagai sesuatu
yang dapat diketahui oleh para sejarawan.
Filsafat sejarah meperhatikan peristiwa-peritiwa masa lalu - bukan sebagai
peristiwa itu sendiri - tetapi sebagai peristiwa yang dikeatahui oleh para sejarawan.
1
Ajid Thohir, Filsafat Sejarah Profetik, Spekulatif, dan Kritis, 2019, 1.
Oleh karena itu filsafat sejarah mempertanyakan hakikat peristiwa peritiwa yang
terjadi di masa lampau. Sejarah adalah pemikiran tentang masa lalu sedangkang
filsafat sejarah adalah pengetahuan terhadap pemikiran tentang masa lalu itu. Filsafat
Sejarah meliputi filsafat sejarah spekulatif dan filsafat Sejarah Kritis yang masing
masing mencoba menemukan pola-pola makna umum yang ada dibalik setiap
pandangan sejarawan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau. Sementara filsafat
sejarah kritis bertujuan untuk menjelaskan tentang bidang penyelidikan sejarah, untuk
menguji asumsi-asumsi dasar dari para sejarawan yang digunakan sebagai dasar
penyelidikannya, menjelaskan bagaimana konsep-konsep sejarawan diorganisir dalam
tulisannya, metode yang digunakan sejarawan dalam meneliti dan menuliskan hasil
penelitiannya, dengan mendudukkan semua itu dalam peta pengetahuan secara
keseluruhan (Dray,1993: 1-5).2

1. Filsafat Sejarah Spekulatif


Filsafat spekulatif pada dasarnya sejajar dan diambil dari istilah filsafat alam.
Pemikiran spekulatif dalam filsafat alam dimaksudkan untuk mempelajari proses
peristiwa alamiah yang sebenarnya dengan melihat struktur alam semesta secara
keseluruhan. Filsafat sejarah spekulatif berusaha untuk memberikan penjelasan dan
penafsiran yang luas mengenai seluruh proses sejarah sebagai peritiwa. Kemudian
filsafat sejarah dengan perenungan yang spekulatif menyusuri dan memberi kerangka
pada proses perjalanan sejarah. Filsafat sejarah spekulatif ingin mengungkap faktor-
faktor esensial yang menggerakkan suatu proses sejarah, tujuan dan arah gerak sejarah
dan demikian pula dari perenungan spekulatif itu ingin dicari makna proses sejarah3
Voltaire berpikir yang memimpin manusia dan sejarah bukan lagi
penyelenggara ilahi (Divina Providentia), melainkan akal manusia itu sendiri.4
Kartodirdjo dalam A.Daliman kepercayaan dan harapan akan penyelenggaraan ilahi
(Divina Providentia) digantikan dengan kepercayaan dan kemampuan manusia untuk
mencapai kebahagian di dunia ini.
Hegel berpendapat bahwa sejarah tidak lain perwujudan dari ide dalam waktu
secara dialektis, dan untuk memahami sejarah melalui teori dialektis melalui tiga
tahap yaitu tesis, antitesis, sintesis. Dalam pemikiran Hegel, jalannya sejarah
diterangkan sebagai suatu pemaduan yang dialektis. Sudut pandangan yang dia pakai
2
Jusuf Nikolas Anamofa, Membaca Karya Sejarah Dengan Kerangka Kerja Filsafat Sejarah, 2016, 2.
3
A. Daliman, pengantar filsafat sejarah, 2012, 22.
4
Ibid, Hlm 32.
ke arah sejarah adalah sudut pandang luar (eksternal). Filsafat sejarah merupakan
bagian dari filsafat roh (jiwa) dan problema yang dihadapi adalah tentang menyusuri
bekerjanya akal pikiran di dalam suatu lingkungan empiris yang khusus. Menurut
Hegel rasionalitas dan realitas hal yang sama sebab hal yang nyata itu masuk akal dan
yang masuk akal itu nyata. Semua pertentangan pikiran dan kenyataan diatasi dalam
sintesis yang merupakan titik pangkal baru untuk mencapai sintesis-sintesis dari
tingkat yang lebih tinggi.

Filsafat Kritik
Pemikiran filsafat sejarah kritis mulai timbul sejak abad 19, dimana saat itu
filsafat sejarah spekulatif sedang berada dipuncaknya. Filsafat sejarah kritis mencoba
untuk bagaimana sejarah dapat dilukiskan, digambarkan atau direkonstruksikan
kembali. Maka filsafat sejarah kritis meneliti sarana, metode, pemikiran, analisis yang
dapat digunakan sejarawan dalam mendeskripsikan dan merekonstruksikan masa
silam dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan menurut kaidah ilmiah.5
R.G. Collingwood meberikan gambaran idealis tentang pengetahuan sejarah,
bahwa sejarah memiliki metode tersendiri maka sejarah merupakan suatu ilmu
pengetahuan. Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang tidak abstrak tetapi konkret
yang tidak berakhir pada pengetahuan umum, melainkan pada pengetahuan dari
kebenaran individu, gambaran idealis mengenai sejarah ini dipaparkan dalam karya
R.G. Collingwood The Idea of History (1946).6

B. Hakekat Sejarah
Ide sejarah menurut Hegel ialah menunjukan adanya perkembangan
rasional,dan dengan mempelajari sejarah manusia akan dapat memahami dunia
7
dengan alam raya yang mengelilinginya. Menurut Hegel esensi sejarah adalah
rasionalitas dan kebebasan. Hegel menggambarkan progres sejarah dengan contoh
orang Timur mengetahui bahwa manusia itu bebas namun ia dikuasai dan
dihadapan alam semesta yang mmisterius dan besar takluk dan ia berpikir menjadi
bagian dari alam semesta, lalu kesadaran akan kebebasan lahir di Yunani dan
Romawi oleh sebagian manusia belum secara utuh, dan bangsa Jerman dibawah
pengaruh agama kristen yang benar-benar mencapai kesadaran yang utuh, dan bagi
5
Ibid, Hlm 43.
6
Ibid, Hlm 49.
7
G.W.F. Hegel, Filsafat Sejarah, (Yogyakarta : Phanta Rhei Books, 2003), 8.
Hegel bangsa Jerman adalah model ruh dunia yang mencapai kematangan sejarah
yaitu kebebasan. Sejarah adalah proses yang dilalui oleh roh untuk mneyadari
dirinya.
Hakikat Sejarah ialah memahami, menafsirkan, mengerti. Wilhelm Dilthey
(1833-1911) membagi ilmu sejarah menjadi dua, yaitu ilmu tentang dunia “luar”
atau Naturwissenschaften (ilmu-ilmu alam) dan ilmu tentang dunia “dalam” atau
Geisteswissenschaften (ilmu-ilmu kemanusiaan).8 Dilthey berpendapat pendekatan
pada ilmu kemanusiaan ialah dengan hermeneutics memahami makna dalam dari
yang tdak dinyatakan dalam kata-kata pelaku itu sendiri. Dilthey berpandangan
bahwa manusia hanya dapat dipahami melalui konsep tentang hidup dan manusia
hanya dapat diterangkan melalui sejarahnya, melalui pengakaman dalam yang
menembus jiwa (Verstehen) memahami, berusaha untuk meletakkan diri dalam diri
yang lain.9
Sejarah sebagai kisah ialah sejarah sebagai rekonstruk peritiwa masa
lampau. R.G.Collingwood berpendapat peneliti sejarah diharuskan menghayati
gagasan-gagasan, pikiran, dan perbuatan manusia dalam sejarah, dengan begitu ia
mampu untuk mengulangi kejadian-kejadian dimasa silam yang memungkinkan
untuk memperoleh pengetahuan mengenai masa silam yang dapat di amati secara
lansgung, namun perlu dicatat bahwa apa yang pernah ada dalam pemikiran-
pemikiran pelaku sejarah yang diaktualisasikan kembali dan dibawa ke masa kini
bukanlah fakta-fakta sejarah itu sendiri.10
Sejarah sebagai peristiwa bersifat unik kejadian, kenyataan, aktualitas, yang
sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu yang lalu. Peristiwa yang
Sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa
dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat pada masa lampau yang disusun secara
sistematis dan menggunakan metode yang didasarkan atas asas-asas, prosedur dan
metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah. Sejarah merupakan
ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan
ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang
dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa
lampau yang dipermasalahkan.11

8
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah, (Yogyakarta : Tiara wacana, 2008), hlm. 2
9
Ibid, Hlm 6.
10
A. Daliman, pengantar filsafat sejarah, 2012, 47.
11
Ersis Warmansyah Abbas, Memahami Sejarah, 1996.
C. Sumber Causa Gerak Sejarah
Sumber gerak sejarah menurut Karl Marx ialah pertentangan kelas, sedangkan
menurut Oswald Spengler menyatakan bahwa gerak sejarah bersumber kepada hukum
alam yang ia sebut sebagai schicksal yang tidak lebih atau tidak kurang semacam
nasib dala pengertian Yunani. Sedangkan Arnorld J. Toynbee berpendapat bahwa
gerak sejarah dipengaruhi minority group yang memiliki kuasa dan budaya,
sedangkan majority group sebagai pendukung. Tanpa minority group yang kreatif dan
kuat suatu kebudayaan dan sejarah tidak akan berkembang. Toynbee menimpulkan
gerak sejarah tidak memiliki hukum tertentu yang menguasai dan mengatur lahir dan
tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan yang pasti, gerak sejarah berjalan melalui
tingkatan lahirnya kebudayaan, perkembangan kebudayaan, dan keruntuhan
kebudayaaan.
Manusia dan sejarah, Manusia tidak memiliki kodrat, yang dipunyai ialah
sejarah Jose Ortega Y Gasset (1883-1995).12 Manusia menyejarah dengan artian selalu
membuat perubahan-perubahan. Hidup manusia seoalh-olah membentang atau
membujur dari dahulu hingga sekarang dan menuju masa depan, manusia senantiasa
membuat perubahan-perubahan. Manusia beruat perubahan terus menerus untuk dapat
mempertahankan dan membangun diri. Dalam menyejarah manusia dimungkinkan
membuat kemajuan, sejarah sebagai hasil menyejarahnya manusia yang merupakan
akumulasi dari perbuatan, pengalaman, kebudayaan manusia itu sendiri yang terus
menerus diwariskan ke generasi berikutnya dan menjadikan manusia semakin maju
dan memperbaiki taraf hidupnya.
Alam sebagai sumber gerak sejarah, pada awalnya kehidupan manusia
bergantung pada alam yang berlanjut hingga saat ini. Lingkungan memiliki bentuk,
keadaan, iklim, letak, dan sumber daya alam mrupakan faktor penggerak sejarah.
Pengaruh kekuatan alam dapat dilihat bangsa Eropa selain mencari kejayaan,
penyebaran agama, ke wilayah asia juga untuk mencari kekayaan yakni hasil alam
yang melimpah yang jarang ditemui di wilayah eropa. Perkembangan sejarah
dipengaruhi oleh kondisi alam yang berbeda di setiap tempat.
Tuhan sebagai kekuatan penggerak sejarah kepercayaan ini berkembang
sejalan dengan perkembangan agama samawi, hal ini menggeser pemahaman manusia
yang sebelumnya dipercayai masyarakat Yunani bahwa alam semesta (makro
12
A. Daliman, Manusia & Sejarah, 2012, 9.
kosmos) dan manusia (mikro kosmos) dipengaruhi oleh kekuatan tunggal yaitu nasib.
Pemhaman bahwa perkembangan manusia dan gerak sejarah hanya terjadi karena
kehendak dan kuasa tuhan, pemahaman masyarakat kristen abad pertengahan bahwa
sejarah merupakan wujud dari kekuasaan tuhan. Tidak ada kebebasan manusia dalam
menentukan jalannya manusia itu sendiri, manusia dan alam hanya menerima takdir
dari tuhan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat sejarah bukan sebatas penggabungan dua arti secara etimologis, yaitu
kata filsafat dan sejarah, tetapi lebih dari itu, sebagai pembahasan satu disiplin yang
memiliki wawasan pembahasan, metode, paradigma, atau perspektifnya sendiri.
Filsafat sejarah justru dimulai dengan membedakan dua arti dari kata sejarah, yaitu
sejarah sebagai kejadian/peristiwa dan sejarah sebagai kisah/ cerita. Hubungan antara
dua arti tersebut dalam filsafat sejarah adalah sebagai sejarah yang spekulatif dan
kritis. Filsafat sejarah terdiri dari tiga unsur yaitu, filsafat sejarah deskriptif, filsafat
sejarah spekulatif, dan filsafat sejarah kritis. Adapun maafaat yang diperoleh setelah
mempelajari filsafat sejarah meliputi dua hal yaitu pada tahap ilmu pendukung dan
tahap penulisan sejarah. Gerak Sejarah dipengaruhi oleh manusia sebagai penggerak
dan pelaku sejarah, dipengaruhi oleh alam dan sumber daya alam dimana manusia
hidup, lalu tuhan yang mempengaruhi gerak sejarah karena tuhan yang menentukan
nasib manusia dan alam semesta.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ersis warmansyah. Memahami Sejarah (Sebuah Tanggung Jawab).


Banjarmasin: Antra EWA Book Company, 1996.
Anamofa, Jusuf Nikolas. Membaca Karya Sejarah Dengan Kerangka Kerja Filsafat
Sejarah Kritis. Yogyakarata: FTU Press, 2016.
Daliman, A. Pengantar Filsafat Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015.
Daliman, A. Manusia &Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016.
Hegel, G.W. Filsafat Sejarah. Terjemah Introduction to the Philosophy of
History.Yogyakarta: Panta Rhei Books, 2003.
Kuntowijoyo. Penjelasan Sejarah, Yogyakarta : Tiara wacana, 2008.
Thohir, Ajid. Filsafat Sejarah: Profetik, Spekulatif, dan Kritis. Jakarta: Kencana,
2019.

Anda mungkin juga menyukai