MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Magister Pendidikan Agama Islam Pada Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu
Dosen Pengampu :
Dr. Rustina, S.Ag.,M.Pd.
Dr. Hamka, S.Ag.,M.Ag.
Oleh:
ANDRY LUCKY AHMAD
NIM: 02111322024
A. Latar Belakang
Kodifikasi sejarah merupakan sebuah bentuk proses pengisahan peristiwa-
peristiwa masa lalu. Terlepas dari keotentikan pengisahan tersebut, proses ini
sangat erat kaitannya dengan sikap, pendekatan, atau orientasi hidup manusia. Oleh
karena itu, perbedaan pandangan terhadap masa lalu yang pada dasarnya adalah
objektif dan absolut, pada gilirannya akan menjadi suatu kenyataan yang relatif.1
dan benar. Dalam proses ini, kepingan-kepingan fakta dituangkan oleh para
sejarawan dalam bentuk tulisan, cerita atau yang sering disebut historiografi
(penulisan sejarah).
metodologi. Jika tidak, ia terancam akan terjebak dalam sebuah lingkaran sejarah
naratif. Karenanya, untuk setiap peristiwa sejarah yang menyangkut pelbagai aspek
dan dimensi waktu yang berbeda, diperlukan kemampuan, dan alat-alat analitis
yang berbeda. Oleh karena itu, muncul perkembangan baru dalam penulisan
enam pertanyaan utama dalam sejarah. Pertanyaan tersebut adalah what (apa),
1
2
when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how
pembahasan ini akan dimulai dengan historiografi penulisan sejarah sebagai ilmu
pengetahuan.
Biografi, telah dikenal sejak lama bagi banyak orang sebagai suatu wadah
yang menjadi informasi terkait dengan kisah hidup dan hasil pemikiran orang-
orang terdahulu, terutama para kaum intelektual yang juga menyumbang banyak
pemikiran dan konsep yang masih digunakan hingga saat ini. Oleh karena itu,
biografi dan sejarah dari para intelektual ini memiliki relasi yang erat meskipun di
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
untuk dapat membantu kehidupan manusia menjadi lebih baik. Begitu pula
Dahulu sejarah nampak hanya sebagai sebuah seni, namun ia menjadi lebih
tentang sejarah kerajaan Persia, dan konflik yang terjadi padanya dengan
Yunani. Karya ini, dianggap karya pertama yang disusun secara sistematis dan
1
F.R. Ankersmit, Refleksi Tentang Sejarah, Pendapat-pendapat Modern tentang Filsafat
Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1987), 160.
3
4
antara demokrasi Athena dan tirani Sparta2. Singkat cerita, kebangkitan sejarah
tersendiri, mulai terjadi di Jerman. Tokoh dalam metodologi ini adalah Leovold
modern3.
disiplin ilmu-ilmu sosial, yang selama ini berjalan sendirisendiri. Yang mana,
kala itu sejarawan lebih banyak terpaku pada sejarah naratif yang konvensional,
politis dramatis. Salah satu tokoh terkemuka dari kelompok ini adalah Fernand
2
A. Teeuw, Sastra Dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (T.t.: Pustaka Jaya, 1984), 242.
3
Samuel Byrskog, Story as History - History as Story: The Gospel Tradition in the Context of
Ancient Oral History (German: Mohr. Siebeck, 2001), 19-20
5
pendukung sejarah berada dalam struktur yang ada dalam aspek kehidupan
manusia.
dan sebagainya.
sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandang
seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ilmu ekonomi. Cirinya: Sumber
yang digunakan tidak hanya babad, tetapi juga hikayat, berita Cina, dan sumber
orang besar dan Negara saja, tetapi lebih pada kemanusiaannya, atau
kebudayaannya. Sumber tidak lagi hanya sumber arsip, tetapi juga sumber
saja terlepas dari beberapa aspek penting. Di antaranya dari aspek masyarakat,
kebudayaan, bahasa, dan pelbagai disiplin keilmuan lain yang secara langsung
suatu cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sejarah. Fokus dari metodologi
tiada lain merupakan disiplin keilmuan yang membicarakan jalan atau cara
4
Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2007), 8
5
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2005), vii
7
dimaksud dengan prosedur di sini adalah analisis tentang cara, prinsip atau
pengertian sejarah merupakan suatu proses interaksi, dan kejadian yang terpadu
Maka metodologi sejarah tiada lain, merupakan proses menelaah dari pelbagai
sumber, yang berisi informasi mengenai masa lampau, dan diwujudkan dalam
penelitian dilakukan.
terhadap validitas bukti dari sumber sejarah. Sehingga dapat melahirkan suatu
peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dengan kata lain, ia bertujuan untuk
mana, dan mengapa suatu peristiwa masa lalu dapat terjadi. Mampu
6
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nogroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1986), 27.
8
Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap. Serta
proses masa lalu itu menjadi masa kini, dan pada akhirnya, diharapkan darinya
ada sumbangsih pemahaman yang lebih baik tentang kejadian masa lalu, dan
masa kini serta memperoleh dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-
pilihan di masa kini7 Hal ini akan dapat terwujud selama dalam proses
yang terjadi, baik fakta yang nampak ataupun segala kejadian dibalik layar.
Misi yang diemban bukan hanya menyajikan sebuah cerita runtutan peristiwa,
namun ia juga mencakup makna dibalik layar dari rentetan kejadian itu.
antara manusia, peristiwa, ruang dan waktu. Artinya penelitian sejarah harus
7
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 1996), 23.
9
sejarah yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan kata lain, yang
keabsahannya
intuisi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial). 8
Artinya seorang peneliti sejarah selain memiliki otoritas keilmuan sejarah, atau
melek sejarah, ia juga harus memiliki misi tersendiri dalam penelitian ini.
memiliki suatu “misi” rahasia tersendiri yang tidak semua orang tahu.
8
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat (Yogyakarta: Tiar Wacana, 1987), 131-133
10
mencari sumber, dan menyangkut eksistensi baik nilai, moral, agama, latar
yang terjadi pada masa lampau dengan serangkaian metode dan metodologi .
pisau bedah dalam mengkaji sebuah topik yang diteliti. Diharapkan dari adanya
analitis, valid, dan kompleks yang mampu mengelaborasi dan menjawab asal
9
Mona Lohanda, Sumber Sejarah dan Penelitian Sejarah (Jakarta: Lembaga Penelitian, UI,
1998), 24-24.
10
Suhartono W. Pratono, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 9-
10.
11
seperti dalam disiplin keilmuan lain.11 Maka dari itu, wajar kiranya jika
beberapa tokoh sejarawan memiliki rumusan, dan bahasan yang berbeda dalam
luas. Artinya bagaimana sejarawan itu menggunakan “ilmu metode” itu pada
penelitian. Yaitu, bergerak dimulai dari penentuan topik yang diminati, kepada
11
Ibid, 149-150
12
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), 15
13
Heather Sutherland, “Meneliti Sejarah Penulisan Sejarah”, dalam Henk Schulte Nurdholt,
dkk Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008 ), 52
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu, 37-39, baca juga: Helius Sjamsuddin, Metodologi, 89.
12
akan diteliti, baik yang terdapat di lokasi penelitian, temuan benda, maupun
alatnya yang paling bermanfaat disana adalah katalog). Akan tetapi sejarawan
harus mempergunakan banyak lain material yang tidak terdapat di dalam buku.
sumber sejarah terkumpul, maka langkah berikutnya ialah verifikasi atau lazim
Dalam hal ini yang harus diuji ialah keabsahan tentang otentisitas sumber, yang
sumber ada dua, yakni kritik ekstern dan kritik intern.15 Satu keaslian sumber
menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Dua, kesahihan sumber
15
Nana Supriatna, Sejarah untuk Kelas X SMA (T.t.: Grafindo Media Pratama, 2006), 30-31.
13
kekeliruan yang disengaja terhadap kesaksian. Para saksi terbukti tidak mampu
Setelah kita mengetahui secara persis topik kita, dan sumber sudah kita
kumpulkan, tahap yang beriktnya ialah verifikasi, atau kritik sejarah, atau
kebsahaan sumber. Verifikasi itu dua macam: autentitas, atau keaslian sumber,
atau kritik ekstern, dan kredibilitas, atau kebiasaan dipercayai, atau kritik
intern.
data tidak bisa berbicara. Itulah sebabnya, subjektifitas penulis sejarah diakui,
tetapi untuk dihindari. Interpretasi terbagi menjadi dua macam, yaitu analisis
dan sintesis. Sintetis sejarah, artinya menyatukan beberapa data yang ada, dan
makna dan keterhubungan antara fakta satu dengan lainnya. Namun, sejarawan
harus berfikir plurakausal, sebab segala peristiwa tidak hanya disebabkan oleh
satu penyebab saja (monokausal). Karenanya, peristiwa itu harus dilihat dari
dalam sejarah.
14
menjadi lebih bulat dan menyeluruh, sehingga dapat terhindar dari kesepihakan
laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Penulisan hasil laporan
dari fase awal hingga akhir atau dengan kata lain ia merupakan sebuah proses
bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah, yang tentu saja
oriented maksudnya, karya tulis sejarah ditulis secara naratif, serta tidak
sejarawan16
16
Sartono Kartodirjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif
(Jakarta: Gramedia, 1982), 2-8.
15
b. Kelemahan Historiografi
aspek, yakni:
3. Kegagalan dalam menangkap poin pokok atas apa yang dilihat, atau
tersebut.
yang terjadi.
berpengaruh.
peradaban17
Secara bahasa, biografi berasal dari kata ‚bio‛ (hidup) dan ‚grafi‛
17
Ahmad Syafii Ma’arif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur (Jakarta:
GIP, 1996), 25 lihat juga: Ibn Khaldūn, Al-Muqaddimah (Beirūt: Dār al-Fikr, t.th.), 35-36.
16
konotasi yang jauh dari sekedar sedikit melampaui makna biografis itu sendiri.
Hal ini berarti bahwa penyampain yang bersifat mendalam tentang pengalaman
hidup seseorang yang masih hidup dan orang yang sudah meninggal. , dengan
catatan memiliki data yang relevan. Denzin & Lincolin menjelaskan, cerita
tentang kehidupan seseorang ditulis oleh orang lai, bukan seseorang yang
dalam kehidupannnya yang dianggap menarik dan unik oleh orang lain.
Metode biografi yang menjadi titik fokus utama dalam penelitian adalah
kisah kehidupan keseluruhan dalam beberapa fase dari satu individu yang
dianggap menarik, unik, khas, dan dianggap sangat luar biasa sehingga layak
18
Denzin, K Norman dan Yvonna S. Lincoln.. The Sage Handbook of Qualitative Research.
Third Edition.( University of Illinois.. Sage Publications (CA). 2009)
17
biografi dapat memberikan penilain positif pada diri seseorang dan dapat
biografi; seperti biografi individu, autobiografi, sejarah hidup, dan sejarah lisan
Pada tulisan Safari Daud, biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang
ditulis oleh orang lain baik tokoh tersebut masih hidup atau sudah meninggal.
Sedangkan riwayat hidup yang ditulis sendiri disebut otobiografi. Pada daur
hidup seseorang, kelahiran sampai kematian, ada banyak kejadian yang dialami
oleh individu. Pengalaman ini merupakan unsur yang sangat menarik untuk
waktu ke waktu.
selain Biografi, ada otobiografi, Prosofografi dan Memoar. Jika biografi ditulis
oleh orang lain, Otobiografi dituliskan oleh individu itu sendiri. Sangat mirip
dengan memoar, bedanya pada fokus individu terhadap suatu kejadian atau
yaitu portrayal (portrait) dan scientific (ilmiah). Biografi dalam potret portrayal
maupun praktek komunikasi. Bahan yang digunakan dalam metode biografi ini
Biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh orang lain
baik tokoh tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Sedangkan riwayat
menjadi karya ilmiah sejarah yang terbebas dari intervensi siapapun. Gerry
portrayal atau sebatas memahami tokoh saja. Anhar Gongong dalam menulis
lain yang menjadi pemicu pemberontakan. Satu bab tersendiri dalam biografi
dimasukkan dalam hal ini. Sisi kedua, peristiwa politik ini dapat dijelaskan
dengan study tokoh Pemikir Islam, karena objek formal yang khas, membawa
konsekuensi bagi metodologi study dan penulisan karya ilmiah dalam bidang
ini. ilmu penelitian modern membagikan penelitian menjadi lima macam yaitu
tradisi baru terkait dengan biografi yang ditemukan dalam prespektif sastra,
1. Dalam studi biografi, kisah hidup seseorang ditulis oleh orang lain dengan
individu yang akan diteliti yang didapatkan dari seseorang atau beberapa
22
orang. Informasi ini didapatkan melalui rekaman atau laporan tertulis dari
orang tersebut baik yang sudah meninggal ataupun yang masih hidup.
tentang kehidupan; atau secara “naratif,” memiliki karakter atau kejadian yang
berfokus pada validitas dan dokumen, san rumus dalam hipotesis, semuanya
use and collection of life documents that describe turning point moments in an
tenar atau terkenal, seorang yang marginal, seorang negarawan, manajer yang
sukses, orang kaya raya dan seorang yang fenomenal. Kesemuanya ini dapat
juga berupa biografi, otobiografi, life history dan oral history. Bahkan secara
“We create the persons we write about, just as they create themselves when
padatahun belakangan ini telah banyak penelitian dan bahkan disertasi tentang
ini. Pada awalnya metode ilmiah ini telah menjadi tradisi metode di disiplin
banyak metode ini diadopsi oleh ilmu social lain termasuk sains akuntansi.
telah mempunyai beberapa ‟ pencabangan metode yang satu dengan yang lain
otobiografi, life history dan oral history. Biografi menitikberatkan pada sejarah
kehidupan seseorang yang ditulis oleh peneliti lain. Metode ini lebih populer
Life history adalah jenis metode yang juga populer dikalangan peneliti
personal tentang kejadian, sebab akibat atau pengaruh seseorang atau beberapa
orang. Data ini dapat berupa dokumen yang telah ditulis oleh orang yg sudah
antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ilmu ekonomi. Cirinya: Sumber yang
digunakan tidak hanya babad, tetapi juga hikayat, berita Cina, dan sumber
besar dan Negara saja, tetapi lebih pada kemanusiaannya, atau kebudayaannya.
sumber, yang berisi informasi mengenai masa lampau, dan diwujudkan dalam
mendeskripsikan gejala kejadian, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian
dilakukan.
aspek, yakni:
25
26
3. Kegagalan dalam menangkap poin pokok atas apa yang dilihat, atau
tersebut.
yang terjadi.
berpengaruh.
Secara bahasa, biografi berasal dari kata ‚bio‛ (hidup) dan ‚grafi‛
1. Dalam studi biografi, kisah hidup seseorang ditulis oleh orang lain dengan
individu yang akan diteliti yang didapatkan dari seseorang atau beberapa
DAFTAR PUSTAKA
A. Teeuw, Sastra Dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (T.t.: Pustaka Jaya,
1984)
Ahmad Syafii Ma’arif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur
2009)
2005)
1986)
Nana Supriatna, Sejarah untuk Kelas X SMA (T.t.: Grafindo Media Pratama,
2006)
Samuel Byrskog, Story as History - History as Story: The Gospel Tradition in the
2010)