Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DAN KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF

HISTORIOGRAFI DAN BIOGRAFI DALAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Magister Pendidikan Agama Islam Pada Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu

Dosen Pengampu :
Dr. Rustina, S.Ag.,M.Pd.
Dr. Hamka, S.Ag.,M.Ag.

Oleh:
ANDRY LUCKY AHMAD
NIM: 02111322024

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kodifikasi sejarah merupakan sebuah bentuk proses pengisahan peristiwa-

peristiwa masa lalu. Terlepas dari keotentikan pengisahan tersebut, proses ini

sangat erat kaitannya dengan sikap, pendekatan, atau orientasi hidup manusia. Oleh

karena itu, perbedaan pandangan terhadap masa lalu yang pada dasarnya adalah

objektif dan absolut, pada gilirannya akan menjadi suatu kenyataan yang relatif.1

Sebab, fakta-fakta sejarah ibarat kepingan-kepingan puzzle berserakan dimana-

mana. Sejarawan berperan merangkai kembali kepingan-kepingan ini, dengan baik

dan benar. Dalam proses ini, kepingan-kepingan fakta dituangkan oleh para

sejarawan dalam bentuk tulisan, cerita atau yang sering disebut historiografi

(penulisan sejarah).

Karenanya, penyusunan sejarah haruslah dirangkai dengan sebuah

metodologi. Jika tidak, ia terancam akan terjebak dalam sebuah lingkaran sejarah

naratif. Karenanya, untuk setiap peristiwa sejarah yang menyangkut pelbagai aspek

dan dimensi waktu yang berbeda, diperlukan kemampuan, dan alat-alat analitis

yang berbeda. Oleh karena itu, muncul perkembangan baru dalam penulisan

sejarah, khususnya dalam bidang metodologi penelitian ataupun penulisannya.

Metode sejarah sebagai metode penelitian, prinsipnya adalah menjawab

enam pertanyaan utama dalam sejarah. Pertanyaan tersebut adalah what (apa),

1
2

when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how

(bagaimana), sebuah peristiwa terjadi. Karenanya, pemakalah menilai penting

untuk mengelaborasi metodologi penelitian sejarah secara lebih mendalam. Di sini

pembahasan ini akan dimulai dengan historiografi penulisan sejarah sebagai ilmu

pengetahuan.

Biografi, telah dikenal sejak lama bagi banyak orang sebagai suatu wadah

yang menjadi informasi terkait dengan kisah hidup dan hasil pemikiran orang-

orang terdahulu, terutama para kaum intelektual yang juga menyumbang banyak

pemikiran dan konsep yang masih digunakan hingga saat ini. Oleh karena itu,

biografi dan sejarah dari para intelektual ini memiliki relasi yang erat meskipun di

satu sisi juga terdapat kelemahan diantara keduanya.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian, Tujuan, dan Karakteristik Historiografi

2. Aspek-aspek dan Kelemahan Historiografi

3. Pengertian, Karakteristik, dan Riset Biografi

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian, Tujuan, dan Karakteristik Historiografi

2. Mengetahui Aspek-aspek dan Kelemahan Historiografi

3. Mengetahui Pengertian, Karakteristik, dan Riset Biografi


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Tujuan, dan Karakteristik Historiografi
a. Historiografi Sejarah
Ilmu pengetahuan awalnya merupakan sebuah sistem yang

dikembangkan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar. Tujuannya,

untuk dapat membantu kehidupan manusia menjadi lebih baik. Begitu pula

dengan penulisan sejarah. Karenanya, untuk mengatakan sejarah sebagai

sebuah ilmu pengetahuan tentunya dibutuhkan beberapa kriteria yang

mendasarinya. Sebab, untuk menjadi sebuah ilmu sejarah harus setidaknya

memiliki tujuan, objek, metode, kebenaran, dan bersifat sistematik.

Sejarah sebagai ilmu pengetahuan, tidak semata-mata muncul begitu

saja. Ia telah menjalani serangkaian proses untuk menjelma menjadi sebuah

disiplin keilmuan yang diakui. Sebabnya, tiada lain sebagaimana ungkapan

bahwa pernyataan historis hanyalah sebuah statemen mengenai fakta-fakta

historis, sedangkan peristiwa historis sendiri sifatnya faktual bukan tekstual. 1

Dahulu sejarah nampak hanya sebagai sebuah seni, namun ia menjadi lebih

bermakna setelah Herodutus (abad 5 SM) mememperkenalkan karyanya

tentang sejarah kerajaan Persia, dan konflik yang terjadi padanya dengan

Yunani. Karya ini, dianggap karya pertama yang disusun secara sistematis dan

konprehensif, menggunakan konsep sejarah lisan, dan menggunakan

1
F.R. Ankersmit, Refleksi Tentang Sejarah, Pendapat-pendapat Modern tentang Filsafat
Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1987), 160.

3
4

pendekatan geografi dan antropologi. Karya lainnya adalah karya Thucydides

yang menceritakan perang peloponesos (460-400 SM). Ia mengisahkan perang

antara demokrasi Athena dan tirani Sparta2. Singkat cerita, kebangkitan sejarah

sebagai suatu disiplin ilmu modern dengan menggunakan metodologi

tersendiri, mulai terjadi di Jerman. Tokoh dalam metodologi ini adalah Leovold

von Ranke (1795-1886). Ranke inilah yang diangggap bapak historiografi

modern3.

Perkembangan selanjutnya pada kelompok Annales di Perancis (abad

19-20M). Sumbangannya berupa upayanya dalam mendekatkan sejarah dengan

disiplin ilmu-ilmu sosial, yang selama ini berjalan sendirisendiri. Yang mana,

kala itu sejarawan lebih banyak terpaku pada sejarah naratif yang konvensional,

atau lebih mengutamakan bercerita secara kronologis tentang kejadian-kejadian

politis dramatis. Salah satu tokoh terkemuka dari kelompok ini adalah Fernand

Braudel (1902-1985). Kerangka analisis Braudel telah menjadi inspirasi bagi

ahli ilmu-ilmu sosial termasuk sejarawan dalam mengembangkan pendekatan

dalam suatu penelitian, pengembangan ini sering juga disebut sejarah

struktural, yang corak penulisan sejarah dan analisanya terhadap fenomena-

fenomena sejarah yang menggunakan pendekatan struktural, manusia sebagai

2
A. Teeuw, Sastra Dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (T.t.: Pustaka Jaya, 1984), 242.
3
Samuel Byrskog, Story as History - History as Story: The Gospel Tradition in the Context of
Ancient Oral History (German: Mohr. Siebeck, 2001), 19-20
5

pendukung sejarah berada dalam struktur yang ada dalam aspek kehidupan

manusia.

Adapun di Indonesia, pada awal kemerdekaannya lebih banyak

disugguhi bacaan tentang keadaan sejarah pada priode kolonial. Penekanannya

berada dalam sejarah hidup masa kolonialisme, bukan pada dinamika

masyarakat Indonesia dalam suatu sistem tertentu. Akibatnya, orang hanya

berbicara tentang kelicikan politik devide et impera, kerja paksa, peperangan

dan sebagainya.

Pada umumnya, historiografi sejarah Indonesia terbagi kedalam tiga

fase: Pertama, Historiografi tradisional. Historiografi ini lebih mengedepankan

unsur keturunan. Ciri-ciri utama historiografi ini adalah: Merupakan gambaran

kultural, mengandung unsur mitos, dan alam dipercaya mempunyai kekuatan

dalam perjalanan sejarah. Kedua, Historiografi kolonial. Merupakan penulisan

sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandang

kolonial Belanda. Peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan

Belanda ditulis berdasarkan kepentingannya. Cirinya: Bersifat diskriminatif.

Menggunakan sumber-sumber Belanda. Berisi tenang sejarah orang besar dan

sejarah politik. Merupakan sejarah orang Belanda di tanah jajahan.

Menganggap bahwa Indonesia belum memiliki sejarah sebelum kedatangan

orang-orang Belanda. Ketiga, Historiografi nasional. penulisan dilakukan


6

menurut kacamata Bangsa Indonesia dengan tetap berpegang pada aturan

metode sejarah, yaitu pendekatan multidimensional.

Artinya, sejarah ditulis dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial,

seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ilmu ekonomi. Cirinya: Sumber

yang digunakan tidak hanya babad, tetapi juga hikayat, berita Cina, dan sumber

arkeologis lainnya. Penulis adalah akademisi kritis dalam bidang bahasa,

kesusastraan, dan kepurbakalaan. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-

orang besar dan Negara saja, tetapi lebih pada kemanusiaannya, atau

kebudayaannya. Sumber tidak lagi hanya sumber arsip, tetapi juga sumber

lokal. Sudah mendapat perbandingan sumber kolonial dan lokal.4

Artinya secara filosofis penelitian sejarah tidak akan mungkin begitu

saja terlepas dari beberapa aspek penting. Di antaranya dari aspek masyarakat,

asumsi-asumsi yang berkembang, difinisi yang dipahami, fakta yang terjadi,

kebudayaan, bahasa, dan pelbagai disiplin keilmuan lain yang secara langsung

ataupun tidak bersinggungan dengan penelitian sejarah.

b. Tujuan dan Karakteristik Penelitian Sejarah

Pada dasarnya metodologi adalah prosedur penjelasan yang digunakan

suatu cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sejarah. Fokus dari metodologi

tiada lain merupakan disiplin keilmuan yang membicarakan jalan atau cara

guna mencapai tujuannya5 Dengan demikian ia dapat diartikan sebagai kajian

4
Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2007), 8
5
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2005), vii
7

tentang metode (science of methods), dengan prosedur tertentu. Adapun yang

dimaksud dengan prosedur di sini adalah analisis tentang cara, prinsip atau

prosedur yang akan membawa, menunjukkan, mengarahkan, dan menuntun

dalam proses penyelidikan suatu bidang ilmu

Dalam kajian ini matriks yang dipakai adalah sejarah. Dengan

pengertian sejarah merupakan suatu proses interaksi, dan kejadian yang terpadu

dari kedaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang berkesinambungan6

Maka metodologi sejarah tiada lain, merupakan proses menelaah dari pelbagai

sumber, yang berisi informasi mengenai masa lampau, dan diwujudkan dalam

bentuk yang sistematis. Singkatnya, ia merupakan penelitian yang bertugas

mendeskripsikan gejala kejadian, tetapi bukan yang terjadi pada waktu

penelitian dilakukan.

Manfaat dari menggunakan metode penelitian sejarah, adalah terjadinya

prosses penyelidikan kritis terhadap situasi, keadaan, perkembangan, serta

pengalaman di masa lampau, dan menimbang secara teliti dan berhati-hati

terhadap validitas bukti dari sumber sejarah. Sehingga dapat melahirkan suatu

gambaran jelas, dan dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap

peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dengan kata lain, ia bertujuan untuk

memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana, apa, siapa, kapan, di

mana, dan mengapa suatu peristiwa masa lalu dapat terjadi. Mampu

6
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nogroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1986), 27.
8

memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang. Membantu

menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan.

Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap. Serta

proses masa lalu itu menjadi masa kini, dan pada akhirnya, diharapkan darinya

ada sumbangsih pemahaman yang lebih baik tentang kejadian masa lalu, dan

masa kini serta memperoleh dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-

pilihan di masa kini7 Hal ini akan dapat terwujud selama dalam proses

penelitian tersebut para peneliti mampu menjaga keberadaan karakteristik dari

model penelitian ini. Yang meliputi:

Pertama, Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu

(berorientasi pada masa lalu). Ia mencoba menggali fakta-fakta sebenarnya

yang terjadi, baik fakta yang nampak ataupun segala kejadian dibalik layar.

Misi yang diemban bukan hanya menyajikan sebuah cerita runtutan peristiwa,

namun ia juga mencakup makna dibalik layar dari rentetan kejadian itu.

Kedua, Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif. Proses

penggalian dan perangkaian informasi harus tersusun secara runtut dan

tersetruktur. Karena sejarah merupakan sebuah rentetan peristiwa yang

berkesinambungan, dan terus berkembang dalam perubahan era.

Ketiga, Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang interaktive

antara manusia, peristiwa, ruang dan waktu. Artinya penelitian sejarah harus

7
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 1996), 23.
9

mampu menghindari problem abadi sejarah, yaitu: keterjebakan seorang

peneliti sejarah dalam lingkaran “a histois,” atau terjebak dalam wilayah

sejarah yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan kata lain, yang

dimau dari penelitian sejarah adalah menjadikan realitas termasuk kajian

tentang ilmu menjadi benar-benar historis, atau dapat dipertanggung jawabkan

keabsahannya

Keempat, Dilakukan secara interaktif dengan gagasan, gerakan, dan

intuisi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial). 8

Artinya seorang peneliti sejarah selain memiliki otoritas keilmuan sejarah, atau

melek sejarah, ia juga harus memiliki misi tersendiri dalam penelitian ini.

Sehingga ia tidak hanya sebatas melakukan proses pengungkapan peristiwa

secara komprehensif, namun mampu menegaskan bahwa peristiswa tersebut

memiliki suatu “misi” rahasia tersendiri yang tidak semua orang tahu.

Dengan demikian, prinsip, dan tujuan penelitian sejarah tidak dapat

dilepaskan dengan kepentingan masa kini, dan masa mendatang. Ia juga

melukiskan, menyediakan sumber penelitian, peluang pengembangan,

penggalian sejarah dari pelaku-pelakunya, serta mencari keterkaitan peristiwa

tersebut dengan kehidupan masa kini.

B. Aspek-Aspek dan Kelemahan Historiografi

a. Aspek Teknis: Sejarah sebagai Metodologi Penelitian

8
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat (Yogyakarta: Tiar Wacana, 1987), 131-133
10

Penelitian sejarah itu unik, dan kompleks. Dikatakan unik karena ia

mencoba merekonstruksi peristiwa masa lampau yang masih kontroversial.

Kompleks karena perlu ketekunan, keterampilan, dan kerja keras dalam

mencari sumber, dan menyangkut eksistensi baik nilai, moral, agama, latar

belakang, kebudayaan dari suatu peristiwa yang dialami manusia, atau

peradaban manusia dari masa lampau, kini dan masa depan9

Penelitian historis merupakan suatu penyelidikan yang

mengaplikasikan metode analisis-sintesis yang ilmiah dari perspektif historis.

Pada dasarnya landasan utama dari metode sejarah adalah bagaimana

menangani bukti-bukti sejarah, serta bagaimana menghubungkannya. Tujuan

yang ingin dicapai di sini ternyata adalah berusaha merekonstruksi peristiwa

yang terjadi pada masa lampau dengan serangkaian metode dan metodologi .

Penelitian sejarah memerlukan teori, metode dan metodologi sebagai

pisau bedah dalam mengkaji sebuah topik yang diteliti. Diharapkan dari adanya

ketiga elemen tersebut, suatu penelitian dapat melahirkan sebuah sejarah

analitis, valid, dan kompleks yang mampu mengelaborasi dan menjawab asal

mula (genesis), sebab (causes), kecenderungan (trend), kondisional dan konteks

serta perubahan (changes) suatu peristiwa sejarah.10

9
Mona Lohanda, Sumber Sejarah dan Penelitian Sejarah (Jakarta: Lembaga Penelitian, UI,
1998), 24-24.
10
Suhartono W. Pratono, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 9-
10.
11

Puncak dari metodologi sejarah, adalah aplikasinya dalam penelitian

sejarah (historical research). Artinya tujuan dibuatnya metodologi itu adalah

untuk diterapkan dalam rangka melakukan penelitian sejarah. Meskipun

demikian ada rambu-rambu dalam penelitian sejarah yang harus dipatuhi

seperti dalam disiplin keilmuan lain.11 Maka dari itu, wajar kiranya jika

beberapa tokoh sejarawan memiliki rumusan, dan bahasan yang berbeda dalam

meramu penelitian sejarah, karena muara mereka satu tujuan, yaitu

menghasilkan sebuah historiografi sebagai khazanah keilmuan bagi khalayak

luas. Artinya bagaimana sejarawan itu menggunakan “ilmu metode” itu pada

tempat yang seharusnya, sehingga untuk mengetahui bagaimana mengetahui

sejarah itu di perlukanlah suatu ilmu yaitu Metodologi Sejarah.12

Sudah menjadi rahasia umum para peneliti, bahwa penyusunan

langkah-langkah penelitian tujuannya tidak lain adalah guna memfokuskan

penelitian. Yaitu, bergerak dimulai dari penentuan topik yang diminati, kepada

hipotesa dan seterusnya kepada rencana penelitian. Walaupun dalam beberapa

kasus hipotesa tidak selalu dirumuskan secara eksplisit.13 Hingga pada

gilirannya nanti akan bermuara pada proses penulisan hasil penelitian.14

Adapun secara singkat proses ini terbagi kedalam 4 tahapan, yaitu:

11
Ibid, 149-150
12
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), 15
13
Heather Sutherland, “Meneliti Sejarah Penulisan Sejarah”, dalam Henk Schulte Nurdholt,
dkk Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008 ), 52
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu, 37-39, baca juga: Helius Sjamsuddin, Metodologi, 89.
12

Pertama, Pengumpulan Sumber (Heuristik). Pada tahapan ini, kegiatan

diarahkan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber- sumber yang

akan diteliti, baik yang terdapat di lokasi penelitian, temuan benda, maupun

sumber lisan. Heuristik sejarah tidak berbeda dalam hakikatnya dengan

bibliografi yang sejauh ini menyangkut buku-buku yang tercetak

(labogratorium yang lazim digunakan bagi sejarawan adalah perpustakaan, dan

alatnya yang paling bermanfaat disana adalah katalog). Akan tetapi sejarawan

harus mempergunakan banyak lain material yang tidak terdapat di dalam buku.

Jika bahan-bahan itu bersifat arkeologis, epigrafis, atau numismatis untuk

sebagian besar ia harus bertumpu kepada museum.

Kedua, Verifikasi (Kritik Sumber dan Keabsahan Sumber). Setelah

sumber sejarah terkumpul, maka langkah berikutnya ialah verifikasi atau lazim

disebut juga dengan kritik sumber untuk memperoleh keabsahan sumber.

Dalam hal ini yang harus diuji ialah keabsahan tentang otentisitas sumber, yang

dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber

(kredibilitas) yang ditelusuri lewat kritik intern. Dengan demikian, kritik

sumber ada dua, yakni kritik ekstern dan kritik intern.15 Satu keaslian sumber

(otentisitas): Peneliti melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber, berarti ia

menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Dua, kesahihan sumber

(kredibilitas): Ada beberapa sebab kekeliruan sumber: pertama, terjadi dalam

15
Nana Supriatna, Sejarah untuk Kelas X SMA (T.t.: Grafindo Media Pratama, 2006), 30-31.
13

usaha menjelaskan, menginterpretasikan atau menarik kesimpulan. Kedua,

kekeliruan yang disengaja terhadap kesaksian. Para saksi terbukti tidak mampu

menyampaikan kesaksiannya secara sehat, cermat dan jujur.

Setelah kita mengetahui secara persis topik kita, dan sumber sudah kita

kumpulkan, tahap yang beriktnya ialah verifikasi, atau kritik sejarah, atau

kebsahaan sumber. Verifikasi itu dua macam: autentitas, atau keaslian sumber,

atau kritik ekstern, dan kredibilitas, atau kebiasaan dipercayai, atau kritik

intern.

Ketiga, Intepretasi (Analisis dan Sintesis). Interpretasi sering disebut

sebagai biang subjektifitas. Walaupun demikian. tanpa penafsiran sejarawan,

data tidak bisa berbicara. Itulah sebabnya, subjektifitas penulis sejarah diakui,

tetapi untuk dihindari. Interpretasi terbagi menjadi dua macam, yaitu analisis

dan sintesis. Sintetis sejarah, artinya menyatukan beberapa data yang ada, dan

dikelompokkan menjadi satu dengan generalisasi konseptual.

Interpretasi juga disebut analisis sejarah. Jika bertujuan mendapatkan

makna dan keterhubungan antara fakta satu dengan lainnya. Namun, sejarawan

harus berfikir plurakausal, sebab segala peristiwa tidak hanya disebabkan oleh

satu penyebab saja (monokausal). Karenanya, peristiwa itu harus dilihat dari

pelbagai sudut pandang penyebab, inilah yang disebut multidimensionalitas

dalam sejarah.
14

Multidimensionalitas gejala sejarah perlu ditampilkan agar gambaran

menjadi lebih bulat dan menyeluruh, sehingga dapat terhindar dari kesepihakan

atau determinisme. Yang penting dari implikasi metodologi ini ialah

pengungkapan dimensi-dimensi pendekatan yang lebih kompleks, yaitu

pendekatan multidimensi. Perlu diketahui, bagi sejarawan yang akan

menerapkan metodologi, ia perlu menguasai pelbagai alat analitis yang

dipinjam dari ilmu sosial.

Keempat, Penulisan (Historiografi). Langkah terakhir metode sejarah

ialah historiografi, yakni merupakan cara penulisan, pemaparan atau penulisan

laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Penulisan hasil laporan

hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian,

dari fase awal hingga akhir atau dengan kata lain ia merupakan sebuah proses

penyimpulan. Karenanya, proses ini dapat bersifat ilmiah (problem oriented),

maupun no problem oriented. Problem oriented artinya karya sejarah ditulis

bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah, yang tentu saja

dengan menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan no problem

oriented maksudnya, karya tulis sejarah ditulis secara naratif, serta tidak

menggunakan metode penelitian. Adapun dalam proses historiografi,

diperlukan kecakapan-kecakapan tertentu untuk menjaga standar mutu seorang

sejarawan16

16
Sartono Kartodirjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif
(Jakarta: Gramedia, 1982), 2-8.
15

b. Kelemahan Historiografi

Dalam penyususnan historiografi, sejarawan sering kali mendapatkan

beberapa hambatan. Hambatan-hambatan tersebut terbagi dalam beberapa

aspek, yakni:

1. Adanya keterpihakan sejarawan kepada pendapat atau mazhab tertentu.

2. Terlalu percaya pada periwayat berita sejarah.

3. Kegagalan dalam menangkap poin pokok atas apa yang dilihat, atau

didengar. Serta menyampaikan laporan atas dasar perkiraan yang keliru

tersebut.

4. Asumsi yang tidak beralasan terhadap sumber berita.

5. Ketidaktahuan dalam mengaitkan antara keadaan dengan realitas sebenarnya

yang terjadi.

6. Kecenderungan untuk mendekatkan diri kepada penguasa atau orang

berpengaruh.

7. Ketidaktahuan tentang hakekat dan kondisi yang muncul dalam pelbagai

peradaban17

C. Pengertian, Karakteristik dan Riset Biografi

Secara bahasa, biografi berasal dari kata ‚bio‛ (hidup) dan ‚grafi‛

(penulisan). Sehingga dirangkai menjadi ‚Tulisan Kehidupan‛. Secara istilah

yaitu, ‚sejarah tertulis tentang kehidupan seseorang‛, mengkaji sebuah

17
Ahmad Syafii Ma’arif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur (Jakarta:
GIP, 1996), 25 lihat juga: Ibn Khaldūn, Al-Muqaddimah (Beirūt: Dār al-Fikr, t.th.), 35-36.
16

penelitian yang melandaskan dari catatan atau pengalaman hidup seseorang

untuk dijadikan sebagai bahan penelitian. Menulis kehidupan mengandung

konotasi yang jauh dari sekedar sedikit melampaui makna biografis itu sendiri.

Hal ini berarti bahwa penyampain yang bersifat mendalam tentang pengalaman

hidup seseorang dan mengilustrasikannya melalui tulisan sehingga orang lain

bisa menilai dan mengambil positif dari isi penyampain tersebut18

Dalam menulis biografi seseorang, diperbolehkan menuliskan cerita

hidup seseorang yang masih hidup dan orang yang sudah meninggal. , dengan

catatan memiliki data yang relevan. Denzin & Lincolin menjelaskan, cerita

tentang kehidupan seseorang ditulis oleh orang lai, bukan seseorang yang

bersangkutan berdasarkan pada dokumen, rekaman kejadian, dan lain-lain

sebagai sumber data. Maksudnya seperti keluarga, dan kerabat karena

dikhawatirkan dapat menipulasi data. Studi kasus adalah kehidupan subjek

dalam kehidupannnya yang dianggap menarik dan unik oleh orang lain.

Metode biografi yang menjadi titik fokus utama dalam penelitian adalah

kisah kehidupan keseluruhan dalam beberapa fase dari satu individu yang

dianggap menarik, unik, khas, dan dianggap sangat luar biasa sehingga layak

untuk diangkat menjadi suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif. Alasan

penting menulis biografi tentu sangat penting dan diperlukan. Masudnya

18
Denzin, K Norman dan Yvonna S. Lincoln.. The Sage Handbook of Qualitative Research.
Third Edition.( University of Illinois.. Sage Publications (CA). 2009)
17

biografi dapat memberikan penilain positif pada diri seseorang dan dapat

memberiikan pengaruh sehingga merubah kehidupan orang lain.

Biografi secara kualitatif merupakan studi pengalaman seorang individu

yang diceritakan oleh peneliti atau ditemukan diberbagai dokumen atau

arsipmendefinisikan metode biografi sebagai “studi yang menggunakan

kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kejadian-kejadian dalam hidup

seseorang”. Sedangkan Creswell menggunakan beberapa jenis dalam penulisan

biografi; seperti biografi individu, autobiografi, sejarah hidup, dan sejarah lisan

terhadap individu serta pengalamannya yang dituliskan dengan cara

mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah

mengungkap pengalaman menarik yang dapat mempengaruhi atau mengubah

hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut

memposisikan dirinya sendiri.

Pada tulisan Safari Daud, biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang

ditulis oleh orang lain baik tokoh tersebut masih hidup atau sudah meninggal.

Sedangkan riwayat hidup yang ditulis sendiri disebut otobiografi. Pada daur

hidup seseorang, kelahiran sampai kematian, ada banyak kejadian yang dialami

oleh individu. Pengalaman ini merupakan unsur yang sangat menarik untuk

diketahui, dengan metode biografi pengalaman yang terakumulasi direkam dan

dipaparkan. Inilah yang membuat biografi merupakan sejarah individual


18

menyangkut tahapan kehidupan dan pengalaman seseorang yang dialami dari

waktu ke waktu.

Ada beberapa varian dalam metode biografi yang dijelaskan Daud,

selain Biografi, ada otobiografi, Prosofografi dan Memoar. Jika biografi ditulis

oleh orang lain, Otobiografi dituliskan oleh individu itu sendiri. Sangat mirip

dengan memoar, bedanya pada fokus individu terhadap suatu kejadian atau

fenomena saja. Pengelompokan tokoh tokoh atau individu mengenai cerita

kehidupannyadisebut dengan Prosofografi.

Kuntowijoyo dalam tulisan Daud memberikan dua macam biografi

yaitu portrayal (portrait) dan scientific (ilmiah). Biografi dalam potret portrayal

menurut Kunto adalah kategori biografi dalam potret hanya mencoba

memahami, kecenderungan metode biografi ini pada makna memahami sang

tokoh sekaligus memberi makna. Biografi scientific menurut Kunto merupakan

usaha menerapkan tokoh berdasarkan analisis ilmiah dengan penggunaan

konsep-konsepo tertentu sehingga menjadi sejarah yang menerangkan. Dalam

ranah komunikasi, Biografi dapat dilakukan dalam penelusuran tokoh dan

pemikirannya sekaligus, yang mempengaruhi komunikasi baik secara keilmuan

maupun praktek komunikasi. Bahan yang digunakan dalam metode biografi ini

adalah dokumen (termasuk surat-surat pribadi), wawancara, tidak hanya

dengan orang yang bersangkutan, tetapi juga dengan orang yang

disekelilingnya dan lainnya.


19

Biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh orang lain

baik tokoh tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Sedangkan riwayat

hidup yang ditulis sendiri disebut otobiografi. Otobiografi lebih bersifat

pengalaman nyata. Biografi tidak selamanya ditulis secara mandiri atau

menjadi karya ilmiah sejarah yang terbebas dari intervensi siapapun. Gerry

melihat bahwa sebagian besar biografi di indonesia merupakan tulisan biografi

dalam bentuk pesanan (authorized biographies) yang menimbulkan kesan

penonjolan diri. Sedangkan tulisan riwayat hidup kelompok atau biografi

kolektif dikenal dengan prosopografi atau tabaqat dalam historiografi islam.

Biografi yang ditulis sejarawan lebih menunjukkan pada biografi ilmiah

(scientific). Sedangkan penulis lainya lebih menunjukkan kepada jenis

portrayal atau sebatas memahami tokoh saja. Anhar Gongong dalam menulis

biografi Abdul Qahhar Mudzakkar terlebih dahulu membangun teori. Anhar

tidak membiarkan varian-varian sejarah menjadi rumit dan memudahkannya

dengan menemukan suatu alat pendekatan teori. Ia menggunakan teori

kejiwaan atau deprivasi relatif yang didalamnya terkandung nilai antara

kemampuan (kapasitas) dan ekspektasi (harapan). Selain itu, Anhar juga

menggunakan teori collective behaviour (perilaku kolektif), yaitu teori

mobilitas yang disarkan atas keyakinan (belief).

Secara khusus, Anhar juga memakai pendekatan budaya yaitu siri-pesse

dalam masyarakat Bugis. Menurutnya, faktor budaya masyarakat setempat


20

yang disebut sirri’na pace (siri’-pecce) adalah salah-satu komonen-komponen

lain yang menjadi pemicu pemberontakan. Satu bab tersendiri dalam biografi

Abdul Qahhar ini, penulis biografi membicarakan masalah siri-pesse. Nampak

dalam biografi yang ditulis Anhar ini sudah membangun perspektif

historiografi modern. Biografi ilmiah ini mengena pada pendekatan sejarah

kejiwaan (psiko-historis), yaitu suatu analisis terhadap dinamika kejiwaan

Qahhar Mudzakkar. Perilaku kolektif pengikut ditarik pada psikologi sejarah

yang menuntut penjelasan seputar motivasi, sikap dan tindakan kolektif.

Pendekatan tindakan kemanusiaan kolektif yang dilakukan Anhar dapat

dimasukkan dalam hal ini. Sisi kedua, peristiwa politik ini dapat dijelaskan

dalam sejarah kebudayaan lokal. Penamaan sejarah kebudayaan lokal dalam

menerjemahkan siri’ pesse akan melunakkan pengertian politik tentang adanya

pemberontakan daerah yang bersifat administratif.

Metode penelitian yang digunakan dalam ilmu tertentu sangat

tergantung pada objek formal ilmu yang bersangkutan. Demikian halnya

dengan study tokoh Pemikir Islam, karena objek formal yang khas, membawa

konsekuensi bagi metodologi study dan penulisan karya ilmiah dalam bidang

ini. ilmu penelitian modern membagikan penelitian menjadi lima macam yaitu

penelitian sejarah, deskripsi, eksperimen mental, grounded research, dan

tindakan. Diantara ciri yang menonjol dari penelitian sejarah adalah


21

penyelidikan kritis mengenai pemikiran yang berkembang dijaman lampau dan

mengutamkan data primer.

Pemikiran biografis, yaitu pemikiran terhadap kehidupan seorang tokoh

dalam hubungannya dengan masyarakat sifat-sifat, watak, pengaruh pemikiran

idenya, dan pembentukan watak tokoh tersebut selama hayatnya.

Penulisan biografi memiliki akar disiplin yang berbeda dan ditemukan

ketertarikan yang baru di beberapa tahun ini. Para cendekiawan menemukan

tradisi baru terkait dengan biografi yang ditemukan dalam prespektif sastra,

sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Dapat dikatakan bahwa biografi

hampir menjangkiti setiap aspek keilmuan yang ada,beberapa tipe dan

karakteristik dalam biografi:

1. Dalam studi biografi, kisah hidup seseorang ditulis oleh orang lain dengan

menggunakan dokumen ataupun rekaman yang tersimpan.

2. Dalam autobiografi, orang menuliskan kisah hidupnya sendiri.

3. Dalam sejarah hidup, peneliti melaporkan kehidupan seseorang dalam

refleksi kebudayaan, kehidupan di masyarakat, kehidupan pribadi,

kehidupannya di institusi, dan sejarah sosial

4. Dalam sejarah lisan, peneliti mengumpulkan data berdasarkan

kejadiankejadian, penyebab kejadian tersebut, dan efeknya terhadap

individu yang akan diteliti yang didapatkan dari seseorang atau beberapa
22

orang. Informasi ini didapatkan melalui rekaman atau laporan tertulis dari

orang tersebut baik yang sudah meninggal ataupun yang masih hidup.

Biografi juga dapat ditulis secara “objektif,” dengan interpretasi

peneliti; “berpendidikan,” dengan asal-usul sejarah yang kuat berdasarkan

subjek dan kronologi; “artistik,” dari prespektif yang mengangkat ketertarikan

tentang kehidupan; atau secara “naratif,” memiliki karakter atau kejadian yang

fiksi. Dalam biografi klasik, peneliti menggunakan pernyataan tentang teori,

berfokus pada validitas dan dokumen, san rumus dalam hipotesis, semuanya

berdasarkan prespektif dari peneliti. Dalam biografi interpretatif, membedakan

antara asumsi yang teridentifikasi secara baik.

Riset biografi memfokuskan pada studi atas seseorang (individu) atau

pengalaman sesorang yang diceritakan kepada peneliti atau diperoleh melalui

dokumentasi dan atau arsip. mendefinisikan metode biography sebagai “studied

use and collection of life documents that describe turning point moments in an

individual’s life. Studi ini mengeksplorasi kehidupan seseorang yang sedang

tenar atau terkenal, seorang yang marginal, seorang negarawan, manajer yang

sukses, orang kaya raya dan seorang yang fenomenal. Kesemuanya ini dapat

juga berupa biografi, otobiografi, life history dan oral history. Bahkan secara

khusus Denzin menyebutkan pula bentuk „interpretive biografi . Interpretif

biografi ‟ meletakkan pemahaman dan pengalaman seseorang kepada peneliti.


23

“We create the persons we write about, just as they create themselves when

they engage in storytelling practices”.

Tulisan biografi mempunyai akar disiplin ilmu yang beragam dan

padatahun belakangan ini telah banyak penelitian dan bahkan disertasi tentang

ini. Pada awalnya metode ilmiah ini telah menjadi tradisi metode di disiplin

ilmu history, antropologi, sosiologi dan psikologi. Namun belakangan telah

banyak metode ini diadopsi oleh ilmu social lain termasuk sains akuntansi.

Secara khusus pemahaman metode biografi ini terinspirasi dari perspektif

sosiologi mengkonsentrasikan pada evolusi „documents of life research.

Sementara Denzin ‟ memfokuskan pada „history of a life . Biografi itu sendiri

telah mempunyai beberapa ‟ pencabangan metode yang satu dengan yang lain

mempunyai tipikal yang berbedabeda, yang terdiri dari metode biografi,

otobiografi, life history dan oral history. Biografi menitikberatkan pada sejarah

kehidupan seseorang yang ditulis oleh peneliti lain. Metode ini lebih populer

dibandingkan dengan yang lain sebab banyak penelitian ilmiah dilakukan

dengan metode ini terutama di US, AUS dan Europan Universities.

Life history adalah jenis metode yang juga populer dikalangan peneliti

tingkat master dan doktor di banyak perguruan tinggi di Negara-negara maju.

Life history merupakan pendekatan penelitian biografi yang ditemukan di

social sciences dan anthropology. Life history menekankan bahwa seorang

peneliti melaporkan tentang kehidupan individu dan bagaimana hal itu


24

direflesikan dengan tema-tema kultur yang berkembang di masyarakat, tema-

tema personal, tema-tema institusional dan tematema social history. Oral

history membedakan pada pendekatan bahwa peneliti mengumpulkan data

personal tentang kejadian, sebab akibat atau pengaruh seseorang atau beberapa

orang. Data ini dapat berupa dokumen yang telah ditulis oleh orang yg sudah

meninggal dunia atau mereka yang masih hidup .


BAB III
PENUTUP
Sejarah ditulis dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial, seperti

antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ilmu ekonomi. Cirinya: Sumber yang

digunakan tidak hanya babad, tetapi juga hikayat, berita Cina, dan sumber

arkeologis lainnya. Penulis adalah akademisi kritis dalam bidang bahasa,

kesusastraan, dan kepurbakalaan. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang

besar dan Negara saja, tetapi lebih pada kemanusiaannya, atau kebudayaannya.

Metodologi sejarah tiada lain, merupakan proses menelaah dari pelbagai

sumber, yang berisi informasi mengenai masa lampau, dan diwujudkan dalam

bentuk yang sistematis. Singkatnya, ia merupakan penelitian yang bertugas

mendeskripsikan gejala kejadian, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian

dilakukan.

Adapun secara singkat proses ini terbagi kedalam 4 tahapan, yaitu:


Pertama, Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Kedua, Verifikasi (Kritik Sumber dan Keabsahan Sumber)
Ketiga, Intepretasi (Analisis dan Sintesis).
Keempat, Penulisan (Historiografi).
Dalam penyususnan historiografi, sejarawan sering kali mendapatkan

beberapa hambatan. Hambatan-hambatan tersebut terbagi dalam beberapa

aspek, yakni:

1. Adanya keterpihakan sejarawan kepada pendapat atau mazhab tertentu.

2. Terlalu percaya pada periwayat berita sejarah.

25
26

3. Kegagalan dalam menangkap poin pokok atas apa yang dilihat, atau

didengar. Serta menyampaikan laporan atas dasar perkiraan yang keliru

tersebut.

4. Asumsi yang tidak beralasan terhadap sumber berita.

5. Ketidaktahuan dalam mengaitkan antara keadaan dengan realitas sebenarnya

yang terjadi.

6. Kecenderungan untuk mendekatkan diri kepada penguasa atau orang

berpengaruh.

7. Ketidaktahuan tentang hakekat dan kondisi yang muncul dalam pelbagai


peradaban

Secara bahasa, biografi berasal dari kata ‚bio‛ (hidup) dan ‚grafi‛

(penulisan). Sehingga dirangkai menjadi ‚Tulisan Kehidupan‛. Secara istilah yaitu,

‚sejarah tertulis tentang kehidupan seseorang‛, mengkaji sebuah penelitian yang

melandaskan dari catatan atau pengalaman hidup seseorang untuk dijadikan

sebagai bahan penelitian.

Dapat dikatakan bahwa biografi hampir menjangkiti setiap aspek keilmuan

yang ada,beberapa tipe dan karakteristik dalam biografi:

1. Dalam studi biografi, kisah hidup seseorang ditulis oleh orang lain dengan

menggunakan dokumen ataupun rekaman yang tersimpan.

2. Dalam autobiografi, orang menuliskan kisah hidupnya sendiri.


27

3. Dalam sejarah hidup, peneliti melaporkan kehidupan seseorang dalam

refleksi kebudayaan, kehidupan di masyarakat, kehidupan pribadi,

kehidupannya di institusi, dan sejarah sosial

4. Dalam sejarah lisan, peneliti mengumpulkan data berdasarkan

kejadiankejadian, penyebab kejadian tersebut, dan efeknya terhadap

individu yang akan diteliti yang didapatkan dari seseorang atau beberapa
DAFTAR PUSTAKA

A. Teeuw, Sastra Dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (T.t.: Pustaka Jaya,

1984)

Ahmad Syafii Ma’arif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur

(Jakarta: GIP, 1996), 25 lihat juga: Ibn Khaldūn, Al-Muqaddimah (Beirūt:

Dār al-Fikr, t.th.)

Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2007)

Denzin, K Norman dan Yvonna S. Lincoln.. The Sage Handbook of Qualitative

Research. Third Edition.( University of Illinois.. Sage Publications (CA).

2009)

F.R. Ankersmit, Refleksi Tentang Sejarah, Pendapat-pendapat Modern tentang

Filsafat Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1987)

Heather Sutherland, “Meneliti Sejarah Penulisan Sejarah”, dalam Henk Schulte

Nurdholt, dkk Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2008 ),

Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007)

Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat (Yogyakarta: Tiar Wacana, 1987)

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya,

2005)

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu, 37-39, baca juga: Helius Sjamsuddin, Metodologi


Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nogroho Notosusanto (Jakarta: UI Press,

1986)

Mona Lohanda, Sumber Sejarah dan Penelitian Sejarah (Jakarta: Lembaga

Penelitian, UI, 1998)

Nana Supriatna, Sejarah untuk Kelas X SMA (T.t.: Grafindo Media Pratama,

2006)

Samuel Byrskog, Story as History - History as Story: The Gospel Tradition in the

Context of Ancient Oral History (German: Mohr. Siebeck, 2001)

Sartono Kartodirjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu

Alternatif (Jakarta: Gramedia, 1982)

Suhartono W. Pratono, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010)

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 1996)

Anda mungkin juga menyukai