Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

“SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT BARAT”

Dosen Pengampu: Dr. Didik Suryadi, M.A

Disusun Oleh:
Kelompok 6 (Kelas 2A)

1.) Zetri Rahmadayati (A1C021011)


2.) Mentari Rebitri (A1C021021)

3.) Nuruliyah Miftahul Jannah (A1C021055)


4.) M. Naufal Hanif (A1C021061)

5.) Olivia Agil Talitha (A1C021063)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “sejarah perkembangan filsafat barat” dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Dr. Didik Suryadi, M.A selaku
dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan yang membimbing penulis dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Filsafat Pendidikan. Punulis harap, dengan membaca tugas makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua, yaitu dalam hal ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
Penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk
itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan yang belum penulis ketahui dan penulis juga
sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Bengkulu, 01 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A. Sejarah Perkembangan Filsafat Barat..............................................................3


1. Filsafat Yunani Kuno...................................................................................3
2. Filsafat Abad Pertengahan...........................................................................6
3. Filsafat Abad Modern ............................................................................ 15
4. Filsafat Kontemporer ............................................................................. 18

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................... 24

A. Kesimpulan ................................................................................................ 24

B. Saran .......................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutara
kan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan
yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam
sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan
logika bahasa. Filsafat merupakan paduan dari Bahasa Arab yaitu “falsafah” dan Bahasa
Inggris “philosophy”. Kata Filsafat sendiri berasal dari Bahasa Yunani “Philosophia”,
yakni gabungan dari kata “philos” yang artinya cinta, dan “sophos” berarti
kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan, kearifan atau
pengetahuan (wisdom). Secara etimologi filsafah berarti cinta kepada kebijaksanaan,
kearifan atau pengetahuan (love of wisdom).
Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan
budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dan seluruh
lini kehidupan. Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi.
Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama,
adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah
ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar
guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala.
Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya,
sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah
zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para
filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma
agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan
sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga
pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi
sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof
zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman
ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak
yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada
otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas
kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman
Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri.
Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh
kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah
agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut.
Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya
teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang dari empat periode perkembangan filsafat barat?
2. Apa saja aliran serta tokoh yang ada pada filsafat Yunani kuno?
3. Apa saja aliran serta tokoh yang ada pada filsafat abad pertengahan?
4. Apa saja aliran serta tokoh yang ada pada filsafat abad modern?
5. Apa saja aliran serta tokoh yang ada pada filsafat kontemporer?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang dari empat periode perkembangan filsafat barat.
2. Untuk mengetahui aliran serta tokoh yang ada pada filsafat Yunani kuno.
3. Untuk mengetahui aliran serta tokoh yang ada pada filsafat abad pertengahan.
4. Untuk mengetahui aliran serta tokoh yang ada pada filsafat abad modern.
5. Untuk mengetahui aliran serta tokoh yang ada pada filsafat kontemporer.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Filsafat Barat


Filsafat barat dapat dibagi menjadi 4 periodisasi yaitu: yang pertama zaman yunani
kuno yang bercirikan pemikiran kos mosentris (para filosof mempertanyakan kejadian
semesta alam). Kedua yaitu zaman abad pertengahan dimana pemikiran para filosof
masih banyak dipengaruhi oleh dogma - dogma agama kristiani. Ketiga yaitu zaman
modern dimana filosof menjadikan manusia sebagai obyek analisi filsafat sehingga bisa
disebut sebagai zaman antroposentrisme. Keempat adalah abad kontemporer yang
logosentris menjadi pemikiran zaman ini, teks menjadi sebuah tema sentral diskursus
para filosof.

1. Filsafat Yunani Kuno


Filsafat yunani kuno muncul pada abad ke 6 sm, berlangsung hingga zaman klasik
atau pada priode hellenistik. Berbagi disiplin ilmu yang termasuk Filsafat politik, etika,
metafisika, ontologi, logika, biologi, retorika, dan estetika. Menjadi pembahasan di masa
yunani kuno. Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah
peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir
mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena
alam. Pada saat itu, gempa bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu
fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Pada periode ini
muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales (624-546
SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting
bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda
padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat
bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai
bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai
lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada
dan mengubah sesuatu tersebut menjadi abu atau asap. Sehingga Heracllitos
menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya,
melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam
alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es.
Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai
simbol perubahan itu sendiri. Selain Heraclitos ada pula permenides. Permenides lahir di
kota Elea. Ia merupakan ahli filsuf yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang
ada. Menurut pendapat Permenides apa ang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak
dan perubahan. Yang ada itu ada, yang ada dapat hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah
tidak ada sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja,
yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian, yang ada itu satu, umum, tetap,

3
dan tidak dapat di bagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan
banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai pada
masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
Sokrates merupakan anak dari seorang pemahat Sophroniscos, ibunya bernama
Phairmarete yang bekerja sebagai seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal
galak dan keras. Socrates adalah seorang guru. Setiap kali socrates mengajarkan
pengetahuannya, Socrates tidak pernah memungut bayaran kepada murid-muridnya. Oleh
karena itulah, kaum sofis menuduh dirinya memberikan ajaran baru yang merusak moral
dan menentang kepercayaan negara kepada para pemuda. Kemudian ia ditangkap dan
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yakni pada tahun 399 SM.
Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan
menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan
karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan. Plato lahir di
Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras,
Heracleitos, dan elia. Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan
permasalahan lama yakni mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang
tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indera disebutnya sebagai
pengetahuan indera dan pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebutnya sebagai
pengetahuan akal. Plato menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua
dunia yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap dan dunia ide yang bersifat tetap.
Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas adalah dunia ide. Perubahan jalan pikiran
dalam filosofi tidak terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata benar dengan timbulnya
Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran sofisme mulai mengubah pandangan
kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Tetapi sofime terlalu
mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif dan skeptis. Sebab itu tak mungkin ia
menjadi suatu sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme tak lebih dari masa pendahuluan ke
zaman klasik.
Adapun latar belakang penentuan dijatuhkan pada Filsafat Yunani Klasik, adalah sebagai
berikut :
1. Bahwa filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau
pembahasan masalah filsafat secara spekluatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis.
2. Bahwa Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan pembahasan
maslah filsafat secara sitematis dan lengkap dan berlaku sampai sekarang.
3. Bahwa sesuai dengan butir pada dasarnya pemikir-pemikir filsafat saat ini merupakan
komentator filsafat Yunani klasik dan menyesuaian dasar-dasar pemikiran tokoh
Klasik dengan tuntutan zaman da perkembangan kebudayaan.
4. Bahwa Filsafat Yunani Klasik dan para tokohnya merupakan bukti yang jelas, bahwa
apabila kebebasan pemikiran manusia dijamin akan menghasilkan sesuatu, termasuk
ajaran filsafat, yang benar, baik dan bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia
yang manusiawi.
5. Bahwa filsafat Yunani Klasik yang agung itu menyadarkan kita yang lama tidak
selamanya itu salah dan jelek, bahkan menuntut kita untuk lebih cermat dan giat
menciptakan sesuatu lebih dari yang dilakukan mereka.

4
6. Bahwa berpikir dan pemikiran filsafat tidak berada dalam kekosongan sosial, artinya
berpikiran dan pikiran filsafat kita diilhami, bersumber dan bermodalkan informasi-
informasi hasil pemikiran para ahli filsafat sebelum kita.
Butir (6) diatas dapat diartikan pula bahwa mustahil pemikiran filsafat timbul dan
berkembang di dalam tata susunan sosiokultural yang tidak mendukung ke arah itu. Maka
dari itu, pengajuan beberapa pendapat tentang dasar-dasar sosiokultural masyarakat,
bangsa atau negara Yunani mungkin akan diperoleh manfaat daripadanya.

Tokoh-Tokoh Filsafat Yunani Kuno


1.Thales (620-546 SM)
Thales dinobatkan oleh para sejarawan sebagai bapak filsafat Yunani kuno. Mayoritas
ideologi Thales berasal dari Aristoteles, yang menunjuk Thales sebagai orang pertama
yang menyelidiki prinsip-prinsip dasar seperti asal usul materi. Sebagai seorang filsuf,
Thales jarang membatasi penelitiannya pada bidang terbatas pengetahuan
kontemporer dan secara aktif terlibat dalam memahami berbagai aspek pengetahuan
seperti filsafat, matematika, sains, dan geografi. Thales sangat dihargai di kalangan
orang Yunani kuno.
2. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles menjadi filsuf paling berpengaruh di antara seluruh murid Plato.
Interpretasinya pada hal-hal lebih didasarkan pada fakta yang dipelajari dari
pengalaman yang akan diperoleh orang dalam kehidupan mereka, suatu pendekatan
yang berbeda dari Plato yang lebih suka perspektif metafisika. Pada saat pengetahuan
manusia masih terlalu umum, ia membagi pengetahuan ini ke dalam kategori yang
berbeda seperti etika, biologi, matematika, dan fisika. Aristoteles benar-benar menjadi
tokoh kunci dalam filsafat Yunani kuno yang pengaruhnya masih berlanjut hingga saat
ini.
3. Plato (427-347 SM)
Plato merupakan murid dari Socrates dan memiliki pandangan filosofis yang sama
seperti gurunya. Meski demikian, Plato memilih untuk menggabungkan dua
pendekatan utama metafisika alih-alih menafsirkan filsafat berdasarkan penalaran
manusia. Dalam bidang fisika, Plato setuju dengan pandangan Pythagoras.
4. Socrates (469-399 SM)
Socrates memulai perspektif baru untuk mencapai hasil praktis melalui penerapan
filsafat dalam kehidupan kita sehari-hari. Socrates secara terbuka menjauh dari
spekulasi fisik yang tiada henti bahwa para filsuf sebelumnya telah begitu sibuk
menafsirkan dan berusaha untuk membangun sistem etika berdasarkan penalaran
manusia alih-alih berbagai doktrin teologis. Socrates memang menjadi salah satu
tokoh filsuf Yunani paling berpengaruh dan berhasil mengumpulkan banyak pengikut.
Namun, rupanya dia juga memiliki sangat banyak musuh. Pada akhirnya, dirinya harus
dieksekusi mati karena menolak mengakui dewa hingga dituduh merusak moral anak
muda.
5. Zeno (490-430 SM)
Pada saat sebagian besar filsuf Yunani kuno menggunakan akal dan pengetahuan
untuk menafsirkan alam, Zeno dari Elea menghabiskan waktunya untuk menjelaskan

5
banyak teka-teki dan paradoks gerak dan pluralitas. Zeno juga berusaha menjelaskan
kesimpulan kontradiktif yang ada di dunia fisik bertahun-tahun sebelum
perkembangan logika.Zeno pernah mengajukan banyak paradoks sendiri, yang
kemudian diperdebatkan di antara para filsuf generasi selanjutnya. Konsep infinity
atau tak terhingga juga merupakan konsep yang dicetus oleh Zeno.
6. Pythagoras (570-495 SM)
Pythagoras adalah seorang ahli matematika terkenal yang dikenal karena menciptakan
Teorema Pythagoras, salah satu perhitungan kunci dalam geometri. Meskipun karya
matematika-nya sangat melegenda, tapi Pythagoras juga berpengaruh pada filsafat
modern. Pythagoras menganggap dunia sebagai harmoni yang sempurna dan
mengarahkan pengajarannya tentang bagaimana menjalani kehidupan yang harmonis.
Tidak hanya itu, dia juga menjadi orang pertama yang mengajarkan kalau Bumi itu
bulat, demikian dilaporkan oleh Athens Insiders.
7. Anaxagoras (500-428 SM)
Anaxagoras adalah seorang filsuf dan ilmuwan berpengaruh yang tinggal dan
mengajar di Athena selama hampir 30 tahun. Kebanyakan pandangan filosofis dari
Anaxagoras selalu berkaitan dengan realitas alam semesta. Ide-idenya yang kontras
dan bertabrakan dengan ideologi dan kepercayaan kontemporer membuatnya harus
menghadapi konsekuensi dan pengasingan yang mengancam jiwa. Anaxagoras
percaya bahwa di dunia fisik, semuanya mengandung bagian dari segalanya. Tidak
ada yang murni sendiri, dan semuanya bercampur aduk dalam kekacauan. Anaxagoras
juga dinobatkan sebagai orang pertama yang membangun filsafat secara keseluruhan
di Athena.

2. Filsafat Abad Pertengahan


Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan
arah pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman baru
di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa Barat. Filsafat yang
baru ini disebut Skolistik. Sebutan Skolistik mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan
abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terkait pada
tuntutan pengajaran di sekola-sekolah itu. Semula Skolistik timbul di biara-biara tertua di
Gallia Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa. Sbb di situlah
tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani. Pada awal abad ke-
6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada waktu itu
terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau.
Pada waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang mengakibatkan adanya serangan-
serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan Romawi, sehingga
kerajaan itu runtuh. Bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi itu runtuhlah juga
segala peradabat Romawi, baik peradaban yang bukan Kristiani maupun peradaban
Kristiani yang sedang dibangun selama 5 abad terakhir. Filsafat barat abad pertengahan
(476-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan
sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia

6
tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang
yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Akan tetapi di sepanjang
perjalanan abad-abad keadaan berubah. Buku-buku pegangan dialektika lama-kelamaan
diganti dengan karangan-karangan Aristoteles mengenai logika, sedang dalam
perkembangannya yang lebih lanjut lagipelajaran artes liberales makin diubah menjadi
studi filsafat, terutama filsafat Aristoteles. Untuk itu setelah mempelajari mengenai sejarah
perkembangan ilmu filsafat pada masa abad pertengahan ini, kita akan mampu
membedakan baik dari segi karakteristik, filosof, dan pemikiran tokoh itu sendiri, menginat
pentingnya filsafat bagi kehidupan kita sehari-hari.

Definisi Tentang Pemikiran Masa Abad Pertengahan


Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat
gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat,
dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia.
Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya
adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi
memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak
ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar
Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur
Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru
dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama kristen, filsafat Yunani berintegrasi
dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat
Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan
agama Kristen. Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira
selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6
Masehi, muncullah para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat
Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad
Pertengahan (467-1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini
disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun
tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan mendaptkan hukuman
berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio
terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan
ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan
penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga yang
melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan
pengejaran (inkusisi).
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain:
• Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
• Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.

7
• Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan
fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru paerkembangan
ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya
untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini
tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,
keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri. Zaman Abad
Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait
dengan aktivitas keagamaan. Semboyang yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah
ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga
temuan bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai
perbadaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada
dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang dijarkan oleh Nabi Isa as. pada
permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah
yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno
yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum
mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh
wahyu.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa
Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik
Puncak, dan Skolastik Akhir.

a. Masa Parastik
Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir.
Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka
ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya. Bagi mereka yang
menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaran yaitu
firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti
dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan
bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada
jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara
berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga
sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama
dalam hal-hal tertentu tidak bertentagan dengan agama.

8
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima
filsafat Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat
Yunani) itu menarik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut
menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang
yang menolak filsafat Yunani mngatakan bahwa dirinyalah yang bena-benar hidup
sejalan dengan Tuhan.

b. Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi,
skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa
pengertian dari corak khas Skolatik, sebagai berikut;
 Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
 Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada,
kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul
istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
 Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan
alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar
kepercayaan dan akal.
 Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi oleh ajaran
gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya
faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.

 Skolastik Awal (800-1200)


Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot,
terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat
itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta
peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad. Baru pada abad
ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742-814) dapat memberika
suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan,
termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan
mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad
pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.
 Skolastik Puncak ( 1200-1300)
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan
masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya
universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan
universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini
beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.

9
1. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12
sehingga sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
2. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu
merupakan gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal
(embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge
dan lain-lainnya.
3. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat
untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan
tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de
Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.
 Skolastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat
yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu,
ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah
yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang
sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen
yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolisik
yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan
pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu terhadap
segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada
pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua
kelompok pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.

Tokoh Yang Hidup Masa Abad Pertengahan


⁘ Pada Masa Patristik
1. Justinus Martin
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang
rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan
agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap
sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato.
Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dngan mmakai
hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab
Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan
aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain) kurang memahami
apa yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-
orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka
menyimpang? Karena orang-orang Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon
atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi,
agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan
Justinus Martir.

10
2. Klemens (150 – 215)
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-
pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
 Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari
otoriter filsafat Yunani;
 Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
 Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan
pemikiran secara mendalam.

3. Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia
menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani
karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu
Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada
hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada
hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan
baru. Selanjutnya ia megatakan bahwa dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang
dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh
para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci.
Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dihapuskan.
Akan tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani
sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang rasional
diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak
dibakukan,, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani
saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya demensi praktisnya saja, dan
ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran-
kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.

4. Augustinus (354 – 430)


Sejak muda ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain
Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk
filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia
dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan
filsafat. Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau
menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat
meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran
yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia
berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi
pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang
bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu
kekayaan yang lebih tinggi. Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh
abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir
Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai
akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih

11
bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap
sampai masa skolistik.

⁘ Pada masa Skolistik


Skolastik Awal
1. Peter Abaelardus (1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan
pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan
pejabat gereja. Ia termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra
romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan
kekuatan iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang
telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang
mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man. Aberlardus memberikan alasan
bahwa berfikir itu berada di luar iman (di lur kepercayaan). Karena itu berfikir
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang
tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi harus memberikan
tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr
kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada
bukti-bukti, termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.

2. Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)


Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat
baik pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil
menyusun suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika
orang masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja.
Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan
Dionisios dari Aeropagos. Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh
karena itu segala penelitian dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai
sumber bahan-bahan filsafatnya. Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang
sebenarnya dari bahan-bahan filsafatnya yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini
disebabkan karena, menurut dia, wahyu ilahi, karena kelemahan kita, dituangkan dalam
bentuk simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah disesuikan dengan akal kita,
namun realitas atau isi simbul-simbul itu diungkapkan secara kurang sempurna.
Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam – macam dari suatu
simbul. Hal ini bermaksud supaya akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya
pandangan ini ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan
penafsiran allegoris atau kiasan. Pangkal pemikiran metafisis Johanes adalah demikian:
Makin umum sifat sesuatu, makin nyatalah sesuatu itu. Yang paling bersifat umum
itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat yang sifatnya paling umum tentu memiliki
realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu adalah alam semesta. Alam adalah
keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam adalah satu, esa.

12
3. Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun
sebagian karyanya di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya-karyanya itu besar
sekali pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk
membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia
adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya-karyanya yang
penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion,
Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal, diterima
sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akallah
yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang harus
percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan kebenaran.
Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan orang pada abad-abad
berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan pemikiran
Neoplatonisme dan mistik.

4. Petrus Abaelardus (1079 – 1142)


Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi
karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan
dengan para pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran
dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode
yang dipakai adlah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau
diawali akal. Ang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima
olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan pandangan Anselmus, yang
mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.

Skolastika Puncak
1. Albertus mangunus (1203 – 1280)
Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad
pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai
“doktor universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus
(Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar
artes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar
teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln
menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran
Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru
bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari
siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat. Sekalipun demikian
ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat pengaruh
Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.

2. Thomas Aquinas (1225-1274)


Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari
Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia
lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah

13
seorang suci greja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat
resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259
menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai
taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk
memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran
logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang
pemikirannya yang logis. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan.
Kebenaran diungkapkan dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di
luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum
alamiah (pengetahuan) yan terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara
pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman
diungkapkan lewat beberapa kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah
menafsirkan pandangan Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak
berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan
di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap
abadi.

Skolastik Akhir
1. William Ockham (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam
pertengkatran umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat
melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran
Thomas dan Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu
demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya,
pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian
individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya
merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat
dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan
skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa
kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

2. Nicolas Cusasus (1401 – 1464)


Ia adalah tokoh pemikiran yang berada di paling akhir masa skolastik. Menurut
pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi.
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang
sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian
yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akn dapat
mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya
menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya menyadari
akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena
keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan
intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikran Nicolas ini sebagai upaya

14
mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang
lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiranya ini tersirat suatu
pemikiran para humanis.

3. Filsafat Abad Modern

Filsafat modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi tanda
berakhirnya era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17
hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun
dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf
terkemuka pada zaman Modern. . Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat
Modern. Pada masa ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk
menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa
Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaisans. Masa
setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan
berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa
Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam
bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali
kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana
kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik.
Aliran-aliran dari Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus
dipertahankan. Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.
Satu hal yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah ketika kita melihat
perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah masa
yang amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa
modern.Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental
dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan
mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian menguasai seluruh Abad Pertengahan
ini melalui hal-hal tersebut.
Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi Hal ini
terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang,
kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk
bangkit dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan
ini berkaitan dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa
dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting untuk
menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi
menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang
harus dijawab berdasarkan kemampuan akal budi yang mereka miliki. Kemampuan ini
tanpa harus mengacu kepada otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan
tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk dari para filsuf. Dari sudut pandang sejarah
Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan periode dimana berbagai aliran
pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis

15
Barat.Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf
tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang
yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang
sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau
periode, yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung),
dan zaman Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.
Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju
perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-
1519), Nicolaus Coperticus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo
Galilei (1564-1643). Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang
meletakkan dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia
merupakan bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk
menggantikan teori Aristoteleles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.
Sekalipun demikian, Rene Descartes merupakan filsuf yang paling terkenal pada masa
filsafat modern ini. Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat
modern. Dia adalah seorang filsuf Perancis. Descartes belajar filsafat pada Kolese yang
dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang
terkenal, yaitu Discours de la method pada tahun 1637. Bukunya tersebut berisi tentang
uraian tentang metode perkembangan intelektuilnya. Dia dengan lantang menyatakan
bahwa tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan
pendidikannya. Dia juga menjelaskan bahwa di dalam dunia ilmiah tidak ada sesuatu pun
yang dianggapnya pasti. Segala sesuatu dapat dipersoalkan dan pada kenyataannya
memang dipersoalkan juga.

Aliran Filsafat Modern Beserta Tokoh-tokohnya

a) Empirisisme:
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa
semua pengetahuan berasal dari pengalaman indra manusia. Dalam
empirisme, kebenaran hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Pola pikir
empirisme mengandalkan bukti empiris. Empirisme termasuk salah satu jenis
aliran ontologi. Dalam empirisme, manusia dapat memperoleh pengetahuan dari
pengalaman dengan cara mengadakan pengamatan dan pengindraan. Empirisme
merupakan salah satu dari tiga aliran filsafat ilmu di dunia Barat. Pemikiran filsafat
pada empirisme memilik sifat yang bertentangan dengan rasionalisme. Pemikiran
empirisme dipelopori oleh Thomas Hobbes sebagai reaksi terhadap rasionalisme.
Tokoh-tokoh empirisme
 John Locke
 George Berkeley
 David Hume

b) Idealisme:
Idealisme adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam
dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. ia menerapkan istilah ini pada

16
pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros. Istilah
Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai
kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak
dipakai dalam pengklarifikasian filsafat. Idealisme memberikan doktrin bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit
(roh). Istilah ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pada filsafat
modern, pandangan ini mula-mula kelihatan pada George Barkeley (1685-1753) yang
menyatakan bahwa hakikat objek-objek fisik adalah idea-idea.
Tokoh-tokoh idealisme
 Immanuel Kant
 Georg Wilhelm Friedrich Hegel
 Arthur Schopenhauer
 Francis Herbert Bradley

c) Fenomenologi:
Fenomenologi (dari bahasa Yunani: φαινόμενον, phainómenon, yang tampak,
dan bahasa Yunani: λόγος, lógos, ilmu) adalah sebuah disiplin ilmu dan studi inkuiri
deskriptif yang meletakkan perhatiannya pada studi atas penampakan (fenomena),
akuisisi pengalaman, dan kesadaran. Fenomenologi, singkatnya, adalah studi mengenai
pengalaman dan bagaimana pengalaman tersebut terbentuk. Pengalaman yang
dimaksud adalah pengalaman subjektif dan intensionalitasnya. Studi ini kemudian
mengarahkan pada analisis kondisi kemungkinan intensionalitas, latar belakang praktik
sosial, dan analisis bahasa.
Tokoh-tokoh fenomenologi
 Edmund Husserl
 Martin Heidegger

d) Pragmatisme:
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala
sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya. Sesuatu hal ini dinilai dari
kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya. Pernyataannya dapat
berbentuk ucapan, dalil atau teori. Pragmatisme muncul sebagai tradisi pemikiran yang
berasal dari dunia Barat dan berkembang khususnya di Amerika. Kehadirannya sebagai
suatu pemikiran yang berusaha menjawab persoalan kehidupan manusia. Pragmatisme
digolongkan sebagai salah satu aliran filsafat abad ke-19 dalam sejarah filsafat Barat.
Pelopor pemikiran pragmatisme adalah seorang filsuf asal Amerika Serikat yang
bernama Chales Sanders Peirce (1839–1914). Tokoh yang berpengaruh dalam
pemikiran pragmatisme antara lain William James (1842–1910) dan John
Dewey (1859–1952).
Tokoh-tokoh pragmatisme
 Charles Sanders Pierce
 William James
 John Dewey

17
4. Filsafat Kontemporer

Filsafat Barat Kontemporer lahir pertama kali di Perancis, Jerman dan Inggris pada
abad 20. Munculnya sebagai reaksi terhadap pendewaan terhadap rasionalisme dan kritik
utamanya tentang dekontruksi. Dekontruksi di perlukan karena telah menyisihkan seluruh
nilai dan norma dalam menjalankan kehidupan. Ada yang menyamakan makna kontemporer
dengan postmodernisme dan ada pula yang berpendapat postmodernime bagian dari
kontemporer dari sisi budaya. Menurut Lois Leahy postmodernisme adalah suatu pergerakan
ide yang menggantikan ide-ide zaman modern. Nietzhe, Rousseau, Schopenhauer melihat
modern dengan penuh kecurigaan. Sifat kritis ini yang menjadi mainstream
postmodernisme. Postmodernisme ada 3 wacana :
1. Kritis terhadap estetika modern
2. Kritis Astitektur modern
3. Kritis filsafat modern.
Post modernisme sebagai wacana berbeda dengan postmodernisme sebagai
kenyataan.1 Istilah postmodernisme sudah dikenalkan sejak tahun 1917 oleh Rudoplh
Panwitz. Panwitz filosof Jerman yang peka terhadap kecenderung nihilisme terhadap adanya
budaya Barat modern. Postmodernisme berakar dari filsafat dan menimbulkan anomali
karena karakteristiknya yang dekonstruktif dan destruktif. Eksistensialisme bisa mereduksi
otoritas ontology ke dalam epistemology, postmodernisme dapat memunculkan dekontruksi
dan destruksi terhadap reputasi dan prestasi logika, aksiologi, ontology dan juga
epistemology yang telah berhasil membawa ke zaman modern.Abad XX cikal bakal lahirnya
filsafat kontemporer oleh pemikiran Frederich Nietzche (1844-1900) menurut Kenichi
Mishima (Pofesor Filsafat social di Universitas Osaka Jepang). Nietzche yang sangat
mengkritik moral Barat terhadap Timur yang melalaikan moral atau kebiadaban yang terjadi
di Warchau, Auschwitz, Hiroshima, Vietnam, Palestina, Irak dan sebagainya menegaskan
bahwa Eropa yang mengklaim dirinya sebgai asal usul lahirnya humanisme dan menjunjung
tinggi moral ternyata berhianat. Sudah saatnya manusia akrab dengan yang bukan
rasionalitas, agar manusia dapat mengatasi kemanusiaannya.
Zaman kontemporer di tandai dengan pluralisme. Bagi Nietzhe pluralisme
diterjemahkan dalam bentuk nihilisme. Istilah nihilism bukan berarti ketiadaberadaan
namun menunjukkan nilai nol. Bagi Nietzhe seluruh proses nihilisme dapat di ikhtisarkan
kematian Tuhan dan devaluasi nilai-nilai tinggi. Nihilis berarti pembongkaran sesuatu yang
sudah ada dan manusia terbebas melihat sesuatu yang baru. Filsafat abad XX aliran filsafat
yang berkembang adalah lanjutan dari abad Modern, seperti neo-kantianisme, neo-
hegelianisme, neo-marxisme, neopositivisme, dan lain sebagainya dan juga ada aliran
filsafat yang baru dengan ciri dan corak yang lain sama sekali yaitu pertama aliran
fenomenologi (Edmund Husserl Tahun 1859-1938, Martin Heidegger 1889-1976) dan
levinans, filsafat ini berkembang di subur di Eropa kontinental, terutama di Jerman dan
Prancis dan aliran eksistensialisme (Jean Paul Sartre Tahun 1905-1980), aliran kedua filsafat
analitis dan filsafat bahasa tokohnya Ludwig Josef Johan Wittgenstein (1889-1951). Mazhab
positif logis yang paling terkenal. Aliran ke tiga filsafat kritis yang memahami fikiran filosof
sebagai praksis pembebasan. Teori kritis Horkheimer dan Adorno, Habermas dan semua
filsafat yang mengikuti aliran Karl Marx dan teori keadilan John Rawls. Aliran ke empat

18
pemikiran postmodernistik yang berkembang di Prancis dengan tokoh Derrida dan Lyotard
dan di Amerika Serikat dengan komunitarisme (yang menolak di masukan aliran
postmodernisme). Selain aliran-aliran tersebut ada aliran lain misalnya Neo Thomisme dan
aliran banyak filsuf juga yang tidak mudah di masukan dalam salah satu aliran tersebut.

Aliran Filsafat Kontemporer Beserta Tokoh-Tokohnya :

A. Positivisme/ Positivisme Logis


August Comte bapak positivisme. Positivisme mengutamakan empiris dari pada
rasio dan menggemakan berfikir induktif. Sedangkan Rene Descartes sebaliknya.6
Menurut positivisme filsafat harus menggunakan prinsip sains untuk menemukan dan
menggunakan prinsip tersebut sebagai pemandu perilaku manusia di masyarakat.
Positivisme sangat menghargai sains dan teknologi. Positivisme ada 2 yaitu positivisme
klasik dan positivisme modern. Positivism klasik menaruh perhatian pada bidang
pengaturan social masyarakat secara ilmiah dan adanya gerak kemajuan evolutif dengan
alam, sedangkan positivis logis bertindak sebagai hamba sains. Sedangkan
persamaannya adalah keduanya menjunjung tinggi sains dan metode ilmiah untuk
mendapatkan pengetahuan yang objektif-rasional.

B. Neomarxisme
Neo marxisme di kenal juga sebagi mazhab Frankfurt lahir tahun 1930 di Institut
Penelitian Frankfurt. Pemimpin nya adalah M. Horkheimer (1895- 1973), seorang Neo
Hegelian radikal kiri. Adapun tokoh-tokoh lain mazhab ini Theodhor W. Adorno,
Herbert Marcuse, dan Eric Fromm. Frankfurt “menengah” muncul setelah perang dunia
II tokohnya yaitu Jurgen Habermas, A.Schimdt, A. Wellmer. H.J Krahl generasi paling
muda mazhab Frankfurt muncul tahun 1960 dan kawan-kawannya. Latar belakang
munculnya mazhab ini adalah kritik atas proyek aufklarung yang memandang
pentingnya kemajuan dengan mengukur banyaknya pembangunan fisik, kemajuan
teknologi yang merupakan produk kapitalisme, sedangkan manusianya mengalami
kekosongan jiwa. Produksi tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi kebutuhan
itu di cipta, di manipulasi demi produksi. Beberapa teori kritis di mazhab ini yang
merupakan tren pemikiran sosio-filosofis radikal di Barat , di anataranya : filsafat
merupakan problem solving kehidupan, filsafat harus bisa membebaskan sebutan
manusia robot zaman modern ini akibat pekerjaan, objek analisis adalah masyarakat
masa kini bukan pada masa marx, usaha menyingkap kemajuan aufklarung yang semu
dengan dehumanisasi serta menolak perubahan dengancara revolusi karena
mengakibatkan hal yang lebih mengerikan dan lebih jahat.

C. Pragmatisme
Empirisme Inggris dan filsafat Jerman adalah Dua aliran filsafat yang mempengaruhi
lahirnya pragmatism. Karya tokoh dari inggris yang mempengaruhi aliran ini adalah
John Stuart Mill, Alexander Bain dan John Venn yang menekankan pengalaman untuk
terbentuknya pengetahuan. George barkeley dan Pierce adalah tokoh lain di aliran ini.
Pengalaman social bangsa Amerika pada abad XIX juga mempengaruhi aliran ini.

19
Ekspansi industry yang cepat dan optimisme yang merakyat yang berasal dari teologi
puritanisme, dalam hal kerja keras dan kebajikan. Filsafat ini menganggap bahwa segala
sesuatu di katakana benar bila secara teknis memberingan sumbangsih kebermanfaatan
dalam kehidupan sehari-manusia. Pikiran atau teori merupakan alat yang berguna untuk
timbulnya pengalaman yang semakin ikut mengembangkan hidup manusia dalam
praktik pelaksanaannya.

D. Neo Kantianisme
Aliran ini mengusung tema “kembalilah pada Kant” sebagai rekasi terhdap
positivism-materialisme yang mendominasi abad XIX yang hendak melebur ke dalam
ilmu kealaman. Dan filsafat abad 20 adalah masanya Kant bukan masa Hegel karena
ingin mengkritisi seolah-olah ilmu pegetahuan adalah segala-galanya dan
menempatkannya di depan ilmu pengetahuan, manusia tidak percaya pada sejarah yang
dibuatnya sendiri dan mematikan filasafat. Neo kantianisme ada 2 aliran :
1. Mazhab Marburg: Mazhab Marburg(menurut kota universitas Marburg di
Jerman).Tokoh yang paling berkusa dari aliran ini adalah Herman Cohen (1842-
1918), Paul Natorp (1854-1924), dan Ernst Cassier (1874-1945)12. Mazhab ini
berorientasi pada ilmu-ilmu kealaman matematika. Dan berhasil membawa ilmu
pengetahuan sampai puncaknya yang mencekam di Barat hingga akhir abad ini.
2. Mazhab Baden atau mazhab Jerman Barat Jaya: Mazhab ini lebih mementingkan
“rasio praktis” dari pada “rasio teoritis”. Tokoh mazhab ini adalah Rudolf Herman
Rotze (1817-1881) yang sudah mengintrodusir konsep “nilai”. Tokoh lain adalah
Wilhelm windelband (1848-1915). Di mazhab ini ilmu di bagi dua, pertama Ada
ilmu-ilmu yang bertujuan membuat hukum-hukum umum (Nomotetis). Dan ilmu-
ilmu yang melukiskan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian antara individu
yang satu dengan individu yang lain yang tidak pernah terulang lagi

E. Fenomenologi dan Eksistensialisme


Ada yang berpendapat bahwa fenomenologi adalah metode mengamati dan
memahami sesuatu, bukan aliran filsafat. Bila fenomenologi di pandang sebagai aliran
filsafat maka terjadi inkonsistensi karena satu sisi menganjurkan membebaskan dari
asumsi ketika reduksinya, tetapi kenyataannya sebaliknya. Eksistensialisme merupakan
kebalikan dari esensialisme. Eksistensilisme merupakan salah satu jenis filsafat yang
mempunyai keyakinan bahwa filsafat harus berpangkal pada adanya (eksistensi)
manusia konkret,tidak hakikatnya (esensi). Tokoh aliran ini adalah Soren Kierkegaard
(1813-1855), F. Nietzche (1844-1900), J.P Sartre (1905-1980), Gabriel Marcel (1889-
1973), M. Ponty (1908-1961). Di aliran eksistensialisme semboyan Rene Descartes “
saya berfikir maka saya ada”, menjadi “ saya ada, maka saya berfikir” dan
eksistensialisme lahir sebagai kritik terhadap matrealisme dan idealisme

F. Filsafat Hidup
Tokoh dari aliran ini adalah Henry Bergson. Background keilmuannya matematika
dan fisika karena itu cakap dalam menganalisis. Tertarik dengan metafisika karena
sesuatu yang di balik keilmuan. Dan akhirnya terjun ke filsafat. Menurutnya alam suatu

20
organisme kreatif yang perkembangannya tidak stabil dan memiliki konsekwensi tidak
sesuai dengan implikasi logis. Dan hanya beberapa yang berhasil membentuk organisme
kreatif yang sesuai dengan hukum alam. Dalam kehidupan ada evolusi, berbeda dengan
teori Darwin, evolusi menurut Bergson adalah suatu perkembangan menciptakan,
meliputi kesadaran, segala hidup, segala kenyataan yang scara terus menerus
menciptakan bentuk baru dan menghasilkan kekayaan baru. Dan juga pemikirannya
tentang naluri, akal, intuisi, etika dan agama. Dan pemikiran Henry Bergson sebagai
reaksi terhadap positivism, materialism dan subjektivisme dan relativisme.
Mengupayakan yang positif (ilmu) untuk menyelami yang mutlak dalam pengetahuan
yang metafisis, dengan tetap mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan
berkehendak

G. Postmodernisme
Ada 2 corak berfikir pada era postmodernisme yaitu destruktif dan konstruktif.
Tokoh perancis yang mengikuti aliran destruktif adalah Friedrich Wilhelm Nietzsche,
Francois Lyotard, Mohammad Arkoun, Jacques Derrida, Michel Foucault, Pauline
Rosenau, Jean Baudrillard ,dan Richard Rorty. Sedangkan yang mengikuti aliran
rekonstruktif adalah tokoh Teori Kritis Mazhab Frankfurt seperti : Max Horkheimer,
Theodor W Adorno, Jurgen Habermas. Postmodern sebagai filsafat lahir pertama kali di
Perancis pada tahun 1970, terlebih setelah Jean Francois Lyotard tentang pemikiran
postmodern yang mengkritik legistimasi narasi besar modern (seperti rasionalisme,
kapitalisme, dan komunisme) tidak bisa di pertahankan lagi. Post modernism lahir
sebagai bagian dari modernism. Ketika postmodern mulai memasuki ranah filsafat, post
dalam postmodern tidak dimaksudkan sebagai sebuah periode atau waktu, tetapi lebih
merupakan sebuah konsep yang hendak melampaui segala hal modern. Menurut
evalengical, Thomas Oden periode modern di mulai sejak runtuhnya Bastille pada tahun
1789 (Revolusi Perancis) dan berakhir dengan kolapsnya komunisme dan runtuhnya
tembok berlin pada tahun 1989.

H. Ateisme Abad Kontemporer


Abad XIX dan XX di mulai dengan munculnya filsuf “pembunuh” Tuhan seperti
Feurbach, Karl Marx, Nietzhe dan Sartre. Feurbach misalnya memproyeksi Tuhan maha
kuat karena manusia memproyeksi dirinya lemah, padahal Tuhan kuat karena kuatnya
manusia itu sendiri. Kritik filsuf ateis abad XXI terpusat pada ketidakmampuan manusia
mempertanggungjawabkan imannya secara rasional. Musuh terbesar umat beragama
abad XXI adalah humanisme sekuler yang aliran ini berusaha menghidupkan kembali
budaya yunani romawi yang berpendapat bahwa asal tujuan hidup manusia adalah
manusia itu sendiri. Menghilangkan supranatural dan pengalaman spiritual dari realiatas
proses kehidupan dan kebudayaan manusia. Dari sini timbul sifat kritis orang yang
beragama untuk mempertanyakan imannya sendiri, mengkritisi institusi agamanya serta
meragukan eksistensi Tuhan yang di imaninya

21
I. Hermeneutika
Hermeneutika artinya proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi
mengerti. 18 Perkembangan awal displin ini dari masa Homerus pada masa Pencerahan
Yunani (Greek Enlightenment) kemudian melalui perjuangan antara mazhab-mazhab
teologi yang bersaing pada abad 1 SM sampai masa kontroversi bible pada masa
reformasi. Schleimercer (1768- 1834) teolog Jerman telah berhasil menyatukan teori
hermeneutic yang sebelumnya terpisah-pisah dalam rentang sejarah, dan menyingkap
kerja ilmu ini menjadi mungkin dikerjakan. Hermeneutic ada 2 yaitu hermeneutic theory
dan hermeneutic philosophy, Joseph Bleicher menambah satu jenis hermeneutic yaitu
hermeneutic kritis. Hermeneutic theory lebih ke aturan metodologis untuk sampai pada
pemahaman pengarang (author), hermeneutical philosophy lebih menggali dimensi
filosofis pemahaman hingga ke aspek historisitas teks, pengarang dan pembacanya.
Sedangkan hermeneutic kritis menjadi wadah bagi kritik hermeneutic seperti Habermas,
Derrida dst. Pengasosian hermeneutic pada hermes yaitu dewa orang Yunani.
hermeneutic dalam bahasa Yunani berasal dari kata hermeneuein yang berarti
“menafsirkan”. Ada 3 unsur dalam proses memahami, yaitu: tanda, pesan atau teks yang
menjadi sumber penafsiran, perantara atau penafsir (Hermes) dan penyampaian pesan
oleh sang perantara agar bisa di pahami dan sampai pada penerima.
Menurut Harun Hadiwijono20 abad XIX adalah abad yang lebih rumit dari
sebelumnya, karena beberapa hal :
1) Daerah filsafat lebih luas. Amerika dan rusia serta India juga memberi kontribusi
mereka
2) Ilmu Pengetahuan berkembang pesat terutama dalam bidang geologi, biologi dan
kimia organis.
3) Keberhasilan teknologi mengefektif efisienkan manusia mengatur alam merubah
mindset penguasaan manusia atas alam.
4) Di bidang filsafat, politik ada revolusi yang mendalam tentang pemikiran yang
mengancam kepercayaan tradisional yang selama ini di pegang oleh masyarakat
sehingga terjadi serangan-serangan terhadap lembaga-lembaga yang selama ini tak
tergoyahkan
5) Dominasi Jerman secara intelektual pada masa sekarang, sejak idealismenya Kant
yang pada akhirnya sangat besar pengaruhnya di sejarah filsafat Jerman.
6) Abad XVII di pengaruhi oleh pemikiran Galileo Galilei (1564-1642) dan Newton,
abad XIX di pengaruhi pemikiran Charles Darwin (1809-1882).
Filsafat abad XX bercorak logosentrisme. Logos berarti bahasa, teks, isi, pemikiran,
kata dan pembicaraan. Filsuf abad XX berpendapat bahasa adalah objek terpenting
pemikiran mereka. Filsafat adalah teks yang harus ditafsirkan. Filsuf mengadakan
penyelidikan terhadap teks dan mengambil tema yang menarik menurut mereka dan
mempertanyakan siapa yang mengarang teks. Filsafat mengenai filsafat atau
hermeneutika. Pendekatan ini merupakan reaksi terhadap pendekatan empiric yang
muncul saat itu yaitu pada zaman modern. Kurang tepat bila dipakai untuk meneliti ilmu
manusia dan budaya. Akhirnya di perkenalkan pendekatan komplementer, salah satunya
hermeneutika dan fenomenologi.22 Terdapat juga pendapat Periodesasi filsafat
kontemporer biasanya mengacu pada kurun waktu abad XIX sampai sekarang.

22
Dinamika tuntutan rasionalitas filsafat mengalami beberapa pergeseran yang khas .
Paradigma cosmocentris merupakan paradigma pertama yang merujuk pada filsafat
Yunani, di mana filsafat menjadi pusat perhatian para filsuf, setelah itu paradigma
theosentris yang merupakan paradigm kedua yang dalam filsafat Islam dan Kristiani
abad pertengahan Allah menjadi pusat perhatian, dan semua yang terjadi di lihat dari
sudut pandang Allah. Paradigma antroposentris paradigm ketiga di mana manusia
menempati center court. Paradigma ini muncul pada abad XVII dengan cogito-ergo-
sum nya Rene Descartes (1596-1650)23. Abad kontemporer di kenal sebagai abad
logosentris, di mana wacana menjadi sudut pandang sendiri dalam pengembangan
filsafat. Munculnya era postmodernisme pada abad XX karena zaman modernism yang
di nilai gagal dalam menyikapi berbagai persoalan. Para filsuf berpendapat sumber dari
kerumitan itu berangkat dari memahami bahasa, makna, symbol, memahami emosi-
emosi yang ada pada manusia. Filsafat kontemporer menghimpun kekuatan untuk
menjawab semua kompileksitas persoalan. Para filsuf menjadikan ini sebuah perhatian
untuk melakukan kajian sebagai ganti dari ketergesa-gesaan mengajukan solusi palsu

J. Kearah Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer


Pada abad kontemporer, filsafat Barat menemukan jati dirinya kembali, pertama
Kontribusi orang-orang yang memang berfikir kritis, ingin mengerti, memahami di luar
rata-rata pada umumnya orang. Menelisik dan mencari jawaban atas tantangan zaman
modern tanpa kehilangan jati diri dengan pendekatan filsafat, bersikap ekslusif yang
kurang tepat serta melihat agama dan tradisi tidak sanggup menjawab tantangan tersebut.
Filsafat tradisional metafisika di libatkan lagi. kedua filsafat partner semua ilmu.
Membuka intellectual space melampaui metodis masing-masing ilmu yang kemudian
menggagas perubahan metode sampai paradigma. Peranan filsafat Barat Kontemporer
meliputi seluruh disiplin ilmu dan juga sesuai dengan tuntutan kehidupan kontemporer
meliputi demokrasi, hak asasi, etika, budaya , bahasa, hermeneutika, dst. Setiap
pemerhati filsafat salah satunya mahasiswa harus memperthatikan issu terkini dan
menelaah dengan kearifan berdasarkan intelektualnya. Filsafat Barat kontemporer
sangat berkaitan erat dengan perkembangan dunia empiris dan iterpretasi kebudayaan
tertentu serta harus menggunakan semua perkembangan tersebut untuk menata
keterkaitan seluruh disiplin ilmu, menyajikan dalam bentuk umum dan sistematis. Para
pemerhati filsafat selanjutnya tidak hanya mengulang teoriteori yang sudah ada secara
mentah-mentah tetapi mengkritisinya sehingga bisa melahirkan teori yang lebih jauh lagi
demi pengembangan filsafat kontemporer selanjutnya.

23
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutara kan masalah
secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat
untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses dialektika.
 Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas
di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi
orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat
mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge,
Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan
eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang
oleh negara.
 Filsafat barat dapat dibagi menjadi 4 periodisasi yaitu: yang pertama zaman yunani kuno
yang bercirikan pemikiran kos mosentris (para filosof mempertanyakan kejadian semesta
alam). Kedua yaitu zaman abad pertengahan dimana pemikiran para filosof masih banyak
dipengaruhi oleh dogma - dogma agama kristiani. Ketiga yaitu zaman modern dimana
filosof menjadikan manusia sebagai obyek analisi filsafat sehingga bisa disebut sebagai
zaman antroposentrisme. Keempat adalah abad kontemporer yang logosentris menjadi
pemikiran zaman ini, teks menjadi sebuah tema sentral diskursus para filosof.

B. Saran
Untuk menambah literatur para pembaca, maka diharap untuk bisa membaca buku
dengan referensi yang berbeda agar dapat membandingkan dengan apa yang sudah ada
dalam makalah ini. Sekiranya ada yang salah ataupun kurang dalam makalah ini, diharap
para pembaca untuk dapat memperbaiki pada referensi berikutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Achmadi, Asmoro. 2012. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bertens, Kees (1976). Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 42


89. ISBN 9789794130834

Burhanuddin, Afid. 2013. Filsafat Abad Pertengahan. Retrieved from


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/filsafat-abad-pertengahan/

Hardiwijoyo, Harum. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius..

Hadiwijono, Harun. 2005. Sari Sejarah Filsafat Barat I. Yogyakarta: Kanisius.

Hendriyanto, Agoes. 2012. Filsafat Ilmu. Surakarta: Cakrawala Media.

Surajiyo. (2010). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Tjahjadi, Simon Petrus L. (2004). Petualangan Intelektual: Konfrontasi dengan Para Filsuf
dari Zaman Yunani hingga Zaman Modern. Pustaka Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
hlm. 175–184. ISBN 9789792104608

25

Anda mungkin juga menyukai