Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGERTIAN FILSAFAT, FILSAFAT PENDIDIKAN DAN SEJARAH


LAHIRNYA FILSAFAT PENDIDIKAN

MATA KULIAH: FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU: SA’AD AH ERLIANI M.PD.I.

OLEH KELOMPOK 1:

HENRIANI 3062256115
MAINY MAULIDA 3062256234
MUHAMMAD RIDANI 3062256219
RUSMA YANTI 3062256224

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA BANJARMASIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Penyusun menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penyusun menyebut puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan Makalah Kajian Kebahasaan dengan judul "Pengertian Filsafat dan
Filsafat Pendidikan" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Banjarmasin, 13 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian filsafat....................................................................................3

2.2 Pengertian Filsafat Pendidikan..............................................................5

2.3 Fungsi Filsafat Pendidikan.....................................................................6

2.4 Tujuan Filsafat Pendidikan....................................................................6

2.5 Urgensi Filsafat Pendidikan...................................................................7

2.6 Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan..................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan............................................................................................10

3.2 Saran.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai
definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar”
tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Manusia belajar dengan otaknya
melalui rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan
yang lebih berarti. Pendidikan merupakan pilar utama terhadap
perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu
diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah
dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang
peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi
akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan. Selain itu,
pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang
melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di
tangannya. Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di
dalam kehidupannya. Karena itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan,
landasan filsafat pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik, karena
pendidikan bersifat normative. Selain itu, pendidikan tidak hanya dipahami
melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan
perlu dipandang secara holistik, adapun kajian pendidikan secara holistik
dapat dilakukan melalui pendekatan filosofis. Ada berbagai aliran filsafat
pendidikan, antara lain idealisme, realisme, pragmatism dan sebagainya.
Pemahaman tentang filsafat pendidikan ini akan membantu kita agar tidak
terjerumus ke dalam filsafat lain yang menjerumuskan kita. Disamping itu,
dengan mempelajari filsafat pendidikan berguna memperkokoh landasan
filsafat pendidikan kita. Oleh karena itu akan kami bahas lebih dalam tentang

1
pengertian filsafat, filsafat pendidikan dan sejarah lahirnya filsafat
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud filsafat dan filsafat pendidikan?
2. Apa saja fungsi dan tujuan filsafat pendidikan?
3. Bagaimana urgensi filsafat dalam pendidikan?
4. Bagaimana perkembangan sejarah lahirnya filsafat pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian filsafat dan filsafat pendidikan
2. Mendeskripsikan fungsi dan tujuan filsafat pendidikan.
3. Menjelaskan urgensi filsafat dalam pendidikan.
4. Menjelaskan perkembangan sejarah lahirnya filsafat pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Berikut ini beberapa pengertian filsafat dari segi etimologi dan
termologis, yaitu :
a) Pengertian dari segi etimologi
Berdasarkan bahasa Arab, kata filsafat dikenal dengan istilah falsafah.
Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy. Kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia, Philos artinya
suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya
kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan
cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
b) Pengertian dari segi terminologi
Pengertian terminologi merupakan pengertian yang berasal dari beberapa
filsuf dan ahli filsafat. Adapun pengertian filsafat menurut beberapa para
ahli, yaitu :
 Menurut Aristoteles, pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika,
logika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
 Menurut Cicero, filsafat adalah ‘ibu’ dari semua seni (the mother of
all the arts) dan merupakan seni kehidupan.
 Menurut Plato, arti filsafat adalah suatu ilmu yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
 Menurut Imanuel Kant, arti filsafat adalah suatu ilmu (pengetahuan)
yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di
dalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama,
dan antropologi.

3
 Menurut Johann Gotlich Fickte, pengertian filsafat adalah dasar dari
segala ilmu yang membicarakan segala bidang dan segala jenis ilmu
untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Menurut Paul Natorp, pengertian filsafat adalah suatu ilmu dasar
yang menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan
menunjukkan dasar akhir yang sama dan juga yang memikul
sekaliannya.
 Menurut Bertrand Russel, filsafat adalah sebuah teologi yang berisi
berbagai pemikiran tentang masalah-masalah yang pengetahuan
definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak dapat dipastikan.
Namun seperti sains, filsafat dapat menarik akal manusia daripada
otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
 Menurut John Dewey, filsafat adalah suatu pengungkapan tentang
perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan
penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi pekerti manusia
terhadap kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan
tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.
 Menurut M. J. Langeveld, filsafat merupakan kesatuan dari ilmu
yang terdiri atas beberapa lingkup masalah; masalah lingkungan,
masalah keadaan (metafisika, manusia, alam, dan lainnya). Lingkup
masalah pengetahuan mencakup; teori kebenaran, teori pengetahuan,
dan logika. Sedangkan lingkup masalah nilai mencakup; teori nilai
etika, estetika, nilai berdasarkan religi.
Filsafat memiliki peranan sebagai pendobrak, yaitu mendobrak atau
membebaskan keterkukungan dan kebekuan pikiran manusia. Karena hal ini
manusia akan berpikir lebih kritis, lebih mendalam dan lebih jauh, sehingga
manusia mendapatkan kejelasan dan kebenaran atas seluruh kenyataan.
Filsafat juga berperan sebagai pembimbing manusia. Berikut ini manfaat
mempelajari filsafat, antara lain :
a) Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan pikiran
lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.

4
b) Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
c) Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari
akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan
kepentingan dan kesenangan si aku).
d) Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya
ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap
semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa
yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri,
dengan cita-cita mencari kebenaran.
e) Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri(terutama
dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti
sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

2.2 Pengertian Filsafat Pendidikan


Berfilsafat berarti berpikir reflektif untuk memperoleh jawaban dari
pertanyaan mendasar (radikal) dan universal. Jawaban tersebut disusun secara
sistematis, diuji secara kritis dan terbuka untuk memperoleh kebenaran yang
sesungguhnya (hakiki). Jawaban terhadap persoalan biasanya tidak pernah
selesai, tidak pernah sempurna. Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”,
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini awalnya berasal
dari bahasa Yuanani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang
berarti pendidikan. Imam Bernadib mendefenisikan filsafat pendidikan
sebagai ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat, atau filsafat yang
diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan masalah pendidikan. Dari
defenisi diatas dapat dijelaskan bahwa filsafat pendidikan adalah cabang
filsafat yang mempelajari hakikat pendidikan dimana, filsafat pendidikan
memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang perlu dikaji. Ada banyak

5
defisini mengenai filsafat pendidikan pada tetapi akhirnya semua berpendapat
dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka
menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam bidang pendidikan. Upaya
ini kemudian menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan
gerak semua aktivitas pendidikan.
2.3 Fungsi Filsafat Pendidikan
Hubungan antar filsafat dalam ilmu pendidikan adalah filsafat menelaah
suatu realitas dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan karateristik filsafat
yang radikal, sistematis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan
hidup manusia yang merupakan hasil dari studi filsafat, akan menjadi
landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Nantinya pembangunan sistem
pendidikan dan praktek pendidikan akan dilaksanakan berorientasi kepada
tujuan pendidikan. Hubungan antara filsafat dengan pendidikan bahwa filsafat
tidak hanya melahirkan ilmu atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Bahkan Jhon Dewey berpendapat bahwa
filsafat adalah teori umum pendidikan. Filsafat pendidikan haruslah minimal
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam pendidikan. Filsafat
bukanlah hasil dari riset atau eksperimen. Benar atau salahnya tidak mungkin
diuji dengan fakta. Filsafat adalah hasil pemikiran. Maka pemikiran pula yang
akan menerima atau menolak keterangan ini mengisyaratkan bahwa filsafat
adalah hasil pemikiran yang tentunya dalam proses peningkatan ilmu terdapat
klasifikasi, yang pro dan kontra. Pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu
adalah ilmu, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa filsafat itu tidak
terkait dengan ilmu.

2.4 Tujuan Filsafat Pendidikan


Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan
hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang
sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau
kejelekan dan sebagainya. Filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan
memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita
perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya. Pendidikan

6
adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik, baik
potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan dinamis guna
mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi
kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai
tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni
menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah
yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan
pendidikan, dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan dapat
membawa anak ke arah tingkat kedewasaan, artinya membawa anak didik
agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya di tengah-tengah
masyarakat.

2.5 Urgensi Filsafat Pendidikan


Suatu proses belajar yang baik bukanlah terletak pada begitu banyaknya
pengetahuan yang telah diserap oleh para pembelajar dan berakhir begitu saja
tanpa adanya koherensi terhadap soal-soal yang lain. Tetapi melainkan
bagaimana segala jenis pengetahuan akan menjadi alat untuk memeriksa dan
memecahkan persoalan yang ada. Maka hal itu menjadi penting bahwa
peserta didik bukan bodoh atau tidak cerdas, tetapi karena kurangnya
kebebasan dalam berpikir. Dalam hal ini adalah kualitas kebebasan berpikir
yang dapat mengolah persoalan secara tajam pada tahap yang terus-menerus
mengalami interpretatif terhadap soal-soal tertentu.

7
Satu konsekuensi lain, bahwa harusnya pendidik dapat melihat
keunikan dalam diri masing-masing perserta didik. Bukan sekedar berusaha
mencetak anak didik dengan cetakan yang sama. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Neil menjadikan sekolah cocok dengan peserta didik dan
bukan mencocokkan peserta didik dengan sekolah. Ini membawa kita ke
persoalan paling rawan dalam dunia pendidikan persoalan hakikat dan sejauh
mana pengaruh yang harusnya dimiliki sekolah dalam perkembangan peserta
didik. Pada tingkat itu memang sekolah memiliki andil yang sangat penting,
terhadap kebebasan peserta didik dalam melihat potensi yang ada pada diri
mereka sendiri. Dengan demikan, integritas dari pendidik menjadi penting
dalam menghasilkan peserta didik yang sanggup menempatkan diri di tengah-
tengah perubahan masyarakat yang begitu cepat. Pendidik harus
menghasilkan manusia yang mandiri, yang artinya mampu memilih
berdasarkan nilai-nilai dengan gambar diri yang kokoh.

2.6 Sejarah Filsafat Pendidikan


Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai
oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi
pembenaran setiap gejala alam. Filsafat Yunani yang telah berhasil
mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan
itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam
semesta. Perkembangan ini diakibatkan beberapa faktor-faktor, antara lain
faktor pertama adalah adanya perubahan masyarakat Yunani dari masyarakat
agraris menjadi masyarakat sektor perdagangan internasional pada abad ke-6
SM dimana perubahan ini mengakibatkan berdirinya kota-kota mandiri
seperti Athena. Faktor kedua adalah perubahan tersebut mengembangkan
rasionalitas yang baru karena adanya kemakmuran maka terciptalah iklim
yang kondusif untuk berpikir dalam mencari solusi terhadap suatu masalah.
Faktor ketiga berkembangnya negara menjadi demokratis sehingga
masyarakatnya berpikir lebih bebas untuk mencari jawaban atas suatu
masalah.

8
Filosof yang mengembangkan filasfat pada zaman Yunani yang begitu
ramai dipersoalkan sepanjang sejarah yaitu Socrates. Setelah itu, Plato
meneruskan keaktifan Socrates dengan mengarang dialog-dialog seperti
gurunya. Plato berpendapat bahwa berfilsafat artinya mencari kebijaksanaan
atau kebenaran, dan oleh karena itu dapat dimengerti bahwa mencari
kebenaran itu dilakukan secara bersama-sama dalam suatu dialog. Pemikiran
filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa Aristoteles (384 SM-
322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari
penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan utama para filosof sebelumnya
adalah mereka tidak memeriksa semua penyebabnya.
Pada zaman pertengahan (6M-16M), terdapat periode yang membuat
perkembangan filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen. Hal
ini dikarenakan pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga
ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya
diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila
terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para
gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat
samapai pada hukuman mati. Di antara tokoh terpandang di Abad
Pertengahan adalah Santo Agustinus. Dialah orang yang mencoba
menggunakan prinsip-prinsip filsafat, utamanya pandangan-pandangan Plato
dan Neo-Platonis, untuk membuktikan dogma-dogma kekristenan.
Sesudahnya, beberapa wacana filsafat dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah. Pada periode Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama
mengenalkan filsafatnya Aristoteles. Diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia
mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat
Aristoteles. Para ahli pikir Islam yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian filsafat dapat dilihat dari dua segi, yaitu etimologi (bahasa)
dan terminologi (kumpulan para filsuf) dimana dapat disimpulkan bahwa
filsafat adalah ilmu yang melahirkan pemikiran-pemikiran soal berbagai
macam hal. Dengan menggunakan pendekatan yang lebih dalam dan
bermakna, hal itu bisa dilihat dari pemikiran-pemikiran bijak para ahli mereka
seperti Socrates, Plato, Immanuel Kant dan lain sebagainya. Filsafat
pendidikan adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat pendidikan
dimana, filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek
yang perlu dikaji. Filsafat akan menelaah konsep tentang dunia dan tujuan
hidup dengan luas dan menyeluruh, kemudian hasil dari telaahan tersebut,
akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Tujuan filsafat
pendidikan adalah memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan
proses pembelajaran yang ideal. Filsafat sangat penting dalam pendidikan
karena dengan filsafat kita mengetahui bahwa dalam pembelajaran kita perlu
memahami karakter masing-masing peserta didik, memberikan kebebasan
kepada peserta didik untuk melihat potensi dirinya dan membuat pengetahuan
yang diterima peserta didik dapat memecahkan permasalahan yang ada.
Sejarah lahirnya filsafat pendidikan dimulai pada zaman Yunani (abad ke-6
SM) dimana ahli filsafat pada zaman tersebut adalah Socrates, Plato dan
Aristoteles.

10
3.2 Saran
Dengan mempelajari dan mengkaji tenang filsafat pendidika ini,
diharapkan mulai sekarang mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap masalah-
masalah yang ada di dunia pendidikan, karena sudah sepantasnya mahasiswa
pendidikan nantinya akan menjadi penerus pendidik dan filsof di dalam dunia
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

A., Fuad Ihsan, Filsafat, (Jakarta:PT. Renika Cipta, 2010), hlm. 32.


Husain, H., Zarlis, M., Nasution, Z., Sihotang, H. T., & Wahyuni, S. (2018).
Filsafat Ilmu Komputer Dan Cloud Computing Secara Etimologis. Jurnal
Mantik Penusa, 2(2).
Husin, Salmawati. 2020. Sejarah Filsafat Pendidikan. Jurnal Filsafat Indonesia.
Diakses, 12 September 2022, dari SEJARAH FILSAFAT DAN RINCIAN
HASTABRATA Ilmu - SALMAWATI HUSIN - UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO (ung.ac.id)
Jenilan, J. (2018). Filsafat Pendidikan. EL-AFKAR: Jurnal Pemikiran Keislaman
Dan Tafsir Hadis, 7(1), 69-74.
Nurgiansah, H. (2021). Filsafat pendidikan.
Samuji, S. (2022). PENGERTIAN, DASAR-DASAR DAN CIRI-CIRI
FILSAFAT. Jurnal Paradigma, 13(01), 1-16.
Amka, A. (2019). Filsafat pendidikan.

11
12

Anda mungkin juga menyukai