Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Tentang
HAKIKAT ILMU

Disusun Oleh kelompok 4 :


Khairul Ikhwan : 2212030085
Ayu Ismayani : 2212030117
Zenti Dongoran :1912040055
Dio Aidil Firanda : 2212030112

Dosen Pengampu :
Dr.Muhammad fauzi,M.Ag
Rahmad Tri Hadi,M.Ag

PROGRAM STUDI MANAJAEMEN DAKWAH C


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan inayah-
Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas mata kuliah filsafat ilmu dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan kepada kita jalan kebenaran.
Pemakalah ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing
dan memberi banyak pengetahuan kepada pemakalah serta memberikan kesempatan kepada
pemakalah untuk membuat dan mempresentasikan makalah ini.
semoga Allah membalas dengan sebaik-baiknya. sebagai penutup, kritik dan saran
kami harapkan dari segenap pembaca atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini dan juga sebagai bahan koreksi dan pembelajaran untuk perbaikan makalah berikutnya.

Padang ,22 Maret 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI
KATA PEMGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A.Latar Belakang .................................................................................................... 1
b.Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
c.Tujuan Masalah ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
A.Hakikat Ilmu ....................................................................................................... 2
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 8
Kesimpulan Dan Saran ........................................................................................... 8
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Ilmu dan manusia merupakan suatu yang sangat erat kaitannya. Ilmu pengetahuan
merupakan produk kegiatan berfikir manusia untuk meningkatkan kualitas kehidupannya
dengan jalan menerapkan ilmu pengetahuan yang dipperoleh. Karena itulah ilmu
pengetahuan akan melahirkan pendekatan baru dalam berbagai penyelidikan. Hal ini
menunjukkan studi tentang keilmuan tidak akan berhenti untuk dikaji bahkan berkembang
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus pula diakui bahwa sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan, tidak terlepas dari sejarah perkembangan filsafat ilmu,
sehingga muncullah ilmuan yang digolongkan sebagai filosof dimana mereka meyakini
adanya hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu
Filsafat ilmu yang dimaksud disini adalah sistem kebenaran ilmu sebagai hasil dari
berfikir radikal, sistematis dan universal. Oleh karena itu, filsafat ilmu hadir sebagai upaya
menata kembali peran dan fungsi ilmu pengetahun dan teknologi sesuai dengan tujuannya,
yakni mengfokuskan diri terhadap kebahagiaan umat manusia. Dengan demikian kemajuan
ilmu pengetahuan selama satu setengah abad terakhir ini, lebih banyak dari pada selama
berabad-abad sebelumnya. Hal ini dikarenakan semakin berkembanya zaman, semakin
berkembang pula sains dan teknologi. Fenomena ini merupakan kebangkitan kesadaran
manusia untuk mengkaji ilmu pengetahuan
Manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan, pada hakikatnya hanya didasarkan
pada tiga masalah pokok, yakni: 1) apa yang ingin diketahui? 2) bagaimana memperoleh ilmu
pengetahuan itu? dan; 3) apakah nilai atau manfaat pengetahuan itu? Ketiga persoalan ini
akan menjadi kajian dalam proses mengetahui ilmu pengetahuan.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1.Menjelaskan yang menyangkut dalam segala hal hakikat ilmu

C.Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas ,maka tujuan masalah dalam makalah ini adalah :
1.Untuuk mengetahui apa itu hakikat ilmu

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Hakikat Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti
adanya, oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala
yang berada di dalamnya. Ilmu secara etimologi, term "ilmu" berasal dari bahasa arab Ilmu
secara terminologi adalah pengetahuan secara mutlak tentang sesuatu yang disusun secara
sistematis menurut metode-metode tertentu dan dapat digunakan untuk merenungkan gejala-
gejala tertentu di bidang pengetahuan. Pengertian ini mengidentifikasikan bahwa ilmu itu
memiliki corak tersendiri menurut suatu ketentuan yang terwujud dari hasil analisis-analisis
secara sistematis.
Sifat ilmu pengetahuan berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah
tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal
yang paling hakiki dari kehidupan ini. Namun demikian, sampai tahap tertentu ilmu perlu
memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai misalnya, bagaimana kita
mendefinisikan manusia, maka berbagai pengertian pun akan muncul pula. Misalnya:
Siapakah manusia itu? Jawab ilmu ekonomi adalah makhluk ekonomi, sedangkan ilmu politik
akan menjawab bahwa manusia adalah political animal dan dunia pendidikan akan
mengatakan manusia adalah homo educandum.
Ilmu juga merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Untuk dapat menghargai
ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya harus dimengerti apakah hakikat ilmu itu. Bagi
mereka yang mendewa-dewakan ilmu sebagai satu-satunya sumber kebenaran biasanya tidak
mengetahui hakikat ilmu yang sebenarnya, demikian juga sebaliknya bagi mereka yang
memalingkan muka dari ilmu, peradaban seperti apa yang dimiliki sekarang ini. Menghadapi
dua pola pendapat yang ekstrem ini sebaiknya kita harus berdiri di tengah dengan menyadari
bahwa meskipun ilmu memang memberikan kebenaran, namun kebenaran keilmuan bukanlah
satu-satunya kebenaran dalam hidup ini.
Terdapat berbagai sumber kebenaran lain yang memperkaya khasanah kehidupan,
dan semua kebenaran itu mempunyai manfaatnya masing-masing sepanjang diletakkan pada
tempatnya yang layak.Sebagai ilmuwan, kita harus dapat berdiri di tengah dengan menyadari
bahwa meskipun ilmu memang memberikan kebenaran, namun kebenaran keilmuan bukanlah
satu-satunya kebenaran dalam hidup ini.1

1
Ahmad Warson Munawwir,Kannu Arab Indonesia, Edisi II. (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), h.965.

2
Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan,
namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat
mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan
ke duanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk
mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks
lebih memahami khazanah intelektuan manusia
Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas
mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan
antara ilmu dan filsafat, disamping dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan
pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat
perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.
Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah
bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-
fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap
kritis, berfikiran terbuka serta sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada
pengetahuan yang terorganisisr dan sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan,
dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam
pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman
indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan
filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif
dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih
bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi
kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan
bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema
masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan
ilmu dengan klaim agama, moral serta seni.

3
B.Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Berdasarkan Landasan
Epistimologi
Epistimologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan pengandaian dan dasar-dasar serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat ilmu berdasarkan landasan epistimologi
adalah bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan itu, dengan melalui proses untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan itu maka dapat dipertanggung jawabkan atas ilmu
pengetahuan yang dimilikinya
Pada dasarnya ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal dan indra
sehingga mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan yaitu metode induktif,
metode deduktif, metode positifisme, metode kontenplatif dan metide dialektis.

1. Metode induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan peryataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu peryataan yang lebih umum."

2. Metode Deduktif
Deduktif adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik
diolah lebih lanjut dalam suatu sistem peryataan yang runtut." Metode ini biasanya
dalam bentuk perbandingan logis antara kesimpulan- kesimpulan itu sendiri.

3. Metode Positivisme
Metode ini dikelurkan oleh Agust Comte (1798-1957). Metode ini berpangkal
apa yang telah diketahui yang faktual dan positif." Jadi metode ini lebih cendrung
kepada fakta.

4. Metode Kontenplatif
Metode ini mengatakan bahwa adanya keteerbatasan indra dan akal manusia
untuk memperoleh pengetahuan sehinnga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-
beda sehingga dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi."
Intuisi dalam tasawuf disebut dengan maʼrifat yaitu pengetahuan yang datang dari
Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran.

5. Metode Dialektis
Dalam filsafat, diialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk
mencapai kejernihan filsafat." Dengan kata lain metode dialektis juga disebut metode
diskusi Melalui kelima metode tersebut maka epistimolgi ilmu pengetahuan dalam
perspektif filsafat ilmu tidak terlepas dari bagaimana cara memperoleh ilmu
pengetahuan.2

2
Amsal Bahtiar, Filsafed I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), l. 14, Asal Bahtiar, Filsafat Ilma

4
C.Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Berdasarkan Tinjauan Aksiologi
Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa yunani "axios" yang berarti bermanfaat
dan logos' berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Secara istilah, aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yaazng menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan
dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi,
realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, 17 keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian
aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Dengan kata
lain, apakah yang baik atau bagus itu.Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu
pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan
manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian peserta didik." Dengan
demikian aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai atau
norma-norma terhadap sesuatu ilmu.
Berbicara mengenai nilai itu sendiri dapat kia jumpai dalam kehidupan seperti kata-
kata adil dan tidak adil, jujur dan curang. Hal itu semua mengandung penilaian karena
manusia yang dengan perbuatannya berhasrat mencapai atau merealisasikan nilai." Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai.
Secara singkat dapat dikatakan, perkataan "nilai" kiranya mempunyai macam-macam
makna seperti:
1. mengandung nilai, artinya berguna
2.merupakan nilai, artinya baik atau benar, atau indah
3.mempunyai nilai artinya merupakan obyek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat
menyebab-kan orang mengambil sikap menyetujui, atau mempunyai sifat nilai tertentu
4 memberi nilai artinya, menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal
yang menggambarkan nilai tertentu.
Nilai ini terkait juga dengan etika dan nilai estetika. Nilai etika adalah teori perbuatan
manusia yang ditimbang menurut baik atau buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
Sedangkan nilai estika adalah telah filsafat tentang keindahan serta keindahan, dan tanggapan
manusia terhadapnya." Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi
sentral persoalan karena menyangkut tanggung jawab baik tanggung jawab pada diri sendiri,
masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan.
Ilmu pengetahuan pun mendapatkan pedoman untuk bersikap penuh tanggung jawab,
baik tanggungjawab ilmiah maupun tanggungjawab moral." Tanggungjawab ilmiah adalah
sejauhmana ilmu pengetahuan melalui pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan
untuk memperoleh pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan untuk memperoleh
kebenaran obyektif. baik secara korchen-idealistik, koresponden realistis maupun secara
pragmatis- empirik. Jadi berdasarkan tanggungjawab ini, ilmu pengetahuan tidak dibenarkan
untuk mengejarkan kebohongan, dan hal-hal negatif lainnya.

Hakikat Ilmu Pengetahuan, Cet.l: Yogyakarta: Arruz Media 2004. Dasar-dasar Filsafat Cet. 1: Yogyakarta: al-
Russ

5
Berdasar dari apa yang telah diuraikan dipahami ilmu pengetahuan mengandung
nilai, dan kebenaran nilai ilmu pengetahuan yang dikandungnya bukan untuk kebesaran ilmu
pengetahuan semata yang berdiri hanya mengejar.
Ilmu pengetahuan pun mendapatkan pedoman untuk bersikap penuh tanggung jawab,
baik tanggungjawab ilmiah maupun tanggungjawab moral." Tanggungjawab ilmiah adalah
sejauhmana ilmu pengetahuan melalui pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan
untuk memperoleh pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan untuk memperoleh
kebenaran obyektif. baik secara korchen-idealistik, koresponden realistis maupun secara
pragmatis- empirik. Jadi berdasarkan tanggungjawab ini, ilmu pengetahuan tidak dibenarkan
untuk mengejarkan kebohongan, dan hal-hal negatif lainnya.
Berdasar dari apa yang telah diuraikan dipahami ilmu pengetahuan mengandung nilai,
dan kebenaran nilai ilmu pengetahuan yang dikandungnya bukan untuk kebesaran ilmu
pengetahuan semata yang berdiri hanya mengejar empirik. Jadi berdasarkan tanggungjawab
ini, ilmu pengetahuan tidak dibenarkan untuk mengejarkan kebohongan, dan hal-hal negatif
lainnya.
Berdasar dari apa yang telah diuraikan dipahami ilmu pengetahuan mengandung nilai,
dan kebenaran nilai ilmu pengetahuan yang dikandungnya bukan untuk kebesaran ilmu
pengetahuan semata yang berdiri hanya mengejar kebenaran obyektif yang bebas nilai
melainkan selalu terikat dengan kemungkinan terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan
umat manusia.

D,Hakikat Ilmu Pengetahaun dalam perspektif Islam (al-Qur'an dan Hadits)


Ilmu adalah isim masdar dari alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan,
dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam
akal. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur'an, dan
digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. Ilmu dari segi
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan. Jadi dalam batasan ini faktor kejelasan merupakan bagian penting dari ilmu.
Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu pengetahuan, tidak diragukan
lagi. Banyak argumen yang dapat dirujuk, di samping ada ayat-ayat al- Qur'an dan hadits
Nabi saw. yang mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam al-Qur'an mengandung
banyak rasionalisasi, bahkan menempati bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson
(seorang penulis Marxis) ketika menelaah QS. Ali Imran [3] 190-191 dan QS. Al-Baqarah
[20]: 164. Menurutnya, dalam al-Qur'an kata aqala mengandung pengertian menghubungkan
sebagian pikiran dengan sebagian yang lain dengan mengajukan bukti-bukti yang nyata
sebagai argumentasi yang harus dipahami secara rasional) disebut berulang kali, tidak kurang
dari lima puluh kali dan sebanyak tiga belas kali berupa bentuk pertanyaan sebagai protes
yang mengarah pada kajian ilmiyah. seperti "Apakah kamu tidak berakal?" Seandainya
meneliti kata-kata lainnya: nazhara (menganalisa), tafakkara (memikirkan), faqiha
(memahami). 'alima (mengerti, menyadari), burhan (bukti, argumentasi), lubb (intelektual,
cerdas. berakal) dan lain-lain, niscaya akan menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah 24
yang terdapat dalam al-Quran. Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan

6
pembuktian (dalil, hujjah atau argumen) sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur'an
mengisyaratkan mengenai hal ini.
Menurut al Maraghi ayat tersebut memberikan isyarat tentang kewajiban
memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
mempelajirinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada
manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka
sehingga tidak dibiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada
umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman.
Dalam pandangan Syed Naquib al-Attas, ilmu pengetahuan Barat-modem yang
diproyeksikan melalui pandangan-hidupnya, dibangun di atas visi intelektual dan psikologi
budaya dan peradaban Barat. Menurutnya, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan
peradaban Barat: 1) akal diandalkan untuk membimbing manusia, 2) bersikap dualistik
terhadap realitas dan kebenaran, 3) menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan
pandangan hidup secular, 4) membela doktrin humanisme, 5) menjadikan drama dan tragedi
sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan
Menyadari krisis ilmu pengetahuan dalam budaya dan peradaban Barat. Naquib al-
Attas menyimpulkan ilmu yang berkembang di Barat tidak semestinya harus ditetapkan di
dunia Muslim. Ilmu bisa dijadikan alat yang sangat halus dan tajam bagi menyebar luaskan
cara dan pandangan hidup sesuatu kebudayaan. Sebabnya, ilmu bukan bebas-nilai (value-
free), tetapi sarat nilai (value laden).3

3
Jalaluddin dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan (Jakarta: Baya Madya Pratama, 1997).h.69
Jujun S. Suria Sumantri, 1994, Tentang Hakikat Ilmu Dalam Perspektif. Cet.Jakarta: Gramedia.

7
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.Hakikat ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat berdasarkan tinjauan ontologi dapat
ditinjau dari beberapa aspek yaitu:, aspek abstraknya, aspek potensinya dan aspek konkritnya.
Selain itu cirri-siri ilmu pengetahuan berdasarkan tinjauan ontologi yaitu bersipat empiris,
bersipat sistematis, dan bersipat objektif.
2. Ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat berdasarkan tinjauan epistimologi dapar
dipahami dari beberapa metode memperoleh ilmu pengetahuan adapun metode memeperoleh
ilmu pengetahuan yaitu: metode induktif. metode deduktif, metode positivisme, metode
kontemplatif dan metode dialektis.
3. Ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat berdasarkan tinjauan aksiologi ilmu
pengetahuan itu mengandung nilai, dan kebenaran ilmu pengetahuan yang dikandumgaya
bukan untuk kebesaran ilmu pengetahuan ilmu semata yang hanya mengejar kebenara
objektif yang bebas nilai melainkan selalu terkait dengan kemungkinan terwujudnya
kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.

SARAN
Dalam penyusunan makalah ini tentunya para pembaca masih banyak menemukan berbagai
kekurangan dan kesalahan begitu pula pada saat mendiskusikan karena penulis menyadari
bahwa pada dasarnya setiap melaksanakan sesuatu pasti mengalami masalah. Oleh karena itu
pemakalah sarankan kepada pihak pembaca dan pembimbing agar membantu menyelesaikan
masalah sehingga makalah ini tersusun sebaimana mestinya.

8
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmad Warson Munawwir,Kannu Arab Indonesia, Edisi II. (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1997), h.965.
Amsal Bahtiar, Filsafed I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), l. 14, Asal
Bahtiar, Filsafat Ilma.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan (Jakarta: Baya Madya Pratama, 1997).h.69
Jujun S. Suria Sumantri, 1994, Tentang Hakikat Ilmu Dalam Perspektif. Cet.Jakarta:
Gramedia.
Hakikat Ilmu Pengetahuan, Cet.l: Yogyakarta: Arruz Media 2004. Dasar-dasar Filsafat Cet.
1: Yogyakarta: al-Russ

Anda mungkin juga menyukai