Anda di halaman 1dari 12

PERANAN FILSAFAT

DALAM PENDIDIKAN SAINS


MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS
MATA KULIAH FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
DENGAN DOSEN PENGAMPU R. IRLANTO SUDOMO, M.Pd.

Di susun oleh :
1. Fatkhurrohman (3322110035)
2. Ummi Kholifah (3322130008)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM PENDIDIKAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS IVET SEMARANG
TAHUN 2022
Jl. Pawiyatan Luhur IV No. 17 Bendan Duwur
Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3


A. LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN .......................................................... 3
B. PENTINGNYA LANDASAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN SAINS ....... 4
C. PARADIGMA BARU BELAJAR SAINS DI SEKOLAH ..................................... 5
D. KEDUDUKAN DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI ....................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 8


A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 8
B. SARAN ................................................................................................................. 8

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya secara nyata
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tema “Peranan Filsafat Dalam
Pendidikan Sains”. Tidak banyak buku-buku filsafat pendidikan diterbitkan di Indonesia
walaupun di dalam khasanah ilmu pendidikan jelas sekali bahwa filsafat menjadi salah satu
pondasinya.
Pada era dewasa ini, pemikiran filsafat pendidikan di Indonesia perlu digalakkan agar
berbagai kebijakan dan praktik pendidikan selalu berada pada tujuan awal pendidikan itu
sendiri, yaitu menjadikan peserta didik sebagai orang yang pintar sekaligus baik, orang yang
mencapai aktualisasi potensi secara optimal.
Berdasarkan paparan di atas, maka makalah ini hadir memberikan alternatif pilihan
kepada para pembaca yang budiman untuk dapat merefleksikan berbagai fenomena
pendidikan yang ada dari perspektif filsafat. Semoga dengan refleksi tersebut dapat
menjadikan pembaca semakin kritis dalam upaya memperbaiki praktik pendidikan khususnya
di Indonesia, setidaknya kita dapat belajar bersama dan ikut berpartisipasi untuk mewujudkan
masyarakat pembelajar.
Namun demikian, kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran selalu kami tunggu demi memperbaiki makalah
ini agar menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi banyak pihak. Amin ya rabbal ‘alamiin.

Semarang, 03 November 2022

Tim Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat
maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno. Pada
masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunani inilah kata “filsafat” ini berasal,
yaitu dari kata “philos” dan “sophia”. “Philos” artinya cinta yang sangat mendalam dan
“sophia” artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara
populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam
penggunaan popular, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan
dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat. Mungkin anda pernah bertemu
dengan seseorang dan mengatakan: “filsafat hidup saya adalah hidup seperti oksigen,
menghidupi orang lain dan diri saya sendiri”. Orang lain lagi mengatakan: “Hidup harus
bermanfaat bagi orang lain dan dunia”. Hal ini adalah contoh sederhana tentang filsafat
seseorang.
Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan bagian dari kehidupan manusia yang
yang ada sejak awal keberadaan manusia, mengenal dirinya dan alam sekitarnya.
Manusia berperan sebagai subjek sekaligus menjadi objek dalam IPA. Objek dalam IPA
meliputi manusia dan lingkungannya, baik lingkungan hidup maupun tak hidup. Manusia
yang memiliki akal dan budi, akan selalu berusaha mempelajari dan melakukan kegiatan
untuk mengetahui fenomena kehidupan yang ada di sekitarnya, agar jelas kebenarannya.
Sejalan dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia mengalami dinamika yang
sangat cepat, maka sains juga mengalami perkembangan. Banyak penemuan baru pada
berbagai cabang IPA yang saat ini kita jumpai dan kita rasakan, misal: peternakan,
perikanan, pertanian, sandang, kedokteran, dan banyak lagi, sehingga kehidupan
sekarang mengalami perubahan dari waktu sebelumnya. Hal ini akan terus berlangsung
sepanjang ada kehidupan manusia.
Melihat kenyataan pada saat sekarang dalam perkembangan sains, yang dalam
mendapatkan dan memanfaatkan hasil perkembangannya senantiasa menggunakan
medode, pemikiran, yang bersifat ilmiah, tentu menghasilkan produk-produk yang
bersifat ilmiah pula. Pemikiran manusia merupakan anugerah dari Allah Swt, yang
tentunya memiliki kebenaran, tetapi tidak menutup kemungkinan dalam pelaksanaannya
terjadi hal yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga tidak lagi memiliki
kebenaran dengan tingkat akurasi yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
adanya kendali yang akan memimalisir ketidaksesuaian atau ketidakbenaran dari
perkembangn sains tersebut.
Kemajuan zaman dan teknologi, tidak lain karena adanya sains di dalam kehidupan
manusia. Hal ini tidak terlepas dari peran filsafat, akan tetapi banyak ilmuan yang tidak
sepenuhnya berfilsafat dalam mengembangkan sains. Mereka berambisi
mengembangkan sains untuk meperoleh keuntungan yang sebesa-besarnya tanpa melihat
efek atau dampak dari apa yang mereka lakukan terhadap sains (terutama alam). Kondisi
ini menuntut filsafat untuk berperan serta dalam pengembangan sains di kehidupan
manusia. Manusia dapat mencari kebenaran yang hakiki terkait ilmu pengetahuan dan
pengembangannya untuk memperoleh keuntungan dalam kehidupan tanpa menimbulkan
kerugian yang besar, dengan berfilsafat.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu pemahaman yang jelas tentang Filsafat yang
menjadi dasar semua ilmu termasuk sains dan perkembangan sains, serta keterkaitannya,
agar perkembangan sains tetap pada posisi yang seharusnya tanpa menimbulkan

1
kerugian, sesuai dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan melestarikan
lingkungan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi literasi atau pustaka. Penelitian ini
juga memiliki tujuan untuk mendapatkan berbagai pandangan tentang perkembangan
sains dan penelitian yang dilakukan para ilmuwan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana ruang lingkup landasan filosofi pendidikan?
2. Apa pentingnya landasan filsafat dalam pendidikan sains?
3. Apa paradigma belajar sains di sekolah?
4. Bagaimana kedudukan dan pemanfaatan teknologi dalam pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu pendidikan
2. Untuk mengetahui landasan filsafat ilmu pendidikan
3. Untuk mengetahui peranan filsafat dalam ilmu pendidikan sains
4. Untuk mengetahui paradigma sains dalam pendidikan di sekolah
5. Untuk mengetahui pemanfaatan teknologi dalam ilmu pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
Peranan Filsafat dalam Pendidikan Sains

A. Landasan Filosofi Pendidikan


1. Filsafat dan Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan. Beberapa aliran filsafat pendidikan, yaitu:
a.  Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
b.  Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
c.  Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman
menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai
pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang
terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang
telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf
kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Kebutuhan Filsafat dan Pendidikan


Peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan.
Dalam bentuk yang terperinci lagi. Filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi
pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan ide-ide idela dari
filsafat menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan pembentukan kepribadian.

3. Filsafat Pendidikan Islam


Filsafat pendidikan Islam  memperbincangkan filsafat tentang pendidikan
bercorak Islam  yang berisi berbagai perenungan mengenai pendidikan Islam  dan
usaha-usaha pendidikan yang dilaksanakan agar berhasil sesuai dengan hukum-hukum
Islam. Filsafat pendidikan yang berdasarkan Islam adalah pandangan dasar tentang
pendidikan yang bersumberkan ajaran Islam dan yang orientasi pemikirannya
berdasarkan ajaran tersebut.
Asy Syaibany, menandasarkan bahwa filsafat pendidikan Islam harus mengandung
unsur-unsur dan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dalam segala prinsip, kepercayaan, dan kandungannya sesuai dengan roh (spirit)
Islam.
b.  Berkaitan dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi
dan politiknya.

3
c.  Bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah).
d.  Pembinaannya berdasarkan pengkajian yang mendalam dengan memerhatikan
aspek-aspek yang melingkupi.
e.  Bersifat universal dengan standar keilmuan;
f.   Selektif, dipilih yang penting dan sesuai dengan roh agama Islam;
g.  Bebas dari pertentangan dan persanggahan antara prinsip-prinsip dan kepercayaan
yang menjadi dasarnya; dan
h.  Proses percobaan yang sungguh-sungguh terhadap pemikiran pendidikan yang sehat,
mendalam, dan jelas.

4. Padangan Filsafat Naturalis terhadap Pendidikan


Aliran filsafat naturalisme memandang bahwa manusia diciptakan agar dapat
belajar dan berpikir untuk kembali kepada pencipta-Nya, dalam hal ini implikasi di
dunia nyata bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi pada prinsip
ketuhanan. Implikasi di bidang pendidikan terhadap aliran filsafat naturalisme
memandang bahwa sekolah merupakan hal utama yang akan mengembangkan proses
belajar tiap peserta didik untuk dapat menemukan dan mengembangkan kepribadiannya
dengan memerhatikan karakteristik dan perkembangan alam yang ada.

B. Pentingnya Landasan Filsafat dalam Pendidikan Sains


1. Landasan Sosial dan Individual Pendidikan
Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan
individual, sosial dan kultural. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia
sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perngakat pembawaannya
yang baik dan lengkap. Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam arti luas dan skala
makro perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berlangsung dengan baik dan
bersama-sama. Pada skala makro ini, pendidikan sebagai gejala sosial sering terwujud
dalam bentuk komunikasi, terutama komunikasi dua arah.

2. Dasar-dasar Filsafat Ilmu Pendidikan


a.  Dasar ontologis ilmu pendidikan
Aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman panca
indra adalah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu
pendidikan adalah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek
kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau
diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga
mansyarakat, ia mempunyai ciri warga yang baik atau kewarganegaraan yang
sebaik-baiknya.
b.  Dasar epistemologis ilmu pendidikan
Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi
menhembangkan ilmunya secara prosuktif dan bertanggung jawab. Sekalipun
sebagian pengumpulan data di lapangan dapat dilakukan oleh tenaga pemula, telaah
atas objek formal ilmu pendidikan memerlukan pendekatan fenomenologis yang
akan menjalin studi empiris dengan studi kualitatif-fenomenologis.

4
Pendekatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri
peneliti sebagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Oleh karena
itu, penelaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik dan ilmuwan sebagai
pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.
c.  Dasar aksiologis ilmu pendidikan
Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya sebagai ilmu yang otonom, tetapi juga
diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai
proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu, nilai ilmu pendidikan
tidak hanya bersifat instrinsik sebagaimilmu seperti seni untuk seni, tetapi juga nilai
ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam
praktik melalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh
yang positif dalam pendidikan.
d.  Dasar antropologis ilmu pendidikan
Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar adalah pertemuan antara pendidik
sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula, dimana terjadi pemberian
bantuan kepada pihak yang ingin mencapai kemandirian dalam batas-batas yang
diberikan oleh dunia sekitarnya.

C. Paradigma Baru Belajar Sains di Sekolah


1. Pengertian Sains
Sains berasal dari nature science atau science saja, biasanya disebut ilmu pengetahuan
alam, merupakan sekumpulan ilmu serumpun yang terdiri atas biologi, fisika, kimia,
geologi dan astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di
alam.
2. Keterampilan Generik Sains
Menurut Prof. Dr. Beny Suprapto (Darliana, 2008) pada dasarnya cara berpikir dan
berbuat dalam mempelajari konsep sains dan menyelesaikan masalah, serta belajar
secara teoretis di kelas ataupun dalam praktik adalah sama (mengikuti prinsip segitiga
pengkajian alam). Oleh karena itu, ada kompetensi generik. Kompetensi generik adalah
kompetensi yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah. Kompetensi
generik diturunkan dari keterampilan proses dengan cara memadukan keterampilan itu
dengan komponen-komponen alam yang dipelajari dalam sains yanga terdapat pada
struktur konsep atau prinsip segitiga pengkajian alam. Oleh karena itu, kompetensi
generik lebih mudah dipahami dan dilaksankan daripada keterampilan proses.
Penilaiannya pun lebih mudah. Kompetensi generik kurang berlaku umum
dibandingkan dengan keterampilan proses, tetapi lebih berlaku umu dibandingkan
dengan kompetensi dasar.
Kemampuan generik sains dikategorikan menjadi sembilan indikator, yaitu: (a)
pengamatan langsung; (b) pengamatan tidak langsung; (c) kesadaran tentang skala
besaran; (d) bahasa simbolik; (e) kerangka logika taat asas; (f) inferensi logika; (g)
hukum sebab akibat; (h) pemodelan matematika; dan (i) membangun konsep.
3. Keterampilan Generik Sains dan Konsep Sains
Pada umumnya setiap konsep sains dapat mengembangkan lebih dari satu macam
keterampilan generik sains, kecuali konsep konkret. Jenis konsep ini sangat terbatas

5
junlahnya dalam sains karena itu mempelajari konsep sains pada hakikatnya adalah
mengembangkan keterampilan berpikir sains, yang merupakan berpikir tingkat tinggi.
4. Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Generik Sains
Pembelajaran sains yang berorientasi keterampilan generik sains dapat dilakukan
melalui eksperimen (pengamatan langsung atau tidak langsung, inferensi logika, dan
membangun konsep) dan melalui simulasi komputasi (pengamatan tidak langsung,
bahasa simbolik, inferensi logika, pemodelan matematik dan membangun konsep) serta
dapat juga melalui diskusi (kooperatif) dalam rangka menumbuhkan keterampilan
generik, seperti inferensi logika, pemodelan matematik dan membangun konsep.
5. Manfaat Keterampilan Generik Sains Bagi Siswa
Berikut manfaat penggunaan kompetensi generik dalam pembelajaran sains (IPA),
yaitu:
a. Kompetensi generik membantu guru untuk mengetahui sesuatu yang harus
ditingkatkan pada siswa dan membelajarkan siswa dalam belajar cara belajar
b.  Pembelajaran dengan memerhatikan kompetensi generik dapat digunakan untuk
mempercepat pembelajaran;
c.  Dengan melatihkan kompetensi generik pada siswa, setiap siswa dapat mengatur
kecepatan belajarnya sendiri dan guru dapat mengatur kecepatan pembelajaran untuk
setiap siswa.;
d.  Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena kompetensi generiknya lemah,
sehingga dengan keterampilan generik ini, miskonsepsi pada siswa dapat
diminimalisasikan bahkan dihilangkan.
6. Pengamatan (Survei) Lingkungan
Pengamatan berguna untuk mengetahui apa yang sudah diketahui dan apa yang belum
diketahui siswa. Dari yang sudah diketahui itu, siswa menyusun pengetahuan baru,
menyusun penjelasan, atau perhitungan. Dalam pengamatan lingkungan siswa tidak
melakukan percobaan, tetapi hanya melakukan pengamatan / pengukuran terhadap
variabel-variabel yang ada di lingkungan pada objek dan peristiwa yang akan dipelajari
siswa.

D. Kedudukan dan Pemanfaatan Teknologi


1. Kedudukan IT bagi Pendidikan
Pembangunan pendidikan berbasis IT setidaknya memberikan dua
keuntungan. Pertama,  sebagai pendorong komunitas pendidikan (termasuk guru)
untuk lebih apresiatif dan proaktif dalam maksimalisasi potensi
pendidikan. Kedua, memberikan kesempatan luas kepada peserta didik memanfaatkan
setiap potensi yang ada dapat diperoleh dari sumber-sumber yang tidak terbatas.
Adapun kedudukan IT dalam pendidikan yang lain adalah: (a) Mempermudah
kerjasama antar pakar dengan siswa, menghilangkan batasan ruang, jarak dan waktu;
(b) Sharing information, sehingga hasil penelitian dapat digunakan bersama-sama dan
mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan; dan (c) Virtual university, yaitu dapat
menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak.
2. Pemanfaatan IT bagi Pendidikan

6
Adapun manfaat IT bagi bidang pendidikan, adalah: (a) akses ke perpustakaan; (b)
akses ke pakar; (c) melaksanakan kuliah online; (d) menyediakan layanan informasi
akademik suatu intitusi pendidikan; (e) menyediakan fasilitas mesin pencari data; (f)
menyediakan fasilitas diskusi; (g) menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah;
dan (h) menyediakan fasilitas kerjasama.
3. Perkembangan Pendidikan pada Era Globalisasi
Kemajuan teknologi dewasa ini dan pada masa-masa yang akan datang, terutama di
bidang informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia ini menjadi sempit
cakupannya. Oleh karena itu di bidang pendidikan, peran guru untuk mendidik peserta
didik menajdi manusia yang selalu mengikuti perkembangan zaman tanpa
meninggalkan budaya sangat penting dalam menentukan perjalanan generasi bangsa
ini. Guru dituntut menjadi pendidik yang bisa menjembatani kepentingan-kepentingan
itu. Tentu saja, melalui usaha-usaha nyata yang bisa diterapkan dalam mendidik peserta
didiknya.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang khas, yaitu radikal, sistematis dan
universal untuk mencari kearifan,kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu.
Berfilsafat berarti berpikir merangkum tentang pokok-pokok atau dasar-dasar dari hal
yang ditelaahnya.
Filsafat yang merupakan dasar dari semua ilmu yang ada pada saat ini, dengan
kajian epistemolosi, ontologi dan aksiologi sangat diperlukan dalam perkembangan
sains. Berbekal pemahaman tentang filsafat seorang ilmuwan mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia, sehingga tidak terperangkap oleh metode
khusus yang tidak lagi sesuai dengan ketentuan dan komponen sains. Ilmuwan dalam
melakukan penelitian untuk mengembangkan sains, harus: 1) menguasai pengetahuan
dasar tentang sains sebagai ilmu penegetahuan bidang garapannya, 2) memahami
keterkaitan ilmu sains dengan ilmu-ilmu yang lain, 3). memahami dengan sepenuhnya
bahwa sikap ilmiah merupakan komponen dalam sains yang harus dipatuhi. Filsafat yang
meliputi epistemologi, metafisika, logika, estetika dan etika akan membantu manusia
khususnya ilmuwan dalam mengembangkan sains, agar tetap mengutamakan tanggung
jawabnya untuk memenuhi kepentingan manusia tanpa memberikan dampak negatif bagi
manusia maupun lingkungan, sekaligus bentuk pertanggungjawaban atas aktivitasnya
kepada Sang Khalik.

B. SARAN

8
9

Anda mungkin juga menyukai