Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

Oleh:

Nama : Isabella Muliawati Suryana

NIM :202220013

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Rumusan Pembahasan...................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

A. Landasan Filosofi Dalam Penyusunan Kurikulum.......................................4

B. Memilih Strategi Pembelajaran Yang Efektif...............................................9

C. Contoh Penerapan Landasan Filososfi........................................................10

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di bumi nusantara pada pra-kemerdekaan benar-benar berada
dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Dimana pemerintah Belanda tidak
membiarkan sedikitpun anak-anak bangsa mendapat pendidikan yang layak dan
seharusnya. Kalaupun toh ada proses pendidikan yang terjadi, bisa dipastikan
bahwa hal tersebut berada di bawah diktean serta pengaruh tangan besi yang
membabi buta dari penjajah kolonial. Hasilnya, bangsa ini dididik untuk
mengabdi sekaligus menjadi budak mereka. Karena yang terpenting bagi mereka
adalah; meraup keuntungan dan kekayaan sebanyak yang mereka bisa dari tanah
air kita tercinta.
Setelah kemerdekaan, masalah pendidikan menjadi semakin kompleks.
Dan tidak hanya bagi Negara Indonesia, bagi Negara diseluruh duniapun—untuk
menjadi Negara yang maju, harus ditopang dengan pendidikan yang maju pula.
Nah, pendidikan yang maju ini baru bisa dicapai jika system (kurikulum)
pendidikannya baik. Jika boleh meminjam perkataan dari salah satu dosen di
INSTIKA, “tanpa kurikulum, pendidikan akan mandek (Syafikurrahman, M. Pd)”.
Disitulah letak mengapa kurikulum begitu urgen dalam proses pendidikan.
Sebagaimana dalam Islam kita diajarkan bahwa iman merupakan dasar.
Begitupun dalam kurikulum dimana ada beberapa hal yang cukup mendasar, dan
beberapa hal tersebut akan kami bahas beserta kurikulum pendidikan Islam,
khususnya di Indonesia pada makalah kami kali ini.

B. Rumusan Pembahasan
1. Apa landasan filosofis dlm penyusunan kurikulum?
2. Bagaimana memilih strategi pmbelajaran yg efektif?
3. Apa contoh penerapan landasan filosofisnya?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofi Dalam Penyusunan Kurikulum


Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
berarti pelari, atau curere yang berarti tempat berpacu atau jarak yang harus
ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga
yang disebut juga “a little race course” (suatu jarak yang harus ditempuh dalam
pertandingan olahraga, biasanya berbentuk melingkar). jika pengertian ini kita
kaitkan dengan dunia pendidikan, maka dinamakan “circle of instruction”, yaitu
lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.1
Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan kata “manhaj” yang berarti
jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai bidang
kehidupannya. Sedangkan dalam pendidikan, manhaj atau kurikulum adalah jalan
terang yang dilalui pendidik (guru) dan orang yang di didik (murid), demi
berkembangnya pengetahuan, keterampilan, serta sikap murid tersebut. Jadi,
manhaj dalam pendidikan Islam bisa dikatakan sebagai seperangkat media dan
perencanaan yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan, dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata philos dan
sophia. Philos artinya cinta yang mendalam dan sophia adalah kearifan atau
kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai
cinta yang mendalam akan kearifan. Secara populer filsafat sering diartikan
sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu.
(Sanjaya. 2008. p. 42). Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak,
ia harus tahu atau berpengatahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses
berpikir, yaitu berpikir secara sistematis, logis dan mendalam. Pemikiran

1
Arifuddin Arif, S. Ag., M. Pd. I, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kultura, 2008). 79
demikian dalam filsafat sering disebut sebagai pemikiran radikal, atau berpikir
sampai ke akar-akarnya.2
Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab pertanyaan-
pertanyaan pokok seperti, apakah yang menjadi tujuan pendidikan? Apa isi
pendidikan? Hendak dibawah ke mana siswa yang didik itu? Apa hakikat
pengetahun yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Dan bagaimana sebaiknya
proses pendidikan itu berlangsung?.
Filsafat sebagai landasan fundamenatal, filsafat memegang peranan
penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam
proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan
tujuan pendidikan. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran
yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat
dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Keempat, melalui filsafat
dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses
pendidikan.3
Beberapa pandangan fisafat umum telah mendasari aliran filsafat
pendidikan yang bukan saja berpengaruh pada kurikulum, bahkan menentukan
keputusan pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran. Beberapa aliran fisafat
utama tersebut sebagai berikut:
1. Perelianisme
Perelianisme adalah filsafat yang paling tua dan konsevatif dalam
filsafat pendidika, yang barakar dari filsafat realisme. Perelinias menganggap
bahwa sifat manusia itu konstan. Manusia memiki kemampuan dan dapat
mengerti kebenaran universal. Tujuan dari pendidikan dalah mengembangkan
cara berfikir rasional dan mendalami kebenaran universal dengan
mengembangkan kemampuan intelektual dan karakter siswa (Ornstein &
Hunkins, 2009,p.39). Pendidikan yang sesuai dengan filsafat ini ialah
pengembangan intelektualitas manusia. Aliran realis juga memandang bumi

2
Novan Ardy Wiyana & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan
Monokomotik-Holistik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). 167-168
3
Drs. Hasan Basri, M. Ag. Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si., ilmu Pendidikan Islam (Jilid II),
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010). 176-177
adalah tempat dan benda yang dikenal manusia melalui pancaindra dan rasio.
Karena itu, parenialisme ingin agar pendidikan memfasilitasi siswa memahami
dan menyusuaikan diri dengan orde alam. Kurikulum yang sesuai untuk
membimbing siswa tentang cara hidup harmonis dengan bumi dan hukum
alam.
Prinsip utama parenilisme dirinkas Kneller dalam Mohammad Ansyar:
(1) Hakikat manusia adalah sama di mana saja untuk semua orang di manapun
mereka datang, walau mereka hidup dalam lingkungan berbeda,;(2) manusia
harus memakai rasio yang mereka miliki sebagai kekayan paling berharga
untuk menunutun insting mereka,;(3) tugas utama pendidikan adalah
mengarjakan kebenaran abadi yang sama di mana saja di dunia ini;(4)
pendidikan bukan imitasi kehidupan, tetapi persiapan untuk menhadapi
kehidupan,;(5) siswa harus diajari ”mata pelajaran utama” yang akan
memperkenalkan mereka dengan hal-hal yang permanen di dunia melalui
pelajaran bahasa, sejarah, matematika, sains, filsafat, dan seni rupa,;(6) siswa
harus mempelajari karya besar sastra, filsafat, sejarah, dan sains, karena
melalui pelajaran tersebut terlihat aspirasi dan prestasi besar uman manusia.
(Ansyar. 2015. p. 87)
Filsafat perelinisme menjagokan kurikulum terpusat, mata pelajaran
bagi pengembangan kemampuan intelektual siswa, seperti sejarah, geografi,
ekonomi, kimia, biologi, fisika, dan gabungan beberapa mata pelajaran seperti
IPS dan IPA (Ornstein & Hunkins, 2009,p.39). Kesimpulan ialah kurikulum
perelinialisme fokus pada pengengbangan kemampuan intelektual anak
sebagai prioritas utama.
2. Essensialisme
Esensialisme adalah filsafat yang traditional, filasfat konservatif.
Essensialisme brekar pada realism dan idealism (Ornstein & Hunkins,
2009,p.41).Aliran ini menginkan agar pendidikan focus pada
mempertahankan peradaban manusia dengan mentransfernya melalui
pengembangan kemampuan intelektual, baik dalam proses maupun konten
pendidikan.
Esensialisme mendasarkan pikiranya pada lima prinsip utama seperti
yang di kemukakan Weber dalam Mohammad Ansyar: (1) manusia adalah
mahluk bernalar;(2) Pkiran terdiri dari fakulti (faculty) yang terpisah-pisah;
(3) Tiap-tiap fakulti itu dapat diperkuat melalui latihan-latihan; (4) Sekali
fakulti itu diperkuat, pengaruhnya akan terlihat pada perbuatan-perbuatan
yang melibatkan nalar; (5)Hanya ada sedikit saja mata pelajaran yang bersifat
universal dan paling penting (essensial subjects). (Ansyar. 2015. p. 90)
Kaum essensialis menginginkan kemampuan intelek ini diarahkan
kepada pemenuhan kebutuhan modern melalui disiplin akademik kebahasaan,
matematika, sains, sejarah, bahasa asing. Kaum ini yakin bahwa disiplin ilmu
tersebut sangat penting bagi pengembangan mental anak-anak (Ornstein &
Hunkins, 2009,p.41)
3. Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-
centered).Sebagai reaksi terhadap pelaksanan pendidikan yang berpusat pada
guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Kurikulum
progresif bukan focus pada pengjaran pelajaran, tetapi pada pemberian
kegiatan dan kesempatan belajar pada siswa untuk memperoleh
penglaman(Ornstein & Hunkins, 2009,p.48). Dengan demikian siswa harus
difasilitasi dan dimotivasi agar dapat menkonstruksi sendiri realita yang ada
bermodalkan pengetahuan yang telah dipelajari selama ini.
Implikasi kurikulum progresif lebih mengutamakan proses dari pada
produk, menjadikan mata pelajran sebagi alat daripada sebagai target
kurikulum, dan siswa diberdayakan sebagai subjek pendidikan bagi dirinya
daripada sebagai objek pengajaran dari gurunya(Ansyar. 2015. p. 97).
Kesimpulan kurikulum progresif terpusat pada siswa, beriorentasi
proses, mengutamakan pengalaman melalui kesempatan belajar yang relevan
dengan tujuan.
4. Rekonstruksionisme
Aliran rekonstuksionisme menolak pendidikan untuk adaptasi siswa
terhadap kebudayan yang ada. Para renkonstruksionis menjagokan
pendidikan bagi perubahan social agar masyarakat kini lebih baik dari
sebelumnya(Ansyar, 2015. p, 104). Menurut Ornstein & Hunkins (2009, p,
52) kurikulum harus mentranformasikan pengembangan pendidkan aspek
social, politik dan ekonomi.

Filsafat pendidikan Berakar pada filsafat Focus kurikulum Tujuan pembelajaran

Perenialisme Realism Mata pelajaran Mendidik siswa agar


klasik;analisi literature; menjadi orang yang
kurikulum tetap rasional

Esensialisme Realism & idelisme Keterampilan Mengembangkan


pokok(3Rs) & mata kemampuan intelektual
pelajaran essensial siswa; mendidik siswa
(bahasa Inggris, agar menjadi orang
Aritmatika, Sains, Sjarah, yang kompeten
& bahasa Asing

Progressivisme Pragmatisme Berdasarkat bakat & Meningkatkan


minat siswa, kehidupan social
pengembangan demokratis
kemampuan individual
agar mampu melakukan
pemecahan masalah;
mata pelajaran
interdisipliner kegiatan
belajar (proyek) &
pengalaman belajar

Rekonstruksionisme Pragmatisme Tekanan pada ilmu-ilmu Pengetahuan &


social & metode riset keterampilan untuk
memecahkan masalah
social bagi peningkatan
kualitas hidup
masyarakat

B. Memilih Strategi Pembelajaran Yang Efektif


Sebelum mempelajari Strategi pembelajaran efekif, terlebih dahulu kita
pelajari pengertian dari efektif. Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu kata
”effective” yang dapat diartikan mempunyai efek (akibat, pengaruh, kesan) atau
dapat pula diartikan membawa hasil, berhasil guna. Selain itu efektif tidak hanya
diorientasikan pada hasil tetapi juga proses yang ada dalam mencapai tujuan.
Sehingga dapat disimpulkan Strategi pembelajaran efektif adalah
pembelajaran yang berorientasi pada program pembelajaran berkenaan dengan
usaha mempengaruhi, memberi efek, yang dapat membawa hasil sesuai dengan
tujuan maupun proses yang ada di dalam pembelajaran itu sendiri.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
elemen, berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa tenang, puas dengan hasil
pembelajaran, membawa kesan, sarana dan prasarana yang memadai serta materi,
metode dan media yang sesuai serta guru yang professional.
Juga keberhasilan proses pembelajaran banyak tertumpu pada sikap dan
cara belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok, selain itu, tersedianya
sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran dengan tepat
merupakan factor pendorong dan pemeliharaan kegiatan belajar siswa yang
produktif, efektif dan efisien.
Strategi Pembelajaran efektif mencakup 4 dimensi:
1. Konteks
Merupakan situasi/latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan strategi
yang dikembangkan.misalnya berupa kebijakan departemen, sasaraan yang
ingin dicapai oleh unit kerja dsb.
2. Masukan (input)
Mencakup bahan, peralatan dan fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
program. Misalnya dokumen, kurikulum, staf pengajar, media
pembelajaran dsb.
3. Proses
Merupakan pelaksanaan yang nyata dari program pendidikan di
kelas/lapangan.
4. Hasil/product
Merupakan hasil keseluruhan yang dicapai oleh program. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kompetensi siswa.
Gerlach dan Ely (1980:244)
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan tentang pengertian dari
pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berorientasi pada program
pembelajaran berkenaan dengan usaha mempengaruhi, memberi efek yang dapat
membawa hasil sesuai dengan tujuan maupun proses yang ada di dalam
pembelajaran itu sendiri..4

C. Contoh Penerapan Landasan Filososfi


1. Perelianisme

Dalam hal kurikulum, aliran ini menganggap hal yang terpenting dalam
kurikulum adalah isi (content) mata pelajaran-mata pelajaran yang tepat
dan benar. Oleh karena kondisi demikian, maka dalam pendidikan peran
utama dipegang oleh guru atau pendidik. Keaktifan dan kreatifitas subyek
didik dikembangkan dengan bersendikan atas pengetahuan dan
keterampilan yang benar.
Disamping itu, masih menurut aliran Perenialisme, pendidikan
persekolahan diusahakan sama bagi setiap orang, dimana peserta didik
diajak untuk menemukan kembali dan menginternalisasi kebenaran
universal dan konstan dari masa lalu. Oleh karena itu metode yang
digunakan dalam kurikulum model aliran Perenialisme ini adalah
4
Drs. Hasan Basri, M. Ag. Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si., ilmu Pendidikan Islam (Jilid II),
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010). 178-179
mengkaji terhadap buku-buku yang membahas peradaban Barat dan abad
pertengahan melalui membaca dan diskusi untuk menyerap dan menguasai
fakta-fakta dan informasi.
Materi kurikulum terorganisir sebagaimana suatu disiplin ilmu (body of
knowledge). Guru berperanan sebagai ahli bidang studi, yang
menguasai keilmuan sehingga mereka memiliki otorita di bidang
ilmunya. Pola pembelajar dilakukan dengan metode ceramah. Siswa
lebih diposisikan sebagai pihak penerima pengetahuan, sehingga ia
lebih pasif dalam pembelajaran.5
Contoh penerapan perenialisme dalam pendidikan yaitu berdirinya
sekolah-sekolah berbasis agama seperti muhammadiyah, sekolah kristen,
pondok pesantren. Sekolah- sekolah ini mengedepankan ilmu agama karena
dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang
menjadi pandangan hidup.6

2. Progresivisme

Salah satu aliran filsafat yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah
aliran progresivisme. Aliran progresivisme ini merupakan filsafat
pendidikan yang berpusat pada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
atau sering juga disebut dengan metode pembelajaran student centered
learning (Ri’ati, 2019). Yang mana peserta didik berperan lebih aktif dan
guru hanya sebagai fasilitator saja. Maka dari itu dengan aliran filsafat
progresivisme, peserta didik diberikan kebebasan untuk mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya.
Pemikiran filsafat memiliki beberapa aliran salah satunya yaitu aliran
filsafat progresivisme. Progresivisme berasal dari kata progresif yang
mana dalam makna bahasa berarti bergerak maju. Maka dari itu
progresivisme dapat diartikan sebagai salah satu aliran yang
mengharapkan adanya suatu kemajuan, yang mana dari kemajuan ini dapat
5
Drs. Hasan Basri, M. Ag. Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si., ilmu Pendidikan Islam (Jilid II),
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010). 182
6
Amin Haedari, dkk. Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan
Kompleksitas Global. (Jakarta: IRD Press, 2004). 6-7
membawa sebuah perubahan (Fadlillah, 2017). Dan dapat disimpulkan
bahwa progresivisme ini lebih memperhatikan masa depan daripada masa
lampau.
Aliran progresivisme didirikan pada tahun 1918 dan berkembang pesat
pada abad ke-20 di Amerika Serikat. Awal mula lahirnya aliran
progresivisme ini di latar belakangi oleh ketidak puasan terhadap
pendidikan yang masih menganut sistem tradisional, yang mana dalam
pendidikan tersebut hanya menjadikan peserta didik sebagai objek
pembelajaran. Aliran ini lahir sebagai pembaharuan pendidikan dan
sebagai gerakan pembaharuan politik Amerika. Tokoh pencentus filsafat
progresivisme yang populer adalah Jhon Dewey (Nursikin, 2016:311).
Progresivisme dalam dunia pendidikan memiliki konsep bukan hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik saja. Namun juga
melatih kemampuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik
sehingga pendidikan mampu membawa perubahan pada peserta didik. Dan
dengan digunakannya pemikiran filsafat progresivisme diharapkan mampu
untuk memberikan perubahan pada peserta didik agar dapat menjadi
individu yang mampu untuk menghadapi permasalahan serta dapat
menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat (Fadlillah, 2017).
Ciri Implementasi dari filsafat progresivisme dalam pendidikan adalah
menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Peserta didik diberikan kebebasan berpikir serta mengembangkan bakat
dan keterampilannya. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan
pemikiran progresivisme tugas seorang pendidik hanya sebagai fasilitator
dan pembimbing yang mendukung dan mengarahkan peserta didik.
Tujuannya agar peserta didik dapat memiliki kemampuan problem solving
yaitu kemampuan pemecahan masalah, crative Thingking dan self
direction (Ri'ati, 2019).
Pendidikan progresivisme menekankan kepada peserta didik untuk
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan pemikiran, terutama dalam
hal pemecahan suatu permasalahan (Ibrahim, 2018:163). Adapun
implementasi progresivisme dalam pendidikan ini dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu seperti makna pendidikan, tujuan pendidikan,
kurikulum, belajar dan peran guru. Contoh pelaksanaan aliran
progresivisme yaitu seperti dalam kebebasan nilai, kebebasan untuk
memilih jurusan, kebebasan pendidikan yang sesuai dengan minat dari
peserta didik itu sendiri, serta masih banyak lagi penerapan kehidupan
dengan menggunakan filsafat progresivisme.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat, salah satu fondasi kurikulum, memandu pendidik merancang,
melaksanakan, dan mengembangkan kurikulum sekolah. Filsafat mengarahkan
tindakan kita, dengan tidak adanya filsafat yang jelas, seorang pendidik akan
dipengaruhi oleh tekanan esternal. Kurikulum yang tanpa didasarkan pada suatu
fisafat maka akan berakibat buruk kepada sistem pendidikan terutama berakibat
buruk kepada proses pengembangan kurikulum, karena hakikatnya kurikulum
dibuat agar peserta didik dapat terjun atau berpartisipasi langsung dalam dunia
masyarakat dan kehidupan nyata. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-
landasan yang kuat dan didasarkan pada hasil pemikiran dan penelitian mendalam.
Sudut pandang filsafat umum yang berkaitan dengan kurikulum seperti;
idealism, realism, pragmatism, dan eksitentialsime. Sudut pandang tersebut
tergolong atas filsafat tradisional, kontemporer. Filsafat tersebut berpengaruh
terhadap teori pendidikan; perenialisme dan eksistensialisme (traditional dan
konsefatif) dan progrevisme dan rekonstruksionisme (kontemporal dan liberal).
DAFTAR PUSTAKA
 Arifuddin Arif, S. Ag., M. Pd. I, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, 2008 (Jakarta:
Kultura)
 Drs. Hasan Basri, M. Ag. Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si, ilmu Pendidikan
Islam., (Jilid II), 2010 (Bandung: CV Pustaka Setia)
 Novan Ardy Wiyana & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun
Konsep Pendidikan Monokomotik-Holistik, 2012 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)
 Rahmat, Pondok Pesantren Sebagai lembaga Pendidikan Islam, (online:
blog.re.or.id)
 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 1999 (Jakarta: Lembaga Studi
Islam dan Kemasyarakatan LKIS)
 Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, 1982 (Jakarta: Dharma
Bhakti)
 Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren, 2002 (Cet. II; Jakarta Mizan)
 K.H. Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di
Indonesia, 1979 (Bandung: al-Ma’arif Bandung)
 Amin Haedari, dkk. Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas Dan
Tantangan Kompleksitas Global. 2004 (Jakarta: IRD Press)

Anda mungkin juga menyukai