Anda di halaman 1dari 5

1. Pelanggaran Kebebasan Berpendapat.

Kebebasan berpendapat salah satu hak setiap warga negara yang telah dijamin
oleh konstitusi. Negara Indonesia merupakan negara hukum dan demokratis yang
berwenang untuk mengatur dan melindungi pelaksanaannya. Kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat tersebut diatur dalam perubahan keempat Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 E ayat (3) Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Salah satu pelanggaran hak berpendapat yaitu pelanggan yang dilakukan oleh
pemerintah atau kelompok individu. Adanya pelanggaran tersebut akan menghambat
keinginan orang lain untuk berpendapat. Walaupun ada undangundang yang
melindungi pendapat, tetapi kita harus menjaga sikap kita dalam mengutarakan
pendapat, menghormati orang lain dan menjaga sopan santun. Ancaman berpendapat
bukan terjadi dari kelompok kecil, tetapi ancaman sesungguhnya berasal dari
sekelompok politik yang memberikan izin kepada kita untuk mengemukakan
berpendapat dan juga mencoba untuk membungkam kelompok lainnya

Upaya untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi dengan Pasal 310 dan
311 KUHP dapat dilakukan dengan cara penerapannya yang proporsional yaitu bukan
dengan pidana penjara yang dinilai dari aspek Hak Asasi Manusia sebagai hal yang
berlebihan untuk menangani persoalan kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Penghapusan pidana penjara dan mengganti dengan pidana denda dapat memberikan
efek yang lebih baik bagi masyarakat. Khususnya kalangan masyarakat yang
berprofesi sebagai aktivis ataupun jurnalis.

2. Pasal 27 ayat 1: persamaan kedudukan di dalam hukum

Bentuk dan kedaulatan negara tersebut juga diperjelas dalam pasal 27 hingga
34 melalui hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Pasal 27 ayat 1 mengatur
tentang persamaan kedudukan di mata hukum dan pemerintahan serta kewajiban
untuk menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa kecuali.

Berikut bunyi pasal 27 ayat 1:

"Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya."

Dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan oleh Lukman Surya Saputra,


pasal 27 ayat 1 tersebut menjelaskan tentang prinsip equality before the law atau asas
persamaan di hadapan hukum. Prinsip tersebut menegaskan bahwa setiap warga
negara memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum tanpa ada pengecualian.

Prinsip equality before the law dalam pasal 27 ayat 1 ini juga ditegaskan
dalam UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, tepatnya pada
pasal 4 ayat 1. Berdasarkan pasal tersebut, pengadilan mengadili menurut hukum dan
tidak membeda-bedakan orang.

Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang
hukum, sebagaimana bunyi pasal 5 ayat 1 dan 2 UU Nomor 48 Tahun 2009.

Sebagai negara hukum, Indonesia menerapkan aturan tersendiri dalam


penyelenggaraan sistem pemerintahan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara umum, hukum dicirikan dengan adanya perintah dan larangan yang harus
ditaati oleh setiap orang di dalamnya. Setidaknya, ada empat unsur hukum, antara lain
peraturan tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat, peraturan
tersebut dibuat oleh badan resmi atau pihak berwajib, peraturan bersifat memaksa,
dan adanya ketegasan sanksi yang diberikan dalam setiap pelanggaran terhadap
aturan yang dibuat.
3. Pasal 27 ayat 2: hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui


perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1). – Hak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya. (pasal 28C ayat 2). perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat
1).

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang
layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah
dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal
menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka
berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak
ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan
kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang
berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan
pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal
ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan
rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh
karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi
kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa
melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang
menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat
akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia
bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara
dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih
baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang.
Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat
kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

4. Pasal 30 Hak Pembelaan Atas Negara

UUD 1945 Pasal 30 ayat 1 disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Berdasarkan
lampiran di atas, dapat disimpulkan bahwa warga negara wajib ikut serta dalam
mengupayakan usaha keamanan dan pertahanan negara. Seperti yang disampaikan
dalam UU tentang Pertahanan Negara, sistem pertahanan negara adalah sistem
pertahanan yang sifatnya melibatkan seluruh warga, wilayah, dan sumber daya
nasional yang ada. Pertahanan negara sama dengan melaksanakan kebijakan
pertahanan negara. Salah satu komponen utama pertahanan negara ialah Tentara
Nasional Indonesia yang selalu siap dengan tugas-tugas pertahanan.

5. Pasal 27 ayat 3

Isi dari Pasal 27 ayat 3 menyebutkan setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Ayat tersebut menegaskan tentang
keikutsertaan warga negara terhadap upaya pembelaan negara.
Dilansir laman resmi Kementerian Pertahanan, ayat di atas dapat dimaknai seperti
berikut: 1. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk menentukan
kebijakan kebijakan perwakilan yang diamanatkan dalam UUD 1945.

2. Setiap orang yang menjadi bagian dari warga negara harus melibatkan diri dalam
setiap usaha pembelaan negara, sesuai dengan profesi dan kemampuannya masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai