Anda di halaman 1dari 14

SOAL TES 3

NAMA : Pikkah Hartanti


NIM : 856717594
MATA KULIAH : Konsep Dasar IPS
KODE / SKS : PDGK4102 / 4 SKS
PROGRAM STUDI : PGSD
DOSEN PENGAMPU : Angga Tanama Putra, M.Pd

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.


1. Kemukakan bukti yuridis konstitusional bahwa Negara Indonesia bahwa Negara Indonesia
merupakan negara yang berdasarkan hukum!
2. Sebut prinsip-prinsip dasar pemerintahan!
3. Sebut dan jelaskan secara singkat hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam UUD 1945!
4. Menurut pendapat Anda, apa yang menyebabkan adanya perubahan sosial yang terjadi di dalam
negara kita (Indonesia)?
5. Sebut dan jelaskan sumber-sumber control sosial!
6. Sebutkan salah satu model pembelajaran yang dianggap baik dalam mengajarkan IPS di sekolah
dasar dan jelaskan langkah-langkah model pembelajaran tersebut!
7. Di dalam perkembangan ilmu pengetahuan terdapat beberapa istilah penting yaitu berpikir kritis
dan berpikir logis. Apa perbedaan kedua hal tersebut?
8. Buatlah sebuah rancangan pembelajaran IPS yang menggunakan model pembelajaran problem
solving!
9. Buatlah sebuah rancangan pembelajaran IPS yang menggunakan model pembelajaran
pengambilan keputusan (decision making)!
10. Salah satu keterampilan dasar IPS adalah keterampilan partisipasi sosial. Sebutkan keterampilan
yang termasuk di dalamnya!
11. Pilihlah salah satu model pembelajaran IPS terpadu & buatlah rancangan pembelajarannya!
Jawaban

1. Di Indonesia, istilah negara hukum secara konstitusional telah disebutkan pada UUD
1945. Penggunaan istila negara hukum mempunyai perbedaan antara sesudah dilakukan
amandemen dan sebelum dilakukan amandemen. Sebelum amandemen UUD 1945, yang
berbunyi bahwa "Indonesia adalah negara yang berdasar atas negara hukum". Sedangkan
setelah dilakukannya amandemen UUD 1945 yaitu "Negara Indonesia adalah negara
hukum."Istilah negara tersebut dimuat dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3). Meskipun ada
perbedaan UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen pada hakikatnya keduanya
mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadikan Negara Indonesia sebagai negara hukum.
NKRI sebagai negara hukum yang berdasarkan pada pancasila, pasti mempunyai maksud
dan tujuan tertentu yaitu bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara kita sebuah
negara yang aman, tentram, aman sejahtera, dan tertib dimana kedudukan hukum setiap
warga negaranya dijamin sehingga bisa tercapainya sebuah keserasian, keseimbangan dan
keselarasan antara kepentingan perorangan maupun kepentingan kelompok (masyarkat).
Konsep negara hukum pancasila artinya suatu sistem hukum yang didirikan berdasarkan
asas-asas dan kaidah atau norma-norma yang terkandung/tercermin dari nilai yang ada
dalam pancasila sebagai dasar kehidupan bermasyarakat. Beberapa pernyataan yang
mencerminkan bahwa Indonesia sebagai negara hukum antara lain: UUD Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (3) yang berbunyi bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum.
Bab X pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
Dalam pasal 28 ayat (5) yang berbunyi bahwa untuk penegakkan dan melindungi hak
asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan
hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan
Negara berdasarkan atas hukum ditandai dengan beberapa asas diantaranya adalah bahwa
semua perbuatan atau tindakan seseorang baik individu maupun kelompok, rakyat
maupun pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu dilakukan atau didasarkan
pada peraturan yang berlaku. Negara berdasarkan atas hukum harus didasarkan hukum
yang baik dan adil tanpa membeda-bedakan. Hukum yang baik adalah hukum yang
demokratis, yaitu didasarkan pada kehendak rakyat sesuai dengan kesadaran hukum
rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan hukum yang adil adalah hukum yang
memenuhi maksud dan tujuan hukum yaitu keadilan. Hukum yang baik dan adil perlu
untuk dijunjung tinggi karena bertujuan untuk melegitimasi kepentingan tertentu, baik
kepentingan penguasa, rakyat maupun kelompok. Oleh karena itu suatu negara yang
menyatakan bahwa negaranya merupakan negara hukum. Negara hukum menurut UUD
1945 adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan hukum. Negara itu sendiri
merupakan subjek hukum, dalam arti rechstaat (Indonesia ialah negara yang berdasar atas
hukum). Ciri-ciri konsep rechstaat antara lain: Adanya perlindungan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM) Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara
untuk menjamin perlindungan Hak asasi manusia Pemerintahan berdasarkan peraturan
Adanya peradilan administrasi
Di Indonesia yang menggunakan sebuah konsep rechstaat berarti semua yang dilakukan
oleh rakyat tergantung pada bagaimana bunyi atau teks ketentuannhukumnya dalam
pasal-pasal yang telah ada. Supremasi hukum di Indonesia menurut konsep rechstaat
adalah menempatkan negara sebagai subjek sebuah hukum, sehingga konsekuensi
hukumnya dapat dituntut di sebuah pengadilan.

2. Prinsip dasar sistem pemerintahan Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945, antara lain:
1. Negara yang berdasar atas hukum ( rechstaat).
2. Sistem Konstitusi.
3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara dibawah Majelis Permusyawaratan
Rakyat(MPR).
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri negara adalah pembantu Presiden.
7. Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.
8. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

3. HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :


1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan
negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah (pasal 28B ayat 1).
– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan Berkembang”
– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat1).
– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat didorong oleh faktor-faktor tertentu
yang memudahkan terjadinya perubahan tersebut. Adapun faktor ini meliputi 4 kategori,
yakni faktor internal, faktor eksternal, faktor pendorong, dan faktor penghambat.
Faktor Internal adalah faktor yang melandasi terjadinya suatu perubahan dari dalam
diri masyarakat itu sendiri. Faktor internal itu sendiri, meliputi: bertambah atau
berkurangnya penduduk, Penemuan – penemuan baru, Pertentangan masyarakat (konflik
sosial), Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Faktor Eksternal adalah faktor yang melatarbelakangi terjadinya perubahan sosial dari
lingkungan sekitar masyarakat, misalnya lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia,
Peperangan, dan Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Faktor Pendorong disini dapat berupa kontak dengan kebudayaan lain, sistem
pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan
untuk maju, toleransi, sistem pelapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang
heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu,
orientasi ke masa depan, dan adanya nilai bahwa manusia harus berikhtiar untuk
memperbaiki hidupnya.
Faktor Penghambat terjadinya perubahan sosial bisa terjadi karena beberapa hal yaitu,
lantaran kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan
yang terlambat, sikap masyarakat yang masih mengagungkan tradisi masa lampau dan
cenderung konservatif, adanya kepentingan yang sudah tertanam kuat (vested interest),
rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal-
hal baru atau asing terutama yang datang dari barat, hambatan-hambatan yang bersifat
ideologis, kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah karena
sudah mendarah daging, dan nilai bahwa hidup pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaiki.

5. Sumber Kontrol Sosial


1. Sosialisasi merupakan suatu proses belajar tentang pemenuhan kebutuhan seseorang
atau kelompok manusia terhadap lingkungannya.Sesorang dapat berhubungan dengan
baik , memanfaatkan dan berperan serta sesuai dengan baik,memanfaatkan dan berperan
serta sesuai dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing,melalui sosialisasi orang
tidak merasa canggung, bahkan bergabung , bekerja sama memahami aturan dan norma
yang ada.Memahami berbagai aturan dan norma yang ada,demikian juga dengan
kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintahatau lembaga lainnya.Pengawasan
publik akan terjadi apabila sudah terjadi sosialisasi atau pemahaman terhadap kebijakan
publik tersebut sehingga dapat meresp[ons implikasi dari kebijakan publik itu .
2. Grouf Pressure setiap organisasi memiliki kemampuan menontrol anggotanya, atau
mengontrol terhadap kebijakan programnya.Ada 3 komponen yang dapat mengawasai
dan melayani para anggotanya yaitu:
 Physical component : komponen fisik berupa perlengkapan dan peralatan yang dapat
mengawasi seluruh anggotanya agar dapat taat dan patuh pada aturan kelompok yang
ada dicontohkan oleh Spencer bahwa anggota polisi menekan agar para tahanan tidak
kabur maka dia menggunakan cambuk atau rantai besi.
 Kekuatan ancaman, komponen pengawasan social dapatefektif apabila menggunakan
ancaman para pegawainya dengan pemecatan apabila tidak mengikuti peraturan yang
ada.Para penculik mengancam sasaranya untuk membunuh apabila tidak segera
menembusnya dengan uang yang banyak.
 Symbolic komponen kekuatan pengawasan ini berada pada symbol atau tanda
tertentu orang yang berhasil akan memperoleh penghargaandengan kenaikan pangkat
atau jabatannya.dan yang salah diberi hukuman dengan cara
pemberhentian,penurunan jabatan.
3. Social Scantion Pengawasan social dapat di lakaukan dengan penghargaan dan
hukuman penghargaan diberikan kepada seseorang atau kelompok yang melakukan
kegiatan yang baik dan membawa manfaat bagi orang lain.Demikian juga yang
melakukan pelanggaran akan mendapatkan hukuman bahkan dapat dipenjarakan.Hl
tersebut sebagai usaha agar hukuman itu membuat jera para pelakunya.Umumnya
dilakukan pada perilaku kriminal.Secara umum,sanksi social dapat membuat orang
menjadi terisolir,terpencil,terpinggirkan,bahkan tidak diajak untukberpartisipasi dalam
suatu kegiatan social dan pemerintahan.

6. 1. Model Inkuiri
a) Makna Pembelajaran Inkuiri
Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri
adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan
pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah.
Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada
pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk
mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar mandiri. Model inkuiri pada
hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun
dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong
mengemukakan bahwa model tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses
pembelajaran Social Studies (Savage and Amstrong, 1996). Pengembangan strategi
pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sangat sesuai dengan karakteristik materil
pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggungjawab individu
dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara.
b) Langkah-langkah Inkuiri
Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam model inkuiri pada hakekatnya tidak
berbeda jauh dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh John
Dewey dalam bukunya “How We Think”. Langkah-langkah tersebut antara lain:
> Langkah pertama, adalah orientation, siswa mengidentifikasi masalah, dengan
pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
> Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang
dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang
telah diajukan.
> Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam
forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.
>Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam
pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
>Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau
pengujian bagi hipotesa tersebut.
>Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada
tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980
2. Model Pembelajaran VCT
a) Makna Pembelajaran VCT
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian
pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value Clarification
Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/
mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya
VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang
suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang
positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau
pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan
diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116)
menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa tentang
bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk
kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.
b) Langkah Pembelajaran Model VCT
Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara,
antara lain:
a. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation)
Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau
tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk
perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
 Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik
 Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik
 Peserta didik merespon pernyataan guru
 Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada
tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam
materi tersebut.
b. Teknik Lecturing
Teknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi
topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:
 Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat
guru.
 Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan
kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.
 Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi
kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap
penilaian tersebut.
c. Teknik menarik dan memberikan percontohan
Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior),
guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun
kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan.
d. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan
Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut
untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus,
dilarang, dan sebagainya.
e. Teknik tanya-jawab
Teknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan
pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan pendapat
pikirannya.
f. Teknik menilai suatu bahan tulisan
Teknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal
ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode (misal:
baik - buruk, benar – tidak-benar, adil – tidak-adil dll). Cara ini dapat dibalik, siswa
membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode penilaiannya. Selanjutnya
hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap
penilaian.
g. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games).
Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri.
3. Model Bermain Peta
Keterampilan menggunakan dan menafsirkan peta dan globe merupakan salah satu tujuan
penting dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial. Keterampilan menginterpretasi peta
maupun globe perlu dilakukan peserta didik secara fungsional. Peta dan globe
memberikan manfaat, yaitu:
a) siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah;
b) memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilah geografi seperti: pulau,
selat, semnanjung, samudera, benua dan sebagainya; c) memahami peta dan globe,
diperlukan beberapa syarat yaitu : (a) arah, siswa mengerti tentang cara menentukan
tempat di bumi seperti arah mata angin, meridian, paralel, belahan timur dan barat; (b)
skala, merupakan model atau gambar yang lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya; (c)
lambang lambang, merupakan simbo-simbol yang mudah dibaca tanpa ada keterangan
lain; (d) warna, menggunakan berbagai warna untuk menyatakan hal-hal tertentu
misalnya: laut, beda tinggi daratan, daerah, negara tertentu dsb.
4. Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat)
a. Kebermaknaan Model Pendekatan ITM
Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS (Science
Technology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik terhadap
pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook), yakni berkisar
masih pada pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa menghubungkannya
dengan dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah
pendekatan guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan
lingkungan nyata dengan cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari
informasi untuk meemcahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.
Pendekatan ITM menekankan pad aktivitas peserta didik melalui penggunaan
keterampilanproses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti; melakukan kegiatan
pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey
observasi, wawancara dengan masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dsb. Oleh
karena itu, permasalahan tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari
perkembangan ilmu dan teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih aktif dalam menggali permasalahan
berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga mampu melahirkan kerangka pemecahan
masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara nyata. Karena itu, pendekatan ITM
dipandang dapat memberi kontribusi langsung terhadap misi pokok pembelajaran
pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara agar memiliki
kemampuan:
a) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat,
b) mengambil keputusan sebagai warga negara,
c) membuat hubungan antar pengetahuan, dan
d) mengingat sejarah perjuangan dan peradaban luhur bangsanya.
b. Langkah Pendekatan ITM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan ITM
antara lain:
a. Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap individu peserta didik, telah
memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya sendiri dalam kehidupan faktual di
lingkungan keluarga dan masyarakat.
b. Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan dapat
menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan lainnya) untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
c. Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam setiap kegiatan pembelajaran
serta menekankan pada keterampilan proses dalam rangka melatih peserta didik berfikir
tingkat tinggi.
d. Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang ditempuh
dengan cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang dipelajarinya.
e. Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan peserta didik
guna menghindari terjadi kesalahan konsep.
f. Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif.
g. Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah sosial
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
5. Model Role Playing
a. Kebermaknaan Penggunaan Model Role Playing
Role Playing adalah salah satu model pembelajaran yang perlu menjadi pengalaman
belajar peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran Pengetahuan Sosial dan
Kewarganegaraan didalamnya.
Kegiatan dan Pelakunya
1. Penjelasan umum
a. Mencari atau mengemukakan permasalahan (oleh guru atau bersama siswa).
b. Memperjelas masalah/ topik tersebut (guru).
c. Mencari bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan menunjukan
sumbernya (guru & siswa).
d. Menjelaskan tujuan, makna dari role playing.
2. Memilih para pelaku
a. Menganalisis peran yang harus dimainkan (guru bersama siswa).
b. Memilih para pelakunya (dibantu guru).
3. Menentukan Observer
a. Menentukan observer dan menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa).
4. Menentukan jalan cerita
a. gariskan jalan ceritanya.
b. tegaskan peran-peran yang ada didalamnya.
c. berikut gambaran situasi keadaan cerita tersebut (guru + siswa).
5. Pelaksanaan (bermain)
a. Mulai melakonkan permainan tersebut
b. Menjaga agar setiap peran berjalan.
c. Jagalah agar babakan-babakan terlihat jelas.
6. Diskusi dan permainan
a. Telaah setiap peran, posisi, dan permainan.
b. diskusikan hal tersebut berikut saran perbaikannya.
c. Siapkan permainan ulangan.
7. Permainan ulang dan diskusi serta penelaahan
a. Seperti sub 5 dan sub 6
8. Mempertukarkan pikiran, pengalaman dan membuat kesimpulan
a. Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.
b. Observer mengemukakan penilaian pendapatnya.
c. Siswa dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik / konsep yang
sedang dipelajarinya
6. Model Portofolio
1. Makna Pembelajaran Portofolio
Protofolio dalam pendidikan mulai dipergunakan sebagai salah satu jenis model penilaian
(Assesment) yang berbasis produk, yakni penilaian yang didasarkan pada segala hasil
yang dapat dibuat atau ditunjukan peserta didik, kemudian dihimpun dalam sebuah ‘map
jepit’
(portofolio) untuk dijadikan bahan pertimbangan guru dalam memberikan asesmen otentik
terhadap kinerja peserta didik.
Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: “portofolio merupakan karya
terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan
publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan”. Makna
pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah
memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan mereka “pada metode dan
langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik” kewarganegaraan/kemasyarakatan.
2. Langkah-langkah Penbelajaran Portofolio
Secara teknis pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas ke
dalam beberapa kelompok, lajimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai menurut keadaan dan
keperluannya. Berdasarkan urutannya, setiap kelompok membidangi tugas dan
tanggungjawab masing-masing, antara lain:
a. Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah, dalam tugasnya kelompokini
bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk dikaji dalam
kelas.
b. Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk
memecahkan masalah, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk
menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk memecahkan
masalah.
c. Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas,
dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik
tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta memberikan
pembenaran terhadap kebijakan tersebut.
d. Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah
(setempat) dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya kelompok
ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menujukkan
bagaimana warganegara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat) untuk menerima
kebijakan yang didukung oleh kelas.
7. Berpikir Kritis
Berpikir kritis (critical thinking) adalah sinonim dari pengambilan keputusan (decision
making), perencanaan strategik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process),
dan pemecahan masalah (problem solving). Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman
kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang dan akan
terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan
masalah tersebut. setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda.
Berpikir Logis
Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional
dan masuk akal.
Berpikir Logis
Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional
dan masuk akal.

8. Pengertian Metode Problem Solving


Munurut Polya (dalam Hudojo, 2003:150), terdapat dua macam masalah :
1)        Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret,
termasuk teka-teki. Kita harus mencari variabel masalah tersebut, kemudian mencoba
untuk mendapatkan, menghasilkan atau mengkonstruksi semua jenis objek yang dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2)        Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pertanyaan
itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya.Kita harus menjawab pertanyaan : ”Apakah
pernyataan itu benar atau salah ?”. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis
dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. 
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha
untuk menyelesaikannya sampai memperoleh penyelesaian. Sedangkan pengajaran
penyelesaian masalah merupakan tindakan guru dalam mendorong siswa agar menerima
tantangan dari pertanyaan bersifat menantang, dan mengarahkan siswa agar dapat
menyelesaikan pertanyaan tersebut (sukoriyanto,2001:103).
Fungsi guru dalam pembelajaran adalah memotivasi siswa agar mau menerima
tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan
harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan berpikir siswa. Karena
masalah yang diluar jangkauan kemampuan berpikir siswa justru  dapat menurunkan
tingkat motivasi belajar mereka.
1. Tujuan Pembelajaran Problem Solving
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang
dikemukakan oleh Hudojo (2003:155), yaitu sebagai berikut.
1)        Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2)        Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa.
3)        Potensi intelektual siswa meningkat.
4)        Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan. 
1. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam memberikan
pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut.
1)      Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
2)      Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
3)      Menentukan strategi penyelesaian.
4)      Menyelesaikan masalah.
Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalam Hudojo, 2003:162), menjelaskan
bahwa langkah-langkah yang diikuti dalam penyelesaian problem solving yaitu
sebagai berikut.
1)      Pemahaman terhadap masalah.
2)      Perencanaan penyelesaian masalah.
3)      Melaksanakan perencanaan.
4)      Melihat kembali penyelesaian.
Hidayati, dkk. (2008) berpendapat ada dua pendekatan dalam pemecahan masalah
yaitu:
1)   Menciptakan lingkungan yang merangsang sehingga siswa memperoleh motivasi
yang kuat untuk menjawab permasalahan kemudian menemukan jawaban yang
memadai dengan bimbingan guru yang kompeten.
2)   Menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk kemudian mencari
pemecahannya.
Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya tersendiri, begitu juga
dengan metode problem solving. Metode ini memiliki kelbihan dan kekurangannya,
adapun kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan metode pemecahan masalah menurut  Hidayati, dkk. (2008) adalah:
a) Siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah;
b) Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif, rasional,
logis, dan menyeluruh;
3) Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia
kerja;
4) Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan ide-
idenya.
Kelemahan metode pemecahan masalah (Hidayati, dkk. 2008) adalah:
1)      Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa itu tidak mudah;
2)      Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar yang banyak berpikir untuk memecahkan
permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar merupakan tantangan atau bahkan kesulitan bagi siswa;
3)      Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama;
4)      Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan
baru;
Dalam penerapan metode pemecahan masalah menurut Johnson dan Jhonson
(Hidayati, dkk. 2008) adalah sebagai berikut:
1. Difinisi masalah, untuk perumusan masalah dianjurkan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut (1) Semua pernyataan ditulis di papan tulis, (2) rumuskan
kembali setiap pernyataan tersebut sehingga mendapat gambaran yang ideal dan
actual.
2. Diagnosa masalah, dalam langkah ini akan dibahas tentang penyebab timbulnya
masalah dan akibat lebih lanjut apabila masalah tersebut tidak diatasi.
3.  Merumuskan alternative dan rencana pemecahan.
4. Penerapan dan penetapan suatu strategi, setelah berbagai alternative pemecahan
masalah diperoleh, maka langkah berikutnya adalah memilih alternative yang
sesuai dengan masalah, memilih alternative yang memiliki banyak factor
pendukung dan sedikit factor penghambatnya serta meninjau keuntungan atau
efek samping terhadap setiap alternative.
5. Evaluasi keberhasilan strategi.

9. Langkah-langkah Model  Pembelajaran  Decision Making adalah sebagai berikut :


a.              Informasi tujuan dan Perumusan masalah.
b.          Secara klasikal tayangkan gambar, wacana atau kasus permasalahan yang sesuai
dengan materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
c.         Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan
gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
d.       Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan membuat
alternatif pemecahannya.
e.       Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat
dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara
pemecahannya.
f.          Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka menilih
alternatif tersebut.
g.          Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah
tersebut.
h.    Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah
terjadinya masalah tersebut.

10. Keterampilan sosial berasal dari kata keterampilan dan sosial.


Kata keterampilan berasal dari kata “terampil” digunakan disini karena didalamnya
terkandung suatu proses belajar, dari tidak terampil menjadi terampil. Kata sosial
digunakan karena pelatihan ini bertujuan untuk mengajarkan satu kemampuan
berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan sosial maksudnya adalah pelatihan yang
bertujuan untuk mengajarkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain kepada
individu-individu yang tidak terampil menjadi terampil berinteraksi dengan orang-orang
disekitarnya.
Social skill  atau keterampilan sosial memiliki penafsiran akan arti dan maknanya.
Beberapa para ahli yang memberikan pendapatnya tentang keterampilan sosial sebagai
berikut:
·      Merrel (2008), keterampilan sosial sebagai perilakuspesifik, inisiatif, mengarahkan
pada hasil sosial yang diharapkan sebagai bentuk perilaku seseorang.
·         Combs & Slaby (Gimpel dan Merrel,1998), keterampilan sosial adalah kemampuan
berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang
dapat diterima secara sosial maupun nilai-nilai dan di saat yang sama berguna bagi
dirinya dan orang lain.
·         Libet dan Lewinsohn (Cartledge dan Milburn, 1995), keterampilan sosial sebagai
kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif
atau negatif oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan
diberikan punishment oleh lingkungan.
Adapun keterampilan sosial mempunyai fungsisebagai sarana untuk memperoleh
hubunganyang baik dalam berinteraksi dengan oranglain; contoh : melakukan
penyelamatanlingkungan, membantu orang lain, kerja sama,mengambil keputusan,
berkomunikasi,wirausaha, dan partisipasi.Pengembangan nilai-nilai dan
keterampilansosial tersebut merupakan hal yang harus dicapai oleh pendidikan menengah
umum. Halitu karena anak didik merupakan makhluksosial yang akan hidup di
masyarakat.

11. Merancang Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan


Masalah
Dalam merancang pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah sebaiknya berdasarkan pada pemikiran kritis dan reflektif yang-
mengikuti proses kerja sebagai berikut:
1. menyadari adanya masalah
2. mencari petunjuk untuk pemecahannya
• pikiran kemungkinan pemecahannya dan pendekatannya
• ujilah kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dengan
kriteria tertentu
3. mempergunakan suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria tertentu dan
mengesampingkan kemungkinan pemecahan yang lain.
Pengajar perlu menyeleksi dalam memilih pendekatan pemecahan masalah di kelas bagi
kepentingan proses belajar mengajar. Oleh Karena itu harus memperhatikan kriteria
pemilihan masalah. Sebagai acuannya adalah kriteria pemilihan masalah seperti yang
dikemukakan Qirillen dan Hannn, yakni:
• masalah itu bersifat umum dan berulang-ulang sehingga cukup dikenal
dan menarik perhatian siswa
• masalab itu dapat mengembangkan kelas ke arah tujuan yang dikebendaki
• melihat kemungkinan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
• masalah itu dapat menjamin kelanjutan pengalaman belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai