Anggota :
1.Aries Anderson
2.Chotijah
3.Frengki Adriana Saragih
4.Milka Septiani
Kegiatan belajar I
Konsep Dasar Politik dan Pemerintahan
TATA ATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA
1. Indonesia Merupakan Negara Hukum
Rumusan negara hukum yang dikemukakan para ahli berbeda-beda, hal ini
disebabkan perbedaan asas negara hukum yang dianut maupun karena kondisi
masyarakat dan zaman pada waktu perumusan negara hukum itu ditampilkan.
Menurut B.R Saragih negara hukum ialah negara dimana tindakan pemerintah
maupun rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan
sewenang-wenang dari pihak pemerintah (penguasa) dan tindakan rakyat yang
dilakukan menurut kehendaknya sendiri.
“Dalam negara hukum, pemerintah dan rakyat terikat oleh hukum, untuk
mencegah agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang dan rakyat tidak
bertindak menurut kehendaknya sendiri”.
4. Undang-undang/Perpu
a. Undang-undang
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
c. Peraturan Presiden
d. Peraturan Daerah
Kegiatan belajar 2
Prinsip-Prinsip Dasar Pemerintahan
Menurut pandangan Jimly Asshidige (2006) terdapat Sembilan
prinsip penyelenggaraan Negara, yaitu prinsip:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Cita Negara Hukum atau Nomokrasi,
3. Paham Kedaulatan Rakyat atau Demokarsi,
4. Demokrasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan,
5. Pemisahan Kekuasaan dan Checks and Balances,
6. Sistem Pemerintahan Presidensial,
7. Persatuan dan Keragaman dalam Negara Kesatuan,
8. Demokrasi ekonomi dan ekonomi pasar, dan
9. Cita masyarakat madani
Dengan perubahan UUD 1945 maka terjadi perubahan yang fundamental
dalam sistem ketatanegaraan kita, yaitu dari teori pembagiaan kekuasaan
(distribution of Power) sistem vertical-fungsional dengan prinsip supremasi
MPR menjadi pemisahan kekuasaan (separation of power) dengan prinsip
saling mengawasi dan saling mengimbangi sebagai ciri yang melekat pada
sistem presidensial.
Kewenangan lembaga-lembaga negara setelah perubahan UUD
1945 mengalami perubahan dan pergeseran-pergeseran yang
merujuk pada teori ketatanegaraan umumnya, dengan meletakkan
dan mendudukkan lembaga-lembaga negara pada kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif yang sesungguhnya. Demikian
pula kejanggalan dan ketidakjelasan dasar hukum praktik
ketatanegaraan yang diperankan lembaga-lembaga Negara masa
lampau telah mengalami perubahan dan kejelasan dasar yuridisnya.
•Hukum subjektif
Hukum subjektif adalah peraturan hukum yang dihubungkan dengan
seseorang yang tertentu sehingga menjadi hak dan kewajiban.
Hukum subjektif tersebut timbul jika hukum objektif beraksi karena
hukum objektif yang beraksi itu melakukan dua pekerjaan yaitu pada satu
pihak ia memberikan hak, dan pada pihak lain meletakkan kewajiban.
Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu
mempunyai 2 segi, yaitu di satu pihak hak dan di lain pihak
kewajiban. Hak dan kewajiban ini merupakan kewenangan yang
diberikan kepada seseorang oleh hukum.
Hak warga Negara yang diatur dalam UUD 1945 dan undang-undang,
terdapat kewajiban-kewajiban warga Negara penduduk Indonesia yang
secara tegas disebut dalam UUD 1945 yakni :
•Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan
•Kewajiban ikut serta dalam upaya membela Negara
•Penerapan hak dan kewajiban dalam hukum
•Penerapan hak dan kewajiban dalam politik
•Penerapan dan kewajiban dalam pendidikan
•Penerapan hak dan kewajiban atas pekerjaan
•Penerapan hak dan kewajiban beragama
MODUL 10
KEGIATAN BELAJAR 1
1. Fakta objektif
Terbentuknya sikap oleh informasi terutama disebabkan karena
respons yang sejalan dengan komponen kognisi sebelumnya.
Ketidak benaran fakta objek sikap, akan menimbulkan sikap
negatif pada seseorang atau kelompok.
2. Sumber fakta
Menurut ahli pisikologis social sumber fakta dapat
diklasifikasikan pada 3 jenis :
• Otoritas
• Diciptakan, ditemukan dan distorsi fakta
• Penampilan dan realita.
3. Afiliasi kelompok
Ada beberapa hal yang penting dalam perkembangan sikap
seseorang dalam kelompok, yaitu :
• Nilai-nilai kelompok
• Norma-norma kelompok
• Pengaruh kelompok terhadap pembentukan sikap.
2. Group Pressure
Setiap organisasi memiliki kemampuan mengontrol anggotanya,
atau mengontrol terhadap kebijakan programnya. Ada 3 komponen
yang dapat mengawasi dan melayani para anggotanya, yaitu :
a. Physical component
b. Kekuatan Ancaman
c. Symbolic component
3. Social Sanction (Sanksi Sosial)
Secara umum, sanksi sosial dapat membuat orang menjadi
terisolir, terpencil, terpinggirkan, bahkan tidak diajak untukberpartisipasi
dalam suatu kegiatan sosial dan pemerintahan.
Ciri-ciri kebijakan publik yang tidak mendapat respon dari
masyarakat atau mendapatkan sanksi sosial, yaitu :
a. Kebijakan publik yang tidak ada respon dari warga masyarakat
atau anggota kelompoknya, diacuhkan (tidak dipedulikan)
b. Kebijakan publik yang mendapatkan respon kuat (reaksi keras)
sebagian masyarakat, seperti pemerintah menaikkan harga
BBM, pornografi pornoaksi.
c. Kebijakan publik yang direspon dengan tindakan langsung,
akibat ketidakpercayaan pada kebijakan, seperti hukum, orang
lebih baik mengakhiri pencuri beramai-ramai dari pada
diserahkan pada polisi.
d. Tindakan otoriter, tanpa mempedulikan kepentingan umum.
e. Kebijakan yang tidak melibatkan unsur warga masyarakat secara
representatif.
C . BENTUK KONTROL SOSIAL
1. CROWD
Kerumunan orang biasanya banyak atau temporer,dan
spontanitas.
Sifat dari crowd ini antara lain:
a. Tergantung pada cara
b. SituBerubah ubah,elastis
c. Rasional
2.MEDIA MASSA
A. Rumor => Rumor merupakan suatu bagian dari
informasi.
B. Opini Publik (Pendapat Umum) => Yakni permasalahan
yang muncul dimasyarakat.
C. Pemerintahan / Pejabat yang berwenang => Artinya yaut
lembaga terkait seperti lembaga legislatif, seperti DPR
dan DPRD
D. Organisasi Sosial dan Politik => Yaitu kelompok
masyarakat yang bergabung dalam suatu landasan
diantara para anggota, misalnya dasar agama, ekonomi
dan bisnis
Partisipasi social yang dilakukan masyarakat dalam
pelaksanaan kebijakan public oleh pemerintah atau organisasi
politik dapat terwujud dlm berbagai aspek kegiatan mulai
dari: