Anda di halaman 1dari 27

MATERI KISI-KISI USBN/UMBN SMA/MA

MAPEL PPKN KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN 2016/2017


MA MATHALIBUL HUDA MLONGGO JEPARA

1. NILAI-NILAI DAN MORAL DALAM KONSTITUSI


Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu Negara. Sebab tanpa konstitusi negara tidak mungkin terbentuk. Dengan
demikian konstitusi menempati posisi yang sangat vital dalam kehidupan ketatanegaraan suatu Negara. Dengan kata
lain, konstitusi membuat suatu peraturan pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan Negara.
Menurut Prof. Pujosewodjo, S.H., Undang-Undang Dasar sebagai suatu bentuk konstitusi tertulis adalah induk dari
segala perundang-undangan dalam negara yang bersangkutan, yang memberikan landasan hukum untuk pembuatan
segala peraturan dan berlakunya peraturan-peraturan itu.
UUD 45 sebagai bentuk konstitusi tertulis di Indonesia memiliki sistematika yang terdiri dari :
a. Pembukaan
b. Batang Tubuh
c. Penjelasan
Kedudukan dan Hub Pembukaan UUD 45 Dengan Batang Tubuh UUD 45 yaitu Pembukaan UUD 45 mempunyai
kedudukan Lebih tinggi dibanding Batang tubuh, alasannya Dalam Pembukaan terdapat :
a. dasar negara (Pancasila)
b. Fungsi dan tujuan bangsa Indonesia
c. Bentuk negara Indonesia (republik)
Pembukaan tidak bisa diubah, mengubah sama saja membubarkan negara, sedangkan BT bisa
diubah(diamandeman). Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD 45 memenuhi kedudukan sebagai pokok kaidah
negara yang fundamental, alasan:
a. dibuat oleh pendiri negara (PPKI)
b. pernyataan lahirnya sebagai bangsa yang mandiri
c. memuat asas rohani (Pancasila), asas politik negara (republik berkedaulatan rakyat), dan tujuan negara (jadi
negara adil makmur)
d. memuat ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD.
Undang-Undang Dasar ini pun telah mengalami 4 kali amandemen yaitu :
 Amandemen I (14-21 Okt 1999)
 Amandemen II ( 7-8 Agust 2000)
 Amandemen III (1-9 Nov 2001)
 Amandemen IV (1-11 Agust 2002)
Mirriam Budiardjo memiliki pendapat bahwa Isi Konstitusi itu sendiri memuat tentang:
a. Organisasi Negara
b. HAM
c. Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum
d. Cara perubahan konstitusi dan larangan mengubah konstitusi
Adapun yang menjadi Tujuan dibuat atau dibentukya suatu konstitusi yaitu :
 Untuk mengatur organisasi negara dan lembaga-lembaga pemerintahan
 Untuk membatasi dan mengontrol tindakan pemerintahan agar tidak berlaku
sewenang-wenang, atau dengan kata lain konstitusi itu dibuat untuk membatasi perilaku pemerintahan secara
efektif
 Membagi kekuasaan dalam berbagai lembaga Negara
 Menentukan lembaga Negara yang satu bekerjasama dengan lembaga lainnya
 Menentukan hubungan diantara lembaga Negara
 Menentukan pembagian hukum dalam Negara
Nilai Konstitusi
Menurut KARL LOWENSTEIN Mengemukakan Adanya Tiga (3) Jenis Penilaian Terhadap Konstitusi. Penilaiannya
Dilakukan Berdasarkan Hasil Pengamatan terhadap Praktek Penyelenggaraan Konstitusi Tertulis dalam Suatu Negara,
Ternyata Tidak Sempurna. Ada Konstitusi yang Pasal-pasalnya Dijalankan, Namun Ada Pula yang Tidak Dijalankan. Nilai
tersebut antara lain:
1) Nilai Normatif
Konstitusi Bernilai Normatif Bila Diterima dan Berlaku dalam Arti Hukum (Legal) Sekaligus Nyata (Riil), dalam Arti
Sepenuhnya Berlaku Secara Efektif. Berlaku Secara Murni dan Konsekwen.
2) Nilai Nominal
Konstitusi Bernilai Nominal Bila Menurut Hukum Berlaku (Legal), Namun Pada Pelaksanaannya/Realisasinya
Tidak Sempurna, Karena Kenyataannya Ada Pasal-pasal Tertentu yang Tidak Berlaku. MISALNYA : Konstitusi Uni Soviet
(Almarhum) Pasal 125 >> Menjamin Adanya Kemerdekaan Pers dan Kemerdekaan Berbicara. Namun pada
Kenyataannya Kemerdekaan Pers dan Berbicara Banyak Tergantung pada Kemauan Penguasa. Artinya Pasal Tersebut
Tidak Berlaku.
3) Nilai Semantik
Konstitusi Bernilai Semantik Bila Keberadaannya Hanya Sekedar Istilah (Semantik), Karena Pelaksanaannya Selalu
Dikaitkan denga Kepentingan Pihak Penguasa. MISALNYA : Pasal 24 dan 25 UUD 1945 (Sebelum Amandemen)

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 1
Mengatur Esensi Kemerdekaan dan Kebebasan Hakim dan Peradilan Tidak Berlaku Karena Campur Tangan
Pemerintah dalam Peradilan (UU. No. 19 Tahun 1965). Hal Tersebut Berlangsung pada Masa Orde Lama.
Faktor Daya Ikat Konstitusi
Menurut Dahlan Thaib, Jazim Hamidi Dan Ni’matul Huda
1. Pendekatan Aspek Hukum
Menurut Aliran Positivisme Hukum, Konstitusi Mengikat, Karena Dibuat Oleh Lembaga yang Berwenang Membuat
Hukum, Sekaligus Dibuat Untuk dan Atas Nama Rakyat. Konstitusi sebagai Produk Hukum Pemberlakuannya Dapat
Dipaksakan oleh Aparatur Negara untuk Menciptakan Masyarakat yang Damai, Tertib, dan Adil.
2. Pendekatan Aspek Politik
Hukum Merupakan Produk Politik yang Salah Satu Ketentuannya Menjadikan/Menetapkan Lembaga Perwakilan
Rakyat untuk Membuat Konstitusi. Penetapan Hukum dan Lembaga Perwakilan Rakyat Tersebut Merupakan
Kristalisasi atau Proses Politik yang Disepakati dan Diakui Rakyat. Dengan demikian Konstitusi sebagai Produk Kritalissi
Politik tersebut Mengikat Rakyat.
3. Pendekatan Aspek Moral
Konstitusi Disusun Berdasarkan Nilai-nilai Moral atau Materi Muatan/isinya Tidak Boleh Bertentangan dengan Nilai-
nilai Moral Universal (Misal: Perbudakan), Karena Merupakan Landasan Fundamental Negara. Dengan demikian
Rakyat Terikat untuk Mentaatinya Karena Sesuai dengan Nilai-nilai Moral/Etika yang Dimiliki/Diakuinya.

2. NILAI-NILAI (IDEAL, PRAKSIS, INSTRUMENTAL) DALAM PANCASILA


1. Nilai Ideal Dalam Pancasila
Nilai ideal disebut juga nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat
universal sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat
tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Nilai ideal yang terkandung dalam kelima sila dalam Pancasila :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,melaksanakan ibadah dan
menghormati perbedaan agama.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan setiap warga negara pada kedudukan yang sama
dalamhukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
c. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur Pemersatu di antara warga negara dengan semangat rela
berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadiatau golongan.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /Perwakilan dicerminkan dalam
kehidupan pemerintahan,bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara
untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang
membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi pemanfaatannya
oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.
2. Nilai Instrumental Dalam Pancasila
Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai instrumental sifatnya lebih khusus
dibandingkan dengan nilai dasar. Dengan kata lain, nilai instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila
Pancasila. Perwujudan nilai instrumental pada umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional mulai dari
Undang-Undang Dasar sampai dengan peraturan daerah.
Nilai instrumental tersebut antara lain terdapat pada :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terutama Pasal 28 A – 28 J
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam Tap MPR tersebut terdapat Piagam
HAM Indonesia.
c. Ketentuan dalam undang-undang organik berikut.
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusi
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Sipil dan Politik
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya
d. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 1999 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia
e. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah berikut.
1) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam
Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat
2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi, Rehabilitasi terhadap Korban
Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 2
f. Ketentuan dalam Keputusan Presiden (Keppes).
1) Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
2) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi
3) Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan HAM pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Medan dan Pengadilan Negeri Makasar
4) Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001 tentang Perubahan Keppres Nomor 53 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
5) Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun
2004-2009
3. Nilai Praksis Dalam Pancasila
Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalamandalam kehidupan sehari-hari.
Adapun nilai praksis yang terkandung dalam Pancasila antara lain :
No Sila Pancasila Sikap yang Ditunjukkan yang Berkaitan dengan Penegakan Hak Asasi Manusia
1 Ketuhanan Yang Maha a. Hormat-menghormati dan bekerja sama antarumat beragama sehingga terbina
Esa kerukunan hidup
b. Saling menghormati kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya
c. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
2 Kemanusian yang Adil a. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia
dan Beradab b. Saling mencintai sesama manusia
c. Tenggang rasa kepada orang lain
d. Tidak semena-mena kepada orang lain
e. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian
f. Berani membela kebenaran dan keadilan
g. Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain
3 Persatuan Indonesia a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
c. Cinta tanah air dan bangsa
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika
4 Kerakyatan yang a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
Dipimpin oleh Hikmat b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
Kebijaksanaan dalam c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
Permusyawaratan/ bersama Menerima dan melaksanakan setiap keputusan musyawarah
Perwakilan d. Mempertanggungjawabkan setiap keputusan musyawarah secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa
5 Keadilan Sosial bagi a. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Seluruh Rakyat b. Menghormati hak-hak orang lain
Indonesia c. Suka memberi pertolongan kepada orang lain
d. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain
e. Menjauhi sifat boros dan gaya hidup mewah
f. Rela bekerja keras
g. Menghargai hasil karya orang lain

3. PEMBUKAAN UUD NRI TAHUN 1945


Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan imperialisme, kolonialisme, dan fasisme,
serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain daripada itu, Pembukaan UUD 1945 yang
telah dirumuskan dengan padat dan khidmat dalam empat alinea, dimana setiap alinea mengandung arti dan makna
yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Mengandung nilai universal artinya mengandung
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh dunia, sedangkan lestari artinya mampu
menampung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama bangsa
Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah:
Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan
penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan).
Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur).
Alinea III : memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah
Yang Maha Kuasa).
Alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk susunan negara yang berkedaulatan
rakyat dan dasar negara Pancasila.
Selanjutnya marilah kita uraikan satu persatu makna masing-masing Alinea Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 3
Alinea pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
Makna yang terkandung dalam Alinea pertama ini adalah menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa
Indonesia menghadapai masalah kemerdekaan melawan penjajah.
Alinea ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan, dan oleh karenanya harus ditentang dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan
hak kemerdekaannya sebagai hak asasinya. Disitulah letak moral luhur dari pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Selain mengungkapkan dalil obyektif, alinea ini juga mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi
bangsa Indonesia sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dalil tersebut di atas meletakkan tugas kewajiban
bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung
kemerdekaaan setiap bangsa.
Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan ialah karena penjajahan itu bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Ini berarti setiap hal atau sifat yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan juga harus secara sadar ditentang oleh bangsa Indonesia. Pendirian tersebut itulah
yang melandasi dan mengendalikan politik luar negeri kita.
Aline kedua : “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”
Kalimat tersebut menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita akan perjuangan bangsa Indonesia selama ini.
Hal Ini juga berarti adanya kesadaran keadaan sekarang yang tidak dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah
yang kita ambil sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Dalam alinea ini jelas apa yang dikehendaki atau
diharapkan oleh para "pengantar" kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk mewujudkannya.
Alinea ini mewujudkan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :
1. Bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan;
2. Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan;
3. Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan negara
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Alinea ketiga : “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”
Kalimat tersebut bukan saja menegaskan apa yang menjadi motivasi nyata dan materiil bangsa Indonesia, untuk
menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan motivasi spiritualnya, bahwa maksud dan tindakan
menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa. Hal tersebut berarti bahwa bangsa Indonesia
mendambakan kebidupan yang berkeseimbangan material dan spiritual serta keseimbangan kebidupan di dunia dan di
akhirat.
Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur dan mengilhami Proklamasi Kemerdekaan (sejak dari Piagam
Jakarta) serta menunjukkan pula ketaqwaan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridho-Nyalah
bangsa Indonesia berhasil dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya, dan mendirikan negara yang berwawasan
kebangsaan.
Alinea keempat : “Kemudian daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan 13
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar, untuk mencapai tujuan bangsa
Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.
Tujuan nasional negara Indonesia dirumuskan dengan "... Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kebidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial"
Sedangkan prinsip dasar yang dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menyusun kemerdekaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan PancasiIa. Dengan rumusan yang panjang dan padat ini,
alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan:
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya yaitu:melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat;
3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 4
4. SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 Pengertian Sistem Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas. Hukum merupakan peraturan didalam negara yang bersifat mengikat dan memaksa
setiap warga Negara untuk menaatinya. Jadi, sistem hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia yang mengikat dan terpadu dari satuan kegiatan
satu sama lain untuk mencapai tujuan hukum di Indonesia.
 Pengertian Penggolongan Hukum
Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Artinya, semua
warga negara dan penyelenggara negara di Indonesia harus patuh dan taat kepada hukum.
1. Penggolongan Hukum menurut Prof. Dr. A. Kosasih Djahri
Dalam bukunya Ilmu Politik dan Kenegaraan, hukum dapat dibagi menurut sumbernya, sanksinya, isinya,
wilayahnya, dan fungsinya.
Menurut isinya terbagi menjadi dua, yaitu hukum publik dan hukum privat. Yang termasuk hukum publik,
diantaranya hukum acara, hukum pidana, hukum pajak, hukum perburuhan, dan hukum publik internasional. Yang
termasuk hukum privat, diantaranya hukum perdata, hukum perdata dalam arti sempit, dan hukum perselisihan.
Secara umum, hukum positif (ius constitutum) di Indonesia terdiri atas hukum publik dan hukum privat.
Indonesia hingga kini masih menggunakan sebagian hukum Kolonial Belanda, alasannya adalah :
a. kurangnya ahli hukum nasional yang memadai,
b. biaya pembuatan mahal, dan
c. waktu pembuatan serta pembahasannya lama.
2. Penggolongan Hukum Menurut Prof. Dr. C.S.T. Kansil, SH
C.S.T. Kansil menggolongkan hukum menurut asas pembagian, yaitu sebagai berikut.
a. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum Undang-Undang
2) Hukum kebiasaan (adat)
3) Hukum traktat
4) Hukum jurisprudensi
b. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum tertuis, hukum ini dapat pula merupakan:
a) Hukum tertulis yang dikodifikasikan
b) Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan
2) Hukum tak tertulis (hukum kebiasaan)
c. Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum nasional
2) Hukum internasional
3) Hukum asing
4) Hukum gereja
d. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Ius Constitutum (hukum positif)
2) Ius Constituendum
3) Hukum asasi (hukum alam)
e. Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum material
2) Hukum formal
f. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum yang memaksa
2) Hukum yang mengatur (hukum pelengkap)
g. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum obyektif
2) Hukum subyektif
h. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum privat (hukum sipil)
2) Hukum publik (hukum negara)
3. Pengertian Peradilan Nasional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala sesuatu mengenai perkara pengadilan. Nasional
adalah bersifat kebangsaan, berkenaan atas berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa. Jadi, peradilan
nasional adalah segala sesuatu mengenai perkara pengadilan yang bersifat kebangsaan atau segala sesuatu
mengenai perkara pengailan yang meliputi suatu bangsa, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia.
Dengan demikian, yang dimaksud disini adalah sistem hukum Indonesia dan peradilan negara Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, yaitu sistem hukum dan peradilan nasional yang berdasar nilai-nilai dari
sila-sila Pancasila.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 5
Peradilan nasional berdasarkan pada Pasal 24 dan Pasal 25 UUD 1945. untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan dibentuk kekuasaan kehakiman yang merdeka. Dalam hal ini dipegang oleh
Mahkamah Agung dan peradilan lain.
4. Peranan Lembaga-Lembaga Peradilan
Alat Penegak Hukum
Di samping partisipasi seluruh rakyat Indonesia dalam menegakkan hukum, Indonesia memiliki tiga alat penegak
hukum yang bertugas dalam hal ini, yaitu sebagai berikut.
a. Polisi
Kepolisian adalah alat Negara yang mempunyai peran memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum,dan memberikan pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat.
Pasal 30 ayat (2) UUD 1945 menegaskan, bahwa usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui
system pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan KNRI sebagai kekuatan utama, dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung.
Pasal 30 ayat (4) menyatakan bahwa KNI sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Polisi
merupakan alat penyelidik dan penyidik yang pertama sebelum disampaikan kepasa Jaksa. Kepolisian Negara
diatur oleh UU No. 2 Tahun 2002. tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2) menegakkan hukum, dan
3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada mayarakat.
Untuk melaksanakan tugasnya, kepolisian antara lain berwenang:
1) menerima laporan dan pengaduan
2) menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu ketertiban umum
3) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.
b. Kejaksaan
Kejaksaan Republik Indonesia diatur oleh UU No. 16 Tahun 2004, yang dalam undang-undang itu disebutkan
bahwa diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan adalah alat
negara sebagai penegak hukum yang juga berperan sebagai penuntut umum dalam perkara pidana. Jaksa adalah
alat yang mewakili rakyat untuk menuntut seseorang yang melanggar hukum pidana maka sisebut penuntut
umum yang mewakili umum.
Tugas dan wewenang jaksa di bidang pidana antara lain:
1) melakukan penuntutan
2) melaksanakan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
3) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasar UU
Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum jaksa turut melakukan penyelidikan yang berupa:
1) peningkatan kesadara hukum
2) mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara
3) pengamanan kebijakan penegakan hukum

5. PENGAKUAN, PENGHORMATAN DAN PENEGAKAN HAM


1. Pengertian HAM
Hak asasi manusia adalh hak-hak dasar yang dimiliki setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugrah dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Berikut ini beberapa pengertian hak asasi manusia yang dikemukakan oleh para ahli:
1) John Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada manusia dan tidak dapat
diganggu gugat atau sifatnya mutlak.
2) Koentjoro Poerbapranoto
Hak asasi adalah hak yang sifatnya asasi yaitu dimiliki manusia menurut kodratnya dan sifatnya suci.
3) Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hokum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
4) Menurut Mirriam Budiarjo
Hak asasi adalah hak yang diperoleh dan dibawa bersamaan dengan kelahiran atau kehadiran manusia didalam
kehidupannya di masyarakat.
5) Menurut Piagam Hak Asasi Internasional konsepsi HAM yang tercantum dalam Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) yang merupakan perkembangan dari ajaran F.D. Roosevelt, yaitu The four Freedom yang terdiri
atas:
 Kebebasan mengeluarkan pendapat dan berkarya
 Kebebasan beragama
 Kebebasan dari rasa takut
 Kebebasan dari kemiskinan

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 6
Dari istilah dan pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa HAM meemeiliki beberapa ciri khusus, yaitu
sebagai berikut:
a. Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai mahkluk tuhan)
b. Universal, artinya hak itu berelaku untuk semua orang dimana saja, tanpa memandang status, ras, harga diri,
jender atau perbedaan lainnya.
c. Permanen dan tidak dapat dicabut, artinya hak itu tetap selama manusia itu hidup dan tidak dapat dihapuskan
oleh siapapun.
d. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil atau hak politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
2. Macam-macam HAM
a. Hak asasi pribadi (personal right), misalnya hak kemerdekaan memeluk agama dan beribadah menurut agama
masinng-masing, menyatakan pendapat, berorganisasi dan sebagainya
b. Hak asasi ekonomi (property right), misalnya hak kebebasan memiliki sesuatu, membeli dan menjual sesuatu
mengadakan kontrak atau perjanjian, dan lain sebagainya.
c. Hak asasi politik (political right), misalnya hak untuk diakui dalam kedudukan sebagai warga negara yang
sederajat, ikut serta dalam pemeerintah, hak memilih dan dipilih, mendirikan partai politik atau organisasi,
mengajukan kritik dan sebagainya.
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social dan cultural right), misalnya hak kebebasan memilih dan mendapatkan
pendidikan, mengembangan kebudayaan dan lain sebagainya.
e. hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of legal equality).
f. hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata peradilan dan perlindungan hukum (procedural right), misalnya hak
mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam peradilan, pembelaan hukum, penerapan asas pradga tak
bersalah, dan sebagainya.
3. Sejarah Lahirnya Hak Asasi Manusia
 Jaman Yunani Kuno, Plato (428-348 SM)
Menayatakan kepada warganya bahwa kesejahteraan bersama baru terwujud kalau setiap warganya
melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing.
 Aristoteles (384-322 SM)
Negara yang baik adalah Negara yang sering memperhatikan kepentingan dan kesejahtraan masyarakat banyak.
 Tahun 1215 di Inggris lahir Magna Charta (masa pemerintahan Lockland) yang isinya: Raja tidak lagi bertindak
sewwenang-wenang, dalam hal tertentu tindakannya harus disetujui bangsawan.
 Bill of Right (1689) di Inggris (masa pemerintahan William III)
 The declaration of America Independence (4 Juli 1776) atas jasa presiden Thomas Jefferson.
 10 Desember 1948 piagam diatas diterima sebagai Universal Declaration of Human Rights(pernyataan Sedunia
tentang hak-hak Asasi Manusia). UDHR ini terdiri dari mukadimah dan 30 pasal yang dapat diperinci menjadi 2
hak: Hak kemerdekaan dan Hak politik
4. Penegakan HAM dalam Perundang-undangan
Tujuan: melindungi martabat manusia
a. HAM dalam UUD 1945
 Pembukaan alinea 1 menyatakan bahwa ”bahwa seseungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa…….”.
alinea ini mengandung 2 makna: dalil objektif: kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan dalil subjektif:
aspirasi bangsa Indonesia untuk merdeka
 Pembukaan alinea 2 “……mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Ini memat hak asasi politik: kedaulatan, hak asasi ekonomi: kemakmurab
dan keadilan.
 Alinea 3, ”atas berkar rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas………,” ini merupakan pengakuan kemerdekaan sebagai anugrah Tuhan.
 Alinea 4, ”……melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruuh tumpah darah indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,….melaksanakan ketertiban dunia…..”. hal ini
merupakan bahwa negara memberikan jaminan hak asasi terhadap arga negaranya.
b. HAM dalam batang tubuh UUD 1945 diatur secara khusus dalam pasal 28A-28J.
c. Secara umum HAM di Indonesia diatur dalam pasal 27-34 UUD 1945
d. Hak asasi manusia dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998
e. HAM dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN..
f. Keppres No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM).
g. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari XI Bab dan 106 pasal.
h. PP no. 2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM yang
berat
i. PP No. 3 Tahun 2002 tentang kompensasi, restitusi dan rehabilitasi terhadap korban pelanggaran HAM berat.
j. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan.
k. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 7
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
1. Peran serta masyarakat dalam penegakan HAM di Indonesia.
Kewajiban dasar manusia terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada bab VI
adalah sebagai berikut:
a. Setiap orang yang berada di wilayah negera Republik Indonesia wajib patuh terhadap peraturan perundang-
undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai HAM yang telah diterima oleh negara Republik
Indonesia (pasal 67).
b. Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara (pasal 69 ayat 1).
c. Setiap HAM seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak-hak orang lain
secara timbal balik (pasal 69 ayat 2).
d. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh
undang-undang (pasal 70).
2. Peran serta pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39 1999 tentang HAM adalah sebagai
berikut:
a. pemerintah wajib bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia,
sesuai peraturan perundang-undangan, dan hukum internasional tentang HAM yang diterima oleh negara Republik
Indonesia (pasal 71).
b. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi yang efektif dalam hukum, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain (pasal 72).
3. Peran KOMNAS HAM alat perjuangan penegakkan HAM di Indonesia
a. komnas HAM dibentuk dengan tujuan:
1. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan pancasila, UUD 1945,
dan piagam PBB, serta deklarasi universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia
seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai kehidupan.
Untuk melaksanakan fungsi mediasi, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan:
a. perdamaian kedua belah pihak
b. penyelesaian erkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli
c. pemberian saran kepada para pihak untuk mennyelesaikan sengketa melalui pengadilan
d. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya dan
e. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada dewan perwakilan rakyat Republik
Indonesia untuk ditindaklanjuti.
b. Pelanggaran HAM dan penangannya
yang termasuk jenis pelanggaran HAM berat adalah sebagai berikut:
 pembunhan besar-besaran (genocide) yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, kelompok agama seperti
berikut:
a. pembunuhan terhadap anggota kelompok, atau suku atau ras yang mengakibatkan kemusnahan secara fisik,
baik seluruh maupun sebagian.
b. Memaksakan atau mencegah kelahiran kelompok tertentu dengan cara memindahkan atau membunuhnya.
 Sedangkan kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian daari serangan yang
meluas atau sistematik, yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa hal-hal sebagai berikut:
a. pembunuhan
b. pemusnahan dan penyiksaan
c. perbudakan
d. pengusiran dan pemindahan penduduk secara paksa
e. perampasan kemerdekaan yang melanggar hukum internasional
f. perkosaan/perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi
secara paksa, dan bentuk kekerasan seksual lainnya.
g. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik,
ras, ebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut hukum internasional.
h. Penghilangan kearganegaraan seseorang secara paksa.
Perkara pelanggaran HAM berat dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara pidana. Penyidikan dilakukan oleh
Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan.
c. Perilaku upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakkan HAM
a) Dalam lingkungan masyarakat
 Menjunjung tinggi harga diri manusia dan bangsa
 Kesamaan harga diri antar pribadi
 Tidak mencampur urusan pribadiorang lain
 Tidak mencela dan menghina kekurangan orang lain
 Saling menghargai antar sesama manusia

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 8
b) Dalam lingkungan bangsa dan negara
 Mengentskan kemiskinan agar menjadi manusia yang layak
 Gerakan orang tua asuh
 Mengefektifkan wajib belajar 12 tahun
 Bagi perusahaan besar perlu menjadi bapak angkat bagi pengrajin kecil.
d. Hambatan Penegakan HAM
1. Faktor kondisi sosial-budaya
 Stratifikasi-status sosil (tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan, ekonomi, dll).
 Norma adat/budaya lokal.
2. Faktor komunikasi dan informasi.
 Letak geografis Indonesia yang luas
 Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yg blm terbangun secara baik di seluruh wilayah Indonesia.
 Sistem informasi maupun perangkatnya dan SDM yang masi terbatas.
3. Faktor kebijakan pemerintah
 Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yg sama tentan pentingnya jaminan HAM.
 Lemahnya pengawasan legislatif maupun kontrol sosial oleh masyarakat.
4. Faktor perangkat Perundangan
5. Faktor aparat dan penindakannya.
e. Tantangan Penegakan HAM
Pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) pada saat berpidato di PBB dlm Konferensi Dunia ke-2 (Juni 1992) dgn
Judul ”Deklarasi Indonesia Tentang HAM” sebagai berikut :
 Prinsip Universilitas; bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental dan memiliki keberlakuan
universal.
 Prinsip Pembangunan; kemajuan pembangunan nasional dapat membantu tercapainya tujuan meningkatkan
demokrasi dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
 Prinsi Kesatuan; hak asasi perseorangan dan hak asasi masyarakat/bangsa secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
 Prinsip Objektivitas; penilaian terhadap pelaksanaan hak-hak asasi pada suatu negara oleh pihak luar hanya
menonjolkan salah satu jenis hak asasi dan mengabaikan hak-hak asasi manusia lainnya.
 Prinsip Keseimbangan; keseimbangan dan keselarasan antara hak-hak perseorangan dan hak-hak
masyarakat/bangsa.
 Prinsip Kompetensi Nasional; penerapan dan perlindungan HAM merupakan tanggungjawab Nasional.
 Prinsip Negara Hukum; bahwa jaminan terhadap HAM dlm suatu negara dituangkan dalam aturan-aturan hukum
(tertulis dan tidak tertulis).
4. Instrumen Hukum Internasional HAM
Beberapa instrumen hukum tentang Hak Asasi Manusia internasional pasca Universal Declaration of Human Rights (
UDHR), antara lain:
1. Tahun 1958 lahir konvensi tentang hak-hak politik perempuan
2. Tahun 1966. covenanats of human rights telah teratifikasi oleh negara-negara anggota PBB
3. Tahun 1976 tentang konvensi internasional hak-hak khusus
4. Tahun 1984 konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
5. Tahun 1990 konvesi tentang hak-hak anak
6. Tahun 1993 tentang konvensi anti apartheid
7. Tahun 1998 tentang konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, dan merendahkan martabat manusia.
8. Tahun 1999 tentang konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial.
5. Instrumen Yuridis Hak Asasi Manusia
Pada tanggal 16 Desember 1966, dissahkan Covenant on Economic, social, and Cultural Rights dan Internasional
Covenant on civil and political rights.
6. UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM
salah satu dasarnya dibentuknya pengadilan HAM adalah pasal 104 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM. Dalam
ketentuan umum pasal 1 Alinea III UU No. 26 tahun 2000 dinyatakan bahwa pengadilan HAM adalah khusus bagi
pelanggaran hak asasi manusia yanh berat. Selanjutnya, pasal 2 menyatakan bahwa pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum.
7. Perlindungan Hak Asasi Manusia Universal
Ada dua badan khusus PBB yang menangani masalah HAM, yaitu oraganisasi buruh sedunia (ILO) Badan kedua adalah
UNESCO yang mempunyai tugas meningkatkan kerjasama antar bangsa melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan. Perkembang terakhir hukum pidana internasional adalah disepakati pembentukan International Crime
Court (ICC). Dalam suatu sidang United Nations Diplomatic Conference on Criminal Court 17 Juni 1998 di Roma Italia.
Jenis kejahatan yang disepakati ICC, antara lain:
1. Pemusnahan, misal terhadap kelompok etnis atau penganut agama tertentu (The Crime of Genocide)
2. Kejahatan melawan kemanusiaan (Crime Against humanity)
3. Penyerangan suatu bangsa atau Negara terhadap Negara lain. (The Crime of Aggression)
4. Kejahatan perang. (War Crimes)
Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 9
8. Hambatan Dan Tantangan Dalam Penegakkan Hak Asasi Manusia:
 belum adanya pemahaman dan kesadaran yang sama tentang konsep HAM antara individu secara universal.
 kurang adanya kepastian hukum terhadap pelanggar HAM
 adanya campur tangan dalam lembaga peradilan
 kurang berfungsinya lembaga penegak hukum.

6. PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL


Pengertian Organisasi Internasional.
Istilah organisasi internasional mempunyai pengertian ganda. Pertama istilah Organisasi Internasional dapat digunakan
dalam arti luas, sedangkan yang kedua digunakan dalam arti sempit. Dalam arti luas dapat digunakan untuk
menunjukkan setiap organisasi yang luas lingkupnya dan cakupannya melintasi batas-batas negara. Di sini mencakup
organisasi internasional yang bersifat publik (intergovernmental organization) maupun organisasi yang bersifat privat
(non- intergovernmental organization). Organisasi internasional dalam arti sempit menunjuk pada organisasi
internasional yang bersifat publik (Ekram Pawiroputro. 2013: 1)
Selain dikemukakan oleh para ahlinya organisasi internasional menurut Konvensi Wina 1969 tentang hukum perjanjian di
dalam Pasal 2 ayat 1 adalah organisasi antar pemerintah. Contoh organisasi internasional adalah ASEAN (Association of
South East Asian Nations) tingkat regional yaitu di kawasan Asia Tenggara, AA (Asia Afrika), PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) yang di lingkup dunia. Maka akan dijelaskan satu persatu mengenai ketiga organisasi internasional tersebut
beserta peranannya dalam hubungan internasional. Contoh Organisasi Internasional
1. ASEAN (Association of South East Asian Nations)
Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima
Negara Anggota, yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Brunei Darussalam bergabung pada
tanggal 8 Januari 1984, Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan
Kamboja pada tanggal 30 April 1999.
Peran Indonesia :
a. Pemrakarsa Berdirinya ASEAN
Pendiri ASEAN, antara lain Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Negara anggota ASEAN yang
tidak ikut sebagai pendiri, antara lain Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Ketika akan
membentuk ASEAN, Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dalam pertemuan di Bangkok.
Menteri Luar Negeri Adam Malik pula yang ikut menandatangani Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967
yang menandai awal berdirinya ASEAN.
b. Tuan Rumah KTT ASEAN
Sebagai negara anggota ASEAN, pemerintah Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah pertemuan kepala
pemerintahan dan kepala negara ASEAN. Pada bulan Oktober 2003, Bali menjadi tempat pertemuan kepala negara
dan kepala pemerintahan ASEAN.
c. Ikut Serta dalam Menyelesaikan Masalah Kamboja
Pada tahun 1970 di Kamboja terjadi kudeta. Pada waktu itu Kamboja dipimpin oleh Pangeran Norodom
Sihanouk. Pada tanggal 18 Maret 1970 ketika Pangeran Norodom Sihanouk berada di luar negeri, keponakannya
yang bernama Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lo Nol melakukan kudeta atau perebutan kekuasaan. Sejak
peristiwa tersebut terjadi perang saudara yang berlangsung lama dan berlarut-larut. Keadaan Kamboja menjadi
porak poranda, rakyatnya sangat menderita.
Melihat kejadian yang berlarut-larut di Kamboja tersebut, Indonesia berusaha untuk mendamaikan pihak-
pihak yang bertikai atau berperang dengan cara mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya,
dibentuklah Jakarta Informal Meeting (JIM). Artinya, pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta tahun 1988.
Pertemuan di Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas sebagai penengah di antara pihak-pihak yang
bertikai. Dengan adanya pertemuan tersebut pihak-pihak yang bertikai bersepakat untuk melakukan perdamaian.
Pertemuan di Jakarta itu kemudian ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya perundingan perdamaian di Paris,
Prancis pada tahun 1989.

2. KONFERENSI ASIA-AFRIKA (KAA)


Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 sampai dengan 24 April 1955 mencapai
kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa
Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini
melahirkan Dasa Sila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan
memperoleh kemerdekaannya dan yang kemudian menjadi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan
perdamaian dan kerja sama dunia.
Hasil-hasil yang dicapai
Sejak tahun 2005 Indonesia dan Afrika Selatan menjadi Ketua Bersama (Co-Chairs) NAASP. Dalam mengemban
tugas sebagai Co-Chairs, Indonesia telah berperan aktif dalam upaya mengembangkan NAASP. Indonesia dalam kurun
waktu 2006-2011 telah berhasil melaksanakan 26 program di bawah rerangka kerja sama NAASP, antara lain: NAASP-
UNEP Workshop on Environmental Law and Policy tahun 2006; Asian African Forum on Genetic Resources, Traditional
Knowledge, and Folklore pada tahun 2007, dan Apprenticeship Program for Mozambican Farmers pada tahun 2010.
Indonesia juga menjadi tuan rumah bagi NAASP Ministerial Conference on Capacity Building for Palestine tahun 2008
yang dihadiri oleh 218 peserta dari 56 negara dan 3 organisasi internasional.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 10
3. PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB)
Berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945 diprakarsai oleh 5 negara antara lain Amerika serikat, Inggris, Rusia, Cina
dan Prancis. Kelima Negara tersebut sekarang sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memegang hak
Veto yaitu hak untuk membatalkan atau memveto keputusan dewan keamanan PBB. Bahasa persidangan PBB adalah
bahasa Arab, Inggris, Prancis, mandarin. Rusia dan Spanyol. Dan Sekjen PBB sekarang adalah Ban Kimon dari Korea
Selatan.
Peran Indonesia dalam PBB :
a. Secara langsung yakni Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda atau Kontingen Garuda (KONGA) sebagai
sumbangan terhadap PBB untuk menciptakan perdamaian dunia.
b. Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB yakni memberikan bantuan pangan ke Ethiopia pada waktu dilanda
bahaya kelaparan. Bentuan tersebut disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun FAO ke-40.
c. Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 1973-1974.
d. Berdasarkan Frago (Fragmentery Order) Nomor 10/10/08 tanggal 30 Oktober 2008, penambahan Kontingen
Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan.
e. Peran serta Indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan social.
f. Indonesia telah berpartisipasi dalam 4 operasi pemeliharaan perdamaian PBB (UNPKO) sejak UNEF (Un
Emergency Forces) di Sinai tahun 1957.
g. Penyumbang pasukan / Polisi / Troops / Police (Contributing Country) dengan jumlah personil sebanyak 1.618.
Saat ini Indonesia terlibat aktif 6 UNPKO yang tersebar di 5 Negara.
h. Pengiriman PKD dibawah bendera PBB menunjukkan komitmen kuat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta
damai.

Kerja Sama dan Perjanjian Internasional yang Bermanfaat bagi Indonesia


Kerja sama antarnegara tidak dapat dihindarkan oleh setiap Negara, mengingat tidak ada satu negarapun di dunia
ini yang mampu berdiri sendiri tanpa bantuan Negara lain. Oleh karena itu, kerja sama antarnegara adalah sesuatu yang
lazim dilakukan. Bentuk kerja sama dan perjanjian internasional dapat dilakukan dalam bentuk
1. Perjanjian Bilateral
Perjanjian bilateral bersifat khusus (treaty contract) karena hanya mengatur hal-hal yang menyangkut
kepentingan kedua Negara saja. Oleh karena itu, perjanjian bilateral bersifat tertutup. Artinya, tertutup kemungkinan
bagi Negara lain untuk turut serta dalam perjanjian tersebut Beberapa konkret perjanjian bilateral:
a. Perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Malaysia.
b. Perjanjian antar Indonesia dengan RRC pada tahun 1955 tentang penyelesaian dwi kewarganegaraan.
c. Perjanjian antara Indonesia dengan Thailand tentang batas garis laut Andaman di sebelah utara selat malaka
pada tahun 1971
d. Perjanjian antara Indonesia dengan Australia mengenai pertahanan dan keamanan pada tanggal 16 Desember
1995
2. Perjanjian Multilateral
Perjanjian itu sering disebut law making treaties karena biasanya mengatur hal-hal yang menyangkut
kepentingan umum dan bersifat terbuka. Perjanjian multilateral tidak saja mengatur kepentingan Negara-negara yang
mengadakannya, tetapi juga kepentingan Negara lain yang tidak turut (bukan peserta) daalam perjanjian multilateral
tersebut.
Beberapa contoh tentang perjanjian multilateral sebagai berikut. Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan
Diplomatik, Konvensi Jenewa Tahun 19949 tentang Perlindungan Korban Perang, Konvensi Hukum Laut Internasional
Tahun 1982 tentang Laut Teritorial, Zona Bersebelahan, Zona Ekonomi Ekslusif, dan andas Benua. Bentuk-bentuk
kerja sama internasional yang dilakukan Indonesia selain tersebut di atas antara lain:
a. Keikutsertaan Indonesia dalam Organisasi Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA)
b. Keikutsertaan Indonesia dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
c. Kerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF)
d. Indonesia telah meratifikasi konvensi ILO mengenai kerja paksa (konvensi 29), perlindungan terhadap upah
(konvensi 95), dan konvensi tenaga kerja anak-anak (konvensi 182)
e. Indonesia juga meratifikasi tentang hak asasi manusia dan hak migrant, termasuk konvenant internasional hak-hak
sipil dan politik, konvenant internasional hak-hak ekonomi, social dan budaya.

7. HAK DAN KEWAJIBAN SEBAGAI WARGA NEGARA


Hak Warga Negara
1. Pengertian
Hak :Semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa berbentuk kewenangan atau
kekuasaan untuk melakukan sesuatu.
Hak Asasi :Hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia, bersifat universal dan tidak dibatasi status
kewarganegaraan.
Hak WN : Seperangkat hak yang melekat dalam diri manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari
sebuah negara.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 11
2. Pembagian Hak WN
Menurut Jimly Asshiddiqie Hak WN dibagi 2:
a. Hak Konstitusional : hak-hak yang dijamin di dalam dan oleh UUD 1945. Hak ini meliputi,
Kategori Jenis Hak Warga Negara Pasal Contoh
Agama Hak memperoleh jaminan utk memeluk 29 ayat (2) Hak meyakini suatu agama, hak
salah satu agama dan melaksanakan agama merayakan hari raya agama
masing2. masing2
Politik, Hak atas persamaan kedudukan dalam 27 ayat (1) Hak diakui dihadapan hukum, hak
Hukum & hukum & pemerintahan. bebas dari perlakuan diskriminatif
Pemerintahan Hak berserikat, berkumpul dan 28 E ayat Hak membentuk partai politik
mengeluarkan pendapat (3)
Ekonomi Hak mengembangkan usaha dibidang 33 UUD 45 Hak membeli/menjual, hak
ekonomi membuat perjanjian dagang
Sosial & Hak memperoleh pekerjaan & penghidupan 27 ayat (2) Hak utk bekerja, hak mendapat
budaya yang layak imbalan
Hak mempertahankan hidup dan 28 A Hak meningkatkan taraf hidup, hak
kehidupannya atas lingkungan yg bersih & sehat
Hak memperoleh pendidikan 31 ayat (1) Wajib belajar 9 th
Hak mengembangkan kebudayaan nasional 32 UUD 45 Hak mengembangkan budaya
daerah
Hak memperoleh jaminan pemeliharaan 34 UUD 45 BPJS, ASKES, Raskin
dari pemerintah thdp fakir miskin & anak
terlantar
Pertahanan & Hak ikut serta dalam pembelaan negara 27 ayat (3) Hak mempertahankan dr serangan
Keamanan musuh
Hak ikut serta dalam pertahanan & 30 ayat (1) Hak mempertahankan wilayah NKRI
keamanan Negara,
b. Hak hukum / legal : timbul berdasarkan jaminan undang-undang dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya.

a. Kewajiban Warga Negara


1. Pengertian
Kewajiban : Segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Kewajiban Asasi : Kewajiban dasar setiap orang dan tidak dibatasi status kewarganegaraan..
Kewajiban WN : Perbuatan yang harus dilakukan dalam kedudukannya sebagai warga negara
2. Contoh Kewajiban WN
Jenis Kewajiban WN Pasal Contoh
Wajib membayar pajak untuk negara 23 ayat (2) Membayar PPh, PPN,PKB
Wajib menjunjung tinggi hokum dan HAM 27 ayat (1) Mengikuti pelatihan dasar
dg tidak ada kecualinya kemiliteran
Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan 30 ayat (1) Wajib menjaga keutuhan wilayah
dan keamanan negara NKRI
Wajib menghormati bendera Merah Putih 35
Wajib menghormati bahasa Indonesia 36
Wajiib menjunjung tinggi lambang Negara 36 A Mengaplikasikan nilai pancasila
Garuda Pancasila dg semboyan Bhineka dalam kehidupan sehari hari
Tunggal Ika
Wajib menghormati lagu Indonesia Raya 36 B Menyanyikan lagu Indonesia Raya
dengan sungguh-sungguh
b. Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara
1. Pelanggaran Hak WN
Pelanggaran hak warga negara merupakan akibat dari adanya pelalaian atau pengingkaran terhadap kewajiban baik
yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh warga negara sendiri.
Contoh pelanggaran Hak warga Negara :
 Perbedaan perlakuan oknum aparat penegak hukum terhadap para pelanggar hukum dengan dasar kekayaan atau
jabatan masih terjadi, dan sebagainya.
 Kemiskinan dan angka pengangguran di negara kita masih cukup tinggi,
 Terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama, misalnya penyerangan tempat peribadatan,
 Angka putus sekolah yang cukup tinggi
2. Pengingkaran Kewajiban WN
Pengingkaran kewajiban WN terjadi karena tidak dilaksanakannya kewajiban / tanggungjawab baik dilakukan oleh
pemerintah maupun warga negara sendiri.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 12
Contoh pelanggaran kewajiban WN ;
 Tidak mau membayar pajak
 Tidak menaati peraturan yang berlaku
 Melanggar aturan berlalu lintas, misalnya tidak memakai helm, tidak mempunyai Surat Izin Mengemudi /
 Merusak fasiltas negara, misalnya mencorat-coret bangunan milik umum, merusak jaringan telpon, dan
sebagainya.
 Membuang sampah disembarang tempat.
c. Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban WN
1. Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri
2. Rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Sikap tidak toleran
4. Penyalahgunaan kekuasaan
5. Ketidaktegasan aparat penegak hokum
6. Penyalahgunaan teknologi
d. Upaya Penanganan Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban WN
Berikut ini upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban warga negara:
1. Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan.
2. Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga selain lembaga tinggi negara yang
3. berwenang dalam penegakan hak dan kewajiban warga negara seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Lembaga Ombudsman Republik Indonesia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM),
4. Meningkatkan kualitas pelayanan public.
5. Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik
6. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip kesadaran bernegara kepada masyarakat
7. melalui lembaga pendidikan formal dan non formal
8. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
9. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat

8. DEMOKRASI DALAM KERANGKA NKRI


PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Sebelum membahas tentang macam macam demokrasi, alangkah baiknya mengetahui tentang pengertian demokrasi.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara
langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Keanekaragaman ini muncul disebabkan kebudayaan bangsa didunia ini berlainan, hingga didapati berbagai macam
demokrasi, juga sebagai salah satu sisi dari penjelmaan hidup bermasyarakat. Beberapa macam macam demokrasi bisa
dilihat dari sebagian sudut pandang, yakni berdasar pada langkah penyaluran kehendak rakyat, jalinan antar-alat
kelengkapan Negara, serta berdasar pada prinsip ideologi yang melandasi demokrasi itu. Umpamanya saja Indonesia,
berpedoman system demokrasi yang dilandasi ideologi Pancasila yang di kenal dengan demokrasi Pancasila seperti saat
ini.
Mengenal Macam Macam Demokrasi Di Indonesia
Demokrasi di Indonesia
Dalam membicarakan tentang demokrasi di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari alur periodisasi pemerintahan masa
revolusi kemerdekaan, Demokrasi Parlementer, Pemerintahan Demokrasi Terpimpin (guided democracy), dan
Pemerintahan Orde Baru (Pancasila democracy).
a. Demokrasi Parlementer
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950-1959. Dengan menggunakan UUD Sementara
sebagai landasan konstitusionalnya. Periode ini disebut pemerintahan parlementer. Masa ini merupakan masa
kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam kehidupan politik
di Indonesia.
b. Demokrasi Terpimpin
Sejak berakhirnya Pemilu 1955, Presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala ketidak senangannya kepada partai-
partai politik. Hal ini terjadi karena partai politik sangat berorientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan kurang
memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Demokrasi terpimpin merupakan pernbalikan total
dari proses politik yang berjalan pada masa demokrasi parlementer. Apa yang disebut dengan demokrasi, tidak lain
merupakan perwujudan kehendak presiden dalam rangka menempatkan dirinya sebagai satu-satunya institusi yang
paling berkuasa di Indonesia.
c. Demokrasi dalam Pemerinlahan Orde Baru
Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pemah terjadi. Kecuali yang terdapat pada jajaran yang lebih
rendah, seperti gubernur, bupati/walikota, camat dan kepala desa. Kalaupun ada perubahan, selama Orde Baru
hanya terjadi pada jabatan wakil presiden, sementara pemerintahan secara esensial masih tetap sama. Rekruitmen
politik tertutup. Dalam negara demokratis, semua warga negara yang mampu dan mernenuhi syarat mempunyai
peluang yang sama untuk mengisi jabatan politik tersebut. Akan tetapi, di Indonesia, sistem rekruitmen tersebut

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 13
bersifat tertutup, kecuali anggota DPR yang berjumlah 400 orang. Pengisian jabatan di lembaga tinggi negara, seperti
MA, BPK, DPA, dan jabatan-jabatan dalam birokrasi, dikontrol sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan. Pemilihan
Umum. Pemilu pada masa Orde Baru telah dilangsungkan sebanyak enam kali, dengan frekuensi yang teratur, yaitu
setiap lima tahun sekali. Tetapi kalau kita mengamati kualitas penyekenggaraannya, masih jauh dari semangat
demokrasi. Pemilu sejak tahun 1971, dibuat sedemikian rupa sehingga Golkar memenangkan pemilihan dengan
mayoritas mutlak.
Macam-macam demokrasi ditinjau dari penyaluran kehendak rakyat
1. Demokrasi Langsung: Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat secara langsung
dalam membicarakan atau menentukan urusan negara. Terjadi pada zaman Yunani kuno karena penduduknya masih
sedikit.
2. Demokrasi Tidak Langsung: Demokrasi tidak langsung/perwakilan adalah sistem demokrasi yang untuk menyalurkan
kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan melalui
wakil-wakilnya di parlemen.
Macam-macam demokrasi ditinjau dari hubungan antar-alat kelengkapan Negara:
a. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum adalah rakyat memilih para wakilnya untuk duduk di parlemen,
tetapi dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem referendum.
b. Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer adalah adanya hubungan yang erat antara badan eksekutif dan
legislatif. Para menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif diangkat atas usul legislatif, sehingga bertanggung
jawab kepada parlemen. Kedudukan presiden atau raja sebagai kepala negara yang tidak menjalankan pemerintahan.
Eksekutif dalam menjalankan tugasnya harus sesuai dengan pedoman atau program kerja yang telah disetujul oleh
parlemen. Selama eksekutif menjalankan tugasnya sesuai dengan program tersebut, kedudukan eksekutif akan stabil
dan mendapat dukungan dan parlemen. Jika eksekutif melakukan penyimpangan, parlemen bisa menjatuhkan
kabinet dengan mengajukan mosi tidak percaya, yang berarti para menteri harus meletakkan jabatannya. Kedudukan
eksekutif berada di bawah parlemen dan sangat bergantung pada dukungan parlemen.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan merupakan kedudukan legislatif terpisah dari eksekutif,
sehingga kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam demokrasi parlementer. Menteri-
menteri diangkat oleh presiden dan berkedudukan sebagai pembantu presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden. Kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Jabatan presiden dan para menteri
tidak tergantung pada dukungan parlemen dan tidak dapat diberhentikan oleh parlemen.
d. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiatif rakyat merupakan gabungan antara demokrasi
perwakilan dan demokrasi langsung. Badan perwakilan tetap ada, tetapi dikontrol oleh rakyat, baik melalui
referendum yang bersifat obligator maupun fakultatif.
Macam-macam demokrasi yang didasarkan oleh prinsip ideologi:
 Demokrasi Liberal: Demokrasi liberal menekankan kepada kebebasan individu dengan mengabaikan kepentingan
umum.
 Demokrasi Rakyat: Demokrasi rakyat didasari dan dijiwai oleh paham sosialisme/komunisme yang mengutamakan
kepentingan negara atau kepentingan umum.
 Demokrasi Pancasila: Demokrasi Pancasila berlaku di Indonesia yang bersumber dan tata nilai sosial dan budaya bangsa
Indonesia serta berasaskan musyawarah untuk mufakat dengan mengutamakan keseimbangan kepentingan.

Perkembangan demokrasi PraOrde Baru


Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3 november 1945, yang menganjurkan pembentukan
partai-partai politik, perkembangan demokrasi dalam masa revolusi dan demokrasi pearlementer dicirikan oleh distribusi
kekuasaan yang khas. Presiden Soekarno ditempatkan sebagai pemilik kekuasaan simbolik dan ceremonial, sementara
kekuasaan pemerintah yang riil dimiliki oleh Perdana Menteri, Kabinet dan, Parlemen. Partai politik memainkan peranan
sentral dalam kehidupan politik dan proses pemerintahan. Kompetisi antar kekuatan dan kepentingan politik mengalami
masa keleluasaan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia merdeka. Pergulatan politik ditandai oleh tarik
menarik antara partai di dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik di luar lingkungan kekuasaan, pihak kedua
mncoba menarik pihak pertama ke luar dari lingkungan kekuasaan.
Kegiatan partisipasi politik di masa ini berjalan dengan hingar bingar, terutama melalui saluran partai politik yang
mengakomodasikan ideologi dan nilai primordialisme yang tumbuh di tengah masyarakat, namun hanya melibatkan
segelintir elit politik. Dalam masa ini yang dikecewakan dari Soekarno adalah masalah presiden yang hanya sebagai
simbolik semata begitu juga peran militer.
Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah mengalami perpecahan antar elit dan antar partai politik di satu
sisi, serta di sisi lain akibat adanya sikap Soekarno dan militer mengenai demokrasi yang dijalankan. Perpecahan antar elit
politik ini diperparah dengan konflik tersembunyi antar kekuatan parpol dengan Soekarno dan militer, serta adanya
ketidakmampuan setiap kabinet dalam merealisasikan programnya dan mengatasi potensi perpecahan regional ini
mengindikasikan krisis integral dan stabilitas yang parah. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan
nasionalis ekonomi, dan diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah masa demokrasi terpimpin kini telah
mulai.
Periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan terbentuknya Zaken Kabinet pimpinan Ir. Juanda pada
9 April 1957, dan menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Kekuasaan menjadi tersentral di tangan presiden, dan
secra signifikan diimbangi dengan peran PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan
infrastruktur politik dikendalikan secara hampir penuh oleh presiden. Dengan ambisi yang besar PKI mulai menmperluas

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 14
kekuatannya sehingga terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September 1965, kemudian mulailah
pada massa orde baru.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan, antara lain:


a. Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan memprihatinkan. Mengalami 25 pergantian kabinet, 20
kali pergantian kekuasaan eksekutif dengan rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.
b. Stabilitas politik sevara umum memprihatinkan. Ditandai dengan kuantitas konflik politik yang amat tinggi. Konflik
yang bersifat ideologis dan primordial dalam masa 20 tahun pasca merdeka.
c. Krisis ekonomi. Dalam masa demokrasi parlementer krisis dikarenakan karena kabinet tidak sempat untuk
merealisasika program ekonomi karena pergantian kekuasaan yang sering terjadi. Masa demokrasi terpimpin
mengalami krisis ekonomi karena kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional sehingga kurangnya
perhatian disektor ekonomi.
d. Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur pemerintah dalam proses politik menjaadikan
birokrasi tidak terurus.
1. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan.
Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan baru terbatas pada interaksi politik
diparlemen dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan. Meskipun tidak banyak catatan sejarah
yang menyangkut perkembangan demokrasi pada periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-
hal mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada
kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya
sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa
selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.
2. Perkembangan demokrasi parlementer (1945-1959)
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950 sampai 1959, dengan menggunakan UUD
Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia,
karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan.
Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam
periode ini merupakan contoh konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada hampir 40
partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan
partainya maupun para pendukungnya.
Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik; (2) basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah;(3) persamaan kepentingan antara presiden
Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan.
3. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala ketidaksenangannya
kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri
dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan
gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan dan gotong royong.
Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara ketiga kekuatan politik yang utama pada
waktu itu, yaitu: presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik yang utama dari
demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga
legislatif dalam sistem politik nasionall menjadi sedemikian lemah, Basic Human Right menjadi sangat lemah, masa
demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semnagt anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan
dalam proses hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno seagai “Ayah” dalam
famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan
yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check
and balance dari legislatif terhadap eksekutif. (Sunarso, dkk. 2008:132-136)
4. Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru
Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan tingkat ekonomi, poltik dan, ideologi
sesaat atau temporer. Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh adanya kebebasan politik yang besar.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model Demokrasi yang
berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi
inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang tidak lebih dari tiga tahun ini,
kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan kepada kekuatan masyarakatan. Oleh karena itu pada kalangan elit
perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971, tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi
mendukung program-program pembaruan pemerintahan baru.
Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara kekuasaan negara dengan masyarakat.
Negara Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan sementara masyarakat
semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari (1)

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 15
kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik yangkuat kepada negara;
(2) dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan institusionalisasi; (3) dipakai
pendekatan keamanan; (4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepda
negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari
eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun yang berasal dari
bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan
pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena sebab struktural.
Pemberontakan G-30-S/PKI merupaka titik kulminasi dari pertarungan atau tarik tambang politik antara Soekarno,
Angkatan Darat, dan Partai Komunisme Indonesia. Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden
sangat mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh;
dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi
partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi
ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah. Beberapa karakteristik pada masa orde baru antara lain:
Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hamper ridak pernah terjadi. Kedua, rekruitmen politik bersifat
tertutup. Ketiga, PemilihanUmum. Keempat, pelaksanaan hak dasar waega Negara. (Rukiyati, dkk. 2008:114-117)
5. Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan Sekarang).
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI
memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap
hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak
dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan
tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara, khususnya laginya perubahan
terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya
mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model
Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul beberapa indicator
kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi
dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun 1999.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi Pancasila, tentu saja dengan
karakteristik tang berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959.
Pertama, Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, ritasi kekuasaan
dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen politik untuk pengisian
jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan
menyatakan pendapat

9. KEDUDUKAN BHINNEKA TUNGGAL IKA UNTUK MEMPERKOKOH NKRI


Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh mPu Tantular, pujangga agung
kerajaan Majapahit yang hidup pada masa pemerintahan Raja Hayamwuruk, di abad ke empatbelas (1350-1389). Sesanti
tersebut terdapat dalam karyanya; kakawin Sutasoma yang berbunyi “Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma
mangrwa, “ yang artinya “Berbeda-beda itu, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua.” Semboyan yang kemudian
dijadikan prinsip dalam kehidupan dalam pemerintahan kerajaan Majapahit itu untuk mengantisipasi adanya keaneka-
ragaman agama yang dipeluk oleh rakyat Majapahit pada waktu itu. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka
tetap satu dalam pengabdian.
Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang diungkap oleh mPu
Tantular, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan
Pemerintah No.66 tahun 1951. Peraturan Pemerintah tersebut menentukan bahwa sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka
Tunggal Ika ditetapkan sebagai seboyan yang terdapat dalam Lambang Negara Republik Indonesia, “Garuda Pancasila.”
Kata “bhinna ika,” kemudian dirangkai menjadi satu kata “bhinneka”. Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka
Tunggal Ika dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat dalam Lambang Negara, dan tercantum dalam pasal 36a
UUD 1945.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengacu pada bahasa Sanskrit, hampir sama dengan semboyan e Pluribus
Unum, semboyan Bangsa Amerika Serikat yang maknanya diversity in unity, perbedaan dalam kesatuan. Semboyan
tersebut terungkap di abad ke XVIII, sekitar empat abad setelah mpu Tantular mengemukakan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Sangat mungkin tidak ada hubungannya, namun yang jelas konsep keanekaragaman dalam kesatuan telah
diungkap oleh mPu Tantular lebih dahulu.
Kutipan tersebut berasal dari pupuh 139, bait 5, kekawin Sutasoma yang lengkapnya sebagai berikut:
Jawa Kuna Alih bahasa Indonesia
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu. Tidak ada kerancuan dalam
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
kebenaran.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 16
Sasanti yang merupakan karya mPu Tantular, yang diharapkan dijadikan acuan bagi rakyat Majapahit dalam
berdharma, oleh bangsa Indonesia setelah menyatakan kemerdekaannya, dijadikan semboyan dan pegangan bangsa
dalam membawa diri dalam hidup berbangsa dan bernegara. Seperti halnya Pancasila, istilah Bhinneka Tunggal Ika juga
tidak tertera dalam UUD 1945 (asli), namun esensinya terdapat didalamnya , seperti yang dinyatakan :” Majelis
Permusyawaratan Rakyat sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan.”
Selanjutnya dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan :”Di daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan
perwakilan daerah, oleh karena di daerahpun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan. Dalam territoir
Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende landschappen dan voksgemeenschappen. Daerah daerah itu
mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.” Maknanya bahwa
dalam menyelenggarakan kehidupan kenegaraan perlu ditampung keanekaragaman atau kemajemukan bangsa dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat, dan Undang-Undang Dasar Sementera tahun 1950, pasal 3 ayat (3)
menentukan perlunya ditetapkan lambang negara oleh Pemerintah. Sebagai tindak lanjut dari pasal tersebut terbit
Peraturan Pemerintah No.66 tahun 1951 tentang Lambang Negara.
Baru setelah diadakan perubahan UUD 1945, dalam pasal 36A menyebutkan :”Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.” Dengan demikian Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang
merupakan kesepakatan bangsa, yang ditetapkan dalam UUDnya. Oleh karena itu untuk dapat dijadikan acuan secara
tepat dalam hidup berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal Ika perlu difahami secara tepat dan benar untuk
selanjutnya difahami bagaimana cara untuk mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.
Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan Dasar Negara Pancasila.
Hal ini sesuai dengan komponen yang terdapat dalam Lambang Negara Indonesia. Menurut pasal 1 Peraturan
Pemerintah No. 66 tahun 1951 disebutkan bahwa : Lambang Negara terdiri atas tiga bagian, yaitu:
Burung Garuda yang menengok dengan kepalanya lurus ke sebelah kanannya;
1. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
2. Semboyan yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Di atas pita tertulis dengan huruf Latin sebuah
semboyan dalam bahasa Jawa Kuno yang berbunyi : BHINNEKA TUNGGAL IKA.
Adapun makna Lambang Negara tersebut adalah sebagaki berikut:
Burung Garuda disamping menggambarkan tenaga pembangunan yang kokoh dan kuat, juga melambangkan
tanggal kemerdekaan bangsa Indonesia yang digambarkan oleh bulu-bulu yang terdapat pada Burung Garuda tersebut.
Jumlah bulu sayap sebanyak 17 di tiap sayapnya melambangkan tanggal 17, jumlah bulu pada ekor sebanyak 8
melambangkan bulan 8, jumlah bulu dibawah perisai sebanyak 19, sedang jumlah bulu pada leher sebanyak 45. Dengan
demikian jumlah bulu-bulu burung garuda tersebut melambangkan tanggal hari kemerdekaan bangsa Indonesia, yakni
17 Agustus 1945.
Sementara itu perisai yang tergantung di leher garuda menggambarkan Negara Indonesia yang terletak di garis
khalustiwa, dilambangkan dengan garis hitam horizontal yang membagi perisai, sedang lima segmen menggambarkan
sila-sila Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan bintang bersudut lima yang terletak di tengah
perisai yang menggambarkan sinar ilahi. Rantai yang merupakan rangkaian yang tidak terputus dari bulatan dan persegi
menggambarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yang sekaligus melambangkan monodualistik manusia
Indonesia. Kebangsaan dilambangkan oleh pohon beringin, sebagai tempat berlindung; Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawa–rakatan/perwakilan dilambangkan dengan banteng yang menggambarkan
kekuatan dan kedaulatan rakyat. Sedang Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan kapas dan padi yang
menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran.
Dari gambaran tersebut, maka untuk dapat memahami lebih dalam makna Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat
dipisahkan dari pemahaman makna merdeka, dan dasar negara Pancasila. Marilah secara singkat kita mencoba untuk
memberi makna kemerdekaan sesuai dengan kesepakatan bangsa.
Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea pertama disebutkan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka pejajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.” Memang semula kemerdekaan atau kebebasan diberi makna bebas dari penjajahan negara asing
tetapi ternyata bahwa kemerdekaan atau kebebasan ini memiliki makna yang lebih luas dan lebih dalam karena
menyangkut harkat dan martabat manusia, yakni berkaitan dengan hak asasi manusia. Manusia memiliki kebebasan
dalam olah fikir, bebas berkehendak dan memilih, bebas dari segala macam ketakutan yang merupakan aktualisasi dari
konsep hak asasi manusia yakni mendudukkan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.
Memasuki era globalisasi kemerdekaan atau kebe-basan memiliki makna lebih luas, karena dengan globalisasi
berkembang neoliberalisme, neokapitalisme, terjadilah penjajahan dalam bentuk baru. Terjadilah penjajahan dalam
bidang ekonomi, dalam bidang politik, dalam bidang sosial budaya dan dalam aspek kehidupan yang lain. Dengan
kemerdekaan kita maknai bebas dari berbagai eksploatasi manusia oleh manusia dalam segala dimensi kehidupan dari
manapun, baik dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.
Sementara itu penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus berdasar pada
Pancasila yang telah ditetapkan oleh bangsa Indonesia menjadi dasar negaranya. Dengan demikian maka penerapan
Bhinneka Tunggal Ika harus dijiwai oleh konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas dan sosialitas. Hanya
dengan ini maka Bhinneka Tunggal Ika akan teraktualisasi dengan sepertinya.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 17
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Berikut disampaikan konsep dasar yang terdapat dalam Bhinneka Tunggal Ika yang kemudian terjabar dalam
prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika yang dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam
berbangsa dan bernegara. Dalam rangka memahami konsep dasar dimaksud ada baiknya kita renungkan lambang negara
yang tidak terpisahkan dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Perlu kita mengadakan refleksi terhadap
lambang negara tersebut.

Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu
kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu faham yang membiarkan keanekaragaman seperti apa adanya.
Membiarkan setiap entitas yang menunjukkan ke-berbedaan tanpa peduli adanya common denominator pada
keanekaragaman tersebut. Dengan faham pluralisme tidak perlu adanya konsep yang mensubstitusi keanekaragaman.
Demikian pula halnya dengan faham multikulturalisme. Masyarakat yang menganut faham pluralisme dan
multikulturalisme, ibarat onggokan material bangunan yang dibiarkan teronggok sendiri-sendiri, sehingga tidak akan
membentuk suatu bangunan yang namanya rumah.
Ada baiknya dalam rangka lebih memahami makna pluralistik bangsa difahami pengertian pluralisme, agar dalam
penerapan konsep pluralistik tidak terjerumus ke dalam faham pluralisme.
Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti banyak, adalah suatu faham yang mengakui bahwa terdapat
berbagai faham atau entitas yang tidak tergantung yang satu dari yang lain. Masing-masing faham atau entitas berdiri
sendiri tidak terikat satu sama lain, sehingga tidak perlu adanya substansi pengganti yang mensubstitusi faham-faham
atau berbagai entitas tersebut. Salah satu contoh misal di Indonesia terdapat ratusan suku bangsa. Menurut faham
pluralisme setiap suku bangsa dibiarkan berdiri sendiri lepas yang satu dari yang lain, tidak perlu adanya substansi lain,
misal yang namanya bangsa, yang mereduksi eksistensi suku-suku bangsa tersebut.
Faham pluralisme melahirkan faham individualisme yang mengakui bahwa setiap individu berdiri sendiri lepas dari
individu yang lain. Faham individualisme ini mengakui adanya perbedaan individual atau yang biasa disebut individual
differences. Setiap individu memiliki cirinya masing-masing yang harus dihormati dan dihargai seperti apa adanya. Faham
individualisme ini yang melahirkan faham liberalisme, bahwa manusia terlahir di dunia dikaruniai kebebasan. Hanya
dengan kebebasan ini maka harkat dan martabat individu dapat didudukkan dengan semestinya. Trilogi
faham pluralisme, individualisme dan liberalisme inilah yang melahirkan sistem demokrasi dalam sistem pemerintahan
utamanya di Negara Barat.
Sebagai contoh berikut disampaikan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat dan Deklarasi Hak Manusia dan
Warganegara Perancis yang melandasi pelaksanaan sistem demokrasi di negara tersebut yang berdasar pada faham
pluralisme, individualisme dan liberalisme.
United States Declaration of Independence
We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain
unalienable Rights, that among these are Life, Liberty, and pursuit of Happiness. That to secure these rights, governments
are instituted among men, deriving just powers from the consent of the governed.
Declaration of the Rights of Man and Citizen
– Declaration des droits de l’homme et du citoyen—
Men are born and remain free and equal in rights. Social distinction can be based only upon public utility. The aim of every
political association is the preservation of the natural and imprescriptible rights of man. These rights are liberty, property,
security, and resistance to oppression.

Dari deklarasi tersebut nampak dengan nyata faham pluralisme, individualisme dan liberalisme menjelujuri sistem
demokrasi yang diterapkan di kedua negara tersebut. Dua deklarasi tersebut dinyatakan hampir bersamaan waktunya,
yakni pada akhir abad ke XIX, yang satu di Amerika Serikat, yang satu di salah satu negara di Eropa.
Meskipun demikian mereka tetap mengakui bahwa manusia tidak mungkin hidup seorang diri. Untuk dapat
menunjang hidupnya dan untuk melestarikan dirinya, mereka memerlukan pihak lain; beberapa pihak mengatakan
bahwa hal ini terjadi didorong oleh naluri atau instinct berkelompok. Mereka memerlukan hidup bersama entah
bagaimana bentuknya, dengan mendasarkan diri pada belief system yang dianutnya. Di antara hubungan manusia
dengan pihak lain berbentuk pengabdian, bahwa yang satu semata-mata harus mengabdi kepada pihak yang lain.
Terdapat juga pengakuan bahwa hubungan antar manusia itu adalah dalam kesetaraan. Sebagai akibat pola hidup
manusia menjadi sangat beragam.
Didorong oleh realitas tersebut, maka bangsa Amerika dalam menerapkan pluralisme, individualisme dan
liberalisme mencari pola bagaimana dapat membentuk suatu kehidupan bersama. Dalam hidup bersama diperlukan
kesepakatan untuk dijadikan pegangan bersama dalam melangkah ke depan menghadapi tantangan hidup bersama.
Dikembangkan pola yang disebut “kontrak sosial,” bahwa anggota masyarakat harus merelakan sebagian dari hak
individu demi terwujudnya kehidupan bersama. Semangat bersatu dalam kehidupan bersama ini nampak dalam
semboyan yang terdapat dalam motto lambang negaranya yang berbunyi “ e pluribus unum,” yang berarti “out of many,
one” dari yang banyak itu satu, atau unity in diversity. Metoda yang diterapkan dalam membentuk kesatuan, disebut
metoda melting pot, yang kalau dinilai lebih jauh sudah menyimpang dari prinsip pluralisme.
Pluralitas adalah sifat atau kualitas yang menggam-barkan keanekaragaman; suatu pengakuan bahwa alam
semesta tercipta dalam keaneka ragaman. Sebagai contoh bangsa Indonesia mengakui bahwa Negara-bangsa Indonesia
bersifat pluralistik, beraneka ragam ditinjau dari suku-bangsanya, adat budayanya, bahasa ibunya, agama yang
dipeluknya, dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu kenyataan atau keniscayaan dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 18
Keaneka ragaman ini harus didudukkan secara proporsional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, harus dinilai
sebagai asset bangsa, bukan sebagai faktor penghalang kemajuan. Perlu kita cermati bahwa pluralitas ini merupakan
sunnatullah.
Seperti dikemukan di atas, pola sikap bangsa Indone-sia dalam menghadapi keaneka-ragaman ini berdasar pada
suatu sasanti atau adagium “Bhinneka Tunggal Ika,” yang bermakna beraneka tetapi satu, yang hampir sama dengan
motto yang dipegang oleh bangsa Amerika, yakni “e pluribus unum.” Dalam menerapkan pluralitas dalam kehidupan,
bangsa Indonesia mengacu pada prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa yang diutamakan adalah
kepentingan bangsa bukan kepentingan individu, berikut frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945:
 Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa;
 Bahwa kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia, supaya rakyat dapat berkehidupan kebangsaan yang
bebas;
 Bahwa salah satu misi Negara-bangsa Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa;
 Bahwa salah satu dasar Negara Indonesia adalah Persatuan Indonesia, yang tiada lain merupakan wawasan
kebangsaan.
 Bahwa yang ingin diwujudkan dengan berdirinya Negara-bangsa Indonesia adalah keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dari frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut jelas bahwa prinsip kebangsaan mewarnai
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Istilah individu atau konsep individualisme tidak terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain bahwa sifat pluralistik yang diterapkan di Indonesia tidak berdasar
pada individualisme dan liberalisme.
Pluralitas atau pluralistik tidak merupakan suatu faham, isme atau keyakinan yang bersifat mutlak. Untuk itu tidak
perlu dikembangkan ritual-ritual tertentu seperti halnya agama.

Prinsip pluralistik dan multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi
agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai
serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh.
Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang
dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa
untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika
Untuk dapat mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dipandang
perlu untuk memahami secara mendalam prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dalam rangka membentuk kesatuan dari keaneka ragaman tidak terjadi pembentukan konsep baru dari
keanekaragaman konsep-konsep yang terdapat pada unsur-unsur atau komponen bangsa. Suatu contoh di negara
tercinta ini terdapat begitu aneka ragam agama dan kepercayaan. Dengan ke-tunggalan Bhinneka Tunggal Ika tidak
dimaksudkan untuk membentuk agama baru. Setiap agama diakui seperti apa adanya, namun dalam kehidupan
beragama di Indonesia dicari common denominator, yakni prinsip-prinsip yang ditemui dari setiap agama yag
memiliki kesamaan, dan common denominator ini yang kita pegang sebagai ke-tunggalan, untuk kemudian
dipergunakan sebagai acuan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Demikian pula halnya dengan adat budaya
daerah, tetap diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan kebangsaan. Faham
Bhinneka Tunggal Ika, yang oleh Ir Sujamto disebut sebagai faham Tantularisme, bukan faham sinkretisme, yang
mencoba untuk mengembangkan konsep baru dari unsur asli dengan unsur yang datang dari luar.
2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif; hal ini bermakna bahwa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat
pihak lain. Pandangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya keakuan yang berlebihan dengan tidak
atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan, kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat.
Bhinneka Tunggal Ika bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memaksakan
kehendaknya pada golongan minoritas.
3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan perilaku semu. Bhinneka Tunggal Ika
dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai, saling hormat menghormati, saling cinta mencintai dan rukun.
Hanya dengan cara demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan.
4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna perbedaan yang terjadi dalam
keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini
akan terwujud apabila dilandasi oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, akomodatif, dan rukun.
Prinsip atau asas pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai: (1) inklusif, tidak bersifat eksklusif,
(2) terbuka, (3) ko-eksistensi damai dan kebersamaan, (4) kesetaraan, (5) tidak merasa yang paling benar, (6) tolerans,
(7) musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Suatu masyarakat yang tertutup atau
eksklusif sehingga tidak memungkinkan terjadinya perkembangan tidak mungkin menghadapi arus globalisasi yang
demikian deras dan kuatnya, serta dalam menghadapi keanekaragaman budaya bangsa. Sifat terbuka yang terarah
merupakan syarat bagi berkembangnya masyarakat modern. Sehingga keterbukaan dan berdiri sama tinggi serta duduk
sama rendah, memungkinkan terbentuknya masyarakat yang pluralistik secara ko-eksistensi, saling hormat
menghormati, tidak merasa dirinya yang paling benar dan tidak memaksakan kehendak yang menjadi keyakinannya
kepada pihak lain. Segala peraturan perundang-undangan khususnya peraturan daerah harus mampu mengakomodasi

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 19
masyarakat yang pluralistik dan multikutural, dengan tetap berpegang teguh pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Suatu peraturan perundang-undangan, utamanya peraturan daerah yang memberi peluang terjadinya perpecahan
bangsa, atau yang semata-mata untuk mengakomodasi kepentingan unsur bangsa harus dihindari. Suatu contoh
persyaratan untuk jabatan daerah harus dari putra daerah , menggambarkan sempitnya kesadaran nasional yang
semata-mata untuk memenuhi aspirasi kedaerahan, yang akan mengundang terjadinya perpecahan. Hal ini tidak
mencerminkan penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut secara konsisten akan
terwujud masyarakat yang damai, aman, tertib, teratur, sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika
Setelah kita fahami beberapa prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika, maka langkah selanjutnya adalah
bagaimana prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika ini diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1. Perilaku inklusif.
Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap
inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya,
baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari
masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang
rendah dan menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan
bermakna bagi kehidupan bersama.
2. Mengakomodasi sifat pluralistik
Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk oleh masyarakat, aneka adat budaya
yang berkembang di daerah, suku bangsa dengan bahasanya masing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada
jarang terpisah demikian jauh pulau yang satu dari pulau yang lain. Tanpa memahami makna pluralistik dan
bagaimana cara mewujudkan persatuan dalam keanekaragaman secara tepat, dengan mudah terjadi disintegrasi
bangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat
dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari
kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu
dikembangkan dengan sepatutnya. Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola kehidupan
bersama yang disebut pela gandong, suatu pola kehidupan masyarakat yang tidak melandaskan diri pada agama,
tetapi semata-mata pada kehidupan bersama pada wilayah tertentu. Pemeluk berbagai agama berlangsung sangat
rukun, bantu membantu dalam kegiatan yang tidak bersifat ritual keagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku
yang berdiam di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi yang mengusung
kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian ideal ini telah tergerus arus reformasi.
3. Tidak mencari menangnya sendiri
Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa pendapatnya sendiri yang paling benar, dirinya
atau kelompoknya yang paling hebat perlu diatur dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan
memberi pendapat merupakan hal yang harus berkembang dalam kehidupan yang beragam. Perbedaan ini tidak
untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu. Bukan dikembangkan divergensi, tetapi yang harus diusahakan
adalah terwujudnya konvergensi dari berbagai keanekaragaman. Untuk itu perlu dikembangkan musyawarah untuk
mencapai mufakat.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawa-rah untuk mencapai
mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti
kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang
menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
5. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih
sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati,
dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka
Tunggal Ika menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki mowo
beyo.” Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih
pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi
kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan tidak mungkin terwujud.
Bila setiap warganegara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar insya
Allah, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.

10. KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA


Dalam setiap kehidupan bermasyarakat, kesadaran akan berbangsa dan bernegara mempunyai arti yang sangat
penting, bahkan dapat dikatakan menempati posisi sentral, artinya kesadaran akan berbangsa dan bernegara
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lainnya. Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan,
adat, bahasa, sejarah, dan pemerintahan. Sedangkan berbangsa adalah manusia yang mempunyai landasan etika,
bermoral, dan berakhlak mulia dalam bersikap mewujudkan makna sosial dan adil. Negara adalah suatu organisasi dari
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui
adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 20
Sedangkan bernegara adalah manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu
bangsa serta berproses di dalam satu wilayah Nusantara dan mempunyai cita-cita yang berlandaskan niat untuk bersatu
secara emosional dan rasional dalam membangun nasionalisme.
Mengenai definisi wawasan Nusantara, berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, wawasan
Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945, adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.

a. Kesadaran warga negara dalam berbangsa dan bernegara di era globalisasi


Berbagai peristiwa yang terjadi di tanah air sekarang, dapat Anda saksikan di media massa. Bagaimana
tingkah laku para wakil rakyat, pelajar, mahasiswa, dan juga kelompok masyarakat yang menunjukkan tanda-tanda
bahwa mereka masih kurang memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara. Krisis-krisis yang terjadi di Indonesia
sangat lambat perubahannya, sangat berbeda dengan negara-negara lain yang begitu cepat dalam mengatasi krisis.
Hal ini merupakan perhatian bagi semua warga negara bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara sangatlah
diperlukan.
Membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada semua, merupakan hal yang sangat penting karena
pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang bangsa ini.
Kesadaran berbangsa dan bernegara jangan diperkirakan hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih
luas memandangnya, sehingga dalam penerapannya pemuda lebih kreatif dalam menerapkan arti sadar berbangsa
dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakikat kesadaran berbangsa dan bernegara itu
sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap seseorang yang harus sesuai dengan kepribadian
bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa. Mewujudkannya dapat dilakukan dengan
mencegah perkelahian antarperorangan atau antarkelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi, baik di
tingkat nasional maupun internasional.
Secara prinsip, Indonesia adalah negara kesatuan yang berlandaskan Pancasila. Sedangkan keanekaragaman
ras, suku, agama, dan bahasa daerah merupakan khasanah budaya yang dapat menjadi unsur pemersatu bangsa.
Dengan demikian, apa yang sudah dirintis oleh nenek moyang bangsa Indonesia dari masa kejayaan kerajaan
Majapahit perlu dipertahankan dan dilestarikan oleh seluruh rakyat Indonesia dalam kerangka NKRI dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

b. Hubungan antara kesadaran berbangsa dan bernegara dengan penerapan wawasan Nusantara
Kesadaran dalam berbangsa dan bernegara, yaitu membina kerukunan serta menjaga rasa persatuan dan
kesatuan antarwarga negara. Kesadaran berbangsa dan bernegara dapat dimulai dari lingkungan terkecil atau
keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, dan lain-lain. Dalam perwujudannya,
dapat dilakukan dengan cara mencintai budaya bangsa, mencintai produksi dalam negeri, mengakui, menghargai,
dan menghormati bendera merah putih, lambang negara, lagu kebangsaan Indonesia Raya, menjalankan hak dan
kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan.

c. Upaya untuk memperkuat kesadaran berbangsa dan bernegara dalam penerapan wawasan Nusantara
Pemahaman tentang wawasan Nusantara akan menyadarkan warga negara untuk memiliki cara pandang dan
konsepsi wawasan Nusantara untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati tentang hak dan kewajiban
sebagai warga negara. Pandangan wawasan Nusantara dapat menjawab tantangan dunia tentang globalisasi dan
era baru kapitalisme. Wawasan Nusantara sangat penting untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada warga masyarakat merupakan hal penting yang
tidak dapat dilakukan oleh bangsa ini karena warga masyarakat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi bangsa.
Akan tetapi, kesadaran berbangsa dan bernegara ini tidak hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih
luas memandangnya, sehingga dalam penerapannya warga masyarakat lebih kreatif menerapkan kesadaran
berbangsa dan bernegaranya.
Di dalam meningkatkan dan memperkuat kesadaran berbangsa dan bernegara, terdapat faktor-faktor
pendukung. Faktor-faktor pendukung untuk menciptakan kesadaran berbangsa dan bernegara antara lain sebagai
berikut.
Orang tua harus mempunyai kesadaran dan memberikan contoh bersikap dan berperilaku yang menjunjung
tinggi pluralitas. Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia, tegasnya hukum di Indonesia, dan pemerataan
kesejahteraan setiap daerah. Pemerintah harus mampu memberikan pemahaman kepada rakyat bahwa hanya
ideologi Pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Terwujudnya wawasan Nusantara juga dipengaruhi oleh hal-hal seperti diperlukan kesadaran WNI untuk
mengerti, memahami, dan menghayati tentang hak dan kewajiban warga negara serta hubungan warga negara
dengan negara, sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia. Mengerti, memahami, dan menghayati tentang bangsa
yang telah menegara, berarti dalam menyelenggarakan kehidupan memerlukan konsepsi wawasan Nusantara,

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 21
sehingga sadar sebagai warga negara yang memiliki cara pandang. Agar kedua hal tersebut dapat terwujud,
diperlukan sosialiasi dengan program yang teratur, terjadwal, dan terarah.
Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi seluruh warga
negara Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan fraksi-fraksi antarkelompok dalam konteks
sosiologis, politis, serta demokrasi dianggap hal yang wajar. Perbedaan tersebut dapat menghasilkan masyarakat
yang dinamis, kreatif, dan sinergis untuk saling menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang harus
dihindari adalah perbuatan atau tindakan yang melanggar norma-norma etika, moral, nilai agama, atau tindakan
anarkis menuju ke arah disintegrasi bangsa.

11. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH


A. Perbedaan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Pembagian urusan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah diatur
dalam BAB III Pasal 10 UU Nomor 32 Tahun 2004. Kewenangan pemerintah pusat diatur dalam Ayat 3 Pasal 10, UU
Nomor 32 Tahun 2004. Kewenangan tersebut meliputi :
1. Politik Luar Negeri; Politik Luar Negeri adalah politik yang berhubungan dengan luar negeri bukan dari dalam negara
sendiri, oleh sebab itu pemerintah pusatlah yang memiliki kewewenangan untuk menjalankannya. Apabila
diserahkan kepada pemerintah daerah dikhawatirkan adanya perbedaan perlakuan politik luar negeri dari masing-
masing daerah, maka dari itu diserahkanlah urusan politik Luar Negeri kepada pemerintah pusat yang dianggap
sebagai kristalisasi pemerintahan dari setiap daerah di Indonesia. Pemerintah pusat diberi wewenang untuk
menjalankannya namun bukan berarti pemerintah daerah tidak bisa ikut berpartisipasi, pemerintahan daerah dapat
memberikan masukan-masukan kepada pemerintah pusat, hal ini disebut dengan desentralisasi
2. Pertahanan; Misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang,
menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan mengembangkan
sistem pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap
warga negara dan sebagainya;
3. Keamanan; Misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menindak kelompok atau organisasi yang
kegiatannya mengganggu keamanan negara, dan sebagainya;
4. Yustisi; Misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga
pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk
undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lain yang
berskala nasional, dan lain sebagainya;
5. Moneter dan Fiskal Nasional; Misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan
moneter, mengendalikan peredaran uang, dan sebagainya;
6. Agama. Misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan terhadap
keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan sebagainya;
dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada daerah.

Selain 6 kewenangan tersebut, Pemerintah Pusat juga memiliki kewenangan yang diatur dalam BAB II, Pasal 2, PP
Nomor 25 Tahun 2000 yang meliputin:
1. Kebijakan tentang perencanaan nasional, dan pembangunan nasional secara makro,
2. Dana perimbangan keuangan,
3. System administrasi negara dan lembaga perekonomian negara,
4. Pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
5. Pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis,
6. Konservasi dan standardisasi nasional. Sedangkan kewenangan Pemerintah Daerah diatur dalam pasal 13 (untuk
Pemerintahan Provinsi) dan pasal 14 (untuk pemerintahan Kabupaten/Kota) yang intinya adalah: Pemerintah
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. Pasal 13 UU Nomor 32
Tahun 2004, ayat 1: (1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan
dalam skala provinsi yang meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 22
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pasal 14 UU Nomor 32 Tahun 2004, ayat 1 : (1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal; o. penyelenggaraan
pelayanan dasar lainnya; dan p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
B. Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat struktural dan fungsional
1. Hubungan Struktural Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004, secara struktural Presiden merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan di tingat nasional sedangkan kepala daerah (provinsi
atau kabupaten/kota) merupakan penyelenggara pemerintahan di wilayah daerah masing-masing, sesuai dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya. Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah mempunyai
kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan 1 kali dalam 1 tahun
kepada pemerintah pusat , dan memberikan laporan keteranganpertanggung jawaban kepada DPRD, serta
menginformasikan laporan tersebut kepada masyarakat. Sedangkan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah akan digunakan sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah dan sebagai bahan
pembinaan lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Hubungan Fungsional Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang harus
dijalankan oleh pemerintahan pusat dan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (goog
governance). Nah pembagian tugas dan wewenang baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tercantum
dalam UU Nomor 32 Tahun 2004. Sumber : Buku PPKn 1 karya Nur Wahyu Rochmadi, penerbit yudhistira
C. Asas-asas pemerintah daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 ·
Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya desentralisasi
dibagi menjadi empat tipe, yaitu :
1. Desentralisasi politik, yang bertujuan menyalurkan semangat demokrasi secara positif di masyarakat
2. Desentralisasi administrasi, yang memiliki tiga bentuk utama, yaitu : dekonsentrasi, delegasi dan devolusi,
bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan secara efektif dan efi sien
3. Desentralisasi fiskal, bertujuan memberikan kesempatan kepada daerah untuk menggali berbagai sumber dana
4. Desentralisasi ekonomi atau pasar, bertujuan untuk lebih memberikan tanggungjawab yang berkaitan sektor
publik ke sektor privat.
Sumber-sumber Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi meliputi: a)
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
 Hasil pajak daerah
 Hasil restribusi daerah
 Hasil perusahan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain hasil penjualan asset daerah dan jasa giro
DANA PERIMBANGAN
 Dana Bagi Hasil
 Dana Alokasi Umum (DAU)
 Dana Alokasi Khusus
PINJAMAN DAERAH
 Pinjaman Dalam Negeri
 Pemerintah pusat
 Lembaga keuangan bank
 Lembaga keuangan bukan bank
 Masyarakat (penerbitan obligasi daerah)
 Pinjaman Luar Negeri
 Pinjaman bilateral
 Pinjaman multilateral
 Lain-lain pendapatan daerah yang sah;
Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 23
 hibah atau penerimaan dari daerah propinsi atau daerah Kabupaten/Kota lainnya,
 penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Lahirnya konsep desentralisasi merupakan upaya untuk mewujudkan seuatu pemerintahan yang demokratis
dan mengakhiri pemerintahan yang sentralistik. Pemerintahan sentralistik menjadi tidak populer karena telah dinilai
tidak mampu memahami dan memberikan penilaian yang tepat atas nilai-nilai yang hidup dan berkembang di
daerah.
Desentralisasi adalah pembentukan daerah otonom dengan kekuasaan kekuasaan tertentu dan bidang-bidang
kegiatan tertentu yang diselenggarakan berdasarkan pertimbangan, inisiatif, dan administrasi sendiri, sehingga akan
dijumpai proses pembentukan daerah yang berhak mengatur kepentingan daerahnya.

Tujuan Penyelenggaraan Desentralisasi Pada dasarnya tujuan penyelenggaraan desentralisasi antara lain :
1. Dalam rangka peningkatan efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
2. Sebagai wahana pendidikan politik masyarakat di daerah.
3. Dalam rangka memelihara keutuhan negara kesatuan atau integrasi nasional.
4. Untuk mewujudkan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dimulai dari daerah.
5. Guna memberikan peluang bagi masyarakat untuk membentuk karir dalam bidang politik dan pemerintahan.
6. Sebagai wahana yang diperlukan untuk memberikan peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan pemerintahan.
7. Sebagai sarana yang diperlukan untuk mempercepat pembangunan di daerah.
8. Guna mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa ·
Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari
pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam pasal 18 ayat (2) UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan bahwa “pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
D. Dampak positif dan negatif otonomi daerah
 Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah dari Segi Ekonomi
a. Dampak Positif : Dari segi ekonomi banyak sekali keutungan dari penerapan otonomi daerah diantaranya;
pemerintahan daerah memberikan wewenang kepada masyarakat daerah untuk mengelola sumber daya alam
yang dimiliki di masing-masing daerah, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola
secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Dengan begitu
masyarakat akan mandiri dan berusaha untuk mengembangkan suber daya alam yang mereka miliki, karena
mereka lebih mengetahui hal-hal apa saja yang terbaik bagi mereka. Pengelolaan sumberdaya alam khususnya
sumberdaya kelautan berbasis komunitas lokal sangatlah tepat diterapkan di indonesia, selain karena efeknya
yang positif juga mengingat komunitas lokal di Indonesia memiliki keterikatan yang kuat dengan daerahnya
sehingga pengelolaan yang dilakukan akan diusahakan demi kebaikan daerahnya.
b. Dampak Negatif : Namun demikian, sejak orde lama sampai berakhirnya orde baru, pemerintah pusat begitu
dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah pusat terhadap pemerintah
daerah telah menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal yang memiliki keunikan
dinamika sosial budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu yang panjang mengakibatkan ketergantungan
kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun
lokalitasnya. Dan dengan adanya penerapan sistem ini membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi pejabat
daerah (pejabat yang tidak benar) untuk melalukan praktek KKN.
 Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah dari Segi Sosial Budaya
a. Dampak Positif : Dengan diadakannya desentralisasi akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu daerah.
Karena dengan diterapkannya desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk
mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat
dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya bisa di jadikan symbol daerah tersebut.
b. Dampak Negatif : Dapat menimbulkan kompetisi yang tidak sehat antar daerah karena setiap daerah ingin
menonjolkan kebudayaan masing-masing dan merasa bahwa kebudayaannya paling baik.
 Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah dari Segi Keamanan Politik
a. Dampak Positif: Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan
Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijakna ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin
memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang
menyangkut NKRI).
b. Dampak Negatif : Disatu sisi otonomi daerah berpotensi menyulut konflik antar daerah satu dengan yang lain.
 Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah Secara Umum
Dampak Positif:
1. Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing-masing.
2. Pembangunan untuk daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih cepat berkembang.
3. Daerah punya kewenangan untuk mengatur dan memberikan kebijakan tertentu.
4. Adanya desentralisasi kekuasaan.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 24
5. Daerah yang lebih tau apa yang lebih dibutuhkan di daerah itu, maka diharapkan dengan otonomi daerah
menjadi lebih maju.
6. Pemerintah daerah akan lebih mudah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, jika SDA yang dimiliki
daerah telah dikelola secara optimal maka PAD dan pendapatan masyarakat akan meningkat.
7. Dengan diterapkannya sistem otonomi dareah, biaya birokrasi menjadi lebih efisien.
8. Pemerintah daerah akan lebih mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut.
(Kearifan lokal yg terkandung dalam budaya dan adat istiadat daerah).
Dampak Negatif :
1. Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.
2. Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa yang punya otonomi adalah daerah
Kabupaten/Kota.
3. Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di berikan pemerintah pusat kadang-kadang
bukan pada tempatnya.
4. Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pimpinan sering lupa tanggung jawabnya.
E. Hak dan kewajiban daerah otonom Hak daerah otonom termuat dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 21
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan
h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
F. Kewajiban daerah otonom termuat dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 22.
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. melestarikan lingkungan hidup;
k. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
l. mengelola administrasi kependudukan;
m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan
o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

12. DINAMIKA PENGELOLAAN KEKUASAAN NEGARA


1. Hubungannya Antara Pemerintah Pusat Dengan Daerah
Hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah selalu menjadi sebuah hal yang manjadi
sorotan public. Sejak berdirinya Republik Indonesia dan dibentuknya pemerintahan di pusat dan daerah, keduanya
tak selalu berhubungan baik dan harmonis. Hal itu terlihat masih banyaknya perselisihan yang terjadi dalam sebuah
kehidupan masyarakat.
Padahal pada dasarnya untuk mencapai sebuah tujuan negara seperti yang telah tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yaitu untuk kemakmuran rakyat, untuk mewujudkan semua itu hendaknya ada hubungan baik diantara
pemerintah baik di pusat maupun di daerah.
Saat membicarakan hubungan keduanya pada dasarnya terdapat dua cara yaitu “sentarlisasi”, dimana segala
urusan,tugas, fungsi dan wewenang penyelenggaraan pemerintah berada dalam pemerintah pusat dan
pelaksanaanya secara dekonsentralisasi. Cara yang lain adalah dengan “desentralisasi”, artinya bahwa pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Namun, di era reformasi sekarang ini hubungan keduanya telah mengalami perbaikan yitu dengan adanya UU
Otonomi Daerah, sehingga keduanya dapat berjalan dengan berjalan secara harmonis. Alasan dibuatnya undang-
undang tersebut agar dapat meningkatkan pelayanan public sehingga segala pemerataan dan rasa keadilan dapat
terwujudkan masyarakat yang demokratis.
2. Model-model Hubungan pemerintah pusat dan daerah
Menurut Dennis Kavanagh:
a. Agency Model: pemerintah daerah dianggap sebagai pelaksana belaka.
b. Partnership Model: pemerintah daerah diberi kebebasan dalam melakukan local choice.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 25
3. Sistem hubungan pemerintah pusat dan daerah menurut Nimrod Raphaeli:
a. Comprehensive Local Government System: pemerintah pusat banyak sekali menyerahkan kewenangannya kepada
pemerintah daerah. Pemerintah daerah mempunyai kekuasaan yang besar.
b. Partnership System: bebrapa urusan yang cukup memadai diserahkan oleh pusat kepada daerah akan tetapi
wewenag yang lain tetap pada pemerintah pusat.
c. Dual System: imbangan kekuasaan pusat dan daerah.
d. Integrated Administrative System: pusat mengatur secara langsung daerah bersangkutan mengenai segala
pelayanan teknis melalui koordinatornya yang berada di suatu wilayah.
4. Lingkup hubungan pemerintah pusat dan daerah antara lain:
a. Hubungan kewenangan
b. Kelembagaan
c. Keuangan
d. Pelayanan publik
e. Pembangunan dan pengawasan
13. SISTEM KETATANEGARAAN
Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan UUD 1945
1. Kedudukan Pancasila dalam sistem Ketatanegaraan RI
Dapat kita ketahui bahwa pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini Indonesia
mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai system ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut
Secara umum dapat kita katakan bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 ialah
komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasannya, berubah
menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD 1945, yang semula ada dan kedudukannya
mengandung kontroversi karena tidak turut disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang
dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal
amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945 setelah empat kali amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana
kedaulatan rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara. Sebelum amandemen, kedaulatan yang
berada di tangan rakyat, dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas
anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar dan
luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan memberhentikan Presiden, menetapkan Garis-garis Besar Haluan
Negara, serta mengubah Undang-Undang Dasar.
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi
yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek
penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
a. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada presiden.
b. Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi masyarakat.
c. Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses
tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
d. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru yang berkembang adalah sistem
monopoli dan oligopoli.
Walaupun sudah banyak lembaga yang terdapat didalamnya namun kenyataannya aplikasi belum bisa
dijalankan. Sistem ketatanegaraan bangsa Indonesia sudah memadai namun aplikasinya masih belum sesuai dengan
yang diharapkan. Aplikasi yang menjalankannya belum seperti yang diharapkan.

2. Sistem Pemerintahan di Indonesia


Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 sebelum Diamandemen.
Sistem pemerintahan ini tertuang dalam penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan. Yaitu :
 Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)
 Sistem Konstitusional.
 Kekuasaan tertinggi di tangan MPR
 Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah MPR.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
 Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab terhadap DPR.
 Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok tersebut, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem
pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden
Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan presidensial ini adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga
kepresidenan.
Pada saat sistem pemerintahan ini, kekuasaan presiden berdasar UUD 1945 adalah sebagai berikut :
 Pemegang kekuasaan legislative.
 Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan.
 Pemegang kekuasaan sebagai kepala Negara.
 Panglima tertinggi dalam kemiliteran.
 Berhak mengangkat & melantik para anggota MPR dari utusan daerah atau golongan.

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 26
 Berhak mengangkat para menteri dan pejabat Negara.
 Berhak menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara lain.
 Berhak mengangkat duta dan menerima duta dari Negara lain.
 Berhak memberi gelaran, tanda jasa, dan lain – lain tanda kehormatan.
 Berhak memberi grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitasi.
Dampak negatif yang terjadi dari sistem pemerintahan yang bersifat presidensial ini adalah sebagai berikut :
 Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu lembaga, yaitu presiden.
 Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin lemah.
 Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung kelangsungan kekuasaan
presiden.
 Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang – orang yang dekat presiden.
 Menciptakan perilaku KKN.
 Terjadi personifikasi bahwa presiden dianggap Negara.
 Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk pada presiden.
Dampak positif yang terjadi dari sistem pemerintahan yang bersifat presidensial ini adalah sebagai berikut :
 Presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan.
 Presiden mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid.
 Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti.
 Konflik dan pertentangan antar pejabat Negara dapat dihindari.
Indonesia memasuki era reformasi. Dimana bangsa Indonesia ingin dan bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Oleh karena itu perlu disusun pemerintahan berdasarkan konstitusi (konstitusional).
Yang bercirikan sebagai berikut :
 Adanya pembatasan kekuasaan ekskutif.
 Jaminan atas hak – hak asasi manusia dan warga Negara.

3. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 setelah Diamandemen.


Pokok – pokok sistem pemerintahan ini adalah sebagai berikut :
Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah Negara terbagi menjadi beberapa provinsi.
 Bentuk pemerintahan adalah Republik.
 Sistem pemerintahan adalah presidensial.
 Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
 Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
 Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya.
Sistem pemerintahan ini pada dasarnya masih menganut sitem presidensial. Hal ini terbukti dengan presiden
sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan langsung DPR dan tidak
bertanggung jawab terhadap parlemen.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut :
 Presiden sewaktu – waktu dapat diberhentikan MPR atas usul dan pertimbangan dari DPR.
 Presiden dalam mengangkat pejabat Negara perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.
 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.
 Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang – undang dan hak budget (anggaran).
Dengan demikian, ada perubahan – perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu
diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya
pemilihan presiden secara langsung, sistem bicameral, mekanisme check and balance, dan pemberian kekuasaan
yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

------------------------------------------------------------------ SELAMAT BELAJAR ------------------------------------------------------


---------Kamu belajar bukan karena harus. Melainkan karena itulah dirimu yang haus akan pengetahuan--------

Materi kisi-kisi PPKN Kurikulum 2013. MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2017 page 27

Anda mungkin juga menyukai