Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada
dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat
dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia,
pada dasarnya kedudukan warganegara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan.
Indonesia sebagai negara demokrasi, persamaan kedudukan warga negara amat
penting. Karena hal itu merupakan prasyarat atau fondasi bagi berlangsungnya demokrasi.
Tanpa adanya persamaan kedudukan warga negara, maka mustahil ada demokrasi. Itulah
sebabnya di negara-negara demokrasi, hal persamaan kedudukan warga negara diatur
secara eksplisit dalam konstitusi. UUD 1945 pun mengatur secara eksplisit mengenai hal
ini.
Dalam bahasa ilmu politik, persamaan kedudukan warga negara biasa disebut dengan
istilah ‘persamaan politik’ (poticial equality). Persamaan politik dapat didefinisikan
sebagai keadaan di mana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama
sebagaimana yang lainnya untuk berpatisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik
negara (Ranney, 1982:280).
Demikianlah, penekanan prinsip persamaan politik adalah persamaan kesempatan
untuk berpatisipasi, bukan persamaan partisipasi nyata warga masyarakat. Sebab,
pertisipasi nyata warga masyarakat yang satu dengan yang lain tentu saja berbeda,
tergantung pada kemampuan dan kemauan untuk berpatisipasi masing-masing pihak.
Namun, berbagai perbedaan tersebut tidak boleh menjadi alasan adanya perbedaan dalam
hal kesempatan untuk ikut-serta dalam proses pembuatan keputusan politik, harus
mempunyai kedudukan sama; dalam arti, mereka harus diberi kesempatan yang sama
untuk ikut-serta/berpatisipasi menentukan jalannya kehidupan negara. Itulah prinsip
mendasar demokrasi.
Dalam hal ini, baik kiranya kita catat dua makna prinsip persamaan menurut Harold
J. Laski. Menurutnya, prinsip persamaan kedudukan warga negara memiliki dua dimensi,
yaitu:
· Tidak adanya keistimewaan khusus; dan
· Kesempatan yang sama diberikan kepada setiap orang.

Sebagai warga negara Indonesia kita memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
warga negara Indonesia dijamin oleh UUD 1945. Jaminan yang diberikan oleh UUD 1945
menjadi landasan bagi kita untuk menjalankan hak dan kewajiban . Hak dan kewajiban
merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam praktiknya harus
dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak
untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi individu
dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan
hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak
berjalan seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan yang
akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.

2.1 Rumusan masalah

1. Apa peraturan perundang-undang yang mengatur kedudukan warga Negara?


2. Bagaimana hakikat persamaan kedudukan warga negara?
3. Apa landasan Hukum Persamaan Kedudukan Warga Negara?
4. Dalam hal apa sajakah persamaan kedudukan warga negara?
5. Mengapa perlunya Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara?

3.1 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu, untuk mengetahui dan memahami
keududukan warga Negara dalam Negara kesatuan republic Indonesia dalam hak dan
kewajiban.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Peraturan perundang- undang yang mengatur kedudukan warga Negara

1) UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam
pasal 26 yaitu :

1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-
orang
bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.

2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di
Indonesai.
3) Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
4) UU No. 3 tahun 1946. Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan
penduduk negara adalah peraturan derivasidibawah dibawah UU 1945 yang
digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI denganwarga negaranya dan
kedudukan penduduk negara RI.
2) UU No. 62 tahun 1958

UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga


negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI
merupakan produk hokum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang
sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum yang
mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih 48 tahun
berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi.
Pernasalahankewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu
ditampung oleh undang-undang ini.
3) UU No.12 tahun 2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang lebih
revolusioner
dan aspiratif, seperti :

1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia


2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia
5. Ketentuan pidana

2. Hakikat Persamaan Kedudukan Warga Negara


Sebagai manusia dan warga negara kita memiliki hak asasi. Hak asasi tersebut tidak dapat
dicabut atau dihilangkan oleh siapa pun. Hak ini tidak dapat dipisahkan dari manusia
karena hak tersebut telah melekat dan ada pada diri manusia karena ia adalah manusia.
Secara garis besar, hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak persamaan, dan hak
kemerdekaan. Hak-hak tersebut selanjutnya berkembangsesuai dengan teingkat kemajuan
dan kebudayaan Indonesia. Manusia mempunyai kedudukan sebagai subjek mertabat,
derajat, hak, dan kewajiban.
bahwa hakikat persamaan kedudukan warga negara sebagai berikut.

a. Persamaan sebagai subjek dalam negara.


b. Persamaan sebagai manusia yang memiliki harkat, martabat, derajat, hak, dan
kewajiban yang sama.
c. Persamaan sebagai manusia yang memiliki harga diri.

3. Landasan Hukum Persamaan Kedudukan Warga Negara


a. Landasan ideal. Landasan ideal persamaan kedudukan warga negara adalah Pancasila
sebagai dasar negara yang terdiri atas lima sila.
b. Landasan konstitusional adalah UUD yang menjamin persamaan kedudukan dan
batang tubuh atau pasal-pasal UUD 1945, yaitu pasal 27-34
c. Landasan operasional, meliputi :
1) UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
2) UU No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;
3) UU No 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia; dan
4) UU No 27 Tahun 2009 tentang Pemilu Anggota MPR,DPR,DPD, dan DPRD.
5) UU No 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No 2 tahun 2008 tentang
Partai Politik.
3. Alasan Perlunya Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara
Menurut Franz Magnis-Suseno (1982:115), gagasan tentang prinsip persamaan
kedudukan warga negara muncul sebagai respons atas bentuk masyarakat feodal dalam sejarah
kenegaraan Eropa abad ke-16.
Pendek kata, prinsip ketidaksamaan kedudukan warga negara dalam masyarakat feodal
Eropa ketika itu menjadikan kekuasaan antarwarga masyarakat tampil secara kasar, sepenuhnya
tidak manusiawi. Si kuat senantiasa menjadi serigala bagi si lemah (homo homini lupus).
Karena itulah, muncul upaya untuk membuat agar kekuasaan tidak berpihak kepada si
kuat. Melainkan, kekuasaan dibuat sedemikian rupa agar menjadi lebih manusiawi, dalam arti
mampu memberikan keadilan. Hal itu dilakukan dengan cara: menciptakan hukum berdasarkan
prinsip persamaan, sehingga perbedaan antara si kuat dan si lemah tidak operatif, terutama dalam
urusan-urusan yang paling penting.
Itulah inti dari prinsip persamaan. Melalui prinsip tersebut, hukum dibuat untuk
menjamin suatu kedudukan dasar yang sama bagi semua anggota masyarakat dalam
merealisasikan harapan hidup mereka.
Secara lebih rinci, Robert A Dahl (2001) mengemukakan dua alasan utama mengapa
prinsip persamaan kedudukan warga negara itu penting. Kedua alasan itu adalah sebagai berikut:
a. Secara intrinsil semua manusia memang diciptakan sama, yaitu bahwa mereka dikaruniai oleh
Sang Pencipta dengan hak-hak asasi.
b. Setiap orang dewasa yang tuduk pasa hukum suatu negara seharusnya dianggap cukup
memenuhi syarat untuk dapat terlibat (berpatisipasi) dalam proses demokratis pemerintahan
negara itu.
Lebih lanjut menurut Dahl, alasan intrinsik bahwa semua manusia diciptakan sama dan
dikaruniai oleh Sang Pencipta dengan hak-hak asasi bukanlah gagasan yang mengada-ada.
Pandangan itu memiliki dasar argumentasi kuat. Dasar argumentasi tersebut bertolak dari
kenyataan-kenyataan berikut:
· Prinsip persamaan intrinsik itu sesuai dengan kepercayaan etika yang paling fundamental yang
diterima oleh banyak orang di seluruh dunia. Ajaran agama-agama besar di dunia menerima
prinsip tersebut (alasan etika);
· Kebalikan dari prinsip persamaan intrinsik, pernyataan bahwa saya atau kelompok saya lebih
unggul daripada orang lain atau kelompok lain tidak memadai apabila digunakan sebagai dasar
untuk memerintah negara;
· Prinsip persamaan intrinsik memungkinkan orang bertindak bijaksana dalam melaksanakan
pemerintahan. Sebaliknya, prinsip bahwa saya atau kelompok saya lebih unggul dariapada orang
lain atau kelompok lain tidak mungkin membuat orang bertindak bijaksana dalam memerintah
(alasan kebijaksanaan);
· Prinsip persamaan intrinsik lebih mungin diterima oleh orang banyak. Sebaliknya, prinsip
bahwa saya atau kelompok saya lebih unggul daripada orang lain atau kelompok lain pasti akan
ditolak banyak orang (alasan penerimaan/akseptabilitas).
Berikutnya, alasan bahwa setiap orang dewasa yang tunduk pada hukum suatu negara
seharusnya dianggap cukup memenuhi syarat untuk dapat terlibat (berpatisipasi) dalam proses
demokratis pemerintahan negara. Menurut Dahl, alasan tersebut layak diterima setidaknya
karena dua pertimbangan:
1) Klaim ekslusif bahwa hanya kelompok tertentu (orang-orang ahli) saja yang benar-benar dapat
menjalankan pemerintahan dengan baik tidak pernah terbukti dalam sejarah. Sejarah
menunjukkan, orang-orang ahli ketika memerintah tanpa kontrol secara memadai akhirnya jatuh
lalim juga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa di antara orang dewasa tidak ada orang-orang
yang pasti lebih memenuhi syarat daripada yang lainnya untuk dapat memerintah sehingga
mereka begitu saja diberikan otoritas secara lengkap dan menentukan pemerintahan suaau negara
(alasan kemampuan warga negara untuk memerintah).
2) Jika suara/pendapat seseorang dianggap sebagai pendapat yang tidak setara dengan yang
lainnya, kepentingan orang tersebut pastilah tidak akan memperoleh perhatian setara dengan
pendapat lainnya. Karena itu, harus ada prinsip persamaan, dimana dengan prinsip itu pendapat
setiap orang harus dianggap setara (alasan pencakupan/inklusi).
Demikianlah, ada alasan-alasan kuat untuk menerima berlakunya prinsip persamaan
kedudukan warga negara. Dilihat dari berbagai segi (etika dan agama, sejarah, hukum, dan
jalannya pemerintahan), prinsip persamaan kedudukan warga negara jauh lebih memadai
ketimbang prinsip ketidaksamaan kedudukan warga negara.
Pendek kata, berdasarkan alasan filosofis, historis, dan praktis, prinsip persamaan warga
negara jauh lebih menjamin terciptanya keadaan sosial daripada prinsip ketidaksamaan warga
negara. Prinsip tersebut merupakan satu-satunya pilihan yang paling masuk akal untuk
mewujudkan kebaikan bersama.
B. Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara di Berbagai Bidang

Di Indonesia, prinsip persamaan kedudukan warga negara secara eksplisit dinyatakan


dalam Konstitusi Republik Indonesia, yakni pasal 27 ayat (1) UUD 1945 pasal 28 ayat 2.
Dalam pasal 27 ayat 1 dikatakan, ”Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan waijb menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”. Sedangkan dalam pasal 28 I ayat 2 dinyatakan, “Setiap orang berhak
bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.
Bersamaan kedudukan di dalam hukum berarti bahwa secara hukum semua warga negara
memiliki hak dan kewajiban yang sama selaku warga negara. Sedangkan bersamaan kedudukan
di dalam pemerintahan berarti bahwa dalam urusan pemerintahan semua warga negara memiliki
kedudukan yang sama sehingga memliki hak dan kewajiban yang sama.
UUD 1945 menjamin persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari jaminan yang diberikan oleh UUD 1945 kita
dapat memahami berbagai aspek persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara garis besar persamaan kedudukan
warga negara dibagi dalam beberapa bidang seperti berikut.
a. Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia dalam Bidang Ekonomi
Persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang ekonomi ditegaskan dalam
UUD 1945 pasal 27 ayat (2) dan pasal 33. Pasal 27 ayat (2) berbunyi, “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Dari bunyi pasal di atas
kita mengetahui bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak.
Setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan dalam lapangan pekerjaan untuk
memperbaiki taraf hidupnya. Secara umum, persamaan kedudukan warga negara di bidang
ekonomi mengandung makna sebagai berikut.
1) Setiap individu memiliki hak yang sama untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang,
bertani, berkebun, dan lain-lain.
2) Persamaan kedudukan di bidang ekonomi untuk menciptakan sistem ekonomi kerakyatan yang
berkeadila, efisien, produktif, berdaya saing, serta mengembangkan kehidupan yang layak bagi
anggota masyarakat.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan dalam lapangan kerja atau perbaikan taraf
hidup ekonomi dan menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan
dan darmabaktinya yang diberikan kepadanya masyarakat, bangsa, dan negara.
Persamaan kedudukan warga negara di bidang ekonomi hendaknya menjadikan bersemangat
untuk bekerja. Bekerja dilakukan untuk memperbaiki taraf hidup sehingga kebutuhan hidup bisa
tercukupi. Dengan demikian, kesempatan atau persamaan kedudukan di bidang lain, seperti di
bidang kesempatan memperoleh pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia dalam Bidang Hukum dan Politik
Dalam bidang hukum dan politik, tidak boleh ada pengistimewaan demikian pula
diskriminasi terhadap warga negara, baik selaku individu maupun kelompok (apa pun ras,
agama, jender, golongan, budaya, dan sukunya) dalam berbagai urusan hukum dan politik. Di
sisi lain, semua warga negara harus memperoleh perlindungan hukum yang sama dan
kesempatan yang sama untuk menjalankan berbagai aktivitas politik.
Hal itu, misalnya, tercermin dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 (setiap orang berhak atas
perlakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum); pasal 28 G (setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat).
Contoh perwujudan prinsip persamaan dalam bidang hukum adalah adanya ketentuan
yang sama bagi semua warga negara mengenai berbagai proses hukum: misalnya ketentuan
mengenai proses keadilan, proses perizinan, pengurusan perjanjian, dan sebagainya. Sedangkan
contoh perwujudan prinsip persamaan dalam bidang politik adalah adanya ketentuan yang sama
bagi semua warga negara mengenai pemilihan umum, pemilihan kepala daerag, dan sebagainya.
4.Persamaan dalam hak asasi manusia

Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara
memberikandan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM.
Mekanismepelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28
J.

c. Persamaan Kedudukan Warga Negara di Bidang Pertahanan dan Keamanan


Dalam bidang pertahanan dan keamanan warga negara memiliki kedudukan yang sama.
Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Persamaan kedudukan
warga negara Indonesia dalam bidang pertahanan dan keamanan ditegaskan dalam UUD 1945
pasal 27 ayat (3) yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.”
Berdasarkan bunyi pasal 27 ayat (3) tersebut kita ketahui bahwa setiap warga negara
tanpa pandang bulu berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dengan
demikian, upaya pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara tanpa
membedakan asal usul, bahasa, suku bangsa, dan agama. Selain itu, persamaan kedudukan warga
negara Indonesia dapat ditemukan pada pasal 30 ayat (1) yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikutserta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
UUD 1945 pasal (1) diatas menjelaskan persamaan kedudukan warga negara di bidang
pertahanan dan keamanan. Pasal tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Tidak ada diskriminasi dalam hak
dan kewajiban ikut serta dalam pertahanan dan keamanan. Hak dan kewajiban ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh warga negara tanpa
membedakan status sosial, agama, suku bangsa dan lainnya.
d. Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia dalam Bidang Sosial dan Kebudayaan
UUD 1945 telah menegaskan tentang persamaan kedudukan warga negara Indonesia
dalam bidang sosial dan kebudayaan. Penegasan tersebut dapat kita temukan dalam pasal 31 ayat
(1) dan pasal 32 ayat (1). Pasal 31 ayat (1) berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.” Dari pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa memperoleh pendidikan merupakan
hak bagi setiap warga negara Indonesia tanpa melihat perbedaan yang ada.
Pasal 32 ayat (1) berbunyi, “Negara memajukan kebudayaan nasional di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai Indonesia tanpa melihat perbedaan yang ada.
Selain dalam kedua pasal di atas, persamaan kedudukan warga negara dalam bidang
sosial dan kebudayaan juga tercermin dalam pasal 34 ayat (1) dan ayat (2). Pasal 34 ayat (1)
memberijaminan bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar. Dalam pasal tersebut dijelaskan
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Pasal 34 ayat (2) menjelaskan
adanya tanggung jawab negara untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Dari kedua pasal yang telah disebutkan kita dapat mengetahui
kedudukan yang sama untuk memperoleh perhatian dari negara dalam hal kesejahteraan
sosialnya.
C. Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara

Upaya mewujudkan persamaan kedudukan warga negara bukanlah upaya sekali selesai.
Meskipun konstitusi dan berbagai peraturan perundang-undangan telah mengatur hal itu, prinsip
tersebut belum terwujud secara optimal. Dalam kehidupan sehari-hari masih bisa ditemui
tindakan-tindakan diskriminatif.
Diskriminasi merujuk pada tindakan yang tidak adil terhadap individu, akibat adanya
karasterisik tertentu pada individu tersebut. Karateristik itu bisa berupa agama, jender, golongan,
budaya, suku, pendidikan, status sosial ekonomi, maupun kondisi fisik seseorang. Tindakan
diskriminasi bisa berbentuk diskriminasi langsung maupun diskriminasi tidak langsung.
Diskriminasi langsung terjadi apabila ada aturan hukum atau kebijakan yang ada jelas-jelas
menghambat peluang seseorang atas dasar karateristik tertentu. Sedangkan diskriminasi tidak
langsung terjadi apabila ada penyimpangan peraturan yang dilakukan untuk menghambat
peluang seseorang atas dasar karaterisktik tertentu.
Terkait dengan hal itu, kita bisa mencatat sejumlag peluang dan hambatan untuk
mewujudkan prinsip persamaan kedudukan warga negara di Indonesia. Adapun peluang itu
antara lain:
1. Kini konstitusi kita, yaitu UUD 1945 hasil amandemen, dan berbagai perundang-undangan yang
ada makin memberikan dasar yang kuat bagi upaya pemajuan prinsip persamaan kedudukan
warga negara di berbagai bidang kehidupan;
2. Kini demokrasi semakin diterima, diyakini, dan diperjuangkan oleh makin banyak warga
masyarakat sebagai pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia;
3. Iklim kehidupan pers bebas dan bertanggung jawab yang sedang dikembangkan bangsa
Indonesia sekarang ini merupakan sarana efektif untuk makin memasyarakatkan gagasan tentang
pentingnya prinsip persamaan kedudukan warga negara;
4. Keterbukaan politik yang ada sekarang ini merupakan media pembelajaran konkret yang sangat
baik bagi seluruh warga negara untuk belajar mengenai pentingnya prinsip persamaan
kedudukan warga negara;
5. Makin menguatnya aktor penting dalam pemajuan prinsip persamaan kedudukan warga negara,
yaitu berbagai elemen civil society (masyarakat madani) yang gigih memperjuangkan gagasan
multikulturalisme.
Di sisi lain, kita juga melihat adanya berbagai hambatan dalam upaya menegakkan dan
memajukan prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai bidang kehidupan.
Hambatan itu antara lain adalah:
· Masih adanya individu maupun kelompok masyarakat yang merasa diri lebih tinggi
kedudukannya daripada kelompok masyarakat lainnya, sehingga mereka cenderung menuntut
perlakuan istimewa di berbagai bidang kehidupan;
· Masih kuatnya budaya politik patron-klien, dimana elite politik yang menjadi patron akan
cenderung memberikan perlakuan istimewa kepada klien mereka;
· Masih kuatnya kecenderungan KKN di berbagai tingkatan pemerintah, sehingga mendorong
orang untuk bertindak diskriminatif, terutama kepada mereka yang lemah secara sosial-ekonomi-
politik;
· Berbagai kelemahan sistem hukum di Indonesia, seperti mafia peradilan misalnya, cenderung
mendorong orang untuk bertindak diskriminatif;
· Masih adanya pandangan-pandangan dan gerakan-gerakan ekstrem, radikal, dan intoleran
dalam masyarakat kadang memicu munculnya sikap-sikap dan tindakan-tindakan diskriminatif
dalam masyarakat;
· Masih adanya sikap diskriminatif sejumlah oknum penegak hukum, sehingga memicu
munculnta sikap diskriminatif masyarakat terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Peluang dan hambatan tersebut menyadarkan kita, bahwa mewujudkan prinsip persamaan
kedudukan warga negara merupakan upaya sepanjang hayat. Upaya itu akan terus ada dan
memang harus terus ada. Dalam hal ini berlaku prinsip, bahwa selalu masih ada hal yang bisa
diperbaiki agar semakin menjadi lebih baik lagi. Untuk tiu, ada sejumlah upaya yang bisa
dilakukan guna makin memasyarakatnya prinsip persamaan warga negara.Hal-hal yang perlu
dipahami dalam upaya mengembangkan sikap menghargai persamaan kedudukan warga negara
sebagai berikut.
1. Kemajemukan Bangsa Indonesia
a. Ras
Ras merupakan golongan bangsa berdasar ciri-ciri fisik tertentu atau tubuh yang khas dan
tertentu. Kekhususan tersebut terdapat pada bebepara anggota tubuh seperti warna kulit, bentuk
hidung, bentuk mata, dan warna rambut. Perbedaan ras hendaknya tidak menyebabkan kita
bersikap diskriminatif. Perbedaan ras merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Di
balik perbedaan ras tersebut terdapat banyak hikmah. Oleh karena itu, tidak seharusnya kita
menjadikan perbedaan ras sebagai alat utnuk bersikap diskriminatif terhadap orang lain.
b. Gender
Gender merupakan jenis kelamin. Tuhan menciptakan manusia dengan salah satu
perbedaan, yaitu jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin menyebabkan perbedaan hak dan
kewajiban. Perbedaan gender hendaknya menjadikan kita belajar menghargai dan menghormati
perbedaan tersebut. Perbedaan gender menyebabkan hidup terasa lengkap dan lebih berwarna.
Perbedaan gender menyebabkan kita bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing.
c. Golongan
Di negara Indonesia yang sangat luas wilayahnya ini terdapat banyak golongan.
Golongan-golongan tersebut ada yang berbasis agama, partai politik, profesi, dan organisasi. Jika
setiap golongan beranggapan bahwa golongannya yang paling benar dan baik, perselisihan akan
muncul. Bagaimana kita bersikap terhadap perbedaan golongan?
Menghargai dan menghormati perbedaan tiap golongan yang ada merupakan sikap tepat
dalam menghadapi perbedaan tersebut. Selain itu, tiap golongan hendaknya tidak merasa
golongannya yang paling baik dan benar dengan menganggap remeh atau memandang rendah
golongan yang lain.

d. Agama
Ada enam agama yang paling banyak penganutnya di negara Indonesia, yaitu Islam,
Kristen (protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Tiap-tiap agama memiliki pemeluk
masing-masing. Perbedaan antara satu agama dengan agama lain dalam hal tata cara beribadag
maupun hal-hal lain pasti ada. Bagaimana sikap kita bersikap terhadap perbedaan agama?
Dalam keseharian kita sering berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Sikap
menghormati, menghargai dan toleransi agama yang dianut merupakan sikap yang tepat untuk
menghadapi perbedaan agama dan keyakinan.
e. Budaya dan Suku
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki
kebudayaan dan adat istiadat tersebut berbeda-beda antara satu suku bangsa dengan suku bangsa
yang lain. Selain itu bahasa yang digunakan pun beraneka ragam. Meskipun demikian, kita
memiliki bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia.
Perbedaan budaya dan suku bangsa menyebabkan keragaman dan kita bisa saling
mengenal satu sama lain. Perbedaan budaya dan suku bangsa menyebabkan kita bisa memahami
baudaya dan adat istiadat suku bangsa lainnya. Oleh karena itu, perbedaan budaya dan suku
bangsa hendaknya tidak meyebabkan kita bersikap diskriminatif. Keragaman budaya dan suku
bangsa hendaknya semakin mempererat persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa Indonesia.
2. Peran Pemerintah dalam Menghargai Kedudukan Warga Negara Indonesia
Meskipun berbeda-beda, warga negara Indonesia memiliki persamaan kedudukan di
berbagai bidang. Menyikapi perbedaan dan keberagaman bangsa Indonesia harus dikembangkan
sikap saling menghormati dan menghargai tanpa membedakan suku bangsa, agama, ras dan
sebagainya. Perbedaan bukan sebagai jurang pemisah, melainkan sebagai alat pemersatu bangsa
Indonesia. Perbedaan yang ada pada warga negara dapat melengkapi kekurangan warga negara
yang lain. Dengan semikian, perbedaan menyebabkan segala sesuatu menjadi lengkap.
Pemerintah Indonesia memiliki peran strategis dalam mendukung dan menghargai upaya
persamaan kedudukan warga negara Indonesia. Secara umum, peran pemerintah dalam upaya
untuk menghargai persamaan kedudukan warga negara dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a. Setiap kebijakan pemerintah hendaknya bertumpu pada persamaan dan menghargai pluralitas
b. Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat
c. Produk hukum dan Perpu harus menjamin persamaan kedudukan warga negara
d. Partisipasi masyarakat dalam politik harus memperhatikan kesetaraan sara dan gender
Demikianlah di antara peran penting yang dapat dilakukan pemerintah dalam mendukung
upaya meghormati persamaan kedudukan warga negara Indonesia.
3. Contoh Sikap Warga Negara dalam Menghormati Persamaan Kedudukan Antarwarga Negara
Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya jika kita mendukung upaya
menghormati persamaan kedudukan warga negara. Prinsip-prinsip dalam upaya menghormati
persamaan kedudukan warga negara sebagai berikut.
a. Menghormati dan menghargai agama yang dianut orang lain dan tidak memaksakan suatu
agama dan kepercayaan kepada orang lain.
b. Menghormati tata cara veribadah pemeluk agama lain.
c. Mengakui dan memberlakukan manusia sesuai dengan harkat dan mertabatnya sebagai makhluk
Tuhan YME.
d. Mengembangkan sikap welas asih terhadap sesama manusia.
e. Menjaga keseimbangan anatara hak dan kewajiban.

Demikianlah beberapa prinsip yang dapat kita tanamkan dalam diri untuk mendukung
upaya menghormati persamaan kedudukan warga negara. Upaya yang Anda lakukan tidak akan
sia-sia dan pasti mendatangkan manfaat. Prinsip-prinsip tersebut dapat kita wujudkan dalam
beberapa sikap sebagai berikut.
a. Saling membantu dalam bidang kemanusiaan atau sosial
b. Memberi kesempatan kepada pemeluk agama lain untuk melaksanakan ibadah
c. Menciptakan suasana damai dan tentram dalam kehidupan
d. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan
e. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Apabila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan sungguh-sunggu niscaya kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia akan makin sesuai dengan prinsip
persamaan kedudukan warga negara.
Kedudukan warga negara Indonesia

dalam NKRI ( Hak dan Kewajiban)

Disusun oleh:

Diah Larasati (1111160131)


Restie emillia ( 1111160014 )
Elvira ridapasha (1111160200)
afrida (11111)
yeremia salmoon (1111160158 )
M. Ramantyo. N (1111160056 )
Bambang Ersada ( 1111150428 )

Semester 2-B
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS HUKUM
2017

Daftar pustaka
http://belajarsemangatz.blogspot.co.id/2012/05/persamaan-kedudukan-warga-negara.html
dikunjungi pada tanggal 17 maret 2017 pukul 17.00 wib.

Anda mungkin juga menyukai