5.1. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah warga kampung, warga desa, warga kota, warga masyarakat dan seterusnya. Warga mengandung arti anggota dari suatu organisasi perkumpulan. Dengan demikian, warga negara dapat diartikan sebagai anggota dari suatu negara. Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh sebab itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh Undang-undang yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum negara menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, terlebih dahulu negara harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara, dan meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana dinyatakan oleh pasal 28E ayat (1) UUD 1945. 5.2. ASAS KEWARGANEGARAAN Asas kewarganegaraan diperlukan untuk mengatur status kewarganegaraan seseorang. Sebagai seorang warga negara maka ia berhak mendapatkan perlindungan hukum dari negara, serta menerima hak dan kewajibannya. Ketentuan tentang status kewarganegaraan penting diatur dalam peraturan perundangan dari negara. Peraturan perundangan inilah yang kemudian dijadikan asas untuk penentuan status kewarganegaraan seseorang. Setiap negara bebas menetapkan asas kewarganegaraan, karena setiap negara memiliki budaya, sejarah, dan tradisi yang berbeda satu sama lain. Dalam asas kewarganegaraan dalam UU Nomor 12 Tahun 2006, dikenal dua pedoman, yaitu: (1) Asas kewarganegaraan umum, dan a. Asas kelahiran b. Asas keturunan c. Asas kewarganegaraan tunggal d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas (2) Asas kewarganegaraan khusus a. Asas kepentingan nasional b. Asas perlindungan maksimum c. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan d. Asas kebenaran substansif e. Asas non-diskriminatif f. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap HAM g. Asas keterbukaan h. Asas publisitas
Seseorang tidak boleh memegang status dua kewarganegaraan. Oleh sebab itu, apabila seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan karena kelahiran dan keturunan sekaligus, maka pada saat dewasa harus memilih satu.
5.3. MASALAH STATUS KEWARGANEGARAAN
Masalah status kewarganegaraan seseorang akan muncul apabila asas kewarganegaraan tersebut di atas diterapkan secara tegas dalam sebuah negara, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa kemungkinan berikut: 1. Apatride, adalah seseorang yang tidak memiliki status kewarganegaraan. 2. Bipatrid, adalah seseorang uang memiliki dua kewarganegaraan (kewarganegaraan ganda). 3. Multipatride, seseorang yang memiliki lebih dari dua status kewarganegaraan. Untuk memcahkan masalah diatas, di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (4) bahwa seetiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Oleh sesbab itu, melalui UU N0. 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia dinyatakan bahwa cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah: 1. Karena kelahiran. 2. Karena pengangkatan. 3. Karena dikabulkan permohonan. 4. Karena kewarganegaraan. 5. Karena perkawinan. 6. Dan karena pernyataan.
5.4. SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN INDONESIA
Untuk mengatasi masalah kewarganegaraan, maka Indonesia mengatur tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dalam UU No. 62 Tahun 1958 dan diperbarui dalam UU 12 Tahun 2006 yang melipitu delapan cara: 1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin. 2. Pada waktu mengajukan permohonan kewarganegaraan telah tinggal di negara RI paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut. 3. Sehat jasmani dan rohani. 4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara RI tahun 1945. 5. Tidak pernah dijatuhi pidana. 6. Tidak berkewarganegaraan ganda. 7. Mempunyai pekerjaan dan berpenghasilan tetap. 8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
5.5. HAK WARGA NEGARA INDONESIA
Hak warga negara Indonesia diatur dalam pasal 27 sampai dengan 34 UUD 1945, yaitu: a. Hak persamaan kedudukan di dalam hukum pemerintahan. b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. c. Hak ikut serta dalam upaya pembelaan negara. d. Hak berpendapat, berkumpul, dan berserikat. e. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup serta kehidupannya. f. Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. g. Hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskrimansi. h. Hak mengembangkan diri. i. Hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil. j. Hak kebebasan memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaanya. k. Hak untuk mendapatkan Pendidikan.
5.6. KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA
Kewajiban warga negara Indonesia diatur dalam pasal 27 ayat 1 dan 3 pasal 28J, pasal 30 ayat 1 dan pasal 31 ayat 2 UUD 1945 yaitu: 1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. 2. Wajib membela negara. 3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. 4. Wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. 5. Wajib ikut serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara. 6. Wajib untuk mengikuti Pendidikan dasar. Kewajiban qarga negara ini pada dasarnya adalah hak negara. Oleh karena negara memiliki sifat memaksa dan mencakup semuanya, maka negara memiliki hak untuk menuntut warga negara mentaati dan melaksanakan hukum-hukum yang berlaku. 5.7. KARAKTERISTIK WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB Karakteristik adalah sifat yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia, sehingga muncul suatu identitas yang mudah dikenali sebagai warga negara. Sejumlah sifat dan karakter warga negara indonesia adalah sebagai berikut: 1. Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab. 2. Bersikap kritis. 3. Melakukan diskusi dan dialog. 4. Bersikap terbuka. 5. Rasional. KONSTITUSI DAN RULE OF LAW 6.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI KONSTITUSI Jadi konstitusim menggambarkan hubungan antara kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara. 6.2. HAKIKAT DAN FUNGSI KONSTITUSI Suatu negara tidak akan dapat berjalan dengan baik jika terdapat konstitusi di dalamnya. Konstitusi digunakan sebagai rambu-rambu untuk menetapkan serta melaksanakan politik dan strategi nasional sebuah negara. Pada hakikatnya, konstitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok, yaitu: a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya. b. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental. c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.
6.2.1. Fungsi Konstitusi (UUD)
Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara memiliki arti yang sangat penting. Hal ini berarti konstitusi (UUD) menjadi “tali” pengikat setiap warga negara dan Lembaga negara dalam kehidupan negara. Secara khusus, fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi dan negara demokrasi dan negara komunis adalah: a. Fungsi konstitusi (UUD) dalam Negara Demokrasi Konstitusional 1. Membatasi kekuasaan pemerintah sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. 2. Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan. 3. Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi yang harus ditaati oleh rakyat dan penguasanya, b. Fungsi konstitusi (UUD) dalam Negara Komunis 1. Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai dalam perjuangan kea rah masayarakat komunis. 2. Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah dicapai. 3. Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dan dapat diubah setiap kali ada pencapaian kemajuan dalam masyarakat komunis. 6.3. PENGERTIAN RULE OF LAW Penegakan hukum atau rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukumyang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran negara berdasar hukum (konstitusi) dan demokrasi kehadiran rule of law boleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap negara absolut (kekuasaan di tangan penguasa) yang telah berkembang sebelumnya. Ada tidaknya penegakan hukum, tidak cukup hanya ditentukan oleh adanya hukum saja, akan tetapi lebih dari itu. Penegakkan hukum menjadi bagian penting dalam upaya penegakkan hukum sehingga tercipta rasa keadilan bagi seluruh masyarakat tanpa membeda- bedakan statusnya. 6.4. LATAR BELAKANG RULE OF LAW Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap absolut yang berkembang sebelumnya. 6.5. FUNGSI RULE OF LAW Fungsi dari rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga “keadilan sosial”, sehingga diatur pada UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan Negara. Dengan demikian, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. 6.6. DINAMIKA PELAKSANAAN RULE OF LAW Pelaksanaan the rule of law mengandung keinginan untuk terciptanya negara hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Rule of law ini juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang di dalamnya terkandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat, dan Negara, yang dengan demikian memuat nilai tertentu dan memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of law banyak dihasilkan di Negara kita, namun implementasi penegakkannya belum mencapai hasil yang optima, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan sebagian masyarakat. Hal-hal yang mengemuka untuk di pertanyakan antara lain adalah bagaimana komitmen pemerrintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip rule of law. Proses penegakan hukum di Indonesia dilakukan oleh lembaga penegak hukum yang terdiri: 1. Kepolisian 2. Kejaksaan 3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 4. Badan Peradilan HAK ASASI MANUSIA 7.1. PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA Bedasarkan beberapa rumusan pengertian HAM, diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau Negara. Dengan demikian, hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Berdasarkan beberapa rumusan HAM diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa pokok hakikat HAM yaitu: 1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis. 2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,ras,agama,pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsa. 3. HAM tidak bisa dilanggar. 7.2. TUJUAN HAK ASASI MANUSIA Adalah untuk mempertahankan hak-hak warga Negara dari tindakan sewenang- wenang aparat Negara, dan mendorong tumbuh serta berkembangnya pribadi manusia yang multidimensional. HAM juga meniscayakan perlindungan terhadap dua kejahatan HAM, yaitu: 1. Kejahatan genosida, yaitu perbuatan yang dilakukan untuk menghancurkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok, etnis, dan kelompok Negara. 2. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tersebut ditujukan langsung terhadap penduduk sipil. 7.3. LEMBAGA PENEGAK HUKUM Untuk mengatasi masalah penegakan HAM, maka dalam Bab VII Pasal 75 UU tentang HAM, negara membentuk komisi hak asasi manusia atau KOMNAS HAM, dan Bab IX pasal 104 tentang pengadilan HAM, serta peran masyarakat seperti dikemukakan dalam Bab XIII pasal 100-103. 7.3.1. Komnas HAM Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga Negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penyuluhan, penelitian, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. 7.3.2. Tujuan Komnas HAM 1. Mengembangkan kondisi yang kondusiff bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. 2. Meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. 7.3.3. Pengadilan HAM Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas HAM melakukan pemanggilan saksi, dan pihak kejaksaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM. Menurut Pasal 104 UU HAM, untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan HAM di lingkungan peradilan umum, yaitu pengadilan Negara dan pengadilan tinggi. Proses pengadilan berjalan sesuai fungsi badan peradilan. 7.4. MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN HAM Dari hasil penelitian, tergambar bentuk pendidikan HAM di masa mendatang. Pendidikan diselenggarakan sejak dini sampai perguruan tinggi. Penyampaian materi HAM dilakukan dengan metode diskusi dan permainan, dan tujuan pembelajaran tidak hanya pengetahuan, tetapi mengubah sikap dan meningkatkan keterampilan di bidang HAM. Materi HAM untuk tingkat anak-anak diutamakan tentang hak anak, hak perempuan dan minoritas. Sedangkan untuk mahasiswa dan masyarakat pada umumnya me;iputi konsep HAM, hak sipil dan politik, hak ekonomi, sosial dan budaya, masalah diskriminasi, dan anti penyiksaan. WAWASAN NUSANTARA 8.1. DASAR PEMIKIRAN WAWASAN NASIONAL Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pembahasan latar belakang filosofis sebagai pemikiran dasar pengembangan Wawasan Nasional Indonesia ditinjau dari: 1. Falsafah Pancasila Nilai-nilai Pancasila mendasari pengembangan Wawasan Nasional, antara lain memberi kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing, sebagai wujud nyata perwujudan HAM. 2. Aspek Kewilayahan Nusantara Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan karena mengandung beraneka ragam kekayaan alam (baik didalam maupun di atas permukaan bumi) dan jumlah penduduk yang besar. Dengan demikian, secara kontekstual kondisi geografi Indonesia mengandung keunggulan sekaligus kelemahan/kerawanan. Kondisi ini perlu diperhitungkan dan dicermati dalam perumusan geopolitik Indonesia. 3. Aspek Sosial Budaya Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, Bahasa, agama, dan kepercayaan. Oleh karena itu, tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar golongan masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih lagi kesadaran nasional masyarakat masih relative rendah dan jumlah masyarakat yang terdidik relative terbatas. 4. Aspek Historis Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan Negara Indonesia. 8.2. KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenaran oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan Demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional. 1. FUNGSI Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu- rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, Tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2. TUJUAN Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia dalam segala bidang kehidupan. 8.3. KEDUDUKAN (STATUS) WAWASAN NUSANTARA Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara yang tersebut diatas, adalah posisi, cara pandang, sikap, dan perilaku bangsa Indonesia mengenai dirinya yang memiliki beragam suku bangsa, agama, Bahasa, dan kondidi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 8.4. WADAH WAWASAN NUSANTARA Secara umum, wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang, sikap, dan kebijakan, serta Tindakan bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya(geografis/wilayah/ruang) yang beragam berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan untuk mencapai tujuan nasional. Dengan demikian tujuan wawasan nusantara mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional dan turut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Wadah meliputi tiga unsur: 1. Batas Ruang Lingkup a. Nusantara b. Manunggal 2. Tata Susunan Pokok/Inti Organisasi Sumber inti organisasi ialah Undang- undang Dasar (UUD 1945), yang menyangkut: a. Bentuk dan kedaulatan Bab I Pasal (1) b. Kekuasaan pemerintah negara, BAB III Pasal (4) dan (5) c. Sistem pemerintahan yang ditegaskan dalam UUD 1945 3. Tata Susunan Pelengkap a. Apatur Negara b. Kesadaran Politik Masyarakat dan Kesadaran Bernegara c. Pers 8.5. ISI WAWASAN NUSANTARA Isi Wawasan Nusantara terdiri atas tiga unsur, yaitu: 1. Tujuan, yang terkandung dalam Wawasan Nusantara adalah seperti yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. 2. Sifat dan Ciri-ciri, mempunyai sifat Manunggal dan Utuh Menyeluruh. 3. Cara Kerja, yaitu berpedoman pada Pancasila sebagai kebulatan pandangan hidup bangsa Indonesia. 8.6. IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA Dalam mengimplementasikan Wawasan Nusantara, maka pemikiran, sikap, dan tindak tanduk warga negara Indonesia harus bercermin pada Wawasan Nusantara dengan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. KETAHANAN NASIONAL 9.1. TUJUAN KETAHANAN NASIONAL Ketahanan Nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteraan terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri. 9.2. FUNGSI KETAHANAN NASIONAL 1. Daya Tngkal. Ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, intregritas, eksistensi bangsa, dan Negara Indonesia dalam aspek: a. Ketahanan pada aspek ideologi b. Ketahanan pada aspek politik. c. Ketahanan pada aspek ekonomi. d. Ketahanan pada aspek sosial dan budaya e. Ketahanan pada aspek pertahanan dan keamanan. 2. Berfungsi sebagai pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan sehingga tercapainya kesejahteraan rakyat. 9.3. SIFAT KETAHANAN SOSIAL Sifat-sifat Ketahanan Nasional adalah sebagai berikut: 1. Manunggal. 2. Mawas ke Dalam. Ditujukan ke dalam diri bangsa dan Negara sendiri karena bertujuan untuk mewujudkan hakekat dan sifat nasional. 3. Kewibawaan, Bertujuan untuk mewujudkan kewibawaan nasional, dan harus diperhitungkan oleh orang lain. 4. Berubah menurut waktu. 5. Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan. 6. Percaya pada diri sendiri. 7. Tidak tergantung pada pihak lain. 9.4. ASPEK-ASPEK KETAHANAN NASIONAL 1. Aspek Alamiah (Trigatra) 2. Aspek Sosial (Pancagatra) 9.5. RELASI WAWASAN NUSANTARA, KETAHANAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Ketahanan Nasional, meliputi empat bidang, yaitu: 1. Dalam Bidang Politik Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang politik, maka sejumlah Tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta situasi politik yang kondusif bagi peningkatan daya saing bangsa. Beberapa hal yang harus dilaksankan adalah: a. Dalam rangka menghadapi globalisasi, maka perlu diambil Langkah-langkah mengadakan proses perubahan atau modernisasi. b. Mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal ini berperan dalam proses perdamaian di dunia internasional dan berpartisipasi aktif dalam peristiwa yang bersifat global. c. Masalah disintegrasi dan otonomi. d. Penataan sistem politik yang menjamin kestabilan pemerintahan. e. Sistem birokrasi yang efisiensi. 2. Dalam Bidang Ekonomi Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang ekonomi, maka sejumlah Tindakan harus dilakukan sehingga tercipta kondisi perekonomian yang kondusif. Beberapa hal yang harus dilaksanakan adalah: a. Menata kebijakan fisikal, terutama yang terkait dengan pajak serta restribusi. b. Mengembangkan industry yang berorientasi pada produk dalam negeri. c. Menggiatkan swasembaga pangan. d. Mengembangkan iklim investasi yang baik. e. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan dan mendorong usaha kecil dan menengah dengan mengembangkan kredit mikro dan penunjang yang memadai. f. Mengembangkan pasar modal yang sehat. g. Meningkatkan efisiensi BUMN dan BUMD dengan melakukan reorganisasi dan restrukturisasi, hingga fungsi dan tanggung jawab BUMN berjalan dengan baik. 3. Dalam Bidang Sosial dan Budaya Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang sosial dan budaya, maka sejumlah Tindakan harus dilakukan, sehingga tercipta kondisi sosial budaya yang mendukung daya saing bangsa dengan terciptanya sumber daya manusia yang kompeten, stabil, dan berkembangnya budaya sebagai hasil karya manusia. 4. Dalam Bidang Hukum Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang hukum, maka sejumlah Tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi tertib hukum dan menjamin kepastian hukum, sehingga terciptanya tertib sosial dan kondusif bagi investasi dalam mendukung perkembangan bangsa Indonesia. Beberapa hal yang harus dilaksanakan adalah: a. Meningkatkan profesionalitas apparat penegak hukum dan dukungan sarana penunjang yang memadai. b. Meningkatkan pemberantasan korupsi. c. Meningkatkan kesadaran HAM. d. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat. e. Menyelenggarakan proses pengadilan yang cepat, mudah, murah, dan terbuka untuk meningkatkan kepastian hukum.