Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN – 10

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEWAJIBAN DAN HAK WARGA NEGARA

Dosen :
Dr. Suparno, SH., MH

NAMA : MUHAMAD FAHRIZAL


NPM : 4322130008
FAKULTAS TEKNIK
PENGERTIAN WARGA NEGARA
Warga negara adalah semua orang yang secara hukum merupakan
anggota resmi dari suatu negara tertentu. Warga negara bisa berupa
warga negara lokal atau warga negara asing di sebuah negara.
Definisi warga negara pun memiliki banyak perbedaan karena tiap
negara juga memiliki konsep dan asas kewarganegaraan yang
berbeda-beda.
Secara umum terdapat 2 asas kewarganegaraan untuk menentukan
warga negara seseorang. Yang pertama adalah asas ius sanguinis
yang didasarkan pada keturunan darah atau kewarganegaraan orang
tuanya. Yang kedua adalah asas ius soli yang didasarkan pada tempat
kelahiran seseorang. Indonesia menerapkan asas ius sanguinis.

Arti Warga Negara Menurut KBBI


Pengertian warga negara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan
keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai
kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu.
Definisi Warga Negara Secara Umum
Pengertian warga negara secara umum adalah semua penduduk di
suatu negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, serta memiliki hak dan kewajiban penuh
sebagai seorang warga negara di negara tersebut.
Secara yuridis berdasarkan pasal 26 ayat (1) UUD 1945 dan
perubahannya, istilah warga negara dibedakan menjadi 2 (dua)
kategori yakni:
• Warga negara asli (pribumi), yaitu penduduk asli negara
tersebut. Misalnya warga Indonesia yang berasal dari suku
Jawa, Sunda, Madura, Minang, Batak, Bugis, Dayak, Asmat,
Aceh, Bali, Toraja, dan etnis keturunan lndonesia lainnya.
• Warga negara asing (vreemdeling), yaitu penduduk yang
berasal dari suku bangsa keturunan bukan asli Indonesia.
Misalnya warga Indonesia yang berasal dari suku China
(Tionghoa), Arab, India, Belanda, Eropa, dan sebagainya, yang
telah disahkan berdasarkan undang-undang menjadi warga
negara Indonesia.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian warga negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara
Indonesia.
Fungsi Warga Negara
1. Beberapa fungsi warga negara berkaitan dengan hak dan
kewajiban yang dimiliki. Hak dan kewajiban warga negara
diberikan untuk memenuhi beberapa fungsi warga negara
sebagai berikut.
2. Menjunjung hukum dan pemerintahan yang sah dan berdaulat.
3. Ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai kapasitas dan
bidang masing-masing.
4. Menghormati hak asasi manusia (HAM) orang lain dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Tunduk kepada peraturan dan batasan yang ditetapkan dengan
undang-undang.
6. Menjaga persatuan dan kesatuan negara.
7. Mentaati dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa
terkecuali.
8. Turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa.
PENGERTIAN PENDUDUK DAN
BUKAN PENDUDUK
Rakyat dalam suatu negara terdiri dari dua jenis, yakni penduduk dan
bukan penduduk. Persamaan dari kedua jenis ini adalah sama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu yang termasuk dalam wilayan
Negara Kesatuan Indonesia. Baik penduduk maupun bukan
penduduk bisa merupakan orang asli Indonesia maupun orang asing
yang datang ke Indonesia. Yang membedakan antara penduduk dan
bukan penduduk adalah maksud dari orang tersebut untuk tinggal
atau tidak di wilayah Indonesia.
Bukan penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal dan
mendiami suatu wilayah di Indonesia tetapi tidak berkeinginan untuk
menetap di Indonesia atau hanya tinggal untuk sementara waktu
saja. Contoh dari bukan penduduk adalah turis-turis mancanegara
yang berlibur ke Indonesia atau orang yang memiliki urusan bisnis di
Indonesia namun segera kembali ke negara asalnya. Yang
membedakan antara penduduk dan bukan penduduk adalah hak dan
kewajiban yang dimiliki. Seorang penduduk dapat mencari dan
melakukan pekerjaan di Indonesia, sedangkan bukan penduduk tidak
bisa.
Seorang penduduk pasti memiliki tanda pengenal yang dinamakan
KTP atau Kartu Tanda Penduduk yang harus dibuat ketika seseorang
menginjak umur 17 tahun. KTP ini menandakan sahnya seseorang
sebagai penduduk suatu negara. Kartu ini berisi nama, tempat dan
tanggal lahir, agama, jenis kelamin, dan status perkawinan yang
berguna untuk mengenali orang tersebut.
KEWAJIBAN DAN HAK WARGA NEGARA
Secara singkat, kewajiban warga negara adalah:
1. Menjunjung hukum dan pemerintahan yang berlaku di
Indonesia
2. Ikut serta dalam pembelaan negara
3. Menghormati hak asasi manusia
4. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan undang-undang
5. Ikut serta dalam keamanan negara
Adapun berikut ini adalah dasar undang-undang dan penjelasan
lebih lanjut mengenai kewajiban negara tersebut:
1. Berdasarkan pasal 27 ayat (1) setiap warga negara
berkewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan yang
berlaku di Indonesia. Contohnya seperti membayar pajak, taat
aturan lalu lintas, dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan pasal 27 ayat (3) setiap warga negara
berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Bukan berarti harus bersikap radikal dan anarkis, melainkan
pembelaan negara dalam bentuk lain.
3. Berdasarkan pasal 28J ayat (1) setiap warga negara
berkewajiban menghormati Hak Asasi Manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
4. Berdasarkan pasal 28J ayat (2) setiap warga negara
berkewajiban tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh
undang-undang. Yaitu sesuai dengan aturan moral, nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum masyarakat demokratis.
5. Berdasarkan pasal 30 ayat (1) setiap warga negara
berkewajiban untuk ikut serta dalam usaha pertahanan serta
keamanan negara.
Hak Warga Negara dan Penjelasan :
Secara singkat, hak warga negara adalah:
1. Pekerjaan dan penghidupan yang layak
2. Mempertahankan hidup
3. Menikah dan berbiak diri
4. Pendidikan
5. Memperjuangkan hak
6. Perlakuan yang sama di depan hukum
7. Memeluk agama
8. Memperoleh informasi
Adapun berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap beserta dasar
undang-undang dari berbagai hak warga negara tersebut:
1. Berdasarkan pasal 27 ayat (2) setiap warga negara berhak atas
PEKERJAAN dan PENGHIDUPAN yang layak. Pasal tersebut
berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Artinya,
penghidupan warga negara dijamin oleh negara dan
pemerintahan.
2. Berdasarkan pasal 28A, “Setiap orang berhak untuk hidup dan
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
3. Berdasarkan pasal 28B ayat (1) dan (2) setiap warga negara
berhak untuk menikah dan berbiak diri. Kita bisa mengambil
hak ini, artinya boleh menikah melalui perkawinan yang sah
dan aturan yang berlaku. Namun kalau memilih jomlo seumur
hidup juga bukan sesuatu yang melanggar undang-undang.
4. Berdasarkan pasal 28C ayat (1) setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan. Ini sudah jelas bahwa pendidikan
merupakan hak kita sebagai warga negara.
5. Berdasarkan pasal 28C ayat (2) setiap warga negara berhak
memajukan dirinya dalam memperjuangkan hak.
6. Berdasarkan pasal 28D ayat (1), (2), (3), dan (4) setiap warga
negara berhak memperoleh perlakuan yang sama di depan
hukum yang adil, mendapat imbalan yang layak dalam kerja,
kesempatan yang sama dalam pemerintahan, dan berhak atas
status kewarganegaraannya.
7. Berdasarkan pasal 28E ayat (1), (2), dan (3) setiap warga negara
berhak memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya,
kebebasan atas kepercayaan dan mengungkapkan pikiran, serta
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat.
8. Berdasarkan pasal 28F setiap warga negara berhak
berkomunikasi serta memperoleh informasi; baik mencari,
memperoleh, mengolah, menyimpan, dan menyampaikan
informasi tersebut.

HILANGNYA HAK WARGA NEGARA


 Jika memohon untuk pindah kewarganegaraan
 Dengan sadar mengucap janji akan setia kepada negara lain
 Wanita WNI yang menikah dengan WNA yang negaranya
memiliki peraturan sendiri
 Pria WNI yang mennikah dengan wanita WNA yang negaranya
memiliki peraturan sendiri
 Jika tinggal di negara lain dalam jangka waktu 5 tahun tanpa
alasan yang jelas dan sah, dan juga tak berkeinginan untuk
menjadi WNI lagi
 Memiliki paspor dari negara asing yang masih menunjukkan
identitas kewarganegaraan lain
 Turut serta dalam kegiatan yang menyangkut tata negara di
negara lain
 Masuk ke dalam dinas negara asing
 Masuk dinas tentara negara lain tanpa izin Presiden RI
 Tidak melepas kewarganegaraan lain ketika memiliki
kesempatan itu
 Memalsukan kewarganegaraan Indonesia
 Pemberian kewarganegaraan oleh suatu negara dan tidak
menolaknya
 Masuk dinas kepolisian di negara lain
 Menyalahi aturan yang ada di dalam undang-undang
 Anak usia dibawah 5 tahun yang sah diangkat oleh WNA

KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM KESADARAN DAN


TAAT MEMBAYAR PAJAK
Kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak sangat sulit untuk
diwujudkan seandainya dalam definisi ‘pajak’ tidak ada frase
“yang dapat dipaksakan” dan “yang bersifat memaksa.” Bertitik
tolak dari frase ini menunjukkan membayar pajak bukan semata-
mata perbuatan sukarela atau karena suatu kesadaran. Frase ini
memberikan pemahaman dan pengertian bahwa masyarakat
dituntut untuk melaksanakan kewajiban kenegaraan dengan
membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai
aktualisasi semangat gotong-royong atau solidaritas nasional
untuk membangun perekonomian nasional.
Berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib pajak. Indikasi tingginya
tingkat kesadaran dan kepedulian Wajib Pajak antara lain:
1. Realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target
yang telah ditetapkan.
2. Tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan dan
SPT Masa.
3. Tingginya Tax Ratio
4. Semakin Bertambahnya jumlah Wajib Pajak baru.
5. Rendahnya jumlah tunggakan / tagihan wajib pajak.
6. Tertib, patuh dan disiplin membayar pajak atau minimnya
jumlah pelanggaran pemenuhan kewajiban perpajakan.
Faktor Negatif atau yang Menghambat Tingkat Kesadaran dan
Kepedulian Sukarela Wajib Pajak. Faktor ini dapat menurunkan
tingkat kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak. Antara
lain:
1. Prasangka negatif kepada aparat perpajakan harus digantikan
dengan prasangka positif. Sebab, prasangka negatif ini akan
menyebabkan para wajib pajak bersikap defensif dan tertutup.
2. Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi
lain (pihak ketiga) guna mendapatkan data mengenai potensi
Wajib Pajak baru, terutama dengan instansi daerah atau bukan
instansi vertikal.
3. Bagi Calon Wajib Pajak, Sistem Self Assessment dianggap
menguntungkan, sehingga sebagian besar mereka enggan
untuk mendaftarkan dirinya bahkan menghindar dari kewajiban
ber-NPWP.
4. Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan
dapat diterima masyarakat mengenai peranan pajak sebagai
sumber penerimaan negara dan segi-segi positif lainnya.
5. Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra
prestasi) pajak tidak bisa dinikmati secara langsung, bahkan
wujud pembangunan sarana prasana belum merata, meluas,
apalagi menyentuh pelosok tanah air.
6. Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan
pemerintah terhadap penggunaan uang pajak.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Direktorat Jenderal
Pajak dalam membangun kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib
Pajak antara lain:
1) Melakukan sosialisasi
Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh
masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset
masyarakat tentang pajak ke arah yang positif. Beragam bentuk
sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan: metode penyampaian,
segmentasi maupun medianya.
2) Memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan kewajiban
perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada wajib pajak.
Jika pelayanan tidak beres atau kurang memuaskan maka akan
menimbulkan keengganan Wajib Pajak melangkah ke kantor
Pelayanan Pajak.
3) Meningkatkan citra Good Governance yang dapat menimbulkan
adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib
pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah
kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban.
4) Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya
pendidikan perpajakan
5) Law Enforcement
Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu akan
memberikan deterent efect yang efektif sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak.
6) Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak
Akibat kasus Gayus kepercayaan masyarakat terhadap Ditjen Pajak
menurun sehingga upaya penghimpunan pajak tidak optimal. Atas
kasus seperti Gayus itu para aparat perpajakan seharusnya dapat
merespon dan menjelaskan dengan tegas bahwa jika masyarakat
mendapatkan informasi bahwa ada korupsi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak, jangan hanya memandang informasi ini dari sudut
yang sempit saja. Jika tidak segera dijelaskan maka masyarakat
kemudian bersikap resistance dan enggan membayar pajak karena
beranggapan bahwa pajak yang dibayarkannya paling-paling hanya
akan dikorupsi.
7) Merealisasikan program Sensus Perpajakan Nasional yang dapat
menjaring potensi pajak yang belum tergali. Dengan program sensus
ini diharapkan seluruh masyarakat mengetahui dan memahami
masalah perpajakan serta sekaligus dapat membangkitkan kesadaran
dan kepedulian, sukarela menjadi Wajib Pajak dan membayar Pajak.

Anda mungkin juga menyukai