NPM : 4322130008 FAKULTAS TEKNIK PENGERTIAN WARGA NEGARA Warga negara adalah semua orang yang secara hukum merupakan anggota resmi dari suatu negara tertentu. Warga negara bisa berupa warga negara lokal atau warga negara asing di sebuah negara. Definisi warga negara pun memiliki banyak perbedaan karena tiap negara juga memiliki konsep dan asas kewarganegaraan yang berbeda-beda. Secara umum terdapat 2 asas kewarganegaraan untuk menentukan warga negara seseorang. Yang pertama adalah asas ius sanguinis yang didasarkan pada keturunan darah atau kewarganegaraan orang tuanya. Yang kedua adalah asas ius soli yang didasarkan pada tempat kelahiran seseorang. Indonesia menerapkan asas ius sanguinis.
Arti Warga Negara Menurut KBBI
Pengertian warga negara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu. Definisi Warga Negara Secara Umum Pengertian warga negara secara umum adalah semua penduduk di suatu negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, serta memiliki hak dan kewajiban penuh sebagai seorang warga negara di negara tersebut. Secara yuridis berdasarkan pasal 26 ayat (1) UUD 1945 dan perubahannya, istilah warga negara dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yakni: • Warga negara asli (pribumi), yaitu penduduk asli negara tersebut. Misalnya warga Indonesia yang berasal dari suku Jawa, Sunda, Madura, Minang, Batak, Bugis, Dayak, Asmat, Aceh, Bali, Toraja, dan etnis keturunan lndonesia lainnya. • Warga negara asing (vreemdeling), yaitu penduduk yang berasal dari suku bangsa keturunan bukan asli Indonesia. Misalnya warga Indonesia yang berasal dari suku China (Tionghoa), Arab, India, Belanda, Eropa, dan sebagainya, yang telah disahkan berdasarkan undang-undang menjadi warga negara Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara Indonesia. Fungsi Warga Negara 1. Beberapa fungsi warga negara berkaitan dengan hak dan kewajiban yang dimiliki. Hak dan kewajiban warga negara diberikan untuk memenuhi beberapa fungsi warga negara sebagai berikut. 2. Menjunjung hukum dan pemerintahan yang sah dan berdaulat. 3. Ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai kapasitas dan bidang masing-masing. 4. Menghormati hak asasi manusia (HAM) orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 5. Tunduk kepada peraturan dan batasan yang ditetapkan dengan undang-undang. 6. Menjaga persatuan dan kesatuan negara. 7. Mentaati dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali. 8. Turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa. PENGERTIAN PENDUDUK DAN BUKAN PENDUDUK Rakyat dalam suatu negara terdiri dari dua jenis, yakni penduduk dan bukan penduduk. Persamaan dari kedua jenis ini adalah sama-sama mendiami suatu wilayah tertentu yang termasuk dalam wilayan Negara Kesatuan Indonesia. Baik penduduk maupun bukan penduduk bisa merupakan orang asli Indonesia maupun orang asing yang datang ke Indonesia. Yang membedakan antara penduduk dan bukan penduduk adalah maksud dari orang tersebut untuk tinggal atau tidak di wilayah Indonesia. Bukan penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal dan mendiami suatu wilayah di Indonesia tetapi tidak berkeinginan untuk menetap di Indonesia atau hanya tinggal untuk sementara waktu saja. Contoh dari bukan penduduk adalah turis-turis mancanegara yang berlibur ke Indonesia atau orang yang memiliki urusan bisnis di Indonesia namun segera kembali ke negara asalnya. Yang membedakan antara penduduk dan bukan penduduk adalah hak dan kewajiban yang dimiliki. Seorang penduduk dapat mencari dan melakukan pekerjaan di Indonesia, sedangkan bukan penduduk tidak bisa. Seorang penduduk pasti memiliki tanda pengenal yang dinamakan KTP atau Kartu Tanda Penduduk yang harus dibuat ketika seseorang menginjak umur 17 tahun. KTP ini menandakan sahnya seseorang sebagai penduduk suatu negara. Kartu ini berisi nama, tempat dan tanggal lahir, agama, jenis kelamin, dan status perkawinan yang berguna untuk mengenali orang tersebut. KEWAJIBAN DAN HAK WARGA NEGARA Secara singkat, kewajiban warga negara adalah: 1. Menjunjung hukum dan pemerintahan yang berlaku di Indonesia 2. Ikut serta dalam pembelaan negara 3. Menghormati hak asasi manusia 4. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan undang-undang 5. Ikut serta dalam keamanan negara Adapun berikut ini adalah dasar undang-undang dan penjelasan lebih lanjut mengenai kewajiban negara tersebut: 1. Berdasarkan pasal 27 ayat (1) setiap warga negara berkewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan yang berlaku di Indonesia. Contohnya seperti membayar pajak, taat aturan lalu lintas, dan lain sebagainya. 2. Berdasarkan pasal 27 ayat (3) setiap warga negara berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Bukan berarti harus bersikap radikal dan anarkis, melainkan pembelaan negara dalam bentuk lain. 3. Berdasarkan pasal 28J ayat (1) setiap warga negara berkewajiban menghormati Hak Asasi Manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 4. Berdasarkan pasal 28J ayat (2) setiap warga negara berkewajiban tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang. Yaitu sesuai dengan aturan moral, nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum masyarakat demokratis. 5. Berdasarkan pasal 30 ayat (1) setiap warga negara berkewajiban untuk ikut serta dalam usaha pertahanan serta keamanan negara. Hak Warga Negara dan Penjelasan : Secara singkat, hak warga negara adalah: 1. Pekerjaan dan penghidupan yang layak 2. Mempertahankan hidup 3. Menikah dan berbiak diri 4. Pendidikan 5. Memperjuangkan hak 6. Perlakuan yang sama di depan hukum 7. Memeluk agama 8. Memperoleh informasi Adapun berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap beserta dasar undang-undang dari berbagai hak warga negara tersebut: 1. Berdasarkan pasal 27 ayat (2) setiap warga negara berhak atas PEKERJAAN dan PENGHIDUPAN yang layak. Pasal tersebut berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Artinya, penghidupan warga negara dijamin oleh negara dan pemerintahan. 2. Berdasarkan pasal 28A, “Setiap orang berhak untuk hidup dan berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” 3. Berdasarkan pasal 28B ayat (1) dan (2) setiap warga negara berhak untuk menikah dan berbiak diri. Kita bisa mengambil hak ini, artinya boleh menikah melalui perkawinan yang sah dan aturan yang berlaku. Namun kalau memilih jomlo seumur hidup juga bukan sesuatu yang melanggar undang-undang. 4. Berdasarkan pasal 28C ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ini sudah jelas bahwa pendidikan merupakan hak kita sebagai warga negara. 5. Berdasarkan pasal 28C ayat (2) setiap warga negara berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan hak. 6. Berdasarkan pasal 28D ayat (1), (2), (3), dan (4) setiap warga negara berhak memperoleh perlakuan yang sama di depan hukum yang adil, mendapat imbalan yang layak dalam kerja, kesempatan yang sama dalam pemerintahan, dan berhak atas status kewarganegaraannya. 7. Berdasarkan pasal 28E ayat (1), (2), dan (3) setiap warga negara berhak memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya, kebebasan atas kepercayaan dan mengungkapkan pikiran, serta kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat. 8. Berdasarkan pasal 28F setiap warga negara berhak berkomunikasi serta memperoleh informasi; baik mencari, memperoleh, mengolah, menyimpan, dan menyampaikan informasi tersebut.
HILANGNYA HAK WARGA NEGARA
Jika memohon untuk pindah kewarganegaraan Dengan sadar mengucap janji akan setia kepada negara lain Wanita WNI yang menikah dengan WNA yang negaranya memiliki peraturan sendiri Pria WNI yang mennikah dengan wanita WNA yang negaranya memiliki peraturan sendiri Jika tinggal di negara lain dalam jangka waktu 5 tahun tanpa alasan yang jelas dan sah, dan juga tak berkeinginan untuk menjadi WNI lagi Memiliki paspor dari negara asing yang masih menunjukkan identitas kewarganegaraan lain Turut serta dalam kegiatan yang menyangkut tata negara di negara lain Masuk ke dalam dinas negara asing Masuk dinas tentara negara lain tanpa izin Presiden RI Tidak melepas kewarganegaraan lain ketika memiliki kesempatan itu Memalsukan kewarganegaraan Indonesia Pemberian kewarganegaraan oleh suatu negara dan tidak menolaknya Masuk dinas kepolisian di negara lain Menyalahi aturan yang ada di dalam undang-undang Anak usia dibawah 5 tahun yang sah diangkat oleh WNA
KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM KESADARAN DAN
TAAT MEMBAYAR PAJAK Kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak sangat sulit untuk diwujudkan seandainya dalam definisi ‘pajak’ tidak ada frase “yang dapat dipaksakan” dan “yang bersifat memaksa.” Bertitik tolak dari frase ini menunjukkan membayar pajak bukan semata- mata perbuatan sukarela atau karena suatu kesadaran. Frase ini memberikan pemahaman dan pengertian bahwa masyarakat dituntut untuk melaksanakan kewajiban kenegaraan dengan membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai aktualisasi semangat gotong-royong atau solidaritas nasional untuk membangun perekonomian nasional. Berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib pajak. Indikasi tingginya tingkat kesadaran dan kepedulian Wajib Pajak antara lain: 1. Realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 2. Tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan dan SPT Masa. 3. Tingginya Tax Ratio 4. Semakin Bertambahnya jumlah Wajib Pajak baru. 5. Rendahnya jumlah tunggakan / tagihan wajib pajak. 6. Tertib, patuh dan disiplin membayar pajak atau minimnya jumlah pelanggaran pemenuhan kewajiban perpajakan. Faktor Negatif atau yang Menghambat Tingkat Kesadaran dan Kepedulian Sukarela Wajib Pajak. Faktor ini dapat menurunkan tingkat kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak. Antara lain: 1. Prasangka negatif kepada aparat perpajakan harus digantikan dengan prasangka positif. Sebab, prasangka negatif ini akan menyebabkan para wajib pajak bersikap defensif dan tertutup. 2. Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi lain (pihak ketiga) guna mendapatkan data mengenai potensi Wajib Pajak baru, terutama dengan instansi daerah atau bukan instansi vertikal. 3. Bagi Calon Wajib Pajak, Sistem Self Assessment dianggap menguntungkan, sehingga sebagian besar mereka enggan untuk mendaftarkan dirinya bahkan menghindar dari kewajiban ber-NPWP. 4. Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan dapat diterima masyarakat mengenai peranan pajak sebagai sumber penerimaan negara dan segi-segi positif lainnya. 5. Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa dinikmati secara langsung, bahkan wujud pembangunan sarana prasana belum merata, meluas, apalagi menyentuh pelosok tanah air. 6. Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan pemerintah terhadap penggunaan uang pajak. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Direktorat Jenderal Pajak dalam membangun kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak antara lain: 1) Melakukan sosialisasi Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset masyarakat tentang pajak ke arah yang positif. Beragam bentuk sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan: metode penyampaian, segmentasi maupun medianya. 2) Memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan kewajiban perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada wajib pajak. Jika pelayanan tidak beres atau kurang memuaskan maka akan menimbulkan keengganan Wajib Pajak melangkah ke kantor Pelayanan Pajak. 3) Meningkatkan citra Good Governance yang dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban. 4) Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan perpajakan 5) Law Enforcement Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu akan memberikan deterent efect yang efektif sehingga meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak. 6) Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak Akibat kasus Gayus kepercayaan masyarakat terhadap Ditjen Pajak menurun sehingga upaya penghimpunan pajak tidak optimal. Atas kasus seperti Gayus itu para aparat perpajakan seharusnya dapat merespon dan menjelaskan dengan tegas bahwa jika masyarakat mendapatkan informasi bahwa ada korupsi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, jangan hanya memandang informasi ini dari sudut yang sempit saja. Jika tidak segera dijelaskan maka masyarakat kemudian bersikap resistance dan enggan membayar pajak karena beranggapan bahwa pajak yang dibayarkannya paling-paling hanya akan dikorupsi. 7) Merealisasikan program Sensus Perpajakan Nasional yang dapat menjaring potensi pajak yang belum tergali. Dengan program sensus ini diharapkan seluruh masyarakat mengetahui dan memahami masalah perpajakan serta sekaligus dapat membangkitkan kesadaran dan kepedulian, sukarela menjadi Wajib Pajak dan membayar Pajak.