Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

B.
KEWARGANEGARAA
N
Oleh:
Kelompok 6
Member of group Davina Nisya Al-Bahri

Rifa Adawiyah Rahmah

Nofita Bekti Anjani

Risna Maysari
Rakyat merupakan salah satu unsur konstitutif terbentuknya suatu
negara. Istilah rakyat digunakan untuk orang-orang yang memiliki
hubungan hukum dengan negara, baik yang bertempat tinggal di dalam
negeri maupun di luar negeri. Rakyat secara politik adalah semua orang
yang berada dan berdomisili di suatu negara atau menjadi penghuni
negara yang tunduk pada kekuasaan negara tersebut. Secara teoretis,
rakyat dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan hubungan dengan
pemerintah negaranya dan berdasarkan hubungan dengan daerah
tertentu dalam suatu negara.
1. Berdasarkan Hubungan dengan
Pemerintah Negaranya

Penghuni negara dibagi menjadi dua, yaitu warga negara dan bukan warga negara.
Warga negara (Indonesia) adalah rakyat Indonesia. Adapun bukan warga negara ialah
mereka yang berada di Indonesia, namun secara hukum tidak menjadi anggota negara
yang bersangkutan. Contohnya, duta besar beserta staf, konsuler, dan tenaga kerja
asing di Indonesia.
2. Berdasarkan Hubungan dengan
Daerah Tertentu dalam Suatu Negara

Penghuni negara dibagi menjadi dua, yaitu penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah
orang yang berdomisili atau bertempat tinggal untuk waktu yang lama. WNI dan WNA yang
menetap di Indonesia disebut penduduk Indonesia. Adapun bukan penduduk adalah mereka
yang berada di suatu negara, namun tidak menetap atau hanya sementara waktu. Misalnya,
turis dan tamu-tamu dari negara lain. Oleh karena itu, penduduk Indonesia yang
berkewarganegaraan Indonesia adalah rakyat Indonesia dan WNI yang tinggal di negara lain
juga termasuk rakyat Indonesia.
Perbedaan status sebagai warga negara atau sebagai penduduk berkaitan erat dengan hak dan
kewajibannya dalam hubungannya dengan harus negara. Negara memiliki hak untuk
menentukan siapa saja yang dapat menjadi warga negaranya. Meskipun demikian, suatu
negara menghormati prinsip-prinsip hukum umum tentang kewarganegaraan. Prinsip-prinsip
tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Suatu negara berhak 3. Seseorang dianggap
menetapkan siapa saja menjadi anggota suatu
yang dapat memperoleh negara harus
kewarganegaraan dan
berdasarkan ikatan
siapa saja yang dapat
kehilangan
tertentu.
kewarganegaraan.

2. Setiap negara tidak dapat


mencampuri peraturan
kewarganegaraan negara lain.
Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, peraturan perundang-undangan mengenai
kewaganegaraan di Indonesia mengalami tiga kali perubahan, yaitu sebagai berikut.

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 tentang perubahan undang Undang Nomor 3 Tahun 1946.
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan
Pernyataan Berhubung
dengan Kewargaan Negara Indonesia.
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi untuk Mengajukan
Pernyataan
Berhubung
dengan Kewarganegaraan Negara Indonesia.
5. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1968 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
3. Asas-Asas
Suatu negara mempunyai kebebasan untuk menentukan asas
Kewarganegaraan
kewarganegaraan yang hendak digunakan. Asas kewarganegaraan
adalah dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapa saja yang dapat
menjadi warga negaranya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia menganut beberapa asas
kewarganegaraan, yaitu sebagai berikut.
a. Asas ius sanguinis (late of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan dan bukan
berdasarkan negara tempat kelahiran.
b. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara
tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
c. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Selain asas-asas di atas, ada beberapa asas khusus yang menjadidasar
penyusunan Undang-Undang tentang Kewarganegaraan
RepublikIndonesia, yaitu sebagai berikut.
1. Asas kepentingan nasional
2. Asas perlindungan maksimum
3. Asas persamaan di dalam hokum dan pemerintahan
4. Asas kebenaran substantive
5. Asas nondiskriminatif
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
7. Asas keterbukaan
8. Asas publisitas
4. Ketentuan Umum
Secara umum, perolehan atau pengubahan status kewarganegaraan
Warga Negara
dapat dibagi menjadi dua, yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif.

A. Stelsel Aktif (Naturalisasi Biasa)


Stelsel aktif atau naturalisasi biasa adalah perpindahan
kewarganegaraan atas kehendak pribadi. Cara memperoleh naturalisasi
ini, yaitu dengan mengajukan permohonan kepada Presiden melalui
Menteri Hukum dan HAM secara tertulis di atas kertas bermaterai.
Apabila dikabulkan maka harus mengucapkan janji setia di hadapan
pengadilan negeri.

B. Stelsel Pasif (Naturalisasi Istimewa)


Naturalisasi istimewa atau stesel pasif adalah perpindahan status
warganegara atas permintaan negara yang bersangkutan dalam hal ini
Indonesia. Disebut sebagai istimewa karena tidak perlu melengkapi
berbagai persyaratan, seperti harus sudah tinggal di Indonesia.
Permintaan diberikan kepada orang-orang yang berjasa atau berprestasi
sehingga diharapkan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Pada
kenyataannya, naturalisasi ini banyak diberikan kepada warga negara
keturunan atau yang mempunyai orang tua berdarah Indonesia, tetapi
4. Ketentuan Umum
Berdasarkan dua cara memperoleh atau mengubah kewarganegaraan
Warga Negara
tersebut, setiap orang mempunyai keputusan sendiri akan status
kewarganegaraan. Dengan demikian, mereka (pemohon) juga
mempunyai dua jenis hak, yaitu sebagai berikut.
1) Hak opsi, yaitu hak memilih untuk menjadi warga negara.
2) Hak repudiasi, yaitu hak menolak kewarganegaraan yang
diberikan.

Kewarganegaraan bersifat dinamis, artinya setiap orang bisa


mendapatkan atau kehilangan kewarganegaraannya sewaktu-waktu.
Tidak seperti HAM, hak warga negara bisa saja dicabut sewaktu-waktu
apabila warga negara tersebut melanggar suatu ketentuan yang berlaku,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006.
Oleh karena itu, status kewarganegaraan merupakan bagian dari hak
asasi manusia. Hal ini diatur dalam Pasal 28D Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas status kewarganegaraan.
5. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
A. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
B. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu;
C. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonannya sendiri, yang
bersangkutan
sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri,
dan dengan
dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan;
D. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden. Ketentuan ini
tidak berlaku
mereka yang mengikuti program pendidikan di negara lain yang mengharuskan mengikuti
wajib militer;
E. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di
Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh warga
negara
Indonesia;
F. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari
6. Persyaratan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh kembali kewarganegaraannya
melalui prosedur pewarganegaraan, yaitu sebagai berikut.
a. Warga Negara Indonesia yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia yang disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
1) Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima tahun berturut-turut bukan dalam
rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah, dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap
menjadi WNI kepada perwakilan wilayah RI yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan,
padahal perwakilan Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan,
sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi apatride.

2) Perempuan WNI yang menikah dengan laki-laki warga negara asing jika menurut ketentuan asal negara
suaminya, kewarga- negaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat dari perkawinan tersebut.

3) Laki-laki WNI yang menikah dengan perempuan warga negara asing jika menurut ketentuan asal negara
istrinya, kewarga- negaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat dari perkawinan tersebut.
6. Persyaratan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

b. Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat diajukan oleh perempuan
atau laki-laki yang kehilangan kewarganegaraannya akibat pernikahan yang diajukan sejak putusnya pernikahan.
c. Kepala Perwakilan Republik Indonesia meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari setelah menerima permohonan.

Pelaksanaan teknis undang-undang kewarganegaraan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007
tentang Tatacara Memperoleh, Kehilangan, serta Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan RI. Dalam
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Yang menjadi
warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara. Setelah amandemen Undang-Undang Dasar dan ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, pengertian orang- orang bangsa Indonesia asli mengalami
perubahan dan yang menjadi batasannya adalah batasan hukum. Bangsa Indonesia asli adalah orang- orang Warga
Negara Indonesia (WNI) yang dilahirkan dari orang tua yang memperoleh kewarganegaraan, bukan dari proses
pewarganegaraan.
WAWASAN KEWARGANEGARAAN

1. Prosedur Administrasi Naturalisasi


Prosedur naturalisasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Naturalisasi atau pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan.

Orang asing yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat mengajukan permohonan
pewarganegaraan kepada presiden melalui menteri. Adapun persyaratan dalam Pasal 9 tersebut adalah sebagai
berikut.

a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah.


b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling
singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Dapat berbahasa Indonesia
e. Mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang dll.
WAWASAN
KEWARGANEGARAAN
Dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri, permohonan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas bermeterai cukup dan sekurang-kurangnya memuatbeberapa
hal berikut.
a. Nama lengkap.
b. Tempat dan tanggal lahir.
c. Jenis kelamin.
d. Status perkawinan.
e. Alamat tempat tinggal.
f. Jenis pekerjaan.
g. Kewarganegaraan asal.

2. Permohonan Naturalisasi Dikabulkan


Dalam hal permohonan dikabulkan, presiden menetapkan Keputusan Presiden dan
memberitahukan secara tertulis kepada pemohon dengan tembusan kepada pejabat
dalam waktu paling lambat 14 hari, terhitung sejak tanggal Keputusan Presiden
ditetapkan. Petikan keputusan disampaikan kepada pejabat untuk diteruskan kepada
pemohon dan salinannya disampaikan kepada menteri, pejabat, dan perwakilan negara
asal pemohon. Selanjutnya, pemohon naturalisasi akan dipanggil secara tertulis untuk
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia dalam waktu paling lambat tiga
bulan, terhitung sejak tanggal pemberitahuan petikan Keputusan Presiden dikirim
kepada pemohon. Pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di
WAWASAN
KEWARGANEGARAAN
sementara jika pemohon tidak memenuhi panggilan dengan alasan yang sah pengucapan sumpah atau
perjanjian janji setia dapat dilakukan di hadapan pejabat dalam batasan waktu 3 bulan sejak pemberitahuan
petikan keputusan presiden dikirim kepada pemohon. berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan
janji setia disampaikan kepada pemohon dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. apabila pemohon dalam waktu 3 bulan tidak dapat
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia sebagai akibat kelalaian pejabat, pemohon dapat
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan pejabat lain yang ditunjuk oleh menteri.
setelah pengucapan sumpah atau menyatakan janji setia pemohon wajib mengembalikan dokumen atau
surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor imigrasi. menteri akan mengumumkan nama orang
yang telah memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia dalam berita negara republik Indonesia.
SEKIAN PRESENTASI DARI KAMI
MOHON MAAF BILA PRESENTASI INI
BELUM SEMPURNA, JIKA ADA YANG
SEMPURNA MUNGKIN SAAT KAMU
DAN DIA MASIH BERSAMA

Anda mungkin juga menyukai