Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak, yang tampak adalah unsur-unsur negara yang
berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat. Rakyat yang
tinggal diwilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah
bagian dari penduduk suatu negara. Warga negara memiliki hubungan ndengan negaranya.
Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa peranan, hak dan kewajiban
yang bersifat timbal balik.
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang –
orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu,
yaitu orang tersebut berada dibawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari
adanya ikatan hukum , misalanya akta kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan,
dsb.
Kewarganegaraan dalam arti sosilogis tidak ditandai dengan ikatan hukum. Tetapi ikatan
emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan
tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara bersangkutan.
Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara berdaulat
berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam menentukan
kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas
ius soli dan ius sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum yang artinya
negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek perkawinan
yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat :
a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang
tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan
bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah
kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan ststus kewarganegaraan suami dan istri
adalah sama dan satu.
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk
menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti
halnya ketika belum berkeluarga.
Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia meliputi :
a. Asas Ius Sanguinis, yiatu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarakan
keturunan bukan negara tempat kelahiran
b. Asas Ius Soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan berdasarakan
negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang
d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan
1. Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
1. Naturalisasi biasa
mengajukan permohonan kepada Menteri hukum dan HAM melalui kantor pengadilan
negeri setempat dimana ia tinggal atau di Kedubes RI apabila di luar negeri permohonan
ini ditulis dalam bahasa Indonesia. Bila lulus maka ia harus mengucapkan sumpah setia
di hadapan pengadilan negeri.
2. Naturalisasi istimewa
Orang dapat menjadi warga negara dari suatu negara setelah melakukan langkah-langkah
hukum tertentu. Biasanya dilakukan setelah dewasa. Adanya perbedaan dalam menentukan
kewarganegaraan di suatu negara dapat menimbulkan 2 kemungkinan bagi seseorang yaitu:
1. Apatride (tanpa kewarganegaraan)
2. Bipatride (punya kewarganegaraan ganda)
Dalam menentukan status kewarganegaraan suatu negara, pemerintah lazim
menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif. Menurut stelsel aktif orang harus melakukan
langkah-langkah hukum tertentu agar diakui kewarganegaraannya, sedang stelsel pasif
orang yang berada dalam suatu negara dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara
tanpa harus melakukan tindakan hukum tertentu.
Berkaitan dengan 2 stelsel di atas, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
a. hak opsi adalah hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
b. hak repudiasi adalah hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
Menurut Patmo Wahyono dalam bukunya “Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum”.ada 4
teori tentang status warga negara yaitu:
a) Status positif : Sebagai warga negara kita berhak memperoleh sesuatu yang positif dari
organisasi Negara
b) Status Negatif : Warga negara mempunyai hak untuk tidak dicampuri oleh negara dalam hal
tertentu
c) Status Aktif : pelaksanaan hak&kewajiban merupakan hal yang paling utama/primer
d) Status pasif : patuh pada pimpinan penyelenggara Negara
Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara . ketentuan tersebut
tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan undang-undang sebagai warga negara
2. Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-Undang No.12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan. Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh memalului pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. fotokopi kutipan akte kelahiran atau surat yang membuktikan kelahiran pemohon yang
disahkan oleh Pejabat;
2. fotokopi kutipan akte perkawinan/buku nikah, kutipan akte perceraian/surat talak/perceraian,
atau kutipan akte kematian isteri/suami pemohon bagi yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun yang disahkan oleh Pejabat;
3. surat keterangan keimigrasian yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal pemohon yang menyatakan bahwa pemohon telah bertempat tinggal
di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
4. fotokopi kartu izin tinggal tetap yang disahkan oleh Pejabat;
5. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari rumah sakit;
6. surat pernyataan pemohon dapat berbahasa Indonesia;
7. surat pernyataan pemohon mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
8. surat keterangan catatan kepolisian yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon;
9. surat keterangan dari perwakilan negara pemohon bahwa dengan memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi berkewarganegaraan ganda;
10. surat keterangan dari camat yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon bahwa
pemohon memiliki pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap;
11. bukti pembayaran uang Pewarganegaraan dan biaya permohonan ke kas negara; dan
12. pasfoto pemohon terbaru berwarna ukuran 4x6 (empat kali enam) sentimeter sebanyak 6
(enam) lembar.
Sesuai dengan UU RI No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, anak yang dapat
mendaftarkan diri untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia adalah:
• Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Indonesia (WNI) dan
Ibu Warga Negara Asing (WNA);
• Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari Ayah Warga Negara Asing (WNA) dan Ibu
Warga Negara Indonesia (WNI);
• Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari Ibu Warga Negara Asing (WNA) yang
diakui oleh Ayah Warga Negara Indonesia (WNI) dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
berusia 18 (delapanbelas) tahun atau belum kawin;
• Anak yang lahir di luar wilayah Republik Indonesia dari Ayah dan Ibu Warga Negara
Indonesia (WNI), yang karena ketentuan dari Negara tempat anak dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut;
• Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia
18 (delapan belas) tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh Ayah Warga Negara Asing
(WNA);
• Anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang belum berusia 5 (lima) tahun, diangkat secara
sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing (WNA) berdasarkan Penetapan Pengadilan.
• Anak-anak yang lahir sebelum UU RI No. 12 Tahun 2006 disahkan (tanggal 01 Agustus
2006 dan belum berusia 18 tahun/belum kawin) dapat memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia dengan mendaftarkan diri kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui
Kepala Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun atau paling lambat
sampai dengan tanggal 01 Agustus 2010.
Wujud hubungan anatara warga negara dengan negara adalah pada umumnya adalah
berupa peranan(role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuaidengan
status yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara.
Hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam Pasal 27 sampai pasal 34 UUD
1945. Bebarapa hak warga negara Indonesia antara lain sebagai berikut :
Berdasarkan pemaparan di atas, berikut dapat diuraikan hak dan kewajiban dari WNI dan WNA :
Selain itu ditentuakan pula hak dan kewajiban negara terhadap warga negara. Hak dan kewajiban
negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban warga negara
terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah
b. Hak negara untuk dibela
c. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan rakyat
d. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil
e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara
f. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat
g. Kewajiban negara meberi jaminan sosial
h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat
perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi
kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan
secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara, dalamberbagai bidang
kehidupan.
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya
didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya. Pasal ini jugamemperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak
asasi dalam bidang hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa: tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan
sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur
pelaksanaanya.
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat, berkumpul,
dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat
demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara
memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM.
Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal
28 J.
5. Persamaan dalam agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap
penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan
pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa
negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan
kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan
bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia.
Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam
Bab XIV pasal 33 dan 34. Pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang
diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk
kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang
kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal3).