OLEH
ADHI DHARMA ARYYAGUNA
B 111 12 358
SKRIPSI
B1112358
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.S. Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H.
NIP. 19590317 198703 1 002 NIP. 19680125 199702 2 001
An. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan,
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Berbasis Online
Pembimbing I Pembimbing II
iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI
iv
ABSTRAK
Hasil yang penulis peroleh dari penelitian ini, yaitu (1)Sulitnya untuk
menghilangkan atau mengurangi laju pertumbuhan cyber crime yang
dikarenakan beberapa faktor yakni: faktor ekonomi, faktor lingkungan,
faktor sosial budaya, dan faktor intelektual. (2) Penegakan hukum dalam
upaya penanggulangan cyber crime belum efektif disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya ialah laju pertumbuhan cyber crime yang begitu
pesat dan upaya penanggulangan yang masih kurang maksimal
mengingat masih banyaknya kasus cyber crime yang ditangani oleh
aparat kepolisian. (3) Kendala yang dihadapi oleh aparat kepolisian dalam
upaya penanggulangan cyber crime dapat dibagi ke dalam 4 (empat)
aspek, yaitu: aspek penyidik, alat bukti, fasilitas dan jurisdiksi.
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya, tak lupa pula shalawat
dan salam kita kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
syarat untuk mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas
Triyanto, S.H. dan Dwi Hantari yang telah memberikan motivasi serta
banyaknya pihak yang membantu, oleh karena itu penulis ucapkan terima
vii
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA selaku Rektor Universitas
masukan dan petunjuk, serta bantuan yang sangat besar baik secara
skripsi ini.
4. Prof. Dr. Andi Sofyan, S.H., M.H, Abd. Asis, S.H., M.H., dan Nur
Azisa, S.H., M.H. selaku tim penguji, atas segala saran dan masukan
viii
adminstrasi dan bantuan lainnya selama menuntut ilmu di Universitas
Hasanuddin.
Universitas Hasanuddin.
kepada masyarakat.
10. Teman-teman MKU H yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
ix
13. Opy Arisna Arief Lewa,S.Km. yang selalu menyemangati, menemani,
14. Kanit Reskrimsus Cyber Crime Polda Sulsel, Bapak AKP Hari Agung
penelitian berlangsung.
15. Semua pihak yang telah membantu dan tidak sempat penulis sebutkan
satu persatu.
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Oleh karena itu penulis
sangat berterima kasih dan juga sangat mengharapkan kritik dan saran
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
4. Defacing...................................................................................... 31
E. Penipuan ........................................................................................ 31
1. Pengertian .................................................................................. 31
2. Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan ........................................ 34
F. Faktor Pendorong Cyber Crime Di Indonesia ............................... 37
1. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat.................................. 38
2. Keamanan .................................................................................. 39
3. Aparat Penegak Hukum .............................................................. 40
4. Undang-Undang ......................................................................... 40
G. Upaya Penanggulangan Kejahatan................................................ 41
1. Upaya pre-emtif: ......................................................................... 42
2. Upaya preventif: .......................................................................... 42
3. Upaya Represif: .......................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 45
A. Lokasi Penelitian ............................................................................ 45
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 45
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 46
D. Analisis Data .................................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 47
A. Faktor Pendorong Cyber Crime ..................................................... 47
1. Faktor Ekonomi ........................................................................... 48
2. Faktor Lingkungan ...................................................................... 49
3. Faktor Sosial Budaya .................................................................. 50
4. Faktor Intelektual ........................................................................ 52
B. Upaya Penanggulangan Cyber Crime oleh Aparat Kepolisian ....... 52
1. Upaya Preventif .......................................................................... 52
2. Upaya Represif ........................................................................... 53
3. Pelaksanaan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
Terhadap Kejahatan Cyber Crime ..................................................... 54
4. Kendala yang Dihadapi Aparat Kepolisian Dalam Upaya
Penanggulangan Cyber Crime .......................................................... 69
xii
BAB V ...................................................................................................... 62
A. Kesimpulan .................................................................................... 62
1. Laju pertumbuhan cyber crime yang begitu pesat, dikarenakan
faktor: ................................................................................................ 62
2. Terdapat dua upaya yang dilakukan pihak kepolisian dalam
menangani kasus cyber crime, yakni: ............................................... 62
B. Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 64
LAMPIRAN............................................................................................... 62
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
central dalam masyarakat. Dalam hal ini juga menjadi kebutuhan pokok
1
peradaban manusia, juga menjadi sarana potensial dan sarana efektif
global.2
suatu tindak pidana yang berkaitan dengan cyber space, baik yang
pribadi.
internet.
2
Penipuan melalui internet atau penipuan berbasis online
mencari peluang melalui bisnis online, dan ini memberikan ide bagi
keuntungan.
online dapat tersamar dengan sangat baik, bahkan orang yang sudah
sering bermain internet tidak sadar bahwa dia sedang tertipu. Penipuan
mudah dipercaya saat ditawari produk, atau yang lebih parah disuruh
3
terkirim atau tidak sampai ke penerima, atau barang yang sampai
pembeli berniat untuk membeli iPhone 6 Plus yang justru dikirim sabun
B. Rumusan Masalah
berikut:
online?
3http://m.liputan6.com/tekno/read/2269314/lazada-sudah-temukan-pelaku-kasus-beli-
smartphone-dapat-kispray 26 Februari 2017 Pkl.21.00
4
2. Bagaimanakah penanggulangan kejahatan penipuan berbasis
C. Tujuan Penelitian
untuk:
berbasis online.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
perlindungan hukumnya.
2. Manfaat Praktis
5
hukum di dalam penyelesaian kasus-kasus tindak pidana yang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kriminologi
1. Pengertian
ilmu yang satu dengan yang lain adalah kedudukan objek formilnya.
Tidak ada suatu ilmu yang memiliki objek formil yang sama, sebab
kata crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu
kejahatan.4
7
a) Edwin H. Sutherland sebagaimana dikutip A.S. Alam, mengartikan
seluas-luasnya”.6
8
Bonger kemudian membagi kriminologi ini menjadi kriminologi
a) Antropologi Kriminal
seterusnya.
b) Sosiologi Kriminal
c) Psikologi Kriminal
jiwanya.
e) Penologi
(T.Effendi:2009:3):
8Ibid.
9Topo santoso, 2001, kriminologi, raja grafindo persada, Jakarta, hal. 9.
9
a) Kejahatan
b) Pelaku
melakukan kejahatan
pelaku kejahatan.
10
2. Ruang Lingkup Kriminologi
utama, yaitu:10
sebab-sebab kejahatan;
laws);
11
kejahatan, unsur-unsur kejahatan, relativitas pengertian kejahatan,
perspektif kriminologi.
3. Pembagian Kriminologi
a) Kriminologi Teoritis
12
pengetahuannya mengenai sebab-musabab kejahatan secara
teoritis.
dan seterusnya.
Dadi Makassar.
b) Kriminologi Praktis
13
merupakan ilmu pengetahuan yang diamalkan (applied
lagi.
kejahatan.
B. Kejahatan
1. Definisi Kejahatan
14
di dalam masyarakat. Contohnya bila seseorang muslim meminum
lain-lainnya.
Biologis.
15
mengenai sebab-sebab kejahatan. Ajaran Lambroso
16
dimiliki kera yang menggunakan tangan mereka untuk
sebagainya.
17
moral dasar dari probity/kejujuran (menghargai hak milik
orang lain).
psikologis:
18
memberi reaksi yang sangat kuat, sering berupa
kekerasan.
yaitu:
kanak-kanak mereka.
Sosiologis.
19
kejahatan di dalam lingkungan sosial, yang menekankan
a) Emile Durkheim
lain.
b) Robert K. Merton
kejahatan.
20
C. Cyber Crime
13Sahariyanto,
Budi. 2012. Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber crime) Urgensi
Pengaturan dan Celah Hukumnya. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm 10
21
lagi yaitu seluas aktivitas yang dapat dilakukan di dunia cyber/maya
sebagai white colour crime karena pelaku cyber crime adalah orang
14Ibid. hlm 11
15Ibid.
16Ibid. hlm 13
22
a) Perbuatan yang dilakukan secara illegal, tanpa hak atau tidak
berlaku terhadapnya.
beserta aplikasinya.
operasinya.
23
e) Tindakan merusak peralatan computer atau peralatan yang
lain:17
b. Illegal contents
ketertiban umum.
c. Data forgery
17Ibid.hlm 15
24
d. Cyber espionage
dengan internet.
tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara
g. Infrengments of privacy
25
seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit
rumit dan bisa dilakukan secara fisik atau online. Nama dan kartu
Internet.20
18Defacing merupakan bagian dari kegiatan hacking web atau program application, yang
menfokuskan target operasi pada perubahan tampilan dan konfigurasi fisik dari web atau
program aplikasi tanpa melalui source code program tersebut. Diakses di
Profesiti.blogspot.com/p/category-cybercrime
19Cracking merupakan kegiatan membobol suatu sistem computer dengan tujuan
26
2. Memasuki, Memodifikasi, atau Merusak Homepage (hacking)
21http://tekno.kompas.com/read/2014/12/29/09190067/7.Kasus.Hacking.Paling.Heboh.di.
2014 yang diakses pada tanggal 4 Januari 2017, Pukul 14:02 Wita
22Suhariyanto, Budi. Op cit.hlm 18
23 Senarai atau list merupakan struktur data yang terdiri atas rangkaian elemen sejenis
27
Karena hambatan masuk yang rendah maka banyak spammers
yang muncul dan jumlah pesan yang tidak diminta menjadi sangat
penerimanya.24
Indonesia:
maya, seperti:25
24https://bigswamp.wordpress.com/2011/03/02/kasus-kasus-cyber-crime-part-1-
spamming/ yang diakses pada tanggal 4 Januari 2017, Pukul 14:27 Wita
25http://berbagi100persen.blogspot.co.id/2013/06/kasus-spamming.html yang diakses
28
2) Kasus yang bersumber dari Facebook toko bagus yang
korban penipuan.
29
menggunakan sebuah tipu muslihat dimana pelaku mengetahui
30
mengkhawatirkan dan melihat macam-macam kerugian atau
dikriminalisasikan.
4. Defacing
dan Partai Golkar serta BI beberapa waktu lalu dan situs KPU saat
lain.27
E. Penipuan
1. Pengertian
tipu berarti kecoh, daya cara, perbuatan atau perkataan yang tidak
dua pihak yaitu orang menipu disebut dengan penipu dan orang
31
sebagai suatu perbuatan atau membuat, perkataan seseorang
tercantum dalam Bab XXV ini dikenal dengan nama bedrog atau
perbuatan curang.
sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai
nama palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat maupun dengan
32
Berdasarkan unsur-unsur tindak pidana penipuan yang
bahwa:
benar.
33
Penipuan sendiri dikalangan masyarakat merupakan
34
a) Ada seseorang yang dibujuk atau digerakka untuk menyerahkan
orang lain tanpa hak. Dari maksud itu ternyata bahwa tujuannya
35
Ari menjadi Aris. Akan tetapi kalau si penipu itu menggunakan
dipersalahkan.
palsu.
36
Kebohongan itu harus sedemikian rupa berbelit-belitnya
28Muladidan Barda Nawawi Arief, 2010. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: PT
Alumni. Hlm 148
37
Cyber crime semakin marak terjadi, karena modus yang
38
crime. Tanpa pemahaman pelaku cyber crimeakan merajalela
2. Keamanan
yang lazim digunakan dimana saja baik itu tempat tertutup maupun
menurutnya:29
29https://pandi.id/berita/kesadaran-keamanan-cyber-indonesia-masih-rendah-kata-pandi/
39
malware bisa meminta program untuk menyerang ke website
tertentu.
masih lemah. Kita sendiri tidak bisa menjaga website kita, sehingga
4. Undang-Undang
sudah ada hukum yang berlaku umum dan dapat dikenakan bagi
para pelaku cyber crime seperti aturan dalam KUHP dan UU ITE.30
30https://balianzahab.wordpress.com/artikel/penegakan-hukum-positif-di-indonesia-
40
Perkembangan hukum ditengah kemajuan teknologi dinilai
masalah tersebut.
41
2) Metode untuk mencegah kejahatan pertama kali , suatu cara
1. Upaya pre-emtif:
2. Upaya preventif:
32
A.S. Alam. Op.Cit., hlm. 79-80.
42
penjahat (narapidana) yang perlu diperhatikan dan diarahkan
3. Upaya Represif:
43
bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Hasanuddin.
45
C. Teknik Pengumpulan Data
(dua), yakni:
D. Analisis Data
46
BAB IV
crime yaitu:
b. Masalah keamanan
d. Undang-undang.
kejahatan.33
33
Didik M Arief Mansur dan Alisatris Gultom, Cyber law – Aspek Hukum Teknologi Informasi,
Refika Aditama, Bandung, 2005, hal.95
47
faktor, yaitu: Faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor sosial
1. Faktor Ekonomi
48
terbuka apalagi terdorong oleh tuntutan ekonomi yang
mendesak.
2. Faktor Lingkungan
34
Teori asosiasi diferensial atau differential association dikemukkan pertama kali oleh Edwin H
Suterland pada tahun 1934 dalam bukunya Principle of Criminology. Sutherland dalam teori ini
berpendapat bahwa perilaku kriminal merupakan perilaku yang dipelajari dalam lingkungan
sosial.
Sumber: http://www.kompasiana.com/ariansyahekasaputra/teori-asosiasi-diferensial-
differential-association-theory-dalam-kriminologi_54f96eaaa3331178178b4d9b Di akses pada 17
Juni 2017 Pukul 12:21 Wita
49
tingkah laku kriminal atau perbuatan melanggar hukum lebih
kehidupan lainnya.
50
hidup manusia, atau sebaliknya, digunakan sebagai sarana
informasi.
korban.
51
4. Faktor Intelektual
cenderung disalahgunakan.
dan represif.
1. Upaya Preventif
52
berbagai upaya seperti memberikan himbauan ke masyarakat
kabar dan radio, serta pada saat mengisi acara talkshow pihak
kemasyarakat.
2. Upaya Represif
53
kemudian diproses dikepolisian dan sebelum dilimpahkan
54
tempat yang berbeda. Wilayah kejahatan dunia maya yang begitu
kejahatan.
55
a. Pornografi dan/atau Pelanggaran Kesusilaan Melalui Media
dengan korban.35
kasus dari rentan waktu 2012 hingga Mei 2017. Jumlah tersebut
35
Suhariyanto, Budi. Op cit. hlm 104
56
penulis nilai sangat minim mengingat banyaknya pornoaksi
pelanggaran kesusilaan.
3 UU ITE)
57
tersebut. Jika dahulu orang hanya bisa melakukan penghinaan
36
Ibid. hlm 116
58
Penghinaan/pencemaran nama baik di internet dimuat
masing-masing.
59
banyak sasaran yang potensial. Teror-teror tersebut dapat
Sulawesi selatan.
berbunyi:
60
Dan Pasal 45B yang berbunyi:
37
Ibid. hlm 122
61
Adapun beberapa kasus yang terjadi di daerah Polda
Sulsel, yakni:
berbunyi:
38
http://news.liputan6.com/read/2229550/gembong-penipuan-lewat-sms-berhasil-diringkus-
polisi-di-sulsel
62
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
63
Perbuatan profokasi terhadap SARA di dunia maya
64
adalah memperoleh, mengubah, merusak, atau menghilangkan
sasaran.
tinggi)
39
Ibid. hlm 128
40
Ibid. hlm 129
65
perbuatan tanpa wewenang masuk dengan memaksa ke dalam
kejahatan.
bebrbunyi:
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik
milik orang lain dengancara apapun.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik
dengan cara apapun dengan tujuan untuk memperoleh
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik
dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos,
melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
66
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp.700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).
dan objek hak cipta lainnya yang ada dalam aktifitas siber.41
41
Ibid. hlm 148
67
penyimpanan lainnya kemudian disebarluaskan secara ilegal.
google.com.
68
Dalam penanganan cyber crime di wilayah hukum Polda
oleh unit cyber crime reserse kriminal khusus Polda Sulsel dengan
referensi, yaitu:
a. Aspek Penyidik
69
penyidik sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus-
elektronik tersebut.
70
dalam kasus cyber crime berperan sangat penting dimana
bebas.
cyber crime terkait aspek alat bukti karena terkadang alat bukti
c. Aspek Fasilitas
71
Dalam mengungkap kasus-kasus cyber crime
sebagainya).
siapa saja orang yang mengirim email kepada kita, kapan dan
72
keberadaannya serta kegiatan apa yang dilakukan pada
d. Aspek Jurisdiksi
42
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/11/komputer-forensik-pengertian-dan-tujuan
diakses pada tanggal 17 Juni 2017 Pukul 22:57 Wita
73
tantangan sehubungan dengan masalah pertanggungjawaban
cyber crime.43
2008, yaitu:44
43
Barda Nawawi Arief, Op cit. hlm 107
44
Undang-undang nomor 11 tahun 2008
74
Undang-undang ini memiliki jangkauan yurisdiksi tidak
Indonesia.45
45
Ibid
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Faktor Ekonomi,
b. Faktor Lingkungan,
d. Faktor Intelektual.
a. Upaya Preventif
b. Upaya Represif
B. Saran
62
2. Perlunya untuk meningkatkan kemampuan penyidik khususnya pada aparat
crime.
63
DAFTAR PUSTAKA
Didik M Arief dan Alisatris Gultom. 2005. Cyber Law – Aspek Hukum Teknologi
Informasi. Bandung: Refika Aditama
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2010. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana.
Bandung: PT Alumni.
Santoso, Topo dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, P.T. Raja GrafindoPersada,
Jakarta, 2012.
Skripsi:
Perundang-Undangan:
64
Internet:
cybercrime4c.blogspot.com/2013/06/apa-yang-dimaksud-cracking diakses
tanggal 4 Januari 2017 Pukul 13:15Wita
http://tekno.kompas.com/read/2014/12/29/09190067/7.Kasus.Hacking.Paling.He
boh.di.2014 yang diakses pada tanggal 4 Januari 2017, Pukul 14:02 Wita
https://bigswamp.wordpress.com/2011/03/02/kasus-kasus-cyber-crime-part-1-
spamming/ yang diakses pada tanggal 4 Januari 2017, Pukul 14:27 Wita
http://berbagi100persen.blogspot.co.id/2013/06/kasus-spamming.html diakses
pada tanggal 4 Januari 2017, Pukul 14:35 Wita
http://berbagi100persen.blogspot.co.id/2013/06/kasus-spamming.html diakses
pada tanggal 4 Januari 2017, Pukul 14:45 Wita
https://pandi.id/berita/kesadaran-keamanan-cyber-indonesia-masih-rendah-kata-
pandi/ yang diakses pada tanggal 08 Januari 2017 Pukul 12:32 Wita
https://balianzahab.wordpress.com/artikel/penegakan-hukum-positif-di-indonesia-
terhadap-cybercrime/ yang diakses pada tanggal 08 Januari 2017 pukul
13:04 Wita
http://m.liputan6.com/tekno/read/2269314/lazada-sudah-temukan-pelaku-kasus-
beli-smartphone-dapat-kispray 26 Februari 2017 Pkl.21.00 Wita
http://www.kompasiana.com/ariansyahekasaputra/teori-asosiasi-diferensial-
differential-association-theory-dalam-
kriminologi_54f96eaaa3331178178b4d9b Di akses pada 17 Juni 2017 Pukul
12:21 Wita
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/11/komputer-forensik-pengertian-
dan-tujuan diakses pada tanggal 17 Juni 2017 Pukul 22:57 Wita
http://news.liputan6.com/read/2229550/gembong-penipuan-lewat-sms-berhasil-
diringkus-polisi-di-sulsel
65
LAMPIRAN
62
63