Anda di halaman 1dari 20

                                                    BAB 1   PENDAHULUAN

 A.       Latar Belakang  


Dalam pergaulan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari norma dan aturan yang berlaku di
masyarakat. Apabila semua angota masyarakat mentaati norma dan aturan tersebut, niscaya kehidupan
masyarakat akan tenteram, aman, dan damai. Namun dalam kenyataannya, sebagian dari anggota
masyarakat ada yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma dan aturan tersebut.
Pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat dikenal dengan istilah
penyimpangan sosial atau istilah yang sering digunakan dalam perspektif psikologi adalah patologi sosial
(social pathology). Akibat penyimpangan sosial ini, memunculkan berbagai permasalahan kehidupan
masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan penyakit sosial.
Penyimpangan sosial dari sekelompok masyarakat atau individu akan mengakibatkan masalah sosial,
menurut Kartini (2003) kejadian tersebut terjadi karena adanya interaksi sosial antar individu, individu
dengan kelompok, dan antar kelompok. Interaksi sosial berkisar pada ukuran nilai adat-istiadat, tradisi
dan ideologi yang ditandai dengan proses sosial yang diasosiatif. Adanya penyimpangan perilaku dari
mereka terhadap pranata sosial masyarakat. Ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan masyarakat
dapat membahayakan kelompok sosial kondisi ini berimplikasi pada disfungsional ikatan sosial.
Apabila kejadian tersebut terus terjadi dalam masyarakat, maka perjudian, tawuran antar pelajar dan
mabuk-mabukan tersebut akan menjadi virus mengganggu kehidupan masyarakat. Masyarakat akan
resah dan merasa tidak tenteram. Andaikan tubuh kita diserang virus, tentu tubuh kita akan merasa
sakit. Begitu pula masyarakat yang diserang virus, tentu masyarakat tersebut akan merasa sakit.
Sakitnya masyarakat ini bisa dalam bentuk keresahan atau ketidak-tenteraman keidupanan masyarakat.
Oleh karena itulah, perjudian, tawuran antar pelajar dan mabuk-mabukan itu dikategorikan sebagai
penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial adalah perbuatan atau tingkah laku yang
bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
bangsa, disiplin, kebaikan dan hukum formal.
Sebenarnya penyakit sosial itu tidak hanya perjudian, tawuran antar pelajar dan kriminalitas. Masih
banyak perilaku masyarakat yang bisa disebut menjadi virus penyebab penyakit sosial, misalnya:
alkoholisme, penyalahgunaan Napza, pelacuran, dan mungkin masih banyak lagi perilaku masyarakat
yang bisa menimbulkan keresahan dan mengganggu keteraman masyarakat.
Faktor apa yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit masyarakat tersebut? Para ahli sosiologi
menyatakan bahwa penyakit sosial itu timbul karena adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh orang atau sekelompok orang terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Pelanggaran terhadap norma dan aturan masyarakat inilah yang kemudian dikenal dengan
penyimpangan sosial.
Beberapa fenomena perilaku perjudian, sebagai salah satu penyakit sosial masyarakat yang akan diurai
dan diharapkan memberikan kontribusi konstruktif dalam penyelesaiannya akan diketengahkan dalam
paper ini, antara lain; Pertama, menjelaskan tentang motif individu melakukan judi dengan kajian
psikologi, Kedua, judi sebagai diasosiatif yang mengakibatkan terjadinya penyakit sosial masyarakat, dan
ketiga upaya pendekatan untuk menyelesaikan dan merehabilitasi penyakit sosial judi.

1
 

B.     Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian perjudian?
2.      Apa yang melatar belakangi terjadinya perjudian di berbagai kalangan masyarakat?
3.      Apa dampak dari perjudian?
4.      Bagaimana cara dan upaya memberantas perjudian?
 
 

2
BAB II
PEMBAHASAN
 
1.    Pengertian Perjudian
Meskipun masalah perjudian sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi baik dalam
KUHP maupun UU No. 7 tahun 1974 ternyata masih mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan ini
yang memungkinkan masih adanya celah kepada pelaku perjudian untuk melakukan perjudian. Adapun
beberapa kelemahannya adalah :
Perundang-undangan hanya mengatur perjudian yang dijadikan mata pencaharian, sehingga kalau
seseorang melakukan perjudian yang bukan sebagai mata pencaharian maka dapat dijadikan celah
hukum yang memungkinkan perjudian tidak dikenakan hukuman pidana
Perundang-undangan hanya mengatur tentang batas maksimal hukuman, tetapi tidak mengatur tentang
batas minimal hukuman, sehingga dalam praktek peradilan, majelis hakim seringkali dalam putusannya
sangat ringan hanya beberapa bulan saja atau malah dibebaskan
Pasal 303 bis ayat (1) angka 2, hanya dikenakan terhadap perjudian yang bersifat ilegal, sedangkan
perjudian yang legal atau ada izin penguasa sebagai pengecualian sehingga tidak dapat dikenakan
pidana terhadap pelakunya. Dalam praktek izin penguasa ini sangat mungkin disalahgunakan, seperti
adanya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dengan pejabat yang berwenang.
Menurut Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul patologi sosial, perjudian adalah pertaruhan
dengan sengaja yaitu mempertaruhkan suatu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan
menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu dalam peristiwa-peristiwa permainan,
pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya. Pengaturan
perjudian sendiri dapat ditemukan dalam pasal 303 KUHP, pasal 303 bis KUHP dan UU nomor 7 tahun
1974 tentang penertiban perjudian.
Perjudian (gambling) dalam kamus Webster didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang melibatkan
elemen risiko. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Sementara Carson
dan Butcher (1992) dalam buku Abnormal Psychology and Modern Life, mendefinisikan perjudian
sebagai memasang taruhan atas suatu permainan atau kejadian tertentu dengan harapan memperoleh
suatu hasil atau keuntungan yang besar. Apa yang dipertaruhkan dapat saja berupa uang, barang
berharga, makanan, dan lain-lain yang dianggap memiliki nilai tinggi dalam suatu komunitas. 
Definisi serupa dikemukakan oleh Stephen Lea, et al (1987) dalam buku The Individual in the Economy, A
Textbook of Economic Psychology seperti yang dikutip oleh Papu (2002). Menurut mereka perjudian
adalah suatu kondisi dimana terdapat potensi kehilangan sesuatu yang berharga atau segala hal yang
mengandung risiko. Namun demikian, perbuatan mengambil risiko dalam perilaku berjudi, perlu
dibedakan pengertiannya dari perbuatan lain yang juga mengandung risiko. Ketiga unsur dibawah ini
mungkin dapat menjadi faktor yang membedakan perilaku berjudi dengan perilaku lain yang juga
mengandung risiko:
Perjudian adalah suatu kegiatan sosial yang melibatkan sejumlah uang (atau sesuatu yang berharga)

3
dimana pemenang memperoleh uang dan imbalan lainnya yang dianggap berharga.
Risiko yang diambil bergantung pada kejadian-kejadian di masa mendatang, dengan hasil yang tidak
diketahui, dan banyak ditentukan oleh hal-hal yang bersifat kebetulan atau keberuntungan.
Risiko yang diambil bukanlah suatu yang harus dilakukan, kekalahan atau kehilangan dapat dihindari
dengan tidak ambil bagian dalam permainan judi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perjudian adalah perilaku yang melibatkan adanya risiko
kehilangan sesuatu yang berharga dan melibatkan interaksi sosial serta adanya unsur kebebasan untuk
memilih apakah akan mengambil risiko kehilangan tersebut atau tidak.
Dari pengertian diatas maka ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi. Yaitu
adanya unsur :
o    Permainan / perlombaan. Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau
perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu
senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. Namun disini para pelaku tidak harus terlibat
dalam permainan. Karena boleh jadi mereka adalah penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap
jalannya sebuah permainan atau perlombaan.
o    Untung-untungan. Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak
digantungkan kepada unsur spekulatif / kebetulan atau untung-untungan. Atau faktor kemenangan yang
diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.
o    Ada taruhan. Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang dipasang oleh para pihak
pemain atau bandar. Baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya. Bahkan kadang istripun bisa
dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang
dirugikan. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan
dapat disebut sebagai judi atau bukan.
Dari uraian di atas maka jelas bahwa segala perbuatan yang memenuhi ketiga unsur diatas, meskipun
tidak disebut dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 adalah masuk kategori judi meskipun
dibungkus dengan nama-nama yang indah sehingga nampak seperti sumbangan, semisal PORKAS atau
SDSB. Bahkan sepakbola, pingpong, bulutangkis, voley dan catur bisa masuk kategori judi, bila dalam
prakteknya memenuhi ketiga unsur diatas.
 

4
2.     Jenis-Jenis Perjudian
Dalam PP No. 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, perjudian dikategorikan menjadi
tiga. Pertama, perjudian di kasino yang terdiri dari Roulette, Blackjack, Baccarat, Creps, Keno, Tombola,
Super Ping-pong, Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine (Jackpot), Ji Si Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck,
Lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran). Pachinko, Poker, Twenty
One, Hwa Hwe serta Kiu-Kiu.
Kedua, perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau
papan yang berputar (Paseran), lempar gelang, lempar uang (Coin), kim, pancingan, menembak sasaran
yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu domba/kambing, pacu kuda,
karapan sapi, pacu anjing, kailai, mayong/macak dan erek-erek.
Ketiga, perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu sapi, adu kerbau,
pacu kuda, karapan sapi, adu domba/kambing.
Jika kita perhatikan perjudian yang berkembang dimasyarakat bisa dibedakan berdasarkan alat /
sarananya. Yaitu ada yang menggunakan hewan, kartu, mesin ketangkasan, bola, video, internet dan
berbagai jenis permainan olah raga.
Selain yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatas, masih banyak perjudian yang
berkembang di masyarakat. Semisal “adu doro”, yaitu judi dengan mengadu burung merpati. Dimana
pemenangnya ditentukan oleh peserta yang merpatinya atau merpati yang dijagokannya mencapai
finish paling awal.
Yang paling marak biasanya saat piala dunia. Baik di kampung, kantor dan cafe, baik tua maupun muda,
sibuk bertaruh dengan menjagokan tim favoritnya masing-masing. Bahkan bermain caturpun kadang
dijadikan judi. Sehingga benar kata orang “kalau orang berotak judi, segala hal dapatdijadikan sarana
berjudi”.
Pada umumnya masyarakat Indonesia berjudi dengan menggunakan kartu remi, domino, rolet dan
dadu. Namun yang paling marak adalah judi togel (toto gelap). Yaitu dengan cara menebak dua angka
atau lebih. Bila tebakannya tepat maka sipembeli mendapatkan hadiah beberapa ratus atau ribu kali
lipat dari jumlah uang yang dipertaruhkan. Judi ini mirip dengan judibuntut yang berkembang pesat
pada tahun delapan puluhan sebagai ekses
 

5
3.    Dasar Hukum Judi
Dalam al-Qur'an, kata maysir disebutkan sabanyak tiga kali, yaitu dalam surat al-Baqaraħ (2) ayat 219,
surat al-Mâ`idaħ (5) ayat 90 dan ayat 91. Ketiga ayat ini menyebutkan beberapa kebiasaan buruk yang
berkembang pada masa jahiliyah, yaitu khamar, al-maysir, al-anshâb (berkorban untuk berhala), dan al-
azlâm (mengundi nasib dengan menggunakan panah). Penjelasan tersebut dilakukan dengan
menggunakan jumlahkhabariyyah dan jumlah insya`iyyah. Dengan penjelasan tersebut, sekaligus al-
Qur'an sesungguhnya menetapkan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang dijelaskan itu. Di dalamsurat
al-Baqaraħ (2) ayat 219 disebutkan sebagai berikut:

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat
dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,
Sehubungan dengan judi, ayat ini merupakan ayat pertama yang diturunkan untuk menjelaskan
keberadaannya secara hukum dalam pandangan Islam. Setelah ayat ini, menurut al-Qurthubiy,
kemudian diturunkan ayat yang terdapat di dalam surat al-Ma'idah ayat 91 (tentang khamar ayat ini
merupakan penjelasan ketiga setelah surat al-Nisa` ayat 43). Terakhir Allah menegaskan pelarangan judi
dan khamar dalam surat al-Ma'idah ayat 90.
Al-Thabariy menjelaskan bahwa "dosa besar" yang terdapat pada judi yang dimaksud ayat di atas adalah
perbuatan judi atau taruhan yang dilakukan seseorang akan menghalangi yang hak dan,
konsekwensinya, ia melakukan kezaliman terhadap diri, harta dan keluarganya atau terhadap harta,
keluarga dan orang lain. Kezaliman yang dilakukannya terhadap dirinya adalah penurunan kualitas
keberagamaannya, dengan kelalaiannya dari mengingat Allah dan shalat. Sedangkan kezaliman terhadap
orang lain adalah membuka peluang terjadinya permusuhan dan perpecahan. Sementara keuntungan
yang ditumbulkan dari perjudian itu hanya terbatas pada keuntungan material, kalau ia menang .

6
4. Akibat Perjudian
 
Dalam surat al-Baqaraħ (2) ayat 219, Allah SWT menjelaskan bahwa khamar dan al-maysir mengandung
dosa besar dan juga beberapa manfaat bagi manusia. akan tetapi dosanya lebih besar dari manfaatnya.
Manfaat yang dimaksud ayat itu, khususnya mengenai al-maysir, adalah manfaat yang hanya dinikmati
oleh pihak yang menang, yaitu beralihnya kepemilikan sesuatu dari seseorang kepada orang lain tanpa
usaha yang sulit. Kalaupun ada manfaat atau kesenangan lain yang ditimbulkannya, maka itu lebih
banyak bersifat manfaat dan kesenangan semu.
Pada bentuk permainan al-mukhâtharaħ, pihak yang menang bisa memperoleh harta kekayaan yang
dijadikan taruhan dengan mudah dan bisa pula menyalurkan nafsu biologisnya dengan isteri pihak yang
kalah yang juga dijadikan sebagai taruhan. Sedang pada bentuk al-tajzi`aħ, pihak yang menang merasa
bangga dan orang-orang miskin juga bisa menikmati daging unta yang dijadikan taruhan tersebut. Akan
tetapi, al-maysir itu sendiri dipandang sebagai salah satu di antara dosa-dosa besar yang dilarang oleh
agama Islam.
Penegasan yang dikemukakan pada suat al-Baqaraħ (2) ayat 219 bahwa dosa akibat dari al-maysir lebih
besar daripada manfaatnya memperjelas akibat buruk yang ditimbulkannya. Di antara dosa atau risiko
yang ditimbulkan oleh al-maysir itu dijelaskan dalam surat al-Mâ`idaħ (5) ayat 90 dan 91. Kedua ayat
tersebut memandang bahwa al-maysir sebagai perbuatan setan yang wajib dijauhi oleh orang-orang
yang beriman. Di samping itu, al-maysir juga dipergunakan oleh setan sebagai alat untuk menumbuhkan
permusuhan dan kebencian di antara manusia, terutama para pihak yang terlibat, serta menghalangi
konsentrasi pelakunya dari perbuatan mengingat Allah dan menunaikan shalat. Al-Alusiy menjelaskan
bahwa kemudaratan yang dapat ditimbulkan oleh perjudian antara lain, selain perbuatan itu sendiri
merupakan cara peralihan (memakan) harta dengan cara yang batil, adalah membuat para pecandunya
memiliki kecenderungan untuk mencuri, menghancurkan harga diri, menyia-nyiakan keluarga, kurang
pertimbangan dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk, berperangai keji, sangat mudah
memusuhi orang lain. Semua perbuatan itu sesungguhnya adalah kebiasaan-kebiasaan yang sangat tidak
disenangi orang-orang yang berfikir secara sadar (normal), tapi orang yang sudah kecanduan dengan
judi tidak menyadarinya, seolah-olah ia telah menjadi buta dan tuli. Selain itu, perjudian akan membuat
pelakunya suka berangan-angan dengan taruhannya yang mungkin bisa memberikan keuntungan
berlipat ganda .
 

7
E. Menghindari judi
Beberapa solusi dikemukakan di bawah ini untuk menanggulangiperjudian sebagai berikut:
1.    Mengadakan perbaikan ekonomi secarah menyeluruh. Menetapkan undang-undang atau peraturan
yang menjamin gaji minimum seorang buruh, pekerja dan pegawai yang sepadan dengan biaya
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Memperluas lapangan pekerjaan dan lain-lain.
2.   Adanya keseimbangan antara budget di pusat dan di daerah-daerah periferi. Sebab, oleh adanya
diskriminasi pemberian budget, timbullah kemudian rasa tidak puas.
3.   Menyediakan tempat-tempat hiburan dan rekreasi yang sehat. Disertai inteansifikasi pendidikan
mental dan ajaran-ajaran agama.
4.   Khusus untuk mengurangi jumlah judi buntut, dengan jaln menurunkan nilai hadiah tertinggi dari
macam-macam lotre resmi, lalu menambah jumlah hadiah-hadiah hiburan lainnya yang lebih banyak.
5.   Lokalisasi perjudian khusus bagi wisatawan-wisatawanasing, golongan ekonomi kuat dan warga
Negara keturunan asing. Dengan memberikan konsesi pembukaan tempat-tempat judi dan kegiatan
dapat di awasi.
 

8
6. Ayat al-Qur'an tentang judi
                         
Q.S. al-Baqarah ayat 219
 
َ ِ‫ك َما َذا يُ ْنفِقُونَ قُ ِل ْال َع ْف َو َك َذل‬
‫ك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم‬ َ َ‫اس َوإِ ْث ُمهُ َما أَ ْكبَ ُر ِم ْن نَ ْف ِع ِه َما َويَسْأَلُون‬ِ َّ‫يَسْأَلُونَكَ ع َِن ْالخَ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر قُلْ فِي ِه َما ِإ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬ ِ ‫اآْل يَا‬
      Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfa`atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih
dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,"( Q.S.
al-Baqarah: 219)
 
Penjelasan ayat diatas:
Dulu, orang Arab Jahiliyyah, banyak melakukan minum khamar, yaitu minuman yang memabukkan dan
banyak pula yang melakukan judi. Ini tidak mengherankan, karena bangsa-bangsa Persi, Romawi, dan
lain-lain bangsa sekitar tanah Arab sudah lebih dahulu minum khamar (tuak) dan berjudi. Setelah datang
Islam, Sahabat Nabi bertanya kepada Nabi tentang hukum Islam dalam minum Khamar dan berjudi yang
banyak dilakukan ketika itu.
Maksudnya, kaum mukminin bertanya kepadamu wahai Rasul tentang hukum khamr dan judi, di mana
pada zaman jahiliyah kedua hal tersebut sering dilakukan dan juga pada awal-awal Islam. Seolah-olah
terjadi kesulitan memahami kedua perkara tersebut. Karena itu, mereka bertanya kepadamu tentang
hukum-hukumnya. Maka Allah Ta’ala memerintahkan kepada NabiNya untuk menjelaskan manfaat-
manfaatnya dan kemudharatannya kepada mereka agar hal tersebut menjadi pendahuluan untuk
pengharamannya dan wajib meninggalkan kedua perbuatan tersebut secara total.
Allah mengabarkan bahwa dosa dan mudharat keduanya serta apa yang diakibatkan oleh keduanya
seperti hilangnya ingatan, harta dan menghalangi dari berdzikir kepada Allah, dari shalat, (menimbulkan)
permusuhan dan saling benci, adalah lebih besar Didapatkan harta dengan berjual beli khamr atau
memperolehnya dengan cara judi atau kebahagiaan hati saat melakukannya.
Dan penjelasan ini merupakan pencegahan dari kedua perbuatan tersebut, karena seorang yang berakal
akan lebih memilih sesuatu yang kemaslahatannya lebih besar, dan ia akan menjauhi suatu yang
mudharatnya lebih besar. Akan tetapi, ketika mereka sudah begitu terbiasa dengan kedua perkara
tersebut dan sulit untuk meninggalkannya secara total pada awal-awalnya, maka Allah memulai hal
tersebut dengan ayat ini sebagai pendahuluan menuju kepada pengharaman secara mutlak yang
disebutkan dalam firman-Nya
 
Penjelasan Ayat ke Ayat
Setelah diturunkan ayat diatas, maka dipertegas oleh ayat yang turun berikutnya. Yaitu Q.S. al-Maidah
ayat 90
َ‫صابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل َ ْن‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan." (Al-
Maidah: 90).

9
Ayat diatas menunjukkan bahwa berjudi merupakan perilaku syaitan yang arus dijauhi.
Didalam ayat ini terdapat empat perbuatan yang serentak dilarang 0leh Allah SWT, yaitu:
1. Meminum minuman keras
2. Berjudi
3. Menyembah berhala
4. Mengundi nasib
Dalam ayat ini ternyata bahwa judi disenafaskan dengan menyembah berhala, minum minuman keras,
dan mengundi nasib yang semuanya merusak masyarakat dan menghancurkan budi pekerti.
 
Hal ini semakin diperjelas melalui Q.S. al-Maidah ayat 91
َ‫صاَل ِة فَهَلْ أَ ْنتُ ْم ُم ْنتَهُون‬ َّ ‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َع ِن ال‬ ُ َ‫ضا َء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر َوي‬
َ ‫إِنَّ َما ي ُِري ُد ال َّش ْيطَانُ أَ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬
Artinya: Bahwasannya setan itu hendak menjatuhkan kamu kedalam permusuhan dan kebencian
disebabkan minuman keras dan judi, dan setan hendak melarang kanmu dari mengingati Alloh dan dari
sembahyang, maka maukah kamu berhenti ? (Q.S. al-Maidah : 91)
 
Ayat di atas menjadi sebuah peringatan kepada umat manusia tentang judi, bahwa judi adalah
perbuatan syaitan yang mengajak untuk tidak mengingat Allah dan dari shalat.
Shalat dapat menyelamatkan orang dari pikiran dan tindakan yang jahat.namun jika mereka tetap
melakukan kejahatan berupa perjudian ini, maka dia tidak hanya kehilangan petunjuk dari Allah tetapi
juga akan kehilangan rahmat-Nya.
 
Penegasan ayat oleh hadith
Kemudian dipertegas melalui hadits yang diriwayatkan oleh shahih muslim, yang berbunyi :
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ي ع َْن ُس ْفيَانَ ع َْن ع َْلقَ َمةَ ب ِْن َمرْ ثَ ٍد ع َْن ُسلَ ْي َمانَ ْب ِن بُ َر ْي َدةَ ع َْن أَبِي ِه أَ َّن النَّب‬ ٍّ ‫ب َح َّدثَنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ َم ْه ِد‬ ٍ ْ‫َح َّدثَنِي ُزهَ ْي ُر بْنُ َحر‬
‫ير َو َد ِم ِه‬ٍ ‫صبَ َغ يَ َدهُ فِي لَحْ ِم ِخ ْن ِز‬ َ ‫ير فَكَأَنَّ َما‬ ِ ‫ب بِالنَّرْ َد ِش‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ال َم ْن لَ ِع‬
Artinya: hadits dari zuhair bin kharbin hadits dari Abdurrahman bin mahdi dari sufyan dari alqamah ibnu
marthad dari Sulaiman bin Burdah, dari bapaknya Burdah Rda., belia berkata: bersabda Nabi
Muhammad Saw. "Barangsiapa yang bermain dadu maka ia telah membenamkan tangannya ke dalam
daging dan darah babi."
Perkataan “Nirdasyir” adalah kata campuran dari bahasa arab “Nird”  dadu dengan bahasa Persi “Syir”
( Indah-indah ). Ini pada mulanya adalah permainan judi orang besar Persia, yaitu gundu-gundu yang
dibuat dengan warna-warna yang bagus sekali. Cara permainannya dadu-dadu itu dihamburkan kemeja
panjang yang dinamai “Thawalah”. Petak dadu yang diatas itulah yang menang, dan sekalian orang tepat
terkaannya menanglah ia dan yang tidak tepat kalahlah ia. Permainan ini agak serupa dengan “dadu
goyang” atau dadu putar”‘ yang ada di Indonesia sekarang.
 
Walaupun dalam hadits ini hanya dikatakan main dadu, tetapi maksudnya sekalian permainan yang
bertaruh adalah judi, walaupun main catur, skhak, main domino, main Kim, main lempar-lemparan,
main teka-teki, main kelereng, main layang-layang, main antak-antak bola, berpacu lari, berpanco jari,
main sepak bola, main badminton, adu ayam jago dan lain sebagainya.
 

10
Tafsir Ibnu Katsir
Nabi bersabda: Perumpamaan orang yang main dadu dan kemudian ia sembahyang, sama halnya
dengan orang yang berwudhlu denganh nanah dan darah babi, kemudian ia lantas sembahyang ( Ibnu
Katsir II, halaman 92)
Hal ini menurut Ibnu Katsir dirawikan oleh Imam Ahmad
Dalam Hadits ini hanya dikatakan “Main dadu”, dan sesuai dengan firman-firman Allah dalam surat-surat
Al-baqarah 219, Al-Maidah 90 dan Al Maidah 91, maka sekalian permainan judi yang bertaruh apa saja
adalah haram hukumnya, dikutuk oleh Allah dan Rasul.
 
b.  Pembalasan Bagi Penjudi
Dari berbagi penjelasan ayat diatas, balasan bgi seorang penjudi adalah disamakan memakan darah dan
daging babi, yang mana kedua hal tersebut menjadi sesuatu yang diharamkan oleh Allah, dan jika kita
mendapat sesuatu yang haram, maka kita hanya akan mendapatkan dosa yang besar.
Di sisi lain menyatakan bahwa, penjudi adalah teman dari syaitan. Dan syaitan selalu mengajak menuju
ke arah yang berlawanan dengan jalan Allah. Sehingga Allah SWT dan Rasulullah mengutuk orang yang
termasuk kedalam golongan syaitan.. selain itu syaitan juga menjauhkan kita untuk beribadah kepada
Allah SWT. Padahal kehidupan akhirat lebih kekal daripada kehidupan di dunia ini. Dan jika mereka
selalu berada dijalan Allah, maka mereka akan mendapatkan kehidupan yang sejahtera ketika di akhirat
nanti. Nemun jika mereka keluar dari jalur yang telah disyariatkan Islam,maka mereka akan dapat
dipastikan mendapat neraka.
Selain itu, terdapat dampak negative bagi khidupan di dunia, yang mana judi tersebut dapat
menyebabkan herta benda yang telah lama dikumpulkan menjadi hilang sia-sia.begitu juga ketika
menjadi pemenang judi, ,ereka tidak akan mendapatkan kesenangan lahir batin karena harta yang
mereka gunakan adalah harta yang haram.
Jadi balasan penjudi dari Allah adalah adalah berupa dosa besar yang diberikan dan akan dilaknat oleh
Allah. Selain itu juga akan mendapat kutukan dari rasulullah. Dan jika hal ini terjadi maka, mereka bisa
tidak di akui sebatgai umat Rasulullah SAW. Selain itu jika dilihat dari Q.S. Al-Maidah: 90 yang
menyatakan bahwa judi disenafaskan dengan menyembah berhala, maka mereka termasuk golongan
yang menyekutukan Allah SWT
 
c. Mengapa masih terdapat perjudian
perjudian sangat sulit dihilangkan karena,:
1.     Banyak orang yang ingin menjadi kaya dengan melalui jalan pintas yaitu melalui jalan berjudi,
karena merasa pendapatn yang nereka peroleh ketika menang adalah dua keli lipat dari harta
sebelumnya.
2.     Kecanduan, ini yang menjadi salah satu factor yang membuat sulinya menghilangkan kebiasaan ini.
Karena mereka merasa kurang ketika mereka menang, tetapi mereka akan merasa kurang puas atau
kurang dapat menerima ketika mereka menjadi seorang yang terkalahkan.
Diatas adalah dua dari banyak factor yang menyebabkan orang sulit dalam menghentikan kebiasaan
berjudi mereka.
 

11
7. Motif Perjudian Kajian Psikologi
Pada salah satu ayat dalam al-Quran surat al-Baqarah [2] : 219 bahwa sesungguhnya judi tidak
memberikan maslahat melainkan mudarat—judi tidak akan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Individu yang melakukan tindakan berjudi terdorong motif untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya (utility maximitation) bagi kesejahteraannya. Ekspektasi itu kemudian membuat dia
melakukan spekulasi dengan cara-cara yang destruktif yang menghalalkan segala cara.
Merasakan kemenangan ketika berhasil meraup keuntungan membuat eskalasi kegembiraan (euforia)
sangat tinggi dan mengantar keinginan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi faktor ini
sebagai pencetus (driven) yang dapat merusak. Simak saja perilaku para penjudi, akan mempertaruhkan
segala sesuatu yang dianggap sebagai harta untuk didiserahkan ditempat perjudian. Sekuensial dari
perilaku tersebut akan berefek kepada tindakan-tindakan yang menyimpang lainnya (disfungtional
behavior), tidak lagi mematuhi pranata-pranata sosial, norma, nilai, dan hukum positif sehingga akan
menimbulkan virus dalam masyarakat, bila tidak diselesaikan secara komprehensif, baik secara persuasif
dan preventif maka akan menimbulkan penyakit sosial masyarakat.
Penyakit sosial akan sulit “diobati” bilamana didukung perilaku yang menetap telah dilakukan oleh
sebagian masyarakat pada generasi sebelumnya yang terus-menerus masih dilestarikan seperti perilaku
sabung ayam dan sejenisnya yang di dalamnya ada unsur judi. Terdapat pula pemahaman yang keliru
oleh sebagian masyarakat bahwa perilaku-perilaku yang cenderung beraroma judi dianggap sebagai
permainan dan filantropi (kerelaan memberikan sumbangan kepada pihak lain) namun semua itu jelas
menggambarkan model judi yang dimodifikasi.
Perilaku berjudi menjadi bahan kajian lebih lanjut mengingat perilaku tersebut sebenarnya amat sulit
diberantas. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa saja faktor yang memengaruhi perilaku
tersebut ditinjau dari sudut pandang psikologi dan apakah suatu perilaku berjudi dapat dianggap sebagai
perilaku yang menyimpang (patologis). Perjudian di satu pihak sangat terkait dengan kehidupan dunia
bawah kita (underworld), tapi di pihak lain dilegalisasi (legitimated world), dan seakan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari dunia rekreasi dan hiburan. Keberanian mengambil risiko dan
ketangguhan menghadapi ketidakpastian dalam dunia perjudian dan bisnis merupakan dua elemen yang
nuansanya sama, kendati dalam konteks yang amat berbeda. Oleh sebab itu, dalam komunitas
masyarakat tertentu perjudian tidak dianggap sebagai perilaku menyimpang yang dapat menimbulkan
masalah moral dalam komunitas. Berbeda dengan pendapat tersebut, DSM-IV yang dikeluarkan oleh
American Psychiatric Assocation (APA) yang dikutip Papu (2002) mengatakan bahwa perilaku berjudi
dapat dianggap sebagai gangguan kejiwaaan yang termasuk dalam Impulse Control Disorders, jika
perilaku berjudi tersebut sudah tergolong kompulsif. Hal ini didasarkan atas kriteria perilaku yang
cenderung dilakukan secara berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, sudah mendarah daging
(menetap) dan sulit untuk ditinggalkan.
           
 
 
 

12
8.    Perilaku Berjudi Sebagai Patologis Sosial.
Untuk memahami apakah perilaku berjudi termasuk dalam perilaku yang patologis, diperlukan suatu
pemahaman tentang kadar atau tingkatan penjudi tersebut. Hal ini penting mengingat bahwa perilaku
berjudi termasuk dalam kategori perilaku yang memiliki kesamaan dengan pola perilaku adiksi. Menurut
Papu (2002), pada dasarnya ada tiga tingkatan atau tipe penjudi, yaitu:
 
1.   Social Gambler§
Penjudi tingkat pertama adalah para penjudi yang masuk dalam kategori “normal” atau seringkali
disebut social gambler, yaitu penjudi yang sekali-sekali pernah ikut membeli lottery (kupon undian),
bertaruh dalam pacuan kuda, bertaruh dalam pertandingan bola, permainan kartu atau yang lainnya.
Penjudi tipe ini pada umumnya tidak memiliki efek yang negatif terhadap diri maupun komunitasnya,
karena mereka pada umumnya masih dapat mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya.
Perjudian bagi mereka dianggap sebagai pengisi waktu atau hiburan semata dan tidak mempertaruhkan
sebagian besar pendapatan mereka ke dalam perjudian. Keterlibatan mereka dalam perjudian pun
seringkali karena ingin bersosialisasi dengan teman atau keluarga. Di negara-negara yang melegalkan
praktek perjudian dan masyarakat terbuka terhadap suatu penelitian seperti di USA, jumlah populasi
penjudi tingkat pertama ini diperkirakan mencapai lebih dari 90% dari orang dewasa.
 
2.   Problem Gambler§ 
Penjudi tingkat kedua disebut sebagai penjudi “bermasalah” atau problem gambler, yaitu perilaku
berjudi yang dapat menyebabkan terganggunya kehidupan pribadi, keluarga maupun karir, meskipun
belum ada indikasi bahwa mereka mengalami suatu gangguan kejiwaan (National Council on Problem
Gambling USA, 1997). Para penjudi jenis ini seringkali melakukan perjudian sebagai cara untuk melarikan
diri dari berbagai masalah kehidupan. Penjudi bermasalah ini sebenarnya sangat berpotensi untuk
masuk ke dalam tingkatan penjudi yang paling tinggi yang disebut penjudi patologis jika tidak segera
disadari dan diambil tindakan terhadap masalah-masalah yang sebenarnya sedang dihadapi. Menurut
penelitian Shaffer, Hall, dan Vanderbilt (1999) yang dimuat dalam website Harvard Medical School ada
3,9% orang dewasa di Amerika Bagian Utara yang termasuk dalam kategori penjudi tingkat kedua ini dan
5% dari jumlah tersebut akhirnya menjadi penjudi patologis. 
 
3.   Pathological Gambler§
Penjudi tingkat ketiga disebut sebagai penjudi “patologi” atau pathological gambler atau compulsive
gambler. Ciri-ciri penjudi tipe ini adalah ketidakmampuannya melepaskan diri dari dorongan-dorongan
untuk berjudi. Mereka sangat terobsesi untuk berjudi dan secara terus-menerus terjadi peningkatan
frekuensi berjudi dan jumlah taruhan, tanpa dapat mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang
ditimbulkan oleh perilaku tersebut, baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, karir, hubungan sosial atau
lingkungan disekitarnya. American Psychiatric Association atau (APA) mendefinisikan ciri-ciri
pathological gambling sebagai berikut: “The essential features of pathological gambling are a continuous
or periodic loss of control over gambling; a progression, in gambling frequency and amounts wagered, in
the preoccupation with gambling and in obtaining monies with which to gamble; and a continuation of
gambling involvement despite adverse consequences” .
Meskipun pola perilaku berjudi ini tidak melibatkan ketergantungan terhadap suatu zat kimia tertentu,

13
namun menurut para ahli, perilaku berjudi yang sudah masuk dalam tingkatan ketiga dapat digolongkan
sebagai suatu perilaku yang bersifat adiksi (addictive disorder). DSM-IV (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders-fourth edition) yang dikeluarkan oleh APA menggolongkan pathological
gambling ke dalam gangguan mental yang disebut Impulse Control Disorder. Menurut DSM-IV tersebut
diperkirakan 1% (-) 3% dari populasi orang dewasa mengalami gangguan ini. Individu yang didiagnosa
mengalami gangguan perilaku jenis ini seringkali di identifikasi sebagai orang yang sangat kompetitif,
sangat memerlukan persetujuan atau pendapat orang lain dan rentan terhadap bentuk perilaku adiksi
yang lain. Individu yang sudah masuk dalam kategori penjudi patologis seringkali di iringi dengan
masalah-masalah kesehatan dan emosional. Masalah-masalah tersebut misalnya kecanduan obat
(Napza), alkoholik, penyakit saluran pencernaan dan pernafasan, depresi, atau masalah yang
berhubungan dengan fungsi seksual (Pasternak dan Fleming, 1999). Adapun kriteria individu yang dapat
digolongkan sebagai penjudi yang patologis menurut DSM-IV Screen (alat yang digunakan untuk
mengukur tingkatan penjudi) adalah jika individu tersebut menunjukkan 5 (lima) faktor atau lebih dari
faktor-faktor sebagai berikut: 
Preoccupation Terobsesi, dengan perjudian (contoh. sangat terobsesi untuk mengulangi pengalaman
berjudi yang pernah dirasakan dimasa lalu, sulit mengalihkan perhatian pada hal-hal lain selain
perjudian, atau secara khusuk memikirkan cara-cara untuk memperoleh uang melalui perjudian) 
Tolerance, Kebutuhan untuk berjudi dengan kecenderungan meningkatkan jumlah uang (taruhan) demi
mencapai suatu kenikmatan/kepuasan yang diinginkan.
Withdrawal, Menjadi mudah gelisah dan mudah tersinggung setiapkali mencoba untuk berhenti berjudi.
Escape, Menjadikan perjudian sebagai cara untuk melarikan diri dari berbagai masalah hidup atau
perasaan yang kurang menyenangkan (contoh: Perasaan bersalah, ketidakberdayaan, cemas, depresi,
sedih) 
Chasing, Setelah kalah berjudi, cenderung kembali berjudi lagi untuk mengejar kemenangan supaya
memperoleh titik impas. 
Lying, Berbohong kepada anggota keluarga, konselor atau terapist atau orang lain tentang keterlibatan
dirinya dalam perjudian. 
Loss of control, Selalu gagal dalam usaha mengendalikan, mengurangi atau menghentikan perilaku
berjudi. 
Illegal Acts, Terlibat dalam tindakan-tindakan melanggar hukum, seperti penipuan, pencurian,
pemalsuan, dsb, demi menunjang biaya finansial untuk berjudi.
Risked significant relationship, Membahayakan atau menyebabkan rusaknya hubungan persahabatan
dengan orang-orang yang sangat berperan dalam kehidupan, hilangnya pekerjaan, putus sekolah atau
keluarga menjadi berantakan, atau kesempatan berkarir menjadi hilang.
Bailout, Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang kepada dirinya ataupun keluarganya dalam
rangka mengurangi beban finansial akibat perjudian yang dilakukan.
 
 
 

14
4.      Perilaku Berjudi Sebagai Penyakit Sosial
Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit sosial. Perjudian sudah ada di muka bumi ini beribu-
ribu tahun yang lalu. Dalam bermain pun kadang-kadang kita tanpa sadar telah melakukan perbuatan
yang mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan. Misalnya, dalam bermain kelereng, lempar
dadu, bermain kartu, dan sebagainya siapa yang menang akan mendapatkan hadiah tertentu, yang kalah
akan memberikan atau melakukan sesuatu sesuai kesepakatan. Semua itu menunjukkan bahwa dalam
permainan tersebut ada unsur perjudian. Ada sesuatu yang dipertaruhkan dalam permainan judi.
Perjudian merupakan penyakit sosial yang sangat buruk. Kemenangan yang dihasilkan dari perjudian
tidak akan bertahan lama justru akan berakibat pada pengrusakan karakter individu dan akan merusak
kehidupannya. Banyak sudah fakta menceritakan bahwa pemenang judi tidak selalu memiiki hidup yang
sejahtera, sebagian besar mengalami kemiskinan yang begitu parah dan mengalami alianasi
(lketerasingan) dari keluarga dan masyarakat. Kehidupan yang semestinya dapat diperoleh dan
dinikmati dengan keluarga dapat berubah menjadi keburukan. Benar adanya bilamana Allah dalam al-
Quran surat al-Maidah [5] : 90-91 menfirmankan bahwa judi adalah perilaku syaitan, bila tidak dijauhi
maka akan menimbulkan permusuhan dan kebencian. Konflik ditimbulkan akan merusak keharmonisan
keluarga, dan masyarakat akhirnya kehidupan yang bermakna sebagai hamba Tuhan tidak akan
diperoleh.
Kreativitas memodifikasi judi dapat kita lihat diberbagai tempat, Jenis judi pun bermacam-macam dari
yang bersifat sembunyi-sembunyi sampai yang bersifat terbuka. Yang sembunyi-sembunyi misalnya
Togel (totohan gelap), adu ayam jago, permainan kartu dengan taruhan sejumlah uang. Sedangkan judi
yang terbuka, misalnya kuis dengan SMS dengan sejumlah hadiah uang atau barang yang dilakukan oleh
berbagai media baik cetak maupun elektronik.
Perbuatan judi merupakan perilaku yang melanggar terhadap kaidah-kaidah, nilai-nilai, dan norma-
norma yang ada dalam masyarakat. Pelanggaran ini tidak saja hanya pada adat dan kebiasaan
masyarakat, tetapi juga melanggar norma hukum. Bagi individu atau kelompok yang melakukan
perjudian, maka akan mendapat sanksi baik oleh masyarakat maupun berupa sanksi hukum. Sanksi
masyarakat misalnya dikucilkan oleh masyarakat, dipergunjingkan, tidak dihargai dan lain sebagainya.
Sedangkan secara hukum perjudian merupakan pelanggaran terhadap hukum posistif seperti yang
termaktuk dalam KUHP pasal 303 dengan selama-lamanya dua tahun delapan bulan (2 tahun 8 bulan)
atau denda sebanyak-banyknya sebesar Rp600.000,-
Karena menjadi penyakit sosial masyarakat, maka untuk memberantasnya diperlukan kerjasama yang
terintegtasi dan konstruktif antara berbagai komponen baik masyarakat, aparat penegak hukum, dan
pemerintah, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahadiyan (2009) dan Kantor LITBANG Bandung
(2005) hasil penelitian mereka menyimpulkan perlu dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang
terkait untuk melakukan upaya pencegahan secara preventif, represif dan persuasif. Diperlukan
sosialisasi secara masif untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat dengan pendekatan para
tokoh agama setempat.
 
5.   Pengendalian Sosial Upaya Mencegah dan Merehabilitasi Patologi Sosial
Pengendalian sosial adalah upaya atau cara yang dilakukan masyarakat untuk menertibkan anggotanya
masyarakatnya yang menyimpang, melanggar, atau membangkang terhadap nilai, aturan dan norma.
Pengendalian ini dilakukan untuk mencegah munculnya penyimpangan sosial dan penyakit sosial.

15
Pengendalian sosial dilakukan agar masyarakat mau mematuhi aturan dan norma yang berlaku. Di
samping itu, pengendalian sosial dimaksudkan agar terwujud keserasian bermsayarakat, tercipta
ketertiban dalam kehidupan, memperingatkan para pelaku untuk tidak berperilaku menyimpang dan
bertentangan dengan nilai, norma dan aturan.
Lalu bagaimana cara pengendalian sosial, bagaimana bentuk pengendalian sosial dan lembaga apa saja
yang dapat berperan dalam pengendalian sosial dan merehabilitasi patologi sosial? Untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut, cermati uraian berikut ini. Paling tidak ada empat cara untuk
pengendalian sosial, yaitu persuasif, koersif, penciptaan situasi yang dapat mengubah sikap dan
perilaku, dan penyampaian nilai norma dan aturan secara berulang-ulang.
1.      Persuasif
Cara ini dilakukan dengan penekanan pada usaha membimbing atau mengajak berupa anjuran. Contoh,
penertiban PKL (Pedagang Kaki Lima) dengan memindahkan ke lokasi- lokasi tertentun yang sudah
disiapkan.
2.      Koersif
Mestinya langkah ini ditempuh setelah langkah persuasif telah dilakukan. Apabila dengan anjuran,
bujukan tidak berhasil, tindakan dengan kekerasan bisa dilakukan. Contoh polisi pamong praja,
membongkar paksa lapak (termpat berjualan) PKL yang menurut informasi masyarakat sering dialkukan
tempat perjudian. Aparat kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diduga
melakukan praktek-praktek perjudian, menangkap bandar judi Togel dan sabung ayam untuk kemudian
diproses di tindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tindakan seperti itu, bertujuan untuk menerapi
pelaku agar merasakan sanksi ketika berperilaku menyimpang sehingga ada efek jera yang dirasakan, di
harapkan dengan efek tersebut pelaku akan sadar.
 
6.   Penciptaan Situasi yang Dapat Mengubah Sikap dan Perilaku (kompulsif)
Pengendalian sosial sangat tepat bila dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi yang dapat
mengubah sikap dan perilaku seseorang. Misalnya, ketika para penjudi melakukan perjudian sabung
ayam tanpa mau mengindahkan ketentuan pemerintah, pemerintah, penegak hukum (kepolisian), dan
para tokoh agama memberikan sosialisasi berupa himbauan-himbauan secara intensif berupa implikasi
negatif terhadap kehidupa individu dan keluarga, melalui media-media efektif seperti radio atau tempat
yang efektif (misalnya; balai desa, tempat ibadah, atau datangi rumah warga).
 
7.  Penyampaian Nilai, Norma dan Aturan Secara Berfulang-ulang (vervasi).
Pengendalian sosial juga dapat dilakukan dengan cara penyampaian nilai, norma, aturan secara
berulang-ulang. Penyampaian ini bisa dengan cara ceramah maupun dengan dibuatkannya papan
informasi mengenai aturan, nilai dan norma yang berlaku. Dengan cara demikian diharapkan nilai,
norma dan aturan dipahami dan melekat pada diri individu anggota masyarakat.
 
Metode lain yang dapat dilakukakan, untuk mengendalikan dan mencegah penyakit atau penyimpangan
sosial, maka bentuk-bentuk pengendalian sosial dapat dilakukan melalui cara-cara; menolak perilaku
tersebut, teguran, pendidikan, agama, pengucilan, dan meminta pihak lain menanganinya.
a)  Menolak
Seseorang yang melanggar nilai, norma dan aturan mendapat cemoohan atau ejekan dari

16
masyarakatnya, sehingga ia malu, sungkan, dan akhirnya meninggalkan perilakunya.
b)  Teguran
Orang yang melanggar nilai, norma dan aturan diberikan teguran, nasehat agar tidak melakukan
perbuatan yang melanggar nilai, norma dan aturan.
c)  Pendidikan
Melalui pendidikan seorang individu akan belajar nilai, norma dan aturan yang berlaku. Dengan
demikian ia dituntun dan dibimbing untuk berperilaku sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang
berlaku. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
d)  Agama
Agama memiliki peran yang sangat besar dalam pengendalian sosial. Orang yang memiliki agama akan
memahami bahwa melanggar nilai, norma dan aturan di samping ada hukuman di dunia juga ada
hukuman di akherat. Dengan pemahaman ini maka, individu akan terkendali untuk tidak melanggar nilai,
norma dan aturan yang berlaku.
Menurut Papu (2002) menyikapi perilaku berjudi dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang
krusial untuk diperhatikan:
Mengingat bahwa perjudian amat sulit untuk diberantas, maka hal pertama yg perlu diperhatikan untuk
melindungi anggota keluarga agar tidak terlibat dalam perjudian adalah melalui penanaman nilai-nilai
luhur di mulai dari keluarga, selaku komunitas terkecil dalam masyarakat. Kalau orangtua dapat
menanamkan nilai-nilai luhur pada anak-anak sejak usia dini maka anak akan memiliki kontrol diri dan
kontrol sosial yang kuat dalam kehidupannya, sehingga mampu memilih alternatif terbaik yang berguna
bagi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Penanaman nilai-nilai bukan hanya sekedar dilakukan dengan
kata-kata tetapi juga lebih penting lagi melalui keteladanan dari orangtua.
Mengingat pula bahwa perilaku berjudi sangat erat kaitannya dengan pola pikir seseorang dalam
memilih suatu alternatif, maka sangatlah perlu bagi orangtua, pendidik dan para alim ulama untuk
mengajarkan pola pikir rasional. Pola pikir rasional yang saya maksudkan adalah mengajarkan seseorang
untuk melihat segala sesuatu dari berbagai segi, sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak
alternatif yang ditawarkan. Dengan memiliki kemampuan berpikir rasional seseorang tidak akan dengan
mudah untuk mengambil jalan pintas.
Bagi anda yang merasa sudah sangat sulit untuk meninggalkan perilaku berjudi, sebaiknya anda tidak
segan-segan untuk meminta bantuan orang-orang professional seperti psikiater, psikolog, konselor atau
terapist. Bekerjasamalah dengan mereka untuk melepaskan diri dari masalah perjudian. 
Jika memang tidak memiliki pengendalian diri yang tinggi maka jangan sekali-kali anda mencoba untuk
berjudi, sekalipun itu hanya perilaku berjudi tingkat pertama. Jangan pula menjadikan judi sebagai
pelarian dari berbagai masalah kehidupan anda sehari-hari. Jika memang memiliki masalah mintalah
bantuan pada orang-orang professional, bukan pergi ke tempat-tempat perjudian.
Perkuat iman kepada Tuhan dan perbanyak kegiatan-kegiatan yang bersifat religius. Dengan
meningkatkan iman dan selalu mengingat ajaran agama, sesuai dengan keyakinan masing-masing maka
kemungkinan untuk terlibat perjudian secara kompulsif akan semakin kecil.

17
KESIMPULAN

Jadi sudah Nampak jelas yang namanya perjudian itu hal yg sangat merugikan<illegal dan dilarang oleh
agama maupun pemerintah.

Berikut dalil dan undang undang yg membahas tentang perjudian

Q.S. Al-Baqarah ayat 219


 
َ ِ‫ك َما َذا يُ ْنفِقُونَ قُ ِل ْال َع ْف َو َك َذل‬
‫ك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم‬ َ َ‫اس َوإِ ْث ُمهُ َما أَ ْكبَ ُر ِم ْن نَ ْف ِع ِه َما َويَسْأَلُون‬
ِ َّ‫يَسْأَلُونَكَ ع َِن ْالخَ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر قُلْ فِي ِه َما إِ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬ِ ‫اآْل يَا‬

    Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah : "Pada keduanya itu terdapat dosa besar
dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfa`atnya". Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah : "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir.”

Meskipun masalah perjudian sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi baik dalam
KUHP maupun UU No. 7 tahun 1974 ternyata masih mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan ini
yang memungkinkan masih adanya celah kepada pelaku perjudian untuk melakukan perjudian. Adapun
beberapa kelemahannya adalah :
Perundang-undangan hanya mengatur perjudian yang dijadikan mata pencaharian, sehingga kalau
seseorang melakukan perjudian yang bukan sebagai mata pencaharian maka dapat dijadikan celah
hukum yang memungkinkan perjudian tidak dikenakan hukuman pidana
Perundang-undangan hanya mengatur tentang batas maksimal hukuman, tetapi tidak mengatur tentang
batas minimal hukuman, sehingga dalam praktek peradilan, majelis hakim seringkali dalam putusannya
sangat ringan hanya beberapa bulan saja atau malah dibebaskan
Pasal 303 bis ayat (1) angka 2, hanya dikenakan terhadap perjudian yang bersifat ilegal, sedangkan
perjudian yang legal atau ada izin penguasa sebagai pengecualian sehingga tidak dapat dikenakan
pidana terhadap pelakunya. Dalam praktek izin penguasa ini sangat mungkin disalahgunakan, seperti
adanya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dengan pejabat yang berwenang.

Tetapi perjudian dapat kita hindari dengan hal hal berikut

Beberapa solusi dikemukakan di bawah ini untuk menanggulangiperjudian sebagai berikut:


1.    Mengadakan perbaikan ekonomi secarah menyeluruh. Menetapkan undang-undang atau peraturan
yang menjamin gaji minimum seorang buruh, pekerja dan pegawai yang sepadan dengan biaya
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Memperluas lapangan pekerjaan dan lain-lain.
2.   Adanya keseimbangan antara budget di pusat dan di daerah-daerah periferi. Sebab, oleh adanya

18
diskriminasi pemberian budget, timbullah kemudian rasa tidak puas.
3.   Menyediakan tempat-tempat hiburan dan rekreasi yang sehat. Disertai inteansifikasi pendidikan
mental dan ajaran-ajaran agama.
4.   Khusus untuk mengurangi jumlah judi buntut, dengan jaln menurunkan nilai hadiah tertinggi dari
macam-macam lotre resmi, lalu menambah jumlah hadiah-hadiah hiburan lainnya yang lebih banyak.
5.   Lokalisasi perjudian khusus bagi wisatawan-wisatawanasing, golongan ekonomi kuat dan warga
Negara keturunan asing. Dengan memberikan konsesi pembukaan tempat-tempat judi dan kegiatan
dapat di awasi.
 

 
 

19
DAFTAR PUSTAKA

https://plus.google.com/113433339776683516327/posts/hWoqg76giF5

buku islam jalan lurus

20

Anda mungkin juga menyukai