PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang sangat serius dalam bidang pendidikan di tanah
air kita saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia
baru 625.710 orang (50,67%). Guru SMP sebanyak 466.748, yang sudah memiliki
238.028 orang (63,02%). Dosen Perguruan Tinggi sebanyak 210.210, yang sudah
Di sisi output, tingginya angka putus sekolah menjadi hal yang sangat
sekolah (drop out) masih tinggi. Persentase angka putus sekolah untuk setiap
jenjang pendidikan adalah sebagai berikut: angka putus sekolah untuk SD 2,97%;
untuk SMP 2,42%; untuk SMA 3,06%; dan angka putus sekolah untuk Perguruan
Tinggi 5,9%; Secara relatif angka ini kelihatannya kecil, tetapi jika dilihat dari
memperhatikan aspek yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah.
makro juga perlu memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberi fokus
secara lebih luas pada institusi sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan
individu-individu yang terlibat di sekolah, baik guru, siswa, dan kepala sekolah
serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain.
otonomi sekolah, diharapkan sekolah dapat lebih leluasa mengelola sumber daya
sekolah dapat lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat dan mampu
Bertitik tolak pada latar belakang tersebut di atas, maka penulisan yang
diuraikan pada tulisan ini membahas salah satu aspek yang berkaitan dengan
B. Permasalahan
C. Tujuan Penulisan
visioner kepala sekolah dan pengelolaan sekolah efektif. Berdasarkan hal tersebut,
maka tujuan dalam penulisan ini antara lain adalah untuk mengetahui: 1) konsepsi
efektif.
A. Konsepsi Teoretis
1. Sekolah Efektif
Triatna, 2005:1). Hal ini ini disebabkan karena selain terdiri atas input-proses-
21) bahkan menggambarkan sekolah sebagai suatu pabrik yang memproses bahan
tuntutan, maka diperlukan sarana yang baik dan selalu dilakukan pengukuran agar
Output sekolah, pada umumnya, diukur dari tingkat kinerjanya. Kinerja sekolah
bahwa efektivitas sekolah mengacu pada kinerja unit organisasi sekolah. Kinerja
prestasi rata-rata siswa pada akhir masa pendidikan formal mereka di sekolah
tersebut.
sekolah yang dapat menyelenggarakan proses belajar yang efektif karena ciri khas
efektif menurut Sammons (dalam Komariah dan Cepi Triatna, 2005: 39)
2. Kepemimpinan Visioner
bersifat ambiguous. Menurut Hemphill & Coons (dalam Yukl, 1998: 2) dikatakan
menurut Schein (dalam Yukl, 1998: 2) dikatakan sebagai “leadership ... is the
ability to step outside the culture ... to start evolutionary change processes that
kelompok ke arah tujuan bersama, atau suatu kemampuan untuk memulai proses
Kemudian pada gilirannya pemimpin tersebut dapat menjadi agen perubahan yang
unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang memahami prioritas, menjadi
profesionalisme kerja yang diharapkan (Komariah dan Cepi Triatna, 2005: 81).
kelembagaan.
salah satunya ditandai oleh kemampuan dalam membuat perencanaan yang jelas
sehingga dari rumusan visinya tersebut akan tergambar sasaran apa yang hendak
B. Pembahasan
yang jelas sehingga dari rumusan visinya tersebut akan tergambar sasaran apa
yang hendak dicapai dari pengembangan lembaga yang dipimpinnya. Untuk itu
manajemen pendidikan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Hal ini
dikemukakan oleh Foreman (dalam Bush dan Coleman, 2006: 35) yang
mengemukakan bahwa “tanpa visi, maka organisasi dan orang-orang yang ada di
8
dalamnya tidak mempunyai arahan yang jelas. Visi merupakan ciri khas
kepemimpinan”.
Bennis dan Nanus (dalam Bush dan Coleman, 2006: 36) mendefinisikan
future for the organization, a condition that is better in some important ways than
what now exist”. Secara umum dapat dikemukakan bahwa visi adalah suatu
senada dengan pendapat Gaffar, (dalam Komariah dan Cepi Triatna, 2005: 84)
yang menyatakan bahwa visi adalah daya pandang jauh ke depan, mendalam, dan
luas yang merupakan daya pikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan
Definisi lain mengenai visi dikemukakan oleh Sallis (1993: 96) yang
lembaga dan untuk apa lernbaga tersebut berdiri. Pernyataan pokok visi tersebut
harus lugas dan langsung menunjuk pada tujuan pokok lemnbaga.” Dengan
humaniora, dapat berupa daya imajinasi, daya ternbus, daya pandang, dan daya
rekayasa.
mengandung intisari dari arah dan tujuan, misi, norma, dan nilai yang merupakan
Dari beberapa definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa visi adalah
budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipatif terhadap persaingan
Visi adalah gambaran masa datang yang lebih baik, mendekati harapan, atraktif,
sekarang ke masa datang. Visi merupakan jembatan antara masa kini dan masa
harus dapat dijawab adalah sebagai berikut: 1) Sejauh manakah visi berorientasi
masa depan?; 2) Sejauh manakah visi merupakan impian, yakni apakah visi secara
jelas cenderung mengarahkan organisasi kepada masa depan yang lebih baik?; 3)
Sejauh manakah visi tepat bagi organisasi, yakni apakah visi tersebut cocok
Sejauh mana visi mengklarifikasi maksud dan arah?; 6) Sejauh mana visi
dan Cepi Triatna, 2005: 85). Basic values adalah nilai-nilai dasar atau falsafah
yang dianut seseorang. Mission adalah operasional dari visi yang merupakan
organisasi ini dikemudian hari dan akan berperan sebagai apa? Sedangkan
yang meliputi pertanyaan, mau menghasilkan apa, untuk siapa, dan dengan mutu
yang bagaimana?
untuk memulai proses evolusioner yang bersifat lebih adaptif. Dalam konteks
pendidikan, tujuan yang hendak dicapai adalah sekolah yang efektif dan efisien.
proses perubahan, visi yang baik menurut Kotter sebagaimana dikutip oleh
Komariah dan Cepi Triatna (2005: 90), memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan
memotivasi karyawan untuk bertindak sesuai arah yang benar; dan 3) membantu
beda.
11
bahwa “leadership ... is the ability to step outside the culture ... to start
sekolah, maka sekolah akan lebih mampu menghadapi tuntutan jaman yang selalu
berubah.
institusi, di dalam sekolah terdapat komponen guru, siswa dan staf administrasi
melancarkan program.
pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang
ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada
tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan
lima ciri penting yaitu, (1) kepemimpinan yang kuat; (2) penekanan pada
12
yang tinggi pada prestasi siswa; dan 5) penilaian secara rutin terhadap program
yang dibuat siswa. Bertitik tolak pada deskripsi tersebut, pengertian sekolah
efektif memandang sekolah sebagai suatu sistem yang mencakup aspek input,
proses, output, maupun outcome, serta tatanan yang ada dalam sekolah tersebut.
dikutip oleh Komariah dan Cepi Triatna (2005: 39) meliputi aspek-aspek
Aspek Indikator
Professional leadership 1) firm and purposeful; 2) a participate approach; 3) the leading
professional
Shared vision and goals 1) unity of purpose; 2) consistency of practice; collegiality and
collaboration
A learning environment 1) an orderly atmosphere; 2) an attractive working enviroment;
3) maximization of learning time
Learning 1) academic emphasis; 2) focus on achievement
Purposeful teaching 1) high expectation all round; 2) communicating expectations; 3)
providing intellectual challenge
Positive reinforcement 1) clear and fair dicipline; 2) feedback
Monitoring progress 1) monitoring pupil;and 2) evaluating school performances
Pupil right and 1) raising pupil self esteem; 2) position of responsibility; 3)
responsibility control of work
Home/school Partnership Parental involvement in their children’s learning
A learning organization School based staff development
Sumber: Morely & Rassool (1999: 121)
Sekolah Efektif
13
berbeda. Seorang manajer yang baik adalah seseorang yang mampu menangani
dan mampu mengevaluasi secara reliable dan valid. Sedangkan seorang pemimpin
perubahan secara benar, dan menjadi katalisator yang mampu mewarnai sikap dan
perilaku staf.
visioner bekerja dalam empat pilar. Keempat pilar kinerja kepemimpinan visioner,
sebagaimana dikemukakan oleh Nanus (dalam Bush dan Coleman, 2006: 40)
perubahan dan struktur baru, visionary leadership tampil sebagai pelopor yang
jalan-jalan atau teknik maupun metode serta sumber daya terpilih apa yang
langkah mana yang dapat diambil dan langkah-langkah mana yang harus
merasa tidak nyaman dengan situasi organisasi statis dan status quo, ia
dalam agenda-agenda kerja yang jelas dan rasional. Visionary leadership tidak
puas dengan yang telah ada, ia ingin memiliki keunggulan dari yang ada seperti
kepemimpinan.
Peran kepemnimpinan yang memiliki visi ialah menjadi pelopor inovasi dan
menjadi pemicu bagi berbagai perubahan yang terjadi ke arah lebih baik dalam
step outside the culture ... to start evolutionary change processes that are more
adaptive”
lebih jauhnya adalah bagaimana pemimpin dapat akses pada dunia luar,
dalam berhubungan dengan organisasi lain atau hierarki yang lebih tinggi,
namun bukan tipe penjilat atau mencari muka terhadap orang yang dianggap
bicara sesuai dengan konsepsi kepemimpinan Drath & Paulus (dalam Yukl,
what people are doing together so that people will understand and be
committed”.
manakala dengan itu lahir manusia dewasa sejati, manusia yang sarat dengan
visi ke dalam budaya dan perilaku organisasi. Ini semua menuntut pemimpin
Peran kepemimpinan visioner adalah untuk memberikan contoh atau cara kerja
PENUTUP
sebagai suatu organisasi yang kompleks, dimana didalamnya selain terdiri atas
keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan
sekolah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan
nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai
dikenal sekolah efektif dan sekolah tidak efektif yang mengacu pada sejauh mana
sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan.
sebagai agen perubahan; 3) peranan sebagai juru bicara; dan 4) peranan sebagai
pelatih.
DAFTAR PUSTAKA
Bush, Tony and Marianne Coleman. 2006. Leadership and Strategic Management
in Education. Terj. Fahrurozi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Danim, Sudarwan. 2006. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Cetakan II
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hanson, Mark. 1996. Educational Administration and Organizational Behavior.
Boston: Allyn and Bacon.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2005. Visionary Leadership: Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Koster, Wayan. 2001. Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan
Sekolah Tidak Efektif. Jurnal Pendidikan. www.depdiknas.go.id diakses
pada 12 Januari 2007.
Sallis, Edward E. 1993. Total Quality Management in Education. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Scheerens, Jaap. 1992. Improving School effectiveness. Terj. Abas Al-Jauhari.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Slamet, P.H., 2001. Karakteristik Kepala Sekolah Tangguh. Jurnal Pendidikan.
www.depdiknas.go.id Diakses pada 12 januari 2007.
Suyanto. 2001. Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Artikel.
www.dikdasmen_depdiknas.go.id htm. Diakses pada 11 Januari 2007.
19