DISUSUN OLEH :
Tanggal 17 Bulan April Tahun 2021 s.d. Tanggal 23 Bulan April Tahun 2021
DosenPembimbing
Lapangan
Suyoto S.H,M.H
NIP.060797000002101
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah Swt yang telah melimpahkan kesehatan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) laporan ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) dengan judul “CONSTITUTIONAL COMPLAIN DIERA DIGITAL”.laporan ini
menjelaskan tentang pengertian dan karakteristik constitutional complain
alasan teoritis dan praktis penambahan kewenangan mk diindonesia dengan
kewenangan mengadili constitutional complaint.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelompok
kami dalam menyusun laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat khususnya
bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Kuliah kerja Lapangan (KKL) serta bagi
masyarakat pada umumnya.
penyusun
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II TUJUAN..........................................................................................................8
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................17
1.KESIMPULAN...............................................................................................................17
2.SARAN...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum dan negara demokrasi yang dibangun di atas
landasan demokrasi. Konstitusi (demokrasi konstitusional). Artinya seluruh pelaksanaan
kekuasaan negara, termasuk kekuasaan membuat undang-undang dan berbagai peraturan
nasional lainnya. Harus berdasarkan hukum dan ketentuan konstitusional. Menjamin integritas
kedua Prinsip-prinsip tersebut, UUD 1945 amandemen UUD 1945 menjamin dan memperkuat
posisi kekuasaan, Memiliki kekuasaan independen untuk mengatur penegakan hukum oleh
lembaga peradilan, dan Pengadilan yudisial dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi (Pasal 24 ayat 1). Terutama untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip
konstitusionalitas dan legalitas Dari segi peraturan perundang-undangan, UUD membagi uji
materi undang-undang dan peraturan menjadi dua bentuk, yaitu uji materi (Judicial Review) oleh
Mahkamah Konstitusi danPeninjauan ulang statuta Mahkamah Agung (Pasal 24 (2) UUD 1945).
Demikian juga mengenai constitutional question. Dalam Black’s Law Dictonary, istilah
constitutional question mengandung dua pengertian, yaitu pengertian umum dan pengertian
khusus. Pengertian umum, constitutional question adalah istilah yang merujuk pada setiap
persoalan yang berkaitan dengan konstitusi (Garner (ed), 2004: 94). Sedangkan dalam arti
khusus, constitutional question merujuk pada suatu mekanisme pengujian konstitusionalitas
undang-undang, yaitu dalam hal seorang hakim yang sedang mengadili suatu perkara ragu-ragu
mengenai konstitusionalitas undang-undang yang berlaku untuk perkara itu (Palguna, 2004).
Pengertian khusus ini pada hakikatnya menggolongkan constitutional question sebagai bentuk
pengujian undang-undang, sehingga termasuk sarana untuk menjamin tegaknya prinsip
konstitusionalisme. Persoalannya, apakah constitutional complaint dan constitutional question
dalam rangka menegakkan hak-hak konstitusional warga negara dimungkinkan menjadi
kewenangan Mahkamah Konstitusi Indonesia?
Rumusan Masalah
Tujuan :
TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) bagi
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus adalah untuk mendapatkan pengalaman
belajar bagi mahasiswa meskipun dilaksankan secara online tetapi tidak menghambat kegiatan
untuk mengeksplor lebih banyak ilmu yang ada di luar kampus sehingga dapat Meningkatkan
pengetahuan praktis dalam disiplin ilmu yang dipelajari dan dapat lebih memahami serta
mengaplikasikan antara teori dan praktik.
Dengan adanya Kuliah Kerja Lapangan ini (KKL) dapat menambah pengetahuan,
pengalaman dan wawasan mahasiswa dalam bidang hukum. , Memberikan bekal nyata kepada
mahasiswa agar lebih menghayati masalah yang sangat kompleks yang dihadapi oleh masyarakat
dalam pembangunan dan belajar menanggulangi masalah-masalah tersebut secara pragmatis dan
interdisipliner , memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar menjadi tim kerja
yang baik dan mengabdikan ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan masyarakat , dan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar menjadi inovator, motivator dan problem
solver dalam menyikapi setiap permasalahan baik dalam masyarakat maupun lingkungan kerja.
Dari sisi pengadopsiannya, terdapat pandangan dari mantan Hakim Konstitusi dan
beberapa pihak yang mengatakan bahwa MK sebenarnya sudah memiliki kewenangan
constitutional complaint. Namun, hal tersebut direalisasikan melalui pelaksanaan
kewenangan pengujian undang-undang.
Hans Kelsen, Dalam bukunya The Legal Theory of Law, menyatakan bahwa
hukum dibuat secara bertingkat (berjenjang). Hukum dasar (grundnorm) merupakan
dasar dari semua hukum yang ada di bawahnya. Grundnorm inilah yang merupakan
intisari dari nilai yang dianut oleh sebuah masyarakat, kemudian ditafsirkan melalui
norma teknis di bawahnya. Teori ini kemudian dikenal sebagai Stufen Bow Theory.
Dalam konteks Indonesia, grundnorm sebagai sumber dari segala sumber hukum
adalah konstitusi yakni UUD 1945. Dengan menggunakan pendekatan Hans Kelsen,
UUD 1945 sebagai grundnorm membuat semua peraturan yang ada di bawahnya
semisal UU, Perpu, Perpres, Kepmen, Perda, dan peraturan lainnya tidak boleh
bertentangan dengan norma dasar yakni UUD 1945. Konsep ini kemudian
memberikan konsep dasar tentang pengujian konstitusional yakni untuk menguji
apakah peraturan dibawah konstitusi sejalan dengan nilai yang dianut dalam
konstitusi.
Salah satu fungsi utama konstitusi adalah memberikan perlindungan kepada
individu warga negara berdasarkan hak-hak konstitusional yang telah dijamin dalam
konstitusi. Paham negara hukum yang menekankan bahwa konstitusi sebagai hukum
tertinggi sebuah negara dikenal pula sebagai doktrin konstitutionalisme. Ajaran
konstitutionalisme ini menekankan bahwa perlindungan terhadap hak dasar atau hak
konstitusional hanya mungkin diwujudkan apabila kekuasaan negara dibatasi oleh
dan melalui konstitusi.
Konstitusi kemudian memberikan kewenangan untuk memberikan saluran hukum
pengujian konstitusional ini melalui MK. Jimly Asshiddiqie, Ketua MK Indonesia
periode pertama, membahasakan MK sebagai lembaga yang didirikan atau dibentuk
untuk menyandang peran sebagai Pengawal (The Guardian) dan Pelindung (The
Protector) Konstitusi sebagai hukum tertinggi dalam negara yang menganut paham
demokrasi konstitusional (constitutional democracy). Ia selanjutnya menyatakan
bahwa salah satu kewenangan yang dimiliki oleh MK adalah melakukan
Constitutional Review (Pengujian Konstitutional) atas semua produk legislasi yang
merupakan perangkat hukum yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam setiap
sistem politik di bawah UUD 1945.
Secara teoretis, di sebuah negara yang menganut konstitusionalisme, jaminan atas
dilaksanakannya hak konstitusional yang terkandung dalam konstitusi diembankan
kepada MK. Hal ini karena secara legitimasi teoritis, MK merupakan lembaga yang
memang berfungsi untuk mengawal dan menegakkan konstitusi karena diberikan
kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara constitutional.
b. Penambahan Kewenangan Constitutional Complaint kepada MK di Indonesia
Amandemen UUD 1945 (1999–2002) telah menghasilkan sejumlah perubahan
dalam tatanan keta tanegaraan Indonesia. Salah satu lembaga yang lahir usai
amandemen ketiga tanggal 9 Nopember 2001 adalah MK. Dalam Pasal 24C ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Dasar 1945, dijelaskan mengenai kewenangan MK yakni:
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
Pengujian konstitutional yang ditawarkan oleh Pasal 24C UUD 1945 baru sebatas
Pengujian Undang-Undang (PUU) terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Seorang
maupun kelompok warga negara dapat mengajukan permohonan pengujian undang-
undang apabila dengan berlakunya sebuah pasal atau bagian dalam UU bertentangan
dengan UUD 1945. Tercatat, sejak tahun 2003 berdiri hingga 25 Oktober 2009, MK telah
menerima permohonan PUU sebanyak 300 perkara. Dari 300 perkara tersebut, sebanyak
55 permohonan dikabulkan dan sisanya ditolak, tidak diterima atau ditarik kembali oleh
pemohon yang bersangkutan.
Belajar dari praktik dan kewenangan yang dimiliki oleh MK Jerman dan Korea
Selatan maka menjadi penting untuk menambahkan satu kewenangan ke MK Indonesia
bernama constitutional complaint. Melalui sejumlah contoh yang diberikan, constitutional
complaint dapat memberikan peluang untuk pengujian konstitutional mulai dari putusan
pengadilan tentang ekstradisi, perjanjian bilateral mengenai perdagangan hingga
penerapan sebuah konvensi di Indonesia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
perlu dilakukan penelitian hukum lebih lanjut untuk menjelaskan tentang kelebihan
dan kekurangan dari praktik Constitutional Complaint diindonesia