A adalah seorang suplier kayu jati. B , C, dan D adalah
seroang pengusaha pengrajin kayu jati. Disini B dan C B membuat perjanjian dengan A, yaitu B dan C akan membeli bahan dari A dengan harga yang lebih tinggi jika A tidak menjual kayunya kepada D. Dan A menyetujui perjanjian Tersebut. Sehingga D tidak bisa melanjutkan C usahanya. Dan pasar bisa dikuasai oleh B dan C
Didalam kasus tersebut bentuk larangannya adalah per se illegal.
Karena perjanjian tersebut dapat mengakibatkan praktik monopoli. KARTEL Pada 2005, KPPU mengungkap terjadinya praktik kartel garam. Kasus ini terkait “permainan” bahan baku garam yang dipasok di Sumatera Utara. Saat itu KPPU memerintahkan PT Garam, PT Budiono, PT Garindo untuk memberikan ketentuan dan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha selain PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera untuk memasarkan garam bahan baku di Sumatera Utara. Selain itu, KPPU juga melarang PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera melakukan tindakan yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk memperoleh pasokan garam bahan baku dari PT Garam, PT Budiono, dan PT Garindo. KPPU juga mengenakan sanksi terhadap PT Garam, PT Budiono, PT Garindo, PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera. Masing- masing untuk membayar denda sebesar Rp. 2. 000.000.000,- (dua milyar rupiah).