Anda di halaman 1dari 18

Reasuransi dan Retakaful

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuransi Syariah


Dosen pengampu: Sigid Sardiyanto, S.H.I., M.I

Disusun Oleh:

1. Aulia Nur Khofifah (33020180077)


2. Annisa Prima A.F (33020180100)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dalam mata
kuliah Asuransi Syariah, yang berjudul Reasuransi dan Retakaful dengan
lancar dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang kami buat dengan semampu kami ini diharapkan dapat
memenuhi harapan. Kami telah mengerahkan semampu dan sekuat usaha yang
sungguh-sungguh bagi terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang disekitar kami yang telah memberikan arahan dan telah
membantu menyumbangkan ide dan pikirannya demi terwujudnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan
dan masih banyak butuh pelengkapan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan dan membutuhkan saran dan masukan maupun kritikan dari para
pembaca guna membangun dan menyempurnakan makalah kami ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat bermanfaat bagi para
pembacanya. Amin yarobalalamin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Salatiga, 1 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I :PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2

BAB II:PEMBAHASAN 3
A. Reasuransi 3
B. Landasan Hukum Asuransi Dan Reasuransi Syariah 4
C. Pengertian Retakaful 4
D. Tujuan Reasuransi Syariah (Retakaful) 6
E. Fungsi-fungsi Reasuransi 6
F. Metode Penempatan Dan Bentuk-bentuk Retakaful 7
G. Pengertian Retakaful 9
H. Perbedaan Reasuransi dan Retakaful 10
I. Takaful Dan Retakaful di Dunia 11
J. Konsep Sharing Of Risk Dalam Retakaful12

BAB III:PENUTUP 13
A.Kesimpulan 13
B.Saran 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan pada saat ini semakin rumit, mumungkinkan adanya
resiko yang mengancam keselamatan dan kebutuhan manusia mulai dari
resiko yang sangat mudah kita jumpai dan resiko itu kadang membuat
manusia menjadi rumit. Untuk meminimalisir terjadinya resiko itu maka
manusia dituntut untuk memiliki suatu jaminan untuk menjamin
kehidupan, kesehatan, kebahagiaan, di hari tuanya, sampai pendidikan
bagi anak-anak tersebut. Pada saat ini semakin banyak berbagai investasi
yang di tawarkan seperti investasi pada perusahaan asuransi syariah.
Perusahaan asuransi adalah perusahaan jasa keuangan yang
menyediakan produk-produk asuransi. Perusahaan yang memberikan jasa
pertanggungan risiko yang meberikan penggantian karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polisi karena terjadinya suatu peristiwa. Peran salah satu
perusahaan asuransi terkait dengan dunia usaha atau bisnis adalah sebagai
assistance to business enterprise artinya, asuransi mendukung
perkembangan dan pertumbuhan usaha melalui pemberian jaminan atas
risiko-risiko kerugian yang mungkin diderita oleh penanam modal atau
pengelola usaha itu sendiri. Perusahaan asuransi mendapat keuntungannya
dengan menjual asuransi melebihi nilai yang diperluhkan dan dengan cara
melakukan peminjaman uang secara temporer dari konsumennya yakni
paranasabah alias pembayar premi untuk kemudian diinvestasikan. Dalam
dunia asuransi syariah terdapat persetujuan antara penangguang dan
readradur dimana penanggung menyetujui untuk menyerahkan atau
melimpahkan seluruh atau sebagaian risiko atas suatu pertanggungan yang
ditutupnya keadaan reasuradur dan ada juga proses saling menanggung

1
antara pemberi sesi dengan penanggung ulang dengan proses suka sama
suka dari berbagai risiko dan persyaratan yang ditetapkan dalam akad yang
dikenaldengan konsep sharing of risk. Dalam latar belakang diatas maka
pemakalah akan membahas dengan judul: “Reasuransi dan Retakaful”

B. Rumusan Masalah
Dalam latar belakang diatas maka pemakalah akan membahas rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Reasuransi?
2. Apa yang dimaksud Retakaful?
3. Bagaimana landasan hukum asuransi dan reasuransi syariah?
4. Bagaimana metode penematan dan bentuk-bentuk retakaful
proportional dan non proportional tried?
5. Bagaimana perbedaaan reasuransi dan retakaful?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Reasuransi
Dalam bahasa belanda dan bahasa Inggris reasuransi disebut
hervee, berarti pertanggungan ulang, lembaga reasuransi sudah lama ada
dan diatur dalam pasal 271 KUHD. Awalnya reasuransi hanya dilakukan
perorangan kemudian berkembang menjadi lembaga hukum berbentuk PT
sudah biasa terjadi para penanggung selalu membagi tiap resiko yang
ditanggungnya dengan penanggung lain, agar resiko yang menjadi
bebannya menjadi lebih ringan dan teman penanggung lainnya bisa
mendapatkan sedikit keuntungan darinya.
Reasuransi syariah (retakaful) adalah suatu proses saling
menanggung antara pemberi sesi (Ceding Company) dengan penanggung
ulang (reasurdur) dengan proses suka sama suka dari berbagai resiko dan
persyaratan yang ditetapkan dalam akad yang dikenal dengan nama konsep
Sharing Of risk. UU No 40 Tahun 2014 menyebutkan bahwa reasuransi
syariah adalah usaha pengelolahaan resiko berdasarkan prinsip syariah atas
resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan
penjamin syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya. Semakin
berkembangnya asuransi syariah di Indonesia, memerluhkan adanya
reasuransi yang beroperasional sesuai syariah Islam untuk bekerjasama
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Reasuransi syariah
diperluhkan oleh asuransi syariah untuk saling membantu, bilamana
terjadinya klaim dari peserta pada waktu yang tidak dapat diperkirakan

3
sebelumnya. Dimana besarnya klaim tersebut di luar batas kemampuan
membayar asuransi syariah. Kemampuan perusahaan asuransi syariah
untuk menanggung risiko dari suatu pertanggungan disebut “retensi”, yang
merupakan batas maksimum dari total klaim yang harus dibayar
perusahaan asuransi syariah. Bilamana total klaim yang harus dibayar
melebihi retensi yang telah ditentukan perusahaan asuransi, maka perlu
adanya keterlibatan reasuransi syariah untuk ikut menanggung beban
sebagaian dari klaim tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan, maka
perusahaan asuransi syariah akan mengalami gagal bayar (default) yang
berpotensi merugikan peserta karena klaimnya tidak dapat dibayar.1

B. Landasan Hukum Asuransi Dan Reasuransi Syariah


Landasan hukum ausransi dan reasuransi syariah antara lain:
1. Surat Keputusan Direktur jendral Lembaga Keuangan No.
Kep.4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan Investasi
Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah.
2. Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum
asuransi syariah. (seharusnya mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat bagi lembaga asuransi syariah di Indonesia dalam bentuk
sanksi hukum bagi pelanggarannya).
3. Undang-undang No 40 Tahun 2014 tentang perasuransian2

C. PENGERTIAN RETAKAFUL
Dalam bahasa Belanda, reasuransi disebut hervezekering yang
artinya pertanggungan ulang. Adapun menurut Purwosutjipto, reasuransi
adalah perusahaan yang khusus hanya menjalankan pertanggungan ulang
secara professional.3Reasuransi syariah (retakaful) adalah suatu proses
saling menanggung antara pemberi sesi (ceding company) dengan
1
Abdullah Amrin, asuransi syariah; keberadaan dan kelebihannya di tengan asuransi
konvensional (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013) hlm 124
2
Rondoni., Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2018) hlm 98
3
Abdul Manan,Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama,( Jakarta: PT. Prenada Media Group, 2012), hal. 278.

4
penanggung ulang (reasurder) dengan proses suka sama suka dari berbagai
resiko dan persyaratan yang ditetapkan dalam akad yang dikenal dengan
nama konsep sharing of risk.4
UU No. 40 tahun 2014 menyebutkann bahwa reasuransi syariah
adalah usaha pengelolaan resiko berdasarkan prinsip syariah atas resiko
yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan
syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya. Semakin
berkembangnya asuransi syariah di Indonesia, memerlukan adanya
reasuransi yang beroperasional sesuai syariah Islam untuk bekerjasama
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Reasuransi syariah
diperlukan oleh asuransi syariah untuk saling membantu bilamana terjadi
klaim dari peserta pada waktu yang tidak dapat diperkiraan sebelumnya.
Di mana besarnya klaim tersebut di luar batas kemampuan membayar
asuransi syariah. Kemampuan perusahaan asuransi syariah untuk
menanggung risiko dari suatu pertanggungan disebut “retensi”, yang
merupakan batas maksimum dari total klaim yang harus dibayar
perusahaan asuransi syariah. Bilamana total klaim yang harus dibayar
melebihi retensi yang telah ditentukan perusahaan asuransi, maka perlu
adanya keterlibatan reasuransi syariah untuk ikut menanggung beban
sebagian dari klaim tersebut. Empat asuransi syariah akan mengalami
gagal bayar:
1. Default yang berpotensi merugikan peserta karena klaimnya tidak
dapat dibayar. Hubungan asuransi syariah dengan reasuransi syariah,
hampir sama dengan hubungan asuransi syariah dengan peserta. Dalam
hubungan asuransi syariah dengan peserta, di mana pihak asuransi
syariah sebagai penanggung kerugian
2. Insuer yang mungkin menimpa peserta sebagai pihak tertanggung
3. Insuered Sedangkan dalam reasuransi syariah, reasuransi syariah
sebagai pihak penanggung (insuer), dan sebagai pihak tertanggung
asuransi syariah

4
Ibid, hal 278.

5
4. Insured tanpa adanya keterlibatan langsung antara reasuransi syariah
dengan peserta sebagai pemegang polis dari suatu perusahaan asuransi
syariah. Dengan mengasuransikan kembali sebagian premi yang
dikelola perusahaan asuransi syariah, berarti perusahaan asuransi
syariah menyebarkan sebagian risiko kepada reasuransi syariah. Hal ini
untuk menghindari kerugian yang lebih besar karena adanya klaim
peserta dan menghindari gagal bayar dari perusahaan asuransi syariah.5

D. TUJUAN REASURANSI SYARIAH (RETAKAFUL)


Tujuan dari adanya reasuransi ini ialah: Ditinjau dari aspek teknis,
tujuan reasuransi (retakaful) yakni untuk mengurangi atau memperkecil
beban risiko yang diterimanya dengan mengalihkan seluruh atau sebagian
resiko itu kepada pihak penanggung lain.Dengan pertanggungan ulang ini,
penanggung pertama dapat mengurangi atau memperkecil risiko-risiko
yang diterimanya dipandang dari segi kemungkinan kerugian materiil. Jika
pada aspek teknis, tujuan reasuransi lebih mendasarkan pada cara atau alat
pengalihan beban resiko atau pembagian risiko (distribution of risk) atau
penyebaran risiko (spreading of risk), maka pada aspek hukum manfaat
reasuransi lebih menitik beratkan pada perjanjian pengalihan seluruh atau
sebagian risiko dari pihak perusahaan asuransi atau penanggung pertama
kepada penanggung ulang.6

E. FUNGSI- FUNGSI REASURANSI


1. Memberi jaminan atau perlindungan kepada penanggung dari
kerugian-kerugian underwriting(underwriting loss) yang dapat
sewaktu-waktu membahayakan likuiditas, solvabilitas, dan kelestarian
kegiatan usaha mereka. Dengan kata lain, reasuransi dapat mengubah
atau mengganti ketidakpastian menjadi “kepastian”.
Ibid, hal. 279.
5

6
Abdullah Amrin,Asuransi Syariah; Keberadaan dan Kelebihannya di tengah Asuransi
Konvensional (Jakarta: PT. Elex Media komputindo, 2012), hal. 124.

6
2. Menaikan kapasitas akseptasi perusahaan atas resiko-resiko yang
melampaui batas kemampuannya karena kelebihan tanggung-gugat
yang tidak bisa mereka tampung sendiri akan dijamin oleh penanggung
ulang yang telah bersedia menampung.
3. Sebagai alat penyebaran resiko, baik di pasaran reasuransi dalam
negeri maupun di pasaran luar negeri.
4. Bila kerja sama reasuransi atas sebagian resiko dilakukan antar sesama
perusahaan asuransi, akan terdapat dua fungsi di dalamnya. Yaitu,
sebagai penyebaran resiko dan sebagai sarana pertukaran bisnis yang
mampu meningkatkan pendapatan premi yang dapat ditahan karena di
samping adanya pengeluaran terdapat pula pemasukan premi.
5. Meningkatkan atau mendukung kestabilan hasil underwriting dan
keadaan keuangan perusahaan asuransi, termasuk menjaga stabilitas
pendapatannya
6. Meningkatkan dan memperbesar keleluasaan dalam melakukan
pemasaran berbagai produk asuransi, baik yang konvensional maupun
yang syariah dengan segala macam tingkat besar kecilnya resiko.7

F. METODE PENEMPATAN DAN BENTUK-BENTUK RETAKAFUL


Menurut literature dalam praktik asuransi dan atau reasuransi,
terdapat tiga cara dalam melakukan kerjasama asuransi antara pihak
penanggung pertama (direct insurers) dan pihak penanggung ulang
(reinsurers).Yaitu metode reasuransi secara fakultatif, metode reasuransi
secara kontraktreaty, dan metode reasuransi pool dan fakultatif
obligatory.
1. Specific/Facultative Reinsurance yaitu aktivitas penempatan reasuransi
yang didasarkan pada kepentingan masing-masing pihak. Perusahaan
asuransi boleh menawarkan atau tidak menawarkan risiko yang diluar
batas kemampuan membayar kepada reasuransi, sebaliknya reasuransi
boleh menerima atau menolak apabila ditawari risiko tersebut.

7
Ibid, hal 125.

7
2. Automatic/Treaty Reinsurance yaitu perjanjian reasuransi di mana
perusahaan asuransi setuju atas penempatan kelebihan risiko kepada
reasuransi dan reasuransi secara otomatis menyetujui atas penempatan
kelebihan risiko tersebut dari perusahaan asuransi sampai batas jumlah
tertentu yang telah disetujui bersama.
3. Facultative obligatory reinsurance yaitu gabungan antara facultative
insurance dengan treaty insurance. Perusahaan asuransi boleh
menempatkan atau tidak menempatkan kelebihan risiko kepada
reasuransi.
Akan tetapi apabila perusahaan asuransi berkehendak menempatkan
kelebihan risiko, maka reasuransi harus menerimanya sampai batas jumlah
yang disetujui bersama. Berdasarkan hubungan antara pool takaful dan
pool retakaful dan bagaimana retakaful itu direalisasikan dan
diadministrasikan, ada dua tipe retakaful yaitu:
1. Reasuransi Syariah Fakultatif
Fakultatif adalah reasuransi syariah yang kontrak atau akadnya
dilakukan per risiko dan sifatnya tidak wajib bagi kedua belah pihak.
Tidak ada kewajiban di pihak operator takaful untuk mensesikan
sebagian risiko kepada pool reasuransi syariah dan tidak ada pula
kewajiban bagi operator reasuransi syariah untuk menerima sesi risiko
yang ditawarkan oleh operator takaful. Dalam reasuransi syariah
fakultatif, proses penawaran, akseptasi, administrasi, dan klaim antara
operator takaful dan operator reasuransi syariah dilakukan risiko per
risiko. Operator reasuransi syariah memiliki akses penuh pada semua
informasi detail dari setiap risiko yang ditawarkan.
2. Reasuransi Syariah Treaty
Treaty adalah kontrak atau akad antara pool asuransi syariah (diwakili
oleh operator asuransi syariah) dan pool reasuransi syariah (diwakili
oleh operator reasuransi syariah) dimana pool reasuransi syariah yang
memberikan proteksi atau kapasitas otomatis atas suatu portofolio
risiko asuransi syariah. Treaty bersifat wajib bagi kedua belah pihak.

8
Operator asuransi syariah wajib mensesikan setiap risiko ke dalam
pool reasuransi syariah dengan ketentuan dan syarat-syarat yang telah
disepakati sepanjang risiko tersebut tidak bertentangan dengan
ketentuan treaty. Demikian pula operator reasuransi syariah tidak
memiliki pilihan kecuali diwajibkan menerima sesi risiko tersebut.
Dalam treaty, operator reasuransi syariah tidak selalu memiliki
kesempatan untuk mengetahui informasi detail suatu risiko kecuali
treaty yang disepakati mensyaratkan agar operasi asuransi syariah
membuat daftar risiko-risiko yang disesikan untuk diberikan kepada
operator reasuransi syariah. Treaty diperuntukkan bagi suatu portofolio
atau kumpulan risiko-risiko untuk jangka waktu tertentu yang
disepakati.8

G. PROPORTIONAL DAN NON PROPORTIONAL TRIED


1. Kontrak Proporsional (Proportional Treatie)
Pengertian kontrak reasuransi proporsional adalah perjanjian
reasuransi atau pertanggungan ulang yang mengikatkan dua atau lebih
pihak, yaitu pemberi sesi wajib yang menerima dan pihak penanggung
ulang wajib bersedia menerima bagian sesi atau premi dari pemberi
sesi menurut perbandingan yang seimbang antara jumlah uang
pertanggungan ulang dan jumlah seluruh uang pertanggungan dikali
jumlah seluruh premi sebagaimana disebut di dalam polis. Dalam hal
terjadi klaim, bagian klaim yang menjadi tanggungan para
penanggung ulang juga akan dihitung menurut perbandingan yang
seimbang antara tanggung jawab penanggung ulang dan jumlah
tanggung jawab seluruhnya dikali jumlah kerugian yang terjadi. Sesuai
praktik yang terjadi hingga saat ini, terdapat dua jenis atau tipe kontrak
pertanggungan ulang.

8
Muhammad Syakir Sula,Asuransi Syariah(Life and General): konsep dan sistem
operasional , (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal: 263.

9
2. Kontrak bagian tetap (Quota Share Treaty)
Yang dimaksud dengan kontrak bagian tetap adalah suatu perjanjian
yang menyatakan bahwa pihak penanggung pertama (pemberi sesi)
mengikatkan diri wajib memberi dan para penanggung ulang terkait
wajib menerima suatu bagian tetap dari setiap risiko yang dijamin oleh
penanggung pertama berdasarkan polis pertanggungan yang telah
diterbitkan.
3. Kontrak Surplus (Surplus Treaty atau Excess of Lines)
Kontrak reasuransi surplus adalah suatu perjanjian pertanggungan
ulang yang menyatakan bahwa pihak pemberi sesi terikat wajib
memberikan sesi dan para penanggung ulang wajib menerima surplus
liability yang melampaui retensi sendiri pemberi sesi sampai dengan
batas tertinggi yang disepakati antara pemberi sesi (ceding company)
dan penanggung ulang.
4. Kontrak Non proporsional (Non Proportional Treaties)
Kontrak reasuransi nonproporsional adalah suatu perjanjian reasuransi
yang menetapkan bahwa para penanggung ulang dengan menerima
sejumlah premi yang telah disepakati bersama bersedia membayar
kepada penanggung pertama semua kerugian yang melampaui batas
limit retensi (underlying net retention) sampai pada batas jumlah atau
presentase tertentu yang terjadi karena peristiwa-peristiwa yang
diperjanjikan bersama.9

H. PERBEDAAN REASURANSI DAN RETAKAFUL


Dua hal yang membedakan antara reasuransi syariah (retakaful) dan
reasuransi konvensional ada dua, yaitu:
1. Mekanisme operasional pada reasuransi syariah harus menggunakan
sistem yang dibenarkan secara syariah, dimana harus lepas dari praktik
gharar, maisir, dan riba.

9
Ibid, hal. 268.

10
2. Dalam transaksi kerja samanya harus menggunakan skema bagi hasil
(mudharabah), sebagaimana umumnya dalam akad tijarah dalam
asuransisyariah, atau akad yang lainnya yang dibenarkan secara
syar’i.10

I. TAKAFUL DAN RETAKAFUL DI DUNIA


Jumlah perusahaan reasuransi syariah yang beroperasi di Indonesia ada 7
perusahaan, yang terdiri dari 4 perusahaan reasuransi syariah dalam negeri
dan 3 perusahaan reasuransi syariah dari luar negeri. Pangsa pasar
reasuransi di Indonesia masih terbuka lebar, karena reasuransi dalam
negeri masih menguasai 20% dari total premi yang diasuransikan ulang.
Sisanya 80% dikuasai oleh reasuransi luar negeri. Berikut daftar reasuransi
syariah yang beroperasi di Indonesia.
1. PT. Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo Syariah Unit)
2. PT. Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre Syariah)
3. PT Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk (Marein)
4. PT. Tugu Reasuransi Indonesia (Tugu-Re)
5. ASEAN Retakaful Labuhan-Malaysia
6. Takaful-re Bahrain
7. Milea Retakaful Singapor
Saat ini asuransi syariah di dunia yang operasionalnya benar-benar
menggunakan sistem syariah sudah ada sekitar 65 perusahaan, tidak yang
termasuk berbentuk cabang saperti umumnya di Indonesia. Beberapa di
antaranya adalah
1. Takafol USA (USA),
2. Islamic Takafol &Retakafol Company (Jeddah),
3. The Nasional Reinsurance Company (Sudan),
4. Syarikat Takaful Singapore (Singapore),
5. Takafol Islamic Company (Riyadh),
6. Islamic Insurance & Re-Insurance Co. (Australia),

10
Op.Cit, hal 128.

11
7. Islamic Takafol & Retakaful Bahamas (Bahamas),
8. Qatar Islamic Insurance (Qatar),
9. Takaful Ab Birhad (Brunei),
10. Syarikat Takaful Malaysia (Malaysia),
11. Syarikat Takaful Indonesia (Indonesia), dan sebagainya.

J. KONSEP SHARING OF RISK DALAM RETAKAFUL


Salah satu diferensiasi (perbedaan) dari reasuransi berdasarkan
prinsip syariah adalah adanya mekanisme sharing of risk antara satu
peserta dengan peserta lain. Dalam hal ini, berbeda dengan proses transfer
of risk sebagaimana yang terjadi pada asuransi konvensional. Apabila
sebuah perusahaan asuransi syariah menyepakati perjanjian reasuransi
dengan perusahaan reasuransi, maka pada saat itu terjadi saling
menanggung antara perusahaan asuransi syariah dengan perusahaan
reasuransi syariah, demikan selanjutnya dengan retrosesi, atau perjanjian
reasuransi dengan ceding company. Perbedaan ini sebagai implementasi
dari akad tabarru' yang melandasi operasional asuransi.11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

11
AM.Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Insan pustaka, 2010) hlm 56

12
Reasuransi syariah (retakaful) adalah suatu proses saling
menanggung antara pemberi sesi (Ceding Company) dengan penanggung
ulang (reasurdur) dengan proses suka sama suka dari berbagai resiko dan
persyaratan yang ditetapkan dalam akad yang dikenal dengan nama konsep
Sharing Of risk. UU No 40 Tahun 2014 menyebutkan bahwa reasuransi
syariah adalah usaha pengelolahaan resiko berdasarkan prinsip syariah atas
resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan
penjamin syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya
Landasan hukum ausransi dan reasuransi syariah antara lain: Surat
Keputusan Direktur jendral Lembaga Keuangan No. Kep.4499/LK/2000
tentang jenis, penilaian dan pembatasan Investasi Perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi dengan sistem syariah. Fatwa DSN-MUI No.
21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah.
(seharusnya mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi lembaga
asuransi syariah di Indonesia dalam bentuk sanksi hukum bagi
pelanggarannya). Undang-undang No 40 Tahun 2014 tentang
perasuransian.
Reasuransi syariah (retakaful) adalah suatu proses saling
menanggung antara pemberi sesi (ceding company) dengan penanggung
ulang (reasurder) dengan proses suka sama suka dari berbagai resiko dan
persyaratan yang ditetapkan dalam akad yang dikenal dengan nama konsep
sharing of risk.
Dua hal yang membedakan antara reasuransi syariah (retakaful)
dan reasuransi konvensional ada dua, yaitu: Mekanisme operasional pada
reasuransi syariah harus menggunakan sistem yang dibenarkan secara
syariah, dimana harus lepas dari praktik gharar, maisir, dan riba. Dalam
transaksi kerja samanya harus menggunakan skema bagi hasil
(mudharabah), sebagaimana umumnya dalam akad tijarah dalam
asuransisyariah, atau akad yang lainnya yang dibenarkan secara syar’i

B. Saran

13
Demikianlah makalah yang dapat penulis sajikan. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi
makalah ini, Oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Amrin. 2013. asuransi syariah; keberadaan dan kelebihannya di tengan


asuransi konvensional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

14
Rondoni. 2018. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim
Abdul Manan. 2012. Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama. Jakarta: PT. Prenada Media Group

Abdullah Amrin. 2012. Asuransi Syariah; Keberadaan dan Kelebihannya di


tengah Asuransi Konvensional. Jakarta: PT. Elex Media komputindo

Muhammad Syakir Sula. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): konsep dan
sistem operasional. Jakarta: Gema Insani

AM.Hasan Ali. 2010. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Insan
pustaka

15

Anda mungkin juga menyukai