Disusun oleh:
Ahmad Budiyanto 171420000122 M. Dany Rizka 171420000204
Ahmad Sadolloh 171420000123 Naila Muthiatul H. 171420000147
Ahmad Yasir 171420000150 Nayla Roisatin Nafiah 171420000219
Andi Setiawan M. 171420000211 Nur Ahmad Sidiq 171420000134
Dewi Fatimah 171420000207 Risalatul Munawaroh 171420000176
Dewi Maisaroh 171420000214 Shintaliya Fadhilah 171420000179
Givanda Ari Sandy 171420000148 Siska Ayu Fitriana 171420000164
Iswanto 171420000226 Siti Robi’atul Badriyah 171420000180
Maya Nuriyani 171420000175 Ziyan Royyani 171420000196
ii
Telah disahkan pada:
Hari :……………………..
Tanggal :……………………..
Jepara,………………2019
Mengetahui,
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Dosen Pembimbing Lapangan
UNISNU JEPARA
iii
KATA PENGANTAR
Akhir kata, semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
BAB II .................................................................................................................... 1
LANDASAN TEORI............................................................................................. 1
1. Bank Indonesia.................................................................................. 10
1. Bank Indonesia.................................................................................. 20
v
BAB IV ................................................................................................................. 33
PEMBAHASAN .................................................................................................. 33
BAB V................................................................................................................... 54
PENUTUP ............................................................................................................ 54
A. Kesimpulan ............................................................................................. 54
B. Rekomendasi .......................................................................................... 54
C. Penutup ................................................................................................... 54
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Dalam meningkatkan kualitas lulusan setiap peguruan tinggi merasa perlu
melengkapi kurikulum dengan berbagai keterampilan keahlian praktis guna
menunjang kemampuan teoritis yang sudah dimiliki. Universitas Nahdlatul
Ulama’ (UNISNU) Jepara dalamformat kurikulumnya telah terakomodasi dalam
kegiatan KKL (kuliah Kerja Lapangan). Kuliah Kerja Lapangan adalah kegiatan
yang memperkenalkan dunia kerja kepada para mahasiswa. Mata kuliah kerja
lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk lulus progam S1 di progam studi
Perbankan Syari’ah Fakultas Syari’ah dan Hukum.
Pada kegiatan KKL tahun 2019 yang telah terlaksana oleh Program Studi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Nahdlatul
Ulama(UNISNU) Jepara di Bursa Efek Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia
Pusat yang berada di Jakarta. Pemilihan kedua instansi tersebut didasarkan
sebagai bekal pengetahuan mahasiswa yang bersifat praktis tentang bagaimana
hutang luar negeri, siapa saja yang menghutanggi indonesia dan untuk apa
indonesia berhutang dan bagaimana cara membuat fatwa – fatwa yang berkaitan
dengan lembaga keuangan atau ekonomi islam, dan mekanisme yang ada dalam
majlis ulama’ indonesia berdasarkan problematika yang ada di Indonesia.
vii
B. Rumusan Kuliah Kerja Lapangan
Dari dasar pemikiran di atas dapat diketahui rumusan masalahnya yaitu:
D. Sistematika Laporan
Sistem penulisan laporan kuliah kerja lapangan ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Pada bab satu ini peneliti akan memaparkan tentang dasar pemikiran,
rumusan kuliah kerja lapangan, manfaat kuliah kerja lapangan dan
sistematika laporan.
viii
BAB II: Landasan Teori
Pada bab dua ini peneliti akan menjelasakan beberapa landasan teori yang
bersangkutan pada penelitian yang sedang dikerjakan oleh kelompok
empat ini akan memparkan materi tentang ke-bank sentral-an, utang luar
negeri, konsep fatwa keagamaan dan implikasinya, dan tugas, fungsi dan
kewenangan organisasi
BAB III: Objek KKL
Pada bab tiga ini peneliti akan memaparkan data umum dan data khusus.
Pada data umum akan menjelaskan tentang letak geografis, Visi Misi,
Sejarah, Struktur Kepegawean,dan kondisi sarana dan prasana di Bank
Indonesia dan Majelis Ulama’ Indonesia yang berada di Jakarta.
Sedangkan dalam data khusus akan membahas tentang pengaruh utang
luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dan Majelis
Ulama’ Indonesia memparkan tentang mekanisme fatwa terhadap lembaga
keuangan dan bank. Dan juga menjelaskan produk-produk dikeuangan dan
bank.
BAB IV: Pembahasan
a. Bagaimana peran kedudukan Bank Indonesia sebagai lembaga negara di
Indonesia?
b. Bagaimana masa utang luar negeri pada tahun 1997 sampai sekarang serta
kebijakan utang luar negeri di Indonesia?
c. Bagaimana MUI sebagai lembaga idependen non pemerintah yang
menjadi wadah umat muslim di Indonesia?
d. Bagaiman pelaksanaan mekanisme pengeluaran fatwa, produk fatwa di
bidang makanan dan muamalat, pengaplikasian, serta dinamika dan
problematika fatwa MUI di Indonesia
BAB V: Penutup
Pada bab lima ini peneliti akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari
materi yang telah dipaparkan. Dan bagaimana motivasi atai rekomendasi
untuk selanjutnya kepada adik-adik kelas perbanakan syaria’ah dan
penutup.
ix
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ke-banksentral-an
Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk
menjaga stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara
tersebut, yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-
harga yang dalam arti lain turunnya suatu nilai uang. Bank Sentral menjaga agar
tingkat inflasi terkendali dan selalu berada pada nilai yang serendah mungkin atau
pada posisi yang optimal bagi perekonomian (low/zero inflation), dengan
mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang
beredar terlalu banyak maka bank sentral dengan menggunakan instrumen dan
otoritas yang dimilikinya.
Bank Indonesia pertama kali diatur oleh UU No. 11 Tahun 1953 tentang
Undang-undang Pokok Bank Indonesia, yang kemudian digantikan oleh Undang-
undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Dalam undang-undang tersebut,
Bank Sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia, dimiliki oleh negara dan
merupakan badan hukum. Bank Indonesia menurut UU No. 13 Tahun 1968
mempunyai tugas pokok membantu pemerintah dalam (a) mengatur, menjaga, dan
memelihara kestabilan nilai rupiah; (b) mendorong kelancaran produksi dan
1
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup
rakyat. Bank Indonesia menjalankan tugas pokok tersebut berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan pemerintah dan dibantu Dewan Moneter, yang terdiri dari
menteri-menteri yang membidangi keuangan dan perekonomian serta Gubernur
Bank Indonesia. (Hasibuan, 2005)
Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral atau sering juga disebut
bank to bank dalam pembangunan memang penting dan sangat dibutuhkan
keberadaannya. Hal ini disebabkan bahwa pembangunan di sektor apa pun selalu
membutuhkan dana dan dana ini diperoleh dari sektor lembaga keuangan
termasuk bank. Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai bank to bank adalah
mengatur, mengoordinasi, mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia
perbankan. Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat
agar disalurkan kembali ke masyarakat benar-benar efektif penggunaannya sesuai
dengan tujuan pembangunan. Kemudian di samping mengurus dana perbankan,
Bank Indonesia juga mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara
keseluruhannya.
Peranan lain Bank Indonesia adalah dalam hal menyalurkan uang terutama
uang kartal (kertas dan logam) di mana Bank Indonesia mempunyai hak tunggal
2
untuk menyalurkan uang kartal. Kemudian mengendalikan jumlah uang yang
beredar dan suku bunga dengan maksud untuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Di
samping itu, hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah adalah sebagai
pemegang kas pemerintah. Begitu pula hubungan dengan dunia Internasional juga
ditangani oleh Bank Indonesia seperti menerima pinjaman luar negeri.
Sejak orde baru indonesia membuka karpet merah bagi investor asing yang
ingin menanam modal di indonesia hal tersebut ditenggarai direvisinya UU
no1/1967 tentang penanaman modal asing, sejak saat itu indonesia kembali
menandatangani memotarium untuk melakukan kerjasama dengan lembaga-
lembaga keuangan dunia seperti world bank, IMF dan dll. Bergabungnya
indonesia dengan lembaga keuangan dunia menjadi suatu permasalahan besar
bagi indonesia, pinjaman uang kepada lembaga internasional seperti IMF dan
World Bank dunia membuat utang indonesia membengkak dan melebihi dari
pendapatan dalam negeri dan besarnya utang luar negeri indonesia berakibat pada
perekonomian didalam negeri.
3
Peran Bank Dunia di Indonesia sejalan dengan peralihan kekuasaaan di Indonesia,
dari pemerintahan Soekarno kepada Soeharto. Dimulai dengan keinginan untuk
melakukan penjadwalan kembali utang-utang luar negeri Indonesia, memperoleh
pinjaman baru ekonomi Indonesia yang terpuruk, serta menarik investor asing ke
Indonesia, maka dimulailah serangkaian pertemuan ke arah itu, yakni Tokyo Club
(Tokyo, September 1966), Paris Meeting (Paris, Desember 1966), diikuti dengan
pertemuan Amsterdam bulan Februari 1967, pertemuan terakhir di Belanda itulah
yang menghasilkan yang konsorsium negara-negara yang memberikan pinjaman
bagi Indonesia yang dikenal dengan IGGI (Inter- Governmental Group on
Indonesia). Pinjaman negara-negara itu diberikan kepada Indonesia lewat Bank
Dunia. Awalnya, IGGI mencakup 16 negara, diantaranya: Belanda, Jepang
(pemberi pinjaman terbesar bagi Indonesia), Amerika Serikat, Inggris, Jerman,
dan beberapa negara lainnya. Pada tahun 1992 pemerintah RI membubarkan IGGI
dan membentuk CGI (Consultative Group on Indonesia), dengan tujuan
mengeluarkan Belanda dari konsorsium, karena dianggap terlalu campur tangan
terhadap pembangunan dalam negeri Indonesia.
a) Sebelum fatwa ditetapkan harus ditinjau lebih dulu pendapat para imam
madzhab dan ulama yang mu’tabar tentang masalah tersebut beserta dalil-
dalilnya.
b) Masalah yang telah jelas hukumnya harus disampaikan sebagaimana
semestinya.
c) Dalam masalah yang terjadi perdebatan (khilafiyah) dalam madzhab maka:
5
d) Penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha penentuan titik temu melalui
metode al-jam’u wa at-tawfiq.
e) Jika usaha penemuan titik temu tidak berhasil, penetapan fatwa didasarkan
pada hasil tarjih menggunakan kaidah-kaidah hukum fiqih.
f) Dalam masalah yang tidak ditemukan pendapat hukumnya dikalangan
madzhab, penetapan fatwa berdasarkan pada hasil ijtihad jama’iy
(kolektif) melalui metode bayaniy, ta’liliy (qiyasiy, istihsaniy, ilhaqy)
istishlahy, dan sadd adz-dzariah.
g) Penetapan fatwa harus memperhatikan kemaslahatan umum (mashalil
ammah) dan maqashid asy-syari’ah.
1. Bank Indoneia
Bank Indonesia (BI) memiliki tujuan dan fungsi utama dalam
menjalankan perannya sebagai Bank Sentral Republik Indonesia. Adapun
beberapa fungsi dan tujuan Bank ini adalah sebagai berikut:
a) Menciptakan dan menjaga kestabilan nilai mata uang Republik
Indonesia (Rupiah) dimana hal tersebut tercermin dalam nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang asing.
b) Menciptakan dan menjaga stabilitas harga-harga barang dan jasa, yang
tercermin dalam kestabilan laju inflasi di Indonesia.(Kasmir, 2010)
Dalam upaya untuk mencapai tujuannya, Bank Indonesia memiliki
tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan. Adapun tugas
Bank Sentral adalah sebagai berikut:
a) Membuat dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
6
Kebijakan moneter ditetapkan dan dilaksanakan untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga
harga-harga barang dan jasa di masyarakat tetap
terkendali.Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
juga dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.
Dalam hal ini, BI perlu bekerjasama dengan pemerintah sehingga
kebijakan yang diambil sejalan dengan kebijakan fiskal dan
kebijakan ekonomi lainnya.
b) Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran yang dimaksud adalah sistem
pembayaran tunai maupun non tunai. Dalam hal ini, Bank
Indonesia bertanggungjawab untuk menciptakan suatu
kesepakatan, aturan, standar dan prosedur yang dipakai dalam
mengatur peredaran uang di masyarakat.
c) Mengatur dan Mengawasi Perbankan
Pengaturan dan pengawasan perbankan yang dimaksud di
sini adalah pengawasan makroprudensial, dimana tujuannya untuk
menjaga kestabilan sistem keuangan di Indonesia. Secara umum,
kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang dibuat untuk
membatasi risiko dan biaya krisis sistemik agar keseimbangan
sistem keuangan tetap terjaga.
Wewenang Bank Sentral alam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya, Bank Sentral memiliki kewenangan khusus
yang telah diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia,
yaitu:
a) Kewenangan Membuat Kebijakan Moneter
Menentukan dan menetapkan tingkat diskonto, cadangan
minimum bank umum, serta mengatur pembiayaan atau
kredit.
Menentukan dan menetapkan target moneter dengan
memperhitungkan tingkat inflasi di Indonesia.
7
Mengendalikan moneter dengan tidak terbatas pada operasi
pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang Rupiah maupun
valuta asing.
b) Kewenangan Mengatur Sistem Pembayaran
Menentukan dan menetapkan pemakaian instrumen
pembayaran.
Membuat dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan suatu sistem pembayaran.
Melakukan pengawasan terhadap penyelenggara jasa sistem
pembayaran.
8
umat Bergama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa
serta;
c) Menjadikan penghubung anatara ulama’ dan umara (pemerintah) dan
penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna
mensukseskan pembangunan nasional;
d) Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga
islam dan cendekiawan muslimin dalam menerikan bimbngan dan
tuntunan kepada masyarakat khususnya umat islam dengan
mengandakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.
Dan tugas dari MUI adalah sebagai berikut:
a) Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah
dan menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah
dalam kegiatan perekonomian pada umumnya serta sektor
keuangan pada khususnya termasuk usaha bank, asuransi dan
reksadana.
b) Menetapkam fatwa atas sistem, kegiatan, produk, dan jasa
LKS, LBS, dan LPS lainya.
c) Mengawasi penerapan fatwa melalui DPS di LKS, dan LPS
lainya;
d) Membuat pedoman implementasi fatwa untuk lebih
menjabarkan fatwa tertentu agar tidak menimbulkan multi
penafsiran pada saat diimplementasikan di LKS, LBS, dan LPS
lainya;
e) Mengeluarkan surat edaran (Ta’limat) kepada LKS, LBS, dan
LPS lainya.
f) Memberikan rekomendasian calon anggota ASPM dan/atau
mencabut rekomendasi ASPM.
Wewenang dari MUI antara lain:
a) Memberikan peringatan kepada LKS,LBS, dan LPS lainya
untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang
diterbitkan oleh DSN-MUI.
9
b) Merekomendasikan kepada pihak yang berwenang untuk
mengambil tindakan apabila peringatan tidak dihentikan.
c) Membekukan atau membatalkan sertifikat kesesuaian syariah
bagi LBS dan LPS yang melakukan pelanggaran.
d) Menyetujui atau menolak permohonan LKS ,LBS, dan LPS
lainya mengenai usul penggantian dan pemberhentian DPS
pada lebaga yang bersangkutan.
e) Merekomendasikan kepada pihak yang terkait untuk
menumbuhkembangkan usaha bidang keuangan, bisnis, dan
ekonomi syariah;
f) Menjalin kemitraan kerjasama yang dengan berbagai pihak,
baik dalam maupun luar negeri untuk
menumbuhkembangkan usaha bidang keuangan, bisnis, dan
ekonomi syariah.
BAB III
OBJEK KKL
A. Data Umum
1. Bank Indonesia
a) Letak Geografis
10
Gambar 1
https://www.google.com/maps/dir//-6.181761,106.821313/@-
6.1825252,106.8193764,17z (diakses pada 04 Desember 2019, pukul 20:10).
13
Organisasi Bank Indonesia dikelompokkan dalam tiga
bidang utama yang menggambarkan tugas-tugas pokoknya, yaitu
Moneter, Macro prudential, dan Sistem Pembayaran. Disamping
itu, terdapat pula fungsi manajemen intern sebagai unit pendukung
strategis (strategic support) untuk menjamin agar pelaksanaan
tugas ketiga bidang utama dapat berjalan lancar, efektif, dan
efisien. Struktur organisasi Bank Indonesia tersebut terus
mengalami penyempurnaan agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam dinamika perekonomian nasional dan
internasional. Ke depan arsitektur organisasi Bank Indonesia
diarahkan pada dua fokus tugas utama, yaitu Stabilitas Moneter
dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank
Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas
seorang Gubernur sebagai pemimpin yakni Perry Warjiyo, dibantu
oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil yaitu Destri
Damayanti, dan terdapat beberapa Deputi Gubernur antara lain
Erwin Rijanto, Sugeng, Dody Budi Waluyo, Rosmaya Hadi.
Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur diangkat
oleh presiden atas dasar usulan dari MPR dan DPR. Masa jabatan
Gubernur dan Deputi Gubernur selama 5 tahun dan dapat diangkat
14
kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya 1
kali masa jabatan berikutnya.
d) Kondisi Sarana dan Prasarana BI
Bank Indonesia memiliki kompleks Gedung yang megah,
mewah yang termasuk gedung dengan konsep terbaik dan teraman
di Indonesia. Bank Indonesia Jakarta memiliki tempat yang bersih,
jarak gedung yang satu dan lainnya agak jauh karena gedung yang
sangat luas dan megah sehingga terlihat jauh. Fasilitas yang
diberikan oleh Bank Indonesia kepada karyawan maupun
pengunjung sangat memuaskan, di dalamnya terdapat masjid yang
besar, bersih, sejuk dan nyaman. Fasilitas di dalam gedung juga
memberikan kesan nyaman pengunjung yang datang, toiletnya
sangat bersih, dan terjaga kebersihannya. Sebelum masuk ruang
auditorium kita terlebih dahulu menunggu, dan sebelum masuk kita
diberikan fasilitas tempat duduk dengan banyak macam pilihan dan
tempat menunggu sangat luas, disamping itu di sekitar tempat
tunggu terdapat miniatur museum Bank Indonesia, dan berbagai
macam penghargaan yang didapat bank Indonesia. Selain itu,
keamanan yang berada pada bank Indonesia sangatlah ketat, disana
terdapat metal detector yang digunakan untuk mencegah
kemungkinan adanya kejahatan.
Akan tetapi disamping memiliki kelebihan dan
memberikan kita kesan nyaman yang sangat memuaskan, ada sisi
yang masih kurang dari Bank Indonesia yang ada di Jakarta, yaitu
tempat parkirnya terbatas, dan jika datang berkunjung dengan tidak
disertai izin, maka tidak diperkenankan masuk, karena untuk
memasuki gedungnya tidak sembarang orang bisa masuk, harus
jelas, dan minimal harus menunjukkan id card.
15
Letak Kantor Majelis Ulama Indonesia berada di :
MISI
17
Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah
kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya
para ulama zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam
sebuah “Piagam Berdirinya MUI,” yang ditandatangani oleh
seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah
Nasional Ulama I.
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa
Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30
tahun merdeka, dimana energi peduli terhadap masalah
kesejahteraan rohani umat. Dalam perjalanannya, selama dua puluh
lima tahun, Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah
para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk:
1) Memberikan bimbingan dan tuntutan kepada umat Islam
Indonesia dalam mewujudkan kehidupan beragama dan
bermasyarakat yang diridhoi Allah SWT.
2) Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan
dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat,
meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya Ukhuwah Islamiyah
dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan
persatuan dan kesatuan bangsa seta.
3) Menjadi penghubungan antara ulama danumaro (pemerintah)
dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna
mensukseskan pembangunan nasional.
4) Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi,
Lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan
bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat
Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara
timbal balik.
18
d) Struktur Kepegawaian MUI
B. Data Khusus
1. Bank Indonesia
1) Ke-Banksentral-an
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang bank
indonesia menggantikan Undang-undang Nomor 13 tentang Bank
Sentral yang telah berlaku selama 31 tahunber dampak terjadinya
perubahan pada sistem moneter, keuangan dan perbankan di
Indonesia. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik
Indonesia dan Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang
independen,bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak-
pihak lainnya kecuali untuk hal-hal yang tegas.(Abdullah, 2012)
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 dalam
Pasal 7 Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal yakni
mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Kestabilan ini
memiliki dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa serta kestabilan terhadap mata uang negara
lain.(Abdullah, 2012)
Dalam mencapai tujuan tunggalnya, Bank Indonesia
memiliki tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugas Bank
Indonesia yakni kewenangan moneter, kewenangan stabilitas
keuangan dan kewenangan sistem pembayaran. Ketiga pilar
tersebut berguna dalam usaha mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat tercapai secara efektif dan efisien,
maka ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan. Efektifitas
pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran
20
yang efisien, cepat, aman dan handal yang merupakan sasaran
dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran.(Abdullah, 2012)
Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam rangka
menjaga kestabilan nilai rupiah, pasal 10 Undang-undang Nomor
23 Tahun 1999, Bank Indonesia menetapkan beberapa ruang
lingkup kebijakan moneter, antara lain:
1) Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran
laju inflasi
2) Melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada
operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun
valuta asing
3) Menetapkan tingkat diskonto, menetapkan cadangan
minimum dan mengatur kredit atau pembiayaan.
Bank Indonesia berfungsi sebagai lender of the last resort
yang dapat membantu kesulitan pendanaan jangka pendek yang
dihadapi bank umum. Dalam hal ini Bank Indonesia hanya
membantu untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek
karena adanya mismatch yang disebabkan oleh risiko kridit atau
risiko pembayaran(Abdullah, 2012)
2) Utang Luar Negeri (ULN)
Utang Luar Negeri adalah sertiap penerimaan negara baik
dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan, rupiah,
maupun barang atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman
luar negei yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu baik dalam bentuk jangka pendek maupun jangka
panjang.(Machmud, 2016)
Pemberian utang luar negeri diawali pasca perang dunia II
dimana negara negara diwilayah utara, bank-bank swasta, serta
lembaga keuangan internasional memberikan pinjaman kepada
negara-negara dunia ke tiga yang ingin mewujudkan
21
kesejahteraan bagi rakyatnya. Sebagai salah satu negara dunia ke
tiga Indonesia juga memiliki utang luar negeri yang diawali sejak
era orde lama hingga saat ini. Awalnya utang tersebut digunakan
untuk membiayai pembangunan namun dikemudian hari juga
digunakan sebagai pembiayaan tambahan atas defisit tambahan
demi memacu pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.(Machmud,
2016)
Tidak semua negara yang tergolong dalam negara
berkembang merupakan negara miskin atau dalam arti tidak
memiliki sumberdaya ekonomi. Banyak negara berkembang
justru memiliki kelimpahan sumberdaya ekonomi dan
sumberdaya manusia tetapi masih bersifat potensial atau belum
diambil atau diperdayagunakan secara optimal. Disisi lain ada
juga negara berkembang sumberdaya modal seringkali menjadi
kendala utama. Dalam beberapa hal, kendala ktersebut
disebabkan karena rendahnya tingkat pemobilisasian modal di
dalam negeri.
Beberapa penyebabnya antara lain (1) pendapatan per
kapita penduduk yang umumnya relatif rendah, menyebabkan
tingkat MPS (marginal propensity to save) rendah, dan
pendapatan pemerintah dari sektor pajak, khususnya penghasilan,
juga rendah. (2) Lemahnya sektor perbankan nasional
menyebabkan dana masyarakat, yang memang terbatas itu, tidak
dapat didayagunakan secara produktif dan efisien untuk
menunjang pengembangan usaha yang produktif. (3) Kurang
berkembangnya pasar modal, menyebabkan tingkat kapitalisasi
pasar yang rendah, sehingga banyak perusahaan yang kesulitan
mendapatkan tambahan dana murah dalam berekspansi. Dengan
kondisi sumberdaya modal domestik yang sangat terbatas seperti
itu, jelas tidak dapat diandalkan untuk mampu mendukung tingkat
pertumbuhan output nasional yang tinggi seperti yang diharapkan.
22
Solusi yang dianggap bisa diandalkan untuk mengatasi
kendala rendahnya mobilisasi modal domestik adalah dengan
mendatangkan modal dari luar negeri, yang umumnya dalam
bentuk hibah (grant), bantuan pembangunan (official development
assistance), kredit ekspor, dan arus modal swasta, seperti bantuan
bilateral dan multilateral; investasi swasta langsung (PMA);
portfolio invesment; pinjaman bank dan pinjaman komersial
lainnya; dan kredit perdagangan (ekspor/impor). Modal asing ini
dapat diberikan baik kepada pemerintah maupun kepada pihak
swasta. (jhiangan, 2016)
Komponen ULN di Indonesia terdiri dari 5 jenis :
1) Pinjaman (Loan)
Perjanjian tertulis yang berisi syarat dan dan kondisi
pinjaman antara lain suku bunga, jangka waktu, dan cara
pelunasannya.
2) Utang Dagang (Trade Credit)
Utang yang diberikan atas transaksi barang dan/atau jasa
3) Surat Utang (Debt Securities)
Surat pengakuan utang yang diperdagangkan di pasar uang
atau pasar modal IDN/LN
4) Kas & Simpanan (Currency & Deposit)
Penempatan dana yang dilakukan oleh bukan penduduk pada
bank di Indonesia dalam bentuk kas dan simpanan.
5) Utang Lainnya (Other Debt Liabilities)
Instrumen lain yang tidak termasuk dalam 4 komponen lain.
23
organisasi yang bersifat independen, tidak berafilasi terhadap salah
satu partai politik, madzhab atau aliran keagamaan yang ada di
indonesia (Efendi, 2011).
Otoritas DSN-MUI
Keuangan/LKS
sebagai Mustafti (1) Pendalaman masalah
(2)
dan perumusan fatwa
Fatwa
BPH-DSN
24
fi’liyah an-nasyi’ah ‘an an-
nukul)
127/DSN-MUI/VII/2019 Sukuk wakalah bi al- istitsmar
126/DSN-MUI/VII/2019 Akad wakalah bi al-istitsmar
125/DSN-MUI/XI/2018 Kontral investasi kolektif-efek
beragun asset (KIK EBA)
berdasarkan prinsip syariah
124/DSN-MUI/XI/2018 Penerapan prinsip syariah dalam
pelaksanaan layanan jasa
penyimpanan dan penyelesaian
transaksi efek serta pengelolaan
infrastruktur investasi terpadu
123/DSN-MUI/XI/2018 Penggunaan dana yang tidak
boleh diakui sebagai pendapatan
bagi lembaga keuangan syariah,
lembaga bisnis syariah, dan
lembaga perekonomian syariah
122/DSN-MUI/II/2018 Pengelolaan dana BPIH dan
BPIH khusus berdasarkan
prinsip syariah
121/DSN-MUI/11/2018 EBA-SP berdasarkan prinsip
syariah
120/DSN-MUI/II/2018 Sekuritisasi berbentuk efek
beragun asset berdasarkan
prinsip syariah
119/DSN-MUI/II/2018 Pembiayaan ultra mikro
berdasarkan prinsip syariah
118/DSN-MUI/II/2018 Pedoman penjaminan simpanan
nasabah bank syariah
117/DSN-MUI/II/2018 Layanan pembiayaan berbasis
teknologi informasi berdasarkan
prinsip syariah
116/DSN-MUI/IX/2017 Uang elektronik syariah
25
115/DSN-MUI/IX/2017 Akad mudharabah
114/DSN-MUI/IX/2017 Akad syirkah
113/DSN-MUI/IX/2017 Akad wakalah bi al-ujrah
112/DSN-MUI/IX/2017 Akad Ijarah
111/DSN-MUI/IX/2017 Akad jual beli murabahah
110/DSN-MUI/IX/2017 Akad jual beli
109/DSN-MUI/II/2017 Pembiayaan likuiditas jangka
pendek syariah
108/DSN-MUI/X/2016 Pedoman penyelenggaraan
pariwisata berdasarkan prinsip
syariah
107/DSN-MUI/X/2016 Pedoman penyelenggaraan
rumahsakit berdasarkan prinsip
syariah
106/DSN-MUI/X/2016 Wakaf manfaat asuransi dan
manfaat investasi pada asuransi
jiwa syariah
105/DSN-MUI/X/2016 Penjaminan pengembalian
modal pembiayaan mudharabah,
musyarakah , dan wakalah bil
istitsmar
104/DSN-MUI/X/2016 Subrogasi berdasarkan prinsip
syariah
103/DSN-MUI/X/2016 Novasi subjektif berdasarkan
prinsip syariah
102/DSN-MUI/X/2016 Akad al-Ijarah al-Maushufah fi
al-Dzimmah untuk produk
pembiayaan pemilikan rumah
(PPR)-Indent
101/DSN-MUI/X/2016 Akad al-Ijarah al-Maushufah fii
Al-Dzimmah
100/DSN-MUI/XII/2015 Pedoman transaksi voucher
multi manfaat syariah
26
99/DSN-MUI/XII/2015 Anuitas syariah untuk program
pensiun
98/DSN-MUI/XII/2015 Pedoman penyelenggaraan
jaminan social kesehatan
syariah
97/DSN-MUI/XII/2015 Sertifikat deposito syariah
96/DSN-MUI/VI/2015 Transaksi lindung nilai syariah
(Al-Tahawwuth Al-Islami/
Islamic Hedging)
95/DSN-MUI/VII/2014 Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) Wakalah
94/DSN-MUI/VI/2014 Repo Surat Berharga Syariah
(SBS) Berdasarkan Prinsip
Syariah
93/DSN-MUI/IV/2014 Keperantaraan (Wasathah)
dalam Bisnis Properti
92/DSN-MUI/IV/2014 Pembiayaan yang Disertai Rahn
(al-Tamwil al-Mautsuq bi al-
Rahn)
91/DSN-MUI/IV/2014 Pembiayaan Sindikasi (al-
Tamwil al-Mashrifi al-
Mujamma’)
90/DSN-MUI/XII/2013 Pengalihan Pembiayaan
Murabahah Antar Lembaga
Keuangan Syariah (LKS)
89/DSN-MUI/XII/2013 Pembiayaan Ulang
(Refinancing) Syariah
87/DSN-MUI/XII/2012 Metode Perataan Penghasilan
(Income Smoothing) Dana
Pihak Ketiga
86/DSN-MUI/XII/2012 Hadiah dalam Penghimpunan
Dana Lembaga Keuangan
Syariah
27
85/DSN-MUI/XII/2012 Janji (Wa’d) dalam Transaksi
Keuangan dan Bisnis Syariah
84/DSN-MUI/XII/2012 Metode Pengakuan Keuntungan
Tamwil bi al-Murabahah
(Pembiayaan Murabahah) di
Lembaga Keuangan Syariah
83/DSN-MUI/VI/2012 Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah Jasa Perjalanan Umrah
82/DSN-MUI/VIIII/2011 Perdagangan Komoditi
Berdasarkan Prinsip Syariah di
Bursa Komoditi
81/DSN-MUI/III/2011 Pengembalian Dana Tabarru’
bagi Peserta Asuransi yang
Berhenti Sebelum Masa
Perjanjian Berakhir
80/DSN-MUI/III/2011 Penerapan Prinsip Syariah
dalam Mekanisme Perdagangan
Efek Bersifat Ekuitas di Pasar
Reguler Bursa Efek
79/DSN-MUI/III/2011 Qardh dengan Menggunakan
Dana Nasabah
78/DSN-MUI/IX/2010 Mekanisme dan Instrumen
Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah
77/DSN-MUI/VI/2010 Jual-Beli Emas secara Tidak
Tunai
76/DSN-MUI/VI/2010 SBSN Ijarah Asset to be Leased
75/DSN-MUI/VII/2009 Pedoman Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah (PLBS)
74/DSN-MUI/I/2009 Penjaminan Syariah
73/DSN-MUI/XI/2008 Musyarakah Mutanaqishah
72/DSN-MUI/VI/2008 Surat Berharga Syariah Negara
Ijarah Sale and Lease Back
28
71/DSN-MUI/VI/2008 Sale and Lease Back
70/DSN-MUI/VI/2008 Metode Penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara
69/DSN-MUI/VI/2008 Surat Berharga Syariah Negara
68/DSN-MUI/III/2008 Rahn Tasjily
66/DSN-MUI/III/2008 Waran Syariah
65/DSN-MUI/III/2008 Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) Syariah
64/DSN-MUI/XII/2007 Sertifikat Bank Indonesia
Syariah Ju’alah (SBIS Ju’alah)
63/DSN-MUI/XII/2007 Sertifikat Bank Indonesia
Syariah
61/DSN-MUI/V/2007 Penyelesaian Utang dalam
Impor
60/DSN-MUI/V/2007 Penyelesaian Piutang dalam
Ekspor
59/DSN-MUI/V/2007 Obligasi Syariah Mudharabah
Konversi
58/DSN-MUI/V/2007 Hawalah bil Ujrah
57/DSN-MUI/V/2007 Letter of Credit (L/C) dengan
Akad Kafalah bil Ujrah
56/DSN-MUI/V/2007 Ketentuan Review Ujrah pada
Lembaga Keuangan Syariah
55/DSN-MUI/V/2007 Pembiayaan Rekening Koran
Syariah Musyarakah
54/DSN-MUI/X/2006 Syariah Card
49/DSN-MUI/II/2005 Konversi Akad Murabahah
48/DSN-MUI/II/2005 Penjadwalan Kembali Tagihan
Murabahah
47/DSN-MUI/II/2005 Penyelesaian Piutang
Murabahah bagi Nasabah Tidak
Mampu Membayar
46/DSN-MUI/II/2005 Potongan Tagihan Murabahah
29
(Khashm fi al-Murabahah)
45/DSN-MUI/II/2005 Line facility (at-Tas-hilat as-
Saqfiyah)
44/DSN-MUI/VIIII/2004 Pembiayaan Multijasa
43/DSN-MUI/VIIII/2004 Ganti Rugi (Ta’widh)
42/DSN-MUI/V/2004 Syari’ah Charge Card
41/DSN-MUI/III/2004 Obligasi Syari’ah Ijarah
40/DSN-MUI/X/2002 Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal
38/DSN-MUI/X/2002 Sertifikat Investasi Mudharabah
Antarbank (Sertifikat IMA)
37/DSN-MUI/IX/2002 Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syari’ah
36/DSN-MUI/X/2002 Sertifikat Wadi’ah Bank
Indonesia (SWBI)
35/DSN-MUI/IX/2002 Letter of Credit (L/C) Ekspor
Syari’ah
34/DSN-MUI/IX/2002 Letter of Credit (L/C) Impor
Syari’ah
33/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syari’ah Mudharabah
32/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syari’ah
31/DSN-MUI/VII/2002 Pengalihan Utang
30/DSN-MUI/VI/2002 Pembiayaan Rekening Koran
Syari’ah
29/DSN-MUI/VI/2002 Pembiayaan Pengurusan Haji
Lembaga Keuangan Syari’ah
28/DSN-MUI/III/2002 Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
26/DSN-MUI/III/2002 Rahn Emas
25/DSN-MUI/III/2002 Rahn
24/DSN-MUI/III/2002 Safe Deposit Box
23/DSN-MUI/III/2002 Potongan Pelunasan dalam
30
Murabahah
22/DSN-MUI/III/2002 Jual Beli Istishna’ Paralel
21/DSN-MUI/X/2001 Pedoman Umum Asuransi
Syari’ah
20/DSN-MUI/IV/2001 Pedoman Pelaksanaan Investasi
untuk Reksa Dana Syari’ah
18/DSN-MUI/IX/2000 Pencadangan Penghapusan
Aktiva Produktif dalam
Lembaga Keuangan Syari’ah
17/DSN-MUI/IX/2000 Sanksi atas Nasabah Mampu
yang Menunda-nunda
Pembayaran
16/DSN-MUI/IX/2000 Diskon dalam Murabahah
15/DSN-MUI/IX/2000 Prinsip Distribusi Hasil Usaha
dalam Lembaga Keuangan
Syari’ah
14/DSN-MUI/IX/2000 Sistem Distribusi Hasil Usaha
dalam Lembaga Keuangan
Syari’ah
13/DSN-MUI/IX/2000 Uang Muka dalam Murabahah
12/DSN-MUI/IV/2000 Hawalah
11/DSN-MUI/IV/2000 Kafalah
10/DSN-MUI/IV/2000 Wakalah
09/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Ijarah
08/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Musyarakah
07/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Mudharabah
(Qiradh)
06/DSN-MUI/IV/2000 Jual Beli Istishna’
05/DSN-MUI/IV/2000 Jual Beli Salam
04/DSN-MUI/IV/2000 Murabahah
03/DSN-MUI/IV/2000 Deposito
02/DSN-MUI/IV/2000 Tabungan
31
01/DSN-MUI/IV/2000 Giro
32
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara
Bank merupakan lembaga dengan fungsi intermediasi untuk
enyalurkan dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana kepada pihak-pihak
yang membutuhkan dana. Bank sebagai lembaga intermediasi hanya dapat
berjalan jika bila ada kepercayaan, karena bank juga disebut sebagai
lembaga kepercayaan. Apabila fungsi intermediasi berjalan dengan
baik,maka manfaat dari keberadaan bank adalah sebagai berikut:
35
melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas bank
Indonesia, dan demikian pula bank Indonesia wajib menolak dan/atau
mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam
rangka melaksanakan tugasnya.
Perlu di ketahui juga bahwa tujuan dari bank Indonesia saat ini
adalah mencapai dan memelihara kestabank Indonesia nilai rupiah. Untuk
mencapai tujuan tersebut bank indonesi mempunyai 3 tugas utama, yaitu
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran system pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank,
dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter tersebut,
bank Indonesia berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan
memerhatikan sasaran laju imflasi yang di tetapkan.
Hal lain yang perlu di pahami adalah bahwa kestabilan nilai rupiah
tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi
tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor
yang mempengaruhi imflasi dapat menjadi di bagi 2 macam, yaitu tekanan
imflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam
hal ini, bank Indonesia hanya memiliki kemampua untuk memengaruhi
tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi
dari sisi penawaran (bencana alam, musim kemarau, distribusi tidak lancer,
dan lain-lain) sepenuhnya berada di luar pengendalian bank Indonesia.
Oleh karena itu, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang
rendah dan stabil, diperlukan adanya kerja sama dan komitmen dari
seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.
36
3) Mengindentifikasi variable yang menyebabkan tekanan-tekanan
inflasi.
4) Memformulasikan respons kebijakan moneter bank Indonesia.
5) Dapat di tambahkan bahwa laju inflasi yang di peroleh dari indeks
harga konsumen (IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti
(core/ underlying inflation) sebagai sasaran opersional.
37
pendek, angka inflasi di pertahankan di bawah single digit. Namun
demikian, berbagai kebijakan penyesuaian harga barang yang di
kendalikan dapat memberikan tekanan inflasi secara signifikan.
38
simpanan bank Indonesia dalam rupiah, (Fine tune Operation)
Penitipan dana dengan prinsip wadiah dan
b. Operasi pasar terbuka dalam valas yaitu jual beli valas terhadap
rupiah antara lain dalam bentuk spot, forward, dan swap.
40
SWBI yang besarnya ditentukan berdasarkan dikresi bank
Indonesia.
5) RR-SUN
RR-SUN Merupakan transaksi pembelian SUN milik bank
Indonesia oleh bank dengan perjanjian untuk menjual kembali
kepada bank Indonesia sesuai dengan harga dan jangka waktu yang
telah disepakati. Jenis SUN yang di gunakan dapat berupa obligasi
Negara (ON) maupun surat perbendeharaan Negara (SPN),
Transaksi RR-SUN dilakukan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan
dan 3 bulan.
Metode lelang RR-SUN dilakukan dengan menggunakan 2 cara
yaitu : (1). Variable rate tender (peserta lelang mengajukan penawaran
kuantitas dan reverse repo rate ) (2). Fixed rate tender (peserta lelang
mengajukan penawaran kuantitas dengan RR-rate yang di tetapkan oleh
bank Indonesia.
6) SBI Repo
SBI Repo Adalah transaksi penjualan SBI secara bersyarat oleh
bank kepada bank Indonesia dengan persyaratan kewajiban pembelian
kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang di sepakati.Repo
merupakan instrumen kebijakan moneter yang bersifat ekspansif.
Saat ini, jumlah maksimal surat berharga milik bank yang dapat
direpokan adalah 50% dari Nilai SBI. Penyelesaian transaksi Repo di
lakukan pada hari yang sama(same day dattlement).
b. Instrumen Operasi Pasar Terbuka Non Reguler
Instrumen operasi pasar terbuka non regular terdiri dari : Fine Tune
Operation, Meliputi Fine tune ekspansi dan Fine tune kontraksi :
Outright beli /jual SUN ; dan sterilisasi penjualan/penjualan valas.
1) FTO
FTO adalah instrument operasi pasar terbuka untuk
menambah/mengurangi likuiditas jangka pendek dalam rangka
menstabilkan gejolak suku bunga di PUAB.
41
Transaksi FTO dilakukan dengan mekanisme lelang
melalui sarana bank Indonesia SSSS, dapat mengunakan metode
fixed rite tender/Variable rate tende. Penyelesaian FTO melalui
saran BI-RTGS pada tanggal transaksi dengan prinsip Delivery
Versus Payment.
2) Outright Jual/Beli SUN
Outright jual/beli SUN adalah instrument
kontraksi/ekspansi moneter yan bersifat permanen yang underlying
berupa SUN yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun. Transaksi
dapat di lakukan dengan mekanisme lelang atau nonlelang.
3) Sterilisasi Penjualan/Pembelian Valuta Asing Sterilisasi
Penjualan/Pembelian USD atau valas lainya dengan menggunakan
rupiah yang dimaksudkan untuk mengurangi/menambah jumlah
rupiah yang beredar.
c. Peserta Operasi Pasar Terbuka
Peserta operasi pasar terbuka terdiri dari bank, Lembaga
perantaran, dan pihak lain yang di tetapkan oleh bank Indonesia.
Lembaga perantaran yang di maksud antara lain pialang pasar uang,
pialang pasar modal, dan primary dealer, sedangkan yang di maksud
pihak lain adalah badan hokum nonbank, badan lainnya, dan
perorangan.
Di lihat dari cara pengajuan penawaran, peserta operasi pasar
terbuka dapat di golongkan sebagai peserta langsung dan peserta tidak
langsung. Peserta langsung yaitu peserta yang mengajukan penawaran
langsung ke bank Indonesia, sedangkan peserta tidak langsung
mengajukan penawarannya melalui lembaga perantara.
42
pembayaran kembali Bunga dan/atau pokok pada waktu yang akan datang,
baik dalam valuta asing maupun rupiah.
ULN timbul karena adanya sumber dana domestic tidak mencukupi untuk
membiayai kegiatan ekonomi nasional.
1 Pemerintah
Surat Berharga Negara
Perjanjian Pinjaman
2 Bank Sentral
Surat Utang
Perjanjian Pinjaman
Kas dan Simpanan
Utang Lainnya
3 Swasta – Lembaga Keuangan (Bank dan Non Bank)
Surat Utang
43
Perjanjian Pinjaman
Kas dan Simpanan
Utang Lainnya
4 Swasta – Bukan Lembaga Keuangan
Surat Utang
Perjanjian Pinjaman
Utang Dagang
Utang Lainnya
5 Penyajian Data ULN Dalam Publikasi
Format Standar International Monetary Fund (IMF)
Format Analitis Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
(SULNI)
TERJADI GAGAL
BAYAR, MEMICU
KEUANGAN KEBANGKRUTAN
SEKTOR SWASTA
MEMBURUK
44
LIKUIDASI 16 BANK (NOV
’97), KEPERCAYAAN IMPOR & PROSES
PERBANKAN ASING PRODUKSI
MEROSOT, CREDIT LINE TERGANGGU
Faktor Pemicu
DITUTUP, BANK DOMESTIK
TIDAK DAPAT MEMBUKA LC
1) Jumlah ULN tidak terkendali melampaui batas kemampuan
membayar kembali.ULN swasta > ULN Pemerintah
2) Mata Uang rupiah (IDR) mengalami depresiasi yang tajam. Dari
IDR 2,300 sebelum Krisis menjadi IDR 7,000 s.d 8,000 thd USD,
dan bahkan mencapai lebih dari IDR 15,000 selama Mei 1998
Kondisi pendukung
Penyelesaian
1. ULN pemerintah diselesaikan melalui kesepakatan Paris Club,London
Club, dan komitmen DebtMoratorium
2. ULN swasta diselesaikan melalui kesepakatan antara pemerintah RI
dengan Bank Steering Committee di Frankfurt pada 4 juni 1998
(Fankfurt Agreement) dengan 3 butir kesepakatan mengenai program
restrukturisasi, yaitu :
Interbank Debt Exchange Offer
Trade Maintenance Facility
Pendirian INDRA dan JITF (Jakarta Intiative Task Force)
3. Pelaporan ULN
45BI
MONITORING&MENENTUKAN LANGKAH SESUAI PRINSIP KEHATI-
HATIAN
ULN TERKENDALI DALAM BATAS AMAN
1999 : UU Tahun 24 Tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan nilai tukar
2000 : PBI 2/22/PBI 2000 (dicabut dengan PBI 12/24/PBI 2010)
2005 : PBI No.7/1/PBI/2005 dan PBI No.10/20/PBI/2008 tentang
pinjaman luar negeri bank.
2010 : PBI 12/24/PBI 2010 (mencabut PBI 2/22/PBI 2000, dicabut dengan
PBI 14/21/2012) tentang kewajiban pelaporan ULN
2012 : PBI16/21/PBI 2014 tgl 29 desember 2014 (diubah dengan PBI
18/4/PBI 2016) tentang penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan
ULN korporasi Non Bank
2014 : PBI 16/22/PBI 2014 tgl 31 desember 2014 tentang pelaporan
kegiatan LLD dan pelaporan kegiatan penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengelolaan ULN korporasi Non Bank
2015 : PBI 16/10/PBI 2014 (diubah dengan PBI 17/23/PBI/2015) tentang
penerimaan DHE dan penarikan DULN
2019 : PBI No. 21/2/PBI/2019 tentang pelaporan kegiatan lalu lintas
devisa
46
nasional yang dapat menampung, menghimpun dan mempersatukan
pendapat dan pikiran ulama atau umat Islam secara keseluruhan.
47
MUI mengadakan konsultasi dan pertukaran informasi secara timbal balik.
Hal yang ketiga adalah mengadakan kerjasama dengan organisasi dan
lembaga lainnya dalam mencapai tujuan dan usaha MUI. Hal yang terakhir
adalah MUI tidak berafiliasi kepada salah satu organisasi sosial politik.
(Pasal 10 Pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia. )
48
Metode Al-Taysîr al-Manhaji dimaksudkan agar menghindarkan
fatwa disahkan tanpa mengikuti pedoman. Tidak jarang suatu masalah
dijawab dengan fatwa yang meringankan namun hanya
mempertimbangkan aspek kemaslahatannya saja dan tidak mengindahkan
aspek kesesuaian metodologisnya (al-manhaj).
50
agama lain. Fatwa MUI tidak memiliki legalitas untuk memaksa setiap
muslim menaati fatwa yang telah dibuat. Fatwa MUI hanya mengikat dan
ditaati oleh umat Islam yang merasa mempunyai ikatan terhadap MUI.
51
unsur benda haram li-zatih atau haram li-gairih yang karena cara
penangananya tidak sejalan dengan syariat Islam, atau tidak. Dengan arti
kata, MUI tidak sampai mempersoalkan dan meneliti keharamanya dari
sudut haram li gairih, sebab masalah ini sulit diseteksi dan persoalanya
diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
Kami merekomendasikan agar adik-adik kelas Perbankan Syariah untuk
KKL (Kuliah Kerja Lapangan) tetap mengunjunggi Bank sentral atau induknya
bank Indonesia yaitu Bank Indonesia (BI) dan juga mengunjunggi Majelis Ulama’
Indonesia (MUI) karena banyak hal yang kita bisa dapat yang belum tentu kita
dapat saat pada bangku kuliah atau didalam kelas pada biasaanya. Hal ini juga
memberikan kita motivasi diri untuk terus berkembang dan pengalaman yang
bermanfaat bagi kedepanya dan dapat berkompetisiuntuk bersaing dimasa yang
akan datang.
C. Penutup
Kami segenap kelompok empat Kuliah Kerja Lapanganmengucapkan
banyak terimah kasih kepada yaitu Bu Zahrotun Nafisah, Lc,. M.H.I yang telah
membimbing kami selama kegiatan berlangsung sampai akhir penyusunan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan. Dan ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada seluruh jajaran panitia yang telah menyelenggarakan kegiatan ini yang
kami anggap telah mencapai target yang kita inginkan, kepada Bank Indonsia dan
Majelis Ulama Indonesia yang berada di Jakarta tak lupa juga kami ucapkan
terima kasih atas sambutan dan materi yang telah disampaikan. Kami
mengucapkan permohonan maaf apabila bagian dari kami menuturkan kata yang
tidak sopan dan melakukan kesalahan dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini.
Terima kasih.
54
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kasmir. (2015). Bank dan Lembaga Keungan Lainya Ed. Revisi 2014. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
55
DOKUMENTASI KULIAH KERJA LAPANGAN
Jakarta, 28 November 2019
56