Anda di halaman 1dari 10

PANITIA PELAKSANA UTS GENAP TA.

2019/2020
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA
Jl. Taman Siswa (Pekeng) No. 09 Tahunan Jepara, Telp./Fax (0291) 593132
www. ftk.unisnu.ac.id | email : ftk@unisnu.ac.id

Mata Ujian : Pembelajaran Berbahasa Indonesia SD Kelas Tinggi


Prodi : PGSD
Dosen : Dwiana Asih Wiranti, M.Pd
Bentuk : Ujian Mandiri
Smst/Kelas : 5 PGSD A1, A2

PETUNJUK:

1. Setelah melakukan kegiatan observasi pembelajaran bahasa Indonesia


Kelas Tinggi di sekolah, silakan masing-masing mahasiswa menentukan
satu topik yang akan dijadikan fokus pembahasan!

2. Kembangkan topik dalam penulisan gagasan tertulis berupa artikel ilmiah


yang disertai rujukan pustaka yang tepat!

3. Sesuaikaan penulisan artikel dengan tamplate yang telah disediakan dosen!

4. Artikel dikumpulan dalam bentuk hardcopy berjilid dengan cover warna


MERAH MUDA dan softfile dalam satu folder kelas!

5. Artikel dikumpulkan langsung kepada dosen pengampu sesuai jadwal


yang telah disepakati secara kolektif melalui komting!

6. Kerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab, jelas dan tepat waktu!

 Selamat Mengerjakan 
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

PERMASALAHAN PENERAPAN SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR


TINGKAT TINGGI PADA PESERTA DIDIK SD KELAS TINGGI

Khafidah Syairoh
Syairohkhafidah@gmail.com
PGSD A1/ 171330000020
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

ABSTRAK
Penerapan kurikulum 2013 menggunakan proses pembelajaran tematik terpadu
yang terintegrasi dengan menggunakan pendekatan saintifik sangat erat
kaitannya dengan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Pada artikel ini membahas cara mengatasi kendala dan permasalahan yang ada
mengenai hal tersebut tentu terdapat tahapan yang dilakukan untuk dapat
menemukan solusi terkait. Kesulitan peserta didik terhadap penerapan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada SD kelas tinggi untuk memahami dan
menyelesaikan permasalahan pada soal serta model yang diterapkan dalam
pembelajaran secara tepat akan memberikan dorongan kepada peserta didik.
Sebagai upaya memperoleh hasil belajar yang maksimal, maka harus terdapat
keseuaian antara penerapan metode pembelajaran dengan soal-soal sebagai
evaluasi hasil belajar. Sumber data yang digunakan dalam artikel ini meliputi
peserta didik, guru, dan dokumentasi proses pembelajaran. Teknik pengumpulan
data informasi dilakukan dengan cara menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data ini menggunakan studi literature
(review) melalui pendekatan kualitatif. Dengan cara membaca artikel ilmiah
kemudian diambil gagasan-gagasan tertentu dengan memilih referensi melalui
buku, jurnal dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan topik yang telah
ditentukan.

Kata kunci : keterampilan berpikir tingkat tinggi, peserta didik kelas tinggi,
pembelajaran tematik, kurikulum 2013.
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

PENDAHULUAN
Suatu pembelajaran dikatakan telah mencapai tujuan pembelajaran yang
akan diharapkan tentu tidak akan jauh dari pentingnya bagaimana penyusunan
dalam proses perencanaan pembelajaran tersebut yaitu tercapainya prestasi belajar
oleh peserta didik yang tentunya ditunjang dengan sistem pendidikan yang telah
ditetapkan serta guru sebagai tenaga pendidik yang memiliki tugas membuat
perencanaan dan melaksanakan proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
yang saat ini diterapkan berpacu berdasarkan pada kurikulum 2013. Salah satu
elemen perubahan pada kurikulum 2013 pada jenjang sekolah dasar adalah
penguatan proses pembelajaran. Melalui penguatan proses pembelajaran
diharapkan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran lebih efektif, efisien,
menyengkan, dan bermakna, sehingga mampu meningkatkan kualitas pencapaian
hasil belajar dan mengedepankan siswa berpikir kritis sehingga tidak sekedar
menyampaikan dalam konteks yang faktual.
Kenyataannya masih ada banyak guru yang masih kurang memahami
mengenai arti dari HOTS. Guru seharusnya mampu mengembangkan dan
mengkonversikan dari pembelajaran yang masih bersifat Lower Order Thinking
Skill (LOTS) menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS), dan ini harus sudah
diawali sejak pertama kali saat akan merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Pada penerapan kurikulum 2013 ini menggunakan
pembelajaran yang berbasis tematik terpadu yang sangat erat kaitannya dengan
keterampilan HOTS dimana peserta didik diarahkan untuk mampu memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menentukan pemecahan permasalahan
yang dihadapi.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi secara bahasa umum dikenal sebagai
Higher Order Thinking Skill atau yang biasa disebut sebagai HOTS. Menurut
Resnick (dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018: 5), keterampilan
berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan
materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.


Pada keterampilan ini menggarisbawahi berbagai proses tingkat tinggi menurut
jenjang Taksonomi Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua
bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses
pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan
menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis
(analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Menurut
Newman & Wehlage (dalam Widodo 2013: 162), melalui HOTS peserta didik
akan mampu menyampaikan argumen yang dimiliki dengan baik, menyelesaikan
permasalahan, serta mampu untuk memahami hal kompleks menjadi suatu hal
yang lebih jelas. Akan tetapi, yang menjadi suatu permasalahan dalam praktiknya
adalah seringkali seorang guru membuat suatu soal yang mengarah pada HOTS,
akan tetapi pada pelaksanaan pembelajaran seorang guru kurang menekankan
pembelajaran dengan menggunakan keterampilan higher order thinking skills
sehingga peserta didik masih merasa kebinggungan ketika dihadapkan dengan
soal HOTS tersebut.
Berdasarkan kegiatan observasi yang sudah dilakukan serta penjelasan
diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah dalam artikel ini yaitu mengenai
permasalahan penerapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pemberian soal
berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS pada peserta didik SD
kelas Tinggi. Pada observasi yang sudah dilakukan untuk meihat bagaimana
proses pembelajaran tematik terlebih pada mata pelajaran Bahasa Indonesia serta
kendala yang sedang dialami oleh guru yaitu permasalahan dalam penerapan
pelaksanaan pembelajaran dengan pemberian soal yang berbasis HOTS pada
peserta didik SD kelas tinggi yang akan menjadi topik pada pembahasan artikel
ini. Tujuan artikel yang diinginkan yaitu agar pada soal yang telah dibuat oleh
guru yang mengandung keterampilan HOTS dapat sesuai dengan pembelajaran
yang mendukung keterampilan HOTS serta dalam mengerjakan soal-soal berbasis
Higher Order Thinking Skills peserta didik sudah terbiasa dalam melaksanakan
langkah-langkah penyelesaiannya serta tidak binggung dalam memahami maksud
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

dan perintah dari soal tersebut. Manfaat yang didapatkan dari artikel ini
diantaranya yaitu bertambahnya pemahaman mengenai permasalahan yang terjadi
pada SD kelas tinggi yang berkesulitan dalam memahami penerapan soal
keterampilan HOTS yang akan berdampak pada pencapaian belajar.

METODOLOGI
Sumber data yang digunakan dalam artikel ini meliputi peserta didik, guru,
dan dokumentasi proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data informasi
dilakukan dengan cara menggunakan diantaranya, 1) Metode Observasi, yaitu
dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung di tempat pada objek yang
diamati, 2) Metode Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan guru kelas
3) Dokumentasi, yaitu foto dan video kegiatan saat proses belajar mengajar.
Analisis data ini menggunakan studi literature (review) melalui pendekatan
kualitatif. Studi literature dilaksanakan melalui analisis kesulitan penerapan
keterampilan HOTS pada pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan yang
terdapat dalam soal. Solusi permasalahan pada kelas yang diobservasi tersebut
akan didapatkan dengan mengulas berbagai literatur yang yang kemudian akan
digabungkan menjadi suatu sistem inovatif untuk mengatasi kendala dan
permasalahan yang ada.
Mengenai hal tersebut, terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan untuk
dapat menemukan solusi terkait dengan kesulitan penerapan keterampilan HOTS
pada SD kelas tinggi untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan soal.
Tahap-tahap tersebut diantaranya dengan membaca artikel ilmiah yang berkaitan
dengan keterampilan HOTS kemudian diambil gagasan-gagasan tertentu di
dalamnya. Tahap selanjutnya yaitu dengan memilih referensi melalui buku, jurnal
dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan topik yang ditentukan. Kemudian
penggunaan teori-teori yang relevan untuk mendukung topik yang telah
ditentukan. Selanjutnya dilakukan pengolahan data yang disesuaikan dengan teori
yang ada untuk kemudian didapatkan solusi atas suatu permasalahan dalam
penelitian. Dan tahap terakhir yaitu melaksanakan proses penulisan sebagai artikel
ilmiah berdasarkan topik yang telah ditentukan.
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan pembelajaran yang saat ini diterapkan menggunakan
kurikulum 2013 pembelajaran tematik terpadu dengan berbasis HOTS merupakan
pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Melalui
mengembangkan pemikiran kritis menuntut latihan menemukan pola, menyusun
penjelasan, membuat hipotesis, melakukan generalisasi, dan mendokumentasikan
temuan-temuan dengan bukti (Eggen, 2012: 261). Pembelajaran yang mengarah
pada kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki peserta didik dan juga
kebutuhan akan keterampilan dan sikap yang berkualitas pada diri peserta didik di
mana kemampuan tersebut diketahui melalui penilaian otentik. Melalui penilaian
otentik inilah potensi kemampuan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik akan
dapat diukur (Mohamed & Lebar, 2017).
Menurut Nalova dan Shalanyuy menjelaskan bahwa kemampuan berpikir
tingkat tinggi tidak dipengaruhi oleh materi bahan ajar, tetapi lebih dipengaruhi
oleh metode dalam praktik pelaksanaan belajar mengajar yang dilaksanakan
(Nalova & Shalanyuy, 2017). Maka dari itu, penentuan model pembelajaran
memiliki pengaruh besar pada penerapan berpikir tingkat tinggi yang kemudian
akan menentukan kualitas belajar yang di laksanakan di dalam kelas. Model yang
diterapkan dalam pembelajaran secara tepat akan memberikan dorongan kepada
peserta untuk berlatih menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
keterampilan berpikir tingkat tinggi sering dikaitkan dengan pemberian masalah
kepada peserta didik sehingga peserta didik akan mampu untuk berpikir secara
logis, kritis, kreatif, reflektif, dan metakognitif. Pemberian masalah ditujukan
untuk melatih peserta didik agar mampu untuk meningkatkan kemampuan
berpikir. (King, Goodson, & Rohani, 2004: 1-2)
Penerapan keterampilan HOTS dalam pembelajaran dapat dilaksanakan
melalui lima tahap yaitu melakukan identifikasi terhadap suatu pembelajaran,
melakukan pengembangan terkait dengan teknik dalam bertanya yang mampu
utuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik,
melaksanakan latihan secara terus menerus, mengulang kembali hal-hal yang telah
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

dipelajari, dan pada tahap terakhir yaitu dengan memberikan umpan balik
terhadap proses yang telah dilaksanakan. (Limbach & Waugh, 2010)
Menurut Yee mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir tigkat tinggi
sangat diperlukan oleh peserta didik dalam memecahkan persoalan melalui
penemuan ide-ide. (Yee et al., 2016). Melalui penerapan keterampilan HOTS
dengan pemberian masalah pada peserta didik, diharapkan akan mengasah
kemampuan peserta didik untuk selalu berpikir kritis terhadap segala hal yang
dipelajarinya. Semakin peserta didik berpikir secara kritis, maka akan didapatkan
hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat
pasif bagi peserta didik.
Menurut Miri, Ben-Chaim, dan Zoller (2007) menjelaskan bahwa
perubahan terhadap sistem pendidikan sejatinya bukan berpusat pada perubahan
kurikulum, akan tetapi pada keterampilan pedagogi yaitu dengan adanya
perubahan pembelajaran yang awalnya simple action kemudian berubah ke arah
comprehensive action serta perubahan dari kemampuan berpikir tingkat rendah
atau yang sering disebut dengan kemampuan Low Order Thinking Skill (LOTS) ke
arah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang sering disebut dengan
kemampuan High Order Thinking Skill (HOTS). Pentingnya peningkatan
kemampuan pedagogi bagi peserta didik harus diperhatikan oleh pendidik atau
pihak lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Menurut Hamzah dan Masri (dalam Ariani, 2014: 2) menyatakan dalam
hasil penelitiannya bahwa peserta didik yang sering menggunakan keterampilan
berpikir akan lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan atau persoalan yang
dihadapinya dibandingkan dengan peserta didik yang kurang menerapkan
kemampuan berpikir dalam kegiatan belajarnya. Kebiasaan berpikir kritis yang
dilaksanakan tentunya akan memberikan dampak bagi peserta didik untuk
membiasakan dirinya memahami materi secara mendalam dan meningkatkan rasa
ingin tahu terhadap materi yang dipelajarinya. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran, perlu didapatkan suatu evaluasi melalui pemberian soal-soal yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan. Sebagai upaya memperoleh hasil belajar
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

yang maksimal, maka harus terdapat kesesuaian antara penerapan metode


pembelajaran dengan soal-soal sebagai evaluasi hasil belajar.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan HOTS
digunakan untuk terus melatih kemampuan berpikir tinggi pada peserta didik,
sedangkan pemberian soal-soal yang di dalamnya terdapat kemampuan berpikir
tingkat tinggi akan digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan peserta
didik dalam menerapkan kompetensi dasar dan mencapai tujuan belajar serta hasil
belajar yang diharapkan oleh pendidik atau guru. (Sofa & Dhany, 2019:75)

PENUTUP
Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi akan berpengaruh pada kemampuan peserta didik dalam
mengerjakan soal yang berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi atau High
Order Thinking Skills (HOTS). Oleh karena itu, dapat direkomendasikan bahwa
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka harus terdapat kesuaian dan
memperhatikan antara kemampuan dan pelaksanaan pembelajaran dengan soal
berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan
keterampilan High Order Thinking Skills (HOTS).
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

DAFTAR PUSTAKA

Afandi & Sajidan. 2017. Stimulasi Keterampilan Tingkat Tinggi. UNSPRESS.


Aji, F., Sofa & E. S., Dhany. (2019). Penerapan Kemampuan Tingkat Tinggi.
Seminar Nasional Pendidikan Pengembangan Kualitas Pembelajaran Era
Generasi Milenial 2019. Universitas Muhammadiyah Surakarta: 73-75.
Ariani, E. 2014. Analisis Keterampilan Berpikir Berda-sarkan Taksonomi
Anderson Pada Siswa Gaya Belajar Assimilator dalam Menye-lesaikan
Soal Eksponen dan Logaritma Kelas X SMA Negeri 3 Kota Jambi. Skripsi
tidak diterbitkan. Jambi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran
Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta.
Eggen, P, Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.
King, F. J., Goodson, L., Rohani, F. (2004). Higher Order Thingking Skill. A
publication of the Educational Services Program, now knwon as the Center
for Advancement of Learning and Assessment.
Limbach & Waugh. 2010. Developing Higher Level Thingking. Journal of
Instructional Pedagogies, 1-9.
Miri, B., Ben-Chaim., D & Zoller, V. 2007. Puposely Teaching for the Promotion
of Higher Order Thingking Skills A Case of Critical Thingking. Res SCI
Educ 37.
Mohamed, R., & Lebar, O. (2017). Authentic assessment in assessing higher order
thinking skills. International Journal of Academic Research in Business and
Social Sciences, 7(2), 466-476.
Nalova, EM & Shalanyuy, KR. (2017). Teaching Practices and The Development
of Higher Order Thinking Skills in Secondary School Students in The North
West Region of Cameroon. European Journal of Education Studies., 3(4).
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
November 2019
“Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi.”

Widodo, T. & Kadarwati, S. 2013. High order thingking berbasis pemecahan


masalah untuk meningkatkan hasil belajar berorientasi pembetukan karakter
siswa. Cakrawala Pendidikan, 32(1). Halaman 161-171.
Yee, M. H., Lai, C. S., Tee, T. K., & Mohamad, M. M. 2016. Thr Role of Higher
Order Thingking Skills in Green Skill Development. EDP Sciences,
70(5001). 1-5. Diakses 07 November 2019, dari
https://doi.org/10.1051/matecconf/20167005001.

Anda mungkin juga menyukai