HADIS AHKAM
Oleh
3
BUKU DARAS
HADIS AHKAM
Penulis : Prof. Dr. H. Baso Midong, M.Ag
Dr. Darsul S. Puyu, M.Ag.
SAMBUTAN REKTOR
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Prof. Dr. H.A. Qadir Gassing HT., MS.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh UIN Alauddin Makassar pasca
diresmikannya pada tanggal 4 Desember 2005 adalah melakukan aktivitas
konkret dan nyata untuk mewujudkan obsesi UIN Alauddin sebagai pusat
peradaban Islam di Indonesia Bagian Timur. Upaya yang dilakukan untuk
mencapai cita-cita ini adalah dengan mengaktifkan sinerjitas antara ilmu
pengetahuan umum dan agama agar supaya tidak terjadi dikotomi antara
keduanya.
Langkah konkret yang dilakukan untuk tujuan di atas dimulai dengan
menggagas system pengajaran pendampingan. Pendampingan dilakukan dengan
cara mempertemukan silabi umum dan agama, memadukan dan mensenyawakan
literature umum dan agama, serta pendampingan dan persenyawaan yang
dilakukan dalam diskusi-diskusi langsung di ruang kelas yang dihadiri oleh
pengajar dan dosen bidang umum dan agama.
Buku ini adalah salah satu bentuk nyata dari realisasi dan
pengejawantahan ide sinejitas ilmu. Buku ini diharapkan untuk memberii
kontribusi penting yang dapat melahirkan inspirasi-inspirasi serta kesadaran
baru dalam rangka pengembangan keberilmuan kita sebagai bagian dari civitas
akademika UIN Alauddin yang muaranya diharapkan untuk pencapaian cita-cita
UIN Alauddin seperti yang disebutkan di atas. Hal ini sesuai dengan apa yang
5
dikehendaki oleh para tokoh pendidikan muslim pasca Konferensi Pendidikan
Mekkah dan konferensi-konferensi pendidikan setelahnya di beberapa Negara.
Semoga buku ini yang juga merupakan buku daras di UIN Alauddin dapat
memperoleh ridha Allah. Yang tak kalah pentingnya, buku ini juga dapat menjadi
rujukan mahasiswa untuk memandu mereka memperoleh gambaran konkret dari
ide sinerjitas pengetahuan agama dan umum yang marak diperbincangkan
dewasa ini.
Amin Ya Rabb al-Alamin.
Makassar, Maret 2011
KATA PENGANTAR
وعلي آله وصحبه, والصالة والسالم علي المجتبي من أنبيائه,الحمد لله علي نعمائه
وأوليائه.
Alhamdulillah, gayung bersambut antara keinginan yang sudah lama
terpendam untuk membuat buku pegangan dosen hadis ahkam dengan Surat
Keputusan Rektor NO. 12 tahun 2011 tentang tim Penyusun Buku Daras UIN
Alauddin Tahun 2011, yang juga mempunyai maksud yang sama.
Penyusuinan buku ini diimaksudkan memenuhi kebutuhan mahasiswa
Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan tetap mengacu pada kurikulum baru,
2008. Topik-topik inti dalam kurikulum tersebut meliputiah masalah nikah,
kewarisan, wakaf, peradilan, jihad dan peperangan
Hadis-hadis tersebut dianalisis dengan menggunakan metode tahlili
(menganalisis semua aspek hadis; mulai dari mufradat (kosa kata),potongan
kalimat dalam hadis, syarah hadis secara utuh, asbabul wurud- kalau ada-,
pandangan ulama, sampai istinabat hukum yang dapat ditarik dari hadis
tersebut). Bahkan juga disajikan takhrijul-hadit-nya, agar mahasiswa dapat
mengetahui bahwa hadis yang sedang dibahas itu diriwayatkan oleh beberapa
mukharrij lain, disamping itu, mereka juga dapat membandingkan teks hadis
masing-masing mukharrij tersebut, kalau mereka membutuhkan. Juga yang tak
kalah pentingnya adalah pemaparan biografi singkat sahabat Nabi, sebagai
penerima pertama hadis dari Nabi saw. Kumpulan biografi tersebut sangat
bermamfaat untuk memperkaya pengenalan mahasiswa terhadap sahabat-
sahabat Nabi saw yang sangat berjasa dalam bidang hadis.
Bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum, materi-materi kuliah ini
sangat penting karena berkaitan langsung dan menjadi landasan sebagian tugas
pokok Peradilan Agama di Indonesia, tempat di mana nantinya sebagian alumni
Syari’ah bisa berkiprah.
Buku ini hanya sebagai pengantar dan pegangan bagi dosan dan mahasiswa
untuk selanjutnya dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar untuk
mata kuliah hadis ahkam muqaranah untuk jurusan Perbandingan Mazhab dan
Hukum, serta jurusan Peradilan, pada fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar. Oleh karena itu, sebagai penyusun kami mereka masih
banyak hal-hal yang perlu disempurnakan dan dikembangkan oleh dosen
pengajar atau mahasiswa.
Akhirnya, kami sangat mengharapkan sumbang saran dari berbagai pihak
demi penyempurnaan buku ini. Untuk itu, kami tidak lupa menghaturkan terima
kasih. Semoga bermanfaat adanya, dan semoga Allah swt. senantiasa
mengkarunia ilmu yang bermanafaat kepada kita sekalian. Amin ya rabbal
‘alamin.
7
ini masing-masing diajarkan kepada mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab
dan Hukum (PMH) dan jurusan Peradilan (PA) pada fakuktas Syari’ah UIN
Alaudddin Makassar. Kedua mata kuliah ini merupakan sekumpulan hadis yang
membahas masalah nikah, kewarisan, wakaf, peradilan, jihad dan peperangan.
Hadis-hadis tersebut dianalisis dengan menggunakan metode tahlili
(menganalisis semua aspek hadis; mulai dari mufradat, kalimat utuh dalam
hadis, asbabul wurud- kalau ada-, pandangan ulama, sampai istinbath hukum
dari hadis tersebut)
Standar Kompetensi:
Mahasiswa dapat menganalisis petunjuk-petunjuk Nabi saw. yang terkait
dengan masalah nikah, kewarisan, wakaf, peradilan, jihad dan peperangan.
Mahasiswa juga dapat mengetahui dan membandingkan pendapat para ulama,
baik ulama hadis maupun ulama fikih.
Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat mendiskripsikan dan menjelaskan hadis-hadis tentang
nikah, kewarisan, wakaf, peradilan, jihad dan peperangan serta keragaman
pendapat ulama tentang topik-topik tersebut.
Indikator:
Mahasiswa dapat menulis, menjelaskan dan dapat memahami kandungan
hukum hadis serta berbagai pendapat ulama dalam topik-topik yang dibahas
tersebut.
Topik Inti:
Topik inti kedua mata kuliah ini dapat dilihat dalam daftar isi pembahasan
buku ini, dengan catatan, ada topik inti yang khusus menjadi topik inti mata
kuliah hadis ahkan yang diajarkan di jurusan PMH, dan ada juga yang diajarkan
di jurusan PA. Penekanan khusus kepada jurusan PMH, tentunya terletak pada
perbandingan keragaman pendapat para ulama hadis atau ulama fiqh dalam
memahami suatu hadis.
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL ………………...…….................................................................
….............. i
KATA
PENGANTAR ............................................................................................................
............ ii
TUJUAN MATA
KULIAH...................................................................................................................
iii
DAFTAR
ISI..............................................................................................................................
............. iv
BAGIAN I :
PERNIKAHAN ...........................................................................................………....
1
1. Memilih calon
Istri .........................................................................................................
1
2. Nikah Mut’ah …………………………………………………………………….
12
3. Mahram Karena Sesusuan. ……………………………………………………….
4. Larangan Meminang Wanita Yang Telah Dilamar Orang
Lain…………………….
5. Mahar (Mas Kawin)……………………………………………………………….
Latihan ……………….………………………………………………………………..
Rangkuman …………………………………………………………………………….
9
Tes Formatif……………………………………………………………………………
Kunci Jawaban Tes Formatif…………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
190
BAGIAN I
PERNIKAHAN
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C. Tujuan Pembelajaran
13
2. Mahasiwa dapat membuat uraian mengenai alternative-alternatif memilih
calon istri, serta pendapat-pendapat ulama terkait dengan hadis.
3. Mahasiswa Dapat memahami dan menguraikan mengenai nikah mut’ah
yang dilarang dalam hadis, di samping mampu mendalami alasan ulama
atau golongan yang masih membolehkan nikah mut’ah.
4. Mahasiswa juga dapat membuat uraian mengenai frekuensi susuan,
kualitas susuan dan usia susuan yang menjadikan dibolehkan dan yang
dilarang dalam hadis.
5. Mahasiswa dapat menguraikan alasan syar’iy larangan meminang wanita
yang telah dilamar orang lain.
6. Mahasiswa dapat menyebutkan batas minimal, dan barang atau jasa yang
dapat dijadikan mahar.
7. Mahasiswa mengetahui kandungan pokok hukum hadis tentang memilih
calon istri, hadis tentang nikah mut’ah ,dan hadis tentang mahram karena
sesusuan, larangan meminang wanita yang telah dilamar orang lain dan
mahar (mas kawin).
a. Materi Hadis
ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال ُتْن َك ُح الْ َم ْرأَةُ أِل َْربَ ٍع لِ َماهِلَا َوحِلَ َس بِ َها َومَجَاهِلَا ِ
َ ِّ َع ْن أَيِب ُهَر ْي َر َة َرض َي اللَّهُ َعْن هُ َع ْن النَّيِب
ِ ِ ِِ
)ت يَ َد َاك (رواه البخاري و مسلم وغريمها ْ ََولدين َها فَاظْ َف ْر بِ َذات الدِّي ِن تَ ِرب
Artinya :
(Hadis riwayat) dari Abu Hurairah, dari Nabi saw., beliau bersabda:
Wanita itu dinikahi karena empat faktor ; karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya.Maka pilihlah
wanita (untuk diperistri) karena faktor agamanya, niscaya kamu selamat.
(H.R. Al-Buhariy, Muslim dan selainnya)
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-nikah, bab li akfa’ fi al-din, hadis no. 4700.
2. Muslim, kitab al-radha’, bab istahabba nakaha dzata al-din, hadis no. 2661
3. Abu Dawud, kitab al-nikah, bab ma yu’maru bihi man tazawwaj dzata al-
din, hadis no. 1751
4. Al-Nasaiy, kitab al-nikah, bab karahiyah tazwij li zinah, hadis no. 3178.
5. Ibn Majah, kitab al-nikah, bab tazwij dzaut al-din, hadis no. 1848
6. Al-Darimiy, kitab al-nikah, bab tunkihu li al-mar’ah ‘ala arba’, hadis no.
2076.
7. Ahmad bin Hanbal, kitab musnad al-muktsirin, bab al-baqi al-musnad al-
sabiq,hadis no. 9156.1
(ABU HURAIRAH)
Nama lengkap Abu Hurairah ialah’ Abd al-Rahman bin Shakhr al-
Dausi al-Yamani. Nama ‘Abd al-Rahman adalah nama pemberian Rasulullah
saw. Namanya sebelum memeluk Islam, ada yang menyatakan ‘Abd al-
Syams dan ada yang menyebut nama lain. Setelah memeluk Islam, dia
lebih dikenal dengan sapaan (kuniyah-nya) Abu Hurairah (arti harfiahnya
bapak seekor anak kucing). Menurut suatu riwayat, sebutan itu
diperolehnya dari Nabi. Dia di sapa begitu karena dia sering terlihat
membawa seekor anak kucing betina. Nabi pernah melihat anak kucing itu
berada di lengan baju Abu Hurairah. Bila malam hari, anak kucing tersebut
ditaruhnya di sebatang pohon.
1
Ditakhrij melalui CD Hadis al-Mausu’ah al-Hadits al-Syarif, Kutub al-Tis’ah.
15
Abu Hurairah masuk Islam menurut suatu sumber sekitar tahun 7
Hijriyah, bertepatan dengan saat perang Khaibar. Sejak saat itu dia
berusaha untuk selalu berada di sisi Nabi saw. Sampai Nabi wafat. Dengan
demikian, Abu Hurairah bersama-sama dengan Nabi sekitar tiga sampai
empat tahun. Selama bergaul dengan Nabi, Abu Hurairah berusaha
keras untuk menimbah ilmu pengetahuan secara langsung dari Nabi. Dia
tinggal di samping masjid bersama sekitar 70 orang. Mereka ini kemudian
dikenal dengan sebutan ahlu al-shuffah.
Menurut hitungan Baqi bin Makhlad (201-276 H), jumlah hadis yang
telah diriwayatkan oleh Abu Hurairahj sebanyak 5374 buah (menurut al-
Kirmani : 5364). Dari jumlah tersebut, yang periwayatannya disepakati
oleh al-Bukhari dan Muslim (muttafaq ‘alaih) sebanyak 325 buah hadis;
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sendiri sebanyak 93 buah, dan yang
diriwayatkan oleh Muslim saja sebanyak 189 buah hadis.
Para sahabat Nabi pernah menegur Abu Hurairah karena dia begitu
banyak meriwayatkan hadis Nabi sedangkan dia bergaul dengan Nabi
relatif tidak lama (sekitar 3 tahun). Abu Hurairah menjawab: “Ketika
orang-orang muhajirin sibuk dengan barang-barang perniagaan di pasar
dan orang-orang Anshar sibuk dengan urusan kebun-kebun mereka, maka
saya menyibukkan diri pada kegiatan belajar menghafal hadis Nabi.
Sanad hadis yang paling sahih yang berpangkal dari Abu Hurairah,
yaitu al-Zuhriy dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah. Adapun
sanad hadis yang paling lemah adalah al-Sari bin Sulaiman bi Abi Dawud
bin Yazid al-Awdi dari bapaknya (Yazid al-Awdi) dari Abu Hurairah. Jadi,
kekuatan hadis yang berasal dari Abu Hurairah, disamping dari ketekunan
Abu Hurairah sendiri, juga karena didukung oleh kekuatan para periwayat
yang menersukan hadis dari Abu Hurairah.
2
Lihat al-Hafidz Abi al-Fadhl Ahmad bin ‘Ali bin Hajr Syihab al-Din al-Syafi’iy al-Asqalaniy,
Tahdzib al-Tahdzib, juz VII, (([t.tp : Muassah al-Risalah, [tth], h. 524.
3
Lihat Ibrahim Dasuqi al-Sahawi, Mushthalah al-Hadits, (Al-Azhar : Syirkat al-Funiyah al-
Muttahidah, [tth] ) h. 180-181.
4
Lihat Ibn Hajr al-Asqalani , op.cit., h. 523-527, Ibn Hajr al-Asqalaniy, Al-Ishabah fi
Tamyis al-Shahabah, jilid IV, (Kairo : Mushthafa Muhammad, 1385/1939 M), h. 202; ‚Izz al-Din
bin Atsir, Usud al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah, Jilid IV, (Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1415
H/1993 M), h. 321;.
Tahun meninggalnya tidak disepakati oleh ahli sejarah. Sebagian ahli
mengatakan tahun 57 H, sebagian mengatakan 58 H, dan sebagian lagi
mengatakan 59 H. Kalangan sahabat Nabi lain yang hadir pada saat
wafatnya antara lain Abdullah bin Umar dan Abu Sa’id al-Khudriy.5
Tujuan Perkawinan:
5
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib al-Tahdzib, op.cit, VII, h.525. Khalid Muhammad
Khalid, Rijal Hawla al-Rasul, (Beirut : Dar al-Fikr, [tth.]), h. 425.
19
Pada hakikatnya, makna nikah adalah ( الوطءpersetubuhan). Kemudian
secara majazi diartikan akad, karena berkaitan dengan sebab akibat.
Karena adanya akad dalam perkawinan maka menjadi halal melakukan
persetubuhan.
Perkawinan merupakan salah satu hajat hidup manusia. Allah
menjadikan perkawinan sebagai salah satu fitrah bagi makhluk hidup
termasuk manusia. Tujuan perkawinan bukanlah sekedar untuk
melanjutkan keturunan ataupun sekedar pelambagaan jalan penyaluran
hasrat seksual belaka, melainkan juga sebagai upaya memperoleh
ketenteraman hidup (al-sakinah) dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah).
Firman Allah dalam QS. Al-Rum: 21 menyatakan:
Terjemahnya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
23
c. Suami istri akan berusaha bersikap sabar dan tegar dalam menghadapi
cobaan hidup pada umumnya dan cobaan dalam rumah tangga
khususnya.
d. Anak-anak yang lahir akan memperoleh perhatian yang lebih baik dari
orang tua mereka menurut yang dituntunkan oleh ajaran agama.
e. Hubungan orang tua dan anak akan tetap harmonis sebab agama telah
mengatur hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak.
َ #رُّ هُ إِ َذا َن َظ#ا َل الَّتِي َت ُس##صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَيُّ ال ِّن َسا ِء َخ ْي ٌر َق
ُه إِ َذا#ر َو ُتطِ ي ُع# ِ َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل قِي َل ل َِرس
َ ِ ُول هَّللا
6
ُأَ َم َر َواَل ُت َخالِفُ ُه فِي َن ْفسِ َها َو َمالِ َها ِب َما َي ْك َره
Artinya :
(Hadis riwayat) dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. Ditanya
(seseorang): wanita yang bagaimanakah yang lebih baik (untuk
diperistri)?. Beliau menjawab, “Yaitu wanita yang menyenangkan bila
dilihat, patuh bila disuruh, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan
tercela, baik berkenaan dengan dirinya maupun hartanya.(HR. al-
Nasaiy).
6
Al-Nasaiy, Sunan al-Nasaiy, kityab al-nikah, bab ayyu al-nisa’ khairun, hadis no. 3179.
yang tidak baik agamanya tidak akan muncul tanda-tanda itu secara
lengkap.7
Berdasarkan petunjuk hadis yang menjadi pokok pembahasan, maka
Prof. Dr. Hamka menyatakan bahwa wanita yang baik untuk dijadikan istri
adalah wanita yang berharga 1000, minimal berharga satu. Maksudnya,
angka satu yang berada di depan lambing tiga nol itu adalah agama,
sedang ketiga nol itu melambangkan harta, keturunan, dan kecantikan.
Kalau wanita itu kurang cantik, maka berarti hilang satu nolnya maka
harganya tinggal 100; kalau yang tidak dimiliki oleh wanita itu adalah
kekayaan dan keturunan, maka harganya tinggal 10; kalau yang tidak
dimilikinya adalah kecantikan, kekayaan, dan keturunan, maka harganya
tinggal satu. Namun, bila yang tidak dimiliki oleh wanita itu adalah
agamanya, maka harga wanita itu menjadi 000, atau tidak berharga sama
sekali.
7
Lihat M. Syuhudi Ismail, Diktat Hadis Ahkam II, Bagian Pertama, (Ujungpandang: IAIN
Alauddin, 1995), h. 58-64.
25
a. Materi Hadis
ِ ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم َنهى عن متع ِة النِّس ِاء يوم خيب ر وعن أَ ْك ِل حُل
وم ٍ َِع ْن َعلِ ِّي بْ ِن أَيِب طَال
َّ ب أ
َ َن َر ُس
ُ ْ َ َ َ َْ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
)احْلُ ُم ِر اإْلِ نْ ِسيَّ ِة (رواه البخاري و مسلم وغريمها
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Ali bin Abi Thalib , bahwasanya Rasulullah
saw. telah melarang mengawini wanita dengan cara mut’ah (nikah
dengan batas waktu tertentu) pada saat perang Khaibar dan melarang
makan daging keledai jinak (peliharaan). (H.R. al-Bukhariy, Muslim dan
selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
‘Ali bin Abi Thalib bin ‘Abd al-Muthalib bin Hisyam bin ‘Abd al-Manaf
al-Hasyimi adalah saudara sepupu dan menantu Nabi Muhammad saw.
Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim, sempat masuk Islam, dan
meninggal pada waktu Rasulullah saw. masih hidup. Pada masa mudanya,
‘Ali dikenal sebagai pemuda yang gagah berani. Dia aktif membela panji
Islam dalam seluruh peperangan pada zaman Nabi, kecuali dalam perang
Tabuk. Saat perang Tabuk, ‘Ali diberi tugas oleh Nabi untuk berada di kota
Madinah.
‘Ali bin Abi Thalib adalah remaja pertama yang memeluk Islam. Pada
waktu akan memeluk Islam, ‘Ali sempat berfikir untuk meminta
pertimbangan kepada ayahnya. Namun akhirnya, dia sadar bahwa memilih
kebenaran tidak sepatutnya terlebih dahulu meminta pertimbangan kepada
orang lain, bahkan kepada orang tua sekalipun. Dia langsung menghadap
sendiri kepada Nabi, yang waktu itu belum lama beliau dibangkit sebagai
Rasulullah, untuk menyatakan diri sebagai muslim.
Keutamaan yang menonjol pada diri ‘Ali bin Abi Thalib cukup banyak.
Selain beliau dikenal sebagai tokoh sahabat yang jujur, tawadhu’ dan gagah
27
berani di medan pertempuran, dia juga dikenal sebagai ulama yang ahli di
bidang fikih, dan sastera Arab, yang pidatonya sangat memikat hadirin. ‘Ali
salah seorang penulis wahyu Alquran.
‘Ali menerima riwayat hadis langsung dari Nabi saw., selain itu ia
juga mengambil riwayat hadis dari Abu Bakr, ‘Umar, Miqdad bin al-Aswad
dan istrinya Fathimah binti Rasulullah saw. Selanjutnya, riwayat hadis
darinya diterima oleh banyak periwayat, antara lain: dari kalangan
keluarganya, yakni anak-anaknya al-Hasan, al-Husain, Muhammad al-Akbar
yang terkenal dengan nama Ibn al-Hanafiyah, ‘Umar, Fathimah, cucunya
bernama Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali, ‘Ali bin al-Hasan bin ‘Ali secara
mursal, Ummu Musa, keponakannya bernama ‘Abdullah bin Ja’far bin Abi
Thalib, dan Ja’dah bin Habirah al-Makhzumiy, serta sekertarisnya ‘Abdullah
bin Abi Rafi’.
Di kalangan sahabat yang menerima riwayat ‘Ali, antara lain :
‘Abdullah bin Mas’ud, al-Barra’ bin ‘Azib, Abu Hurairah, Abu a’id al-
Khudriy, Basyr bin Sahim al-Ghifariy, Zaid bin Arqam, Safinah maula
Rasulullah saw., Shuhaib al-Rumiy, Ibn ‘Abbas, Ibn ‘Umar, Ibn al-Zubair,
‘Amr bin Huraits, al-Nazal bin Sabrah al-Hilaliy, Jabir bin Samrah, Jabir bin
‘Abdullah, Abu Juhaifah, Abu Umamah, Abu Lailiy al-Anshariy, Abu Musa,
Mas’ud bin al-Hakm al-Zuraqiy, Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah, dan lain-
lain.
Dari kalangan tabiin yang menerima riwayat dari ‘Ali, antara lain:
Zar bin Habisy, Zaid bin Wahab, bu Aswad al-Dailiy, al-Harits bin Suwaid al-
Taimiy, al-Harits bin ‘Abdullah al-A’war, Harmalah maula Usamah bin Zaid,
Abu Sasan Hadhin bin al-Mundzir al-Raqasyiy, Hujaibah bin ‘Abdullah al-
Kindiy, Rabi’iy bin Harrasy, Syuraih bin Haniy’, Syuraih bin al-Nu’man al-
Sha’idiy, Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, Syabib bin Rabi’iy, Suwaid bin
Ghaflah, ‘Ashim bin Dhamrah al-Sululiy, ‘Amir bin Syarahil al-Sya’biy,
‘Abdullah bin Salamah al-Muradiy, ‘Abdullah bin Syidad bin al-Had,
‘Abdullah bin Syaqiq, ‘Abdullah bin Mu’aqqil bin Maqran, ‘Abd Khair bin
Yazid al-Hamdaniy, ‘Abd al-Rahman bin Abi Lailiy, ‘Ubaidah al-Salmaniy,
‘Alaqamah bin Qais al-Nukha’iy, ‘Umair bin Sa’id al-Nukha’iy, Qais bin ‘Ibad
al-Bashriy, Malik bin Aus bin al-Hadtsan, Marwan bin al-Hakm, Mathraf bin
‘Abdullah bin Syakhir, Nafi’ bin Jubair bin Math’am, Haniy’ bin Haniy’,
Yazid bin Syarik, Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy’ariy, Abu Hayyah al-
Wada’iy, Abu Khalil al-Hadhramiy, Abu Shalih al-Hadhramiy, Abu Shalih al-
Hanafiy, Abu ‘Abd al-Rahman al-Salmiy, Abu ‘Ubaid maula Ibn Azhar, Abu
al-Hayyaj al-Asadiy, dan lain-lain.
‘Ali bin Abi Thalib telah meriwayatkan 586 buah hadis yang
diriwayatkan menurut kesepakatan (muttafaq ‘alaih) al-Bukhariy dan
Muslim sebanyak 20 buah hadis; yang diriwayatkan oleh al-Bukhariy
sendiri ada 9 buah, sedang yang diriwayatkan oleh Muslim sendiri
sebanyak 15 buah.
29
Zaidiyah. Salah satu kelompok syi’ah yang saat ini memimpin Negara
adalah Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (Syi’ah Dua Belas) di Iran.8
9
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 757-758.
31
Menurut kalangan Syi’ah Imamiyah, apabila dalam akad hanya
disebutkan nikah mut’ah tanpa diumumkan batas waktunya, maka
pernikahan nikah mut’ah tersebut hanya berlaku sampai 45 hari saja.
Sesudah waktu itu, maka otomatis terjadi perceraian.10
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Jabir bin ‘Abdullah dan Salamah bin al-
Akhwa, mereka berdua menyatakan: kami dalam rombongan pasukan
perang, maka datanglah utusan Rasulullah kepada kami dan berkata:
“Sesungguhnya beliau (Rasulullah) telah mengizinkan kamu sekalian
untuk melakukan nikah mut’ah, maka lakukanlah nikah mut’ah
tersebut.” )H.R. al-Bukhariy dan Muslim).
10
Lihat M. Syuhudi Ismail, Diktat Hadis Ahkam, op.cit., h. 29.
11
Al-Bukhariy, kitab al-nikah, bab naha al-Rasulullah ‘an nikah al-mut’ah akhar, hadis no.
4725.
(Hadis diriwayatkan) Qais berkata, aku mendengar dari ‘Abdullah bin
Mas’ud, dia berkata: “ kami pergi berperang bersama Rasulullah saw.
kami tidak membawa istri, maka kami berkata, ‘apakah kami boleh
mengebiri? Ternyata kami dilarang (oleh Nabi) melakukan yang
demikian itu. Kemudian Nabi member keringanan (rukhshah) kepada
kami untuk mengawini wanita dengan batas waktu tertentu dengan
maskawin baju. Kamudian Ibn Mas’ud membaca ayat Alquran (surah al-
Maidah: 87 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu sekalian mengharamkan berbagai kebaikan yang Allah halalkan
bagimu dan janganlah kamu melampaui batas karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas.” (H.R. al-
Bukhariy dan Muslim).
Pendapat Ulama
33
َّ ِ َّ َّ َ ول اللَّ ِه ِ َن أَب اه ح َّدثَه أَنَّه َك ا َن م ع رس
ُ ُ َ ُ َ َّ يع بْ ُن َس ْبَر َة اجْلُ َهيِن ُّ أ ُ ِالرب
ُ ص لى اللهُ َعلَْي ه َو َس ل َم َف َق َال يَا أَيُّ َه ا الن
َّاس ُ َ ََ َّ عن
ِ ِ ِ ِ اع ِمن الن ِ يِف اِل ِ إِيِّن قَ ْد ُكْن
ُلِك إِىَل َي ْوم الْقيَ َام ِة فَ َم ْن َك ا َن عْن َده
َ ِّس اء َوإِ َّن اللَّهَ قَ ْد َح َّر َم َذ
َ ْ ِ َت لَ ُك ْم ا ْس ت ْمت ُ ْت أَذن ُ
مِم ِ
) (رواه مسلم وأحمد12 شْيئًا ُ مْن ُه َّن َش ْيءٌ َف ْليُ َخ ِّل َسبِيلَهُ َواَل تَأْ ُخ ُذوا َّا آَتْيتُ ُم
َ وه َّن
Artinya:
(Hadis diriwayatkan )dari al-Rabi’ bin Basrah al-Juhniy, sesungguhnya
ayahandanya memberitakan bahwa Nabi saw. bersabda : “Hai manusia,
sesungguhnya saya pernah mengizinkan kamu sekalian untuk
mengawini wanita secara mut’ah. Dan sesungguhnya Allah telah
mengharamkan hal itu (nikah mut’ah) sampai hari kiamat. Barangsiapa
yang (saat ini) ada dari kalangan para istrinya yang dinikahi secara
mut’ah, maka hendaklah dibatalkan akadnya. Jangan kalian mengambil
kembali apa yang telah kamu berikan kepada mereka (para istri yang
telah kamu nikahi secara mut’ah) itu.” (H.R. Muslim dan Ahmad).
Muslim, Shahih Muslim, kitab al-nikah, bab nikah al-mut’ah wa bayyin annahu abihu
12
35
nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka
maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah
mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling
merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
13
Lihat M. Syuhudi Ismail, Diktat Hadis Ahkam, op.cit., h. 29-34.
37
1. Ada yang berpendapat, nikah itu diperbolehkan. Ini merupaka pendapat
al-Muwaffiq dan jumhur.
2. Ada yang berpendapat, itu merupakan nikah tahlil yang tidak
diperbolehkan. Pendapat ini diperpegangi oleh al-Auza’iy yang didukung
oleh al-Qadhiy dan rekan-rekannya.
3. Ada yang berpendapat, nikah itu makruh dan tidak haram.
Yang benar, ini bukan nikah mut’ah dan tidak diharamkan, karena
lelaki tersebut memaksudkan untuk pernikahan dan menghendakiny. Lain
halnya dengan pernikahan muhallil, yang tidak menghendaki kelanggenan
keberadaan wanita itu bersamanya bukan merupakan kewajiban, tetapi
lelaki tersebut bisa menceraikannya. Kalau dia bermaksud menceraiaknnya
setelah jangka waktu tertentu, berarti dia memaksudkan sesuatu yang
diperbolehkan. Berbeda dengan nikah mut’ah yang lebih mirip dengan
perjanjian sewa-menyewa, yang bisa berakhir jika jangka waktu yang
disepakati sudah habis. Adapun pernikahan permanen yang dilakukan oleh
seorang pengembara tadi tetap memberikan hak kepemilikan yang tetap
dan tidak terbatas, yang niatnya tidak berubah, sehingga dia bisa berpikir
untuk mempertahankannya. Yang demikian itu dibolehkan, seperti halnya
jika dia menikah dengan niat untuk mempertahankanya, yang pada saat
tertentu dia bisa menceraikannya. Hal ini berarti diperbolehkan. 14
Waktu Pencanangan Larangan Nikah Mut’ah
Cukup banyak riwayat hadis Nabi yang menjelaskan waktu
pencanangan mulai berlakunya larangan nikah mut’ah. Ulama berbeda
pendapat dalam hal ini.
Sebagian ulama berpegang pada hadis riwayat ‘Ali bin Abi Thalib,
yakni pada saat perang Khaibar. Sebagian ulama lagi menyatakan.
Larangan yang terakhir kalinya terjadi pada saat Fath Makkah.
Sebagian ulama lagi menyatakan bahwa pernyataan larangan telah
beberapa kali terjadi. Dalam hal ini, ada ulama yang menyatakan bahwa
14
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 758-759.
Nabi melarang nikah mut’ah sampai dua kali, sebagian ulama menyatakan
enam kali, yakni pada saat:
1) Perang Khaibar
2) ‘Umrat al-Qadha’ (yakni ‘Umrah karena pada tahun lalu Nabi terhalang
berumrah karena terjadinya perdamaian Hudaibiyah.
3) Fath Makkah
4) Perang Authas
5) Perang Tabuk, dan
6) Haji Wada’. 15
15
Lihat Ibn Hajr Al-Asqalaniy, Fath al-Bariy, Juz IX, h. 168-170
16
Lihat M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Ma’ani al-
Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal, (Jakarta : Bulan Bintang,
1994), h. 84-86.
39
Dari kutipan beberapa hadis yang tampak kontradiktif tersebut,
dapatlah dipahami bahwa sesungguhnya secara kontekstual, pertentangan
petunjuk dalam hadis tidak terjadi.
ُوم ْال ُح ُم ِر اإْل ِ ْن ِسيَّ ِة
ِ َوع َْن أَ ْك ِل لُح
(dan melarang makan daging keledai jinak – peliharaan)
Kalimat الحم ر االنس يةdalam riwayat yang lain dipakai lafal الحم ر األهلية
(keledai kampung). Dari kalangan ulama ada yang menyatakan
bahwa petunjuk hadis tersebut merupakan salah satu contoh bahwa
Rasulullah saw. memiliki kewenangan menetapkan hukum, yang dalam
Alquran hukum itu tidak diatur.17
Ulama berselisih paham mengenai kandungan hukum hadis ini;
sebagian menyatakan haram memakan daging keledai kampung dan
sebagian lagi menyatakan makruh.18 Selanjutnya ulama mendiskusikan,
apakah keharaman keledai jinak atau keledai kampung itu bersifat tetap
karena berkaitan dengan zatnya. Jadi, seperti keharaman daging babi,
ataukah hanya bersifat temporal karena pertimbangan tertentu. Ulama
yang berpegang pada teks hadis secara harfiah (tekstual) berpendapat
bahwa keharaman itu bersifat tetap.
Para sahabat Nabi saw. pada umumnya dan jumhur ulama sesudah
zaman sahabat memahami petunjuk hadis tersebut secara tekstual. Ibn
‘Abbas, salah seorang sahabat Nabi yang pakar tafsir Alquran dan banyak
meriwayatkan hadis Nabi, menyalahi pendapat umum itu. Dia berpendapat
bahwa daging keledai kampung halal dimakan berdasarkan dalil dalam QS.
Al-An’am: 145
17
Dalam ilmu hadis, hal yang demikian disebut sebagai bayan tasyri’. Fungsi-fungsi hadis
yang lain terhadap Alquran ialah bayan ta’kid (penjelasan memperkuat petunjuk Alquran), bayan
tafsir atau bayan tafshil (penjelasan yang menerangkan maksud Alquran), bayan taqyid
(penjelasan yang membatasi kemutlakan petunjuk Alquran), dan bayan takhshish (penjelasan
yang membatasi keumuman petunjuk Alquran).
18
Lihat misalnya Muhammad bin Ismail al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Syarh Bulgh al-
Maram, (Mesir : Mushthafa al-babi al-Halabiy wa Auladuhu, 1379 H/1960 M.), juz IV, h. 73-75.
Terjemahnya:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor -
atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa
yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Selanjutnya Ibn ‘Abbas menyatakan bahwa dirinya tidak mengerti
tentang latar belakang keharaman daging keledai kampung tersebut, yakni
apakah larangan tersebut bertujuan untuk memelihara populasi keledai
kampung, ataukah larangan itu hanya berlaku khusus dalam peperangan
Khaibar saja. 19
Bagi ulama yang memandang bahwa pernyataan Nabi tentang
keharaman keledai jinak itu berkaitan erat dengan kebijaksanaan Nabi
sebagai pemimpin masyarakat, maka keharaman tersebut mereka nilai
sebagai bersifat temporal. Mereka menyatakan bahwa mungkin keharaman
itu berlatar belakang untuk memelihara populasi keledai kampung yang
saat itu keledai kampung merupakan alat transportasi masyarakat yang
sangat penting. Menurut mereka, bila populasi keledai kampung melebihi
kebutuhan masyarakat, maka daging keledai kampung halal dimakan.
Dalam berbagai sumber telah didiskusikan latar belakang keharaman
daging keledai kampung tersebut. Pendapat-pendapat itu menyatakan
bahwa keharaman ditetapkan oleh Nabi:
a. Dalam rangka memelihara populasi keledai kampung,
19
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Fath al-Bariy, Juz IX, h. 654-657; Muhammad bin ‘Ali bin
Muhammad al-Syaukaniy, Nail al-Authar Syarh Muntaqa al-Akhbar, juz VIII, (Beirut: Dar al-Jil,
1973), h. 281-285.
41
b. Karena binatang tersebut termasuk rijs (kotor),
c. Karena binatang itu merupakan binatang piaraan di rumah,
d. Karena Nabi telah melarangnya.
a. Materi Hadis
43
“Ya, karena penyusuan itu mengharamkan seperti haramnya karena
kelahiran.” (.H.R. Al-Bukhariy, Muslim dan selainnya)
b. Takhrij al-Hadits
‘Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq bin Abi Quhafah adalah salah
seorang istri Nabi Muhammad saw. Garis keturunannya bertemu dengan
garis keturunan Rasulullah dari jalur kakeknya yang keenam yaitu Murrah
bin Ka’ab. Ayahnya Abu Bakar sebenarnya bernama ‘Abdullah bin ‘Utsman
bin ‘Amr bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’id bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Luay bin Ghalib al-Qurasy al-Taimiy. Ayahnya itu dijuluki dengan julukan
Abu Bakar, al-‘Athiq, al-Shiddiq, al-Shahib, al-Atqa, dan al-Awwah. Semua
julukan itu menunjukkan ketinggian derajat, kedudukan, dan
kemuliaannya. Kakeknya dari jalur ayah ini dijuluki Abu Quhafah yang
memeluk Islam pada saat Fath Makkah. Nenek dari ayahnya bernama
Salma binti Shakhr bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Dia dijuluki
dengan Ummul Khair. Neneknya masuk Islam sejak pertama kali Islam
datang.
Ibunya bernama Ummu Ruman binti ‘Amir bin ‘Uwaimir. Ia berasal
dari Bani Kinanah Khuzaimah dan sudah sejak lama ia memeluk Islam dan
berbaiat kepada Rasulullah. Ummu Ruman ikut hijrah ke Madinah dan
meninggal di Madinah ketika Rasulullah masih hidup.21
‘Aisyah diperistri oleh Nabi pada usia sekitar enam atau tujuh tahun.
Ketika itu, Khadijah telah wafat dan Nabi telah memperistri Saudah,
seorang janda yang telah lanjut usia. Pernikahan Nabi dan ‘Aisyah terjadi
sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Karena usia ‘Aisyah masih sangat muda,
maka sesudah akad nikah, ‘Aisyah masih dipelihara oleh ibunya Ummu
Rumman. Sesudah Nabi hijrah ke Madinah, barulah ‘Aisyah tinggal satu
21
Lihat ‘Imarah Muhammad ‘Imarah, 100 Mauqif Buthuli al-Nisa’, diterjemahkan oleh
Nashirul Haq, Lc, dan Fatkhurrozi, Lc., dengan judul Ketika Wanita lebih Utama dari Pria, 100
Kisah Wanita Mengesankan, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2005), h. 43-44.
45
rumah dengan Nabi. Ketika itu, ‘Asiayh telah berusia sekitar Sembilan
tahun.
3. Kalimat ي َّ َ َدخَ َل َعل, Maksud kata-kata tersebut adalah هل يجوز أن يدخل علي
(Apakah dia boleh masuk ke rumah saya untuk menemui saya).
4.Kalimat يَحْ ُر ُم ِم ْن ْال ِواَل َد ِةMaksudnya ialah: ( مثل ما يَحْ ُر ُم ِم ْن ْال ِواَل َد ِةSeperti apa
yang haram karena kelahiran atau keturunan).
47
Sebab disabdakannya hadis (sabab wurud al-hadits), dalam hadis
tersebut, Rasulullah saw. bersabda:
ْصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل اَل تُ َحرِّ ُم الرَّضْ َعةُ أَو
َ ِ ي هَّللا ْ َث أَ َّن أُ َّم ْالفَضْ ِل َح َّدث
َّ ِت أَ َّن نَب ِ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ْال َح
ِ ار
23
َّ صةُ أَوْ ْال َم
صتَا ِن َّ الرَّضْ َعتَا ِن أَوْ ْال َم
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Abdullah bin al-Harits, bahwasanya
Ummi al-Fadhl menceritakan bahwa Nabi saw. bersabda: “Susuan
22
Muslim, kitab al-radha’, bab fi al-mashshat wa al-mashshatan, hadis no. 2628
23
Ibid. hadis no. 2629
49
satu dan dua kali, serta isapan satu kali dan dua kali tidaklah
mengakibatkan mahram. (H.R. Muslim dan Ahmad).
b. ‘Ali bin Abi Thalib, Ibn ‘Abbas, al-Hadawiyah, Hanafiyah, dan Malik
bin Anas berpendapat bahwa sedikit atau banyak susuan itu, asal
sudah masuk ke rongga perut, maka telah mengakibatkan status
mahram. Alasannya ialah dalam Alquran, mahram susuan itu tidak
dirinci tentang frekuensi dan jumlah isapan. Apabila kegiatan telah
disebut menyusu, maka status susuan telah terwujud.Hal ini sesuai
dengan kaidah yang menyatakan:
( فحيث وجد اس مه وجد حكمهMaka bila telah terwujud namanya, terwujud
pula hukumnya)
24
Ibid., hadis no. 2630.
c. Ibn Mas’ud, Zubair, al-Syafi’iy dan Ahmad bin Hanbal berpendapat
bahwa susuan yang mengakibatkan status mahram adalah susuan
yang dilakukan sebanyak lima kali. Dalil yang mereka perpegangi
adalah hadis Nabi saw. yang menyatakan:
ِ ِ ِ َ َن رس ِ
س
َ ْت َس ال ًما مَخ َ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم أ ََم َر ْام َرأََة أَيِب ُح َذ ْي َف ةَ فَأ َْر
ْ ض َع َ ول اللَّه ُ َ َّ َع ْن َعائ َش ةَ أ
25 ِ ٍ رضع
اعةَض َ الر
َّ ك َ ات فَ َكا َن يَ ْد ُخ ُل َعلَْي َها بِتِْل ََ َ
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw.
telah memerintahkan istri Abu Hudzaifah untuk menyusui Salim.
Maka dia (istri Hudzaifah) menyusui Salim sebanyak lima kali
susuan. Maka dia (Salim) masuk (menjadi mahram) istri Hudzaifah
karena sebab susuan tersebut. (H.R. Ahmad)
25
Ahmad bin Hanbal, kitab baqi musnad al-Anshariy, bab baqi musnad al-sabiq, hadis no.
24983
51
Analisis terhadap Ketiga Pendapat tersebut
2. Kuantitas Susuan
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Aisyah ra. Berkata, Nabi saw.
mendatangiku sementara (di rumahku) ada seorang laki-laki, lalu
Lihat al-Syaukaniy, Nail al-Authar, ibid..
28
Al-Bukhariy, kitab al-syahadat, bab al-syahadat ‘ala al-ansab wa al-radha’ah, hadis no.
29
53
Nabi bertanya, siapa ini ya ‘Aisyah, jawab ‘Aisyah, saudaraku
sesusuan. Nabi saw. bersabda; “Ya ‘Aisyah perhatikanlah saudara-
saudara (sesusuan)mu itu. Sesungguhnya yang dikatakan sebagai
susuan adalah yang menyusu karena lapar.” (H.R. Al-Bukhariy-
Muslim).
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Ibn Mas’ud ra., dia berkata, Rasulullah
saw. bersabda: “Tidak ada susuan, kecuali yang dapat
mengeraskan tulang dan menumbuhkan daging.”(H.R. Abu
Dawud).
Abu Dawud, kitab al-nikah, bab fi radha’ah al-kabir, hadis no. 1763.
30
Menurut para periwayat Abu Dawud melalui pemberitaan
Muhammad bin Sulaiman al-Anbariy bahwa pengertian ش َّد َ dalam
ْ ْ َ
hadis ini bermakna ( أ ْنشَزَ ال َعظ َمmenguatkan tulang.)
َت ْال ُم ْن ِذ ِر ع َْن أُ ِّم َس لَ َمة ِ ََح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا أَبُو ع ََوانَةَ ع َْن ِه َش ِام ب ِْن ُع رْ َوةَ ع َْن أَبِي ِه ع َْن ف
ِ اط َم ةَ بِ ْن )2(
ي َو َك انَ قَ ْب َل ِ ق اأْل َ ْم َع ا َء فِي الثَّ ْد َ ِّصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل ي َُحرِّ ُم ِم ْن الر
َ َضا َع ِة إِاَّل َما فَت َ ِ ت قَا َل َرسُو ُل هَّللا ْ َقَال
31 َ ْ
الفِط ِام
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Ummu Salamah rah., dia berkata,
Rasulullah saw. telah bersabda: “Tidaklah menjadikan mahram
karena susuan, kecuali susuan yang membelahkan usus sebelum
disapih (dilepas).” (H.R. al-Turmudziy).
31
Al-Turmudziy, kitab al-radha’ah, bab ma ja’a dzikr anna al-radha’ah la yahrumu illa fi
shaghir, hadis no. 1072.
55
Ulama hadis dan fikih berbeda pendapat tentang mas (usia) menyusu
yang mengakibatkan mahram.
b. Salim yang diberi airi susu oleh Sahlah binti Suhail (istri Abu
Hudzaifah) terjadi pada masa Salim telah balig. Hadis ini berlaku
khusus untuk kasus Salim dan tidak berlaku untuk kasus lain.
Jumhur ulama tersebut sejalan dengan jawaban ‘Aisyah terhadap
pertanyaan Ummu Salamah tentang kasus Salim tersebut. ‘Aisyah
menyatakan:
( ال نرى هذا اال خاصا بسالمKami tidak melihat (adanya kasus) ini kecuali
khusus bagi Salim).
a. Materi Hadis
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Ibn ‘Umar ra., dia berkata: Nabi saw. telah
melarang di antara kamu sekalian menjaul barang yang (sedang) dijual
kepada orang lain, juga melarang melamar (wanita) yang (sedang)
dalam lamaran saudaranya (sesama muslim), sehingga (pelamar
terdahulu) meninggalkan (membatalkan lamarannya) atau pelamar
tersebut mengizinkannya. (H.R. al-Bukhariy, Muslim, dengan lafadz dari
al-Bukhariy).
b. Takhrij al-Hadits
59
Nama lengkap Ibn ‘Umar sebagai periwayat pertama hadis di atas
adalah Abu ‘Abd al-Rahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab al-
Qurasyi al-Adawiy al-Makkiy. Pada saat masih usia belia, dia bersama
ayahnya ‘Umar bin al-Khaththab memeluk Islam. Juga bersama ayahnya.
Dia hijrah ke Madinah.
Ibn ‘Umar dikenal sebagai salah seorang sahabat Nabi yang sangat
dermawan. Pada suatu saat, Ibn ‘Umar bersedekah uang sebanyak 30.000
dirham sekaligus, suatu jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran saat itu.
Di bidang periwayatan hadis ‘Abdullah Ibn ‘Umar termasuk salah
seorang sahabat dari kelompok al-Muktsirun fi al-Hadits. Ibn ‘Umar
menduduki peringkat kedua setelah Abu Hurairah dalam periwayatan
hadis. Hadis yang diriwayatkan Ibn ‘Umar berjumlah 2630 buah hadis.
Yang diriwayatkan oleh al-Bukhariy dan Muslim sejumlah 2630. Yang
diriwayatkan oleh al-Bukhariy sendiri berjumlah 80 buah hadis, dan yang
diriwayatkan oleh Muslim sendiri sebanyak 31 buah hadis.
Selain Ibn ‘Umar meriwayatkan hadis langsung dari Nabi saw., dia
juga menerima hadis dari para sahabat lainnya, terutama dari para
Khulafa’ al-Rasyidin, Hafshah (saudaranya), Abu Hurairah, dan dari
‘Aisyah. Sedangkan para periwayat yang menerima dan meriwayatkan
hadis dari Ibn ‘Umar antara lain, selain dari tabi’in seperti anaknya, dan
pelayannya, Nafi’ bin al-Faqih, Sa’id bin al-Musayyab, Abu Salamah, Salim,
Mus’ab bin Sa’ad, dan lain-lain. Ada juga dari kalangan sahabat, seperti
Ibn ‘Abbas, dan Jabir.32
32
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Juz II, h. 343, Jamal al-Din
Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizziy, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, Juz X, (Bairut : Dar al-Fikr, 1994
M), h. 356-361.
33
Lihat ibid, Ibn Hajr al-Asqalani, III, h. 579-581; Ibn Hajr al-Asqalani, al-Ishabah,
op.cit., h. Ibn Atsir, op.cit., III, h. 341; Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal, ibid., XV,h.339; Khalid
61
Pada masa hidupnya, orang Islam yang bernama ‘Abdullah berjumlah
lebih dari seratus orang. Sebagian dari mereka dikenal sebagai orang
yang banyak meriwayatkan hadis dan berpengetahuan mendalam di
bidang agama slam. Untuk itu, ulama lalu membuat julukan Abadillah
untuk ‘para ‘Abdullah tertentu. Mereka itu adalah:
‘Abdullah bin Mas’ud dalam hal ini tidak termasuk dalam kelompok
Abadillah tersebut. ‘Abdullah bin ‘Umar wafat di Makkah pada tahun 73
H. dalam usia sekitar 80 tahun.
Penjelasan hadis ini lebih rinci dapat dilihat dari analisa menurut
potongan hadis berikut ini:
ْض ُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْن يَبِي َع بَ ْع
ٍ ض ُك ْم َعلَى بَي ِْع بَع َ نَهَى النَّبِ ُّي
(Nabi saw. telah melarang di antara kamu sekalian menjual barang
yang (sedang) dijual kepada orang lain).
Atau prinsip persaudaraan atas dasar iman, dinyatakan dalam QS. Al-
Hujurat : 10
Kegiatan jual beli dan kegiatan bisnis lainnya dalam Islam harus
tetap memelihara hubungan persaudaraan antara sesame manusia,
terlebih lagi sesame muslim. Dalam Islam, nilai persaudaraan lebih
berharga dari pada keuntungan materi.
Wicaksana, [t.th.], h. 94
65
(Nabi saw.) juga melarang orang melamar (wanita) yang telah dalam
laraman saudaranya (sesama muslim).
Kalau dalam jual beli barang saja, ajaran Islam sangat menekankan
pentingnya memelihara sikap tenggang rasa dan saling menghargai, maka
apalagi dalam hal pelamaran terhadap wanita yang akan dinikahi. Untuk
kegiatan pelamaran, hubungan persaudaraan akan mudah terancam
retak, kalau pihak-pihak yang terlibat dalam proses pelamaran itu tidak
saling berusaha menjaga perasaan.
Akibat Hukum Lamaran terhadap Wanita yang telah Dilamar
Orang Lain
Ulama berbeda pendapat terhadap status dan akibat hukum dari
larangan Nabi yang melarang melamar wanita yang telah dilamar orang
lain. Perbedaan pendapat itu antara lain, sebagai berikut:
1. Al-Khaththabiy (w.388 H) menyatakan bahwa larangan dalam hadis
tersebut tidak menunjukkan hukum haram, tetapi sekedar sebagai
akhlak yang harus dijunjung tinggi. Jadi, pelanggaran terhadap etika ini
dinilai sebagai telah melakukan sesuatu yang makruh (tercela).
2. Sebagian fuqaha’ berpendapat bahwa pelanggaran terhadap larangan
itu tidak sekedar berakibat dosa saja, akan tetapi juga berakibat
pernikahan itu tidak sah (batal).
3. Menurut mayoritas ulama, larangan Nabi itu menunjukkan status
hukum haram. Namun sekiranya larangan itu dilanggar, lalu
dilangsungkan pernikahan, maka pernikahannya tetap sah.
Pelanggaran terhadap larangan ini, sama halnya dengan melanggar
perbuatan yang haram, yakni diancam dengan siksaan.36
36
Lihat M. Syuhudi Ismail, op.cit., h. 70-71.
67
dahulu melamar itu adalah orang kafir (non muslim) ataupun orang fasiq
(orang yang banyak berbuat dosa, maka larangan tersebut tidak berlaku.
Mereka beralasan bahwa orang muslim tidak bersaudara dengan orang
Kedua hal itu terjadi mungkin karena pihak yang melamar memang
tidak berhasrat lagi untuk melanjutkan lamarannya, atau mungkin karena
pihak wanita telah mengemukakan penolakannya.
Dari petunjuk Nabi tersebut dapat dipahami bahwa sesungguhnya
latar belakang larangan bukan tertuju pada substansi perbuatan
melamarnya itu, melainkan tertuju pada kewajiban menjaga harmonisasi
persaudaraan antara sesame anggota masyarakat, khususnya antara
sesama muslim. Sekiranya substansi larangan terletak pada lamaran itu
sendiri, niscaya keizinan pihak yang melamar terlebih dahulu tidak akan
dapat mengakhiri larangan tersebut.
a. Materi Hadis
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-wakalah, bab hadis no. 2144, kitab fadhail al-
qur’an, bab khairukum man ta’allam al-qur’an wa ‘allimahu, hadis no.
4641, bab al-qira’ah ‘an dhahri al-qalb, hadis no. 4642, kitab al-nikah,
bab tazawij al-mu’sir, hadis no. 4697, bab ‘aradh al-mar’ah nafsiha ‘ala
al-rajul al-shalih, 4727, bab al-nadzr ila al-mar’ah qabl al-tazwij, hadis
no. 4731, bab idza kunna li al-wali huwa al-khathab, hadis no. 4737,
bab al-sulthan al-waliy, hadis no. 4740, bab qala khathab li al-wali
zawwajniy, hadis no. 4745, bab al-tazwij ala al-quran wa bi ghairi
shidaq, hadis no. 4752, kitab al-libas, bab khatm al-jadid, hadis no.
5422.
71
2. Muslim, kitab al-nikah, bab al-shidaq wa jawzi kaunuhu ta’lim al-qur’an
wa khatm al-jadid, hadis no. 2554.
3. Abu Dawud, kitab al-nikah, bab fi tazwij ‘ala al-‘amal ya’mal, hadis no.
1806.
4. Al-Nasaiy, kitab al-nikah, bab al-kalam al-ladzi yan’aqidu bihi al-nikah,
hadis no. 3228.
5. Ibn Majah, kitab al-nikah, bab al-shidaq al-nisa’, hadis no. 1879.
6. Malik, kitab al-nikah, bab ma ja’a fi al-shidaq wa al-hub, hadis no. 968.
7. Ahmad bin Hanbal, kitab baqi musnad al-Anshariy, bab hadits Abi Malik
Sahl bin Sa’ad al-a’diy, hadis no. 21733, 21783.
Nama lengkapnya adalah Sahl bin Sa’ad bin Malik bin Khalid bin
Tsa’labah bin Haritsah bin ‘Amir bin al-Khazraj bin Sa’idah al-Ashariy al-
Sa’diy. Dari nama tersebut menunjukkan Sahl bukan dari kalangan
Quraisy yang hijrah ke Madinah tetapi penduduk asli Madinah dari kaum
Anshar.
Pada waktu Nabi berhijrah ke Madinah, Sa’ad masih kanak-kanak.
Usianya baru sekitar empat tahun. Ketika Nabi wafat Sahal berusia sekitar
15 tahun.
Selain menerima hadis langsung dari Nabi saw. Sahl juga mengambil
riwayat hadis dari Ubay bin Ka’ab, ‘Ashim bin ‘Adiy, ‘Amr bin ‘Abasah dan
Marwan bin Hakam. Selanjutnya, riwayat hadis dari Sahl diterima antara
lain oleh: anaknya bernama ‘Abbas, al-Zuhriy, Abu Hazm bin Dinar, Wafa’
bin Syuraih al-Hadhramiy, Yahya bin Maimun, ‘Abdullah bin ‘Abd al-
Rahman bin Abi Dzubab, ‘Amr bin Jabir, dan lain-lain.
Hadis yang diriwayatkan Sahl sebanyak 188 buah hadis. Sahl
meninggal tahun 88 H. dalam usia sekitar 100 tahun. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa usia Sahl tidak sampai 100 tahun, tetapi lebih 90
tahun. Ahli sejarah berbeda pendapat tentang tempat wafatnya. Sebagian
menyatakan, Sahal wafat di Madinah, dan sebagian lagi menyatakan di
Iskandariyah (Mesir).37
Terjemahnya:
... dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi
kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu,
bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah
mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-
isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak
menjadi kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
38
Lihat Abdullah bin ‘Abd al-Rahman, Taisir al-Allam Syarh ‘Umdat al-Ahkam,
diterjemahkan oleh Kathur Suhardi dengan judul Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim, (Cet.
VII; Jakarta : Dar al-Falah, 1429 H/2008 M), h. 777-778.
75
َ ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم َر ْأ
Ungkapan ُس ه َ ِ ( ثُ َّم طَأْطَ أ َ َر ُس و ُل هَّللاKemudian Rasulullah
saw. menundukkan kepala), memberi isyarat bahwa Rasulullah tidak
berkenan terhadap wanita tersebut. Isyarat itu dipahami juga oleh wanita
yang bersangkutan bahwa Nabi tidak berminat kepadanya.
39
Abu Dawud, kitab al-nikah, bab fi al-rajul yandzur ila al-mar’ah wahua yuridu tazwijuha,
hadis no. 1783, Ahmad bin Hanbal, kitab baqi musnad al-muktsirin, bab musnad Jabir bin
‘Abdullah, hadis no. 14059, 14340.
lakukannlah. (H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al-
Hakim).
Pernyataan حابِ ِه ْ َ( فَقَ ا َم َر ُج ٌل ِم ْن أmaka berdiri seorang laki-laki dari
َ ص
sahabat Nabi ), menunjukkan bahwa ketika wanita tersebut datang
menawarkan diri kepada Nabi untuk dinikahi, ada orang lain dari sahabat
77
yang hadir memperhatikan wanita itu. Dalam hadis ini tidak disebutkan
nama laki-laki itu. Dalam riwayat al-Thabraniy, dinyatakan bahwa laki-laki
itu dari kalangan Anshar.
Laki-laki tersebut menawarkan diri untuk menikahi wanita itu
sekiranya Rasulullah benar-benar tidak berkenan untuk menikahinya.
Rasulullah memang tidak berkenan untuk menikahi wanita itu dan
karenanya, Nabi menyetujui permintaan laki-laki tersebut.
Terjemahnya:
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.
Yang dimaksud dengan pemberian dengan penuh kerelaan ialah
maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak,
karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.
79
Karena benda berharga walau semisal cincin besi tidak dimiliki juga,
yang menandakan bahwa laki-laki itu tergolong orang yang sangat miskin,
maka Nabi menanyakan sesuatu yang dimiliki orang itu berkenaan
dengan Alquran. Orang tersebut tampaknya memiliki hafalan surat-surat
tertentu dari Alquran. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa yang
dihafal lak-laki itu ada sekitar 10 ayat dalam Alquran.40
Ada tradisi yang salah yang banyak dilakukan oleh umat Islam di
Indonesia. Banyak orang kaya atau pejabat Tinggi yang tatkala
menikahkan anaknya menggunakan mushaf Alquran dan sajadah(tikar
salat) untuk maharnya. Mungkin maksudnya, agar dengan mahar seperti
itu, maka mempelai wanita selalu berpegang pada petunjuk Allah
(Alquran) dan rajin melaksanakan shalat. Mereka memahami bahwa
mahar itu bernilai spiritual.
81
Atas peristiwa Ummu Sulaim tersebut, Ibn Qayyim al-Jauziyah
berkomentar bahwa wanita yang dinikahi boleh memilih mahar yang
menurut dia lebih bermanfaat, walaupun yang dipilihnya itu tidak berupa
benda.
83
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif
1. Sebutkan beberapa faktor yang menjadi alternatif motivasi seseorang mencari
calon istri ataun suami, dan menurut hadis mana alternative yang terbaik.
2. Mengapa nikah mut’ah pernah dibolehkan dan Jelaskan mengapa nikah mut’ah
itu kemudian dilarang.
3. Bagaimana pendapat ulama mengenai frekuensi, kuantias dan usia penyusuan
yang berakibat mahram.
4. Jelaskan mengapa hadis melarang melamar wanita yang sedang dilamar orang
lain.
5. Jelaskan batas minimal mahar bagi laki-laki yang ingin menikah, dan apakah
laki-laki yang tidak memiliki barang yang bernilai ekonomis dapat
menggunakan jasa atau keahliannya untuk dijadikan mahar, berilah contoh.
1. Ada empat faktor yang menjadi alternative seseorang memilih calon istri atau
suami, yaitu: a) karena motivasi keturunannya yang baik-baik, bangsawan,
atau orang terpandang, b) karena hartanya, wanita atau laki-laki tersebut
memiliki harta yang banyak, sehingga kalau dia nikahi maka seseorang
menjadi orang kaya, c) karena kecantikannya, pasangan yang cantik (kalau dia
wanita) atau ganteng (kalau dia laki-laki) membuat merasa lebih percaya diri
tampil bersama pasangannya, dan akan lebih bergairah, c) karena melihat
faktor agamanya. Faktor agama menjadi faktor terbaik menurut hadis karena
semua faktor yang disebutkan akan dapat hilang atau musnah, tapi bila
memilih pasangan karena agama maka menciptakan keluarga sakinah hanya
akan dapat terbina pada pasangan keluarga yang shalih-shalihah.
2. Nikah mut’ah pernah dibolehkan karena pertimbangan darurat, di saat para
suami yamg mengikuti perang bersama Nabi saw. meninggalkan istri mereka
sementara keinginan biologis mereka tetap ada, maka Nabi membolehkan
meraka nikah mut’ah. Setelah itu, Nabi saw. melarang nikah mut’ah karena
85
pernikahan bentuk mut’ah tidak menjamin terjadinya mawaddah wa rahmah
sebagai tujuan perkawinan, merusak garis kenasaban dan kewarisan
keturunan.
3. Frekuensi susuan yang berakibat mahram menurut mayoritas ulama, yakni
apabila susuan itu dilakukan lebih dari tiga kali. Kualitas susuannya, sebagian
ulama menyatakan asalkan telah masuk ke dalam ronggoa mulut dan ditelan,
maka sudah termasuk susuan yang berakibat mahram, sebagian ulama
menyatakan bahwa kualitas susuan itu harus mengenyangkan bagi yang
menyusu itu. Ulama sepakat bahwa usia susuan yang berakibat mahram, yakni
pada usia kanak-kanak, atau belum baligh.
4. Hadis melarang melamar wanita yan sedang dilamar orang lain, dianalogikan
seperti larangan membeli barang yang sudah dibeli (ditawar) orang lain,
karena hal itu akan melanggar etika moral yang berakibat orang lain menjadi
tersinggung dan dapat memutuskan tali silaturahim.
5. Batas minimal mahar dalam pernikahan adalah setiap barang yang masih
memiliki nilai ekonomis semurah apapun misalnya, cincin yang terbuat dari
besi atau plastic yang masih dapat dijual kembali. Apabila laki-laki yang tidak
memiliki barang yang bernilai ekonomis, maka ia dapat menggunakan jasa dan
keahliannya untuk mengajarkan jasa dan keahliannya itu untuk calon istri,
misalnya kemampuan mengajarkan Alquran.
BAGIAN II
KEWARISAN DAN WASIAT
87
B. Pedoman Mempelajari Materi
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
a. Materi Hadis
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-faraidh , bab miratsi ibn li ibn idza lam yakun ibn,
hadis no. 6238.
2. Muslim, kitab al-faraidh , bab alhiqu faraidh bi ahliha fama baqiya li ula
rajul dzakr, hadis no. 3028, 3029, 3030.
3. Abu Dawud, kitab al-faraidh , bab fi miratsi al-‘ashabah, hadis no. 2511.
4. Al-Turmudziy, kitab al-faraidh , bab fi miratsi al-‘ashabah, hadis no.
2024.
5. Ibn Majah, kitab al-faraidh , bab miratsu al-‘ashabah, hadis no. 2730.
6. Al-Darimiy, kitab al-faraidh , bab al-‘ashabah, hadis no. 2859.
7. Ahmad bin Hanbal, kitab wa min musnad Bani Hasyim, bab bidayat
musnad ‘Abdullah bin ‘Abbas, hadis no. 2525, 2715, 2838.
89
Menerima riwayat hadis selain langsung dari Nabi saw. Ibn ‘Abbas
juga banyak menerima dari para sahabat Nabi yang lain seperti dari
ayahnya, ibunya Umm al-Fadhl, saudaranya al-Fadhl, bibinya Maimunah,
Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, ‘Abd al-Rahman bin ‘Awf, Mu’adz bin Jabl,
Abi Dzar, ‘Ubay bin Ka’ab, Tamim al-Dariy, Khalid bin al-Walid, Usamah bin
Zaid, Haml bin Malik bin al-Nabighah, Dzu’aib Walid Qabishah. Adapun
para periwayat yang menerima riwayat dari Ibn ‘Abbas, antara lain: anak
‘Ali dan Muhammad, cucunya, saudaranya Katsir bin al-‘Abbas,
keponakannya ‘Abdullah bin ‘Ubaidillah, keponakannya yang lain ‘Abdullah
bin Ma’bad bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab, Tsa’labah bin
al-Hakm al-Laitsiy, Sa’id bin al-Musayyab, ‘Abdullah bin al-Harits bin
Naufal, Abu Salamah bin ‘Abd al-Rahman, Abu Jamrah al-Dhuba’iy, Abu
Majlaz Lahiq bin Muhammad, dan lain-lain.
Nabi saw. pernah mendoakan Ibn ‘Abbas agar dia diberi hikmah
(ilmu) sebanyak dua kali. Ibn ‘Umar berkata, ‘Umar pernah memanggil Ibn
‘Abbas dan mendekatinya, seraya berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah
saw. suatu hari berdoa dan mengusap kepalamu dan mengucapkan doa:
Menurut Ibn Nu’aim, Ibn ‘Abbas wafat tahun 68 H. atau riwayat lain
menyebut tahun 69 H. atau tahun 70 H. di Thaif.
93
dan tidak memiliki kekuatan, maka Allah perlu mengatur sendiri
pembagiannya di dalam kitab-Nya, dengan penjelasan yang detail dan
terinci, agar tidak menjadi ajang perdebatan dan rebutan berdasarkan
hawa nafsu. Membaginya di antara para ahli waris sesuai dengan tuntutan
keadilan, kemasalahatan dan manfaat yang diketahui-Nya. Allah
mengisyaratkan hal ini di dalam firman-Nya :
(kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu.)
Terjemahnya :
dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain
lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-
orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu
berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). adalah yang
demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah).
2. Pernikahan yang sah, yang didasarkan kepada firman Allah, “Dan bagi
kalian (para suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan istri-istri
kalian…” (QS.Al-Nisa’: 12).
Terjemahnya:
dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan
oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak.
Selain tiga hal tersebut tidak bisa menjadi sebab memperoleh harta
warisan. Jika ada sebagian dari tiga sebab ini , maka dapat dilakukan
waris-mewarisi di antara kedua belah pihak, termasuk pula pada
kepemilikan budak yang benar.
95
Seseorang dapat saja terhambat hak kewarisannya, apabila
melakukan tindakan yang dapat menghalanginya memperoleh hak warisan
itu. Adapun beberapa sebab yang menghambat seseorang memperoleh hak
warisan menurut ketentuan syariat adalah:
1. Tindak pembunuhan. Barangsiapa membunu orang yang mewariskan
harta kepadanya atau menjadi sebab terbunuhnya tanpa alasan yang
benar, maka dia tidak bisa mewarisi harta sedikitpun dari orang yang
dibunuhnya itu. Hal ini didasarkan kepada hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah:
يل ِ َّ ِ يِف ِ مِب ِ َّ َ عن أُسامةَ ب ِن زي ٍد ر ِضي اللَّه عْنهما أَنَّه قَ َال يا رس
ٌ ول الله أَيْ َن َتْنز ُل َدار َك َكةَ َف َق َال َو َه ْل َت َر َك َعق ُ َ َ ُ َُ َ ُ َ َ َْ ْ َ َ ْ َ
ب َومَلْ يَِرثْ هُ َج ْع َف ٌر َواَل َعلِ ٌّي َر ِض َي اللَّهُ َعْن ُه َم ا ِ
ٌ ب ُه َو َوطَ الٍ ِث أَبَ ا طَ ال
َ يل َو ِر
ِ ٍ ٍ َِم ْن ِرب
ٌ اع أ َْو ُدور َو َك ا َن َعق
43
Al-Turmudziy, Sunan al-Turmudziy, kitab al-fara’idh, hadis no. 2035.
ِ ََّشْيئًا أِل َنَّهما َكانَا مسلِمنْي ِ و َك ا َن َع ِقيل وطَالِب َك افِريْ ِن فَ َك ا َن عُم ر بْن اخْلَط
ُ اب َر ِض َي اللَّهُ َعْن هُ َي ُق
ول اَل ُ َُ َ ٌ ٌَ َ َ ُْ َُ
44
) ( رواه البخاري و مسلم وغريمها. ث الْ ُم ْؤ ِم ُن الْ َكافَِر ُ يَِر
Artinya:
Dari Usamah bin Zaid ra. Dia berkata, ‘Aku bertanya, ‘Wahai
Rasulullah apakah engkau akan singgah dirumah engkau di
Makkah?’ Beliau bertanya, ‘Apakah ‘Uqail meninggalkan tempat
tinggal bagi kita?’ Kemudian beliau bersabda, “Orang Muslim tidak
dapat mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak dapat mewarisi
orang Muslim’.” (H.R. Al-Bukhariy, Muslim dan selainya)
44
Al-Bukhariy, kitab al-haj, turiyats daur Makkah wa bai’iha wa syara’iha, bab hadis no.
1485, Muslim, kitab al-faraidh, hadis no. 3027, al-Turmudziy, kitab al-fara’idh, hadis no. 2033,
Abu Dawud, kitab al-farai’dh, hadis no. 2521.
45
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 733.
97
Para ahli waris yang sudah ditetapkan bagiannya di dalam Alquran
adalah dua pertiga, sepertiga, seperenam, separoh, seperempat dan
seperdelapan. Jika masih ada sisa setelah pembagian itu, maka diberikan
kepada orang laki-laki yang paling dekat hubungan darah dengan orang
yang meninggal. Mereka ini disebut dengan ashabah. Dengan demikian,
pembagian tentang ketentuan harta warisan yang disebutkan dalam
Alquran ada enam :
1. Separuh. Diberikan kepada anak perempuan, cucu perempuan dari anak
laki-laki dan seterusnya, yang didasarkan kepada firman Allah, QS. al-
Nisa’: 11
Separoh ini juga merupakan bagian saudari kandung. Jika tidak ada
saudari kandung, ia menjadi bagian saudari dari satu ayah selagi tidak
ada ahli waris lain. Dasarnya adalah firman Allah, QS. Al-Nisa’: 176.
Terjemahnya:
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387].
Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu):
jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli
waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka
bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang
saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu,
supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.
3. Seperdelapan. Menjadi bagian seorang istri atau beberapa istri jika ada
anak, yang didasarkan kepada firman Allah QS. Al-Nisa’: 12
4. Dua pertiga. Diberikan kepada dua anak perempuan dan dua cucu
perempuan dari anak laki-laki, jika ada ashabah. Kedua anak perempuan
mendapatkan dua pertiga berdasarkan qiyas dengan saudara perempuan
yang ditetapkan dalam firman Allah QS. Al-Nisa’: 176
dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam
dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai
anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia
diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya
mendapat seperenam.
Nenek dan seterusnya sama dengan kedudukan ibu, begitu pula ahli
waris dalam garis menurun di antara mereka. Jika mereka bersekutu,
maka dibagi di antara mereka secara merata. Bagian seperenam ini
juga diberikan kepada saudara se ibu, laki-laki ataupun perempuan,
yang didasarkan pada firman Allah QS. al-Nisa’: 12
jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta.
101
Bagian seperenam juga bagi seorang anak perempuan dari anak
laki-laki atau lebih, di samping ada cucu perempuan. Begitu pula
hukumnya bagi cucu perempuan dari anak laki-laki bersama anak
perempuan dari anak laki-laki. Bagian seperenam juga diberikan
kepada ayah atau kakek jika tidak ada ayah dengan adanya cabang
ahli waris.
a. Materi Hadis
الر ُج ِل الْ ُمَت َوىَّف َعلَْي ِه الدَّيْ ُنَّ ِص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َك ا َن يُ ْؤتَى ب ِ َ َن رس
َ ول اللَّه
ِ
ُ َ َّ َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َرض َي اللَّهُ َعْنهُ أ
احبِ ُك ْم َفلَ َّماِ ِّث أَنَّه َت ر َك وفَاء ص لَّى وإِاَّل قَ َال لِْلمس لِ ِمني ص لُّوا علَى ص ِ ْ ََفيسأ َُل َهل َتر َك لِ َديْنِ ِه ف
َ َ َ َ ُْ َ َ ً َ َ ُ َ ض اًل فَإ ْن ُح د َ ْ َْ
ِِ ِ ِ ِ َِفتَح اللَّه علَي ِه الْ ُفتُ وح قَ َال أَنَا أَوىَل بِالْم ْؤ ِمن
ُض ُاؤه َ ني م ْن أَْن ُفس ِه ْم فَ َم ْن تُ ُويِّفَ م ْن الْ ُم ْؤمن
َ َني َفَت َر َك َد ْينً ا َف َعلَ َّي ق َ ُ ْ َ َْ ُ َ
) (رواه البخاري و مسلم وغريمها.َو َم ْن َتَر َك َمااًل فَلِ َو َرثَتِ ِه
Artinya :
(Hadis diriwayatkan)dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah
saw. Pernah didatangkan kepadanya seorang laki-laki yang meninggal
yang memiliki utang. Maka beliau bertanya, “Apakah ada sisa dari
hartanya untuk pembayaran utangnya?” Maka jika diberitahu bahwa yang
meninggal dunia meninggalkan harta untuk membayar hutang, beliau
menshalatinya. Dan jika tidak, beliau bertanya kepada kaum muslimin,
“Shalatilah shahabat kalian ini.” Maka ketika Allah membukakan
beberapa daerah yang ditaklukkan (kaum muslimin), beliau berkata, “Aku
lebih berhak terhadap kaum mukminin daripada mereka sendiri. Maka
barangsiapa yang meninggal dari kaum mukminin lalu ia meninggalkan
utang, maka aku yang akan membayarnya. Dan barangsiapa yang
meninggalkan harta, maka itu untuk ahli warisnya. (H.R. Al-Bukhariy,
Muslim dan selainnya)
b. Takhrij al-Hadits
103
4. Al-Turmudziy, kitab al-jana’iz, bab ma ja’a fi shalati ‘ala al-madyun,
hadis no. 990, kitab al-faraidh , bab ma ja’a man taraka malan fa li
waratsatihi, hadis no. 2016.
5. Al-Nasaiy, kitab al-jana’iz, bab al-shalat ‘ala man ‘alaih dain, hadis no.
1937.
6. Ibn Majah, kitab ahkam, bab man tarak dain au dhai’u fa ‘ala Allah wa
‘ala Rasulihi, hadis no. 2406.
7. Ahmad bin Hanbal, kitab baqiy musnad al-muktsirin, bab musnad Abu
Hurairah, hadis no. 7523, 7558, 8066, bab baqiy li musnad sabiq, hadis
no. 8319, 8593, 8819, 9471, 9497, 9604, 10396.
8. Al-Darimiy, kitab al-buyu’ bab fi al-rukhshah fi al-shalat ‘alaih, hadis no.
2481.
(ABU HURAIRAH)
Nama lengkap Abu Hurairah ialah’ Abd al-Rahman bin Shakhr al-
Dausi al-Yamani. Nama ‘Abd al-Rahman adalah nama pemberian Rasulullah
saw. Namanya sebelum memeluk Islam, ada yang menyatakan ‘Abd al-
Syams dan ada yang menyebut nama lain. Setelah memeluk Islam, dia
lebih dikenal dengan sapaan (kuniyah-nya) Abu Hurairah (arti harfiahnya
bapak seekor anak kucing). Menurut suatu riwayat, sebutan itu
diperolehnya dari Nabi. Dia di sapa begitu karena dia sering terlihat
membawa seekor anak kucing betina. Nabi pernah melihat anak kucing itu
berada di lengan baju Abu Hurairah. Bila malam hari, anak kucing tersebut
ditaruhnya di sebatang pohon.
Menurut hitungan Baqi bin Makhlad (201-276 H), jumlah hadis yang
telah diriwayatkan oleh Abu Hurairahj sebanyak 5374 buah (menurut al-
Kirmani : 5364). Dari jumlah tersebut, yang periwayatannya disepakati
oleh al-Bukhari dan Muslim (muttafaq ‘alaih) sebanyak 325 buah hadis;
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sendiri sebanyak 93 buah, dan yang
diriwayatkan oleh Muslim saja sebanyak 189 buah hadis.
Para sahabat Nabi pernah menegur Abu Hurairah karena dia begitu
banyak meriwayatkan hadis Nabi sedangkan dia bergaul dengan Nabi
relatif tidak lama (sekitar 3 tahun). Abu Hurairah menjawab: “Ketika
orang-orang muhajirin sibuk dengan barang-barang perniagaan di pasar
dan orang-orang Anshar sibuk dengan urusan kebun-kebun mereka, maka
saya menyibukkan diri pada kegiatan belajar menghafal hadis Nabi.
Sanad hadis yang paling sahih yang berpangkal dari Abu Hurairah,
yaitu al-Zuhriy dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah. Adapun
sanad hadis yang paling lemah adalah al-Sari bin Sulaiman bi Abi Dawud
bin Yazid al-Awdi dari bapaknya (Yazid al-Awdi) dari Abu Hurairah. Jadi,
kekuatan hadis yang berasal dari Abu Hurairah, disamping dari ketekunan
Abu Hurairah sendiri, juga karena didukung oleh kekuatan para periwayat
yang menersukan hadis dari Abu Hurairah.
46
Lihat al-Hafidz Abi al-Fadhl Ahmad bin ‘Ali bin Hajr Syihab al-Din al-Syafi’iy al-
Asqalaniy, Tahdzib al-Tahdzib, juz VII, (([t.tp : Muassah al-Risalah, [tth], h. 524.
47
Lihat Ibrahim Dasuqi al-Sahawi, Mushthalah al-Hadits, (Al-Azhar : Syirkat al-Funiyah al-
Muttahidah, [tth] ) h. 180-181.
48
Lihat Ibn Hajr al-Asqalani , op.cit., h. 523-527, Ibn Hajr al-Asqalaniy, Al-Ishabah fi
Tamyis al-Shahabah, jilid IV, (Kairo : Mushthafa Muhammad, 1385/1939 M), h. 202; ‚Izz al-Din
bin Atsir, Usud al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah, Jilid IV, (Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1415
H/1993 M), h. 321;.
107
Mu’awiyah menjadi khalifah Bani Umayyah, Abu Hurairah diangkat
menjadi Gubernur Madinah.
َكانَ ي ُْؤتَى بِال َّرج ُِل ْال ُمت ََوفَّى َعلَ ْي ِه ال َّديْنُ فَيَسْأ َ ُل هَلْ ت ََركَ لِ َد ْينِ ِه فَضْ اًل
49
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib al-Tahdzib, op.cit, VII, h.525. Khalid Muhammad
Khalid, Rijal Hawla al-Rasul, (Beirut : Dar al-Fikr, [tth.]), h. 425.
Lihat Imam al-Hafizh Ab Ali Muhammad bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Rahim al-
50
Lihat Imam Al-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, hadis no. 3040
51
109
(Dan jika tidak, beliau bertanya kepada kaum muslimin, “Shalatilah
shahabat kalian ini.” )
Jika hutang seseorang tidak jelas pelunasannya, maka rupanya
kebiasaan Nabi ketika itu, beliau tidak bersedia menshalati orang yang
masih meninggalkan hutang, tetapi menyerahkan kepada kaum muslimin
untuk menshalatinya.
Pernyataan Nabi saw. ( ) صلوا على صاحبكمmenunjukkan bahwa perintah
shalat janazah hukumnya adalah fardhu kifayah.
Masalah ini tidak boleh dianggap sepeleh, ada ahli waris yang sudah
sibuk membagi-bagi harta peninggalan, sementara kewajiban orang yang
meninggal menyelesaikan hutangnya, tidak diperhatikan lagi bahkan harta
peninggalannnya sudah habis duluan dibagi-bagi oleh ahli waris. Padahal
bahwa harta yang menjadi warisan adalah harta bersiah, setelah
dikeluarkan dahulu untuk pembayaran hutang, dan pengurusan mayit.
َّ َفَلَ َّما فَتَ َح هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْالفُتُو َح قَا َل أَنَا أَوْ لَى بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم فَ َم ْن تُ ُوفِّ َي ِم ْن ْال ُم ْؤ ِمنِينَ فَت ََركَ َد ْينًا فَ َعل
َ َي ق
ُضا ُؤه
(Maka ketika Allah membukakan beberapa daerah yang ditaklukkan (kaum
muslimin), beliau berkata, “Aku lebih berhak terhadap kaum mukminin
daripada mereka sendiri. Maka barangsiapa yang meninggal dari kaum
mukminin lalu ia meninggalkan utang, maka aku yang akan
membayarnya).
Dalam redaksi lain yang diriwayatkan melalui jalur Abi Hazm dari Abu
Hurairah disebutkan:
ماال فلورثته ; ومن ترك كال فإلينا من ترك
(barangsiapa meninggalkan harta maka itu untuk ahli warisnya, dan
barangsiapa yang tidak meninggalkan harta maka itu menjadi
tanggungjawab kami)
Dari jalur ‘Abd al-Rahman bin Abi ‘Amrah dari Abu Hurairah, redaksinya
berbunyi:
Dengan penjelasan hadis tersebut di atas, maka menurut Ibn Hajr al-
Asqalaniy, karena masalah hadis ini menyangkut dengan pembayaran
hutang maka Imam al-Bukhariy, mencantumkan hadis ini dalam masalah
111
al-nafaqat. Hal ini mengandung isyarat bahwa orang yang meninggal
kemudian meninggalkan anak tetapi ia tidak meninggalkan sesuatupun
untuk membayar hutangnya, maka hutangnya dan nafaqah untuk santunan
anak-anak yang ditinggalkan menjadi tanggungjawab Negara yang dibayar
melalui lembaga bait al-mal.52
َو َم ْن ت ََركَ َمااًل فَلِ َو َرثَتِ ِه.
(Dan barangsiapa yang meninggalkan harta, maka itu untuk ahli warisnya.)
Harta yang ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal jika ada
tetap menjadi hak ahli waris sebagai harta warisan. Orang lain, termasuk
Nabi atau Negara tidak berhak menerima harta yang ditinggalkan oleh
pewaris.
Hadis ini oleh sebagai ulama menunjukkan bahwa, Nabi akan
membayarkan hutang kaum muslimin yang tidak mampu membayar
hutangnya. Dengan ketentuan bahwa harta orang yang meninggal itu
sudah habis sama sekali. Menurut sebagian ulama, pelunasan hutang
menjadi kewajiban bagi Nabi (Negara). Sebagian lagi berpendapat bahwa
yang wajib membayar hutang adalah orang yang berhutang, bukan Nabi
(Negara), sebagian menyatakan jika memang orang yang berhutang sudah
tidak mampu melunasinya, maka ia tidak wajib lagi melunasinya, tetapi
telah diambil alih oleh Nabi. 53
Dalam riwayat yang lain, Apabila seseorang memilki hutang,
kemudian dia telah berniat membayarnya tetapi sampai meninggal belum
sempat dilunasinya, maka Allah akan menolongnya untuk membayar
utangnya. Hal ini sebagaimana tersebut dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, yaitu:
52
Lihat al-Hafiz Abi Al-Fadl Ahmad bin ‘Ali bin Hajr Syihab al-Din al-Syafi’i al-Asqalaniy,
Fath al-Bari bi Syarh Sahih Al-Bukhari, (Cet. I; Riyad} : Dar Tayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzi’,
1426 H/2005), hadis no. 4952.
53
Lihat Imam Al-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, ( Mesir : Maktabah al-
Misriyah bi al-Azhar, cet I, 1347 H/1929 M), hadis no. 3040
ِ ِ
ُيد أ ََداءَ َه ا أ ََّدى اللَّه
ُ َّاس يُِر َ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال َم ْن أ
ِ َخ َذ أ َْم َو َال الن َ ِّ َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َرض َي اللَّهُ َعْنهُ َع ْن النَّيِب
54
)(رواه البخارى و ابن ماجة و أمحد.ُيد إِتْاَل َف َها أَْتلَ َفهُ اللَّه ُ َخ َذ يُِر
َ َعْنهُ َو َم ْن أ
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw. bersabda:
“Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang), disertai maksud
akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya,
sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusak
(merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu.” (HR. Al-Bukhariy,
Ibn Majah, dan Ahmad)
Dari hadis yang terakhir ini dipahami bahwa semua orang wajib
membayar hutangnya. Jika orang tersebut telah berniat baik untuk
membayar hutangnya, tetapi ternyata ia belum sanggup melunasinya,
maka Allah akan menolongnya untuk membayar hutangnya, baik dibukakan
rezeki baginya atau Allah akan menanggungnya di akhirat.
56
Lihat Abdul Aziz bin Fathi al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Etika Islam : Begini Semestinya
Muslim Berperilaku, Penerjemah Muhammad Isnaini dkk., (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2005), h.
569-570.
Dalam kasus hadis yang dibahas lebih awal di atas apabila ornag
yang telah berniat untuk membayar itu tidak sanggup membayar
hutangnya sampai ia meninggal dunia, maka menurut petunjuk hadis di
atas, bahwa Nabi akan membayar hutang orang-orang beriman yang tidak
sanggup membayar hutangnya. Hal ini dapat dipahami bahwa, pemerintah
berkewajiban membayar hutang orang-orang yang tidak sanggup lagi
membayar hutangnya. Biaya untuk pembayaran hutang itu dapat diambil
dari hasil zakat, atau wakaf, atau harta yang terkumpul dalam bait al-mal.
115
a. Materi Hadis
Artinya:
(Hadis riwayat) dari Sa’d bin Abi Waqqas dari ayahnya ra. Berkata,
Rasulullah saw. Pernah menjengukku pada tahun Haji Wada’ karena
sakitku bertambah parah. Aku berkata, ‘Sakitku bertambah parah,
padahal aku orang yang memiliki harta, dan tidak ada yang mewarisiku
kecuali seorang anak perempuan. Apakah aku sedekahkan saja dua
pertiga hartaku?’ Rasulullah saw. Berkata, ‘Tidak.’ Lalu aku berkata,
‘Setengahnya?’ Beliau berkata, ‘Tidak.’ Kemudian beliau berkata,
‘Sepertiga saja, dan sepertiga itu sudah besar –atau banyak-. Engkau
meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik daripada
meninggalkan mereka dalam keadaan miskin meminta-minta kepada
orang-orang. Dan engkau tidak akan pernah menginfaqkan satu infaq
yang mengharapkan ridha Allah kecuali engkau diberi pahala dengan
infaq tersebut, sampai pada apa yang engkau masukkan ke dalam
mulut istrimu.’ Sa’ad berkata, ‘Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah,
bagaimana jika aku tertinggal (di Makkah) setelah rekan-rekanku
pergi?’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak
ditinggal lalu engkau mengerjakan suatu amal, yang dengannya engkau
menambah satu derajat dan satu keunggulan. Semoga engkau berumur
panjang sehingga ada beberapa kaum (orang-orang Muslim) yang
mengambil manfaat darimu, dan ada kaum-kaum lain (orang-orang
kafir) yang mendapatkan mudharat karenamu. Ya Allah lanjutkanlah
hijrah bagi para sahabatku dan janganlah Engkau buat mereka mundur
ke belakang’. Tapi Rasulullah saw. menunjukkan kedukaan kepada
Sa’ad bin Khaulah, bahwa dia meninggal di Makkah.” (H.R. Al-bukhariy,
Muslim dan selainnya)
b. Takhrij al-Hadits
117
4. Al-Turmudziy, kitab al-janaiz, bab ma ja’a fi washayat bi al-tsuluts wa
al-rubu’, hadis no. 897, kitab al-washayat ‘ala Rasulullah, bab ma ja’a fi
washiyat bi al-tsuluts, hadis no. 2042.
5. Al-Nasaiy, kitab al-washiyat, bab al-washiyat bi al-tsuluts, hadis no.
3567, 3568, 3569, 3570, 3571, 3572 , 3573, 3574, 3575.
6. Ahmad bin Hanbal, kitab musnad al-‘asyarat al-mubasyirin fi al-jannah,
bab musnad Abi Ishaq Sa’ad bin Abi Waqqas, hadis no. 1363, 1394,
1398, 1404, 1442, 1464, 1513.
7. Malik, kitab al-aqdhiyah, bab al-washiyah fi al-tsuluts la tata’addiy,
hadis no. 1258.
8. Darimiy, kitab al-washiyat, bab al-washiyat bi al-tsuluts, hadis no.
3065.
Nama lengkap Sa’ad bin Abi Waqqas, yaitu Malik bin Uhaib. Nama
lainnya, Wuhaib bin ‘Abd Manaf bin Zuhrah bin Kilab al-Zuhriy, dijuluki
Abu Ishaq. Sa’ad termasuk sahabat yang lebih awal masuk Islam dari
beberapa sahabat lain. Ia lebih dahulu hijrah sebelum Nabi hijrah ke
Madinah. Ia selalu mengikuti perang yang dilakukan Rasulullah, ia ikut
dalam Perang Badar.
Sa’ad menerima hadis dari Nabi saw, dan dari ibunya Khaulah binti
Hakim. Selanjutnya yang meneruskan riwayat hadis darinya, yaitu anak-
anaknya yang bernama Ibrahim, ‘Amir, ‘Umar, Muhammad, Mash’ab,
‘Aisyah Ummu al-Mu’minin, Ibn ‘Abbas, Ibn ‘Umar, Jabir bin Samrah, al-
Sa’ib bin Yazid, Qais bin ‘Ubadah, ‘Abdullah bin Tsa’labah bin Sha’ir, Abu
‘Utsman al-Nahdiy,’ Abu ‘Abd al-Rahman al-Salmiy, ‘Alqamah bin Qais,
Basr bin Sa’id, Ibrahim bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Auf, al-Ahnaf bin Qais,
Syuraih bin Hani’, ‘Amr bin Maimun al-Audiy, Malik bin Aus bin Hadatsan,
Mujahid bin Jabar, Dinar Abu ‘Abdullah al-Qarradz, Ghanim bin Qais, dan
lain-lain.
Sa’ad termasuk salah seorang dari enam anggota Majlis Syura. Dia
pendakwah yang popular pada masanya. Dia salah satu dari dua
penunggang kuda yang mengawal Rasulullah di setiap medan
pertempuran. Dia yang merebut Kufa, dan menjadi komendan perang
dalam perang Persia, dengan tangannya pula Qadisiah ditaklukkan. Pada
masa Khalifah ‘Umar dia diangkat menjadi Gubernur, kemudian dicopot
dari jabatannya itu, lalu diangkat lagi.
Dalam hadis ini Sa’ad bin Abi Waqqash di sebut dengan Sa’ad bin
Khaulah, yakni dinasabkan kepada ibunya yang bernama Khaulah binti
Hakim. Dia berasal dari suku Quraisy dari Bani Amir dari rumpun Abu
‘Ubaidah bin al-Jarrah. Ada yang mengatakan bahwa Sa’ad adalah
keturunan Persia dari Yaman, yang berdamai dengan Bani Amir. Dia ikut
dalam Perang Badar dan termasuk sahabat yang utama. beristrikan
dengan Sabi’ah binti al-Harits.
57
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., II, h. 612-613.
119
Adapun arti beberapa kosakata hadis ini, dapat dikemukakan, yaitu:
1. Kata ر ْ بِال َّشdalam hadis ini boleh dibaca majrur, karena mengikuti bi al-
ِ ط
tsulutsai. Lafadz ini dapat diartikan dengan beberapa makna, salah
satunya adalah separuh, dan inilah makna yang dimaksudkan di sini.
2. Lafadz ً عَالَةjama’ dari a’il, yang berarti miskin. Jika dikatakan man ‘ala
ya’ilu, artinya orang yang miskin.
3. Kalimat اس َ َّ يَتَ َكفَّفُ ونَ النartinya meminta-minta atau mengemis kepada
manusia.
Wasiat dari kata washaya jama’ dari washiya, seperti kata hadaya,
jama’ dari hadiyah. Al-Azhary mengatakan kata washaya ini diambil dari
وصيت الشيء أصيهyaitu jika aku dapat menyampaikannya. Dinamakan washiya,
karena orang yang berwasiat menyampaikan apa yang menjadi miliknya
semasa hidupnya, yang kemudian terjadi setelah dia meninggal. Bisa juga
dikatakan washsha dan ausha.
Terjemahnya:
dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka
janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
Pengertian washsha dalam ayat tersebut bermakna memerintahkan,
jadi Ibrahim dan Ya’qub memerintahkan anak-anak mereka agar agama
tauhid (Islam) sebagai pegangan dari hidup mereka hingga wafat.
Terjemahnya:
diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
Yang dimaksud dengan ma'ruf dalam ayat ini ialah adil dan baik.
Wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan
meninggal itu. Ayat ini dinasakhkan dengan ayat mawaris.
121
seseorang mencari bekal di akhirat dengan mewashiatkan sebagian
hartanya.58
Menurut hadis ini, Sa’ad bin Abi Waqqash jatuh sakit yang sangat
parah saat Haji Wada’ dan dia khawatir ajalnya telah tiba menjemput
dirinya. Seperti biasanya, Rasulullah saw. menjenguknya, mencari tahu
keadaan para sahabatnya dan menghibur mereka. Lalu Sa’ad
menyinggung beberapa hal kepada Rasulullah saw. yang menurut
keyakinannya dia akan diizinkan untuk menshadaqahkan sekian banyak
dari hartanya. Dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku sekarang sakit parah
dan aku khawatir maut tiba-tiba menjemputku. Padahal aku adalah orang
yang memiliki harta yang banyak. Sementara tidak ada ahli warisku yang
aku khawatirkan akan menjadi miskin dan lemah, kecuali aku hanya
memiliki seorang putri. Maka setelah itu, apakah aku boleh
menshadaqahkan dua pertiga dari hartaku, agar aku dapat melakukan
amal shalih?
58
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 717.
.ٌث َكبِي ٌر أَوْ َكثِير
ُ ُث َوالثُّل
ُ ُال الثُّل
َ َال اَل ثُ َّم ق ْ ت بِال َّش
َ َط ِر فَق ُ ال اَل فَقُ ْل
َ َق
(Rasulullah saw. Berkata, ‘Tidak.’ Lalu aku berkata, ‘Setengahnya?’
Beliau berkata, ‘Tidak.’ Kemudian beliau berkata, ‘Sepertiga saja, dan
sepertiga itu sudah besar –atau banyak- ).
Ada beberapa beberapa petunjuk yang dapat dipetik dari kasus dan
dialog antara Sa’ad bin Abi Waqqash dengan Rasulullah saw. tersebut,
yaitu :
123
d. Diperbolehkannya mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, jika
dilakukan dengan cara yang dibenarkan hukum dan syariat (agama
Islam).
e. Batas maksimal wasiat adalah sepertiga, lebih baik kurang dari
sepertiga, karena masih ada ahli waris yang lebih berhak atas harta
yang ditinggalkan.
125
mengharapkan ridha Allah, sehingga hal itu mengurangi pahala hijrahnya.
Lalu Rasulullah saw. mengabarkan kepadanya bahwa sekali-kali dia tidak
akan ditinggalkan di negeri yang dari sana dia hijrah karena suatu
paksaan. Jika di sana dia mengerjakan suatu amal untuk mencari pahala
Allah, maka hal itu akan menjadi tambahan derajat baginya.
َ ُاز َددْتَ بِ ِه َد َر َجةً َو ِر ْف َعةً ثُ َّم لَ َعلَّكَ أَ ْن تُخَ لَّفَ َحتَّى يَ ْنتَفِ َع بِكَ أَ ْق َوا ٌم َوي
ض َّر َ ك لَ ْن تُخَ لَّفَ فَتَ ْع َم َل َع َماًل
ْ صالِحًا إِاَّل َ َّإِن
َك آ َخرُون َ ِب
(Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak ditinggal
lalu engkau mengerjakan suatu amal, yang dengannya engkau menambah
satu derajat dan satu keunggulan. Semoga engkau berumur panjang
sehingga ada beberapa kaum (orang-orang Muslim) yang mengambil
manfaat darimu, dan ada kaum-kaum lain (orang-orang kafir) yang
mendapatkan mudharat karenamu.)
59
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 723.
penaklukkan yang mendatangkan kesialan bagi orang-orang musyrik,
karena dapat menggoyahkan singgasana mereka.
ض أِل َصْ َحابِي ِهجْ َرتَهُ ْم َواَل تَ ُر َّدهُ ْم َعلَى أَ ْعقَابِ ِه ْم
ِ اللَّهُ َّم أَ ْم
(Ya Allah lanjutkanlah hijrah bagi para sahabatku dan janganlah
Engkau buat mereka mundur ke belakang’)
Latihan
Rangkuman
1. Ketentuan kewarisan kepada ahli waris menurut hadis, yaitu perintah untuk
memberikan hak waris kepada ahli waris sesuai dengan ketentuan pembagian
yang telah ditetapkan dalam Alquran. Sisa dari pembagian harta warisan itu
diberikan kepada anak laki-laki yang lebih dekat dengan garis keturunan pada
pewaris.
2. Hutang seseorang yang telah meninggal tetap wajib dibayar. Apabila orang
yang berhutang itu memiliki harta maka ahli warisnya wajib membayarkan
hutangnya. Apabila ia tidak memiliki lagi harta maka Nabi (Negara)
berkewajiban membayar hutang orang yang gharim.
3. Jumlah maksimal harta wasiat adalah tidak lebih dari sepertiga dari seluruh
harta yang ditinggalkan pewaris. Tidak boleh berwasiat lebih dari sepertiga
harta, karena dikhawatirkan ahli waris hanya menerima lebih sedikit dari
harta yang tersisa.
4. Rumusan sederhana metode takhrij al-hadis secara lafdziy, yaitu harus
menguasai salah satu lafadz hadis yang memiliki kata dasar dalam bahasa
Arab. Menguasai asal kata dasar lafadz tersebut. Mencari hadis tersebut
dengan menggunakan lafadz dan kosa kata dasarnya ke dalam kitab Mu’jam
atau CD. Room Hadis.
5. Abu Hurairah dan Ibn ‘Abbas termasuk periwayat hadis yang tergolong al-
muktsirun fi al-hadits. Ketiganya termasuk sahabat Nabi yang adil (terpercaya)
di bidang periwayatan hadis.
Tes Formatif
129
1. Ketentuan kewarisan kepada ahli waris menurut hadis, yaitu memberikan hak
waris kepada ahli waris sesuai embagian yang telah ditetapkan dalam Alquran.
Sisa dari pembagian harta warisan itu diberikan kepada anak laki-laki sebagai
ashabah.
2. Apabila orang yang berhutang itu memiliki harta maka ahli warisnya wajib
membayarkan hutangnya. Apabila ia tidak memiliki lagi harta maka Negara
berkewajiban membayar hutang orang yang gharim.
3. Hikmah jumlah maksimal harta wasiat adalah tidak lebih dari sepertiga dari
seluruh harta yang ditinggalkan adalah agar lebih baik meninggalkan ahli
waris dalam keadaan kaya raya dari pada meninggalkannya dalam keadaan
miskin yang membuat dia meminta-minta kepada manusia.
4. Lafadz-lafadz yang dapat digunakan untuk mentakhrij al-hadis, antara lain:
untuk hadis pertama, الف رائض, ألحق واuntuk hadis kedua, فتح, فضل, دين, dan untuk
hadis yang ketiga, الشطر.
5. Abu Hurairah termasuk sahabat yang hidup sederhana, lebih mementingkan
usaha mempelajari hadis dari pada sibuk dengan urusan ekonomi dan
pertanian. Nani setelah Nabi saw. wafat barulah Abu Hurairah terlibat dalam
pemerintahan. Ibn ‘Abbas adalah seorang sahabat yang digelar ahli hikmah
dan takwil terhadap ajaran agama. Nabi saw. pernah memberikan doa khusus
kepada Ibn ‘Abbas agar menjadi ahli agama. Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk
ahli fikih dan pernah menjadi anggota syura. Seorang pejuang yang selalu
menjadi pengawal Nabi, dan pernah menjadi komandan dalam ekspansi
pasukan Islam menaklukkan wilayah baru.
BAGIAN III
HIBAH DAN WAKAF
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menulis, membaca, menghafalkan dan mengartikan
materi hadis.
2. Mahasiwa dapat membuat uraian mengenai berhibah kepada anak, serta
pendapat-pendapat ulama terkait dengan hadis.
3. Dapat memahami dan menguraikan mengenai wakaf hasil panen tanah
milik.
a. Materi Hadis
b. Takhrij al-Hadits
133
Al-Nu’man meriwayatkan hadis dari Nabi saw. juga menerima dari
pamannya ‘Abdullah bin Rawahah, ‘Umar, dan ‘Aisyah. Kemudian riwayat
dari al-Nu’man diterima oleh banyak periwayat, antara lain: anaknya
bernama Muhammad, pembantunya Habib bin Salim, al-Sya’biy,
‘Ubaidillah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah, ‘Urwah bin al-Zubair, Ishaq al-
Sabi’iy, Abu Qilabah al-Jarmiy, Abu Salam al-Aswad, Salim bin Abu Ja’ad,
Humaid bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Auf, Khaitsamah bin ‘Abd al-Rahman,
Simak bin Harb, al-‘Izar bin Huraits, al-Mufadhdhal bin al-Muhallab bin
Abi Shafrah, Azhar bin ‘Abdullah al-Haraziy, dan lain-lain.
Menurut al-Waqidiy, al-Nu’man lahir di awal bulan ke 14 dari
hijrahnya Rasulullah saw. Ia merupakan anak pertama dari golongan
Anshar yang lahir setelah Rasulullah menetap di Madinah. Menurut Yahya
bin Ma’in, ia tidak meriwayatkan hadis dari Nabi dengan memakai lafal
sami’tu (aku mendengar), kecuali hanya yang diriwayatkan oleh al-Sya’biy
dari al-Nu’man hadis tentang jasad al-mudhghah.
Menurut Abu Nu’aim dan Abu Hatim, al-Nu’man pernah menjadi
Gubernur di Kufa pada masa kekhalifahan Mu’awiyah, selama 9 bulan.
Menurut Mashar dari Sa’id bin ‘Abd al-‘Aziz, ia pernah pula menjadi qadhi
(hakim) di Damaskus menggantikan Fadhalah bin ‘Abid. Menurut al-
Haitsam bin ‘Adiy, setelah Mu’awiyah mencopotnya sebagai Gubernur
Kufa, dia diangkat menjadi pegawai di Hamsh. Menurut Abu Musyhir: :
“Ketika al-Nu’man bin Basyir dipekerjakan di Hamzh, dia kemudian
membaiat Ibn al-Zubair sebagai khalifah, yakni setelah Yazid bin
Mu’awiyah wafat, sewaktu penduduk Hamsh lari mengungsi bersama al-
Nu’man, menyusullah Khalid bin Khaliy al-Kala’iy, lalu membunuh al-
Nu’man. Menurut Khalifah bin Khayyad, peristiwa itu terjadi di awal tahun
65 H. Menurut al-Mufadhdhal al-Ghalabiy, ia terbunuh tahun 66 H.
Hibah itu sendiri dari segi bahasa berasal dari kata وهب – ي وهب – هبة
yang berarti menyerahkan. Menurut syariat berarti menyerahkan
kepemilikan terhadap sesuatu dalam kehidupan ini tanpa ada ganti rugi.
Lafadz hibah mengandung beberapa jenis, di antaranya hadiah yang tidak
terbatas, membebaskan dari hutang, shadaqah, athiyah (pemberian), hibah
hutang, dan hibah imbalan. Hibah (hadiah) yang tak terbatas ialah
pemberian yang bertujuan sebagai perwujudan kasih saying seseorang
terhadap orang yang diberi hibah (hadiah) itu. Hibah shadaqah, yang
dimaksudkan hanya untuk mengharapkan pahala akhirat. Hibah athiyah,
ialah hibah yang dilakukan ketika seseorang dalam keadaan sakit yang
dirasakan akan meninggal, yang biasanya athiyah ini berkenaan dengan
wasiat. Hibah hutang ialah yang dimaksudkan untuk membebaskan orang
yang berhutang dari hutangnya, jadi ada kewajiban mengembalikan
sekalipun mungkin tidak sampai kepada jumlah yang dihibahkan. Hibah
imbalan yang dimaksudkan ialah untuk mendapatkan imbalan, yang
135
termasuk dalam jenis jual beli dan memiliki hukum-hukumnya tersendiri.
Di antara nama-nama tersebut, maka hibah yang benar-benar pemberian
murni yang dimaksudkan adalah jenis hibah yang pertama.
Dari dua golongan ini boleh jadi muncul golongan ketiga, yaitu jika
salah seorang di antara mereka mempunyai kebutuhan di luar kebiasaan,
seperti jika salah seorang di antara mereka hendak melunasi hutang yang
harus dilunasi, atau karena harus membayar kafarat membunuh, atau
untuk dibelikan maskawin atau nafkah yang harus diberikan kepada istri
dan lain sebagainya. Kewajiban memberikan hibah dengan alasan yang
demikian perlu dipertimbangkan.
60
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 709.
1. Wajib berbuat adil kepada semua anak dan haram mengutamakan atau
mengistimewakan yang satu dari yang lain, baik anak laki-laki atau
anak perempuan.
2. Ketidakadilan di antara anak-anak termasuk kezaliman yang tidak
diperbolehkan adanya kesaksian untuk suatu ketidakadilan.
3. Kewajiban menarik kembali pemberian yang tidak adil, atau
memberikannya kembali kepada anak-anak dengan pemberian yang
sama.
4. Semua produk hukum yang bertentangan dengan syariat harus
digugurkan, tidak boleh dilaksanakan dan tidak perlu dipertimbangkan
materinya, karena hal itu telah bertentangan dengan ketentuan syariat.
a. Materi Hadis
Artinya:
141
(Hadis diriwayatkan) dari Ibn ‘Umar ra. Sesungguhnya ‘Umar bin al-
Khaththab mendapatkan sebidang tanah di Khaibar. Lalu ia datang
kepada Nabi saw. Yang meminta pendapatnya tentang tanah tersebut.
Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku mendapatkan sebidang tanah di
Khaibar, yang aku belum pernah mendapatkan harta yang paling
berharga bagiku daripada sebidang tanah tersebut. Maka apakah yang
akan engkau perintahkan?” Rasulullah saw. Bersabda, “Kalau engkau
ingin, engkau wakafkan pokoknya dan engkau sedekahkan (hasil panen
tanahnya).” Ibn ‘Umar berkata, “Maka ‘Umar menyedekahkan (hasil
panen tanahnya) sedangkan pokoknya tidak dijual, tidak dihibahkan,
dan tidak diwariskan. Ia menyedekahkan (hasil panen tanah tersebut)
kepada orang-orang miskin, kerabat dekat, membebaskan hamba
sahanya, (biaya perang) di jalan Allah, untuk orang yang sedang dalam
perjalanan dan tamu. Tidak berdosa bagi orang yang mengurusnya
untuk makan dari hasilnya dengan cara yang baik dan member makan
(keluarganya) tanpa menjadi kaya karenanya.” Periwayat hadis ini
berkata, “Aku lalu menceritakan hadis ini kepada Ibn Sirrin. Maka ia
berkata, “Yaitu tidak mengumpul-ngumpulknnya menjadi hartanya’.”
(H.R. Al-Bukhari Muslim, dan selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
Selain Ibn ‘Umar meriwayatkan hadis langsung dari Nabi saw., dia
juga menerima hadis dari para sahabat lainnya, terutama dari para
Khulafa’ al-Rasyidin, Hafshah (saudaranya), Abu Hurairah, dan dari
‘Aisyah. Sedangkan para periwayat yang menerima dan meriwayatkan
hadis dari Ibn ‘Umar antara lain, selain dari tabi’in seperti anaknya, dan
pelayannya, Nafi’ bin al-Faqih, Sa’id bin al-Musayyab, Abu Salamah, Salim,
Mus’ab bin Sa’ad, dan lain-lain. Ada juga dari kalangan sahabat, seperti
Ibn ‘Abbas, dan Jabir.61
61
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Juz II, h. 343, Jamal al-Din
Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizziy, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, Juz X, (Bairut : Dar al-Fikr, 1994
M), h. 356-361.
3) Al-Zuhriy : Tidak ada satupun orang yang menyamai kecerdasan
‘Abdullah bin ‘Umar.
4) Malik dan al-Zuhriy : Ibn ‘Umar adalah orang yang tidak pernah lalai dari
perintah Rasul dan sahabatnya.62
Pada masa hidupnya, orang Islam yang bernama ‘Abdullah berjumlah
lebih dari seratus orang. Sebagian dari mereka dikenal sebagai orang
yang banyak meriwayatkan hadis dan berpengetahuan mendalam di
bidang agama slam. Untuk itu, ulama lalu membuat julukan Abadillah
untuk ‘para ‘Abdullah tertentu. Mereka itu adalah:
‘Abdullah bin Mas’ud dalam hal ini tidak termasuk dalam kelompok
Abadillah tersebut. ‘Abdullah bin ‘Umar wafat di Makkah pada tahun 73
H. dalam usia sekitar delapan puluh tahun.
63
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 697.
ط ِ ُض ا بِخَ ْيبَ َر لَ ْم أ
ُّ َص بْ َم ااًل ق ً ْْت أَر َ َُول هَّللا ِ إِنِّي أ
ُ صب َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْستَأْ ِم ُرهُ فِيهَا فَق
َ ال يَا َرس َّ ِفَأَتَى النَّب
َ ي
س ِع ْن ِدي ِم ْنهُ فَ َما تَأْ ُم ُر بِ ِه َ َأَ ْنف
Terjemahnya:
kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan
apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya.
Ayat ini bermakna bahwa salah satu kebajikan yang paling utama
adalah mewakafkan harta yang paling baik dan paling berharga. ‘Umar
merasa memiliki peluang merealisasikan maksud ayat tersebut karena dia
mempunyai se bidang tanah yang sangat berharga di Khaibar.
147
ُ ُور
ث ُ ق بِهَا ُع َم ُر أَنَّهُ اَل يُبَا
َ ع َواَل يُوهَبُ َواَل ي َ ص َّد َ َال إِ ْن ِش ْئتَ َحبَسْتَ أَصْ لَهَا َوت
َ َص َّد ْقتَ بِهَا قَا َل فَت َ َق
ُط ِع َم َغ ْي َر ُمتَ َم ِّو ٍل أو َغي َْر ُمتَأَثِّ ٍل َمااًل ِ َاح َعلَى َم ْن َولِيَهَا أَ ْن يَأْ ُك َل ِم ْنهَا بِ ْال َم ْعر
ْ ُوف َوي َ اَل ُجن
(Tidak berdosa bagi orang yang mengurusnya untuk makan dari hasilnya
dengan cara yang baik dan member makan (keluarganya) tanpa menjadi
kaya karenanya.” Periwayat hadis ini berkata, “Aku lalu menceritakan
hadis ini kepada Ibn Sirrin. Maka ia berkata, “Yaitu tidak mengumpul-
ngumpulknnya menjadi hartanya’).
149
Wakaf berasal dari bahasa Arab yaitu al-waqf, dari kata kerja waqafa,
yang berarti menahan, mencegah, menghentikan dan berdiam di tempat.
Kata al-waqf juga semakna dengan al-habs bentuk mashdar dari kata kerja
habasa yang berarti tertahan atau terpenjara. Kermudian istilah waqf pada
awalnya menggunakan kata al-habs. Hal tersebut diperkuat dengan adanya
riwayat hadis yang menggunakan istilah al-habs untuk waqf, tapi kemudian
yang berkembang adalah istilah waqf disbanding dengan istilah al-habs.
151
Maka ‘Umar menulis surat kepada Sa’ad yang isinya:
“Pindahkanlah masjid yang berada ditamarin dan bangunlah Baitul-Mal
diarah kiblat masjid,karena di dalam masjid masih ada tempat untuk
shalat.
Tindakan ‘Umar bin al-Khaththab ini disaksikan para sahabat dan
tak seorang pun yang mengingkarinya. Jadi hal semacam ijma’.
Hal ini serupa dengan hewan kurban yang lemah sebelum tiba di
tempat penyembelihan,sehingga bisa langsung disembelih pada saat itu
tanpa menunggu hingga tiba di tempat penyembelihannya, agar tidak
kehilangan manfatnya secara keseluruhan.
153
Berdasarkan keterangan dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka dapatlah ditarik beberapa kandungan pokok hadis ini, yaitu :
Latihan
Rangkuman
1. Wajib berbuat adil dalam berhibah kepada anak, tidak boleh ada yang
diistimewakan, karena hal itu merupakan suatu kezaliman dan dapat
menimbulkan kecemburuan satu sama lain.
2. Wakaf ialah suatu barang yang tetap ada setelah dimanfaatkan. Adapun untuk
sesuatu yang sirna setelah diambil manfaatnya merupakan shadaqah.
3. Abu Hanifah mengatakan boleh menjual menarik harta wakaf, namun Imam al-
Syafi’iy ulama menganggap pendapat itu bertentangan dengan hadis tentang
larangan menjual harta wakaf, karena itu tidak boleh menjual wakaf dengan
alasan apapun. Imam Ahmad mengemukakan tidak boleh menjual wakaf dan
menggantinya kecuali jika tidak mendatangkan manfaat secara keseluruhan,
tidak dapat dikembangkan dan diambil kemaslahatannya. Dalam keadaan
seperti ini, boleh menjualnya dan menukarnya dengan yang lain..
Tes Formatif
155
ِ س و َل هَّللاُ ُش ِه َد َر
ْ ضى َحتَّى ت َ احةَ اَل أَ ْر َ ض َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما َو ُه َو َعلَى ا ْل ِم ْنبَ ِر يَقُو ُل أَ ْعطَانِي أَبِي َع ِطيَّةً فَقَالَتْ َع ْم َرةُ بِ ْنتُ َر َو ِ شي ٍر َر ِ َعن النُّ ْع َمانَ بْنَ ب
ِ س و َل هَّللا ُ َ َ َ ً َ
ْ احة َع ِطيَّة فأ َم َر ْتنِي أنْ أ
ُ ش ِه َد َك يَا َر َ ت َر َو َ َ َ
ِ سلَّ َم فقَا َل إِنِّي أ ْعطيْتُ ا ْبنِي ِمنْ َع ْم َرةَ بِ ْنَ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ ِ سو َل هَّللا َ
ُ سلَّ َم فَأتَى َر
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ
َ َ َ َ ُ اَل َ ُ هَّللا ُ َّ َ َ اَل
)سائِ َر َول ِد َك ِمث َل َهذا قا َل قا َل فاتقوا َ َوا ْع ِدلوا بَيْنَ أ ْو ِدك ْم قا َل ف َر َج َع ف َر َّد َع ِطيَّتهُ (رواه البخاري و مسلم َ َ ْ َ َ
َ َقَا َل أ ْعطيْتَ
BAGIAN IV
HAKIM DAN PERADILAN
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
a. Materi Hadis
ِ َض اةُ ثَاَل ثَةٌ وا ِح ٌد يِف اجْل ن َِّة وا ْثن ِ
ان يِف النَّا ِر َ َ َ َ ِّ َع ْن ابْ ِن بَُريْ َد َة َع ْن أَبِي ِه َع ْن النَّيِب
َ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال الْ ُق
ف احْلَ َّق فَ َج َار يِف احْلُ ْك ِم َف ُه َو يِف النَّا ِر َو َر ُج ٌل َ ضى ب ِِه َو َر ُج ٌل َع َر َ فَأ ََّما الَّ ِذي يِف اجْلَن َِّة َفَر ُج ٌل َعَر
َ ف احْلَ َّق َف َق
)َّاس َعلَى َج ْه ٍل َف ُه َو يِف النَّا ِر (رواه أبو داود و الرتدذي و ابن ماجة ِ ضى لِلن َ َق
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Ibn Buraidah dari ayahnya dari Nabi saw.
Bersabda: “Hakim itu terbagi tiga macam, satu yang masuk surge, dan
dua yang masuk neraka. Adapun yang masuk surge adalah seorang
(hakim) yang mengetahui kebenaran kemudian memutuskan perkara
berdasarkan kebenaran itu, dan seorang (hakim) mengetahui
kebenaran tetapi putusannya menyalahi hukum maka ia masuk neraka,
159
dan seseorang (hakim) yang mengadili manusia karena kebodohannya
maka ia masuk neraka. (H.R. Abu Dawud, al-Turmudziy dan Ibn Majah).
b. Takhrij al-Hadits
1. Abu Dawud, kitab al-aqdhiyah, bab fi al-qadhi yakhth’ , hadis no. 3102.
2. Al-Turmudziy, kitab al-ahkam, bab ma ja’a ‘an Rasulullah fi al-qadha,
hadis no. 1244.
3. Ibn Majah, kitab al-ahkam, bab al-hakim yajtahid fa yushib al-haq, hadis
no. 2306.
(BURAIDAH)
64
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., I, h. 406.
161
Terjemahnya:
Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku
diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak
beriman, Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di
antara kita; dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.
66
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 940.
menyimpang atau menyembunyikan kebenaran itu lalu memutuskan perkara
tidak sesuai dengan kebenaran yang diketahuinya, maka ia masuk neraka.
اس َعلَى َج ْه ٍل فَهُ َو فِي النَّار
ِ َّضى لِلن
َ َ َو َر ُج ٌل ق,
(dan seseorang (hakim) yang mengadili manusia karena kebodohannya maka
ia masuk neraka)
Tipe hakim yang terkakhir adalah hakim yang bodoh, yang tidak
mengetahui pengetahuan terhadap perkara yang sedang dihadapinya, tetapi
ia tetap berani menetapkan keputusan, maka jenis hakim yang begini juga
akan masuk neraka. Walaupun putusan yang diambil itu ternyata benar, ia
tetap diancam dengan neraka, karena ketidaktahuannya dalam mengambil
putusan.
Dengan demikian, hakim yang akan bebas dari neraka adalah hakim yang
memiliki kapasitas intelektual dan integritas pribadi yang baik. Dengan
kapasitas intelektual yang dimilikinya, hakim itu dapat mengetahui
kebenaran yang terkait dengan kasus yang dihadapinya. Sedangkan
integritas kepribadian, bahwa ia berani dan mampu memutuskan perkara
atas dasar pengetahuan yang dimilikinya, serta tidak terpengaruh oleh
emosi atau dendam pribadi pada seseorang.
Sehubungan dengan itu, Alquran memerintahkan manusia memutuskan
perkara berdasarkan pengetahuan tentang kebenaran, dan tidak boleh
menjatuhkan hukuman kepada orang yang tidak bersalah seperti yang
difirmankan Allah dalam QS. Al-Nisa’: 105
Terjemahnya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat.
165
Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan
pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia menyembunyikan barang curian
itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui perbuatannya itu
malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. Hal ini
diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi saw. dan mereka
meminta agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi,
Kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah,
Nabi sendiri hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan
kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.
Ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw.
agar menetapkan hukum di antara manusia, tanpa melihat perbedaan suku,
bangsa dan agama, atas dasar kebenaran yang telah diajarkan Allah kepada
beliau. Ayat tersebut menurut Ibn Katsir sebagai dasar bagi Muhammad
saw. untuk menetapkan hukum berdasarkan ijtihad, 67sedangkan menurut al-
Maraghi yang dimaksud adalah penggunaan wahyu dan nalar memutuskan
perkara.68
Dengan demikian, jabatan hakim pada dasarnya merupakan jabatan
yang mulia karena hakim adalah seorang yang diberi amanah untuk
menegakkan hukum dan keadilan di antara orang-orang yang bersengketa,
yang melanggar aturan masyarakat, dan yang melawan aturan agama dan
Negara. Sebagai imbalan atas keberhasilan hakim menegakkan kebenaran
dan keadilan sudah sepantasnya Allah menjanjikan surga.
Di sini lain, tugas mengadili dan menjatuhkan hukuman adalah tugas
yang berat dan penuh resiko. Setiap pihak yang berperkara menghendaki
agar perkaranya dimenangkan atau dibebaskan dari segala tuntutan dan
beban yang memberatkannya. Untuk mencapai tujuan, kadang pihak yang
berperkara mendatangkan saksi palsu, atau mengemukakan bukti yang
tidak sesungguhnya, dan segala macam cara untuk mempengaruhi hakim
67
Lihat Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Juz I, (Singapura : I-Hararn.in, [t.th.]), h. 550.
68
Lihat Ahmad Mushththafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz IV, (Beirut : Dar al-Fikr,
1974), h. 148.
mengambil keputusan. Hal seperti ini menjadikan jabatan hakim
mengandung resiko yang berat, baik ancaman hukum di dunia, ataupun
ancaman masuk neraka.
a. Materi Hadis
167
ِ ُ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُق ِ َ اص أَنَّه مَسِ ع رس
اب
َ َص ْ َول إِذَا َح َك َم احْلَاك ُم ف
َ اجَت َه َد مُثَّ أ َ ول اللَّه ُ َ َ ُ ِ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن الْ َع
ِ َفلَه أ
)(رواه البخاري و مسلم وغريمها69َجٌر ْ َخطَأَ َفلَهُ أ ْ َجَران َوإِ َذا َح َك َم َو
ْ اجَت َه َد مُثَّ أ ْ ُ
Artinya :
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Amr bin al-‘Ash sesungguhnya beliau
mendengar Rasul Allah saw. bersabda : “Apabila seorang hakim
memutuskan perkara lalu ia berijtihad kemudian benar, baginya dua
pahala, dan apabila ia memutuskan perkara dan berijtihad kemudian
salah baginya satu pahala. (H.R. al-Bukhariy, Muslim dan selainnya)
b. Takhrij al-Hadits
69
Al-Hafidz Ibn Hajr al-Asqalany, Bulugh al-Maram, naskah diteliti dan diberi notasi oleh
Muhammad Hamid al-Faqy, (Semarang : PT. Toha Putra,[ tth.]), h. 288.
70
Lihat : : A.J. Wensink. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawy, Jilid I,
(Leiden : A. J. Brill, 1962), h. 30, 390.
71
Lihat : CD Hadis al-Mawsu’ah al-Hadis al-Syarif.
Nama lengkapnya adalah Amr bin al-Ash bin Wa’il bin Hasyim (w.34
H).Amr bin al-Ash pada mulanya adalah salah seorang kaum Quraisy yang
sangat menentang Islam, tetapi setelah perang Badar dia masuk Islam
bersama Khalid bin Walid. Amr termasuk sahabat Nabi yang pemberani
dan cerdas. Allah telah membuka pintu hati Amr bin al-Ash untuk
memeluk Islam. Semangat jihad dan dakwah Islam semakin menggelora
setelah Amr bin al-Ash bergabung dengan pasukan Islam. Dialah yang
membebaskan Mesir dari kekuasaan Ramawi. Jasa Amr bin al-Ash dalam
pembebasan Mesir sangat besar, sehingga ada yang mengatakan bahwa
saat itu kalau Amr belum masuk Islam Mesir belum mengenal Islam. Mesir
ketika itu masih dalam pengaruh dua kekuatan besar yaitu Ramawi dan
Persia.72 Amr bin al-Ash pada masa Nabi termasuk salah seorang sahabat
yang dipercayakan Nabi untuk menjadi hakim (qadhy).73
Di samping menerima hadis langsung dari Nabi SAW. Beliau juga
meriwayatkan hadis dari Husail bin Bashrah bin Waqqas, dan Umar bin al-
Khaththab. Selanjutnya banyak periwayat yang menerima riwayat hadis
dari Amr bin al-Ash di antaranya : Abu al-Munib, Abu Dzabyah, Abu Abd
Allah, Ja’far bin Abd al-Muthallib, Hayyi bin Haniy’, Dzikwan, Syarhabil,
Abd al-Rahman bin Tsabit Maula Amr bin al-Ash (Abu Qais), Abd al-Rahman
bin Jubair, Abd Allah bin Abi al-Hudzail, dan lain-lain. Sedangkan dari segi
kapasitas pribadinya beliau adalah salah seorang sahabat yang adil dan
terpercaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Amr bin al-Ash
merupakan sahabat Nabi yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap
72
Lihat :Khalid Muhammad Khalid, Rijal Hawla al-Rasul, (Bairut : Dar al-Fikr, [tth.]), h. 613.
73
Pada masa Nabi terdapat beberapa hakim (qadhi) yang diangkat oleh Rasul dan mereka
pernah berijtihad yaitu : Ithab bin Asid qadhi Rasulullah di Makkah, Abu Musa al-Asy’ary
bersama Mu’adz bin Jabal qadhi Rasul di Yaman. Al-Sayyid al-Imam Muhammad bin Ismail al-
Kahlany al-Shan’any, Subul al-Salam, Syarh Bulugh al-Maram, Juz IV, ( Semarang : Toha Putra,
[tth] ), h. 118
169
Islam sehingga sering Nabi menyuruhnya menyelesaikan perkara-perkara
hukum.
74
Lihat : Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayis al-Lughah, Juz I,
(Bairut : Dar al-Fikr, 1399 H/1979 M.), h. 486.
75
Lihat dalam : KH. Ibrahim Hosen, Taqlid dan Ijtihad Beberapa Pengertian Dasar, dalam
Budhy Munawar Rachman (Editor), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Cet. I;
Jakarta : Yayasan Paramadina, 1994), h. 319.
76
Lihat Abu Al-Fadhl Abady, Awn al-Ma’bud, kitab al-aqdhiyah, bab fi al-qadhi yakhtha’,
hadis no. 3103
77
Lihat : ibid.
Dalam kaitan dengan pengertian menurut istilah, ijtihad menurut
mayoritas ulama ushul fiqh adalah pengerahan segenap kesanggupan dari
seorang ahli fiqh atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat
dhann terhadap sesuatu hukum syara’ (hukum Islam).
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa (1) Pelaku ijtihad adalah
seorang ahli hukum bukan yang lain, (2) Yang ingin dicapai oleh ijtihad
adalah hukum syar’iy yaitu hukum Islam yang berhubungan dengan tingkah
laku atau perbuatan orang-orang mukallaf, bukan hukum I’tiqadi atau
hukum khuluqi, (3) Status hukum syar’iy yang dihasilkan oleh ijtihad adalah
dhanni.78
Jadi apabila dipahami lebih jauh definisi ijtihad di atas maka dapat
dinyatakan bahwa ijtihad hanyalah monopoli dunia hukum. Dalam hal ini
Jalal al-Din al-Mahalli dalam Jama’u al-Jawami’ berkomentar bahwa yang
ijtihad bila dimutlakkan maka ijtihad itu hanya diperuntukkan pada bidang
hukum fiqih/ hukum furu’.79
Atas dasar itu ada kekeliruan pendapat sementara orang yang mengatakan
bahwa ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. Pendapat ini dipelopori oleh al-
Jahidh, salah seorang tokoh mu’tazilah. Dia mengatakan bahwa ijtihad juga
berlaku di bidang aqidah. Pendapat ini bukan saja menunjukkan
inkonsistensi terhadap disiplin ushul fiqh, tetapi juga akan berimplikasi
pembenaran terhadap berbagai aqidah yang dhalal (sesat). Lantaran itulah
jumhur ulama telah bersepakat bahwa ijtihad hanya berlaku di bidang
hukum Islam dengan ketentuan-ketentuan tertentu.80
Dari uraian di atas menunjukkan ijtihad dipergunakan untuk sesuatu
yang berat atau tidak ringan dibidang hukum. Untuk melakukannya
diperlukan beberapa persyaratan. Di antara sekian persyaratan yang
78
Lihat ibid., h. 320.
79
Lihat dalam KH. Ibrahim Hosen, Taqlid dan Ijtihad, Beberapa Pengertian Dasar, Editor
Budhy Munawar Rachman, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Cet. I, Jakarta :
Yayasan Paramadina, 1994) h. 320.
80
Lihat ibid., h. 321.
171
terpenting adalah : (1) Memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang ayat-
ayat Alquran yang berhubungan dengan hukum, bahwa ia mampu
membahas ayat-ayat tersebut untuk menggali hukum, (2) Mengetahui hadis-
hadis Rasul yang berhubungan dengan hukum, bahwa ia sanggup
membahas hadis-hadis tersebut untuk menggali hukum, (3) Menguasai
masalah yang berhubungan dengan ijma’ agar ia tidak berijtihad dengan
hasil yang bertentangan dengan ijma’. (4) Mengetahui qiyas secara
mendalam dan dapat dipergunakan untuk menggali hukum. (5) Menguasai
bahasa Arab secara mendalam. (6) Mengetahui secara mandalam tentang
nasikh-mansukh. (7) Mengetahui asbab al-nuzul ayat dan asbab al-wurud al-
hadits, agar via mampu melakukanb istinbath hukum secara tepat. (8)
Mengetahui sejarah para periwayat hadis, supaya ia dapat menilai kualitas
suatu hadis, apakah diterima atau ditolak. (9) Mengetahui ilmu
logika/manti1. (10) Mengetahui kaidah-kaidah istinbath hukum/ushul fiqh,
agar ia mampu mengolah dan menganalisa dalil-dalil hukum untuk
menghasilkan hukum suatu masalahyang. 81 Oleh karenanya tidak mungkin
pekerjaan ijtihad itu dilakukan sembarang orang.
Dalam Islam ijtihad dilegalisasi bahkan sangat dianjurkan. Banyak ayat
Alquran dan Hadis Nabi yang menyinggung persolan ini. Bahkan Islam
bukan saja memberi legalisasi terhadap ijtihad, akan tetapi juga mentolerir
adanya perbedaan pendapat sebagai hadis ijtihad. Salah satu hadis yang
dimaksudkan adalah hadis yang sedang dibahas ini :
ان َوإِ َذا َح َك َم فَاجْ تَهَ َد فَأ َ ْخطَأ َ فَلَهُ أَجْ ر ا اذ
ِ اب فَلَهُ أَجْ َر
َ صَ َ َح َك َم ْال َحا ِك ُم فَاجْ تَهَ َد فَأ
(Apabila seorang hakim memutuskan perkara lalu ia berijtihad kemudian
benar, baginya dua pahala, dan apabila ia memutuskan perkara dan
berijtihad kemudian salah baginya satu pahala.)
Hadis ini bukan saja memberi legalitas ijtihad, tetapi juga metolerir
perbedaan pendapat sekalipun itu pendapat yang keliru. Prinsip ini
diperpegangi oleh para imam mujtahid, bahwa sebuah pendapat benar ada
81
Lihat : ibid., h. 324
kemungkinan salah dan pendapat yang salah ada kemunginan benar. Dari
redaksi hadis di atas menurut Al-Qurtuby hadis ini mendahulukan hukum
dari ijtihad tetapi pelaksanaannya adalah ijtihad lebih didahulukan
kemudian hukum, jadi tidak boleh penetapan hukum dahulu sebelum
berijtihad.82 Jadi kalimat اذا حكم bermakna apabila seseorang hendak
menetapkan hukum maka ia perlu berijtihad. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan ulama ushul :
يجب على المجتهد أن يجدد النظر عند النازلة وقوع
(wajib bagi muijtahid memperbaharui pandangannya karena munculnya
peristiwa lain)83.
87
Lihat : Al-Sayyid al-Syarif Ibrahim bin Muhammad bin Kamal al-Din, Ibn Hamzah al-
Hanafy al-Dimasyqy, Al-Bayan wa al-Ta’rif fiy Asbab Wurud al-Hadits al-Syariyf, Juz I, (Kairo : Dar
al-Turast li Thaba’ah wa al-Nasyr, [tth.] ), h. 149.
Jadi, apabila seorang hakim berijtihad dan hasil ijtihadnya itu sesuai
dengan kebenaran maka dia akan mendapat imbalan di sisi Allah dua pahala
yaitu pahala ijtihad dan pahala karena benar yang ia putuskan. Dan apabila
seorang hakim hendak berijtihad dan ia merasa telah benar namun ternyata
salah maka pahalanya satu saja yaitu pahala ijtihadnya, karena ibadah
mencari kebenaran. Ijtihad dilakukan bagi perkara yang tidak terdapat
ketentuannya dalam Alquran dan Sunnah atau pemahaman dalil dari nash
dalam Alquran atau Sunnah.88
Mengingat pentingnya berijtihad maka menurut Abu al-Fadhl Abady dalam
syarah Awn al-Ma’bud, tidak boleh seorang mujtahid bertaqlid terhadap
hasil putusan hakim lain, dan tidak boleh seorang Imam mempengaruhinya.
Oleh karena itu menurutnya, untuk menjadi seorang mujtahid paling tidak ia
menguasai lima disiplin ilmu, yaitu:
(1) Ilmu Kitab Allah (Ulum al-Qur’an),
(2) Ilmu Sunnah Rasul Allah (Ulum al-Hadis) dan pendapat ulama salaf yang
mereka sepakati dan diperselisihkan,
(3) Ilmu Bahasa,
(4) Ilmu Qiyas, yaitu metode istinbat hukum dari Alquran al-Sunnah apabila
tidak diperoleh kejelasan nash dari Alquran-Sunnah atau ijma’,
(5) Wajib juga mengetahui ilmu lain yang berhubungan dengan Alquran
yakni Ilmu nasikh-mansukh, mujmal-mufassar, khash-‘am, muhkam-
mutsyabih, makruh-haram, mubah-nadab, juga yang berhubungan dengan
Sunnah, yakni shahih-dha’if, musnad-mursal, mengetahui sunnah yang
menjelaskan Alquran atau sebaliknya, mengetahui sunnah yang
bernuansa hukum syari’ah, mengetahui uslub bahasa yang dipakai oleh
Lihat Ibid.
88
175
Alquran dan Sunnah,mengetahui aqwal al-shahabah, tabi’in mengenai
hukum, mengetahui fatwa-fatwa fuqaha sehingga putusannya tidak
bertentangan dengan pandangan mereka, mengetahui ijma’. Jika ia
menguasai setiap aspek ini maka ia seorang mujtahid jika ia tidak
menguasai cukup baginya taqlid.89
Dengan begitu , syarat ini menjadi tolok ukur berpahala atau
tidaknya suatu ijtihad.
Memang kedengarannya ijtihad sebagai sesuatu yang amat eksklusif
karena hanya boleh dilakukan oleh orang-orang tertentu yang benar-benar
memenuhi syarat. Syarat-syarat itu sekarang boleh jadi dipandang kuno,
namun menurut Nurcholish Madjid syarat itu dibuat untuk menjamin adanya
kewenangan (kompotensi) dan tanggungjawab (accountability),90sebuah
produk hukum.Oleh karena itu ijtihad dapat dilakukan oleh siapa saja
asalkan memiliki persyaratan seperti yang dikemukakan di atas.
Akhirnya sebagaimana tercermin dalam hadis ini mengenai motivasi
berijtihad merupakan hal yang amat penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan masyarakat. Sebab perkembangan dan pertumbuhan
menunjukkan adanya vitalitas, sedangkan kemandekan berarti berhentinya
spirit ijtihad. Dengan begitu, dinamika ijtihad selalu mengiringi dinamika
dan perkembangan hukum, seiring dengan perkembangan zaman. Dalam
dinamika tersebut tidak perlu takut salah, karena salah pun masih dihargai
sebagai suatu pengabdian kepada Allah.
Lihat CD Hadis, Abu Al-Fadhl Abady, ‘Awn al-Ma’bud, hadis no. 3103
89
90
Lihat Nurcholish Madjid, Taqlid dan Ijtihad: Masalah Kontnuitas dan Kreativitas Dalam
Memahami Pesan Agama, dalam dalam Budhy Munawar Rachman (Editor), Kontekstualisasi
Doktrin Islam dalam Sejarah, Cet. I; Jakarta : Yayasan Paramadina, 1994). h. 346.
1. Hadis tentang ijtihad hakim diriwayatkan oleh Amr bin al-Ash yang juga
terkait langsung dengan sebab wurud hadis ini. Amr bin al-Ash
merupakan salah satu sahabat Nabi yang sering ditunjuk Nabi untuk
menyelesaikan beberapa kasus hukum.
2. Nilai sebuah ijtihad yang dapat mendatangkan kebaikan atau pahala
apabila dilakukan oleh seorang hakim atau mujtahid yang benar-benar
kompoten dan bertanggungjawab terhadap hasil ijtihadnya. Bila
dilakukan oleh orang yang tidak memenuhi syarat maka hasilnya tidak
akan bernilai pahala menurut hadis ini.
3. Hadis ini memberi motivasi kepada para praktisi hukum untuk sedapat
mungkin melakukan ijtihad seiring dengan dinamika dan perkembangan
hukum dalam masyarakat.
a. Materi Hadis
b. Takhrij al-Hadits
1. Abu Dawud, kitab al-aqdhiyah, bab kaifa al-qadha’, hadis no. 3111.
2. Al-Turmudziy, kitab al-ahkam, bab ma ja’a fi al-qadhiy la yaqdhiy baina
al-khashimain hatta yasma’ al-kalam al-akhar, hadis no. 1252.
3. Ahmad bin Hanbal, kitab musnad al-‘asyarah al-mubasysyirin bi al-
jannah, bab wa min musnad ‘Ali bin Abi Thalib, hadis no. 1148, 1218.
‘Ali bin Abi Thalib bin ‘Abd al-Muthalib bin Hisyam bin ‘Abd al-Manaf
al-Hasyimi adalah saudara sepupu dan menantu Nabi Muhammad saw.
Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim, sempat masuk Islam, dan
meninggal pada waktu Rasulullah saw. masih hidup. Pada masa mudanya,
‘Ali dikenal sebagai pemuda yang gagah berani. Dia aktif membela panji
Islam dalam seluruh peperangan pada zaman Nabi, kecuali dalam perang
Tabuk. Saat perang Tabuk, ‘Ali diberi tugas oleh Nabi untuk berada di kota
Madinah.
‘Ali bin Abi Thalib adalah remaja pertama yang memeluk Islam. Pada
waktu akan memeluk Islam, ‘Ali sempat berfikir untuk meminta
pertimbangan kepada ayahnya. Namun akhirnya, dia sadar bahwa memilih
kebenaran tidak sepatutnya terlebih dahulu meminta pertimbangan kepada
orang lain, bahkan kepada orang tua sekalipun. Dia langsung menghadap
sendiri kepada Nabi, yang waktu itu belum lama beliau dibangkit sebagai
Rasulullah, untuk menyatakan diri sebagai muslim.
Ketika Nabi berangkat hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar, ‘Ali
diberi amanat untuk tidur di kamar Nabi, agar dengan demikian orang-
orang musyrik tetap beranggapan bahwa Nabi masih tetap berada di
rumah. Tugas kamuflase mengecoh orang-orang musyrik itu berhasil
dengan sukses.
Keutamaan yang menonjol pada diri ‘Ali bin Abi Thalib cukup banyak.
Selain beliau dikenal sebagai tokoh sahabat yang jujur, tawadhu’ dan gagah
berani di medan pertempuran, dia juga dikenal sebagai ulama yang ahli di
bidang fikih, dan sastera Arab, yang pidatonya sangat memikat hadirin. ‘Ali
salah seorang penulis wahyu Alquran.
‘Ali menerima riwayat hadis langsung dari Nabi saw., selain itu ia
juga mengambil riwayat hadis dari Abu Bakr, ‘Umar, Miqdad bin al-Aswad
dan istrinya Fathimah binti Rasulullah saw. Selanjutnya, riwayat hadis
darinya diterima oleh banyak periwayat, antara lain: dari kalangan
keluarganya, yakni anak-anaknya al-Hasan, al-Husain, Muhammad al-Akbar
yang terkenal dengan nama Ibn al-Hanafiyah, ‘Umar, Fathimah, cucunya
bernama Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali, ‘Ali bin al-Hasan bin ‘Ali secara
mursal, Ummu Musa, keponakannya bernama ‘Abdullah bin Ja’far bin Abi
Thalib, dan Ja’dah bin Habirah al-Makhzumiy, serta sekertarisnya ‘Abdullah
bin Abi Rafi’.
Di kalangan sahabat yang menerima riwayat ‘Ali, antara lain :
‘Abdullah bin Mas’ud, al-Barra’ bin ‘Azib, Abu Hurairah, Abu a’id al-
Khudriy, Basyr bin Sahim al-Ghifariy, Zaid bin Arqam, Safinah maula
Rasulullah saw., Shuhaib al-Rumiy, Ibn ‘Abbas, Ibn ‘Umar, Ibn al-Zubair,
‘Amr bin Huraits, al-Nazal bin Sabrah al-Hilaliy, Jabir bin Samrah, Jabir bin
‘Abdullah, Abu Juhaifah, Abu Umamah, Abu Lailiy al-Anshariy, Abu Musa,
Mas’ud bin al-Hakm al-Zuraqiy, Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah, dan lain-
lain.
179
Dari kalangan tabiin yang menerima riwayat dari ‘Ali, antara lain:
Zar bin Habisy, Zaid bin Wahab, bu Aswad al-Dailiy, al-Harits bin Suwaid al-
Taimiy, al-Harits bin ‘Abdullah al-A’war, Harmalah maula Usamah bin Zaid,
Abu Sasan Hadhin bin al-Mundzir al-Raqasyiy, Hujaibah bin ‘Abdullah al-
Kindiy, Rabi’iy bin Harrasy, Syuraih bin Haniy’, Syuraih bin al-Nu’man al-
Sha’idiy, Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, Syabib bin Rabi’iy, Suwaid bin
Ghaflah, ‘Ashim bin Dhamrah al-Sululiy, ‘Amir bin Syarahil al-Sya’biy,
‘Abdullah bin Salamah al-Muradiy, ‘Abdullah bin Syidad bin al-Had,
‘Abdullah bin Syaqiq, ‘Abdullah bin Mu’aqqil bin Maqran, ‘Abd Khair bin
Yazid al-Hamdaniy, ‘Abd al-Rahman bin Abi Lailiy, ‘Ubaidah al-Salmaniy,
‘Alaqamah bin Qais al-Nukha’iy, ‘Umair bin Sa’id al-Nukha’iy, Qais bin ‘Ibad
al-Bashriy, Malik bin Aus bin al-Hadtsan, Marwan bin al-Hakm, Mathraf bin
‘Abdullah bin Syakhir, Nafi’ bin Jubair bin Math’am, Haniy’ bin Haniy’,
Yazid bin Syarik, Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy’ariy, Abu Hayyah al-
Wada’iy, Abu Khalil al-Hadhramiy, Abu Shalih al-Hadhramiy, Abu Shalih al-
Hanafiy, Abu ‘Abd al-Rahman al-Salmiy, Abu ‘Ubaid maula Ibn Azhar, Abu
al-Hayyaj al-Asadiy, dan lain-lain.
‘Ali bin Abi Thalib telah meriwayatkan 586 buah hadis yang
diriwayatkan menurut kesepakatan (muttafaq ‘alaih) al-Bukhariy dan
Muslim sebanyak 20 buah hadis; yang diriwayatkan oleh al-Bukhariy
sendiri ada 9 buah, sedang yang diriwayatkan oleh Muslim sendiri
sebanyak 15 buah.
91
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., IV, h. 610-613, M. Syuhudi Ismail, Diktat
Hadis Ahkam, op.cit., h. 26-28.
181
Penjelasan hadis tersebut di atas dapat dilihat dari penjelasan penggalan
hadis sebagai berikut:
Hadis ini diceritakan oleh ‘Ali bin Abi Thalib bahwa setelah perang
Thaif, Rasulullah saw. mengutus ‘Ali ke Yaman untuk menjadi qadhi
(hakim) di sana. Sementara ‘Ali merasa belum berpengalaman. ‘Ali
bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah engkau mengutusku sedang
saya merasa masih muda dan belum mengetahui cara memutuskan perkara.
Usia mudah yang dikeluhkan oleh ‘Ali, maksudnya karena belum
berpengalaman dalam menggunakan pikirannya, dan belum terbiasa
berijtihad. Kemudian Rasulullah saw. menjawab, Sesungguhnya Allah akan
memberi petunjuk pada hatimu dan mengokohkan lidahmu, apabila
diperhadapkan kepadamu dua pihak yang bersengketa, maka janganlah
dahulu engkau memutuskan perkaranya sebelum engkau mendengar alasan
pihak yang lain, sebagaimana hal yang sama engkau dengar dari pihak
sebelumnya. Petunjuk Allah itu, akan menuntun ‘Ali memutuskan perkara
sesuai dengan hukum Allah dan sunnah Rasul-Nya. Mengokohkan lidahmu,
maksudnya engkau tidak akan memutuskan perkara kecuali berdasarkan
kebenaran.
Dalam riwayat Ibn Majah yang lain dikatakan bahwa dengan keluhan
‘Ali itu, Rasulullah lalu meletakkan tangannya di dada ‘Ali lalu berdoa : اللهم
( اهد قلبه وثبت لسانهya Allah beri petunjuklah hatinya dan kokohkan lidahnya).
ِ فَ َسوْ فَ تَ ْد ِري َك ْيفَ تَ ْق
ضي
( maka engkau akan mengetahui bagaimana cara memutuskannya).
Lihat Abu Tayyib Muhammad Syams al-Haq al-‘Azhim Abadi, ‘Awn al-Ma’bud, Syarh
93
a. Materi Hadis
اش َتَرى َر ُج ٌل ِم ْن َر ُج ٍل َع َق ًارا لَهُ َف َو َج َد ْ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ
َ ُّ َع ْن أَيِب ُهَر ْي َر َة َرض َي اللَّهُ َعْن هُ قَ َال قَ َال النَّيِب
ك ِميِّن إِمَّنَ ا
َ َاش َتَرى الْ َع َق َار ُخ ْذ ذَ َهبْ ب َف َق َال لَ هُ الَّ ِذي ِ
ٌ اش َتَرى الْ َع َق َار يِف َع َق ا ِر ِه َج َّرةً ف َيه ا ذَ َهْ الر ُج ُل الَّ ِذي َّ
ض َو َم ا فِ َيه ا َفتَ َحا َك َم ا إِىَل َ ُض إِمَّنَا بِ ْعت
َ ك اأْل َْر
ِ
ُ ب َوقَ َال الَّذي لَهُ اأْل َْر َ الذ َهَّ ك َ ض َومَلْ أ َْبتَ ْع ِمْن َ ت ِمْن
َ ك اأْل َْر ُ ْا ْشَتَري
َح ُدمُهَا يِل ُغاَل ٌم َوقَ َال اآْل َخ ُر يِل َجا ِريَ ةٌ قَ َال أَنْ ِك ُح وا الْغُاَل َم ِ ِ ِ
َ َر ُج ٍل َف َق َال الَّذي حَتَا َك َم ا إلَْي ه أَلَ ُك َم ا َولَ ٌد قَ َال أ
ِ ِ ِ
) (رواه البخاري و مسلم وغريمها.ص َّدقَا َ َاجْلَا ِريَةَ َوأَنْف ُقوا َعلَى أَْن ُفس ِه َما مْنهُ َوت
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Abu Hurairah ra. Berkata, Nabi saw. Bersabda,
“Ada seorang laki-laki membeli sebuah rumah dari seorang laki-laki. Laki-
laki yang membeli rumah itu mendapatkan guci yang berisi emas di rumah
tersebut. Maka orang yang membeli rumah berkata, ‘Ambillah ini
emasmu. Aku hanya membeli tanah ini saja darimu dan tidak emasmu.’
Pemilik tanah itu berkata, ‘Aku menjual tanah beserta segala isinya.’ Maka
mereka berdua mengajukan masalah tersebut kepada seseorang. Orang
tersebut berkata, ‘Apakah kalian memiliki anak?’ Salah seorang dari
mereka dua berkata, ‘Aku mempunyai anak laki-laki.’ Sedangkan yang
satunya lagi berkata, ‘Aku mempunyai anak perempuan.’ Orang tersebut
berkata, ‘Nikahkanlah oleh kalian anak laki-laki dan anak perempuan itu,
dan belanjakanlah untuk keperluan mereka berdua dari emas tersebut dan
sedekahkanlah oleh kalian berdua’.” (H.R. al-Bukhariy, Muslim dan
selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
(ABU HURAIRAH)
185
Nama lengkap Abu Hurairah ialah’ Abd al-Rahman bin Shakhr al-
Dausi al-Yamani. Nama ‘Abd al-Rahman adalah nama pemberian Rasulullah
saw. Namanya sebelum memeluk Islam, ada yang menyatakan ‘Abd al-
Syams dan ada yang menyebut nama lain. Setelah memeluk Islam, dia
lebih dikenal dengan sapaan (kuniyah-nya) Abu Hurairah (arti harfiahnya
bapak seekor anak kucing). Menurut suatu riwayat, sebutan itu
diperolehnya dari Nabi. Dia di sapa begitu karena dia sering terlihat
membawa seekor anak kucing betina. Nabi pernah melihat anak kucing itu
berada di lengan baju Abu Hurairah. Bila malam hari, anak kucing tersebut
ditaruhnya di sebatang pohon.
Menurut hitungan Baqi bin Makhlad (201-276 H), jumlah hadis yang
telah diriwayatkan oleh Abu Hurairahj sebanyak 5374 buah (menurut al-
Kirmani : 5364). Dari jumlah tersebut, yang periwayatannya disepakati
oleh al-Bukhari dan Muslim (muttafaq ‘alaih) sebanyak 325 buah hadis;
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sendiri sebanyak 93 buah, dan yang
diriwayatkan oleh Muslim saja sebanyak 189 buah hadis.
187
Para sahabat Nabi pernah menegur Abu Hurairah karena dia begitu
banyak meriwayatkan hadis Nabi sedangkan dia bergaul dengan Nabi
relatif tidak lama (sekitar 3 tahun). Abu Hurairah menjawab: “Ketika
orang-orang muhajirin sibuk dengan barang-barang perniagaan di pasar
dan orang-orang Anshar sibuk dengan urusan kebun-kebun mereka, maka
saya menyibukkan diri pada kegiatan belajar menghafal hadis Nabi.
Sanad hadis yang paling sahih yang berpangkal dari Abu Hurairah,
yaitu al-Zuhriy dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah. Adapun
sanad hadis yang paling lemah adalah al-Sari bin Sulaiman bi Abi Dawud
bin Yazid al-Awdi dari bapaknya (Yazid al-Awdi) dari Abu Hurairah. Jadi,
kekuatan hadis yang berasal dari Abu Hurairah, disamping dari ketekunan
Abu Hurairah sendiri, juga karena didukung oleh kekuatan para periwayat
yang menersukan hadis dari Abu Hurairah.
Lihat al-Hafidz Abi al-Fadhl Ahmad bin ‘Ali bin Hajr Syihab al-Din al-Syafi’iy al-
94
Asqalaniy, Tahdzib al-Tahdzib, juz VII, (([t.tp : Muassah al-Risalah, [tth], h. 524.
4) Tergolong sahabat Nabi yang berada pada tingkat keadilan yang kuat.96
Dengan demikian, kapasitas Abu Hurairah sebagai periwayat dari
tingkat sahabat yang adil tidak diragukan lagi.
Ketika ‘Umar bin al-Khaththab menjadi khalifah, Abu Hurairah
diangkat menjadi pejabat di Bahrain, tetapi kemudian dicopot. Pada zaman
Mu’awiyah menjadi khalifah Bani Umayyah, Abu Hurairah diangkat
menjadi Gubernur Madinah.
189
5. Kalimat أَلَ ُك َما َولَ ٌد, apakah kamu berdua masing-masing memiliki anak
ُ , anak laki-laki.
6. Lafadz غاَل ٌم
7. Lafadz ٌاريَة
ِ ج,
َ anak perempuan
8. Kalimat ِ أَ ْن ِك ُح وا ْال ُغاَل َم ْال َج, nikahkan anak laki-laki dengan anak
َاريَ ة
perempuan itu.
ِ ُ َوأَ ْنفِقُ وا َعلَى أَ ْنف, kamu beri nafkah hidup terhadap diri
9. Kalimat ُس ِه َما ِم ْن ه
keduanya dari barang temuan itu.
10. Kalimat َص َّدقَا
َ وت,
َ dan kamu berdua bersedekah melalui barang itu
juga.
(Laki-laki yang membeli rumah itu mendapatkan guci yang berisi emas di
rumah tersebut. Maka orang yang membeli rumah berkata, ‘Ambillah ini
emasmu. Aku hanya membeli tanah ini saja darimu dan tidak emasmu).
َ َْوقَا َل الَّ ِذي لَهُ اأْل َرْ ضُ إِنَّ َما بِ ْعتُكَ اأْل َر
ض َو َما فِيهَا
(Pemilik tanah itu berkata, ‘Aku menjual tanah beserta segala isinya).
Menurut riwayat Ishaq bin Basyr bahwa pembeli itu berkata, bahwa
ia membeli rumah itu kemudian membangunnya lalu menemukan harta
karun (kanzun). Sementara itu, penjual rumah itu berkata, mengapa
engkau mengembalikan apa yang engkau dapati sesuatu yang bukan aku
yang timbun dan tidak aku ketahui. Menurut riwayat Ahmaddari ‘Abd al-
Razzaq ketika menjelaskan pernyataan di atas, bahwa penjual tanah itu
berkata: “Sesungguhnya aku menjual kepadamu tanah itu”. Kebanyakan
riwayat menyatakan, bahwa pembeli yang mengatakan telah membeli
tanah itu. Yang dimaksudkan adalah menjual tanah,sebagaimana riwayat
Ahmad,dan sebagian dari pengikutnya.
ال الَّ ِذي ت ََحا َك َما إِلَ ْي ِه أَلَ ُك َما َولَ ٌد
َ َفَق
(Orang tersebut berkata, ‘Apakah kalian memiliki anak?’ )
Yang dimaksud dengan walad (anak) dalam pernyataan ini yaitu jenis
anak (laki-laki atau perempuan). Karena mustahil yang dimaksdukan
adalah anak laki-laki semua padahal walad itu satu. Makna yang
193
dimaksudkan adalah, apakah masing-masing dari kamu berdua
mempunyai seorang anak(keturunan)?
اذهبا فزوج ابنتك من ابن هذا وجهزوهما من هذا المال وادفعا إليهما ما بقي يعيشان به
(Pergilah kalian berdua, kawinkanlah anak perempuanmu dengan anak
laki-lakinya ini, urusilah mereka berdua dengan harta ini, lalu sisanya
berilah mereka berdua untuk biaya hidup mereka)
Hadis ini dibahas dalam bab tentang seseorang yang menjual rumah
dan tanahnya, lalu si pembeli menemukan sebuah bejana atau guci yang
berisikan emas, namun pembeli enggan mengambil emas itu karena
merasa masih milik penjual rumah itu. Dalam pada itu, penjual juga tidak
mau menerimanya karena menganggap bukan lagi miliknya. Selanjutnya,
mereka mengajukan perkara ini kepada seseorang yang dapat
memutuskan masalah mereka. Cara penyelesaian kasus ini yang
diceritakan dalam hadis ini, yaitu :
98
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Fath al-Bari, hadis no. 3213.
99
Lihat Imam al-Nawawiy, Syarh Shahih Muslim, hadis no. 3246.
195
untuk selalu tanggap dalam mendamaikan dua pihak yang berselisih
sebagaimana dianjurkan menyelesaikan perkara lain..
a. Materi Hadis
ِ ِ
ْ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم أ
َخَبَر ْت َه ا َ ِّ َن أ َُّم َه ا أ َُّم َس لَ َمةَ َرض َي اللَّهُ َعْن َه ا َز ْو َج النَّيِب
َّ َخَبَرتْهُ أ
ْ ت أ ُِّم َسلَ َمةَ أَ ب بِْن َّ أ
َ ََن َز ْين
ُاب ُح ْجَرتِِه فَ َخ َر َج إِلَْي ِه ْم َف َق َال إِمَّنَا أَنَ ا بَ َش ٌر َوإِنَّه ِ ول اللَّ ِه ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه وس لَّم أَنَّهُ مَسِ ع ُخص ومةً بِب ِ َعن رس
َ َ ُ َ َ ََ َ َُْ
ِ ِ ْض فَأَح ِس ب أَنَّه ص َد َق فَأَق ِ ِ
ُت لَه ُ ض ْي
َ َك فَ َم ْن ق َ ض َي لَهُ بِ َذل َ ُ ُ ْ ٍ ض ُك ْم أَ ْن يَ ُك و َن أ َْبلَ َغ م ْن َب ْع ْ َيَأْتييِن اخْل
َ ص ُم َفلَ َع َّل َب ْع
)حِب َ ِّق ُم ْسلِ ٍم فَِإمَّنَا ِه َي قِطْ َعةٌ ِم ْن النَّا ِر َف ْليَأْ ُخ ْذ َها أ َْو َف ْليَْتُر ْك َها (رواه البخاري و مسلم وغريمها
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) bahwasanya Zainab binti Ummi Salamah
memberitakan bahwa ibunya Ummu Salamah rah. istri Nabi saw.
memberitakan dari Rasulullah saw. mendengar pertengkaran di dekat
pintu kamarnya. Maka beliau pun keluar menghampiri mereka, lalu
beliau bersabda, ‘Aku ini hanyalah seorang manusia, dan aku didatangi
oleh sebuah perselisihan. Semoga sebagian kalian bisa menerangka
lebih jelas daripada yang lain. Aku mengira dia benar, maka aku
memutuskan perkara ini dimenangkan olehnya. Maka barangsiapa yang
aku putuskan ia mendapatkan hak muslim yang lain, sebenarnya itu
adalah sepotong dari api neraka, maka hendaklah ia mengambil atau
meninggalkannya. (H.R. al-Bukhariy, Muslim dan selainnya)
b. Takhrij al-Hadits
203
َ فَقَا َل إِنَّ َما أَنَا بَ َش ٌر َوإِنَّهُ يَأْتِينِي ْالخَصْ ُم فَلَ َع َّل بَع
ٍ ْض ُك ْم أَ ْن يَ ُكونَ أَ ْبلَ َغ ِم ْن بَع
ْض
(lalu beliau bersabda, ‘Aku ini hanyalah seorang manusia, dan aku
didatangi oleh sebuah perselisihan. Semoga sebagian kalian bisa
menerangkan lebih jelas daripada yang lain.)
Dari hadis ini dipahami bahwa Nabi saw. tidak mengetahui hal gaib
dan perkara-perkara batin kecuali apa yang diajarkan Allah kepada beliau.
Maka sebagai manusia biasa, beliau tidak boleh ditinggikan melebihi
kedudukan beliau yang telah ditetapkan Allah. Sebagai manusia biasa
memiliki keterbatasan pengetahuan, bukan karena predikat Rasulullah,
103
Lihat Abadiy, Awn al-Ma’bud, Syarh Sunan Abu Dawud, hadis no. 3112
menjadikan beliau pasti mengetahui segala-galanya, yang nyata atau yang
gaib, zhahir dan batin.
ِ ق فَأ َ ْق
َض َي لَهُ بِ َذلِك َ ُفَأَحْ ِسبُ أَنَّه
َ ص َد
Aku mengira dia benar, maka aku memutuskan perkara ini dimenangkan
olehnya.
ار فَ ْليَأْ ُخ ْذهَا أَوْ فَ ْليَ ْت ُر ْكهَا ْ ِق ُم ْسلِ ٍم فَإِنَّ َما ِه َي ق
ِ َّط َعةٌ ِم ْن الن ِّ ْت لَهُ بِ َح
ُ ضي
َ َفَ َم ْن ق
Maka barangsiapa yang aku putuskan ia mendapatkan hak muslim yang
lain, sebenarnya itu adalah sepotong dari api neraka, maka hendaklah ia
mengambil atau meninggalkannya.
205
sesungguhnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Allah akan memberikan
balasan kepada orang-orang yang zhalim.104
ُ ْار فَ ْليَأ
Menurut Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, ْخ ْذهَا أَو ْ ِفَإِنَّ َم ا ِه َي ق
ِ َّط َع ةٌ ِم ْن الن
فَ ْليَ ْت ُر ْكهَا, yaitu barang siapa yang aku putuskan bagi seseorang berdasarkan
zhahirnya yang nyata bertentangan dengan yang sebenarnya, maka haknya
itu adalah haram. Hendaklah ia tidak mengambil apa yang aku putuskan
untuknya itu, karena berarti ia mengambil sepotong api neraka.
Para ahli ushul sepakat bahwa Rasulullah saw. tidak mengakui suatu
kesalahan dalam hukum. Lalu bagaimana cara mengkompromikan antara
‘ijma para fuqaha’ dengan hadis ini? Jawabannya menurut Imam al-
Nawawiy, bahwa pada dasarnya tidak ada pertentangan antara keduanya,
karena yang dimaksudkan para fuqaha’ ialah berkenaan dengan perkara-
perkara yang diputuskan berdasarkan ijtihad beliau. Adapun makna yang
disebutkan dalam hadis ini bahwa jika beliau memutuskan perkara tanpa
ijtihad, seperti adanya bukti keterangan, jika terjadi perbedaan antara
zhahir dan batinnya, maka keputusan hukum itu tidak disebut sebagai
suatu kesalahan. Keputusan hukum itu tetap benar, karena didasarkan
kepada kewajiban yang sudah digariskan, yaitu kewajiban menghadirkan
dua orang saksi umpamanya. Kalau dua saksi itu ternyata merupakan saksi
palsu atau semisal dengan itu, maka kekurangan ada pada dua saksi
tersebut. Lain halnya jika kesalahan itu dalam hal ijtihad, bahwa apa yang
yang diputuskan ini bukan merupakan keputusan hukum syariat.
Menurut pendapat jumhur ulama, antara lain oleh Imam Malik, al-
Syafi’iy, dan Ahmad, bahwa keputusan hakim tidak boleh berdasarkan
kepada alasan dalam batin, dan tidak boleh menghalalkan sesuatu yang
sudah jelas keharamannya. Jika seorang hakim memutuskan seorang istri
bagi seorang laki-laki, padahal dia tahu bahwa wanita itu bukan istrinya,
maka hal itu tidak diperbolehkan. Atau dia memutuskan suatu harta
104
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 946-947.
menjadi milik seseorang, padahal dia tahu bahwa orang tersebut berdusta
dalam pengakuannya, maka yang demikian itu tidak juga diperbolehkan.
Pembatasan khusus kepada orang Muslim dalam hadis ini didasarkan
pada kebiasaan yang terjadi. Jika tidak, maka hal itu juga berlaku bagi ahli
dzimmah dan orang-orang non-Muslim yang terikat perjanjian dengan
orang Muslim.
Hadis ini terkandung ancaman dan peringatan yang keras bagi orang
yang berusaha mengambil harta orang lain dengan pengakuan-pengakuan
yang dusta dan alasan-alasan yang diharamkan. Pernyataan ini senada
dengan firman Allah dalam QS. Al-Fishshilat: 40
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami,
mereka tidak tersembunyi dari kami. Maka Apakah orang-orang yang
dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang
datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang
kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.
105
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 946.
207
Dengan demikian, sebagai manusia biasa, siapa saja dapat
melakukan menurut keinginannya, yang tidak lepas dari kesalahan. Tetapi
dalam memutuskan perkara, harus didadasarkan pada bukti akurat agar
kesalahan dalam memutuskan perkara dapat diminimalisir kalau tidak bisa
sampai kepada yang sesungguhnya.
b. Takhrij al-Hadits
Menerima riwayat hadis selain langsung dari Nabi saw. Ibn ‘Abbas
juga banyak menerima dari para sahabat Nabi yang lain seperti dari
209
ayahnya, ibunya Umm al-Fadhl, saudaranya al-Fadhl, bibinya Maimunah,
Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, ‘Abd al-Rahman bin ‘Awf, Mu’adz bin Jabl,
Abi Dzar, ‘Ubay bin Ka’ab, Tamim al-Dariy, Khalid bin al-Walid, Usamah bin
Zaid, Haml bin Malik bin al-Nabighah, Dzu’aib Walid Qabishah. Adapun
para periwayat yang menerima riwayat dari Ibn ‘Abbas, antara lain: anak
‘Ali dan Muhammad, cucunya, saudaranya Katsir bin al-‘Abbas,
keponakannya ‘Abdullah bin ‘Ubaidillah, keponakannya yang lain ‘Abdullah
bin Ma’bad bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab, Tsa’labah bin
al-Hakm al-Laitsiy, Sa’id bin al-Musayyab, ‘Abdullah bin al-Harits bin
Naufal, Abu Salamah bin ‘Abd al-Rahman, Abu Jamrah al-Dhuba’iy, Abu
Majlaz Lahiq bin Muhammad, dan lain-lain.
Nabi saw. pernah mendoakan Ibn ‘Abbas agar dia diberi hikmah
(ilmu) sebanyak dua kali. Ibn ‘Umar berkata, ‘Umar pernah memanggil Ibn
‘Abbas dan mendekatinya, seraya berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah
saw. suatu hari berdoa dan mengusap kepalamu dan mengucapkan doa:
Diriwayatkan oleh Ibn Abiy Haitsama melalui sanad Jabir bin al-Ju’fiy
bahwasanya Ibn ‘Umar berkata: “Ibn ‘Abbas adalah umat Muhammad yang
lebih mengetahui apa yang diturunkan kepada Muhammad.” Diriwayatkan
pula oleh Ibn Sa’ad dengan sanad yang shahih bahwa Abu Hurairah
berkomentar ketika Zaid bin Tsabit : “Hari ini telah wafat tinta umat, dan
semoga Allah menjadikan Ibn ‘Abbas sebagai penggantinya.” Menurut
‘Aisyah Ibn ‘Abbas adalah orang yang lebih mengerti tentang ibadah haji. 106
Menurut Ibn Nu’aim, Ibn ‘Abbas wafat tahun 68 H. atau riwayat lain
menyebut tahun 69 H. atau tahun 70 H. di Thaif.
106
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., III, h. 531-534.
211
Hadis ini menjadi dalil kebolehan memutuskan perkara berdasarkan
saksi dan sumpah. Ulama berbeda persefsi dalam masalah ini. Menurut
Abu Hanifah dan ulama Kufah, al-Sya’biy, al-Hakim, al-Auza’iy, al-Laits,
ulama Andalusia dari pengikut Malik : “Tidak boleh menetapkan hukum
sesuatu hanya berdasarkan kesaksian dan sumpah”. Jumhur ulama mulai
dari sahabat, tabiin, dan ulama sesuadah mereka di segenap penjuru
berpendapat: “Boleh memutuskan perkara berdasarkan kesaksian dan
sumpah dalam kasus sengketa harta, dan yang berhubungan dengan
harta.” Pendapat ini juga diperpegangi oleh Abu Bakr, ‘Ali, ‘Umar bin ‘Abd
al-‘Aziz, Malik, al-Syafi’iy, Ahmad, Fuqaha’ Madinah, semua ulama Hijaz,
dan ulama-ulama ternama di segala penjuru. Dasar hujah mereka datang
dari berbagai riwayat hadis di antaranya hadis yang diriwayatkan Ibn
‘Abbas di atas. .107
Menurut al-Khathabiy : hadis ini menghendaki memutuskan perkara
berdasarkan sumpah tergugat disertai menghadirkan seorang saksi. Lebih
lanjut menurutnya, putusan yang berdasarkan sumpah dan dan saksi ini
hanya berlaku khusus pada sengketa harta, bukan masalah yang lain..108
107
Lihat Imam al-Nawawiy, Syarh Shahih Muslim, hadis no. 3230
108
Lihat Abadiy, Awn al-Ma’bud, Syarh Sunan Abu Dawud, hadis no. 3112
1. Keputusan hakim boleh berdasarkan sumpah dan kesaksian pihak-pihak
yang bersengketa.
2. Sumpah dan pengajuan saksi dilakukan apabila hakim tidak
mendapatkan keterangan lain, untuk dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
a. Materi Hadis
b. Takhrij al-Hadits
Menerima riwayat hadis selain langsung dari Nabi saw. Ibn ‘Abbas
juga banyak menerima dari para sahabat Nabi yang lain seperti dari
ayahnya, ibunya Umm al-Fadhl, saudaranya al-Fadhl, bibinya Maimunah,
Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, ‘Abd al-Rahman bin ‘Awf, Mu’adz bin Jabl,
Abi Dzar, ‘Ubay bin Ka’ab, Tamim al-Dariy, Khalid bin al-Walid, Usamah bin
Zaid, Haml bin Malik bin al-Nabighah, Dzu’aib Walid Qabishah. Adapun
para periwayat yang menerima riwayat dari Ibn ‘Abbas, antara lain: anak
‘Ali dan Muhammad, cucunya, saudaranya Katsir bin al-‘Abbas,
keponakannya ‘Abdullah bin ‘Ubaidillah, keponakannya yang lain ‘Abdullah
bin Ma’bad bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab, Tsa’labah bin
al-Hakm al-Laitsiy, Sa’id bin al-Musayyab, ‘Abdullah bin al-Harits bin
Naufal, Abu Salamah bin ‘Abd al-Rahman, Abu Jamrah al-Dhuba’iy, Abu
Majlaz Lahiq bin Muhammad, dan lain-lain.
Nabi saw. pernah mendoakan Ibn ‘Abbas agar dia diberi hikmah
(ilmu) sebanyak dua kali. Ibn ‘Umar berkata, ‘Umar pernah memanggil Ibn
‘Abbas dan mendekatinya, seraya berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah
saw. suatu hari berdoa dan mengusap kepalamu dan mengucapkan doa:
Diriwayatkan oleh Ibn Abi Haitsama melalui sanad Jabir bin al-Ju’fiy
bahwasanya Ibn ‘Umar berkata: “Ibn ‘Abbas adalah umat Muhammad yang
lebih mengetahui apa yang diturunkan kepada Muhammad.” Diriwayatkan
pula oleh Ibn Sa’ad dengan sanad yang shahih bahwa Abu Hurairah
berkomentar ketika Zaid bin Tsabit : “Hari ini telah wafat tinta umat, dan
semoga Allah menjadikan Ibn ‘Abbas sebagai penggantinya.” Menurut
‘Aisyah Ibn ‘Abbas adalah orang yang lebih mengerti tentang ibadah haji. 109
109
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., III, h. 531-534.
215
Menurut Ibn Nu’aim, Ibn ‘Abbas wafat tahun 68 H. atau riwayat lain
menyebut tahun 69 H. atau tahun 70 H. di Thaif.
لَوْ يُ ْعطَى النَّاسُ بِ َد ْع َواهُ ْم اَل َّدعَى نَاسٌ ِد َما َء ِر َجا ٍل َوأَ ْم َوالَهُ ْم َولَ ِك َّن ْاليَ ِمينَ َعلَى ْال ُم َّدعَى َعلَ ْي ِه
Seandainya manusia menang dalam gugatan mereka , maka mereka akan
menggugat darah dan harta seseorang, akan tetapi sumpah diberikan
kepada tergugat.
Dalam riwayat yang lain redaksinya أن النبي صلى هللا عليه وسلم قضى باليمين على المدعى عليه.
Redaksi ini menurut riwayat al-Bukhariy, dan Muslim yang kemudian
mereka dua telah menshahihkannya, yang diriwayatkan melalui Ibn
‘Abbas secara marfu’ sampai kepada Nabi saw. Begitu pula yang terjadi
dalam riwayat kitab-kitab sunan ashab al-sunan, dan selain mereka.
Menurut al-Qadhiy al-‘Iyad, bahwa al-Ushailiy berkata, tidak benar hadis
ini diriwayatkan secara marfu’ (maksudnya,riwayat sanadnya
disandarkan sampai kepada Nabi saw.), ini hanya perkataan Ibn ‘bbas,
yakni dari sanad riwayat Ayub, dan Nafi’ al-Jamhiy dari Ibn Abi Mulaikah
dari Ibn ‘Abbas. Al-Qadhiy selanjutnya berkata, sesungguhnya al-
Bukhariy dan Muslim meriwayatkan dari Ibn Juraij secara marfu’.
" لو يعطى الن اس ب دعواهم الدعى ق وم دم اء ق وم: عن ابن عب اس عن الن بي ص لى هللا عليه وس لم ق ال
110
. وأموالهم ولكن البينة على المدعي واليمين على من أنكر
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Ibn ‘Abbas, sesungguhnya Nabi saw.
bersabda: “Seandainya manusia menang dalam gugatan mereka ,
maka mereka akan menggugat darah dan harta seseorang, akan tetapi
bukti menjadi hak penggugat dan sumpah diberikan kepada tergugat.
110
Lihat Imam al-Nawawiy, Syarh Shahih Muslim, hadis no. 3228
217
Menurut Ibn Hajr al-Asqalaniy, hadis ditakhrijkan oleh al-Thabraniy
dari riwayat Sufyan dari Nafi’ bin ‘Umar dari Ibn ‘Umar, berbunyi :
Menurut Ibn Daqiq al-Iyad hadis ini merupakan dalil tidak boleh ada
keputusan hukum kecuali didasarkan kepada hukum syariat yang sudah
diatur, meskipun ada keyakinan terhadap kejujuran orang yang
terdakwa.112
112
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 954.
219
Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan hikmah tentang bukti
keterangan yang dibebankan kepada penggugat, dan sumpah berasal dari
orang yang menolak dakwaan kepadanya. Katentuan ini diatur, agar
setiap orang yang mendakwa tidak seenaknya dengan dakwaanya itu
menuntut seseorang, karena siapun yang tidak merasa lagi diawasi dan
takut kepada Allah swt. Tentunya dia dapat melemparkan dakwaan
semaunya sendiri terhadap orang-orang yang tidak bersalah, baik yang
berhubungan dengan darah maupun harta yang mereka dustakan.
Menurut Ibn Rajab, setiap barang yang ditemukan lalu tidak diakui
oleh siapa pun, maka ia menjadi milik orang yang menemukannya. Jika
tiba-tiba datang seseorang lalu dia sanggup menyebutkan cirri-ciri barang
tersebut yang tidak tampak, maka dia menjadi miliknya. Bukti-bukti
seperti ini menjadi penguat kepemilikan. Jika ada seseorang yang
menuntut barang yang ada di tangan orang lain, maka barang itu menjadi
milik orang yang menguasainya, selagi orang yang mengaku sebagai
pemiliknya tidak memiliki bukti-bukti yang lebih kuat.
Hikmah lain yang dapat diambil dari hadis ini menurut ulama, yaitu
apabila penggugat lemah karena perkataannya berbeda dengan yang
zhahir, maka ia dapat mempekuat argumennya dengan bukti. Begitu pula
tergugat dapat memperkuat kelemahan argumennya dengan sumpah
sebagai pembelaan atas dirinya.
113
Lihat Imam al-Nawawiy, Syarh Shahih Muslim, hadis no. 3228.
221
zhahir, tergugat adalah orang yang menyampaikan penyataan yang
berbeda dengan penggugat.
Selain Abu Musa menerima hadis langsung dari Nabi saw. juga
menerima melalui Abu Bakr, ‘Umar, ‘Ali, Ibn ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab,
‘Ammar bin Yassar, Mu’adz bin Jabal. Adapun para periwayat yang
223
menerima dan melanjutkan riwayat dari Abu Musa, yaitu : anaknya
Ibrahim, Abu Bakr, Abu Burdah, Musa, dan istrinya Ummu ‘Abdullah. Juga
Anas bin Malik, Abu Sa’id al-Khudhriy, Thariq bin Syihab, Abu Abd al-
Rahman al-Salmiy, Zurra bin Habisy, Zaid bin Wahab, ‘Abid bin ‘Umair,
Abu al-Ahwash ‘Auf bin Malik, Abu al-Aswad al-Dailiy, Sa’id bin al-
Musayyab, Abu ‘Utsman al-Nahdiy, Qais bin bu Hazam, Abu Rafi’ al-
Sha’igh, Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud, Masruq bin Aus al-
Handhaliy, Huzail bin Syarhabil, Murrah bin Syarahil al-Thib, Aswad dan
‘Abd al-Rahman keduanya anak dari Yazid al-Nukha’iy, Hiththan bin
‘Abdullah al-Raqasyiy, Rabi’iy bin Harasy, Zahdam bin Madhrab, Abu Wail
Shaqiq bin Salamah, Shafwan bin Mahruz, dan lain-lain.
Abu Musa dikenal pada masa Nabi sebagai qari’ Alquran yang bagus
lagunya. Suatu ketika Nabi mendengar lantunan suara Abu Musa
membaca Alquran, Nabi saw. bersabda :
1. Kalimat َص َما ْ َر ُجلَ ْي ِن, ada dua orang yang bersengketa.
َ اخت
2. Lafadz دَابَّ ٍة, binatang ternak, dalam hal ini unta.
3. Lafadz ٌبَيِّنَة, bukti.
4. Kalimat ضى بِهَا َ َفَق, Nabi memutuskan.Maksudnya membagi binatang itu.
5. Lafadz نِصْ فَي ِْن, dua bagian, masing-masing mendapat setengah
Penjelasan hadis tersebut di atas dapat dilihat dari penjelasan
penggalan hadis sebagai berikut:
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي دَابَّ ٍة
َ َص َما إِلَى النَّبِ ِّي ْ أَ َّن َر ُجلَي ِْن
َ اخت
(bahwasanya ada dua orang yang bersengketa mengenai ternak datang
kepada nabi saw.)
115
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., III, h. 610-611.
225
Telah datang dua orang yang bersengketa kepada Nabi saw.
mengajukan permasalahan mereka mengenai ternak yang mereka
persengketakan. Nabi pun mendengarkan tuntutan dari keduanya, ada
yang mengklaim ternak itu adalah miliknya, dan yang lain juga mengaku
bahwa ternak yang dimaksud pihak yang pertama adalah miliknya.
116
Lihat Abadiy, ‘Aun al-Ma’bud, kitab al-aqdhiyah, hadis no. 3134.
1. Kewajiban hakim untuk memberikan putusan hukum atas
persengketaan, sekalipun orang yang berperkara masing-masing tidak
memiliki bukti kepemilikan yang kuat.
2. Hakim diharapkan menetapkan hukum yang adil bagi kedua belah pihak
tanpa ada yang merasa dirugikan.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi pada bagian
pernikahan, dipersilahkan mengerjakan latihan berikut:
1. Buat rumusan tentang pembagian tiga golongan hakim.
2. Buat rumusan tentang pahala bagi hakim yang berijtihad bila benar atau
salah.
3. Buat rumusan mengenai tata cara mengadili perkara menurut hadis.
4. Buat rumusan mengenai upaya mendamaikan pihak-pihak yang berperkara.
5. Buat uraian mengenai cara memutuskan perkara berdasarkan agumentasi
pihak yang berperkara.
6. Buat uraian mengenai cara hakim memutuskan perkara berdasarkan
keterangan saksi.
7. Buat rumusan fungsi sumpah bagi tergugat.
8. Buat rumusan mengenai cara hakim memutuskan perkara tanpa alat bukti.
Rangkuman
1. Ada tiga golongan hakim, satu golongan yang masuk surga dan dua golongan
yang masuk neraka.
2. Apabila hakim berijtihad dan benar maka ia akan mendapatkan dua pahala,
jika ijtihadnya salah maka ia memperoleh satu pahala.
3. Cara mengadili perkara menurut hadis yakni harus mendengarkan dahulu
keterangan dari masing-masing pihak yang berperkara.
4. Salah satu cara mendamaikan pihak-pihak yang berperkara, yaitu menikahkan
anak dari kedua pihak yang berperkara sebagai jalan tengah yang lebih damai.
227
5. Hakim hanya memutuskan perkara berdasarkan keterangan zhahir, bukan
katerangan batinnya.
6. Saksi dan sumpah diperlukan, apabila hakim tidak memperoleh keterangan
lain.
7. Sumpah diberikan hak kepada tergugat sebagai pembelaan atas dirinya.
Bahwa segala tuduhan kepadanya tidak diterima atau tidak benar.
8. Cara hakim memutuskan perkara tanpa alat bukti, yakni dengan menetapkan
hukum yang adil tanpa ada yang merasa dirugikan.
Tes Formatif
1. Sebutkan dan jelaskan ada berapa golongan hakim menurut hadis.
2. Mengapa hakim apabila ijtihadnya benar mendapat dua pahala dan jika salah
mendapat satu pahala.
3. Bagaimana cara mengadili perkara dan bagaimana cara mencari upaya damai
pihak-pihak yang berperkara.
4. Bolehkah hakim memutuskan perkara berdasarkan keterangan batin,
mengapa.
5. Jelaskan fungsi sumpah dan saksi dalam persidangan.
6. Bagaimana cara hakim memutuskan perkara tanpa alat bukti.
BAGIAN V
S A K S I
229
Pemaparan takhrij al-hadits dan biografi singkat sahabat Nabi periwayat
hadis menjadi materi yang diberikan untuk memperoleh gambaran mengenai
data para mukharrij yang menghimpun hadis ini, juga untuk mengetahui
kapabilitas sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis ini.
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
b. Takhrij al-Hadits
1. Muslim, kitab al-aqdhiyah, bab bayin khair al-syuhud, hadis no. 3244.
2. Abu Dawud, kitab al-aqdhiyah, bab fi al-syahadat, hadis no. 3122.
3. Al-Turmudziy, kitab al-syahadat, bab ma ja’a fi al-syuhada’ ayyuhum
khair, hadis no. 2219, 2220.
4. Ibn Majah, kitab al-ahkam, bab al-rajl ‘indahu sl-syahadat wa la ya’lam
biha shuhbiha, hadis no. 2355.
5. Ahmad bin Hanbal, kitab musnad al-Syamin, bab baqiah hadits Zaid bin
Khalid al-Juhniy, hadis no. 16425, 16432, 16445, kitab musnad al-
Anshar, bab hadits Zaid bin Khalid al-Juhniy, hadis no. 20684, 20694.
6. Malik, kitab al-aqdhiyah, bab ma ja’a fi al-syahadat, hadis no. 1207
231
Selain menerima riwayat hadis langsung dari Nabi, ia juga menerima
informasi hadis dari ‘Utsman, Abi Thalhah, dan ‘Aisyah. Kemudian para
periwayat yang melanjutkan riwayat darinya, yaitu: anaknya Khalid dan
Abu Harb, pembantunya Abu ‘Amrah, ‘Abd al-Rahman bin Abi ‘Amrah, ada
yang menyebut Abu ‘Amrah al-Anshariy, Abu al-Hubab Sa’id bin Yassar,
‘Ubaidillah al-Khaulaniy, ‘Abdullah bin Qais bin Makhramah, Busr bin
Sa’id, ‘Atha’ bin Abi Rabah, ‘Atha’ bin Yassar, Yazid maula al-Munba’its,
Abu Salim al-Jaisyaniy, ‘Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Utbah, Abu Salamah
bin ‘Abd al-Rahman, dan lain-lain.
117
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., II, h. 546-547.
Penjelasan hadis tersebut di atas dapat dilihat dari penjelasan penggalan
hadis sebagai berikut:
Hadis lain tentang saksi yang buruk (LM. 1647, BM. 1428)
ِ َّ يِن ِ ِ ِ
َ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َخْي ُر ُك ْم َق ْر مُثَّ الذ
ين َيلُ و َن ُه ْم َ ُّ صنْي ٍ َرض َي اللَّهُ َعْن ُه َم ا قَ َال قَ َال النَّيِبَ عن ع ْمَرا َن بْ َن ُح
ِ ِ ِ َّ
ص لَّى َ ُّ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َب ْع ُد َق ْر َننْي ِ أ َْو ثَاَل ثَةً قَ َال النَّيِب
َ ُّ ين َيلُ و َن ُه ْم قَ َال ع ْم َرا ُن اَل أ َْد ِري أَذَ َك َر النَّيِب
َ مُثَّ الذ
233
اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن َب ْع َد ُك ْم َق ْو ًما خَي ُونُو َن َواَل يُ ْؤمَتَنُو َن َويَ ْش َه ُدو َن َواَل يُ ْستَ ْش َه ُدو َن َو َيْن ِذ ُرو َن َواَل َي ُفو َن َويَظْ َه ُر
) (رواه البخاري و مسلم وغريمها.الس َم ُن ِّ فِي ِه ْم
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Imran bin Hushain ra., berkata telah
bersabda Nabi saw.: “Sebaik-baik kalian adalah generasiku (para
sahabatku), kemudian generasi selanjutnya, kemudian generasi
selanjutnya.” ‘Imran berkata, ‘Aku tidak tahu apakah Nabi saw,
menyebutkan setelahnya dua atau tiga generasi. Nabi bersabda:
“Sesungguhnya setelah kalian ada satu kaum yang berkhianat dan tidak
bisa dipercaya, mereka bersaksi padahal mereka tidak diminta
kesaksiannya, mereka bernadzar namun tidak menunaikannya, dan
tampak di antara mereka orang yang cinta dunia.” (H.R. Al-Bukhariy,
Muslim dan selainnya)
Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-syahadat, bab la yasyhad ‘ala syahadat jaur idza
asyhad, hadis no. 2457.
2. Muslim, kitab fadhail al-shahabah, bab fadhl al-shahabah tsumma al-
ladzina yalunahum, hadis no. 4603.
3. Abu Dawud, kitab al-sunnah, bab fi fadhl ashahab Rasulullah, hadis no.
4038.
4. Al-Turmudziy, kitab al-fitn, bab ma ja’a fi qarn al-tsalits, hadis no. 2147,
2148.
5. Al-Nasaiy, kitab al-aiman wa al-nadzr, bab al-wafa’ bi al-nadzr, hadis no.
3749.
6. Ahmad bin Hanbal, kitab awwal musnad al-Bashriyin, bab hadits ‘Imran
bin Hushain, hadis no. 18979, 18994, 19059, 19105.
Hadis di atas menceritakan mengenai sebaik-baik generasi. Menurut
Nabi bahwa generasi yang terbaik dari umat beliau adalah generasi
beliau, yaitu para sahabat, kemudian disusul oleh generasi tabiin dan
setelah itu generasi tabit-tabiin. Kemudian, akan ada suatu kaum yang
berkhianat dan tidak bisa dipercaya, yaitu mereka ingin menjadi saksi
padahal mereka tidak diminta kesaksiannya. Mereka juga bernadzar tapi
tidak pernah menunaikan nadzarnya. Semuanya itu mereka lakukan
karena cinta dunia dan ingin mendapatkan kedudukan di dunia.
وز َش َه َادةُ َخ ائِ ٍن َواَل َخائِنَ ٍة َواَل ِذي ِ ِ ُ عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عم ٍرو قَ َال قَ َال رس
ُ ُصلَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم اَل جَت َ ول اللَّه َُ َْ ْ َْ ْ َ
(رواه أبو دادو و ابن ماجة و.وز َش َه َادتُهُ لِغَرْيِ ِه ْم ُ ُت َوجَت ِ وز َش َه َادةُ الْ َق انِ ِع أِل َْه ِل الَْبْي ِِ
ُ َُغ ْم ٍر َعلَى أَخيه َواَل جَت
)أمحد
Artinya:
235
(Hadis diriwayatkan) dari Abdullah bin ‘Amr berkata, telah bersabda
Rasulullah saw.: “Tidak boleh menerima kesaksian dari laki-laki yang
berkhianat, tidak juga dari perempuan yang berkhianat, tidak boleh
pula dari orang yang memiliki dendam kepada saudaranya, dan tidak
boleh menerima kesaksian pembantu untuk penghuni rumah, dan
boleh menerima kesaksian orang lain dan pembantu untuk penghuni
rumah. (H.R. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
b. Takhrij al-Hadits
1. Abu Dawud, kitab al-aqdhiyah, bab man taruddu al-syahadah, hadis no.
3125.
2. Ibn Majah, kitab al-ahkam, bab man la tajuzu syahadatahu, hadis no.
2357.
3. Ahmad bin Hanbal, kitab musnad al-muktsirin min al-shahabah, bab
musnad ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash, hadis no. 6411, 6605, 6646.
Nama lengkapnya, ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash bin Wail bin Hasyim
bin Sa’id bin Sahm bin ‘Amr bin Hushaish bin Ka’ab bin Luaiy bin Ghalib al-
Qurasyi, digelar Abu Muhammad, atau Abu ‘Abd al-Rahman, atau Abu
Nushair. Ibunya bernama Ra’ithah binti Munabbih bin al-Hajjaj bin ‘Amir
bin Hudzaifah al-Sahmiyah. Sumber lain menyebut, Hudzafah bin Sa’ad bin
Sahm.
Dalam mengomentari keluarga ‘Abdullah, Nabi pernah bersabda;
“Nikmat penghuni rumah Abdullah, Abu ‘Abdullah, dan Ummu ‘Abdullah.
Dikatakan nama al-Ash, setelah masuk Islam dinamakan ‘Abdullah. Dia
masuk Islam sebelum ayahnya. Termasuk mujtahid dalam ibadah, dan
ilmuan kenamaan.
Abu Hurairah pernah berkata, “Tidak seorang pun yang memiliki
hadis Rasulullah saw. yang lebih banyak dariku, selain ‘Abdullah bin ‘Amr,
sebab ia pandai menulis hadis sedangkan aku tidak pandai menulis.”
Meriwayat hadis Nabi saw. juga melalui Abu Bakr, ‘Umar, ‘Abd al-
Rahman bin ‘Auf, Mu’adz bin Jabal, Abu Darda’, Suraqah bin Malik bin
Ja’syam, dan lain-lain. Riwayat hadisnya kemudian dilanjutkan oleh Anas bin
Malik, Abu Umamah bin Sahl bin Hanif, ‘Abdullah bin al-Harits bin Naufal,
Masruq bin al-Ajda’, Sa’id bin al-Musayyab, Jubair bin Nafir, Tsabit bin
‘Iyadh al-Ahnaf, Khaitsamah bin ‘Abd al-Rahman al-Ju’fiy, Hamid bin ‘Abd
al-Rahman bin ‘Auf, Zur bin Jubaisy, Salim bin Abi Ja’ad, Abu al-‘Abbas al-
Sa’ib bin Farrukh, Sa’id bin Maina’, anaknya Muhammad bin ‘Abdullah bin
‘Amr, keponakannya Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-
Ash, Thawus, al-Sya’biy, ‘Abdullah bin Rabah al-Anshariy, Ibn Abi Mulaikah,
‘Urwah bin al-Zubair, Abu ‘Abd al-Rahman al-Jubliy, ‘Abd al-Rahman bin
Jubair bin Nafir, ‘Atha’ bin Yassar, ‘Ikrimah maula Ibn ‘Abbas, ‘Amr bin
Uwais al-Tsaqafiy, Mujahid bin Jabir, Abu al-Khair Martsad bin ‘Abdul;lah al-
Yazaniy, Mishda’ Abu Yahya, Yusuf bin Mahik, Abu Kabasyah al-Sululiy, Abu
Harb bin Abi al-Aswad, Abu Qabus pembantunya, Abu Firas maula ‘Amr bin
al-Ash, Ya’qub bin ‘Ashim bin ‘Urwah bin Mas’ud al-Tsaqafiy, Abu Zur’ah bin
‘Amr bin Jarir, Abu Salamah bin ‘Abd al-Rahman, Abu al-Zubair al-Makkiy,
‘Amr bin Dinar, dan lain-lain.
Ahmad bin Hanbal berkata, ‘Abdullah bin ‘Amr wafat pada malam
yang panas bulan Dzul Hijjah tahun 63 H. Di lain tempat Ibn Bukair,
berkata, ia wafat tahun 65 H. Menurut al-Laits, ada yang mengatakan ia
wafat tahun 73 H, atau tahun 77 H, begitu pula ada yang mengatakan ia
237
wafat di Makkah, yang lain menyebut di Thaif, yang lain menyebut ia wafat
di Mesir, dan sumber yang lain menyebut ia wafat di Palestina.118
118
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., III, h. 586-587.
para pembantu kalau ditujukan kepada orang lain selain penghuni rumah
majikannya.119
Latihan
1. Buat rumusan mengenai saksi yang baik dan saksi yang buruk.
2. Buat uraian mengenai criteria saksi yang ditolak kesaksiannya.
Rangkuman
119
Lihat Abadiy, Tuhfat al-Ahwaziy, Syarh Sunan Abu Dawud, kitab al-aqdhiyah, bab man
taruddu al-syahadah, hadis no. 3125.
239
1. Saksi yang baik yaitu orang yang menyampaikan kesaksiannya sebelum
dimintai oleh hakim. Saksi yang buruk adalah orang yang menyampaikan
kesaksiannya, padahal ia tidak menyaksikannya.
2. Kriteria saksi yang ditolak kesaksiannya, antara lain: orang yang khianat laki-
laki atau perempuan, orang yang memiliki dendam dengan saudaranya
senasab atau seagama, seorang pembantu yang memberikan kesaksian kepada
anggota penghuni rumah majikannya, kalau kepada selain penghuni rumah
majikannya dibolehkan.
Tes Formatif
1. Sebutkan sahabat yang meriwayatkan hadis tentang saksi yang baik dan yang
jelek.
2. Mengapa Nabi menghubungkan antara generasi sahabat, tabiin dan tabi tabiin
sebagai generasi terbaik, dengan penyampaian saksi yang baik dan yang
buruk.
3. Kemukakan para mukharrij yang mentakhrijkan hadis tentang orang yang
ditolak kesaksiannya.
4. Mengapa pembantu tidak boleh memberi kesaksian kepada salah satu
penghuni rumah majikannya.
1. Sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis tentang saksi yang baik dan yang
jelek, yaitu Zaid bin Khalid al-Juhniy.
2. Generasi sahabat, tabiin dan tabit tabiin adalah generasi yang masih
terpelihara keterpercayaan mereka, generasi ini tidak akan menyampaikan
sesuatu yang menyimpang dari kebenaran, Nabi menghubungkan dengan
adanya saksi yang baik dan yang buruk karena sesudah generasi akan ada
orang yang tidak dapat dipercaya lagi, mereka dapat saja memberi kesaksian
padahal mereka tidak menyaksikannya.
3. Para mukharrij yang mentakhrijkan hadis tentang orang yang ditolak
kesaksiannya, yaitu: Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad bin Hanbal.
BAGIAN VI
241
PELAKSANAAN HUKUMAN DAN KONSEKUENSINYA DI
AKHIRAT
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
243
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Aisyah rah. Bahwa sesungguhnya orang-
orang Quraisy dibingungkan oleh perkara seorang perempuan al-
Makhzumiyah yang mencuri. Maka mereka berkata, “Siapakah yang
akan berbicara mengenai perempuan itu kepada Rasulullah saw.?”
Mereka juga berkata, “Tidak ada yang berani berbicara dengan beliau
kecuali Usamah bin Zaid, yang dicintai oleh Rasulullah saw.”Maka
Usamah pun berbicara kepada rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw.
bersabda, “Apakah engkau hendak memberi pertolongan kepada
(pelanggaran) hukum Allah?” Kemudian beliau berdiri dan berkhuthbah
sembari bersabda, “Bahwasanya yang membinasakan orang-orang yang
sebelum kalian (Bani Israil) adalah apabila yang mencuri orang
terpandang, maka mereka membiarkannya (tidak dihukum). Dan
apabila yang mencuri adalah orang yang lemah, mereka menegakkan
hukum kepadanya. Demi Allah, seandainya Fathimah putrid
Muhammad yang mencuri, aku pasti memotong tangannya.” (H.R. Al-
Bukhariy, Muslim dan selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab ahaditsi al-anbiya’, bab hadits al-ghar, hadis no. 3216.,
kitab al-manaqib, bab zikr Usamah bin Zaid, hadis no. 3453, kitab al-
maghaziy, hadis no. 3965, kitab al-hudud, bab iqamat al-hudud ‘ala al-
syarif walau dhayyi’, hadis no. 6289, 6290, bab karahiyat al-syafa’ah fi al-
had idza rafa’a ila al-sulthan, hadis no. 6290.
2. Muslim, kitab al-hudud, bab qath’u al-sariq al-syarif wa ghairihi wa al-
nahy ‘an syafa’a fi had, hadis no. 3196, 3197.
3. Abu Dawud, kitab al-hudud, bab fi had yasyfa’u fihi, hadis no. 3802.
4. Al-Turmudziy, kitab al-hudud, bab ma ja’a fi karahiyati an yasyfa’a fi
hudud, hadis no. 1350.
5. Al-Nasaiy, kitab qath’ al-sariq, bab zikr ikhtilaf alfadz al-naqallin al-khabar
al-Zuhriy fi al-Makhzumiyah, hadis no. 4811, 4813, 4814, 4815, 4816,
4817, 4818, 4819.
6. Ibn Majah, kitab al-hudud, bab al-syafa’a fi al-hudud, hadis no. 2537.
7. Ahmad bin Hanbal, kitab baqi musnad al-Anshariy, bab hadits Ukhta
Mas’ud bin al-‘Ajma’, hadis no. 22381, bab baqi musnad al-sabiq, hadis
no. 24134.
8. Al-Darimiy, kitab al-hudud, bab fi al-syafa’ah fi al-had duna al-sulthan,
hadis no. 2200.
‘Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq bin Abi Quhafah adalah salah
seorang istri Nabi Muhammad saw. Garis keturunannya bertemu dengan
garis keturunan Rasulullah dari jalur kakeknya yang keenam yaitu Murrah
bin Ka’ab. Ayahnya Abu Bakar sebenarnya bernama ‘Abdullah bin ‘Utsman
bin ‘Amr bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’id bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Luay bin Ghalib al-Qurasy al-Taimiy. Ayahnya itu dijuluki dengan julukan
Abu Bakar, al-‘Athiq, al-Shiddiq, al-Shahib, al-Atqa, dan al-Awwah. Semua
julukan itu menunjukkan ketinggian derajat, kedudukan, dan
kemuliaannya. Kakeknya dari jalur ayah ini dijuluki Abu Quhafah yang
memeluk Islam pada saat Fath Makkah. Nenek dari ayahnya bernama
Salma binti Shakhr bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Dia dijuluki
dengan Ummul Khair. Neneknya masuk Islam sejak pertama kali Islam
datang.
247
1. Lafadz أَهَ َّمهُ ْم, artinya mendatangkan kesusahan dan kesukaran terhadap
mereka (orang-orang Quraisy). أهمهم ش أن الم رأة, yakni masalah yang
berhubungan dengan pencurian yang dilakukan oleh seorang wanita.
2. Nama ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة, adalah wanita yang melakukan pencurian bernama
Fathimah binti al-Aswad bin Abd al-Asad, putrid saudara Abu Salamah.
Bani Makhzum adalah salah satu induk kaum Quraisy dan mereka
merupakan bangsawan dari kabilah yang terhormat, mereka mendapat
julukan Raihanah Quraisy.
3. Pernyataan َو َم ْن يُ َكلِّ ُم فِيهَا, artinya siapa yang akan diutus untuk berbicara
dengan Rasulullah saw. untuk memintakan syafaat agar hukum potong
tangan dibatalkan.
ِ ال َّش, berarti orang mulia, atau orang terhormat/terpandang.
4. Lafadz ُريف
ِ orang kesayangan Nabi yaitu Usamah bin Zaid.
5. Lafadz ُّحب,
6. Kalimat ِ َوا ْي ُم هَّللا, artinya demi Allah.121
Penjelasan hadis di atas dapat dilihat dari penjelasan penggalan hadis
tersebut sebagai berikut:
ْ َأَ َّن قُ َر ْي ًشا أَهَ َّمهُ ْم َشأْنُ ْال َمرْ أَ ِة ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة الَّتِي َس َرق
ت
(Sesungguhnya orang-orang Quraisy dibingungkan oleh perkara seorang
perempuan al-Makhzumiyah yang mencuri).
249
َ ك الَّ ِذينَ قَ ْبلَ ُك ْم أَنَّهُ ْم َكانُوا إِ َذا َس َر
َ ق فِي ِه ْم ال َّش ِريفُ تَ َر ُكوهُ َوإِ َذا َس َر
ُق فِي ِه ْم الض َِّعيف َ َب ثُ َّم قَا َل إِنَّ َما أَ ْهل َ َاختَط ْ َثُ َّم قَا َم ف
أَقَا ُموا َعلَ ْي ِه ْال َح َّد
(Kemudian beliau berdiri dan berkhuthbah sembari bersabda, “Bahwasanya
yang membinasakan orang-orang yang sebelum kalian (Bani Israil) adalah
apabila yang mencuri orang terpandang, maka mereka membiarkannya
(tidak dihukum). Dan apabila yang mencuri adalah orang yang lemah,
mereka menegakkan hukum kepadanya ).
ُ ت لَقَطَع
ْت يَ َدهَا ِ َ َوا ْي ُم هَّللا ِ لَوْ أَ َّن ف.
ْ َاط َمةَ بِ ْنتَ ُم َح َّم ٍد َس َرق
.( Demi Allah, seandainya Fathimah putrid Muhammad yang mencuri, aku
pasti memotong tangannya.)
Kemudian Rasulullah saw. bersumpah sekiranya perbuatan ini
dilakukan pemimpin para wanita dunia, putri beliau Fathimah, tentu beliau
tetap akan melaksanakan hukum Allah. Rasulullah menggunakan nama
putrid beliau Fathimah karena wanita yang ingin dibela oleh Usamah itu
juga bernama Fathimah.
Adapun riwayat kedua dari Imam Ahmad, bahwa dia harus dipotong
tangannya. Abdullah bin Ahmad berkata, aku bertanya kepada ayahku,
“Apakah engkau berpendapat seperti kandungan hadis ini?” Ahmad
menjawab, “Aku tidak mengetahui sesuatu pun yang berbeda dengan hadis
ini.” Pendapat ini juga dianut oleh Ishaq, golongan al-Zhahiriyah, yang
didukung oleh Ibn Hazm. Mereka menjadikan hadis yang berbicara
mengenai kasus al-Makhzumiyah ini sebagai dasarnya. Makna yang ada
pada diri orang yang melakukan pencurian juga ada pada diri orang yang
mengingkari pinjaman, bahkan orang yang mengingkari pinjaman
bahayanya lebih besar dari pencurian. Orang yang meminjamkan barang
adalah orang baik, sementara orang yang mengingkari pinjaman telah
menghilangkan kebaikan orang lain, yang berarti dia lebih jelek.
Ada ijma’ ulama bahwa orang yang meng-ghshab dan mencopet tidak
dipotong tangannya, karena mereka tidak dianggap orang yang membuat
kerusakan. Tapi mereka tetap berdosa dan perlu diberi pelajaran, dan
251
pemberian pelajaran ini bisa diperberat, dan yang diambilnya harus
dikembalikan.122
A. Materi Hadis
122
Lihat Ali Bassam, op.cit., h. 901-902.
ص لَّى ِ َ َن رس ِ ِ ُّ ت ر ِض ي اللَّه عْن ه و َك ا َن ش ِهد ب ْدرا وه و أَح د ِ ِ َّ َن عب اد َة بن
َ ول اللَّه ُ َ َّ الن َقبَ اء لَْيلَ ةَ الْ َع َقبَ ة أ ُ َ َُ َ ً َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ الص ام َ ْ َ َُ َّ أ
َص َحابِِه بَ ايِعُويِن َعلَى أَ ْن اَل تُ ْش ِر ُكوا بِاللَّ ِه َش ْيئًا َواَل تَ ْس ِرقُوا َواَل ِ ِ ِ
َ اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال َو َح ْولَ هُ ع
ْ ص ابَةٌ م ْن أ
ٍ ان َت ْفترونَ ه ب أَي ِدي ُكم وأَرجلِ ُكم واَل َتعص وا يِف مع ر
وف فَ َم ْن ٍ ََتزنُ وا واَل َت ْقُتلُ وا أَواَل َد ُكم واَل تَ أْتُوا بِبهت
ُ َْ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ُ ُ َنْي ُْ َْ ْ َ ْ
اب ِم ْن ِ
َ َص َ ب يِف ال ُّد ْنيَا َف ُه َو َكف
َ َّارةٌ لَ هُ َو َم ْن أ َ َاب ِم ْن ذ
َ لِك َش ْيئًا َفعُ وق َ َص
ِ
َ َجُرهُ َعلَى اللَّه َو َم ْن أ
ِ
ْ َوىَف مْن ُك ْم فَ أ
(رواه البخاري و. ك َشْيئًا مُثَّ َسَتَرهُ اللَّهُ َف ُه َو إِىَل اللَّ ِه إِ ْن َشاءَ َع َفا َعْنهُ َوإِ ْن َشاءَ َعا َقبَهُ َفبَ َاي ْعنَاهُ َعلَى َذلِك ِ
َ َذل
)مسلم وغريمها
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Ubadah bin al-Shamit ra. Dan ia ikut
menyaksikan Perang Badar, dan ia juga adalah salah satu pembesar
pada Malam ‘Aqabah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,
ketika di sekitarnya terdapat sekolompok orang dari para sahabatnya
: “Berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatu
pun dengan Allah, janganlah kalian mencuri, janganlah berzina,
janganlah kalian membunuh anak-anak kalian, janganlah kalian
membawa kabar bohong yang kalian buat-buat di depan kalian,
janganlah kalian bermaksiat di dalam kebaikan, maka barang siapa
yang memenuhi baiat tersebut di antara kalian, maka pahalanya ada
pada Allah. Dan barangsiapa yang melakukan salah satu larangan
tersebut, lalu dihukum di dunia, maka itu sebagai penghapus dosa
baginya, dan barang siapa melakukan salah satu larangan tersebut,
kemudian Allah menutupinya, maka itu semua terserah kepada Allah.
Jika Allah menghendaki, ia memaafkannya, dan jika Allah
menghendaki, ia menghukumnya.’ Maka kami pun berbaiat
253
kepadanya tentang perkara-perkara itu.” (H.R. Al-Bukhariy, Muslim
dan selainnya)
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-iman bab ‘alamat al-iman, hadis no. 17, kitab
manaqib, bab wufud al-Anshar li Nabiy ila Makkah wa Bai’ah Aqabah,
hadis no. 3603, kitab hudud, bab al-hudud kaffarat, hadis no. 6286,
bab taubat li sariq, hadis no.6303, kitab ahkam, bab bai’at al-nisa’,
hadis no. 6673, kitab al-tauhid, bab fi al-masyi’at wa al-iradah, hadis
no. 6914.
2. Muslim, al-hudud, bab al-hudud kaffarat li ahlihi, hadis, 3223, 3224,
3225.
3. Al-Turmudziy, kitab al-hudud, bab ma ja’a anna al-hudud kaffarat li
ahlihi, hadis no. 1359.
4. Al-Nasaiy, kitab al-bai’at, bab bai’at ‘ala al-jihad, hadis no. 4091,
4092,bab al-bai’ah ‘ala farq al-musyrik, hadis no. 4107, bab al-tsaub
man wafa bihi bai’ah ‘alaih, hadis no. 4139, kitab al-iman, bab al-bai’ah
‘ala al-Islam, hadis no. 4916.
5. Ibn Majah, kitab al-hudud, bab al-hudud kaffarat, hadis no. 2593.
6. Ahmad bin Hanbal, kitab baqi musnad al-Anshariy, bab hadits ‘Ubadah
bin al-Shamit, hadis no. 21616, 21642, 21706.
7. Al-Darimiy, kitab al-sir, bab fi bai’ah al-Nabiy, hadis no. 2345.
Nama lengkap periwayat level sahabat yang satu ini adalah ‘Ubadah
bin al-Shamit bin Qais bin Ashram bin Fihr bin Qais bin Tsa’labah bin
Ghanm bin Salim bin ‘Auf bin ‘Amr bin ‘Auf bin al-Khazraj al-Anshariy,
digelar Abu al-Walid al-Madaniy. Ia merupakan salah satu petinggi pada
malam aqabah, dan ikut dalam Perang Badar dan perang-perang lain.
Menurut Ibn Sa’ad dari al-Waqidiy, dari Ya’qub bin Mujahid, dari
‘Ubadah bin al-Walid bin ‘Ubadah, dari ayahnya : ‘Ubadah wafat di
Ramlah, tahun 34 H. dalam usia 72 tahun. Dahyam berkata, ia wafat di
Bait al-Maqdis.
255
Ibn Hibban berkata, dia adalah orang pertama yang menjadi qadhi di
Palestina. Menurut Sa’id bin ‘Afir, panjang badan ‘Ubadah adalah 10
jengkal. 123
123
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., III, h. 380-381.
11. Kalimat تَ ْفتَرُونَهُ بَ ْينَ أَ ْي ِدي ُك ْمyang kamu buat-buat di antara tangan.
12. Kalimat وأَرْ ُجلِ ُكمdanَ kaki-kaki kamu.
13. Kalimat ُوف ٍ ْص وا فِي َم ْع ر ُ َواَل تَع, jangan pula kamu bermaksiat dalam
kebaikan.
14. َ ُفَأَجْ ُره, maka pahalanya ada pada Allah.
Kalimat ِ علَى هَّللا
15. Kalimat ش ْيئًا َ ِاب ِم ْن َذل
َ ك َ صَ َ َو َم ْن أ, dan barangsiapa yang melakukan suatu
larangan itu.
16. Kalimat ب فِي ال ُّد ْنيَا
َ ِفَعُوق, kemudian dia dihukum di dunia.
َ َّفَه َُو َكف, maka itu menjadi penghapus dari dosanya.
17. Kalimat ُارةٌ لَه
18. Kalimat ُ ست ََرهُ هَّللا
َ ثُ َّم, kemudian Allah menutupi kesalahannya.
19. Kalimat ُع ْنه َ فَهُ َو إِلَى هَّللا ِ إِ ْن َشا َء َعفَا,maka kalau Allah kehendaki, Dia akan
mengampuninya.
20. Kalimat ُشا َء عَاقَبَه
َ َوإِ ْن, dan jika dikehendaki, dia akan dihukum.
21. Kalimat فَبَايَ ْعنَاهُ َعلَى َذلِك, maka kami pun berbai’at kepadanya akan
hal itu.
َو َكانَ َش ِه َد بَ ْدرًا َوه َُو أَ َح ُد النُّقَبَا ِء لَ ْيلَةَ ْال َعقَبَ ِة
(Dan ia ikut menyaksikan Perang Badar, dan ia juga adalah salah satu
pembesar pada Malam ‘Aqabah)
257
ketika ingin membunuh Nabi. Dia pula termasuk dalam unsur pembesar
ketika terjadi perjanjian atau bai’at aqabah.
Orang yang berbai’at berarti orang yang telah menjual dirinya hanya
dan untuk tunduk, taat dan demi kepentingan Allah swt.
ٍ ْرقُوا َواَل ت َْزنُوا َواَل تَ ْقتُلُوا أَوْ اَل َد ُك ْم َواَل تَأْتُوا بِبُ ْهت
َان تَ ْفتَرُونَ هُ بَ ْينَ أَ ْي ِدي ُك ْم ِ َعلَى أَ ْن اَل تُ ْش ِر ُكوا بِاهَّلل ِ َش ْيئًا َواَل تَس
ٍ َوأَرْ ُجلِ ُك ْم َواَل تَ ْعصُوا فِي َم ْعر
ُوف
Isi perjanjian atau bai’at itu adalah : Tidak boleh menyekutukan Allah
dengan sesuatu, yakni menyembah Allah tapi masih mempercayai ada
kekuatan lain selain Allah, lalu mereka menyembahnya dalam bentuk
patung, atau sejenisnya. Menyekutukan Tuhan termasuk salah satu dosa
besar yang tidak diampuni oleh Allah. Tidak boleh juga mencuri, yakni
mengambil harta orang lain secara batil. Tidak boleh juga berzina, yaitu
melakukan hubungan seksual antara dua jenis kelamin yang berbeda yang
tidak terikat dengan ikatan pernikahan yang sah. Tidak boleh lagi
membunuh anak-anak kamu, sebagaimana kebiasaan orang-orang Arab
yang membunuh anak terutama anak wanita, karena mereka menganggap
sumber aib dan malu. Larangan membunuh anak-anak menurut
Muhammad bin Ismail al-Taimiy, karena dapat memutuskan garis
keturunan, apapun alasannya, termasuk karena takut miskin, tidak
dibolehkan. Larangan membunuh anak dengan alasan takut miskin,
sebagiaman disetir Allah dalam QS. al-Isra’ : 31
Terjemahnya:
dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan
juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu
dosa yang besar.
259
Jangan pula kamu membawa berita bohong yang kalian buat-buat
dengan tangan dan kaki kalian. Buhtan, yakni berita bohong yang
didengar. Penyebutan tangan dan kaki karena perbuatan-perbuatan yang
besar biasanya diperankan oleh tangan dan kaki. Keduanya menjadi alat
dan sarana untuk bergaul dan berusaha, sehingga sering disebut pula
dengan perbuatan tangan-tangan kamu. Walaupun kaki yang terkena
hukuman tetapi serlalu disebut ini perbuatan tangan kalian. Yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah, menyebarluaskan berita bohong
kepada manusia, sehingga sebagian orang menjadi saksi kepada sebagian
yang lain. Jangan pula kamu berbuat maksiat dalam kebaikan. Yakni, hal-
hal yang secara syar’iy telah diketahui di larang atau diperintah. Imam al-
Nawawiy, memahami pernyataan ini, bermakna jangan kamu bermaksiat
kepadku atau kepada pemimpin (pemerintah) kamu terhadap hal-hal yang
makruf. Sebagian ulama menjelaskan bahwa pernyataan ini memberi
petunjuk bahwa taat kepada makhluk (pemimpin) hukumnya wajib selama
tidak menyuruh untuk bermaksiat kepada Allah.
اب ِم ْن َذلِكَ َش ْيئًا ثُ َّم َستَ َرهُ هَّللا ُ فَهُ َو إِلَى هَّللا ِ إِ ْن َشا َء َعفَا َع ْنهُ َوإِ ْن َشا َء عَاقَبَهُ فَبَايَ ْعنَاهُ َعلَى َذلِك
َ صَ ََو َم ْن أ
261
terserah kepada Allah, jika Allah kehendaki maka ia akan dimaafkan jika
Allah menghendaki maka ia akan tetap dihukum sesuai dengan jenis
perbuatan dan dosa yang dilakukannya. Suatu hal yang perlu diperhatikan
yaitu semua jenis larangan yang diperjanjikan itu apabila dilanggar harus
segera diiringi dengan tobat kepada Allah. Hal ini sebagaimana pula
disebutkan Allah dalam QS. al-Ma’idah: 34
Terjemahnya:
kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu
dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka ketahuilah
bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi pada Satuan Bahasan
Bagian VI dipersilahkan mengerjakan latihan berikut:
Rangkuman
Tes Formatif
1. Jelaskan pengertian kosa kata ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة,أَهَ َّمهُ ْم, dan ُال َّش ِريف, pada hadis pertama.
Jelaskan pula pengertian kosa kata ب َ ِ فَعُوق,النقباء, dan ُارةٌ لَه َ َّ فَهُ َو َكفpada hadis kedua.
2. Kemukakan kembali asbab al-wurud al-hadis yang pertama.
263
Kunci Jawaban Tes Formatif
1. Pengertian kosa kata Jelaskan pengertian kosa kata أَهَ َّمهُ ْم,yaitu orang Quriasy
ْ yaitu seorang
merasa mendapat kesusahan yang sangat berarti . ال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة,
wanita suku Quraisy dari bani Makzumiyah melakukan pencurian, dan ُريف ِ ال َّش,
artinya, orang yang terpandang atau terhormat , pada hadis pertama. Jelaskan
pula pengertian kosa kata النقب اء,yaitu pembesar atau kepala suku, ب َ ِفَ ُع وق,
artinya, maka kemudian dia dihukum di dunia, dan ُارةٌ لَ ه َ َّ فَه َُو َكفartinya,
hukuman di dunia dapat menghapus dosanya di akhirat, pada hadis kedua.
2. Asbab al-wurud al-hadits yang pertama, sehubungan dengan kasus terjadinya
tindak pidana pencurian yang dilakuakan oleh seorang wanita terhormat dari
Bani Makhzumiyah yang bernama Fathimah. Lalu orang-orang Quraisy
bermaksud meminta syafaat (pembatalan) hukum kepada Nabi agar wanita itu
tidak jadi di hukum potong tangan. Mereka pun sepakat mengutus Usamah
bin Zaid sebagai delegasi yang akan memohon syafaat kepadaNabi. Namun,
jawaban Nabi bahwa Jangan member syafaat hanya karena pelaku pencurian
itu adalah kalangan orang terhormat. Karena sesungguhnya, yang telah
menghancurkan umat-umat terdahulu, yakni apabila yang mencuri orang
terhormat maka mereka tidak menegakkan hukuman,tapi apabila yang
mencuri itu orang lemah mereka laksanakan hukuman. Demi Allah, sabda
Rasul, Seandainya Fathimah itu adalah Fathimah binti Muhammad, yang
mencuri aku akan potong tanganya.
BAGIAN VII
MOTIVASI DAN BALASAN JIHAD
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
a. Materi Hadis
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-‘ilm, bab man sa’ala wahuwa qa’im al-‘ilm jalasa,
hadis no. 120, kitab al-jihad wa al-sir, bab man qatala li takunu
kalimatullah hiya al-‘ulya fahuwa fi sabilillah, hadis no. 2599, kitab
furudh al-khamzah, bab man qatala li al-maughnim hal yanqushu min
ajrihi, hadis no. 2894.
267
2. Muslim, kitab al-imarah, bab man qatala li takunu kalimatullah hiya
al-‘ulya fahuwa fi sabilillah, hadis no. 3524, 3525, 3526.
3. Abu Dawud, kitab al-jihad, bab bab man qatala li takunu kalimatullah hiya
al-‘ulya fahuwa fi sabilillah hadis no. 2156.
4. Al-Turmudziy, kitab fadhail al-jihad, bab ma ja’a fiman yaqtulu riya’ wa li
al-din, hadis no. 1570.
5. Al-Nasaiy, kitab al-jihad, bab man qatala li takunu kalimatullah hadis no.
3085.
6. Ibn Majah, kitab al-jihad, bab al-niyat fi al-qatl, hadis no. 2773.
7. Ahmad bin Hanbal, kitab awwal musnad al-Kufiyin, bab hadits Abi Musa
al-Asy’ariy, hadis no. 18673, 18722, 18771, 18905.
Selain Abu Musa menerima hadis langsung dari Nabi saw. juga
menerima melalui Abu Bakr, ‘Umar, ‘Ali, Ibn ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab,
‘Ammar bin Yassar, Mu’adz bin Jabal. Adapun para periwayat yang
menerima dan melanjutkan riwayat dari Abu Musa, yaitu : anaknya
Ibrahim, Abu Bakr, Abu Burdah, Musa, dan istrinya Ummu ‘Abdullah. Juga
Anas bin Malik, Abu Sa’id al-Khudhriy, Thariq bin Syihab, Abu Abd al-
Rahman al-Salmiy, Zurra bin Habisy, Zaid bin Wahab, ‘Abid bin ‘Umair,
Abu al-Ahwash ‘Auf bin Malik, Abu al-Aswad al-Dailiy, Sa’id bin al-
Musayyab, Abu ‘Utsman al-Nahdiy, Qais bin bu Hazam, Abu Rafi’ al-
Sha’igh, Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud, Masruq bin Aus al-
Handhaliy, Huzail bin Syarhabil, Murrah bin Syarahil al-Thib, Aswad dan
‘Abd al-Rahman keduanya anak dari Yazid al-Nukha’iy, Hiththan bin
‘Abdullah al-Raqasyiy, Rabi’iy bin Harasy, Zahdam bin Madhrab, Abu Wail
Shaqiq bin Salamah, Shafwan bin Mahruz, dan lain-lain.
Abu Musa dikenal pada masa Nabi sebagai qari’ Alquran yang bagus
lagunya. Suatu ketika Nabi mendengar lantunan suara Abu Musa
membaca Alquran, Nabi saw. bersabda :
124
Al-Bukhariy, Kitab fadhail al-Qur’an, bab Husn al-Shaut bi al-qira’at al-Qur’an, hadis no.
4660.
269
(qadha) umat adalah empat orang, yaitu : ‘Umar, ‘Ali, Abu Musa, dan Zaid
bin Tsabit. Berkata ‘Utsman al-Nahdiy : “Aku shalat di belakang Abu
Musa, maka aku belum pernah mendengar suara indah sejak masa
jahiliah, tidak ada yang lebih baik suaranya dalam membaca Alquran.”
‘Umar apabila melihat Abu Musa, dia berkata: “Ingatkanlah kami wahai
Abu Musa (dengan bacaan Alquran), lalu Abu Musa membacakan
Alquran.” Dalam riwayat yang lain, kadang ‘Umar berkata: “Rindukanlah
kami kepada Tuhan kami.”
125
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., III, h. 610-611.
Makna jihad menurut bahasa ialah kesulitan. Jika dikatakan “Jahadtu
jihadan”, artinya aku sampai ke taraf yang sulit. Adapun pengertian jihad
menurut syariat ialah pengerahan usaha dan kemampuan untuk
memerangi orang-orang kafir, orang-orang yang lalim dan para perampok
jalanan.
Pensyariatan jihad didasarkan kepada Alquran, al-Sunnah, dan ijma’.
Banyak nash yang memerintahkan jihad, menganjurkan dan mendorong
pelaksaan jihad.
Jihad merupakan fardhu kifayah. Jika sudah ada yang melaksanakanya,
maka kewajiban jihad menjadi gugur bagi yang orang lain. Jika tidak ada
yang melakukan jihad, maka siapapun yang mengetahuinya akan berdosa.
Jihad menjadi farhdu ‘ain, apabila terjadi situasi sebagai berikut :
Menurut ulama, jihad juga bisa diartikan usaha melawan hawa nafsu,
syetan, dan orang-orang kafir dan fasik. Memerangi nafsu yaitu dengan
cara mempelajari masalah-masalah agama kemudian mengamalkannya
dan juga mengajarkannya. Memerangi syetan yakni dengan cara menjauhi
syubhat, dan syahwat. Adapun memerangi orang-orang kafir bisa
dilakukan dengan tangan, lisan, harta dan badan. Sedangkan memerangi
orang-orang fasik ialah dengan menggunakan tangan, lisan kemudian
dengan hati.
271
Kenyataannya, orang-orang yang melaksanakan jihad memiliki
motivasi yang berbeda. Hadis yang sedang dibahas mengidentifikasi
beberapa jenis motivasi orang melakukan jihad, seperti yang dijelaskan
berikut ini :
ِ ال َّر ُج ُل يُقَاتِ ُل لِ ْل َم ْغن َِم َوال َّر ُج ُل يُقَاتِ ُل لِي ُْذ َك َر َويُقَاتِ ُل لِي َُرى َم َكانُهُ َم ْن فِي َسبِي ِل هَّللا
(seorang yang berperang demi mendapatkan harta rampasan, ada yang
berperang untuk diingat, dan ada yang berperang untuk dilihat
derajatnya, maka siapakah di antara mereka yang berperang di jalan
Allah ?’ )
قَا َل َم ْن قَاتَ َل لِتَ ُكونَ َكلِ َمةُ هَّللا ِ ِه َي ْالع ُْليَا فَه َُو فِي َسبِي ِل هَّللا
(Nabi saw. menjawab, ‘Barangsiapa yang berperang untuk
meninggikan kalimat Allah (Tauhid), berarti ia berperang di jalan
Allah’.)
273
Peperangan-peperangan yang dilakukan Rasulullah saw. yang
kemudian mampu membuka hati dan pikiran, bahwa peperangan yang
beliau lakukan dimaksudkan untuk membela akidah yang terancam,
begitu pula gambaran muamalah, membela perjanjian yang dilakukan.
Dakwah beliau melalui hikmah dan nasihat yang baik serta bagaimana
cara berdebat dengan cara yang paling baik.
1. Dasar kebaikan amal dan kerusakannya tergantung pada niat, niat yang
akan menentukan diterima tidaknya suatu amal.
2. Siapa yang memerangi orang-orang kafir dengan tujuan riya’, atau
melakukan perlindungan terhadap kaumnya (‘ashabiyah), atau ingin
memperlihatkan kepahlawanannyah atau tujuan-tujuan keduniaan
lainnya, maka semua itu tidak termasuk berjihad di jalan Allah.
3. Orang yang berperang di jalan Allah adalah mereka berperang untuk
meninggikan kalimat Allah.
4. Memerangi musuh demi membela Negara dan kehormatan Negara,
termasuk perang yang disucikan. Siapa yang gugur daam peperangan
itu, maka di mati syahid.
a. Materi Hadis
ب اللَّهُ لِ َم ْن َخ َر َج يِف َس بِيلِ ِه اَل خُيْ ِر ُج هُ إِاَّل إِميَ ا ٌن يِب ِ
َ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال ا ْنتَ َد َ ِّ َع ِن أَيب ُهَر ْي َر َة َع ْن النَّيِب
ُ يم ٍة أ َْو أ ُْد ِخلَهُ اجْلَنَّةَ َولَ ْواَل أَ ْن أِ ِ ِ مِب ِ ِ َوت
ف
َ ت َخ ْل ُ َش َّق َعلَى أ َُّميِت َما َق َع ْد ْ يق بُِر ُسلي أَ ْن أ ُْرج َعهُ َا نَ َال م ْن أ
َ َج ٍر أ َْو َغن ٌ صد ْ َ
ِ ِ ٍ
) (رواه البخاري و مسلم وغريمها.ُحيَا مُثَّ أُْقتَ ُل ْ ت أَيِّن أُْقتَ ُل يِف َسبِ ِيل اللَّه مُثَّ أ
ْ ُحيَا مُثَّ أُْقتَ ُل مُثَّ أ ُ َس ِريَّة َولََود ْد
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. bersabda:
“Allah mengutus orang yang keluar di jalan-Nya, tidak membuatnya
pergi kecuali karena iman kepada-Ku dan membenarkan rasul-rasul-Ku,
aku akan memulangkannya dengan membawa apa yang ia dapatkan
berupa pahala (akhirat) atau harta rampasan perang, atau Aku
memasukkannya ke surge. Seandainya aku tidak memberatkan umatku,
aku tidak duduk di belakang pasukan, aku sangat ingin terbunuh di
jalan Allah, kemudian aku hidup kembali kemudian terbunuh kembali,
kemudian hidup lagi, kemudian terbunuh lagi.” (H.R. Al-Bukhariy,
Muslim dan selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-iman, bab al-jihad min al-iman, hadis no. 35, kitab
al-jihad, bab tamanniy al-syahid, hadis no. 2588, bab al-ja’ilu wa al-
hamlan fi sabil, hadis no. 2750, kitab al-tamanniy, bab ma ja’a fi al-
tamanniy waman tamanniy li al-syahid, hadis no. 6685, 6686.
2. Muslim, kitab al-imarah, bab fadhl al-jihad wa al-khuruj fi sabil Allah,
hadis no. 3484.
3. Al-Nasaiy, kitab al-jihad, bab al-rukhshah fi al-takhalluf ‘an al-sirriyah,
hadis no. 3047, bab ma takfulullah azza wajalla liman yajhadu fi sabili
Allah, hadis no. 3072, bab al-tamanniy al-qathl fi sabili Allah, hadis no.
3101, kitab al-iman, bab al-jihad, hadis no. 3943, 3944.
275
4. Ibn Majah, kitab al-jihad, bab fadhl al-jihad fi sabili Allah, hadis no.
2743.
5. Malik, kitab al-jihad, bab al-syuhada’ fi sabili Allah, hadis no. 871, 873.
6. Ahmad bin Hanbal, kitab baqi musnad al-muktsirin, bab musnad Abu
Hurairah, hadis no. 6860, 7041, bab baqi musnad al-sabiq, hadis no.
8620, 9742, 10004, 10038.
(ABU HURAIRAH)
Nama lengkap Abu Hurairah ialah’ Abd al-Rahman bin Shakhr al-
Dausi al-Yamani. Nama ‘Abd al-Rahman adalah nama pemberian Rasulullah
saw. Namanya sebelum memeluk Islam, ada yang menyatakan ‘Abd al-
Syams dan ada yang menyebut nama lain. Setelah memeluk Islam, dia
lebih dikenal dengan sapaan (kuniyah-nya) Abu Hurairah (arti harfiahnya
bapak seekor anak kucing). Menurut suatu riwayat, sebutan itu
diperolehnya dari Nabi. Dia di sapa begitu karena dia sering terlihat
membawa seekor anak kucing betina. Nabi pernah melihat anak kucing itu
berada di lengan baju Abu Hurairah. Bila malam hari, anak kucing tersebut
ditaruhnya di sebatang pohon.
Menurut hitungan Baqi bin Makhlad (201-276 H), jumlah hadis yang
telah diriwayatkan oleh Abu Hurairahj sebanyak 5374 buah (menurut al-
Kirmani : 5364). Dari jumlah tersebut, yang periwayatannya disepakati
oleh al-Bukhari dan Muslim (muttafaq ‘alaih) sebanyak 325 buah hadis;
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sendiri sebanyak 93 buah, dan yang
diriwayatkan oleh Muslim saja sebanyak 189 buah hadis.
Para sahabat Nabi pernah menegur Abu Hurairah karena dia begitu
banyak meriwayatkan hadis Nabi sedangkan dia bergaul dengan Nabi
relatif tidak lama (sekitar 3 tahun). Abu Hurairah menjawab: “Ketika
orang-orang muhajirin sibuk dengan barang-barang perniagaan di pasar
dan orang-orang Anshar sibuk dengan urusan kebun-kebun mereka, maka
saya menyibukkan diri pada kegiatan belajar menghafal hadis Nabi.
Sanad hadis yang paling sahih yang berpangkal dari Abu Hurairah,
yaitu al-Zuhriy dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah. Adapun
sanad hadis yang paling lemah adalah al-Sari bin Sulaiman bi Abi Dawud
bin Yazid al-Awdi dari bapaknya (Yazid al-Awdi) dari Abu Hurairah. Jadi,
kekuatan hadis yang berasal dari Abu Hurairah, disamping dari ketekunan
Lihat Ibn ‘Ali bin Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib al-Tahdzib, juz VII, h. 524.
127
Abu Hurairah sendiri, juga karena didukung oleh kekuatan para periwayat
yang menersukan hadis dari Abu Hurairah.
128
Lihat Ibrahim Dasuqi al-Sahawi, Mushthalah al-Hadits, (Al-Azhar : Syirkat al-Funiyah al-
Muttahidah, [tth] ) h. 180-181.
129
Lihat Ibn Hajr al-Asqalani , op.cit., h. 523-527, Ibn Hajr al-Asqalaniy, Al-Ishabah fi
Tamyis al-Shahabah, jilid IV, (Kairo : Mushthafa Muhammad, 1385/1939 M), h. 202; ‚Izz al-Din
bin Atsir, Usud al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah, Jilid IV, (Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1415
H/1993 M), h. 321;.
130
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib al-Tahdzib, op.cit, VII, h.525. Khalid Muhammad
Khalid, Rijal Hawla al-Rasul, (Beirut : Dar al-Fikr, [tth.]), h. 425.
279
d. Arti Kosakata dan Syarahan Hadits
ٌ َب هَّللا ُ لِ َم ْن َخ َر َج فِي َسبِيلِ ِه اَل ي ُْخ ِر ُجهُ إِاَّل إِي َم
ٌ ان بِي َوتَصْ ِدي
ق بِ ُر ُسلِي َ ا ْنتَد
(Allah mengutus orang yang keluar di jalan-Nya, tidak membuatnya pergi
kecuali karena iman kepada-Ku dan membenarkan rasul-rasul-Ku).
ت أَنِّي أُ ْقتَ ُل فِي َس بِي ِل هَّللا ِ ثُ َّم أُحْ يَا ثُ َّم أُ ْقتَ ُل ثُ َّم أُحْ يَا ثُ َّم ُ ق َعلَى أُ َّمتِي َما قَ َع ْد
ُ ت َخ ْل فَ َس ِريَّ ٍة َولَ َو ِد ْد َّ َولَوْ اَل أَ ْن أَ ُش
أُ ْقتَ ُل
(Seandainya aku tidak memberatkan umatku, aku tidak duduk di belakang
pasukan, aku sangat ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian aku hidup
kembali kemudian terbunuh kembali, kemudian hidup lagi, kemudian
terbunuh lagi).
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif
1. Tulis hadis tentang motivasi jihad lengkap dengan periwayat pertama dan
mukharrijnya.
2. Kemukakan kandungan pokok hukum hadis tentang motivasi jihad.
3. Kemukakan perbedaan antara orang yang berjihad di jalan Allah dan yang
tidak.
283
ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم ال َّر ُج ُل يُقَاتِ ُل لِ ْل َم ْغن َِم
َ ض َي هَّللا ُ َع ْن هُ قَ ا َل قَ ا َل أَ ْع َرابِ ٌّي لِلنَّبِ ِّي
ِ ع َْن أَبي ُمو َسى اأْل َ ْش َع ِريُّ َر
َوال َّر ُج ُل يُقَاتِ ُل لِي ُْذ َك َر َويُقَاتِ ُل لِيُ َرى َم َكانُ هُ َم ْن فِي َس بِي ِل هَّللا ِ فَقَ ا َل َم ْن قَاتَ َل لِتَ ُك ونَ َكلِ َم ةُ هَّللا ِ ِه َي ْالع ُْليَ ا فَهُ َو فِي
) (رواه البخاري و مسلم وغيرهما.ِ َسبِي ِل هَّللا
2. Kandungan pokok hukum hadis tentang motivasi jihad, yaitu:
a. Dasar kebaikan amal dan kerusakannya tergantung pada niat, niat yang
akan menentukan diterima tidaknya suatu amal.
b. Siapa yang memerangi orang-orang kafir dengan tujuan riya’, atau
melakukan perlindungan terhadap kaumnya, atau ingin memperlihatkan
kepahlawanannyah atau tujuan-tujuan keduniaan lainnya, maka semua itu
tidak termasuk berjihad di jalan Allah.
c. Orang yang berperang di jalan Allah adalah mereka berperang untuk
meninggikan kalimat Allah.
d. Memerangi musuh demi membela Negara dan kehormatan Negara,
termasuk perang yang disucikan. Siapa yang gugur daam peperangan itu,
maka di mati syahid.
3. Orang yang berjihad di jalan Allah yaitu mereka yang berjuang hanya karena
ingin menegakkan kebenaran agama, membela kehormatan Negara.
Sedangkan orang yang berjuang bukan di jalan Allah yaitu mereka yang
berjuang hanya karena riya’, melindungi kelompoknya (‘ashabiyah), atau agar
dipuji sebagai pahlawan atau pejuang.
BAGIAN VIII
AMAL YANG SETINGKAT DENGAN JIHAD
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
285
1. Mahasiswa dapat menulis, membaca, menghafalkan dan mengartikan
materi hadis.
2. Mahasiwa dapat membuat uraian mengenai salah satu cara berjihad
adalah berbakti kepada orang tua.
3. Dapat memahami dan menguraikan bahwa menyantuni janda dan orang
miskin juga termasuk amal yang setingkat dengan jihad.
4. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan pokok hukum hadis tentang
berbakti kepada orang tua setingkat dengan jihad, dan hadis tentang
menyantuni janda dan orang miskin termasuk salah satu bentuk jihad.
a. Materi Hadis
اس تَأْ َذنَهُ يِف اجْلِ َه ِاد ِ ُ ِع َن َعْب َد اللَّ ِه بْ َن َع ْم ٍرو َر ِض َي اللَّهُ َعْن ُه َما َي ُق
َ ِّ ول َجاءَ َر ُج ٌل إِىَل النَّيِب
ْ َص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم ف
)(رواه البخاري و مسلم وغريمها.اه ْد ِ َف َق َال أَحي والِ َد َاك قَ َال نَعم قَ َال فَِفي ِهما فَج
َ َ َْ َ ٌّ َ
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: Seorang laki-
laki datang kepada Nabi saw..lalu meminta izin kepada beliau untuk
berjihad.” Nabi bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”
Laki-laki tersebut menjawab, “Ya.” Kemudian Nabi bersabda, “Pada
mereka berdua ada jihad, maka berjihadlah (kepada mereka
berdua).”(H.R. Al-Bukhariy, Muslim dan selainnya).
b.Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-jihad, bab al-jihad bi idzn abawain, hadis no. 2782
2. Muslim, kitab al-birr wa al-shillah wal-adab, bab birr al-walidain wa
annahuma ahaqqu bih, hadis no. 4624.
3. Abu Dawud, kitab al-jihad, bab fi al-rajul yaghuzwu wa abuhu karhan,
hadis no. 2167.
4. Al-Turmudziy, kitab al-jihad, bab ma ja’a fiman kharaja fi ghazwah wa
taraka abuhu, hadis no. 1594.
5. Al-Nasaiy, kitab al-jihad, bab al-rukhshah fi al-takhalluf li man lahu
waladan, hadis no. 3052.
6. Ibn Majah, kitab al-jihad, bab al-rajul yaghzawu wa lahu abawan, hadis
no. 2772.
7. Ahmad bin Hanbal, kitab musnad al-muktsirin min al-shahabah, bab
musnad ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash, hadis no. 6239, 6257, 6474,
6520, 6539, 6562, 6573, 6765.
287
satu anggota tim. Dalam tim itu, ‘Abdullah hanya diizinkan oleh ‘Umar
untuk memilih dan tidak diizinkan untuk dipilih sebagai khalifah.
Ibn ‘Umar dikenal sebagai salah seorang sahabat Nabi yang sangat
dermawan. Pada suatu saat, Ibn ‘Umar bersedekah uang sebanyak 30.000
dirham sekaligus, suatu jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran saat itu.
Selain Ibn ‘Umar meriwayatkan hadis langsung dari Nabi saw., dia
juga menerima hadis dari para sahabat lainnya, terutama dari para
Khulafa’ al-Rasyidin, Hafshah (saudaranya), Abu Hurairah, dan dari
‘Aisyah. Sedangkan para periwayat yang menerima dan meriwayatkan
hadis dari Ibn ‘Umar antara lain, selain dari tabi’in seperti anaknya, dan
pelayannya, Nafi’ bin al-Faqih, Sa’id bin al-Musayyab, Abu Salamah, Salim,
Mus’ab bin Sa’ad, dan lain-lain. Ada juga dari kalangan sahabat, seperti
Ibn ‘Abbas, dan Jabir.132
‘Abdullah bin Mas’ud dalam hal ini tidak termasuk dalam kelompok
Abadillah tersebut. ‘Abdullah bin ‘Umar wafat di Makkah pada tahun 73
H. dalam usia sekitar delapan puluh tahun.
132
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Juz II, h. 343, Jamal al-
Din Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizziy, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, Juz X, (Bairut : Dar al-Fikr,
1994 M), h. 356-361.
133
Lihat ibid, Ibn Hajr al-Asqalani, III, h. 579-581; Ibn Hajr al-Asqalani, al-Ishabah,
op.cit., h. Ibn Atsir, op.cit., III, h. 341; Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal, ibid., XV,h.339; Khalid
Muh}ammad Khalid, op.cit., h. 95-99; Ibrahim Dasuqi al-Sahawi, op.cit., h. 186.
289
d. Arti Kosakata dan Syarahan Hadits
1. Kalimat فَا ْستَأْ َذنَهُ فِي ْال ِجهَا ِد, seseorang meminta izin agar diperkenankan ikut
berjihad.
2. Kalimat كَ أَ َح ٌّي َوالِدَا, apakah orang tuamu masih hidup.
3. Kalimat فَفِي ِه َما فَ َجا ِه ْد,mengurusi dan mengabdi kepada kedua orang tua
adalah jihad.
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَا ْستَأْ َذنَهُ فِي ْال ِجهَا ِد
َ َجا َء َر ُج ٌل إِلَى النَّبِ ِّي
Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw..lalu meminta izin kepada
beliau untuk berjihad).
Laki-laki yang datang kepada Nabi saw. untuk minta diizinkan ikut
berjihad itu bernama Jahimah bin al-‘Abbas bin Mardas. Menurut riwayat
al-Nasaiy dan Ahmad dari jalur Mu’awiyah bin Jahimah, bahwa Jahimah
datang kepada Nabi saw. dab bertanya, “Wahai Rasulullah, aku ingin ikut
bersamamu untuk berperang, Nabi bertanya, ‘Apakah engkau mempunyai
ibu?’ dia menjawab, ‘Ya,” Nabi bersabda: Layanilah ibumu.”
Mengingat besarnya jasa kedua orang tua, maka dalam ayat Alquran,
Tuhan merangkaikan sejajar dalam satu kalimat keharusan bersyukur
kepada Allah dan berterima kasih kepada ibu-bapak. Sebagaimana misalnya
yang disebutkan dalam QS. Luqman: 14
Terjemahnya:
dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
Perlakuan anak terhadap orang tuanya secara patut, dijelaskan oleh
Allah secara terperinci dalam QS. Al-Isra’ ayat 23-24,
291
Terjemahnya:
dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".
Ayat ini dimulai dengan penegasan kewajiban berbakti (beribadah)
kepada Allah, setelah itu anak harus:
1. Berbuat baik kepada kedua orang tua.
2. Larangan mengeluarkan perkataan ‘uff terhadap kedua orang tua.
3. Tidak boleh menghardik kedua orang tua.
4. Berkata dengan lemah lembut dan hormat kepada kedua orang tua.
5. Merendahkan diri terhadap kedua orang tua dengan penuh kasih saying.
6. Mendoakan kepada Allah agar mengasihi dan mengampuni kedua orang
tua, sebagaimana mereka telah memelihara anak di waktu kecil.
a. Materi Hadis
ِ ني َكالْمجاه
ِد يِف َس بِ ِيل اللَّ ِه ِ ِ ِ ِ َّ عن أَيِب هرير َة قَ َال قَ َال النَّيِب ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم
َ ُ ِ الس اعي َعلَى اأْل َْر َملَ ة َوالْم ْس ك َ َ َ َْ ُ َ ُّ َْ َ ُ ْ َ
ِ َّ أَو الْ َقائِ ِم اللَّيل
) (رواه البخاري و مسلم وغريمها.َّه َار َ الصائ ِم الن َْ ْ
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Abu Hurairah, ia berkata, telah bersabda Nabi
saw.: “Orang yang berusaha untuk menghidupi para janda dan orang
miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah atau orang yang shalat
di malam harinya dan shaum di siang harinya.” (H.R. Al-Bukhariy,
Muslim dan selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
1. Al-Bukhariy, kitab al-nafaqat, bab fadhl al-nafaqat ‘ala al-ahl, hadis no.
4934, kitab al-adab, bab al-sa’iy ‘ala al-armalah, hadis no. 5547, bab al-
sa’iy ‘ala al-miskin, hadis no. 5548.
2. Muslim, kitab zuhud, bab al-ihsan ‘ala al-armalah wa al-miskin wa al-
yatim, hadis no. 5295.
3. Al-Turmudziy, kitab al-birr wa al-shillah, bab ma ja’a fi al-sa’iy ‘ala al-
armalah wa yatim, hadis no. 1892.
4. Al-Nasaiy, kitab al-zakat, bab fadhl al-sa’iy ‘ala al-armalah, hadis no.
2530.
5. Ibn Majah, kitab al-tijarat, bab al-hitstsu ‘ala al-maksab,hadis no. 2131.
6. Ahmad bin Hanbal, kitab baqi musnad al-muktsirin, bab baqi musnad
al-sabiq, hadis no. 8377.
293
c. Biografi Singkat Sahabat Nabi Periwayat hadis
(ABU HURAIRAH)
Nama lengkap Abu Hurairah ialah’ Abd al-Rahman bin Shakhr al-
Dausi al-Yamani. Nama ‘Abd al-Rahman adalah nama pemberian Rasulullah
saw. Namanya sebelum memeluk Islam, ada yang menyatakan ‘Abd al-
Syams dan ada yang menyebut nama lain. Setelah memeluk Islam, dia
lebih dikenal dengan sapaan (kuniyah-nya) Abu Hurairah (arti harfiahnya
bapak seekor anak kucing). Menurut suatu riwayat, sebutan itu
diperolehnya dari Nabi. Dia di sapa begitu karena dia sering terlihat
membawa seekor anak kucing betina. Nabi pernah melihat anak kucing itu
berada di lengan baju Abu Hurairah. Bila malam hari, anak kucing tersebut
ditaruhnya di sebatang pohon.
Menurut hitungan Baqi bin Makhlad (201-276 H), jumlah hadis yang
telah diriwayatkan oleh Abu Hurairahj sebanyak 5374 buah (menurut al-
Kirmani : 5364). Dari jumlah tersebut, yang periwayatannya disepakati
295
oleh al-Bukhari dan Muslim (muttafaq ‘alaih) sebanyak 325 buah hadis;
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sendiri sebanyak 93 buah, dan yang
diriwayatkan oleh Muslim saja sebanyak 189 buah hadis.
Para sahabat Nabi pernah menegur Abu Hurairah karena dia begitu
banyak meriwayatkan hadis Nabi sedangkan dia bergaul dengan Nabi
relatif tidak lama (sekitar 3 tahun). Abu Hurairah menjawab: “Ketika
orang-orang muhajirin sibuk dengan barang-barang perniagaan di pasar
dan orang-orang Anshar sibuk dengan urusan kebun-kebun mereka, maka
saya menyibukkan diri pada kegiatan belajar menghafal hadis Nabi.
Sanad hadis yang paling sahih yang berpangkal dari Abu Hurairah,
yaitu al-Zuhriy dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah. Adapun
sanad hadis yang paling lemah adalah al-Sari bin Sulaiman bi Abi Dawud
bin Yazid al-Awdi dari bapaknya (Yazid al-Awdi) dari Abu Hurairah. Jadi,
kekuatan hadis yang berasal dari Abu Hurairah, disamping dari ketekunan
Abu Hurairah sendiri, juga karena didukung oleh kekuatan para periwayat
yang menersukan hadis dari Abu Hurairah.
135
Lihat Ibrahim Dasuqi al-Sahawi, Mushthalah al-Hadits, (Al-Azhar : Syirkat al-Funiyah al-
Muttahidah, [tth] ) h. 180-181.
136
Lihat Ibn Hajr al-Asqalani , op.cit., h. 523-527, Ibn Hajr al-Asqalaniy, Al-Ishabah fi
Tamyis al-Shahabah, jilid IV, (Kairo : Mushthafa Muhammad, 1385/1939 M), h. 202; ‚Izz al-Din
bin Atsir, Usud al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah, Jilid IV, (Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1415
H/1993 M), h. 321;.
137
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib al-Tahdzib, op.cit, VII, h.525. Khalid Muhammad
Khalid, Rijal Hawla al-Rasul, (Beirut : Dar al-Fikr, [tth.]), h. 425.
297
1. Kata َّاعي
ِ الس, artinya berusaha untuk janda dan orang miskin, yakni
perbuatan membantu mereka.
2. Lafadz اأْل َرْ َملَة, yaitu wanita yang tidak memiliki suami, apakah ia
pernah kawin atau tidak. Ada pendapat yakni wanita yang sudah
bercerai dengan suaminya. Disebut armalah karena tidak ada
penghasilan padanya, ia menjadi faqir, hilang sumber nafkah karena
tidak ada lagi suami yang berusaha. 138
3. Lafadz ين ْ yakni orang yang tidak mempunyai sesuatu apa pun
ِ ال ِم ْس ِك,
dari harta. Ada yang perdapat yaitu orang yang mempunyai sedikit harta
tetapi tidak mencukupi kebutuhannya, atau disebut dengan faqir.
ِ ِ َك ْال ُم َجا ِه ِد فِي َسب, seperti orang yang berjihad di jalan Allah.
4. Kalimat ِ يل هَّللا
140
Lihat : Parsudi Suparlan, “Kemiskinan”, dalam Manusia Indonesia : Individu, Keluarga, dan
Masyarakat, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1986), h. 129.
141
Lihat : Hadimulyo, “Memerangi Kemiskinan”, Republika,17 April 1993, h. 6.
Hadis ini menunjukkan perhatian Nabi terhadap kemiskinan
struktural. Mengentaskan kemiskinan struktural dengan mendorong
pihak-pihak yang berkompoten dan orang-orang yang berpunya untuk
peduli terhadap nasib orang miskin. Kepedulian seseorang terhadap kasus
kemiskinan sama kedudukannya sama dengan orang yang berjihad atau
beribadah malam hari dan berpuasa di siang hari. Bahkan dalam hadis
lain, Nabi mengecam orang yang tidur dalam keadaan kenyang,
sementara tetangganya tidak dapat tidur karena menahan lapar. 142 Hadis-
hadis seperti ini menunjukkan obsesi Nabi agar orang miskin dapat hidup
layak ditengah-tengah orang kaya secara rukun. Orang kaya yang hidup
berdampingan dengan orang miskin dalam keadaan tidak rukun, jelas
akan berpeluang tersulutnya kecemburuan social, yang pada gilirannya
terjadi tindakan makar sebagai upaya balas dendam dari si miskin.
Pemberian santunan kepada orang miskin tercermin dalam satu
rumpun keluarga, dan jaminan social dalam bentuk zakat dan sedekah
wajib.Disini perlu adanya penetapan hak dan kewajiban social dalam
menangani kasus kemiskinan. Sebab, jika hanya mengandalkan
sumbangan sukarela dan menunggu keinsafan pribadi, hasilnya tidak
akan pernah memuaskan dan tidak menyelesaikan problema kemiskinan.
Dalam Alquran disebutkan bahwa pada harta yang dimiliki ada hak orang
miskin. Sebagaimana terdapat pada QS. al-Dzariyat : 19
Terjemahnya :
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
1. Menyantuni janda dan orang miskin termasuk salah satu bentuk jihad
social.
2. Keutamaan jenis jihad seperti ini, sama nilainya dengan pahala orang
yang shalat pada malam hari dan berpuasa pada siang harinya.
Latihan
143
Lihat : M. Quraish Shihab, op.cit., h. 456
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi sajian pada Satuan
Bahasan Bagian VIII dipersilahkan mengerjakan latihan berikut:
Rangkuman
1. Berjihad di jalan Allah berarti memenuhi perintah dan seruan Allah, berbakti
kepada orang tua juga sangat dianjurkan dalam agama. Berjihad
membutuhkan pengorbanan, berbuat baik kepada orang tua membutuhkan
pula pengorbanan sebagaimana orang tua telah banyak berkorban untuk anak-
anaknya.
2. Menyantuni janda dan orang miskin hubungannya dengan jihad, karena hal itu
juga memerlukan pengorbanan materil yang tidak sedikit, jihad membutuhkan
pengorbanan jiwa dan raga, maka menyantuni janda dan orang miskin
membutuhkan pengorbanan mengangkat harkat kemanusiaan.
3. Perbedaan antara jihad yang sesungguhnya dengan jihad menyantuni janda
dan orang miskin terletak pada aspeknya, jihad yang sesungguhnya ada unsur
‘ubudiyah (agama) sedangkan jihad menyantuni janda dan orang miskin
tergolong jihad social.
Tes Formatif
303
1. Tulis hadis tentang berbakti kepada orang tua setingkat dengan jihad.
Lengkap dengan artinya.
2. Kandungan pokok apa yang dapat anda pahami dari hadis tersebut.
ِ الس, dan اأْل َرْ َملَة
3. Apa pengertian kosa kata َّاعي
4. Mengapa menyantuni janda dan orang miskin nilai kebaikannya sama
dengan orang berjihad dan setara dengan pahala orang yang tahajjud di
malam hari dan puasa di siang hari.
1. Hadis tentang berbakti kepada orang tua setingkat dengan jihad, yaitu:
BAGIAN IX
PEPERANGAN
Baca dengan baik materi teks hadis dengan artinya. Perhatikan dan
sebutkan lafadz-lafadz yang dapat dipakai dalam menelesuri takhrij al-hadits.
Perhatikan ketekunan setiap sahabat yang ditampilkan biografinya. Buat
kesimpulan dari segi keadilan mereka. Buat intisari setiap hadis yang dibahas,
pendapat-pendapat ulama yang terkait dengan materi hadis. Pahami dengan baik
isi hadis tersebut dan berilah kandungan pokok hukum yang dibahas.
C.Tujuan Pembelajaran
a. Materi Hadis
ِ ِ ِ ِ
َ ُّ َع ْن َجابَِر بْ َن َعْبد اللَّه َرض َي اللَّهُ َعْن ُه َما قَ َال قَ َال النَّيِب
ُ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم احْلَْر
(رواه البخاري و. ٌب َخ ْد َعة
)مسلم وغريمها
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Jabir bin ‘Abdullah ra., ia berkata, Nabi saw.
bersabda: “Peperangan itu tipu muslihat.” (H.R. Al-Bukhariy, Muslim
dan selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
Nama lengkapnya, yaitu Jabir bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin Haram bin
Tsa’labah al-Khazrajiy al-Salmiy, disapa Abu Abdillah, atau Abu ‘Abd al-
Rahman, atau Abu Muhammad.
307
Selain menerima meriwayat hadis langsung dari Nabi saw. ia juga
menerima dari Abu Bakr, ‘Umar, ‘Ali, Abi ‘Ubaidah, Thalhah, Mu’adz bin
Jabal, ‘Ammar bin Yassar, Khalid bin al-Walid, Abi Bardah bin Niyar, Abi
Qatadah, Abi Hurairah, Abi Sa’id, ‘Abdullah bin Anis, Abi Hamid al-Sa’idiy,
Ummu Syarik, Ummu Malik, Ummu Mubsyir, dari golongan sahabat, Ummu
Kaltsum bin Abu Bakr al-Shiddiq dari golongan tabiin. Riwayat hadisnya
kemudian diterima oleh banyak periwayat, antara lain: anak-anaknya ‘Abd
al-Rahman, ‘Uqail, Muhammad, Sa’id bin al-Musayyab, Mahmud bin Labid,
Abu al-Zubair, ‘Amr bin Dinar, Abu Ja’far al-Baqir, anak dari pamannya
Muhammad bin ‘Amr bin al-Hasan, Muhammad bin al-Munkadir, Abu
Nadhrah al-‘Abdiy, Wahab bin Kaisan, Sa’id bin Maina’, al-Hasan bin
Muhammad bin al-Hanafiyah, Sa’id bin al-Harits, Salim bin Abi al-Ja’d,
Aiman al-Habsyiy, al-Hasan al-Bashriy, Abu Shalih al-Siman, Sa’id bin Abi
Hilal, Sulaiman bin ‘Atiq, ‘Ashim bin ‘Umar bin Qatadah, al-Sya’biy,
‘Abdullah dan ‘Abd al-Rahman keduanya anak Ka’ab bin Malik, Abu ‘Abd al-
Rahman al-Jubuliy, ‘Ubaidillah bin Muqsim, ‘Atha’ bin Abi Rabah, ‘Urwah
bin al-Zubair, Mujahid, al-Qa’qa’ bin Hakim, Yazid al-Faqir, Abu Salamah bin
‘Abd al-Rahman, dan lain-lain.
Zakariya bin Ishaq berkata, Abu al-Zubair menceritakan bahwa ia
mendengar Jabir bin ‘Abdullah berkata: “Aku mengikuti perang bersama
Rasulullah sebanyak 10 kali.” Jabir berkata, aku tidak ikut dalam Perang
Badar, tidak juga ikut dalam Perang Uhud, karena dilarang ayahku, namun
ketika ‘Abdullah (ayahku) terbunuh, tidak ada lagi yang menghalangi aku
untuk ikut bersama Rasulullah di setiap medan pertempuran.
Menurut Hammad bin Salamah dari Abi al-Zubair dari Jabir : Nabi
saw. pernah beristighfar untukku pada malam ba’ir sebanyak 25 kali.
Waki’ berkata dari Hisyam bin ‘Urwah: ‘Aku melihat Jabir bin
‘Abdullah punya halaqah (pengajian) di masjid, orang mengambil (ilmu)
darinya.’
Menurut Ibn Sa’ad dan al-Haitsam, Jabir wafat tahun 73 H. Menurut
Miuhammad bin Yahya bin Hibban, ia wafat tahun 77 H. Pendapat ini
disepakati oleh Abu Nu’aim, bawa dia wafat dalam usia 94 tahun, Aban bin
‘Utsman ikut menshalatinya. Ia merupakan sahabat terakhir dari Madinah
yang wafat.
‘Amr bin Ali, Yahya bin Bukair, dan selainnya berkata, ia wafat tahun
78 H. Menurut al-Bukhariy, al-Hajjaj ikut menshalatinya.144
144
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, Tahdzib, op.cit., I, h. 521-522.
309
Pemahaman terhadap petunjuk hadis tersebut sejalan dengan bunyi
teksnya, yakni bahwa setiap perang pastilah memakai siasat. Ketentuan
yang demikian itu berlaku secara universal sebab tidak terikat dengan oleh
tempat dan waktu tertentu. Perang yang dilakukan dengan cara dan alat
apa saja, pastilah memerlukan siasat. Perang tanpa siasat sama dengan
menyatakan takluk kepada musuh tanpa syarat. 145
145
Lihat M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang tekstual dan Kontekstual, op.cit., h. 11.
146
Lihat Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghiy, Juz VI, Mesir : Mushthafa al-
Babiy al-Halabiy, 1963), h. 106.
147
Lihat Khalid Ibrahim Jiddan, Teori Politik Islam, (Surabaya; Risalah Gusti, 1995), h. 108-019.
Di dalam islam di kemukakan tiga syarat untuk bertindak keras
terhadap orang kafir, yakni demi mempertahankan diri dari agresi lawan,
demi menghilangkan kezaliman, dan demi menggagalkan tindakan
subversive yang bertindak untuk memecah belah umat islam dan
menebarkan fitnah di antara mereka sebagai salah satu bentuk siasat
dalam perang.
a. Materi Hadis
311
terhadap wanita dan anak-anak. (H.R. Al-Bukhariy, Muslim dan
selainnya).
b. Takhrij al-Hadits
Ibn ‘Umar dikenal sebagai salah seorang sahabat Nabi yang sangat
dermawan. Pada suatu saat, Ibn ‘Umar bersedekah uang sebanyak 30.000
dirham sekaligus, suatu jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran saat itu.
Selain Ibn ‘Umar meriwayatkan hadis langsung dari Nabi saw., dia
juga menerima hadis dari para sahabat lainnya, terutama dari para
Khulafa’ al-Rasyidin, Hafshah (saudaranya), Abu Hurairah, dan dari
‘Aisyah. Sedangkan para periwayat yang menerima dan meriwayatkan
hadis dari Ibn ‘Umar antara lain, selain dari tabi’in seperti anaknya, dan
pelayannya, Nafi’ bin al-Faqih, Sa’id bin al-Musayyab, Abu Salamah, Salim,
Mus’ab bin Sa’ad, dan lain-lain. Ada juga dari kalangan sahabat, seperti
Ibn ‘Abbas, dan Jabir.148
148
Lihat Ibn Hajr al-Asqalaniy, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Juz II, h. 343, al-Mizziy,
Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, X, h. 356-361.
149
Lihat ibid, Ibn Hajr al-Asqalani, III, h. 579-581; Ibn Hajr al-Asqalani, al-Ishabah,
op.cit., h. Ibn Atsir, op.cit., III, h. 341; Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal, ibid., XV,h.339; Khalid
Muh}ammad Khalid, op.cit., h. 95-99; Ibrahim Dasuqi al-Sahawi, op.cit., h. 186.
1. ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab
2. ‘Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abd al-Muthallib
3. ‘Abdullah bin Zubair bin ‘Awwam
4. ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash.
‘Abdullah bin Mas’ud dalam hal ini tidak termasuk dalam kelompok
Abadillah tersebut. ‘Abdullah bin ‘Umar wafat di Makkah pada tahun 73
H. dalam usia sekitar 80 tahun.
315
Suatu ketika Nabi saw. mendapati seorang wanita terbunuh akibat
peperangan yang dilakukan oleh Nabi melawan musuh-musuh umat kaum
Muslimin. Sebab terbunuhnya wanita tersebut tidak jelas apakah karena ia
terlibat langsung dalam pertempuran atau karena sengaja di bunuh oleh
pasukan Islam atau tidak sengaja dibunuh karena tidak ada jalan lain,
kecuali dengan membunuhnya.
151
Lihat Imam al-Nawawiy, Syarh Shahih Muslim, kitab al-jihad wa al-sir, bab tahrim qatl
al-nisa’ wa al-shibyan fi al-harb, hadis no. 3280.
317
3. Ghanimah (Rampasan Perang) (LM. 1141, 1142, 1144)
a. Materi Hadis
ِه اَلِ ول اللَّ ِه ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم َغ زا نَيِب ِمن اأْل َنْبِي ِاء َف َق َال لَِقوم ُ َع ْن أَيِب ُهَر ْي َر َة َر ِض َي اللَّهُ َعْن هُ قَ َال قَ َال َر ُس
ْ َ ْ ٌّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
َح ٌد َبىَن بُيُوتً ا َومَلْ َي ْرفَ ْع ُس ُقو َف َها َواَل هِب هِب
َ يد أَ ْن َيْبيِن َ َا َولَ َّما َينْب ِ َا َواَل أ ُ ض َع ْام َرأ ٍَة َو ُه َو يُِر ْ ُك ب َ ََيْتَب ْعيِن َر ُج ٌل َمل
ٍ ِ
لِك َف َق َالَ َص ِر أ َْو قَ ِريبً ا ِم ْن ذ ْ ص اَل ةَ الْ َع
ِ ِ
َ ِر ِواَل َد َه ا َفغَ َزا فَ َدنَا م ْن الْ َق ْريَة ُ اش َتَرى َغنَ ًم ا أ َْو َخل َف ات َو ُه َو َيْنتَظ ْ َح ٌد َأ
ِ ِ
ْ َت َحىَّت َفتَ َح اللَّهُ َعلَْيه فَ َج َم َع الْغَنَ ائ َم فَ َج اء ْ احبِ ْس َها َعلَْينَا فَ ُحبِ َس ِ ِ ِ لِلشَّم
ت َي ْعيِن ْ ور اللَّ ُه َّم ٌ ورةٌ َوأَنَا َمأْ ُم
َ س إنَّك َمأْ ُم ْ
ت يَ ُد َر ُج ٍل بِيَ ِد ِه َف َق َال فِي ُك ْم ٍ ِ ِ
ْ ََّار لتَأْ ُكلَ َها َفلَ ْم تَطْ َع ْم َها َف َق َال إِ َّن في ُك ْم ُغلُواًل َف ْليُبَايِ ْعيِن م ْن ُك ِّل قَبِيلَة َر ُج ٌل َفلَ ِزق
ِ الن
َ
ول فَ َج اءُوا ب َِرأْ ٍس ِمثْ ِل َرأْ ِس َب َق َر ٍة ِم ْن ُ ُت يَ ُد َر ُجلَنْي ِ أ َْو ثَاَل ثَ ٍة بِيَ ِد ِه َف َق َال فِي ُك ْم الْغُلْ َك َفلَ ِزق َ ُول َف ْليُبَايِ ْعيِن قَبِيلَت
ُ ُالْغُل
(رواه. َحلَّ َه ا لَنَ ا ِ ِ ال َّذ َه
َ ض ْع َفنَا َو َع ْجَزنَ ا فَأَ َح َّل اللَّهُ لَنَ ا الْغَنَ ائ َم َرأَى َ َّار فَأَ َكلَْت َه ا مُثَّ أ
ُ ت الن ْ َوها فَ َج اء َ ُض ع َ ب َف َو
)البخاري و مسلم وأمحد
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah
saw. bersabda: “Seorang Nabi (hendak pergi) berperang, lalau
berkata kepada kaumnya, ‘Tidak ada yang bermaksud (aku tidak
mengajak) dari seseorang yang telah menikah dengan seorang
perempuan, ketika ia hendak tidur dengan istrinya akan tetapi ia
belum tidur bersamanya, tidak juga seseorang yang sedang
membangun rumah dan ia belum mengangkat atapnya, tidak juga
seseorang yang sedang membeli kambing yang hamil dan ia sedang
menunggu kelahirannya.’ Lalu nabi tersebut pergi berperang.
Kemudian ia mendekati sebuah desa pada waktu Shalat Ashar atau
dekat dari waktu tersebut, maka ia berkata kepada matahari,
‘Sesungguhnya engkau diperintah begitu pun juga akupun diperintah.
Ya Allah, tahanlah matahari itu di atas kami, Maka matahari tersebut
ditahan sampai Allah memberikan kemenangan untuknya. Ia pun
mengumpulkan harta rampasan perang, lallu datanglah-yakni api-
untuk melahapnya, namun api itu tidak mau melahapnya. Maka nabi
tersebut berkata, ‘Di antara kalian ada yang melakukan ghulul,
hendaklah seorang dari setiap kabilah berbaiat kepadaku.’ Maka
tangan dua atau tiga orang melekat dengan tangannya. Kemudian ia
berkata, ‘Di antara kalian ada yang melakukan ghulul.’ Lalu mereka
datang membawa emas seperti sebesar kepala sapi, kemudian mereka
meletakkannya. Lalu api itu pun datang untuk melahapnya. Kemudian
Allah menghalalkan untuk kita harta rampasan perang, Allah telah
melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita, maka Ia menghalalkan
harta rampasan perang untuk kita.”(H.R. Al-Bukhariy, Muslim dan
Ahmad).
b. Takhrij al-Hadits
(ABU HURAIRAH)
Nama lengkap Abu Hurairah ialah’ Abd al-Rahman bin Shakhr al-
Dausi al-Yamani. Nama ‘Abd al-Rahman adalah nama pemberian Rasulullah
saw. Namanya sebelum memeluk Islam, ada yang menyatakan ‘Abd al-
319
Syams dan ada yang menyebut nama lain. Setelah memeluk Islam, dia
lebih dikenal dengan sapaan (kuniyah-nya) Abu Hurairah (arti harfiahnya
bapak seekor anak kucing). Menurut suatu riwayat, sebutan itu
diperolehnya dari Nabi. Dia di sapa begitu karena dia sering terlihat
membawa seekor anak kucing betina. Nabi pernah melihat anak kucing itu
berada di lengan baju Abu Hurairah. Bila malam hari, anak kucing tersebut
ditaruhnya di sebatang pohon.
Menurut hitungan Baqi bin Makhlad (201-276 H), jumlah hadis yang
telah diriwayatkan oleh Abu Hurairahj sebanyak 5374 buah (menurut al-
Kirmani : 5364). Dari jumlah tersebut, yang periwayatannya disepakati
oleh al-Bukhari dan Muslim (muttafaq ‘alaih) sebanyak 325 buah hadis;
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sendiri sebanyak 93 buah, dan yang
diriwayatkan oleh Muslim saja sebanyak 189 buah hadis.
Para sahabat Nabi pernah menegur Abu Hurairah karena dia begitu
banyak meriwayatkan hadis Nabi sedangkan dia bergaul dengan Nabi
relatif tidak lama (sekitar 3 tahun). Abu Hurairah menjawab: “Ketika
orang-orang muhajirin sibuk dengan barang-barang perniagaan di pasar
321
dan orang-orang Anshar sibuk dengan urusan kebun-kebun mereka, maka
saya menyibukkan diri pada kegiatan belajar menghafal hadis Nabi.
Sanad hadis yang paling sahih yang berpangkal dari Abu Hurairah,
yaitu al-Zuhriy dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah. Adapun
sanad hadis yang paling lemah adalah al-Sari bin Sulaiman bi Abi Dawud
bin Yazid al-Awdi dari bapaknya (Yazid al-Awdi) dari Abu Hurairah. Jadi,
kekuatan hadis yang berasal dari Abu Hurairah, disamping dari ketekunan
Abu Hurairah sendiri, juga karena didukung oleh kekuatan para periwayat
yang menersukan hadis dari Abu Hurairah.
323
ُ َواَل أَ َح ٌد بَنَى بُيُوتًا َولَ ْم يَرْ فَ ْع, tidak juga aku menyuruh seseorang
5. Kalimat سقُوفَهَا
yang membangun rumah padahal ia belum sempat mengangkat
atapnya.
ِ ت َوه َُو يَ ْنت
6. Kalimat َظ ُر ِواَل َدهَا ٍ َواَل أَ َح ٌد ا ْشتَ َرى َغنَ ًما أَوْ خَ لِفَا, tidak juga aku menyuruh
salah seorang yang baru membeli kambing atau binatang yang hamil,
dan dia sedang menunggu hewan itu melahirkan
7. Kalimat ريبًا ِم ْن َذلِك و ِ َص ِر أَوْ ق ْ ص اَل ةَ ْال َعَ فَ َغ َزا فَ َدنَا ِم ْن ْالقَرْ يَ ِةmaka dia pun pergi
berperang, kemudian dia mendekati suatu desa pada waktu shalat
ashar, atau dekat dengan terbenamnya matahari.
8. Kalimat ورةٌ َوأَنَا َمأْ ُمو ٌر
َ ك َمأْ ُم ِ فَقَا َل لِل َّش ْم, Nabi itu berkata kepada matahari,
ِ َّس إِن
sessunguhnya engkau diperintah Allah dan aku juga dperintah Allah.
9. Kalimat ت ْ اللَّهُ َّم احْ بِ ْس هَا َعلَ ْينَا فَ ُحبِ َس, dia pun berdoa : Ya Allah tahanlah
matahari itu untuk kami, lalu tertahanlah matahari itu.
10. Kalimat ج َم َع ْال َغنَ ائِ َم َ َ َحتَّى فَتَ َح هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ف, sampai Allah memberikan
kemenangan kepadanya, lalu banyak terkumpul harta rampasan perang
ْ ت يَ ْعنِي النَّا َر لِتَأْ ُكلَهَا فَلَ ْم ت
11. Kalimat َط َع ْمهَا ْ فَ َجا َء, kemudian datanglah, yakni api
untuk memakan harta rampasan itu, tapi dia tidak jadi memakannya.
12. Kalimat , غلُواًل
ُ فَقَا َل إِ َّن فِي ُك ْم, nabi itu merasa ada yang berbuat ghulul.
Ghulul diartikan dengan curang, yakni ada di antara anggota
pasukannya yang mencuri harta ghanimah itu.
13. Kalimat ج ٍل بِيَ ِد ِه ُ ت يَ ُد َر ْ َ فَ ْليُبَايِ ْعنِي ِم ْن ُك ِّل قَبِيلَ ٍة َر ُج ٌل فَلَ ِزقlalu nabi itu menyuruh
setiap qabilah untuk membai’atnya, maka seseorang meletakkan
tangannya, tanda mau berbai’at.
14. Kalimat ْن أَوْ ثَاَل ثَ ٍة بِيَ ِد ِه
ِ ت يَ ُد َر ُجلَي ْ َفَقَ ا َل فِي ُك ْم ْال ُغلُ و ُل فَ ْليُبَ ايِ ْعنِي قَبِيلَتُ كَ فَلَ ِزق, dia pun
berkata, siapa yang melakukan pencurian (ghulul), Maka tangan dua
atau tiga orang melekat dengan tangannya.
ْ ٍ ال فِي ُك ْم ْال ُغلُو ُل فَ َج ا ُءوا بِ َر ْأ
15. Kalimat ت النَّا ُر ْ ض عُوهَا فَ َج ا َء َ ب فَ َوِ َس بَقَ َر ٍة ِم ْن ال َّذهِ س ِم ْث ِل َرأ َ َفَق
َفَأ َ َكلَ ْت ه, Kemudian ia berkata, ‘Di antara kalian ada yang melakukan
ghulul. Lalu datanglah beberapa orang membawa emas sebesar kepada
sapi, kemudian meletakkan di depan api, lalu api itu pun memakan
harta ghanimah itu.
16. Kalimat ح َّل هَّللا ُ لَنَا ْال َغنَائِ َم
َ َ ثُ َّم أSelanjutnya Allah telah menghalalkan kepada
kami harta ghanimah.
َ َ ض ْعفَنَا َو َعجْ زَ نَا فَأ
17. Kalimat حلَّهَا لَنَا َ َرأَىkarena Allah melihat kelemahan dan
ketidakmampuan kita maka Allah pun menghalalkan kepada kita harta
ghanimah.
َغ َزا نَبِ ٌّي ِم ْن اأْل َ ْنبِيَا ِء فَقَا َل لِقَوْ ِم ِه اَل يَ ْتبَ ْعنِي َر ُج ٌل َملَكَ بُضْ َع ا ْم َرأَ ٍة َوه َُو ي ُِري ُد أَ ْن يَ ْبنِ َي بِهَا َولَ َّما يَب ِْن بِهَا َواَل
ت َوهُ َو يَ ْنت َِظ ُر ِواَل َدهَا ٍ أَ َح ٌد بَنَى بُيُوتًا َولَ ْم يَرْ فَ ْع ُسقُوفَهَا َواَل أَ َح ٌد ا ْشتَ َرى َغنَ ًما أَوْ خَ لِفَا
325
sempat meletakkan atap rumahnya, ada juga yang baru membeli kambing
yang sedang hamil dan dia sedang menunggu kambing itu melahirkan.
Menurut suatu riwayat bahwa Nabi yang dimaksudkan adalah Nabi
Dawud as. Kalihatannya, nabi ini tidak ingin umatnya yang ikut berperang
pikirannya, terbagi dengan kepentingan lain.
ت يَ ُد َر ُج ٍل بِيَ ِد ِهْ َفَ ْليُبَايِ ْعنِي ِم ْن ُكلِّ قَبِيلَ ٍة َر ُج ٌل فَلَ ِزق ْ ت يَ ْعنِي النَّا َر لِتَأْ ُكلَهَا فَلَ ْم ت
َط َع ْمهَا فَقَا َل إِ َّن فِي ُك ْم ُغلُواًل ْ فَ َجا َء
ْ ٍ ال فِي ُك ْم ْال ُغلُو ُل فَ َج ا ُءوا بِ َر ْأ
سِ س ِم ْث ِل َرأ َ َثَ ٍة بِيَ ِد ِه فَق ت يَ ُد َر ُجلَي ِْن أَوْ ثَاَلْ َك فَلَ ِزقَ ُفَقَا َل فِي ُك ْم ْال ُغلُو ُل فَ ْليُبَايِ ْعنِي قَبِيلَت
ْ ضعُوهَا فَ َجا َء
ت النَّا ُر َ ب فَ َو َّ بَقَ َر ٍة ِم ْن
ِ َالذه
( lallu datanglah-yakni api-untuk melahapnya, namun api itu tidak mau
melahapnya. Maka nabi tersebut berkata, ‘Di antara kalian ada yang
melakukan ghulul, hendaklah seorang dari setiap kabilah berbaiat
kepadaku.’ Maka tangan dua atau tiga orang melekat dengan tangannya.
Kemudian ia berkata, ‘Di antara kalian ada yang melakukan ghulul.’ Lalu
mereka datang membawa emas seperti sebesar kepala sapi, kemudian
mereka meletakkannya. Lalu api itu pun datang untuk melahapnya).
327
kini menghalalkan kalian memakan harta ghanimah, karena Allah
mengetahui akan kelemahan dan ketidak mampuan kamu. Kalau tidak
dihalalkan pasti ada anggota pasukan yang akan melakukan pencurian atau
menggelapak harta rampasan itu.
ث َس ِريَّةً فِ َيه ا َعْب ُد اللَّ ِه بْ ُن عُ َم َر قِبَ َل َ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َب َع ِ َ َن رس
َ ول اللَّه
ِ
ُ َ َّ َع ْن ابْ ِن ُع َمَر َرض َي اللَّهُ َعْن ُه َما أ
َح َد َع َشَر بَعِ ًريا َونُ ِّفلُوا بَعِ ًريا بَعِ ًريا ِ ِ َجَنْ ٍد َفغَنِموا إِبِاًل َكثِريةً فَ َكان
َ ت س َه ُام ُه ْم ا ْثيَن ْ َع َشَر بَع ًريا أ َْو أ
ْ َ ُ
Artinya:
(Hadis diriwayatkan) dari Ibn ‘Umar ra., bahwa sesungguhnya
Rasulullah mengutus pasukan yang di dalamnya ada ‘Abdullah kea rah
Najd. Lalu mereka mendapatkan harta rampasan perang berupa unta
yang banyak. Maka bagian mereka adalah dua belas atau sebelas ekor
unta dan mereka diberi tambahan masing-masing satu ekor.(H.R. Al-
Bukhariy, Muslim dan selainnya)
Takhrij al-Hadits:
1. Al-Bukhariy, kitab furudh al-khamsa, bab wamin al-dalil ‘ala anna al-
khamsa li nawa’ib al-muslimin, hadis no. 2901, kitab al-maghaziy, bab al-
siriyah al-latiy qabl Najd, hadis no. 3993.
2. Muslim, kitab al-jihad wa al-sir, bab al-anfal, hadis no. 3290, 3291, 3292.
3. Abu Dawud, kitab al-jihad, bab fi nafal al-siriyah takhruju mni al-‘askar,
hadis no. 2362, 2363, 2364, 2365.
4. Malik, kitab al-jihad, bab jam’u al-nafal fi al-ghazw, hadis no. 861.
5. Al-Darimiy, kitab al-sir, bab fi anna al-nafal li al-ummam, hadis no. 2370.
6. Ahmad bin Hanbal, kitab musnad al-muktsirin min al-shahabah, bab
musnad ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab, hadis no. 4351, 4933, bab
baqi musnad al-sabiq, hadis no. 5261, 5649, 6097, 6165.
Arti Kosakata dan Syarahan Hadits
1. Lafadz ًريَّة
ِ َس, artinya satu bagian dari sebuah pasukan yang jumlahnya
lima puluh hingga empat ratus orang.
ِ jama’ dari sahm, artinya bagian.
2. Kata سهَا ُمه,
3. Lafadz نُفِّلُ وا, artinya tambahan bagian dari harta pampasan yang
diberikan kepada prajurit perang.
َ ِث َس ِريَّةً فِيهَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُع َم َر قِبَ َل نَجْ ٍد فَ َغنِ ُموا إِبِاًل َكث
ًيرة َ بَ َع
)Rasulullah mengutus pasukan yang di dalamnya ada ‘Abdullah kea rah
Najd. Lalu mereka mendapatkan harta rampasan perang berupa unta
yang banyak(
َت ِسهَا ُمهُ ْم ْاثن َْي َع َش َر بَ ِعيرًا أَوْ أَ َح َد َع َش َر بَ ِعيرًا َونُفِّلُوا بَ ِعيرًا بَ ِعيرًا
ْ فَ َكان
(Maka bagian mereka adalah dua belas atau sebelas ekor unta dan
mereka diberi tambahan masing-masing satu ekor).
Latihan
Rangkuman
1. Perlunya tipu muslihat dalam perang karena tipuan itu juga sebagai strategi
perang dalam menjebak lawan. Perang yang tidak dilakukan dengan tipu
muslihat sama dengan menyerah tanpa syarat.
2. Alasan mengenai mengapa membunuh wanita dan anak-anak dilarang dalam
perang, yakni apabila wanita dan anak-anak itu tidak melibatkan diri langsung
dalam peperangan, jika mereka ikut terlibat dalam perang maka mereka dapat
dibunuh.
333
3. Pada dasarnya ghanimah dan al-anfal adalah sama yaitu kedua-duanya adalah
harta rampasan perang. Ulama yang membedakan antara anfal dan ghanimah,
menyatakan bahwa anfal adalah apa yang diperoleh dalam peperangan
sebelum mencapai kemenangan, atau yang diperoleh dari musuh tanpa
perang, sedang ghanimah adalah harta yang diperoleh dari musuh setelah
peperangan.
Tes Formatif
1. Tulis hadis tentang tipu muslihat dalam perang. Lengkap dengan artinya.
2. Kandungan pokok apa yang dapat anda pahami dari hadis tersebut.
3. Apa pengertian kosa kata Lafadz فَأ َ ْن َك َر,ً َم ْقتُولَة, َازي
ِ َمغ, Kalimat قَ ْت َل النِّ َسا ِء, dan
Lafadz الصِّ ْبيَان.
4. Bagaimana kedudukan hukum ghanimah sebelum dan sesudah Islam datang,
mengapa.
(رواه البخ اري و.ٌص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم ْال َح رْ بُ َخ ْد َع ة َ َض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما ق
َ ال قَ ا َل النَّبِ ُّي ِ ع َْن َجابِ َر ْبنَ َع ْب ِد هَّللا ِ َر
)مسلم وغيرهما
Artinya:(Hadis diriwayatkan) dari Jabir bin ‘Abdullah ra., ia berkata,
Nabi saw. bersabda: “Peperangan itu tipu muslihat.” (H.R. Al-
Bukhariy, Muslim dan selainnya).
2. Kandungan pokok yang dapat dipahami dari hadis ini, yaitu:
Semua bentuk peperangan membutuhkan siasat dan strategi perang untuk
bisa memenangkan peperangan. Peperangan yang tidak dilakukan dengan tipu
muslihat dapat mengakibatkan kekonyolan.
ِ َمغ, jamak dari مغزى, berarti tempat
3. Pengertian kosa kata berikut, lafadz َازي
atau medan peperangan. Lafadz ً َم ْقتُولَة, dari kata dasar قتل – يقتل – مقتولة, artinya
terbunuh. Lafadz فَ أ َ ْن َك َر, maka Rasulullah mengingkari, artinya tidak
َ ِّقَ ْت َل الن, membunuh wanita, kata al-nisa’ sinonim dengan
menyetujui. Kalimat سا ِء
al-mar’ah. Lafadz الصِّ ْبيَا ِن, jamak dari kata shabiyu, artinya : anak kecil.
4. Ghanimah pada masa sebelum Islam hukumnya haram di makan oleh siapa
saja termasuk anggota pasukan yang ikut berperang. Harta rampasan perang
yang disebut ghanimah apabila diperoleh di saat perang maka harus
dimusnahkan dengan cara dibakar. Namun setelah Islam datang, ghanimah
atau harta rampasan perang dihalalkan oleh Allah dan boleh dibagikan
kepada semua anggota pasukan yang ikut berperang menurut pengaturan
Nabi saw. Dihalalkan ghanimah bagi umat Islam karena Allah melihat
kelemahan dan ketidakmampuan umat Islam yang kalau tidak dihalakan
mereka akan tergoda untuk berbuat curang atau mengambil secara diam-
diam (ghulul).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Buku-Buku Hadis, Kutub al-Tis’ah.
Buku-Buku Syarh Hadits.
‘Imarah Muhammad ‘Imarah, 100 Mauqif Buthuli al-Nisa’, diterjemahkan oleh
Nashirul Haq, Lc, dan Fatkhurrozi, Lc., dengan judul Ketika Wanita
lebih Utama dari Pria, 100 Kisah Wanita Mengesankan, (Jakarta :
Maghfirah Pustaka, 2005),
Ali Bassam, Abdullah bin ‘Abd al-Rahman, Taisir al-Allam Syarh ‘Umdat al-
Ahkam, diterjemahkan oleh Kathur Suhardi dengan judul Syarah Hadits
Pilihan Bukhari-Muslim, (Cet. VII; Jakarta : Dar al-Falah, 1429 H/2008
M).
Al-Asqalaniy, al-Hafidz Abi al-Fadhl Ahmad bin ‘Ali bin Hajr Syihab al-Din al-
Syafi’iy. Tahdzib al-Tahdzib, juz VII, (([t.tp : Muassah al-Risalah, [tth].
335
Al-Asqalaniy, Ibn Hajr. Tahdzib al-Tahdzib, op.cit, VII, h.525. Khalid Muhammad
Khalid, Rijal Hawla al-Rasul, (Beirut : Dar al-Fikr, [tth.]).
.
Al-Asqalaniy, Ibn Hajr. Fath al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari, Juz IX Cet. I;
Riyadh : Dar Tayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1426 H/2005.
Al-Asqalany, Al-Hafidz Ibn Hajr. Bulugh al-Maram, naskah diteliti dan diberi
notasi oleh Muhammad Hamid al-Faqy, (Semarang : PT. Toha Putra,
[ tth.]).
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Cet. III, Jakarta : PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h.
Hadimulyo, “Memerangi Kemiskinan”, Republika,17 April 1993.
Hosen, KH. Ibrahim. Taqlid dan Ijtihad Beberapa Pengertian Dasar, dalam Budhy
Munawar Rachman (Editor), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam
Sejarah, Cet. I; Jakarta : Yayasan Paramadina, 1994.
Ibn Atsir ‚Izz al-Din, Usud al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah, Jilid IV, (Beirut :
Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1415 H/1993 M.
Ibn Hamzah, Al-Sayyid al-Syarif Ibrahim bin Muhammad bin Kamal al-Din, al-
Hanafy al-Dimasyqy, Al-Bayan wa al-Ta’rif fiy Asbab Wurud al-Hadits al-
Syariyf, Juz I, (Kairo : Dar al-Turast li Thaba’ah wa al-Nasyr, [tth.] .
.
Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Juz I, (Singapura : I-Hararn.in, [t.th.].
Ibn Zakariya, Abu al-Husain Ahmad bin Faris. Mu’jam Maqayis al-Lughah, Juz I,
(Bairut : Dar al-Fikr, 1399 H/1979 M.).
Ismail, M. Syuhudi, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Ma’ani
al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1994)
Ismail, M. Syuhudi Diktat Hadis Ahkam II, Bagian Pertama, (Ujungpandang: IAIN
Alauddin, 1995.
Jiddan,, Khalid Ibrahim, Teori Politik Islam, (Surabaya; Risalah Gusti, 1995),.
al-Maraghiy, Ahmad Mushthafa, Tafsir al-Maraghi, Juz IV, (Beirut : Dar al-Fikr,
1974)
al-Mizziy, Jamal al-Din Abi al-Hajjaj Yusuf, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, Juz
X, (Bairut : Dar al-Fikr, 1994 M
al-Mubarakfuri, Imam al-Hafizh Ab Ali Muhammad bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd
al-Rahim. Tuhfat al-Ahwazi bi Syarh Sunan al-Turmudzi,
al-Mundzir, Zakiy al-Din. al-Targhib wa al-Tarhib, Jilid III (Bairut : Dar al-Fikr,
[trth.]).
Nada, Abdul Aziz bin Fathi al-Sayyid, Ensiklopedi Etika Islam : Begini
Semestinya Muslim Berperilaku, Penerjemah Muhammad Isnaini dkk.,
(Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2005),