Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PELAKSANAAN ZAKAT

DI SUSUN OLEH :

1. ANNISA FITRI
2. NURUL MAULIZA
3. RAHMAN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Pelaksanaan Zakat ini. Shalawat serta salam senantiasa
kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua
umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan
syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah Pelaksanaan Zakat
ini. Harapan kami semoga makalah Pelaksanaan Zakat yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi teman-teman semua, menambah wawasan
serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah
pelaksanaan Zakat ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari aspek
kualitas maupun kuantitas dari bahan yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh
keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada
semua teman-teman yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian
hari.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian Zakat ...................................................................................................2
B. Sejarah Zakat.........................................................................................................2
C. Jenis Zakat.............................................................................................................3
D. Syarat Zakat...........................................................................................................4
E. Yang Berhak Menerima Zakat..............................................................................5
F. Hikmah Keutamaan Ibadah Zakat.........................................................................9
G. Waktu Pelaksanaan Zakat......................................................................................10
H. Perbedaan dan Persamaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal........................................12

BAB III PENUTUP.............................................................................................................13


A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat adalah ibadah maliyah ijtimai’yyah yang memiliki posisi sangat penting,
strategis, dan menentukan baik dilihat dari ajaran islam, maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan bahwa dalam sejarah
perkembangan Islam, zakat menjadi sumber penerimaan Negara dan berperan
sangat penting sebagai sarana syiar agama Islam, perkembangan dunia
pendidikan dan kebudayaan, pernbangunan ilmu pengetahuan, pembangunan
infrastruktur, penyedian layanan kesesosial seperti santunan fakir miskin dan
layanan sosial lainnya.
Dalam bangunan islam, zakat ditempatkan sebagai satu pilar penting yang tak
terpisahkan dari pilar- pilar lainnya. Zakat terdiri dari dua yaitu zakat fitrah dan
zakat mal. Zakat fitrah merupakan ‘pajak’ pada pribadi- pribadi muslim,
sedangkan zakat lain merupakan zakat ‘pajak’ pada harta.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan zakat ?
2. Bagaimana sejarah dari zakat?
3. Apa saja jenis zakat?
4. Bagaimana syarat zakat?
5. Siapa saja yang berhak menerima zakat?
6. Apa Hikmah keutamaan ibadah zakat?
7. Kapan pelaksanaan Ibadah zakat
8. Apa perbedaan zakat fitrah dengan zakat mal?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui arti zakat .
2. Dapat mengetahui sejarah dari zakat
3. Dapat mengetahui Jenis-jenis zakat.
4. Dapat mengetahui syarat zakat.
5. Dapat mengetahui siapa yang berhak menerima zakat.
6. Dapat mengetahui siapa Hikmah keutamaan ibadah zakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Zakat secara harfiah mempunyai makna ‫( طهرة‬pensucian), ‫( نماء‬pertumbuhan), ‫بركة‬
(berkah). Menurut istilah zakat berarti kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan
nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik
dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Zakat itu dibagi ke dalam dua bagian,
yaitu: Zakat harta benda dan zakat badan. Ulama madzhab sepakat bahwa tidak sah
mengeluarkan xakat kecuali dengan niat.
Menurut Hamdan Rasyid, di dalam Al-qur’an kata zakat disebutkan sebanyk 32 kali
dan sebagian besar beriringan dengan kata shalat. Bahkan jika digabung dengan perintah
untuk memberikan infak, sedekah untuk kebaikan dan memberikan makan fakir miskin
maka jumlahnya mencapai 115 kali.
Zakat adalah sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5% dari
hartanya untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini, di sebagian besar
negara yang bermayoritas umat Islam, memberikan zakat bersifat sukarela, namun ada
juga beberapa negara yang zakat nya diurus juga oleh pemerintah. Di negara seperti
Inggris misalnya, orang-orang Islam di sana membayarkan zakat dengan memberikannya
langsung ke badan amal.

B. Sejarah Zakat
Setiap umat muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya,
Alquran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang
sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam
diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menurut sebuah hadits ilmu dari
percakapan Anas bin Malik dengan Dhamman bin Tsa’labah ditetapkan sebelum
tahun ke-9 Hijriah/631 Masehi. Dikatakan ia wajib setelah hijrah Rasulullah ke
Madinah. Dalil yang menjelaskan ini ialah hadits tentang zakat fitrah, riqayat
Imam Ahmad dan Hakim, yang menyebut adanya zakat fitrah sebelum zakat mal,
yang konsekuensinya ia ditetapkan setelah adanya perintah puasa. Zakat menjadi
wajib hukumnya sejak tahun 662 M.
Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan
zakat bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan

2
mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian
zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut. Pada zaman khilafah, zakat
dikumpulkan oleh pegawai negara dan didistribusikan kepada kelompok tertentu
dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, budak yang ingin membeli
kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar.
Syari’ah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu
harus dibayarkan.

C. Jenis Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu
lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat
yang ditetapkan. Kata fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat
baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan
izin Allah akan kembali fitrah.
Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai
penafsiran terhadap hadits adalah sebesar satu sha’ (1 sha’=4 mud, 1
mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2,7 kg makanan
pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di daerah
bersangkutan (Mazhab syafi’i dan Maliki)
Zakat Fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan, paling lambat sebelum
orang-orang selesai menunaikan Salat Ied. Jika waktu penyerahan melewati
batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam kategori zakat
melainkan sedekah biasa.

2. Zakat Maal (Harta)


Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas, dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-
sendiri. Macam-macam zakat mal dibedakan atas objek zakatnya antara lain:
 Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi,
kerbau, kambing, domba, dan ayam).

3
 Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil tumbuh-
tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan,
dedaunan, dll.
 Emas dan perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak dalam
bentuk apapun.
 Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan
untuk diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang
seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan di sini
termasuk yang diusahakan secara perorangan maupun
kelompok/korporasi.
 Hasil tambang (makdin). Meliputi hasil dari proses penambangan benda-
benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai ekonomis
seperti minyak, logam, batu bara, mutiara, dan lain-lain.
 Barang temuan (rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak diketahui
pemiliknya (harta karun).
 Zakat profesi, yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi
(hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup
profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan,
artis, dan wiraswasta.

D. Syarat Zakat
Syarat dalam ibadah zakat, yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek
zakat/muzaki (orang yang mengeluarkan zakat) dan objek zakat (harta yang
dizakati).
1. Syarat yang Berhubungan dengan Subjek atau Pelaku
Syarat zakat yang berhubungan dengan subjek atau pelaku (muzaki:
orang yang terkena wajib zakat) adalah sebagai berikut.
 Islam,
 Merdeka,
 Balig,
 Berakal.
2. Syarat-syarat yang Berhubungan dengan Jenis Harta

4
Syarat-syarat yang berhubungan dengan jenis harta (sebagai objek zakat)
adalah sebagai berikut.
a. Milik Penuh
Artinya penuhnya pemilikan, maksudnya bahwa kekayaan itu harus
berada dalam kontrol dan dalam kekuasaan yang memiliki, (tidak
bersangkut di dalamnya hak orang lain), baik kekuasaan pendapatan
maupun kekuasaan menikmati hasilnya.
b. Berkembang
Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan
sunatullah maupun bertambah karena ikhtiar manusia. Makna
berkembang di sini mengandung maksud bahwa sifat kekayaan itu dapat
mendatangkan income, keuntungan, atau pendapatan.
c. Mencapai Nisab
Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Contohnya nisab ternak unta adalah lima ekor dengan kadar zakat seekor
kambing. Dengan demikian, apabila jumlah unta kurang dari lima ekor,
maka belum wajib dikeluarkan zakatnya.
d. Lebih dari Kebutuhan Pokok
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu melebihi kebutuhan
pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk hidup wajar
sebagai manusia.
e. Bebas dari Hutang
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu bersih dari hutang,
baik hutang kepada Allah Swt. (nazar atau wasiat) maupun hutang
kepada sesama manusia.
f. Berlaku Setahun/Haul
Suatu milik dikatakan genap setahun menurut al-Jazaili dalam
kitabnya Tanyinda al-Haqā’iq syarh Kanzu Daqā’iq, yakni genap satu
tahun dimiliki.

E. Yang Berhak Menerima Zakat


Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-
Taubah ayat 60 yakni:
1. Fakir

5
Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir berasal
dari makna “membungkuk tulang punggung”, satu sebutan buat orang yang
telah bungkuk memikul beban berat kehidupan.
2. Miskin
Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup. Secara kebahasaan, orang miskin berasal dari
kata ‫( ُس^ ُكوْ ٌن‬sukūn), artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap saja
begitu, menahan penderitaan hidup.
3. Amil
Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja dalam
memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka juga
berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan, bahwa
jika si pengurus atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang telah
dipungut untuk dirinya sendiri, ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl ( ‫) ُغلُوْ ٌل‬.
Karenanya menurut beliau, boleh saja mengadakan kepanitiaan dalam rangka
pemungutan zakat.
4. Mu’allaf
Mualaf adalah sebutan bagi orang non-muslim yang mempunyai harapan
masuk agama Islam atau orang yang baru masuk Islam. Pada surah At-
Taubah Ayat 60 disebutkan bahwa para mualaf termasuk orang-orang yang
berhak menerima zakat. Ada tiga kategori mualaf yang berhak mendapatkan
zakat:
a. Orang-orang yang Dirayu untuk Memeluk Islam
Pendekatan terhadap hati orang yang diharapkan akan masuk Islam
atau ke-Islaman orang yang berpengaruh untuk kepentingan Islam dan
umat Islam.
b. Orang-orang yang Dirayu untuk Membela Umat Islam
Dengan memersuasikan hati para pemimpin dan kepala negara yang
berpengaruh, baik personal maupun lembaga, dengan tujuan ikut
bersedia memperbaiki kondisi imigran warga minoritas muslim dan
membela kepentingan mereka. Atau, untuk menarik hati para pemikir
dan ilmuwan demi memperoleh dukungan dan pembelaan mereka dalam
permasalahan kaum muslimin. Misalnya, membantu orang-orang non-

6
muslim korban bencana alam, jika bantuan dari harta zakat itu dapat
meluruskan pandangan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin.
c. Orang-orang yang Baru Masuk Islam
Orang-orang yang baru masuk Islam kurang dari satu tahun yang
masih memerlukan bantuan dalam beradaptasi dengan kondisi baru
mereka, meskipun tidak berupa pemberian nafkah, atau dengan
mendirikan lembaga keilmuan dan sosial yang akan melindungi dan
memantapkan hati mereka dalam memeluk Islam serta yang akan
menciptakan lingkungan yang serasi dengan kehidupan baru mereka,
baik moril maupun material.
5. Hamba Sahaya
Yang dimaksud hamba sahaya yang disuruh menebus dirinya ialah
seorang budak hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan yang
dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh memerdekakan dirinya dengan
syarat harus menebusnya atau membayarnya dengan sejumlah harta tertentu.
Hamba ini diberi zakat sekadar untuk memerdekakan dirinya. Namun,
mengingat golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka kuota zakat mereka
dialihkan ke golongan mustahiq lain menurut pendapat mayoritas ulama fikih
(jumhur). Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa golongan ini masih
ada, yaitu para tentara muslim yang menjadi tawanan.
6. Gharimin
Gharimin adalah kata dari bahasa Arab yang bermakna orang-orang
yang memiliki hutang. Orang berutang yang berhak menerima kuota zakat
adalah orang-orang dalam golongan:
 Orang yang berutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa
dihindarkan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Utang itu tidak timbul karena kemaksiatan.
2) Utang itu melilit pelakunya.
3) Si pengutang sudah tidak sanggup lagi melunasi utangnya.
4) Utang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat
itu diberikan kepada si pengutang.
 Orang-orang yang berutang untuk kepentingan sosial, seperti yang
berutang untuk mendamaikan antara pihak yang bertikai dengan
memikul biaya diyat (denda kriminal) atau biaya barang-barang yang

7
dirusak. Orang seperti ini berhak menerima zakat, walaupun mereka
orang kaya yang mampu melunasi utangnya.
 Orang-orang yang berutang karena menjamin utang orang lain, di mana
yang menjamin dan yang dijamin keduanya berada dalam kondisi
kesulitan keuangan.
 Orang yang berutang untuk pembayaran diyat (denda) karena
pembunuhan tidak sengaja, apabila keluarganya (aqilah) benar-benar
tidak mampu membayar denda tersebut, begitu pula kas negara.
7. Fisabilillah
Fisabilillah adalah orang berjuang di jalan Allah dalam pengertian luas
sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih. Intinya adalah
melindungi dan memelihara agama serta meninggikan kalimat tauhid, seperti
berperang, berdakwah, berusaha menerapkan hukum Islam, menolak fitnah-
fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam, membendung arus
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Dengan demikian,
pengertian jihad tidak terbatas pada aktivitas kemiliteran saja.
Kuota zakat untuk golongan ini disalurkan kepada para mujahidin, da’i
sukarelawan, serta pihak-pihak lain yang mengurusi aktivitas jihad dan
dakwah, seperti berupa berbagai macam peralatan perang dan perangkat
dakwah berikut seluruh nafkah yang diperlukan para mujahid dan da’i.
Kriteria Penerima Zakat Fisabilillah antara lain:
 Membiayai gerakan kemiliteran yang bertujuan mengangkat panji Islam
dan melawan serangan yang dilancarkan terhadap negara-negara Islam.
 Membantu berbagai kegiatan dan usaha, baik yang dilakukan oleh
individu maupun jamaah yang bertujuan mengaplikasikan hukum Islam
di berbagai negeri.
 Membiayai pusat-pusat dakwah Islam yang dikelola oleh tokoh Islam
yang ikhlas dan jujur di berbagai negara non-muslim yang bertujuan
menyebarkan Islam dengan berbagai cara yang legal yang sesuai dengan
tuntutan zaman. Seperti, masjid-masjid yang didirikan di negeri non-
muslim yang berfungsi sebagai basis dakwah Islam.
 Membiayai usaha-usaha serius untuk memperkuat posisi minoritas
muslim di negeri yang dikuasai oleh non-muslim yang sedang
menghadapi rencana-rencana pengikisan akidah mereka.

8
8. Ibnus Sabil
Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) adalah orang asing yang tidak
memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya. Golongan ini diberi zakat
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
 Sedang dalam perjalanan di luar lingkungan negeri tempat tinggalnya.
Jika masih di lingkungan negeri tempat tinggalnya, lalu ia dalam
keadaan membutuhkan, maka ia dianggap sebagai fakir atau miskin.
 Perjalanan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, sehingga
pemberian zakat itu tidak menjadi bantuan untuk berbuat maksiat.
 Pada saat itu ia tidak memiliki biaya untuk kembali ke negerinya,
meskipun di negerinya sebagai orang kaya. Jika ia mempunyai piutang
yang belum jatuh tempo, atau pada orang lain yang tidak diketahui
keberadaannya, atau pada seseorang yang dalam kesulitan keuangan,
atau pada orang yang mengingkari utangnya, maka semua itu tidak
menghalanginya berhak menerima zakat.

F. Hikmah Keutamaan Ibadah Zakat


Banyak sekali hikmah dan keutamaan ibadah zakat yang Allah Swt.
perintahkan kepada hamba-Nya dan kaum muslimin. Di dalam al-Qur’ān Surat
At-Taubah/9:103 Allah Swt. berfirman, “Ambillah (sebagian) dari harta mereka
menjadi sedekah (zakat), dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka ….” (Q.S. At-Taubah/9:103)
Dari penjelasan ayat di atas, bahwa tujuan zakat adalah untuk membersihkan
mereka (pemilik harta) dari penyakit kikir dan serakah, sifat-sifat tercela serta
kejam terhadap fakir miskin, orang-orang yang tidak memiliki harta, dan sifat-
sifat hina lainnya. Di sisi lain, zakat juga untuk menyucikan jiwa orang-orang
berharta, menumbuhkan dan mengangkat derajatnya dengan berkah dan
kebajikan, baik dari segi moral maupun amal. Hingga dengan demikian, orang
tersebut akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

9
G. Waktu Pelaksanaan Zakat
1. Zakat Fitrah
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, dia berkata, ‚Rasulullah SAW
memerintahkan agar zakat fitri dikeluarkan sebelum orang-orang keluar
menunaikan shalat ‘Idul Fitri.‛ Boleh menyerahkannya kepada amil zakat
lebih cepat sehari atau dua hari dari hari ‘Idul Fitri atau diberikan langsung
kepada fakir miskin. Diriwayatkan dari Nafi’ ia berkata, “Ibnu ‘Umar
menyerahkan zakat fitri kepada panitia zakat, kemudian mereka
membagikannya sehari atau dua hari sebelum hari Idul Fitri.” Dan
diharamkan mengakhirkan pengeluarannya dari waktunya dengan tanpa ada
alasan yang jelas.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata, “Rasulullah SAW
mewajibkan zakat fitri sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari
perkataan yang tak berguna dan kotor serta sebagai makanan bagi orang-
orang miskin. Sehingga barang siapa yang mengeluarkannya sebelum salat
‘Id, maka zakat diterima. Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah
salat, ia menjadi sedekah biasa.” Orang yang berhak menerima zakat fitri
tidak boleh diberikan kecuali kepada orang miskin, berdasarkan sabda
Rasulullah SAW pada hadits Ibnu ‘Abbas r.a., “Dan zakat fitri sebagai
makanan bagi orang-orang miskin.”
Dibawah ini akan diterangkan beberapa waktu dan hukum membayar
zakat fitrah pada waktu itu :
a. Waktu yang diperbolehkan, yaitu dari awal Ramadhan sampai hari
penghabisan Ramadhan.
b. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan Ramadhan.
c. Waktu yang lebih baik(sunat), yaitu dibayar sesudah sholat subuh
sebelum pergi sholat hari raya.
d. Waktu Makruh, yaitu membayar fitrah sesudah sholat hari raya, tetapi
sebelum terbenam matahari pada hari raya.
e. Waktu haram lebih telat lagi, yaitu dibayar sesudah terbenam matahari
pada hari raya

10
2. Zakat Mal
Dalam zakat mal dikenal haul dan waqtul hashad. Haul yang
dimaksudkan adalah batas waktu satu tahun sekali sejak jumlah zakatnya
telah mencapai nisab (batas minimal harta yang wajib kena zakat). Haul
berlaku untuk jenis zakat berupa binatang ternak, emas-perak, dan barang-
barang dagangan, sedangkan waqtul ashad berlaku untuk zakat pertanian
yang berarti dikeluarkan saat masa panen.
Untuk zakat mal, berlaku hukum qadha di mana mayoritas ulama
sepakat bahwa jika batas pembayaran zakatnya telah lewat, maka
pembayaran tersebut tidak dapat ditunda-tunda lagi dan bahkan jika muzakki
telah meninggal, maka ahli waris wajib mengqadha kewajiban tersebut
melalui harta yang ditinggalkan. Persyaratan dari orang yang wajib
membayar zakat mal adalah baligh, berakal, memahami kewajiban zakat,
muslim, merdeka, dan mempunyai harta yang telah memenuhi syarat wajib
dikeluarkannya zakat.
Penerima zakat mal yang disepakati oleh para ulama ada delapan
golongan. Kedelapan golongan ini disebutkan dalam firman Allah SWT di
QS. At-Taubah ayat 60:

‫يضةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬


َ ‫َار ِمينَ َوفِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل ۖ فَ ِر‬ ِ ‫ال ِّرقَا‬

Artinya: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana."

11
H. Perbedaan dan Persamaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal

Perbedaan Zakat Fitrah Zakat Mal


Pribadi manusia (sebagai
Harta benda (membersihkan
pembersih dari kekhilafan-
Obyek harta dari hak para fakir dan
kekhilafan yang dilakukan
miskin)
saat berpuasa)

Sama untuk semua obyek Tidak sama untuk setiap


Kadar
zakat (2,5 kg beras) obyek zakat

Waktu yang tepat Sudah sampai nisab (batasan


Waktu (terbenamnya matahari di atau kadar suatu harta yang
pengeluaran akhir ramadhan sampai wajib dikeluarkan zakat)
sebelum shalat ied) dan haulnya

Yang Semua muslim yang


Wajib untuk setiap muslim
berkewajiba merdeka dan memilki harta
yang mampu
n (yang telah mencapai nisab)

Persamaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal


Hukum Wajib atau Fardhu a’in

a. Dapat menghilangkan gang antara si Kaya dan si


Miskin
b. Untuk mencegah tindak kejahatan yang dapat
Manfa’at
dilakukan orang-orang miskin yang dapat merusak
dan mengganggu ketertiban masyarakat.
c. Dapat Membersihkan diri

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat adalah ibadah maliyah ijtimai’yyah yang memiliki posisi sangat
penting, strategis, dan menentukan baik dilihat dari ajaran islam, maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan bahwa dalam sejarah
perkembangan Islam, zakat menjadi sumber penerimaan Negara dan berperan
sangat penting sebagai sarana syiar agama Islam, perkembangan dunia
pendidikan dan kebudayaan, pernbangunan ilmu pengetahuan, pembangunan
infrastruktur, penyedian layanan kesesosial seperti santunan fakir miskin dan
layanan sosial lainnya. Zakat terbagi dua yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Maal.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa
makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik
Allah. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan akhirnya pemakalah
mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Ibadah. 2010. Jakarta: Amzah.


Hasan, Ahmad .2005. Mata Uang Islami. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Kementerian Agama RI, 2013. Panduan Zakat Praktis. Jakarta.
http://eprints.walisongo.ac.id/6814/3/BAB%20II.pdf
https://news.detik.com/berita/d-5552016/zakat-mal-pengertian-contoh-waktu-dan-
bedanya-dari-zakat-fitrah
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5703916/waktu-pelaksanaan-zakat-fitrah-
hadits-dan-pelaksanaannya
https://doc.lalacomputer.com/makalah-zakat/
https://www.academia.edu/36935081/Makalah_Fiqih_Muamalah_2_Zakat_dan_Wak
af
https://www.academia.edu/37944087/makalah_zakat_docx

14

Anda mungkin juga menyukai