Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKADEMIK KEPEMIMPINAN

(MENCIPTAKAN JIWA KEPEMIMPINAN PADA MAHASISWA)

Diajukan sebagai Tugas Tengah Semester Pada Mata Kuliah Kepemimpinan

Disusun Oleh :

1. Ade Awaludin 1708819025


2. Alfi 1708819xxx
3. Monic 1708819xxx

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis multidimensi. Krisis
tersebut mendera berbagai bidang, mulai dari ekonomi, politik, budaya, sains,
kesehatan, dan kemanusiaan. Seakan tidak ada jalan keluar dari semua krisis
tersebut. Adapun salah satu krisis yang paling nyata dihadapi saat ini adalah krisis
kepemimpinan. Pemimpin mengalami kegamangan dalam memilih tipe
kepemimpinan yang tepat untuk memimpin negeri tercinta ini. Semua orang saat
ini mengidamkan kepemimpinan, membutuhkan figur kepemimpinan yang dapat
diandalkan, dipercaya, dan dapat mengaktualisasikan perubahan-perubahan
konstruktif. Bangsa Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang mampu
mentransformasikan karakter, memberikan perubahan-perubahan strategis,
sekaligus yang dapat meningkatkan potensi individu-individu yang dipimpinnya,
efektif dalam mengelola resources dan memiliki keinginan untuk aktif terlibat
dalam proses inovasi dan pertumbuhan. Serta yang terpenting, memiliki semangat
meraih pencapaian dan mengejar sukses tanpa terdominasi oleh materialism
belaka. Tentu hal ini juga menjadi bagian dari tugas generasi muda saat ini.
Generasi muda mempunyai tugas dan tanggungjawab penuh untuk
menjadikan bangsa ini semakin bermartabat di mata dunia. Peran pemuda
menempati posisi yang strategis. Yang harus dilakukan oleh bangsa demi
kemajuan dan kejayaan pada masa depan ialah memberdayakan generasi muda.
Identitas mahasiswa sebagai agent of change masih kental terasa. Dengan
peran mahasiswa sebagai penerus, pembangun, dan calon pemimpin masa depan
yang akan menjadi ujung tombak mengelola bangsa ini. Artinya, mahasiswa
sebagai agen dari suatu perubahan merupakan bagian dari perubahan segi
akademis dan juga pembangun bangsa untuk lebih maju kedepannya.
Mengingat pentingnya karakter kepemimpipinan dalam membangun
sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka pendidikan karakter
kepemimpipinan harus dilakukan dengan tepat. Dukungan dari berbagai pihak
sangatlah diperlukan, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun
sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran
bersama dalam membangun pendidikan karakter kepemimpinan. Dengan
demikian, pendidikan karakterkepemimpinan harus menyertai semua aspek
kehidupan terutama sekolah atau universitas.
Lembaga pendidikan, khususnya sekolah atau universitas dipandang
sebagai tempat yang paling strategis untuk membangun
karakter kepemimpinan seseorang. Karena peserta didik lebih banyak
menghabiskan waktu kesehariannya di sekolah atau universitas. Pendidikan
karakter lebih diprioritaskan di sekolah atau universitas dengan tujuan agar
peserta didik dalam segala ucapan, sikap dan perilakunya mencerminkan
karakter kepemimpipinan  yang baik dan kuat.
Saat ini karakter mahasiswa yang dibutuhkan adalah bukan sekedar
mahasiswa yang pintar dalam akademisnya saja, tetapi juga yang pandai
berbicara, profesional dalam kehidupan, kemudian senantiasa berkontribusi
terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk menggapai karakter yang di atas tidaklah
mudah. Mahasiswa memerlukan konsep dan tindakan nyata untuk membangun
sikap demi mencapai itu semua. Beberapa kegiatan pokok yang harus dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemberdayaan pemuda adalah menanamkan nilai-
nilai kepemimpinan kepada para pemuda yang ada di kampus, organisasi
kemahasiswaan dan kepemudaan. Hal ini penting agar para pemuda memiliki
moralitas dan etika yang baik, memiliki nilai-nilai kepemimpinan dan mempunyai
wawasan kebangsaan yang mendalam, serta menjauhkan para pemuda dari
pengaruh-pengaruh destruktif terutama dalam pergaulan bebas, penyalahgunaan
narkotika, obat terlarang, dan lainnya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas, maka
secara khusus penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa itu kepemimpinan berdasarkan beberapa teori?
2. Apa dan bagaimana peran Universitas/Kampus dalam menciptakan jiwa
kepemimpinan pada mahasiswa?
3. Bagaimana membangun jiwa pemimpin pada diri seseorang?
4. Bagaimana membangun pemimpin yang memiliki integritas?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami arti kepemimpinan berdasarkan teoritis.
2. Mengetahui peran Universitas dalam menciptakan jiwa kepemimpinan
pada mahasiswa.
3. Mengetahui dan mengimplementasikan membangun jiwa kepemimpinan.
4. Dapat menghasilkan pemimpin yang memiliki integritas.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Manfaat bagi penulis
Penulisan ini merupakan aplikasi toeri yang selama ini diperoleh dari
perkuliahan dan merupakan pemenuhan tuga tengah semester pada mata
kuliah kepemimpinan.
2. Manfaat bagi Pembaca
Penulisan ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan,
implementasi dalam menciptakan kepemimpinan dan bisa sebagai
referensi untuk pengembangan penulisan lebih lanjut.
BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS
2.1 Arti dan Teori Kepemimpinan
Bolman & Gallos dalam buku mereka "Reframing Academic Leadership"
menyatakan bahwa ini adalah tugas yang sangat penting dan menantang. Mereka
berkata bahwa "mendidik mahasiswa, menciptakan pengetahuan dan melayani
masyarakat menuntut para pemimpin akademis yang memiliki intelektualitas,
keterampilan dan komitmen." Kepemimpinan semacam ini dituntut untuk
memulai, menjalankan, serta menerapkan perubahan pola pikir agar bisa
mengikuti situasi zaman yang berubah dengan sangat cepat. Para pemimpin
akademis dituntut untuk memahami dan mengatasi kompleksitas yang ada serta
meningkatkan berbagai keterampilan kepemimpinan yang membawa perubahan.
Para pemimpin akademis perlu memahami dunia dan tugas mereka, serta tahu
bagaimana kemanusiaan mereka bisa membatasi atau memperkuat berbagai
pilihan, taktik dan strategi yang dipakai. Karena itu, seorang pemimpin akademis
harus dengan serius merefleksikan kepemimpinannya dan melakukan persiapan
untuk meningkatkan dirinya.
1. S. P. Siagian
S. P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi mengutarakan tentang
berbagai teori kepemimpinan yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
- Teori Genetis :
Meurut teoriini kepemimpinan dibawa sejak manusia lahir ke dunia.
Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan
dengan bakat- bakat kepemimpinan. Teori ini berpendapat bahwa
pemimpin itu dilahirkan (leaders are born). Dalam keadaan yang
bagaimanapun seorang ditempatkan, karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, satu kali kelak ia akan muncul sebagai pemimpin. Berbicara
mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong kepada
pandangan yang fatalistis dan deterministis.
-  Teori Sosial :
Menurut teori ini seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena
diciptakan oleh masyarakat. Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
jika dibentuk dan ditempa (leaders are made). Teori ini menganut paham
egalitarianistik, oleh karenanya para penganut teori ini mengetengahkan
pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin
apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
-  Teori Ekologis :
Menurut teori ini calon pemimpin sedikit banyak telah membawa bakat
sejak lahir, tetapi bakat saja belum cukup dijadikan modal memimpin,
karena itu bakat harus dilengkapi dengan pendidikan dan pengalaman
hidup, sehingga ia berhasil jadi pemimpin. Teori ini menggabungkan segi-
segi positif dari kedua teori diatas, karenanya dapat dikatakan teori ini
dapat mendekati kebenaran.

2. Hellriegel dan Slocum


Hellriegel dan Slocum dalam bukunya Management mengemukakan
bahwa teori kepemimpinan dapat dibedakan atas tiga golongan besar,
yaitu:
- Teori Ciri atau Sifat :
Menurut teori ini ciri atau sifat yang dimiliki pemimpin akan
membedakannya dari pemimpin lain atau orang yang bukan pemimpin.
- Teori Tingkah Laku :
Menurut teori ini pemimpin dapat dibedakan dari tingkah laku yang
dimilikinya dalam melaksanakan tugas yang diembannya.
- Teori Kontingensi (Situasional) :
Dalam teori ini terdapat parameter yang mempengaruhi keefektifan
seorang pemimpin, seperti sifat seorang pemimpin serta situasi sosial dan
ekonomi dari lingkungan dimana pemimpin berada.

2.2 Peran Kampus dalam menciptakan Pemimpin Masa Depan


Secara konseptual, mahasiswa memiliki tiga peran utama yaitu agent of
change, iron stock, dan moral force. Sayangnya ketiganya hanya menjadi simbol
arogansi dan bahkan poin terakhir menjadi sebuah ironi. Kemudian Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat
menjadi konsep usang yang dimaknai terlalu apa adanya. Pendidikan hanya
dipahami sekadar aktivitas mendengarkan ceramah di dalam kelas. Penelitian
mengalami pergeseran makna sehingga berorientasi materi. Dan Pengabdian
Masyarakat direalisasikan dengan community service yang memposisikan
masyarakat sebagai penerima bantuan mentah tanpa kesadaran akan
pentingnya community development. Lantas jika sudah terlalu banyak pergeseran
makna yang seharusnya ideal seperti ini, dengan menggantungkan nasib
sepenuhnya pada pemuda - bahkan mahasiswa, sangat mungkin di masa depan
kondisi bangsa Indonesia tidak akan pernah lebih baik dari hari ini. 
Karena itu selain sebagai ladang ilmu pengetahuan, universitas seharusnya
juga menjadi rumah pemikiran, laboratorium karya, sekaligus miniatur kehidupan
bermasyarakat. Dengan begitu tidak akan lagi anggapan bahwa produk universitas
adalah para koruptor. Selain itu mahasiswa akan lebih mudah untuk menjadi ideal
secara pemikiran, nyata dalam berkarya, dan memiliki kepekaan tinggi terhadap
kondisi sosial kemasyarakatan. Berdasarkan kenyataan hari ini, yakni mahasiswa
memiliki moral yang cukup rapuh, universitas dapat difungsikan sebagai
inkubator yang akan menjaga kerapuhan moral tersebut dan perlahan
menguatkannya agar ketika waktunya tiba mahasiswa dapat menjadi pemimpin
dengan moral yang cukup untuk membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Universitas sebagai menara gading tempat bercokol dan pembentukan para
intelektual diharapkan dapat menjadi tempat lahirnya pemimpin masa depan yang
tidak hanya unggul dari sisi kognitif tetapi juga mempunyai kematangan mental.
Hal ini sangat sesuai dengan empat tujuan yang menjadi idealisme pendidikan
tinggi. Pertama, tujuan menekankan kemampuan untuk memperebutkan
kesempatan kerja. Pendidikan akan difokuskan pada memperoleh keterampilan
dan pengetahuan khusus supaya unggul dalam bidangnya. Kedua, tujuan
menekankan orientasi humanistik. Pendidikan membantu mengembangkan
kemampuan penalaran agar bisa mempertanggungjawabkan pernyataan,
keyakinan, dan tindakannya. Ketiga, kebiasaan mempelajari secara sistematis apa
yang dilakukan dan mulai mengadakan studi terbatas sebagai pendasaran
pembentukan pendapat sendiri. Tujuan keempat, menjawab tantangan sosial,
ekonomi dan keadilan (Haryatmoko, 2001).
Maka sudah seharusnya selain memberikan keterampilan dan ilmu
pengetahuan, kampus juga harus dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan
mahasiswa yang termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengambil keputusan.
Jika tidak demikian kampus tidak lebih hanyalah sebuah lanjutan tingkat dari
SMU. Kampus harus dapat menjadi tempat mahasiswa untuk menemukan jati
dirinya. Berbagaimacam program harus diusahakan untuk merangsang jiwa kreatif
dan kepemimpinan mahasiswa, seperti:
 Forum diskusi dan penelitian ilmiah. Universitas seharusnya merupakan
tempat pengujian dan pengembangan ilmu dimana segala sesuatu bisa
diperdebatkan selama tetap berada pada rel yang benar, bukan hanya
sekedar menjadi tempat transfer ilmu dari dosen ke mahasiswa.
 Menerapkan kerja lapangan (pengalaman lapangan). Ada yang
mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Untuk itu,
program kerja lapangan sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman baru diluar kampus. Dengan adanya program
kerja lapangan para mahasiswa berkesempatan melihat dan mengamati
kenyataan-kenyataan yang ada di lingkungan suatu objek, kegiatan dan
permasalahan yang ada dan proses-proses aktual lainnya. Hal ini dapat
membantu mahasiswa dalam menganalisis dan memecahkan masalah
secara cermat.
 Pembentukan kaderisasi. Proses kaderisasi penting karena menjadi turning
point perubahan seorang pemuda dari dunia sekolah ke dunia kampus yang
lebih luas. Dalam tahapan ini seharusnya tumbuh idealisme yang akan
membuka mata mahasiswa baru selebar-lebarnya mengenai realitas sosial
yang terjadi di masyarakat dan menajamkan intuisinya untuk menemukan
jalan keluar dari masalah-masalah yang ada. Selain proses pengenalan
kepada bidang spesialisasinya masing-masing, mahasiswa baru seharusnya
diberikan pemahaman mengenai peran dan fungsi sosialnya, tanggung
jawabnya kepada masyarakat, dan beban menjadi pemimpin masa depan
yang dialamatkan kepadanya.
 Menerapkan kegiatan belajar mandiri. Hal ini mampu mendorong
seseorang untuk lebih kreatif dan terampil dalam berbagai hal, selain itu
dengan kegiatan belajar mandiri mampu mendorong seseorang untuk dapat
melepaskan diri dari belenggu keterikatan dengan orang lain, pendapat
orang lain, paksaan, keinginan dan harapan orang lain sehinnga akan tetap
menjadi dirinya sendiri dan dapat memancing seseorang untuk
mengeluarkan potensi yang ada pada dirinya.Salah satu indikator
keberhasilan pendidikan tinggi dapat dilihat dari kemampuan mahasiswa
untuk belajar mandiri. Dalam hal ini termasuk kemampuan membaca dan
menyatakan pendapat dalam berbagai media yang ada. Selama masa
studinya mahasiswa harus dapat meluaskan pergaulan dan interaksinya
dengan warga kampus, tetangga, dan masyarakat pada umumnya.
Keterampilan mengambil keputusanpun dapat dilatih dan dikembangkan
dengan pengalaman menangani masalah riil. Dengan senantiasa diasah
secara langsung maka intuisinya juga akan semakin tajam.

2.3 Membangun Jiwa Pemimpin


Didefinisikan oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995),Kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal
berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Pemimpin dapat didefinisikan sebagai
seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengarui perilaku orang lain
tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima
dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
Kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang utuh, konsisten, komitmen
dari seorang pemimpin dalam perkataan sama dengan tindakannya, memiliki
kemampuan dan sistem nilai yang dianutnya, yang ditampakkan dalam sikap
hidupnya sehari-hari dimanapun ia berada dan dengan siapapun, terutama dalam
tugas dan fungsinya sebagai pimpinan.
Kepemimpinan itu dikembangkan, bukan ditemukan. Orang yang terlahir
sebagai pimpinan sejati akan selalu menonjol, tetapi untuk tetap konsisten,
karakteristik kepemimpinan alamiah haruslah dikembangkan. Menurut John
Maxwell dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan bahwa :
“Kepemimpinan optimal adalah hasil pelatihan, bukan dilahirkan. Harus diraih ,
bukan diberikan.”
Dijelaskan oleh Ngalim Purwanto bahwa : “Kepemimpinan sebagai
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat kepribadian yang dijadikan
sebagai sarana untuk meyakinkan orang lain agar mau melaksanakan tugas secara
sukarela”. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan dipandang sebagai suatu kemampuan dan sifat-sifat kepribadian
yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai
tujuan yang sudah ditentukan. Ada sebelas ciri kepemimpinan dalam perubahan
terencana yang dikemukakan oleh Sheila Murray sebagai berikut:
1. Punya misi yang penting
2. Seorang pemikir yang besar
3. Seorang pemimpin mempunyai ciri seorang master pengubah yang
menciptakan masa depan
4. Memiliki ciri bersifat peka terhadap masalah
5. Pemimpin mengabil resiko
6. Seorang pemimpin adalah seorang pengambil keputusan
7. Seorang pemimpin menggunakan kekuasaanya secara bijaksana
8. Seorang pemimpin berkomunikasi efektif
9. Seorang pemimpin adalah pembangun tim
10. Pemimpin bersifat berani
11. Seorang pemimpin mempunyai komitmen

Bakat kepemimpinan itu sebenarnya tidaklah dilahirkan. Bakat tersebut


muncul melalui keterampilan yang terus-menerus diasah dan dikembangkan.
Semua didapat melalui latihan-latihan yang memakan waktu cukup lama.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dan melatih jiwa
kepemimpinan, diantaranya:
1) Mengikuti organisasi kampus atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).
Dengan mengikuti organisasi, kita bisa mengasah kemampuan
berkomunikasi, berdiskusi, dan berinteraksi. Selain itu kita juga dapat
membentuk pola pikir yang lebih baik. Berorganisasi juga sangat
membantu mahasiswa dalam membangun soft skill seperti jiwa
kepemimpinan untuk persiapan dunia pasca sarjana. Namun rasa
malas juga mempengaruhi banyak mahasiswa untuk tidak
berorganisasi, beberapa diantara mereka mengatakan berorganisasi
hanya banyak menguras tenaga, bahkan ada yang berpendapat bahwa
berorganisasi hanya membuang-buang waktu saja.
2) Optimis dan positivisme. Cara paling baik untuk mempertahankan dan
bahkan meningkatkan segala sistem dan rutinitas yang telah kita
lakukan selama ini adalah dengan berpikir positif dan belajar optimis.
Antusiasme yang dibentuk melalui kecintaan terhadap tanggung jawab
dan hak, dimana suatu proses akan selalu membuahkan hasil.
Buktikan pada diri sendiri bahwa kita layak untuk merealisasikan
setiap mimpi dan cita-cita yang kita bangun.
3) Berdayakan kemampuan sosial diri sendiri. Mengembangkan jiwa
kepemimpinan tidak melulu tentang organisasi, kontribusi, atau hal-
hal besar lainnya. Cara paling sederhana untuk dapat memulai
membentuk keterampilan ini adalah dengan memberdayakan diri
sendiri melalui berbagai peluang yang ada. Misalnya, menjadi ketua
kelompok tugas, menjadi asisten dosen, mengikuti program magang,
mengambil praktek kerja, dan mengambil kerja paruh waktu. Ini
adalah program pengembangan sistem dan prosedur kerja yang akan
mengasah konsistensi dan kerja keras pada diri.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan jiwa
kepemimpinan:
o Kemampuan menyadari diri
Kaum rasionalis menunjuk perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
kemampuan ini, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas
atau karakteristik diri. Dengan kemampuan ini manusia mampu membuat
jarak, sehingga seseorang dapat menempatkan diri sebagai makhluk yang
memiliki potensi untuk menyempurnakan diri sehingga seseorang dapat
berperan sebagai subjek kemudian memandang dirinya sendiri sebagai
objek untuk melihat kelebihan-kelebihan yang terdapat pada dirinya.
o Kemampuan bereksistensi
Kemampuan untuk menembus atau menerobos dan mengatasi batas yang
membelenggu dirinya sehingga manusia tidak terbelenggu tempat atau
ruang dan waktu. Jika seandainya pada diri manusia tidak terdapat
kemampuan bereksistensi maka manusia hanya sekedar esensi belaka,
artinya ada hanya karena berada dan tidak pernah mengada atau
bereksistensi.
o Kata hati
Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dan yang buruk/ salah
bagi manusia sebagai manusia. Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih
kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian
moral yang didasari kata hati yang tajam.
o Moral
Moral yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-
benar baik bagi manusia. Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia
menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinggi, serta segenap perbuatannya
merupakan implementasi dari nilai-nilai yang tinggi tersebut.
o Tanggung jawab
Kemampuan untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia dan bahwa hanya karena perbuatan tersebut
dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan diterima dengan penuh
kesadaran dan kerelaan.

2.4 Membangun Integritas Kepemimpinan


Salah satu kualitas dan karakteristik yang diperlukan dalam kepemimpinan
adalah Integritas. Intergritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
diartikan sebagai mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan potensi
yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan. Definisi integritas sendiri, menurut para ahli adalah konsistensi dan
keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan. Menurut Sthepen R. Covey, ”Integritas berarti kita melakukan apa
yang kita lakukan karena hal tersebut benar dan bukan karena sedang digandrungi
orang atau sesuai dengan tata krama. Gaya hidup, yang tidak tunduk kepada
godaan yang memikat dari sikap moral yang mudah, akan selalu menang."
Integritas juga bisa memiliki arti lebih umum dalam percakapan sehari-
hari. Kita menggunakannya untuk menggambarkan kualitas yang berhubungan
dengan kebenaran dan moralitas. Integritas mengandung arti bahwa kita adalah
orang yang ‘lurus’, jujur dan tulus. Kita bisa dipercayai karena adanya konsistensi
kata, sifat dan tindakan. Inilah wujud luar dari integritas yang tertanam dalam
batin.
Mahasiswa yang berintegritas berarti berkarakter, berprinsip serta
konsisten di dalam menjalankan kehidupan. Akan tetapi, masih banyak ditemukan
sikap inkonsistensi yang ditunjukkan oleh mahasiswa itu sendiri. Seperti contoh
berikut: bentuk inkonsistensi yang paling sering ditemukan adalah menunda-
nunda atau malas untuk membuat tugas kuliah.
Bagi sebagian mahasiswa, melakukan rutinitas perkuliahan kadangkala
terasa membosankan. Selama mahasiswa menganggap kuliah sebagai beban.
Maka kuliah akan terasa berat dijalani. Sehingga pada akhirnya mahasiswa akan
bermalas-malasan dalam menjalankan aktivitasnya. Untuk itu perlu adanya niat
dan konsistensi pada seorang mahasiswa agar supaya dapat menjadi mahasiswa
yang berprinsip dan terhindar dari sikap inkonsistensi.
Membangun integritas kepemimpinan merupakan bentuk konsisten
menumbuhkan dan menunjukkan keteladanan dalam mempengaruhi orang lain
berarti memberikan daya dorong untuk memotivasi dirinya dalam membangun
integritas, yang secara tak langsung mendorong orang lain untuk memahami
secara mendalam prinsip dalam menumbuh kembangkan integritas yang kita sebut
dengan sikap berprinsip.
Pemimpin dengan integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian
utuh dalam kata dan perbuatan. Sebagaimana perilakunya di depan umum,
begitulah kenyataan kehidupannya. Sebagai seorang pemimpin, ia selalu
melakukan apa yang dikatakannya dan mengatakan apa yang dilakukannya.
Integritas adalah modal utama seorang pemimpin, namun sekaligus modal
yang paling jarang dimiliki oleh pemimpin. Integritas ialah keadaan dimana
sesuatu sama dan lengkap dalam suatu kesatuan. Artinya : “Kata-kata saya sesuai
dengan perbuatan saya, kapanpun dan dimanapun saya berada”. Orang yang
berintegritas ialah orang yang punya prinsip, orang yang memiliki kepribadian
yang teguh dan mempertahankannya dengan konsisten.
Integritas berhubungan dengan dedikasi atau pengerahan segala daya dan
upaya untuk mencapai satu tujuan. Integritas ini yang menjaga seseorang supaya
tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai sesuatu. Seorang pemimpin yang
berintegritas, tidak akan mudah korupsi atau memperkaya diri dengan
menyalahgunakan wewenang. Seorang pengusaha yang berintegritas tidak akan
menghalalkan segala cara supaya usahanya lancar dan mendapatkan keuntungan
tinggi. Singkatnya, orang yang memiliki integritas tetap terjaga dari hal-hal yang
merugikan serta menyimpang dari tujuan mulia.
Menurut  Dwight Eisenhower : “Untuk menjadi pemimpin, seseorang
harus memiliki pengikut. Dan untuk memiliki pengikut, seseorang harus memiliki
rasa percaya. Tetapi syarat terutama bagi seorang pemimpin adalah integritas”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang integritas, maka dapat disimpulkan
bahwa: Integritas dalam kepemimpinan adalah Suatu perilaku yang utuh,
konsisten, komitmen dari seorang pemimpin dalam perkataan sama dengan
tindakannya, memiliki kemampuan dan sistem nilai yang dianutnya, yang
ditampakkan dalam sikap hidupnya sehari-hari dimanapun ia berada dan dengan
siapapun terutama dalam tugas dan fungsinya sebagai pimpinan. Ada lima
kategori kebiasaan yang mendasar dari perilaku sebagai pemimpin istimewa
adalah:
1. Menantang proses
 Mencari kesempatan
 Percobaan mengambil resiko
2. Memberi inspirasi
 Menggambarkan masa depan
 Membantu orang lain
3. Memungkinkan orang lain untuk bertindak
 Mempercepat kerja sama
 Memperkuat orang lain
4. Membuat model pemecahan
 Memberikan contoh
 Merencanakan keberhasilan kecil
5. Memberikan semangat
 Mengakui kontribusi individu
 Merayakan prestasi kerja
Untuk dapat mengembangkan integritas kepemimpinan berikut adalah strategi
atau langkah-langkah untuk mencapainya:
1. Hargai kolega atau orang-orang disekeliling. Bangun kepercayaan antar
individu dan ciptakan keharmonisan.
2. Perkuat nilai-nilai bersama. Ciptakan komunikasi yang memiliki
kebanggaan tertentu  dan temukan dasar-dasar pijakan bersama.
3. Kembangkan kemampuan atau keterampilan seorang pemimpin.
Berdayakan orang lain sampai kepuncak karir dan kembangkan
kepemimpinan setiap orang.
4. Kembangkan pelayanan. Jadikan diri anda contoh nyata. Mudah dicari
dan mudah diajak bicara. Kembangkan sistem dan prosedur kerja.
5. Pertahankan dan bahkan tingkatkan faktor kepercayaan yang anda
miliki dan tunjukkan semangat dan kecintaan pada bawahan, tunjukkan
bahwa anda layak dipercaya.
Strategi ini dapat dicapai, apabila seorang pimpinan mau bekerja keras dan
berkorban untuk menggapainya. Tidak ada kesuksesan yang tidak membutuhkan
pengorbanan.

2.5 Hambatan-hambatan Dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan


Kendala yang sering di hadapi oleh seorang mahasiwa dalam membentuk
sebuah karakter maupun karakter kepemimpinan yang ada dalam buku berjudul
“Bangkit dengan Tujuh Budi Utama” adalah:
1) Hilangnya kejujuran
2) Hilangnya rasa tanggung jawab
3) Tidak berpikir jauh kedepan (Visioner)
4) Rendahnya disiplin
5) Krisis kerjasama
6) Krisis keadilan
7) Krisis kepedulian.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Seseorang tidak akan mampu membangun jiwa kepemimpinan jika tidak
ada keinginan dalam dirinya sendiri, peran orang lain memang perlu dalam
pembentukan jiwa kepemimpinan tapi jika keinginan dari dalam diri yang
bersangkutan tidak ada maka jiwa kepemimpinan tersebut tidak akan tumbuh
dan berkembang. Sebagai seorang mahasiswa kita tidak boleh melupakan
peranan penting kita sebagai penerus bangsa. Jangan hanya berfokus pada
pengusaan materi tapi harus juga diimbangi dengan perbaikan akhlak,
peningkatan ilmu pengetahuan, pengusaan emosional, perbaikan kepribadian dan
karakter, etika, moral serta tentu senantiasa rendah hati. Jangan biarkan
masyarakat memandang mahasiswa hanya sebagai pembuat onar dan pembawa
masalah, tapi buatlah masyarakat memandang mahasiswa sebagai penyelesaian
masalah kader pembawa perubahan bagi bangsa menuju arah masa depan yang
lebih baik dan dapat menjadi panutan bagi orang-orang disekitar.
Anak muda yang berani melawan arus dan tak gentar untuk keluar dari
zona nyaman. Ayo Mahasiswa kita semua bergerak, buktikan bahwa generasi
muda bukan gerakan pasif bukan gerakan yang hanya menyimak dengan na’if.
DAFTAR PUSTAKA

http://bair.web.ugm.ac.id/Universitas_Sebagai_Dasar_Pengembangan_Jiwa_Kepemimp
inan.htm
B. Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis Dibidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
https://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/pengertian-kepemimpinan-dan-teori-
teori-kepemimpinan/
http://news.okezone.com/read/2012/11/16/95/719265/universitas-sebagai-inkubator-
moral-pemimpin-masa-depan
http://rhiofahrezi.blogspot.co.id/p/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
Sedarmayanti. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Umar Tirtarahardjha dan S. L. La Sulo.2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
https://www.bersosial.com/threads/tips-membangun-mental-kepemimpinan-pada-
mahasiswa.36939/
http://sttb.ac.id/informasi/artikel/236-kepemimpinan-akademis

Anda mungkin juga menyukai